DINAMIKA KUALITAS TANAH MELALUI PENDEKATAN KARAKTERISTIK TANAH PADA BEBERAPA PENGGUNAAN
LAHAN DI KAWASAN SUB-DAS PADANG HILIR KOTAMADYA TEBINGTINGGI
S K R I P S I
OLEH: SURYA AFFANDI
060303033 ILMU TANAH
DEPARTEMEN ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DINAMIKA KUALITAS TANAH MELALUI PENDEKATAN KARAKTERISTIK TANAH PADA BEBERAPA PENGGUNAAN
LAHAN DI KAWASAN SUB-DAS PADANG HILIR KOTAMADYA TEBINGTINGGI
S K R I P S I
OLEH : SURYA AFFANDI
060303033 ILMU TANAH
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
Disetujui, Komisi Pembimbing :
Hj. Kemala Sari Lubis, SP, MP
Ketua Anggota
Dr. Ir. Hj. Hamidah Hanum. MP
DEPARTEMEN ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
JUDUL SKRIPSI : DINAMIKA KUALITAS TANAH MELALUI PENDEKATAN KARAKTERISTIK TANAH PADA BEBERAPA PENGGUNAAN LAHAN DI KAWASAN SUB-DAS PADANG HILIR KOTAMADYA TEBINGTINGGI
NAMA : SURYA AFFANDI
NIM : 060303033
DEPARTEMEN : ILMU TANAH
MINAT STUDI : KONSERVASI TANAH DAN AIR
Disetujui Oleh Komisi Pembimbing
(Hj. Kemala Sari Lubis, SP,MP) (Dr. Ir. Hj. Hamidah Hanum, MP Ketua Anggota
)
Mengetahui
(Ir. T. Sabrina M. Agr. Sc. PhD. Ketua Departemen Agroekoteknologi
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dinamika kualitas tanah pada beberapa penggunaan lahan di kawasan Sub-DAS Padang Hilir Kotamadya Tebingtinggi. Penggunaan Lahan yang diteliti adalah lahan karet, sawit, coklat, ubi, dan hutan mangrove skunder. Penelitian dilapangan menggunakan metode survey dan dilakukan uji korelasi untuk sifat fisika, kimia, dan biologi tanah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pH, C-organik, N-Total, P-tersedia, K, Bulk density, porositas, dan permeabilitas sangat mudah berubah terhadap pengolahan lahan. Permeabilitas juga menunjukkan hubungan yang signifikan dengan kandungan C-organik sebesar 0,885* dan sangat signifikan hubungannya dengan CO2 tanah sebesar 0,960**. Untuk sifat kimia tanah, pH memiliki pengaruh yang signifikan dengan K, dan P-tersedia tanah masing masing 0,896* dan 0,881*. P-tersedia Memiliki hubungan yang signifikan dengan K dengan nilai korelasi 0,893*.
Kata Kunci : Dinamika tanah, kualitas tanah, DAS
ABSTRACT
The aim of several was to know dinamics soil quality of several employing land in Sub-DAS Padang downstream region Tebingtinggi city. Employing land was research are rubber land, oil palm, kakao, cassava, and mangrove. Research in field using surveys methode and do correlation test for physics characteristic, chemical, and soil biology.
The result of research showed of pH, C-organics, N-totals, P-available, K, bulk density, pourosity, and permeability are very easy to change of land tillage. Permeabilitas also showed a significant correlation with C-orgnics that is 0,885*and correlation is very significant of CO2 that is 0,960**. For characteristics of chemicals soil, pH have correlations that significant of K, and soil P-available are 0,896* and 0,881*. P-available have significant correlation of K that is 0,893*.
RIWAYAT HIDUP
SURYA AFFANDI, Penulis dilahirkan di Benua Raja tanggal 03 Juni
1987 dari Ayahanda M. Syarif dan Ibunda Rubiah. Penulis merupakan anak
ke-tujuh dari 9 (sembilan) bersaudara yaitu H. Ilyas, Aslinda, Gunawan, Anshari
Amd.Kep., Adi Hafni Amd.Kep., Wira Yulianti SPd., Putri Eka Sari, dan Sri
Rahayu.
Penulis menamatkan pendidikan dasarnya di SD Negeri 1 Seruway tahun
2000, sekolah lanjutan pertama SMP Negeri 1 Seruway 2003, sekolah lanjutan
atas SMA Negeri 1 Seruway 2006. Selesai menamatkan lanjutan atas penulis lulus
Pemanduan Minat dan Prestasi (PMP) dan melanjutkan pendidikan di jurusan
Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Aktivitas Selama Perkuliahan :
- Mengikuti organisasi IMILTA Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara Medan tahun 2006-2010.
- Peserta menanam seribu pohon di bantaran Sungai Bahorok, Bukit Lawang
tahun 2008.
- Panitia Seminar dan Loka Karya ”Membudayakan Tindakan Konservasi SDA
pada Setiap Aspek Kehidupan” di FP USU Medan, 31 Januari 2009.
- Peserta Seminar dan Loka Karya Nasional “Optimalisasi Pengelolaan Lahan
dalam Upaya Menekan Pemanasan Global Mendukung Pendidikan Berbasis
- Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di ASTRA, Agro Lestari PT.
Perkebunan Nafizatusssalam, Kabupaten Aceh Singkil, Propinsi Nanggroe
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdullilah, penulis ucapkan ke-Hadirat Allah SWT yang telah
memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan judul “Dinamika Kualitas Tanah Melalui Pendekatan
Karakteristik Tanah pada Beberapa Penggunaan Lahan di Kawasan Sub-DAS
Padang Hilir Kotamadya Tebinggtinggi” yang merupakan salah satu syarat untuk
mendapat gelar Sarjana di Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu
Hj. Kemala Sari Lubis, SP, MP. dan Dr.Ir. Hj. Hamidah Hanum, MP., selaku
ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberikan perhatian,
arahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini
saya persembahkan untuk kedua orang tua saya, ayahanda M. Syarif dan ibunda
Rubiah yang dengan ikhlas memotivasi dan mendoakan penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Ucapan terima kasih juga tidak lupa penulis haturkan kepada rekan-rekan
Soil Science angkatan 2006 atas nama: Halik Barutu SP, M. Rosyadi Batubara SP,
Daniel Stepanus, Carlos Samuel Simanungkalit, Andrew MP Siregar, Harry
Prihatin Hutabarat, Hoggi Mario Hutabarat, Hendra Gunawan Tanjung SP,
M. Fauzan Agustian SP, Rahmat Wibowo SP, yang juga telah membantu penulis
dalam penyelesaian skripsi ini berupa motivasi, ilmu, dan tenaga yang diberikan
mereka, sehingga penulis sedikit banyaknya dapat menyelesaikan dan
Akhir kata penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca. Penulis mengharapkan semoga Allah SWT
memberikan Taufik dan Hidayah-Nya kepada kita.
Medan, Desember 2011
DAFTAR ISI
Hal
ABSTRAK. ... i
ABSTRACT. ... ii
RIWAYAT HIDUP. ... iii
KATA PENGANTAR. ... v
DAFTAR ISI. ... vii
DAFTAR TABEL. ... viii
DAFTAR GAMBAR. ... ix
DAFTAR LAMPIRAN. ... x
PENDAHULUAN. ... 1
Latar Belakang. ... 1
Tujuan Penelitian. ... 3
Kegunaan Penelitian. ... 3
TINJAUAN PUSTAKA. ... 4
Kualitas Tanah. ... 4
Indikator Kualitas Tanah. ... 5
Kualitas Tanah di Lahan Hutan, Pertanian, dan Perkebunan. ... 7
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tanah. ... 9
Daerah Aliran Sungai. ... 11
BAHAN DAN METODE. ... 13
Tempat dan Waktu Penelitian. ... 13
Bahan dan Alat. ... 15
Metode Penelitian. ... 16
Pelaksanaan Penelitian. ... 16
Parameter yang diukur. ... 18
HASIL DAN PEMBAHASAN. ... 19
Hasil. ... 19
Rataan Nilai pH, C-organik, N-total, P-tersedia Tanah. ... 19
Rataan Nilai Kalium, kalsium, Natrium, dan Magnesium Tukar Tanah . ... 20
Rataan Nilai Kerapatan Lindak, Porositas, dan Permeabilitas. ... 21
Rataan Nilai Respirasi Tanah. ... 22
Pembahasan. ... 22
KESIMPULAN DAN SARAN. ... 29
Kesimpulan. ... 29
Saran. ... 30
DAFTAR PUSTAKA. ... 31
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1. Klasifikasi Sifat-sifat Tanah yang Berkontribusi Terhadap Kualitas Tanah Didasarkan atas Kepermanenannya dan Kepekaannya
Terhadap Pengelolaan. ... 7
2. Parameter Pengamatan dan Metode Analisis. ... 18
3. Rataan Nilai pH, C-organik, N-total, P-tersedia tanah. ... 19
2. Rataan Nilai Kalium, Kalsium, Natrium, dan Magnesium Tukar Tanah. ... 20
3. Rataan Nilai Kerapatan Lindak, Porositas, dan Permeabilitas Tanah... 21
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
1. Peta penggunaan Lahan Kawasan Sub-DAS Padang. ... 14
2. Peta Penggunaan Lahan Kawasan Sub-Das Padang . ... 15
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Hasil Analisis Tanah. ... 30
2. Uji Korelasi (SPSS 17.0). ... 31
3. Kriteria Sifat Tanah. ... 32
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dinamika kualitas tanah pada beberapa penggunaan lahan di kawasan Sub-DAS Padang Hilir Kotamadya Tebingtinggi. Penggunaan Lahan yang diteliti adalah lahan karet, sawit, coklat, ubi, dan hutan mangrove skunder. Penelitian dilapangan menggunakan metode survey dan dilakukan uji korelasi untuk sifat fisika, kimia, dan biologi tanah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pH, C-organik, N-Total, P-tersedia, K, Bulk density, porositas, dan permeabilitas sangat mudah berubah terhadap pengolahan lahan. Permeabilitas juga menunjukkan hubungan yang signifikan dengan kandungan C-organik sebesar 0,885* dan sangat signifikan hubungannya dengan CO2 tanah sebesar 0,960**. Untuk sifat kimia tanah, pH memiliki pengaruh yang signifikan dengan K, dan P-tersedia tanah masing masing 0,896* dan 0,881*. P-tersedia Memiliki hubungan yang signifikan dengan K dengan nilai korelasi 0,893*.
Kata Kunci : Dinamika tanah, kualitas tanah, DAS
ABSTRACT
The aim of several was to know dinamics soil quality of several employing land in Sub-DAS Padang downstream region Tebingtinggi city. Employing land was research are rubber land, oil palm, kakao, cassava, and mangrove. Research in field using surveys methode and do correlation test for physics characteristic, chemical, and soil biology.
The result of research showed of pH, C-organics, N-totals, P-available, K, bulk density, pourosity, and permeability are very easy to change of land tillage. Permeabilitas also showed a significant correlation with C-orgnics that is 0,885*and correlation is very significant of CO2 that is 0,960**. For characteristics of chemicals soil, pH have correlations that significant of K, and soil P-available are 0,896* and 0,881*. P-available have significant correlation of K that is 0,893*.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Wilayah sungai Padang merupakan aliran sungai yang terbentang mulai
dari kabupaten Simalungun dengan hulu sungai Gunung Simbolon dan bagian
hilir sungai wilayah kotamadya Tebingtinggi dengan luas DAS sungai Padang
sekitar 11O.801,58 hektar. Kawasan DAS Padang memiliki beragam penggunaan
lahan dimulai dari wilayah Simalungun yang masih ditumbuhi vegetasi hutan
hingga wilayah Tebingtinggi dengan luas 4.247,048 hektar (Kantor Bappeda
Kabupaten Simalungun, 22 Juni 2010) yang merupakan lahan perkebunan rakyat,
perkebunan pemerintah maupun kebun campuran. Perubahan peruntukan lahan
hutan menjadi lahan-lahan pertanian dan perkebunan di sepanjang DAS Padang
mengakibatkan terjadi perubahan kualitas tanah. Akibat alih fungsi lahan hutan
menjadi lahan pertanian menyebabkan air presipitasi tidak dapat ditahan oleh
tanah secara optimal. Air mengalir dan membawa massa tanah di permukaan
lahan menuju aliran air ke sungai. Erosi yang terjadi terus menerus mengikis
lapisan bahan organik di permukaan tanah di kawasan hilir. Endapan yang
semakin tinggi mengurangi kapasitas sungai menampung curah hujan yang tinggi
sehingga air sungai meluap dan menyebabkan banjir terjadi. Daerah sekitar
Sungai Padang dan bahilang di Tebingtinggi merupakan daerah berpotensi banjir
berupa banjir kiriman dari kabupaten Simalungun yang berada di hulu.
Indikator suatu tanah terdegradasi dapat dilihat dari kualitas tanah suatu
lahan. Kualitas suatu lahan dikatakan baik bila masih melaksanakan fungsi-fungsi
perubahan fungsi lahan dari hutan ke pertanian atau perkebunan. Bila pengelolaan
tanah seperti pemupukan sedang terjadi, kualitas tanah menjadi fungsi dari
resistensi (kapasitas penyangga) tanah. Apabila pemupukan sudah terjadi, kualitas
merupakan fungsi dari pemulihan tanah. Kapasitas penyangga tanah dan
pemulihan tanah dipengaruhi oleh sifat-sifat tanah yakni fisika, kimia, dan biologi
tanah, Dengan demikian kita melihat adanya perubahan kualitas tanah terhadap
sifat-sifat tanah tersebut akibat beberapa penggunaan lahan pada daerah tersebut.
Lahan merupakan sumberdaya alam yang jumlahnya terbatas. Kebutuhan
akan sumberdaya lahan oleh manusia yang semakin meningkat telah memberikan
corak tersendiri terhadap pola penggunaan lahan di suatu kawasan. Dampak yang
ditimbulkan adalah terjadinya perubahan tata guna lahan, seperti perubahan
pemanfaatan lahan dari hutan ke pertanian dan pemanfaatan lahan lainnya, yang
dapat mengganggu stabilitas tata air dan tanah (Asdak, 1995). Karakteristik lahan
pada suatu DAS sangat bervariasi tergantung keadaan topografi, iklim, geologi,
tanah, dan vegetasi yang menutupinya. Vegetasi dapatmembuat keadaan tanah
menjadi lebih gembur serta memperhalus agregat tanah. Terbentuknya agregat
tanah yang lebih halus akan menyebabkan bobot isi tanah menurun dan porositas
tanah yang tinggi. Hal ini akan menyebabkan terdapat banyak pori makro dan
mikro sehingga permeabilitas lebih cepat dan meningkatkan kadar air tanah.
Selanjutnya, hal ini akan berpengaruh terhadap laju infiltrasi dan menurunkan
aliran permukaan tanah. Sebaliknya, hilangnya vegetasi (hutan) pada daerah aliran
sungai, terutama di bagian hulu dapat menyebabkan meningkatnya laju erosi.
lapisan tanah atas (top-soil), sehingga menyebabkan penurunan kualitas sifat fisik
tanah (Saribun, 2007).
Dengan adanya praktek-praktek pengelolaan tanah pada beberapa
penggunaan lahan tersebut, seperti halnya pemupukan, pembukaan lahan,
pembakaran, penggunaan bahan-bahan kimia lainya, penggunaan alat-alat berat,
akan mempengaruhi tingkat kualitas tanah pada penggunaan lahan tersebut.
Dimana diantara sifat-sifat fisika,kimia, dan biologi tanah ada yang dapat mudah
berubah (dinamik), sulit berubah, serta ada yang tidak berubah akibat pengolahan.
Permasalahan diatas menarik perhatian penulis untuk menganalisis kualitas tanah
dinamik (sifat tanah yang mudah berubah) akibat alih fungsi lahan hutan menjadi
beberapa penggunaan lahan yang terjadi di kawasan hilir Kotamadya Tebingtinggi
menjadi lahan perkebunan maupun lahan pertanian campuran, dan persawahan.
Kualitas tanah yang bersifat dinamis (dynamic soil quality), yakni perubahan
fungsi tanah sebagai fungsi dari penggunaan dan pengelolaan tanah oleh manusia
(karlen, et al, 1997).
Tujuan Penelitian
a. Menganalisis sifat-sifat tanah kualitas tanah pada beberapa penggunaan lahan
di kawasan hilir Kotamadya Tebingtinggi melalui pendekatan sifat
fisika,kimia, dan biologi tanah.
b. Mengkaji sejauh mana keeratan dari beberapa sifat tanah pada beberapa
penggunaan lahan di kawasan hilir Kotamadya Tebingtinggi.
Kegunaan Penelitian
a. Menentukan kriteria beberapa sifat kimia dan fisika tanah.
b. Memberikan informasi sejauh mana penurunan kualitas tanah ditinjau dari
TINJAUAN PUSTAKA
Kualitas Tanah
Secara umum kualitas tanah (soil quality) didefenisikan sebagai kapasitas
tanah untuk berfungsi dalam suatu ekosistem dalam hubungannya dengan daya
dukungnya terhadap tanaman dan hewan, pencegahan erosi dan pengurangan akan
terjadinya suatu pengaruh negatif terhadap sumberdaya air dan udara
(karlen, et al, 1997).
Kualitas tanah dapat dilihat dari 2 sisi :
1. Sebagai kualitas inherent tanah (inherent soil quality) yang ditentukan oleh
lima faktor pembentuk tanah , atau
2. Kualitas tanah yang bersifat dinamis (dynamic soil quality), yakni perubahan
fungsi tanah sebagai fungsi dari penggunaan dan pengelolaan tanah oleh
manusia.
Terdapat konsesus umum bahwa tata ruang lingkup kualitas tanah
mencakup tiga komponen pokok yakni :
1. Produksi berkelanjutan yakni kemampuan tanah untuk meningkatkan
produksi dan tahan terhadap erosi.
2. Mutu lingkungan, yaitu mutu air, tanah dan udara dimana tanah diharapkan
mampu mengurangi pencemaran lingkungan, penyakit dan kerusakan di
sekitarnya.
3. Kesehatan makhluk hidup, yaitu mutu makanan sebagai produksi yang
dihasilkan dari tanah harus memenuhi faktor keamanan (safety) dan
Karena bersifat kompleks, kualitas tanah tidak dapat diukur namun dapat
diduga dari sifat-sifat tanah yang dapat diukur dan dapat dijadikan indikator dari
kualitas tanah (Acton dan Padbury, 1978 dalam Islam dan Weil, 2000).
Indikator Kualitas Tanah
Indikator kualitas tanah adalah sifat fisika, kimia dan biologi serta proses
dan karakteristik yang dapat diukur untuk memantau berbagai perubahan dalam
tanah (USDA, 1996). Secara lebih spesifik Doran dan Parkin (1994) menyatakan
bahwa indikator kualitas tanah harus memenuhi kriteria:
a. Berkorelasi baik dengan berbagai proses ekosistem dan berorientasi
modeling.
b. Mengintegrasikan berbagai sifat dan proses kimia, fisika dan biologi tanah.
c. Mudah diaplikasikan pada berbagai kondisi lapang dan dapat diakses oleh
para pengguna.
d. Peka terhadap variasi pengelolaan dan iklim (terutama untuk menilai
kualitas tanah yang bersifat dinamis).
e. Sedapat mungkin merupakan komponen basis tanah.
Selama ini evaluasi terhadap kualitas tanah lebih difokuskan terhadap sifat
fisika dan kimia tanah karena metode pengukuran yang sederhana dari parameter
tersebut relatif tersedia (Larson and Pierce, 1991). Akhir-akhir ini telah disepakati
bahwa sifat-sifat biologi dan biokimia dapat lebih cepat teridentifikasi dan
merupakan indikator yang sensitif dari kerusakan agroekosistem atau perubahan
produktivitas tanah (Kenedy and Pependick, 1995).
(permanence) dan tingkat kepekaannya (sensivity) terhadap pengelolaan.
Beberapa sifat tanah dapat berubah dalam jangka waktu harian (ephemeral) atau
mudah berubah dari hari ke hari sebagai hasil dari praktek pengelolaan secara
rutin atau adanya pengaruh cuaca, Sifat tanah lainnya adalah sifat-sifat yang
permanen yang merupakan sifat bawaan (inherent) tanah atau lokasi dan sedikit
terpengaruh oleh pengelolaan. Sifat-sifat atau parameter yang digunakan untuk
penilaian kualitas tanah yang diorentasi pada pengelolaan, merupakan peralihan
[image:22.595.156.507.387.577.2](intermediate) dari kedua faktor ekstrim tersebut ( tabel 1).
Tabel 1. Klasifikasi sifat-sifat tanah yang berkontribusi terhadap kualitas tanah
didasarkan atas kepermanenanya dan tingkat kepekaanya terhadap
pengelolaan (Islam dan Weil, 2000)
Berubah dalam jangka Harian atau rutin (ephemeral)
Sifat bawaan (permanen)
Kadar Air Respirasi tanah pH
N mineral K mineral P tersedia Kerapatan isi
Kedalaman Tanah Lereng
Iklim
Restrictive layer Tekstur
Batuan Mineralogi
Kualitas Tanah di Lahan Hutan, Pertanian, dan Perkebunan
Tanah hutan mempunyai laju infiltrasi permukaan yang tinggi dan
makroporositas yang relatif banyak, sejalan dengan tingginya aktivitas biologi
tanah dan turnover perakaran. Kondisi ini mendukung air hujan yang jatuh dapat
mengalir ke dalam lapisan tanah yang lebih dalam dan juga mengalir secara lateral
(Susswein et al., 2001).
Alih fungsi hutan menjadi lahan pertanian pada umumnya menyebabkan
turunnya fungsi hidrologis hutan. Alih fungsi hutan ini berpangkal dari
peningkatan jumlah penduduk yang memanfaatkan lahan untuk usaha pertanian,
hal ini sering dilakukan tanpa memperhatikan kemampuan tanahnya. Sejalan
dengan itu semakin terbatasnya lahan pertanian yang sesuai untuk usaha di bidang
pertanian, maka penduduk memperluas lahan petaniannya dengan membuka hutan
di daerah lereng-lereng pegunungan. Pemanfaatan sumberdaya lahan yang
mempunyai kemiringan yang curam untuk usaha pertanian mempunyai resiko
yang besar terhadap ancaman erosi, terutama apabila dimanfaatkan untuk usaha
tani tanaman semusim. Alih fungsi hutan menjadi lahan petanian tanaman
semusim melibatkan faktor-faktor yang kompleks yaitu berupa kegiatan-kegiatan
pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan budidaya yang
diusahakan. Kegiatan tersebut akan memberi pengaruh tertentu terhadap sifat-sifat
tanahnya (Asdak, 2004).
Aktivitas pembalakan hutan (forest felling) dan atau pengurangan areal
tegakan hutan (deforestasi)di daerah tropis yang pengusahaannya dengan
tanah akibatnya menurunkan kelembaban tanah dan tentunya juga mempengaruhi
jumlah air yang menjadi aliran permukaan dan atau seberapa besar air yang
terinfiltrasi sehingga hutan yang tadinya dianggap sebagai waduk alam kini
menjadi hal yang sangat menakutkan yaitu sewaktu-waktu bahaya kekeringan atau
banjir dapat terjadi (Anonimous, 2010).
Kecamatan Jatisrono merupakan salah satu kecamatan yang berada pada
Sub DAS Keduang-Wonogiri yang mempunyai kecenderungan untuk perluasan
lahan pertanian yang disebabkan oleh jumlah penduduk yang meningkat,
kebutuhan hidup manusia juga semakin meningkat, didorong adanya modernisasi.
Sumberdaya alam (lahan) menjadi salah satu tumpuan untuk mencukupi
kebutuhan hidup tersebut. Sejalan dengan perkembangan lahan pertanian, ternyata
aktivitas pertanian juga dapat menurunkan fungsi tanah. Untuk mencukupi
kebutuhan pangan, para petani melakukan ekstensifikasi pertanian. Keadaan
tersebut menyebabkan terjadinya kerusakan ekosistem dan penurunan kualitas
tanah, sehingga menambah luasan lahan kritis di Sub Das Keduang. Degradasi
tanah akan mengawali keseluruhan proses degradasi lingkungan karena bersifat
merusak atau tidak dikehendaki (Anoimous, 2010).
Tanaman perkebunan banyak diusahakan pada lahan dengan kemiringan
agak curam, oleh karena itu erosi dapat menjadi salah satu penyebab kemunduran
kualitas tanah yang berdampak pada penurunan produktivitas lahan. Guna
mengurangi erosi sampai batas erosi yang dapat diabaikan (tolerable soil loss),
maka beberapa tindakan pengendalian erosi perlu dilakukan, terutama pada saat
tanaman masih relatif muda, atau tingkat penutupan lahan relatif rendah
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Tanah
Tanah disebut berkualitas tinggi bila memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
(1) cukup tapi tidak berlebih dalam mensuplai hara (2) memiliki struktur yang
baik (3) memiliki kedalaman lapisan yang cukup untuk perakaran dan drainase (4)
memiliki drainase internal yang baik (5) populasi penyakit dan parasit rendah (6)
populasi organisme yang mendorong pertumbuhan tinggi (7) Tekanan tanaman
pengganggu (gulma) rendah (8) tidak mengandung senyawa kimia yang beracun
untuk tanaman (9) tahan terhadap kerusakan dan (10) elastis dalam mengikuti
suatu proses degradasi (Syarifudin, 2004).
Stabilitas agregat tanah dalam air (water-stable aggregate) atau distribusi
ukuran agregat direkomendasikan sebagai indikator kualitas tanah lapisan
permukaan (surface soil quality). Resistensi agregat untuk terdispersi ketika
dibasahi merupakan sifat tanah yang tergolong penting karena faktor ini
mempengaruhi banyak fungsi tanah dan juga dapat merefleksikan keterkaitan sifat
biologi, kimia dan sifat fisik tanah (Karlen, et al., 1999; Islami dan Weil, 2000).
Berat isi merupakan quite variable, tetapi harus dimasukkan dalam evaluasi
kualitas tanah. Bukan hanya sebagai sifat fisik tanah tetapi juga
untuk mengkonversi data konversi ke unit volumetrik yang lebih relevan
(Karlen, et al., 1999).
Minimum data set yang berpotensi untuk menjaring kondisi kualitas tanah
adalah indikator fisika tanah meliputi: tekstur tanah, ketebalan tanah
(lebih ditujukan sebagai kualitas inherent tanah), infiltrasi, berat isi tanah dan
mikroba, C dan N, potensi N dapat dimineralisasi, respirasi tanah, kandungan air
dan suhu ( Doran dan Parkin, 1994; Larson dan Pierce, 1994).
Meskipun banyak sifat-sifat tanah yang potensial untuk dijadikan
indikator kualitas tanah, namun, pemilihan sifat-sifat tanah yang akan digunakan
untuk indikator kualitas tanah sangat tergantung pada tujuan dilakukuannya
evaluasi. Karlen, et al (1997) menyatakan bahwa untuk mengimplementasikan
penilaian kualitas tanah, perlu dilakukan identifikasi indikator-indikator yang
sensitif terhadap praktek produksi pertanian. Jangka waktu suatu pengelolaan juga
akan berpengaruh terhadap pemilihan parameter yang akan digunakan. Idealnya
indikator-indikator tersebut akan dapat dideteksi perubahannya dalam jangka
waktu pendek (1 – 5 tahun) setelah dilakukannya perubahan pengelolaan.
Lima proses utama yang terjadi akibat timbulnya tanah yang terdegradasi,
yaitu: menurunnya bahan kandungan bahan organik tanah, perpindahan liat,
memburuknya struktur dan pemadatan tanah, erosi tanah, deplesi dan pencucian
unsur hara (Firmansyah, 2003). Khusus untuk tanah-tanah tropika basa terdapat
tiga proses penting yang menyebabkan terjadinya degradasi tanah, yaitu:
1) degradasi fisik yang berhubungan dengan memburuknya struktur tanah
sehingga memicu pergerakan, pemadatan, aliran banjir berlebihan, dan erosi
dipercepat, 2) degradasi kimia yang berhubungan dengan terganggunya siklus
C, N, P, S dan unsur-unsur lainnya, dan 3) degradasi biologi yang berhubungan
dengan menurunya kualitas dan kuantitas bahan organik tanah, aktivitas biotik dan
Daerah Aliran Sungai
Daerah aliran sungai (DAS) adalah sebuah kawasan yang dibatasi oleh
pemisah topografis yang menampung, menyimpan dan mengalirkan curah hujan
yang jatuh di atasnya ke sungai utama yang bermuara atau lautan (Manan, 1978).
Daerah aliran sungai adalah daerah yang dibatasi punggung-punggung gunung
sehingga air hujan yang jatuh pada daerah tersebut akan ditampung dan dialirkan
melalui sungai-sungai kecil ke sungai utama (Asdak, 2002).
Pada daerah aliran sungai terdapat berbagai macam penggunaan lahan,
misalnya hutan lahan pertanian, pedesaan dan jalan. Dari namanya, DAS
menggambarkan bahwa sungai atau air merupakan faktor yang sangat penting
dalam pengelolaan DAS karena air menunjang kehidupan berbagai makhluk hidup
di dalamnya. Masalah pada daerah aliran sungai (DAS) yang utama berhubungan
dengan jumlah (kuantitas) dan mutu (kualitas) air. Air sungai menjadi berkurang
(kekeringan) atau menjadi terlalu banyak (banjir) menggambarkan jumlah air.
Daerah aliran sungai adalah daerah yang dibatasi punggung-punggung gunung
sehingga air hujan yang jatuh pada daerah tersebut akan ditampung dan dialirkan
melalui sungai-sungai kecil ke sungai utama (Asdak, 2002).
Tataguna lahan yang bersifat mengubah bentang lahan DAS dapat
mempengaruhi hasil air dalam batasan tertentu kegiatan tersebut dapat
mempengaruhi kondisi kualitas air, dan demikian halnya dengan aktivitas
pembalakan hutan (forest logging/forest felling). Perubahan tata guna lahan dan
jenis vegetasi dalam skala besar serta bersifat permanent mempengaruhi tingkat
kesuburan tanah dan besar-kecilnya hasil air. Kekhawatiran akan kegiatan
Kekhawatiran tersebut dengan dasar alasan yaitu pengaruh distribusi curah hujan
dalam scala besar dan bersentuhan langsung dengan permukaan tanah merusak
struktur tanah, daya pecah butir hujan terhadap tanah dapat menyebabkan runoff
bermuatan suspensi tanah, pada akhirnya kualitas air menjadi kurang baik bagi
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Sub-DAS Padang Hilir Kotamadya
Tebingtinggi dan analisis tanah di Laboratorium Riset dan Teknologi, Biologi
Tanah serta Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan yang dimulai pada bulan Desember tahun
[image:29.595.114.514.336.655.2]2010 sampai dengan selesai.
Bahan dan Alat
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sampel tanah
lapangan, bahan-bahan kimia untuk kebutuhan analisa di laboratorium, peta
tata guna lahan Kotamadya Tebingtinggi untuk mengetahui penggunaan lahan,
label nama untuk memberi tanda pada setiap ulangan sample tanah, Plastik untuk
membungkus sampel dan bahan-bahan lain yang mendukung penelitian.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPS untuk menentukan
letak lokasi penelitian, ring sampel untuk mengambil sampel tanah, cangkul, bor
belgia untuk mengambil sampel tanah, Peta Kotamadya Tebingtinggi, Khejeldal
therm, oven, eksikator, gelas ukur, alat hidrometer, pH meter, buret, dan alat-alat
[image:30.595.117.517.422.724.2]lain yang diperlukan untuk keperluan analisa di laboratorium.
Metoda Penelitian
Penelitian ini dirancang dengan menggunakan metode survey tanah.
Pelaksanaan Penelitian
Sampel tanah diambil pada beberapa penggunaan lahan di kawasan
Sub-DAS Padang hilir, meliputi kebun sawit (03.43164о N dan 099.27509о E), lahan
ubi (03.35396о N dan 099.23975о), lahan hutan mangrove (03.42617о N dan
099.29960о E), kebun karet (03.34963о N dan 099.19135о E), dan kebun cokelat
(03.33884о N dan 099.22312о
Pengambilan contoh tanah untuk analisis kimia, fisika, dan biologi tanah
diambil pada kedalaman 0 – 20 cm dengan menggunakan cangkul. Pada setiap
penggunaan lahan diambil 3 titik sampel yang kemudian sampel tanah pada
masing-masing penggunaan lahan dikompositkan. Untuk analisis kerapatan lindak
dan porositas tanah, sampel tanah diambil dengan menggunakan bor belgia dan
ring sampel.
E). Sampel tanah diambil dengan 3 titik sampel
pada setiap penggunaan lahan, dengan jarak titik sampel tanah adalah 10 meter
Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian Parameter yang Diukur
Parameter yang diukur meliputi sifat kimia, fisika dan biologi tanah.
Tabel 2. Parameter Pengamatan,Metoda Analisis, dan Teknik Pengambilan Sampel Tanah
No. Parameter Pengamatan Metoda Analisis Teknik Pengambilan Sampel
1. Sifat Kimia :
a. pH
b. C-Organik
c. N Total
d. P Tersedia
e. Basa-basa Tukar (K, Ca,
Mg, Na)
Ph meter
Walkley and Black
Kjeldahl
Bray II
Ammonium asetat
methode
Menggunakan bor tanah
Menggunakan bor tanah
Menggunakan bor tanah
Menggunakan bor tanah
Menggunakan bor tanah
2. Sifat Fisika :
a. Kerapatan Isi
b. Porositas
c. Permeabilitas
d. Tekstur
Ring Sample Ring Sample Ring Sample Hidrometer Ring Sample Ring Sample Ring Sample
Menggunakan bor tanah
3. Sifat Biologi :
a. CO2 tanah Titrasi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Nilai pH, Kadar karbon organik, kandungan N total dan kandungan Fosfat
[image:34.595.113.510.263.377.2]tersedia tanah dapat dilihat pada Tabel 3 berikut :
Tabel 3. Rataan nilai pH, C-organik, N-total, P-tersedia tanah
Penggunaan Lahan
Parameter
pH C-organik
(%)
N-total
(%)
P-tersedia
(ppm)
Ubi 6,19 1,69 0,17 3,87
Karet 6,08 1,61 0,15 2,72
Sawit 6,01 1,24 0,23 3,74
Coklat 7,00 1,39 0,25 5,22
Mangrove 6,57 3,59 0,32 4,65
Pada Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa pH tanah netral pada lahan coklat
dan merupakan nilai pH tertinggi (7) dari penggunaan lahan lainnya. Sedangkan
pH terendah dengan kriteria agak masam (6,01) diperoleh pada lahan sawit.
Kandungan karbon-organik tertinggi terdapat pada penggunaan lahan mangrove
dan kandungan terendah pada lahan sawit. Kandungan nitrogen total tanah
tertinggi diperoleh pada penggunaan lahan mangrove dan yang terendah pada
lahan karet. Nitrogen total tanah tertinggi tanah adalah sebesar 0,32% pada
penggunaan lahan mangrove dan yang paling rendah adalah 0,15% pada
penggunaan lahan karet. Kandungan fosfat tersedia tanah tertinggi yaitu 5,22 ppm
pada penggunaan lahan coklat dan yang tertinggi terendah yaitu 2,72 ppm pada
Analisis nilai Kalium, Kalsium, Natrium, dan Magnesium tukar tanah
dapat dilihat pada Tabel 4 berikut:
Tabel 4. Rataan nilai Kalium, Kalsium, Natrium, dan Magnesium tukar tanah
Penggunaan Lahan
Parameter K
(me/100)
Ca
(me/100)
Na
(me/100)
Mg
(me/100)
Ubi 0,24 0,67 0,06 0,06
Karet 0,24 0,24 0,07 0,04
Sawit 0,29 0,38 0,06 0,05
Coklat 0,39 0,42 0,05 0,06
Mangrove 0,33 0,25 0,05 0,08
Pada Tabel 4 diatas, dapat dilihat bahwa nilai kalium tukar yang tertinggi
yaitu 0,39 me/100 pada lahan coklat dan yang terendah yaitu 0,24 me/100 pada
lahan ubi dan karet. Nilai kalsium tertinggi diperoleh pada lahan ubi yaitu 0,67
me/100 dan yang terendah yaitu 0,24 me/100 pada tanaman Karet. Nilai natrium
tukar tertinggi diperoleh pada lahan karet sebesar 0,07 me/100, dan yang terendah
yaitu 0,05 me/100 pada penggunaan lahan coklat. Selanjutnya, nilai magnesium
tukar tertinggi yaitu sebesar 0,08 me/100 pada lahan mangrove dan yang terendah
yaitu 0,04 me/100 yang dijumpai pada lahan karet.
Nilai kerapatan lindak, porositas, dan permeabilitas tanah dapat dilihat
[image:35.595.108.512.165.300.2]Tabel. 5. Rataan nilai Kerapatan lindak, Porositas, dan Permeabilitas Tanah
Penggunaan
Lahan Parameter
BD
(gr/cm3
Porositas
) (%)
Permeabilitas
(ml/ jam) Tekstur
Ubi 1,03 62 2,24 Lempung Liat Berpasir
Karet 1,34 48 2,15 Lempung Liat Berpasir
Sawit 0,91 66 1,75 Lempung Berpasir
Coklat 1,3 51 1,86 Lempung Liat Berpasir
Mangrove 0,66 76 2,57 Lempung Liat Berpasir
Dari Tabel 5 diatas dapat dilihat beberapa sifat fisika tanah pada setiap
penggunaan lahan. Kerapatan lindak tanah tertinggi ialah 1,34 gr/cm3 pada
penggunaan lahan karet dan yang terendah diperoleh pada lahan magrove sebesar
0,66 gr/cm3
Kandungan karbon dioksida tanah dapat dilihat pada Tabel 6 berikut : . Porositas tanah tertinggi diperoleh pada pengggunaan lahan
mangrove sebesar 76% dan yang terendah yaitu 48% pada penggunaan lahan
karet. Permeabilitas tanah yang tertinggi yaitu 2,57 ml/jam dengan kriteria sedang
yang didapat pada penggunaan lahan mangrove dan yang terendah yaitu
1,75 ml/jam dengan kriteria agak lambat yang didapat pada penggunaan lahan
sawit. Dari Tabel 5 diatas juga diketahui tekstur tanah pada sebagian besar
penggunaan lahan adalah lempung liat berpasir untuk penggunaanlahan ubi, karet,
coklat, dan hutan mangrove, dan lempung berpasir untuk penggunaan lahan
Tabel 6. Rataan Analisis Sifat Respirasi Tanah Penggunaan
Lahan Parameter
CO
(mg/100 g)
2
Ubi 4,96
Karet 3,75
Sawit 2,00
Coklat 2,99
Mangrove 5,48
Berdasarkan Tabel 6 diatas dapat dilihat bahwa kandungan CO2 tanah
tertinggi diperoleh pada penggunaan lahan mangrove sebesar 5,48 mg/100g dan
yang terendah yaitu sebesar 2,00 mg/100g pada penggunaan lahan sawit.
Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis sifat kimia tanah dari setiap penggunaan lahan
yang dilakukan dan disesuaikan dengan kriteria sifat tanah menurut Badan
Penelitian Tanah tahun 2005 pada lampiran III, diketahui bahwa pH tanah
termasuk dalam kriteria agak masam sampai netral. Untuk parameter Nitrogen (N)
total tanah termasuk dalam kriteria rendah sampai dengan sedang. Basa-basa tukar
tanah (K, Ca, Mg, dan Na) memiliki kriteria yang beragam dengan kriteria sangat
rendah, rendah, dan sedang. Fosfat tersedia tanah pada semua penggunaan lahan
termasuk kriteria sangat rendah. Karbon organik berada dalam kriteria rendah
sampai tinggi.
Dari kriteria beberapa parameter amatan sifat kimia tanah tanah tersebut,
Berdasarkan hasil uji korelasi sifat kimia tanah yang dilakukan, diketahui
bahwa pH memiliki korelasi yang signifikan terhadap fosfat (P) tersedia dan
kalium (K) tukar tanah masing-masing dengan r sebesar 0,881* dan 0,896* (pada
lampiran II). Selain itu, fosfat (P) tersedia juga memiliki hubugan yang signifikan
dengan kalium (K) tukar tanah serta sangat signifikan hubungannya dengan
kandungan natrium (Na) tukar dengan nilai r masing-masing adalah 0,893* dan
0,976**. Angka-angka dengan tanda bintang tersebut menunjukkan bahwa adanya
suatu keeratan hubungan yang searah antara satu parameter tanah tersebut.
Artinya, semakin baik pH tanah suatu lahan maka akan semakin tinggi ketersedian
fosfat tersedia dan kalium tukar pada tanah tesebut. Semakin tinggi ketersediaan
fosfat terdia tanah makasemakin tinggi juga nilai natrium tukar tanahnya. Ini
menunjukkan bahwa antara satu parameter kimia tanah berpengaruh terhadap
parameter kimia tanah lainnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Damanik dkk
(2011) bahwa ketersediaan fosfat anorganik tanahsangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti (1) pH (2) tersedianya Ca (3) jumlah dan ttingkat
pelapukan bahan organik dan (4) aktifitas jasad renik.
Hal tersebut juga dikuatkan oleh Novizan (2002) yang menyatakan
ketersediaan fosfor dalam tanah ditentukan oleh banyak faktor tetapi yang paling
penting adalah pH tanah. Pada tanah yang ber pH rendah (masam), fosfor akan
bereaksi dengan ion besi (Fe) dan aluminium (Al). Reaksi ini akan membentuk
besi fosfat atau aluminium fosfat yang sukar larut di dalam air sehingga tidak
dapat digunakan oleh tanaman. Pada pH tanah yang tinggi (basa), fosfor akan
bereaksi dengan ion kalsium. Reaksi ini akan membentuk kalium fosfat yang
tanpa memperhatikan pH tanah, pemupukan fosfor tidak akan berpengaruh bagi
pertumbuhan tanaman.
Berdasarkan hasil analisis parameter fisika tanah, diketahui permeabilitas
tanah pada beberapa penggunaan lahan di atas termasuk pada kriteria agak lambat
sampai sedang melalui kriteria permeabilitas tanah menurut Uhland dan O’neal
tahun 1951 (lampiran III).
Berdasarkan hasil uji korelasi yang dilakukan dapat dilihat bahwa
permeabilitas memiliki hubungan yang sangat signifikan terhadap respirasi tanah
(koefesien korelasi r= 0,960**) dan karbon organik tanah. Ini menunjukkan
bahwa permeabilitas sangat berpengaruh terhadap besarnya respirasi tanah dan
karbon-organik tanah. Permeabilitas tanah merupakan kemampuan tanah untuk
melewatkan air dan udara di dalam tanah. Sedangkan respirasi tanah
mencerminkan tingkat aktifitas mikroorganisme tanah. Respirasitanah sendiri
dipengaruhi oleh bahan organik tanah, pH dan rata-rata jumlah mikroorganisme.
Dalam prosesnya, respirasi oleh akar dan organisme tanah ini membutuhkan
oksigen dan menghasilkan karbondioksida, yang tentunya permeabilitas tanah
juga menentukan banyak atau sedikitnya oksigen di dalam tanah.
Semakin tinggi atau semakin baik permeabilitas tanah maka respirasi tanah
juga akan semakin baik. Sama juga halnya dengan pengaruh yang positif antara
permeabilitas tanah dengan karbon-organik tanah. C-organik itu sendiri juga
ditentukan oleh banyaknya bahan organik yang telah terdekomposisi.
Pendekomposisian atau perombakan bahan organik tersebut tentunya oleh bakteri
mikroorganisme pengurai tersebut yang berguna untuk merombak bahan organik
dan menghasilkan C-organik tanah. Dari uraian di atas diketahui bahwa secara
tidak langsung permeabilitas tanah berpengaruh terhadap besarnya karbon-organik
tanah. Artinya semakin baik permeabilitas tanah maka semakin baik pula
C-organik tanah. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5 pada penggunaan lahan hutan
mangrove, dimana permeabilitas yang baik juga menunjukkan C-organik yang
baik (Tabel 3) dan respirasi yang baik juga (Tabel 6).
Hasil uji korelasi juga menunjukkan bahwa kerapatan lindak dan Porositas
tanah memiliki hubungan yang sangat signifikan (koefesien korelasi r= -0,999**).
Tanda negatif (-) pada -0,999** sebagai hasil korelasi antara kerapatan lindak
dengan porositas tanah menunjukkan bahwa antara kedua parameter ini memiliki
suatu hubungan yang sangat erat yang berlawanan atau berkebalikan antara satu
dengan yang lainnya. Artinya apabila kerapatan lindak tanah semakin tinggi maka
porositas tanah akan semakin rendah dan sebaliknya apabila semakin kecil
kerapatan lindak, maka porositas tanah akan semakin tinggi pula.
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Pairunan dkk (1985) menyatakan
bahwa Tanah yang memiliki Bulk density tinggi atau besar mempunyai
kandungan bahan mineral yang banyak, namun porositasnya rendah karena
semakin tinggi nilai Bulk densitynya maka porositasnya akan berkurang.
Tampubolon (1995) dalam penelitiannya juga menyebutkan bahwa pengolahan
tanah sebetulnya bertujuan untuk menurunkan bulk density tanah, tetapi jika
menggunakan alat-alat berat dan dalam jangka waktu yang lama akan
rnenyebabkan kenaikan bulk density tanah yang berakibat menurunkan porositas
Analisis sifat fisika tanah yang dilakukan diperoleh tekstur tanah pada
penggunaan lahan di kawasan Sub-Das Padang hilir ialah Lempung liat berpasir
dengan kriteria agak halus dan lempung berpasir dengan kriteria agak kasar.
Tekstur berpengaruh terhadap berbagai reaksi kimia dan fisika tanah serta
pertumbuhan tanaman. Tanah dengan kriteria agak halus dengan memiliki
kandungan liat tentunya lebih baik daripada tanah dengan tekstur agak kasar pada
lahan sawit. Tanah yang memiliki kandungan liat berarti tanah tersebut memiliki
tempat penyimpanan hara sebagai cadangan hara yang berguna pada saat tanah
mengalami pencucian. Fraksi liat mempunyai arti yang penting. Karena pada
permukaan liat inilah terjadinya adsorbsi air dan hara. Sedangkan tanah dengan
fraksi pasir (kasar) mengakibatkan daya tampung atau daya serap air kecil, serta
tanah mudah terdispersi karena besarnya ruang antar partikel tanah.
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Sutedjo dan Kartasapoetra (2002)
yang menyatakan partikel pasir berbentuk bulat tak teratur dan jika tidak diliputi
oleh ataupun debu maka keadaannya akan mudah dipencarkan (tidak lengket),
kapasitas mengikat airnya rendah, ruang-ruang antar letak partikel-partikel ini
dikatakan longgar sehingga kemampuannya dalam meneruskan air adalah
demikian cepat. Sejumlah berat tertentu, liat koloidal akan memiliki luas
permukaan 10.000 kali lebih besar daripada pasir pada berat yang sama.
Dari hasil uji korelasi dapat diketahui bahwa sifat-sifat fisika, kimia, dan
biologi diatas memiliki korelasi yang baik, bahkan sangat signifikan antara satu
sama lain sebagai bagian dari proses ekosistem yang terjadi didalamnya berupa
dinamik atau mudah berubah dalam waktu yang singkat akibat perubahan atau
pengelolaan yan terjadi diatasnya. Hal ini sesuai dengan peryataan Doran dan
Parkin (1994) yang menyatakan bahwa indikator-indikator kualitas tanah harus
memenuhi kriteria: berkorelasi baik dengan berbagai proses ekosistem dan
berorientasi modeling, mengintegrasikan berbagai sifat dan proses kimia, fisika
dan biologi tanah, mudah diaplikasikan pada berbagai kondisi lapang dan dapat
diakses oleh para pengguna, peka terhadap variasi pengelolaan dan iklim
(terutama untuk menilai kualitas tanah yang bersifat dinamis), sedapat mungkin
merupakan komponen basis tanah.
Berdasarkan hasil analisis sifat fisika, kimia, dan biologi tanah yang
dilakukan dilaboratorium, diketahui bahwa pH, P-tersedia, kerapatan isi, dan
Respirasi tanah menunjukkan bahwa sifat-sifat ini berpengaruh terhadap kualitas
tanah berdasarkan kepekaannya yang bersifat dinamik terahadap pengelolaan. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Islami dan Weil (2000) yang menyatakan bahwa
klasifikasi sifat-sifat tanah yang berkontribusi terhadap kualitas tanah didasarkan
atas kepermanenannya dan tingkat kepekaannya terhadap pengelolaan.
Dari hasil analisis yang dilakukan, dapat diketahui bahwa kualitas tanah
lahan hutan mangrove memiliki kualitas yang paling baik dibandingkan dengan
penggunaan lahan yang lain. Hal tersebut dikarenakan lahan mangrove ini
merupakan satu-satunya penggunaan lahan yang masih alami atau belum
mengalami proses-proses pengolahan tanah dan belum mengalami alih fungsi
lahan menjadi lahan pertanian atau perkebunan seperti lahan lainnya.
Sedangkan pada lahan karet memiliki kualitas tanah yang paling jelek
kondisi lahan yang memiliki kemiringan (berbukit) dibandingkan dengan lahan
lainnya. Selain itu, lahan karet ini juga paling dekat dengan aliran Sungai Padang,
serta tidak adanya tanaman penutup tanah (cover crops) yang seharusnya dapat
meningkatkan daya serap air dan ketahanan tanah akan butir-butir hujan yang
jatuh di atasnya. Sehingga dari kondisi dan latak lahan yang seperti itu, lahan
karet ini kemungkinan terangkutnya hara tanah akibat pencucian dan terangkutnya
butir tanah akibat erosi dan aliran permukaan, serta banjir, juga semakin besar.
Sehingga menyebabkan penurunan kualitas tanah baik itu dari sifat kimia, maupun
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Pada beberapa penggunaan lahan di kawasan Sub-DAS Padang Hilir
Kotamadya Tebingtinggi dapat disimpulkan bahwa:
a. Nila pHtanah termasuk dalam kriteria agak masam sampai dengan netral
b. Nilai Nitrogen total tanah termasuk dalam kriteria rendah sampai dengan
sedang
c. Nilai Fosfat tersedia tanah termasuk dalam kriteria sangat rendah
d. Nilai K, Ca, Na, dan Mg tukar termasuk dalam kriteria sangat rendah,
rendah, sampai sedang
e. Kerapatan lindak berada dalam kriteria tinggi sampai rendah
f. C-Organik tanah termasuk dalam kriteria rendah sampai tinggi
g. Tekstur tanahtermasukdalam kriteria agak kasar sampai agak halus
h. Permeabilitas tanah termasuk dalam kriteria agak lambat sampai sedang
2. Dari beberapa karakteristik sifat kimia dan fisika tanah, lahan hutan
mangrove memiliki kualitas tanah yang paling baik dibandingkan dengan
lahan yang lainnya dengan kandungan C-organik yang tinggi, nitrogen total
yang sedang, kalium yang sedang, permeabilitas yang sedang, kerapatan
lindak yang rendah dan porositas yang besar
3. Dari beberapa karakteristik sifat kimia dan fisika tanah, lahan kebun karet
memiliki kualitas tanah yang buruk dibandingkan dengan lahan yang lainnya
dengan kandungan C-organik yang rendah, nitrogen total tanah yang rendah,
Saran
1. Melihat rendahnya rata-rata nilai kandungan karbon organik pada beberapa
penggunaan lahan tersebut, sebaiknya perlu dilakukan perbaikan berupa
penambahan bahan organik untuk meningkatkan kandungan karbon organik
tanah pada penggunaan lahan di kawasan Sub-Das Padang Hilir Kotamadya
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous, 2010a. Studi Analisis Kualitas Tana pada 1 November, Medan.
Asdak, Chay. 1994. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Arsyad, S.2000. Konservasi Tanah dan Air. UPT Produksi Media Informasi. Lembaga Sumberdaya Informasi. Institut Pertanian Bogor. IPB Press, Bogor.
Balai Penelitian Tanah, 2005. Konservasi Tanah Pada Lahan Usaha Tani Berbasis Tanaman Perkebunan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Badan Litbang Pertanian, Bogor.
Damanik, M.M.B., Bachtiar Effensi Hasibuan, Fauzi, Sarifuddin, dan Hamidah Hanum. 2011. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. USU Press, Medan
Dariah, A. 2004. Tingkat Erosi dan Kualitas Tanah pada Lahan Usaha Tani Berbasis Kopi di Sumberjaya, Lampung Barat. Disertasi S3. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. IPB Press, Bogor.
Doran, J.W and T.B. Parkin. 1994. Defining and assessing soil quality. In J. W Doran, D.C Coleman, D.F Bezdicek and B.A Stewart (Eds.) Definiing Soil Quality for Suistainable Environment. SSSA. Madison, Wisconsin. Special Publication.
Foth, H.D. 1978. Dasar-Dasar Ilmu Tanah, Edisi keenam. Alih Bahasa Soenarto Adisoemarto, 1994. Erlangga. Jakarta.
Hakim, N. M., Yusuf Nyakpa, A. M. Lubis, Sutopo Ghani Nugroho, M. Rusdi Saul, M. A. Diha, Go Ban Hong, dan H. H. Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Lampung.
Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan Yang Efektif. Agromedia Pustaka, Jakarta. Islam, K.R dan Weil. 2000. Soil quality indicator propertiesin mid-atlantic soils as
influence by conservation management. J. Soil and Water Cons.
Iswati, Asdar. 2006. Evaluasi Degradasi Tanah dan Perubahan Kesesuaian Lahan pada Kebun Kelapa Sawit (Studi Kasus di Kebun Plasma Kelapa Sawit Pir-Trans PTP Mitra Ogan Sumatera Selatan). Internet
Kennedy, A.C and R.I. Papendick. 1995. Microbial characteristics of soil quality. J. Soil and Water Cons.
Linsley, R.K, M.A Kohler and J.L.H.Paujhus. 1980. Surface Retention and Detentioon and Overland Flow. Applied Hydrology. Chap. 11 : 260-302. Mc Graw-Hill Book Co., New York.
Pairunan, dkk. 1985. Bulk Density. Internet
Parr, J.F, R.I. Papendick, S.B Hornick and R.E. Meyer. 1992. Soil quality : Atributes and relationship to alternative and suistanable agriculture, Am.J.Alt.Agr.
Saribun, Daud S. 2007. Pengaruh Jenis Penggunaan Lahan dan Kelas Kemiringan Lereng Terhadap Bobot Isi, Porositas Total, dan Kadar Air Tanah pada Sub-DAS Cikapundung Hulu. Ilmu Tanah FP Universitas Padjadjaran.Jatinangor. Internet.
Susswein, P.M.; Van Noordwijk, M. dan B. Verbist. 2001. Forest Watershed Functions and Tropical Land Use Change. Dalam van Noordwijk, M.; Williams, S. dan B. Verbist (Eds.), Towards integrated natural resource management in forest margins of the humid tropics: local action and global concerns. International Centre for Research in Agroforestry. Bogor.
Sutedjo, Mul Mulyani., dan A.G. Kartasapoetra. 2002. Pengantar Ilmu Tanah. Rineka Cipta, Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran I: Hasil Analisis Tanah
a. Rataan nilai pH, C-organik, N-total, P-tersedia tanah
Penggunaan Lahan
Parameter
pH C-organik
(%)
N-total
(%)
P-tersedia
(ppm)
Ubi 6,19 1,69 0,17 3,87
Karet 6,08 1,61 0,15 2,72
Sawit 6,01 1,24 0,23 3,74
Coklat 7 1,39 0,25 5,22
Mangrove 6,57 3,59 0,32 4,65
b. Rataan nilai Kalium, Kalsium, Natrium, dan Magnesium tukar tanah
Penggunaan Lahan Parameter K (me/100) Ca (me/100) Na (me/100) Mg (me/100)
Ubi 0,24 0,67 0,06 0,06
Karet 0,24 0,24 0,07 0,04
Sawit 0,29 0,38 0,06 0,05
Coklat 0,39 0,42 0,05 0,06
Mangrove 0,33 0,25 0,05 0,08
c. Rataan nilai Kerapatan lindak, Porositas, dan permeabilitas tanah Penggunaan
Lahan Parameter
BD
(gr/cm3
Porositas
) (%)
Permeabilitas
(ml/ jam) Tekstur
Ubi 1,03 62 2,24 Lempung Liat Berpasir (ah)
Karet 1,34 48 2,15 Lempung Liat Berpasir (ah)
Sawit 0,91 66 1,75 Lempung Berpasir (ak)
Coklat 1,3 51 1,86 Lempung Liat Berpasir (ah)
d. Hasil Analisis Sifat Biologi Tanah Tiap Penggunaan Lahan Penggunaan
Lahan Parameter
CO
(mg/100 g)
2
Ubi 4,96
Karet 3,75
Sawit 2
Coklat 2,99
Mangrove 5,48
Lampiran II: Uji Korelasi (SPSS 17.0) a. Uji Korelasi antar sifat kimia Tanah
pH P-tersedia
pH 1 0,881*
P-Tersedia - 1
*. Correlation is significant at the 0,05 level (2-tailed) **. Correlation is significant at the 0,01 level (2-tailed)
pH K
pH 1 0,896*
K - 1
*. Correlation is significant at the 0,05 level (2-tailed) **. Correlation is significant at the 0,01 level (2-tailed)
P-tersedia K
P-Tersedia 1 0,893*
K - 1
*. Correlation is significant at the 0,05 level (2-tailed) **. Correlation is significant at the 0,01 level (2-tailed)
P-tersedia Na
P-Tersedia 1 -0,976**
b. Uji Korelasi antar sifat kimia dengan Fisika Tanah Correlations
C-organik Permeabilitas
C-organik 1 0.885*
Permeabilitas - 1
*. Correlation is significant at the 0,05 level (2-tailed)
c. Uji Korelasi antara Sifat Fisika Tanah Correlations
BD Porositas Permeabilitas
BD 1 -0,999** -
Porositas - 1 -
Permeabilitas - - 1
**. Correlation is significant at the 0,01 level (2-tailed)
d. Uji Korelasi antara Sifat Fisika dan Biologi Tanah Correlations
CO2 Permeabilitas
CO2 1 0,960**
Permeabilitas 0,960** 1
**. Correlation is significant at the 0,01 level (2-tailed)
Lampiran III: Kriteria Sifat Tanah Sifat Tanah Satuan Sangat
Rendah
Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi C (Karbon) % < 1.00 1.00-2.00 2.01-3.00 3.01-5.00 > 5.00 N (Nitrogen) % < 0.10 0.10-0.20 0.21-0.50 0.51-0.75 > 0.75 P-avl Bray II ppm < 8.0 8.0-15 16-25 26-35 > 35 K-tukar me/100 < 0.10 0.10-0.20 0.30-0.50 0.60-1.00 >1.00 Na-tukar me/100 < 0.10 0.10-0.30 0.30-0.50 0.80-1.00 >1.00 Ca-tukar me/100 < 2.0 2.0-5.0 6.0-10.0 11.0-20.0 >20.0 Mg-tukar me/100 < 0.40 0.40-1.00 1.10-2.00 2.10-8.00 >8.00
Sangat Masam
Masam Agak
Masam
Netral Agak Alkalis
Alkalis
Kriteria Permeabilitas Tanah menurut Uhland dan O’Neal (1951)
Kelas Permeabilitas
Sangat Lambat < 0,125
Lambat 0,125 – 0,50
Agak Lambat 0,50 – 2,0
Sedang 2,0 – 6,25
Agak Cepat 6,25 – 12,5
Cepat 12,5 – 25
Sangat cepat >25
Pengelompokan kelas tekstur adalah:
Halus (h) : Liat berpasir, liat, liat berdebu
Agak halus (ah) : Lempung berliat, lempung liat berpasir, lempung liat berdebu
Sedang (s) : Lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung
berdebu, debu
Agak kasar (ak) : Lempung berpasir
Kasar (k) : Pasir, pasir berlempung