• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Nilai pH, Kadar karbon organik, kandungan N total dan kandungan Fosfat tersedia tanah dapat dilihat pada Tabel 3 berikut :

Tabel 3. Rataan nilai pH, C-organik, N-total, P-tersedia tanah Penggunaan Lahan Parameter pH C-organik (%) N-total (%) P-tersedia (ppm) Ubi 6,19 1,69 0,17 3,87 Karet 6,08 1,61 0,15 2,72 Sawit 6,01 1,24 0,23 3,74 Coklat 7,00 1,39 0,25 5,22 Mangrove 6,57 3,59 0,32 4,65

Pada Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa pH tanah netral pada lahan coklat dan merupakan nilai pH tertinggi (7) dari penggunaan lahan lainnya. Sedangkan pH terendah dengan kriteria agak masam (6,01) diperoleh pada lahan sawit. Kandungan karbon-organik tertinggi terdapat pada penggunaan lahan mangrove dan kandungan terendah pada lahan sawit. Kandungan nitrogen total tanah tertinggi diperoleh pada penggunaan lahan mangrove dan yang terendah pada lahan karet. Nitrogen total tanah tertinggi tanah adalah sebesar 0,32% pada penggunaan lahan mangrove dan yang paling rendah adalah 0,15% pada penggunaan lahan karet. Kandungan fosfat tersedia tanah tertinggi yaitu 5,22 ppm pada penggunaan lahan coklat dan yang tertinggi terendah yaitu 2,72 ppm pada lahan karet.

Analisis nilai Kalium, Kalsium, Natrium, dan Magnesium tukar tanah dapat dilihat pada Tabel 4 berikut:

Tabel 4. Rataan nilai Kalium, Kalsium, Natrium, dan Magnesium tukar tanah Penggunaan Lahan Parameter K (me/100) Ca (me/100) Na (me/100) Mg (me/100) Ubi 0,24 0,67 0,06 0,06 Karet 0,24 0,24 0,07 0,04 Sawit 0,29 0,38 0,06 0,05 Coklat 0,39 0,42 0,05 0,06 Mangrove 0,33 0,25 0,05 0,08

Pada Tabel 4 diatas, dapat dilihat bahwa nilai kalium tukar yang tertinggi yaitu 0,39 me/100 pada lahan coklat dan yang terendah yaitu 0,24 me/100 pada lahan ubi dan karet. Nilai kalsium tertinggi diperoleh pada lahan ubi yaitu 0,67 me/100 dan yang terendah yaitu 0,24 me/100 pada tanaman Karet. Nilai natrium tukar tertinggi diperoleh pada lahan karet sebesar 0,07 me/100, dan yang terendah yaitu 0,05 me/100 pada penggunaan lahan coklat. Selanjutnya, nilai magnesium tukar tertinggi yaitu sebesar 0,08 me/100 pada lahan mangrove dan yang terendah yaitu 0,04 me/100 yang dijumpai pada lahan karet.

Nilai kerapatan lindak, porositas, dan permeabilitas tanah dapat dilihat pada Tabel 5 berikut:

Tabel. 5. Rataan nilai Kerapatan lindak, Porositas, dan Permeabilitas Tanah Penggunaan Lahan Parameter BD (gr/cm3 Porositas ) (%) Permeabilitas (ml/ jam) Tekstur

Ubi 1,03 62 2,24 Lempung Liat Berpasir

Karet 1,34 48 2,15 Lempung Liat Berpasir

Sawit 0,91 66 1,75 Lempung Berpasir

Coklat 1,3 51 1,86 Lempung Liat Berpasir

Mangrove 0,66 76 2,57 Lempung Liat Berpasir

Dari Tabel 5 diatas dapat dilihat beberapa sifat fisika tanah pada setiap penggunaan lahan. Kerapatan lindak tanah tertinggi ialah 1,34 gr/cm3 pada penggunaan lahan karet dan yang terendah diperoleh pada lahan magrove sebesar 0,66 gr/cm3

Kandungan karbon dioksida tanah dapat dilihat pada Tabel 6 berikut : . Porositas tanah tertinggi diperoleh pada pengggunaan lahan mangrove sebesar 76% dan yang terendah yaitu 48% pada penggunaan lahan karet. Permeabilitas tanah yang tertinggi yaitu 2,57 ml/jam dengan kriteria sedang

yang didapat pada penggunaan lahan mangrove dan yang terendah yaitu 1,75 ml/jam dengan kriteria agak lambat yang didapat pada penggunaan lahan

sawit. Dari Tabel 5 diatas juga diketahui tekstur tanah pada sebagian besar penggunaan lahan adalah lempung liat berpasir untuk penggunaanlahan ubi, karet, coklat, dan hutan mangrove, dan lempung berpasir untuk penggunaan lahan kelapa sawit.

Tabel 6. Rataan Analisis Sifat Respirasi Tanah Penggunaan Lahan Parameter CO (mg/100 g) 2 Ubi 4,96 Karet 3,75 Sawit 2,00 Coklat 2,99 Mangrove 5,48

Berdasarkan Tabel 6 diatas dapat dilihat bahwa kandungan CO2 tanah tertinggi diperoleh pada penggunaan lahan mangrove sebesar 5,48 mg/100g dan yang terendah yaitu sebesar 2,00 mg/100g pada penggunaan lahan sawit.

Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis sifat kimia tanah dari setiap penggunaan lahan yang dilakukan dan disesuaikan dengan kriteria sifat tanah menurut Badan Penelitian Tanah tahun 2005 pada lampiran III, diketahui bahwa pH tanah termasuk dalam kriteria agak masam sampai netral. Untuk parameter Nitrogen (N) total tanah termasuk dalam kriteria rendah sampai dengan sedang. Basa-basa tukar tanah (K, Ca, Mg, dan Na) memiliki kriteria yang beragam dengan kriteria sangat rendah, rendah, dan sedang. Fosfat tersedia tanah pada semua penggunaan lahan termasuk kriteria sangat rendah. Karbon organik berada dalam kriteria rendah sampai tinggi.

Dari kriteria beberapa parameter amatan sifat kimia tanah tanah tersebut, membuktikan masih rendahnya kualitas tanah pada beberapa penggunaan lahan di

Berdasarkan hasil uji korelasi sifat kimia tanah yang dilakukan, diketahui bahwa pH memiliki korelasi yang signifikan terhadap fosfat (P) tersedia dan kalium (K) tukar tanah masing-masing dengan r sebesar 0,881* dan 0,896* (pada lampiran II). Selain itu, fosfat (P) tersedia juga memiliki hubugan yang signifikan dengan kalium (K) tukar tanah serta sangat signifikan hubungannya dengan kandungan natrium (Na) tukar dengan nilai r masing-masing adalah 0,893* dan 0,976**. Angka-angka dengan tanda bintang tersebut menunjukkan bahwa adanya suatu keeratan hubungan yang searah antara satu parameter tanah tersebut. Artinya, semakin baik pH tanah suatu lahan maka akan semakin tinggi ketersedian fosfat tersedia dan kalium tukar pada tanah tesebut. Semakin tinggi ketersediaan fosfat terdia tanah makasemakin tinggi juga nilai natrium tukar tanahnya. Ini menunjukkan bahwa antara satu parameter kimia tanah berpengaruh terhadap parameter kimia tanah lainnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Damanik dkk (2011) bahwa ketersediaan fosfat anorganik tanahsangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti (1) pH (2) tersedianya Ca (3) jumlah dan ttingkat pelapukan bahan organik dan (4) aktifitas jasad renik.

Hal tersebut juga dikuatkan oleh Novizan (2002) yang menyatakan ketersediaan fosfor dalam tanah ditentukan oleh banyak faktor tetapi yang paling penting adalah pH tanah. Pada tanah yang ber pH rendah (masam), fosfor akan bereaksi dengan ion besi (Fe) dan aluminium (Al). Reaksi ini akan membentuk besi fosfat atau aluminium fosfat yang sukar larut di dalam air sehingga tidak dapat digunakan oleh tanaman. Pada pH tanah yang tinggi (basa), fosfor akan bereaksi dengan ion kalsium. Reaksi ini akan membentuk kalium fosfat yang sifatnya sukar larut dan tidak dapat digunakan oleh tanaman. Dengan demikian

tanpa memperhatikan pH tanah, pemupukan fosfor tidak akan berpengaruh bagi pertumbuhan tanaman.

Berdasarkan hasil analisis parameter fisika tanah, diketahui permeabilitas tanah pada beberapa penggunaan lahan di atas termasuk pada kriteria agak lambat sampai sedang melalui kriteria permeabilitas tanah menurut Uhland dan O’neal tahun 1951 (lampiran III).

Berdasarkan hasil uji korelasi yang dilakukan dapat dilihat bahwa permeabilitas memiliki hubungan yang sangat signifikan terhadap respirasi tanah (koefesien korelasi r= 0,960**) dan karbon organik tanah. Ini menunjukkan bahwa permeabilitas sangat berpengaruh terhadap besarnya respirasi tanah dan karbon-organik tanah. Permeabilitas tanah merupakan kemampuan tanah untuk melewatkan air dan udara di dalam tanah. Sedangkan respirasi tanah mencerminkan tingkat aktifitas mikroorganisme tanah. Respirasitanah sendiri dipengaruhi oleh bahan organik tanah, pH dan rata-rata jumlah mikroorganisme. Dalam prosesnya, respirasi oleh akar dan organisme tanah ini membutuhkan oksigen dan menghasilkan karbondioksida, yang tentunya permeabilitas tanah juga menentukan banyak atau sedikitnya oksigen di dalam tanah.

Semakin tinggi atau semakin baik permeabilitas tanah maka respirasi tanah juga akan semakin baik. Sama juga halnya dengan pengaruh yang positif antara permeabilitas tanah dengan karbon-organik tanah. C-organik itu sendiri juga ditentukan oleh banyaknya bahan organik yang telah terdekomposisi. Pendekomposisian atau perombakan bahan organik tersebut tentunya oleh bakteri atau mikroorganisme pengurai, khususnya bakteri aerob. Permeabilitas yang baik

mikroorganisme pengurai tersebut yang berguna untuk merombak bahan organik dan menghasilkan C-organik tanah. Dari uraian di atas diketahui bahwa secara tidak langsung permeabilitas tanah berpengaruh terhadap besarnya karbon-organik

tanah. Artinya semakin baik permeabilitas tanah maka semakin baik pula C-organik tanah. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5 pada penggunaan lahan hutan

mangrove, dimana permeabilitas yang baik juga menunjukkan C-organik yang baik (Tabel 3) dan respirasi yang baik juga (Tabel 6).

Hasil uji korelasi juga menunjukkan bahwa kerapatan lindak dan Porositas tanah memiliki hubungan yang sangat signifikan (koefesien korelasi r= -0,999**). Tanda negatif (-) pada -0,999** sebagai hasil korelasi antara kerapatan lindak dengan porositas tanah menunjukkan bahwa antara kedua parameter ini memiliki suatu hubungan yang sangat erat yang berlawanan atau berkebalikan antara satu dengan yang lainnya. Artinya apabila kerapatan lindak tanah semakin tinggi maka porositas tanah akan semakin rendah dan sebaliknya apabila semakin kecil kerapatan lindak, maka porositas tanah akan semakin tinggi pula.

Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Pairunan dkk (1985) menyatakan bahwa Tanah yang memiliki Bulk density tinggi atau besar mempunyai kandungan bahan mineral yang banyak, namun porositasnya rendah karena semakin tinggi nilai Bulk densitynya maka porositasnya akan berkurang. Tampubolon (1995) dalam penelitiannya juga menyebutkan bahwa pengolahan tanah sebetulnya bertujuan untuk menurunkan bulk density tanah, tetapi jika menggunakan alat-alat berat dan dalam jangka waktu yang lama akan rnenyebabkan kenaikan bulk density tanah yang berakibat menurunkan porositas tanah.

Analisis sifat fisika tanah yang dilakukan diperoleh tekstur tanah pada penggunaan lahan di kawasan Sub-Das Padang hilir ialah Lempung liat berpasir dengan kriteria agak halus dan lempung berpasir dengan kriteria agak kasar. Tekstur berpengaruh terhadap berbagai reaksi kimia dan fisika tanah serta pertumbuhan tanaman. Tanah dengan kriteria agak halus dengan memiliki kandungan liat tentunya lebih baik daripada tanah dengan tekstur agak kasar pada lahan sawit. Tanah yang memiliki kandungan liat berarti tanah tersebut memiliki tempat penyimpanan hara sebagai cadangan hara yang berguna pada saat tanah mengalami pencucian. Fraksi liat mempunyai arti yang penting. Karena pada permukaan liat inilah terjadinya adsorbsi air dan hara. Sedangkan tanah dengan fraksi pasir (kasar) mengakibatkan daya tampung atau daya serap air kecil, serta tanah mudah terdispersi karena besarnya ruang antar partikel tanah.

Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Sutedjo dan Kartasapoetra (2002) yang menyatakan partikel pasir berbentuk bulat tak teratur dan jika tidak diliputi oleh ataupun debu maka keadaannya akan mudah dipencarkan (tidak lengket), kapasitas mengikat airnya rendah, ruang-ruang antar letak partikel-partikel ini dikatakan longgar sehingga kemampuannya dalam meneruskan air adalah demikian cepat. Sejumlah berat tertentu, liat koloidal akan memiliki luas permukaan 10.000 kali lebih besar daripada pasir pada berat yang sama.

Dari hasil uji korelasi dapat diketahui bahwa sifat-sifat fisika, kimia, dan biologi diatas memiliki korelasi yang baik, bahkan sangat signifikan antara satu sama lain sebagai bagian dari proses ekosistem yang terjadi didalamnya berupa pengelolaan. Artinya sifat-sifat tersebut sangat peka terhadap pengelolaan yang

dinamik atau mudah berubah dalam waktu yang singkat akibat perubahan atau pengelolaan yan terjadi diatasnya. Hal ini sesuai dengan peryataan Doran dan Parkin (1994) yang menyatakan bahwa indikator-indikator kualitas tanah harus memenuhi kriteria: berkorelasi baik dengan berbagai proses ekosistem dan berorientasi modeling, mengintegrasikan berbagai sifat dan proses kimia, fisika dan biologi tanah, mudah diaplikasikan pada berbagai kondisi lapang dan dapat diakses oleh para pengguna, peka terhadap variasi pengelolaan dan iklim (terutama untuk menilai kualitas tanah yang bersifat dinamis), sedapat mungkin merupakan komponen basis tanah.

Berdasarkan hasil analisis sifat fisika, kimia, dan biologi tanah yang dilakukan dilaboratorium, diketahui bahwa pH, P-tersedia, kerapatan isi, dan Respirasi tanah menunjukkan bahwa sifat-sifat ini berpengaruh terhadap kualitas tanah berdasarkan kepekaannya yang bersifat dinamik terahadap pengelolaan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Islami dan Weil (2000) yang menyatakan bahwa klasifikasi sifat-sifat tanah yang berkontribusi terhadap kualitas tanah didasarkan atas kepermanenannya dan tingkat kepekaannya terhadap pengelolaan.

Dari hasil analisis yang dilakukan, dapat diketahui bahwa kualitas tanah lahan hutan mangrove memiliki kualitas yang paling baik dibandingkan dengan penggunaan lahan yang lain. Hal tersebut dikarenakan lahan mangrove ini merupakan satu-satunya penggunaan lahan yang masih alami atau belum mengalami proses-proses pengolahan tanah dan belum mengalami alih fungsi lahan menjadi lahan pertanian atau perkebunan seperti lahan lainnya.

Sedangkan pada lahan karet memiliki kualitas tanah yang paling jelek dibandingkan dengan lahan yang lain. Hali ini dapat disebabkan oleh faktor

kondisi lahan yang memiliki kemiringan (berbukit) dibandingkan dengan lahan lainnya. Selain itu, lahan karet ini juga paling dekat dengan aliran Sungai Padang, serta tidak adanya tanaman penutup tanah (cover crops) yang seharusnya dapat meningkatkan daya serap air dan ketahanan tanah akan butir-butir hujan yang jatuh di atasnya. Sehingga dari kondisi dan latak lahan yang seperti itu, lahan karet ini kemungkinan terangkutnya hara tanah akibat pencucian dan terangkutnya butir tanah akibat erosi dan aliran permukaan, serta banjir, juga semakin besar. Sehingga menyebabkan penurunan kualitas tanah baik itu dari sifat kimia, maupun fisika dan biologi tanah.

Dokumen terkait