• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

pH Tanah

Dari hasil pengamatan pH tanah (Lampiran 4) dan hasil analisis ragam (Lampiran 5) diketahui bahwa perbedaan masa inkubasi berpengaruh nyata terhadap pH tanah. Tetapi pemberian bahan organik limbah perkebunan dan pupuk kandang sapi tidak berpengaruh nyata terhadap pH tanah. Demikian juga pengaruh interaksi antara pemberian bahan organik limbah perkebunan, pupuk kandang sapi dan masa inkubasi tidak berpengaruh nyata terhadap pH tanah. Untuk mengetahui pengaruh setiap taraf perbedaan waktu inkubasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 2 berikut :

Tabel 2. pH tanah akibat pemberian berbagai limbah perkebunan dengan masa inkubasi yang berbeda

Masa inkubasi pH tanah

1 Minggu 5,73 d

2 Minggu 6,74 b

3 Minggu 6,51 c

4 Minggu 7,53 a

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % berdasarkan uji BNJ.

Dari tabel 2 di atas diketahui bahwa terjadi peningkatan pH secara nyata antara waktu inkubasi mulai masa inkubasi satu minggu ( 1 Minggu ) hingga masa inkubasi empat minggu ( 4 Minggu ).

Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010. 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4

Masa Inkubasi ( Minggu )

p H t a n a h a

Gambar 1. pH tanah akibat pemberian berbagai limbah perkebunan dengan masa inkubasi yang berbeda

C/N tanah.

Tabel 3. C/N tanah akibat pemberian berbagai limbah perkebunan

dengan masa inkubasi yang berbeda Masa inkubasi Bahan organik Tanpa bahan organik Pupuk kandang Ampas tebu TKS Minggu 1 4,17 j 19,93 g 54,72 a 47,59 b Minggu 2 4,25 j 12,31 h 46,39 b 43,63 c Minggu 3 4,41 j 8,68 i 42,15 c 39,76 d Minggu 4 5,89 j 6,25 j 31,86 f 37,68 e

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % berdasarkan uji BNJ.

C/N bahan organik di dalam tanah Ultisol (Lampiran 6) dan hasil analisis ragam (Lampiran 7) diketahui bahwa perbedaan masa inkubasi sangat berpengaruh nyata terhadap C/N bahan organik tanah. Dari hasil analisis ragam tersebut diperoleh bahwa nilai C/N tanah terendah pada perlakuan tanpa pemberian limbah perkebunan pada masa inkubasi minggu pertama, sedangkan C/N tanah yang tertinggi terdapat pada perlakuan pemberian limbah ampas tebu pada masa inkubasi minggu pertama yaitu 54,72. Pada table 3 dapat di lihat bahwa tanpa bahan organik baik minggu pertama hingga minggu ke empat terjadi peningkatan C/N akan tetapi tidak terjadi perbedaan yang sangat nyata pada

Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.

inkubasi minggu pertama hingga minggu ke empat. Pada pemberian bahan organik pupuk kandang dari minggu pertama hingga ke empat kadar C/N tanah terjadi perbedaan yang nyata. Pada pemberian bahan organik limbah ampas tebu terjadi penurunan terhadap C/N tanah, dan pada pemeberian bahan organik tandan kosong juga terjadi penurunan C/N tanah hal ini dapat kita lihat pada gambar 2.

. 0 10 20 30 40 50 60 1 2 3 4

Tanpa bahan organik pupuk kandang Ampas tebu TTKS

Gambar 2. C/N tanah akibat pemberian berbagai limbah perkebunan dengan masa inkubasi yang berbeda

Secara umum nilai C/N tanah akibat pengaruh pemberian limbah ampas tebu dan tandan kosong kelapa sawit pada setiap masa inkubasi lebih tinggi (C/N >20) dibandingkan pemberian pupuk kandang.

Jumlah jamur

Dari hasil pengamatan jumlah jamur (Lampiran 8) dan hasil analisis ragam (Lampiran 9) diperoleh bahwa jumlah jamur dipengaruhi oleh masa inkubasi secara sangat nyata. Sedangkan pemberian bahan organik limbah perkebunan, pupuk kandang sapi dan masa inkubasi tidak berpengaruh nyata. Untuk mengetahui pengaruh setiap jumlah jamur tersebut dapat dilihat pada Tabel 4 berikut :

Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.

Tabel 3. Jumlah jamur tanah akibat pemberian berbagai limbah perkebunan dengan masa inkubasi yang berbeda

Masa inkubasi Jumlah jamur

(---SPK x 105/ g tanah ---)

1 Minggu 12833,36 a

2 Minggu 159,53 b

3 Minggu 139,29 b

4 Minggu 11,23 b

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % berdasarkan uji BNJ. 0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 1 2 3 4

Masa Inkubasi ( Minggu )

pH

ta

na

h

w Gambar 3. Jumlah jamur tanah akibat pemberian berbagai limbah perkebunan dengan masa inkubasi yang berbeda

Dari gambar 3 diatas dapat dilihat bahwa jumlah jamur tertinggi terdapat pada perlakuan masa inkubasi satu minggu. Selanjutnya jumlah jamur mengalami penurunan yang sangat nyata mulai dua minggu hingga empat minggu. dalam hal ini tidak terdapat perbedaan jumlah jamur antara dua minggu, tiga minggu, dan empat minggu

Jenis jamur Rhizopus

Dari hasil pengamatan jenis jamur Rhizopus (Lampiran 10) dan hasil analisis ragam (Lampiran 11) diketahui bahwa bahan organik tidak berpengaruh

nyata terhadap jenis jamur Rhizopus, sedangkan masa inkubasi sangat berpengaruh terhadap jenis jamur Rhizopus. Interaksi bahan organik dan masa

Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.

terdapat di dalam tanah Ultisol tersebut. Untuk mengetahui pengaruh setiap taraf perbedaan waktu inkubasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 5 berikut :

Tabel 5. Jumlah jamur Rhizopus tanah akibat lama masa inkubasi yang berbeda

Masa inkubasi Jumlah jamur

Rhizopus (---SPK x 105/ g tanah ---) Minggu 1 569,98 a Minggu 2 400,00 b Minggu 3 141,98 c Minggu 4 18,72 c

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % berdasarkan uji BNJ

Dari tabel 5 di atas diketahui bahwa jenis jamur Rhizopus tertinggi terdapat pada perlakuan masa inkubasi satu minggu yaitu 569,98 SPK x 105/ g tanah. Selanjutnya jumlah jamur mengalami penurunan yang sangat nyata mulai minggu ke-2 hingga minggu ke-4. Dalam hal ini tidak terdapat perbedaan jamur antara minggu ke-3, dan minggu ke-4.

0 100 200 300 400 500 600 T1 T2 T3 T4

Masa inkubasi (Minggu)

J u m la h j a m u r R h iz o p u s

Gambar 5. Jumlah jamur Rhizopus tanah akibat lama masa inkubasi yang berbeda (---SPK x 105 / g tanah ---)

Jenis jamur Rhizopus banyak di jumpai pada tanah Ultisol. Jamur Rhizopus dapat berkembang pada kondisi pH tanah yang masam. Akan tetapi pada pH netralpun jamur Rhizopus dapat berkembang, tetapi jumlahnya akan menurun. Jenis jamur Rhizopus tersebut dapat di lihat pada gambar 5.

Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.

Gambar 6. Jenis jamur Rhizopus pada perbesaran 40 x.

Jamur Rhizopus tersebut memiliki spora dan batang dan jamur Rhizopus tersebut juga memiliki cabang dan akar-akar kecil berbeda dengan jamur Mucor.

Jenis jamur Mucor

Dari hasil pengamatan jenis jamur Mucor (Lampiran 12) dan hasil analisis ragam (Lampiran 13) diketahui bahwa jumlah jenis jamur Mucor pada masa inkubasi berpengaruh sangat nyata dan pemberian bahan organik juga berpengaruh sangat nyata, dan interaksi antara bahan organik dan masa inkubasi juga sangat berpengaruh nyata. Untuk mengetahui pengaruh setiap taraf perbedaan waktu inkubasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 6 berikut :

Tabel 6. Interaksi jenis jamur Mucor akibat pemberian berbagai limbah perkebunan dengan masa inkubasi yang berbeda

Masa inkubasi Bahan organik Tanpa bahan Organik Pupuk kandang Ampas tebu TTKS (--- SPK x 105/ g tanah ---) Minggu 1 17,34 b 11,64 c 18,54 a 3,00 e Minggu 2 7,99 d 3,00 e 4,56 e 3,00 e Minggu 3 3,00 e 3,00 e 3,00 e 3,00 e Minggu 4 3,00 e 3,00 e 3,00 e 3,00 e

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % berdasarkan uji BNJ.

Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.

Dari table 6 di atas dapat dilihat bahwa perbandingan jumlah jamur Mucor sangatlah berbeda, dimana pada pemberian bahan organik pupuk kandang terlihat

bahawa pada minggu pertama jumlah jamur Mucor tinggi yaitu sekitar 11, 64 x 105/g tanah dan pada minggu berikutnya terjadi penurunan jumlah jamur

mucor. Sama halnya dengan pemberian bahan organik ampas tebu, jumlah jamur mucor pada minggu pertama tinggi yaitu sekitar 18, 54 x 105/g tanah. Akan tetapi pada pemberian tandan kosong kelapa sawit, jenis jamur mucor dari minggu pertama hingga minggu ke empat tidak ada terjadi peningkatan jenis jamur. Kemungkinan disebabkan bahwa pada tandan kosong kelapa sawit kandungan ligninnya sangat tinggi sehingga jamur mucor tidak dapat untuk berkembang, sedangkan pada pupuk kandang kandungan ligninnya rendah sehingga jamur mucor dapat berkembang dan dapat memperbanyak diri dengan memanfaatkan bahan organik yang terdapat pada pupuk kandang tersebut sebagai makanannya.

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 1 2 3 4

Masa Inkubasi ( Minggu )

C/

N t

a

n

a

h Tanpa bahan organik

Pupuk kandang Ampas tebu TTKS

Gambar 6. Jumlah jenis jamur Mucor akibat pemberian berbagai limbah perkebunan dengan masa inkubasi yang berbeda

Jamur Mucor hampir serupa dengan jamur Rhizopus, akan tetapi jamur Mucor hanya memiliki spora dan batang saja. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 7.

Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.

Gambar 7. Jenis jamur Mucor pada perbesaran 40 x

Dari gambar 7 di atas dapat kita lihat bahwa jamur Mucor. Jenis jamur ini hanya terdiri dari batang dan spora dan berwarna hijau kekuningan. Jenis jamur ini juga merupakan jamur hemiselulosa yang hanya dapat merombak lemak, karbohidrat, dan glokosa . tetapi jenis jamur Mucor ini sangat sulit untuk merombak bahan organik yang mengandung lignin yang tinggi seperti jenis kayu, dan bahan organik yang mengandung lignin yang tinggi lainnya.

Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.

Pembahasan

Pemberian bahan organik tidak mempengaruhi pH tanah, karena bahan organik yang diaplikasikan ke dalam tanah berupa bahan organik yang masih segar. Bahan organik yang dalam bentuk segar diaplikasikan ke tanah belum mengalami proses pelapukan. pH tanah dapat meningkat apabila terjadi proses pelapukan bahan organik di dalam tanah. Dimana semakin lama bahan organik tersebut melapuk di dalam tanah maka pH tanah tersebut akan meningkat. pH tanah dapat meningkat dikarenakan oleh aktifitas mikroorganisme tanah.

Mikroorganisme tanah dapat berkembang dan dapat merombak bahan organik yang terdapat di dalam tanah sehingga pH tanah tersebut terjadi peningkatan. Hal ini sesuai dengan hasil analisi yang telah dilakukan. Dimana pada analisis awal pH tanah yang dihasilkan sekitar 5,39. Menurut BPP Medan (1982) kadar pH 5,39 tersebut merupakan pH tanah yang rendah. Setelah dilakukan penambahan bahan organik dan lamanya masa inkubasi maka pH tanah tersebut meningkat hingga menjadi 7,53. Hal ini terjadi bahwa penambahan bahan organik dapat merangsang aktifitas mikroorganisme tanah. Pada saat dekomposis bahan yang pertama kali hilang adalah bahan yang mudah dicernakan. Banyak kelompok organisme aktif yang dapat mendekomposisi karbohidrat dan protein, tetapi fungi yang efektif dalam pendekomposis lignin. Maka dari itu pH tanah meningkat dari minggu 1 hingga minggu ke-4.

Semakin lama bahan organik di dalam tanah maka pH tanah juga akan meningkat, karena bahan organik yang terdapat di dalam tanah tersebut akan

Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.

melapuk sesuai dengan waktu yang telah di tentukan. Hasil pelapukan bahan organik tersebut dapat berupa N, CO2, dan asam-asam organik.

Dari hasil penelitian yang dilakukan bahwa bahan organik yang diaplikasikan ke dalam tanah berupa bahan organik dalam bentuk segar yang memiliki C/N sangat tinggi. Akan tetapi dengan diaplikasikan bahan organik tersebut kedalam tanah dan pada masa inkubasi yang telah ditentukan maka kadar C/N tanah tersebut akn mengalami penurunan. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4 pada perlakuan tanpa bahan organik bahwa pada minggu 1 hingga minggu ke-4 tidak terjadi perbedaan yang sangat nyata. Sedangkan pada pemberian bahan organik di dalam tanah terjadi penurunan kadar C/N bahan organik tanahnya. Hal ini kemungkinan pengaruh waktu sangatlah berperan penting untuk menurunkan C/N dalam tanah. Selain waktu (masa inkubasi), suhu juga sangat berperan penting dalam penurunan C/N di dalam tanah.

C/N yang tertinggi terdapat pada penambahan bahan organic limbah ampas tebu. Penambahan limbah ampas tebu memiliki kadar C/N yang sangat tinggi pada minggu 1 yaitu sebesar 54,72. Jika nilai C/N tanah 54,72 merupakan nilai C/N yang tertinggi. Pada kondisi C/N yang tinggi tidak baik diaplikasikan kedalam tanah apalagi bahan organik yang diaplikasikan tersebut dalam keadaan segar.

Pada kondisi nilai C/N rendah bahan organik yang diaplikasikan tersebut kedalam tanah merupakan sumber energi bagi mikroorganisme yang terdapat di dalam tanah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sutanto (2002) yang menyatakan bahwa bahan organik yang ditambah kedalam tanah akan menjadi sumber energi dan makanan untuk mikroorganisme di dalam tanah. Mikroorganisme tanah yang

Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.

aktif melalui rantai makanan, kemudian mengalami dekomposisi menghasilkan senyawa organik dan anorganik. Beberapa bahan organik juga berfungsi sebagai bahan sementasi dalam mengikat partikel agregat tanah.

Pada penelitian ini semakin lama masa inkubasi maka jumlah jamurnya akan menurun. Penurunan jumlah jamur juga dapat dipengaruhi oleh pH tanah. Hal ini dapat dilihat pada lampiran 13, yaitu hubungan korelasi pH tanah dan jumlah jamur dalam tanah pada gambar 8. Dari hasil penelitian tersebut dapat dinyatakan bahwa dengan meningkatnya pH tanah maka jumlah jamur yang terdapat didalam tanah tersebut akan menurun. Dimana jamur biasanya paling suka dengan pH yang masam, akan tetapi pada penelitian ini dengan kadar pH yang semakin meningkat maka jumlah jamurnya juga akan menurun.

Jumlah jamur Mucor banyak terdapat pada perlakuan tanpa bahan organik dan pemberian ampas tebu, hal ini di sebabkan pada bahan organik tersebut masih banyak makanan yang terdapat di dalamnya seperti asam-asam organik yang masih segar. Sehingga jamur Mucor tersebut dapat berkembang dan memanfaatkan asam-asam organik yang terdapat pada ke dua bahan organik tersebut sebagai sumber nutrisi atau sebagai sumber energi. Peningkatan jumlah jamur Mucor juga dapat disebabkan oleh kadar pH tanah dan kadar C/N tanahnya. Hal ini dapat di lihat pada lampiran 13 gambar 9 dan 10. semakin meningkat pH tanah dan C/N tanah maka jumlah jamur mucor juga akan semakin meningkat. Hal ini kemungkinan jamur Mucor lebih suka pada pH netral dan lebih menyukai kadar C/N tanah yang tinggi.

Jamur Rhizopus, semakin bertambahnya masa inkubasi maka jumlah jamurnya akan menurun. Hal ini disebabkan karena bahan organik atau bahan

Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.

nutrisi yang terdapat di dalam tanah semakin lama masa inkubasi maka jumlah jamur tesebut semakin berkurang. Faktor yang mempengaruhi jumlah jamur yaitu faktor lingkungannya seperti pH, makanan, dalam bentuk asam-asam organik yang terdapat di dalam tanah dan bahan organik yang diaplikasikan kedalan tanah Ultisol tersebut. Jamur Rhizopus merupakan jamur yang tergolong kedalam kelompok hemiselulotik dan selulotik hal ini dinyatakan oleh Alexander Martin (1976). Dimana jamur Rhizopus tersebut dapat merombak ligni, lemak, selulosa dan karbohidrat yang terdapat pada bahan organik tersebu. Hasil perombakan tersebut dijadikan sebagai bahan makanan dan sebagai energi bagi jamur Rhizopus tersebut.

Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.

Dokumen terkait