Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
DINAMIKA POPULASI JAMUR PADA TANAH ULTISOL
AKIBAT PEMBERIAN BERBAGAI BAHAN ORGANIK
LIMBAH PERKEBUNAN
SKRIPSI
Oleh :
SAPARUDDIN LUBIS
030303011/ ILMU TANAH
DEPARTEMEN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
DINAMIKA POPULASI JAMUR PADA TANAH ULTISOL
AKIBAT PEMBERIAN BERBAGAI BAHAN ORGANIK
LIMBAH PERKEBUNAN
SKRIPSI
Oleh :
SAPARUDDIN LUBIS
030303011/ILMU TANAH
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana di Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan
DEPARTEMEN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
Judul Skripsi : Dinamika populasi jamur pada tanah Ultisol akibat pemberian berbagai bahan organik limbah perkebunan Nama : Saparuddin Lubis
NIM : 030303011
Departemen : Ilmu Tanah
Program studi : Ilmu Tanah
Disetujui Oleh Komisi Pembimbing
Dr.Ir.Hamidah Hanum, MP Ir. Mukhlis, MSi Ketua Anggota
Mengetahui,
Dr. Ir. Abdul Rauf, MP
Ketua Program Studi Ilmu Tanah
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
ABSTRACT
Saparuddin Lubis, 2008. Dynamics Population soil fungsion of Ultisol
the resulted effect of various organic materials application of plantation waste. Guided by Dr. Ir. Hamidah Hanum, MP as counsellor commission chief and Ir. Mukhlis, Msi as counsellor commission member
This research aim to know change of soil fungtion population at Ultisol resulted effect of giving various organic materials plantation waste during 4 i week.
This research conducted in Biological laboratory of Faculty Of Agriculture University of North Sumatera, Medan. used soil sample is Ultisol from Mancang countryside. This Research use Random Complete with 2 treatment factor and 3 restating that is: First factor is organic materials consisting of 4 level ( B0 = without organic materials, B1 = Manure Cage, B2 = Waste Bagasse, B3 = Waste Plantation of coconut of sawit). Second the duration inkubasi the 4 level ( T1= 1 week, T2 = 2 week, T3 = 3 week, T4 = 4 week).
The result of this research is to be obtained that organic materials can not influence land pH. Progressively mount land pH hence amount of ground fungi will be downhill progressively. Longer conducted incubation period hence downhill progressively the amount of mushroom which there are in land. This matter is caused by decreasing materials him eat in the form of organic materials which there are in land. unfavourable fresh Organic materials in application into land. require to be conducted by sufficient to be able to get result which are positive to plant.
Obtained by Mushroom type effect of organic materials ] waste plantation of sawit coconut, bagasse waste, and cage manure at different incubation period is Rhizopus mushroom type and Mucor mushroom type.
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
ABSTRAK
Saparuddin Lubis, 2008. Dinamika populasi jamur pada tanah Ultisol
akibat pemberian berbagai bahan organik limbah perkebunan. Dibimbing oleh
Dr. Ir. Hamidah Hanum, MP selaku ketua komisi pembimbing dan Ir. Mukhlis, Msi selaku anggota komisi pembimbing.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan populasi jamur pada tanah Ultisol akibat pemberian berbagai bahan organik limbah perkebunan selama 4 minggu inkubasi.
Penelitian ini dilakukan di laboratorium Biologi Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Contoh tanah yang digunakan adalah Ultisol dari desa Mancang. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 2 faktor perlakuan dan 3 ulangan yaitu: Faktor pertama adalah bahan organik yang
terdiri dari 4 jenis ( B0 = tanpa bahan organik, B1 = Pupuk kandang, B2 = Limbah ampas tebu, B3 = Limbah Tandan kosong kelapa sawit). Faktor
kedua adalah lamanya inkubasi terdiri atas 4 taraf (T1= 1 Minggu, T2 = 2 Minggu, T3 = 3 Minggu, T4 = 4 Minggu)
Dari penelitian yang dilakukan diperoleh bahwa bahan organik tidak mempengaruhi pH tanah. Semakin meningkat pH tanah maka jumlah jamur tanah akan semakin menurun. Semakin lama masa inkubasi yang dilakukan maka semakin menurun jumlah jamur yang terdapat di dalam tanah. Hal ini disebabkan karena berkurangnya bahan makan berupa bahan organik yang terdapat di dalam tanah tersebut. Bahan organik yang segar kurang baik di aplikasikan ke dalam tanah., perlu dilakukan inkubasi yang cukup lama untuk dapat memperoleh hasil yang positif bagi tanaman.
Jenis jamur yang diperoleh akibat pemberian bahan organik limbah perkebunan kelapa sawit, limbah ampas tebu, dan pupuk kandang pada masa inkubasi yang berbeda adalah jenis jamur Rhizopus dan jenis jamur Mucor
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Natal Kabupaten Mandailing Natal pada Tanggal
20 November 1983 dari Ayahanda Hasan. S. Lubis (Alm) dan Ibunda Murty.
Penulis merupakan anak ke-8 (delapan) dari 8 (delapan) bersaudara.
Penulis tamat SD pada tahun 1997, SLTP pada tahun 2000, SLTA pada
tahun 2003 dari SMU Muhammadiyah 01 Medan dan lulus ujian seleksi PMDK
di Universitas Sumatera Utara Departemen Ilmu Tanah Pada Tahun 2003.
Selama mengikuri perkuliahan penulis aktif mengikuti organisasi
pengajian AL- BAYAN dan Organisasi Ikatan Mahasiswa Departemen Ilmu tanah
( IMILTA), dan organisasi luar Kampus IKAPENAS ( Ikatan Pelajar dan
Mahasiswa Natal dan Sekitarnya).
Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PTPN III Kebun
Rambutan Tebing Tinggi pada tahun 2007, dan pernah ikut melakukan survey
lapangan di daerah Siondop di perkebunan AUSTINDO pada tahun 2007. Penulis
pernah jadi asisten laboratoriumb Biologi tanah pada masa kuliah dari tahun
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.
Judul dari Skripsi ini adalah “ Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah
Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Jenis Bahan Organik Limbah Perkebunan” yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana
di Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih banyak
kepada Ibu Dr. Ir. Hamidah Hanun, MP selaku Ketua komisi Pembimbing dan
Bapak Ir. Mukhlis, MSi selaku Anggota komisi Pembimbing yang telah banyak
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini sehingga dapat terselesaikan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat dan membangun demi kesempurnaan Skripsi ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat
Medan, Maret 2008
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 2
Hipotesa Penelitian ... 3
Kegunaan Penelitian ... 3
TINJAUAN PUSTAKA Tanah Ultisol ... 4
Jamur Tanah ... 5
Tandan Kosong Kelapa Sawit ... 7
Bahan Organik Limbah Perkebunan Tebu ... 8
Pupuk Kandang ... 9
Pengaruh Bahan Organik Terhadap Populasi Jamur Tanah ... 10
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 12
Bahan dan Alat ... 12
Bahan ... 12
Alat ... 12
Metode penelitian ... 13
Pelaksanaan Penelitian ... 14
Parameter yang diamati ... 16
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
DAFTAR TABEL
Hal
1. Kandungan hara pada tandan kosong kelapa sawit (TKKS)...7
2. pH tanah akibat pemberian berbagai limbah perkebunan dengan masa inkubasi yang berbeda...17
3. Jumlah jamur tanah akibat pemberian berbagai limbah perkebunan dengan masa inkubasi yang berbeda...19
4. C/N bahan organik berbagai limbah perkebunan dengan masa inkubasi yang berbeda...21
5. jumlah jamur Rhizopus tanah akibat lama masa inkunasi yang
berbeda ...22
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
DAFTAR GAMBAR
Hal
1. pH tanah akibat pemberian berbagai limbah perkebunan dengan masa
inkubasi yang berbeda... 18
2. Jumlah jamur tanah akibat pemberian berbagai limbah perkebunan dengan masa inkubasi yang berbeda... 19
3. C/N bahan organik berbagai limbah perkebunan dengan masa inkubasi yang berbeda... 21
4. Jumlah jamur Rhizopus tanah akibat lama masa inkunasi yang berbeda ... 22
5. Jumlah jenis jamur Mucor tanah akibat pemberian berbagai limbah perkebunan dengan masa inkubasi yang berbeda ... 24
6. Jamur Rhizopus pada perbesaran 40x... 21
7. Jamur Mucor pada perbesaran 40x... 23
8. Hubungan pH tanah dan jumlah jamur ... 40
9. Hubungan pH tanah dan jumlah jamur Mucor ... 40
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
1. Data analisa awal tanah .………... 33
2. Data analisa awal jamur dan C/N bahan organik ………...34
3. Data pengamatan pH tanah ... 35
4. Daftar sidik ragam pH Tanah...35
5. Data Jumlah jamur metode MPN...36
6. Daftar sidik ragam Jumlah Jamur Metode MPN...36
7. Data C/N Bahan organik limbah Perkebunan...37
8. Daftar sidik ragam C/N bahan Organik Limbah Perkebunan...37
9. Total jenis jamur Rhizopus...38
10. Daftar sidik ragam Total jenis jamur Rhizopus...38
11. Total jenis jamur Mucor...39
12. Daftar sidik ragam Total jenis jamur Mucor ...39
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ultisol di Indonesia merupakan lahan terluas dari lahan kering yang
terbesar di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya dan sebagian kecil di pulau
Jawa. Sekitar 90% dari 598 ribu ha lahan kering tersebut sudah dijadikan sebagai
areal pertanian dan sisanya sebagai areal ladang berpindah. Penyebaran Ultisol
paling luas adalah Kalimantan Timur 10,04 juta ha, Irian Jaya 7,62 juta ha,
Kalimantan Barat 5,71 juta ha, Kalimantan Tengah 4,81 ha, dan Riau. Penyebaran
tanah Ultisol tersebut diatas merupakan areal yang memungkinkan untuk
dijadikan lahan pertanian yaitu dikarenakan kurangnya kandungan bahan organik
yang terdapat di dalam tanah Ultisol tersebut (Munir,1996; Subagyo,dkk, 2000).
Ultisol merupakan tanah masam. Ultisol juga merupakan tanah yang
kurang akan bahan organik. Oleh karena itu perlu di tambahkan bahan organik ke
dalam tanah tersebut untuk dapat meningkatkan kandungan unsur hara di dalam
tanah Ultisol tersebut.
Bahan organik merupakan bahan yang dapat merubah sifat fisik dan
biologi tanah. Pada dasarnya bahan organik yang sering digunakan adalah
sisa–sisa tanaman atau kotoran hewan. Akhir–akhir ini bahan organik dari limbah
industri pertanian, antara lain,tandan kosong kelapa sawit (TKKS), ampas tebu,
telah sering diaplikasikan ke tanah. Tandan kosong kelapa sawit (TKKS)
merupakan sisa dari industri minyak kelapa sawit yang menjadi limbah industri
dan setelah itu diaplikasikan secara langsung ke lahan pertanian seperti lahan
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
limbah yang sering digunakan sebagai sumber bahan organik yaitu ampas tebu
yang berasal dari sisa atau limbah pabrik gula. Bahan organik yang berasal dari
limbah perkebunan tersebut umumnya memiliki rasio C/N yang tinggi. Sehingga
jika langsung diaplikasikan ke tanah dapat mempengaruhi jenis dan populasi
jamur tanah. Jamur tanah akan merombak limbah perkebunan tersebut sehingga
pada selama masa inkubasi tertentu rasio C/N akan rendah. Pada kondisi C/N
yang rendah tersebut akan memberikan pengaruh positif terhadap tanaman
(Coyne, 1999).
Umumnya pemberian bahan organik tersebut sudah dalam bentuk kompos.
Belum ada penelitian yang mengkaji jika diberikan dalam bentuk segar, dan
berapa lama masa inkubasi yang tepat untuk rasio C/N bahan organik menjadi
rendah ( C/N < 20 ). Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui perubahan populasi jamur dan jenis jamur tanah, pada tanah
Ultisol yang diberi berbagai limbah perkebunan dan kotoran sapi sebagai
pembanding pada beberapa masa inkubasi tertentu.
Tujuan Penelitian
- Untuk mengetahui pengaruh lamanya inkubasi bahan organik limbah
perkebunan dan pupuk kandang sapi terhadap dinamika populasi jamur pada
tanah Ultisol.
- Untuk mengetahui pengaruh bahan organik limbah perkebunan dan pupuk
kandang sapi terhadap dinamika populasi jamur pada tanah Ultisol.
- Untuk mengetahui pengaruh interaksi antara bahan organik limbah
perkebunan, pupuk kandang sapi dan lamanya inkubasi terhadap dinamika
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
Hipotesa Penelitian
- Pemberian berbagai jenis bahan organik limbah perkebunan dan pupuk
kandang sapi sebagai pembanding akan meningkatkan populasi dan jamur
tanah Ultisol.
- Semakin lama masa inkubasi akan meningkatkan populasi jamur tanah pada
tanah Ultisol.
- Pemberian berbagai bahan organik limbah pekebunan dan lamanya inkubasi
dapat meningkatkan populasi dan jenis jamur tanah Ultisol.
Kegunaan Penelitian
- Sebagai bahan informasi mengenai dinamika populasi jamur tanah pada tanah
Ultisol akibat pemberian bahan organik limbah perkebunan tandan kosong
kelapa sawit, limbah perkebunan tebu dan pupuk kandang.
- Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana di Fakultas
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
TINJAUAN PUSTAKA
Tanah Ultisol
Ultisol adalah tanah yang memiliki horizon argilik dengan kejenuhan basa
(KB) < 35 %, di antara permukaan tanah mineral dan pada kedalaman 1,8 m.
Ultisol mempunyai karbon organik dan struktur epipedon molik pada bagian atas
horizon argilik atau kandik (Soil Survey Staff, 1998). Secara umum tanah Ultisol
memiliki sifat kimia tanah yang buruk yaitu memiliki kandungan unsur hara yang
relatif rendah, khususnya N, P, dan K dengan berkonsentrasi berselaput liat
kadang – kadang berada di lapisan membata atau Plinthie, sering ada konkresi
besi dan sedikit kwarsa. Tanah Ultisol mempunyai kejenuhan Al yang tinggi
sehingga mengakibatkan fosfor (P) membentuk senyawa yang tidak larut dengan
Al, akibatnya ketersediaan P sangat rendah bagi tanaman sehingga pertumbuhan
tanaman terganggu, dan kesuburan alaminya tergantung pada kandungan bahan
organik pada lapisan atas (Hardjowigeno, 1993).
Ultisol merupakan salah satu jenis tanah yang telah mengalami pencucian
lanjut yang dicirikan dengan agregat tanah yang kurang stabil, struktur tanah
gumpal bersudut dan kemampuan untuk menahan air cukup rendah. Jenis tanah
ini mempunyai pH yang cukup rendah yaitu 4-5, tetapi kelarutan Al, Fe, Mn dan
kejenuhan basa tanah tersebut menjadi rendah. Kandungan bahan organik rendah
serta proses pencucian lanjut akan unsur K+, Na+, NH4+, dan Mg cukup tinggi. Hal
ini mengakibatkan kandungan bahan pada tanah Ultisol tidak stabil dan cepat
sekali menurun setelah tanah dibuka dan diolah. Tanah yang termasuk kelompok
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
mencakup hampir 30% seluruh daratan di Indonesia. Selain hal tersebut aktifitas
mikroorganisme yang terdapat pada tanah Ultisol juga sangat rendah. Akibat
aktifitas mikroorganisme yang rendah tersebut kandungan bahan organik pada
tanah Ultisol tersebut susah untuk terurai (Hardjowigeno, 1993; Munir 1996).
Jamur Tanah
Jamur merupakan organisme yang mikroskopis, eukariotik, berupa filamen
(benang) bercabang, menghasilkan spora, tidak memiliki klorofil, dan mempunyai
dinding sel yang mengandung kitin, selulosa atau keduanya. Sebagian besar dari
species jamur yang telah diketahui sangat saprofit, hidup pada bahan organik mati,
yaitu membantu proses pelapukan (Agrios,1996; Ganjar,dkk, 1996).
Secara umum jamur dapat diklasifikasikan menjadi Fungi Imperfecti.
Banyak jamur yang umumnya dipisahkan dari tanah termasuk dalam kelas Fungi
Imperfecti karena nyatanya mereka menghasilkan spora aseksual yang banyak
sekali tetapi tidak memiliki tahap seksual. Anggota dari fungi ini dikenal karena
miseliumnya bersekat. Anggota dari ketiga kelas jamur lainnya memiliki cara
reproduksi seksual maupun aseksual. Anggota Phycomycetes dan Ascomycetes
memiliki miselium yang tidak bersekat dan bersel satu dan memiliki askus.
Sedangkan anggota Basidiomycetes (yang khususnya dicirikan oleh struktur
reproduktif khusus yang disebut basidium, menghasilkan basidiospora) sulit
dipisahkan dari tanah dan ditanam dalam lempeng agar karena kebutuhan
nutrisinya sangat banyak tersedia. Jamur dapat dipengaruhi oleh pH tanah, tetapi
ada yang dapat hidup pada keadaan netral yaitu pH di atas 7,0, dan jamur juga
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
Fungi atau jamur memerlukan senyawa organik sebagai nutrisinya. Bila
jamur hidup pada bahan organik mati yang terlarut, mereka disebut saprofit.
Saprofit menghancurkan sisa–sisa tumbuhan dan hewan yang kompleks,
menguraikan menjadi zat–zat kimia yang lebih sederhana yang kemudian
dikembalikan ke dalam tanah dan selanjutnya meningkatkan kesuburan. Jamur
juga banyak terdapat pada bahan organik yang telah mengalami pelapukan. Ada
beberapa jenis jamur yang terdapat di dalam tanah dan bahan organik. Seperti
Aspergillus oryzae, Chrysonilia sitophila, Mucor, Rhizopus dan banyak lagi jenis
jamur yang dapat dijumpai (Gandjar,dkk,1999; Pelczar,1986).).
Jenis jamur Mucor banyak dijumpai pada tanah. Mucor memiliki koloni
berwarna abu-abu atau abu-abu kehijauan, sporagiosfor berdinding agak tebal,
bercabang kolumela berbentuk seperti buah pir. Jenis jamur ini merupakan jenis
jamur yang kosmopolis, dan banyak dijumpai pada tanah dan pada tanaman atau
bahan organik yang telah melapuk (Gandjar,dkk,1999).
Selain jenis jamur Mucor banyak lagi jamur yang ditemukan di dalam
tanah dan bahan oganik, salah satunya adalah jenis jamur Rhizopus. Jenis jamur
ini sangat banyak dijumpai dan jamur ini dapat hidup pada kondisi tanah yang
sangat masam. Rhizopus berwarna keputihan dan menjadi abu-abu kecoklatan
dengan bertambahnya usia biakan. Spesies jamur ini tersebar luas di daerah tropis
dan sub tropis dan jamur ini juga sangat banyak dijumpai di dalam tanah dan
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
Tandan kosong kelapa sawit
Pabrik kelapa sawit (PKS) menghasilkan limbah padat berupa tanda
kosong kelapa sawit, setiap ton tandan buah segar (TBS) yang diolah di pabrik
akan menghasilkan 220 kg TKS, 670 kg limbah cair, 120 kg serat mesocarp, 70
kg cangkang, dan 30 kg palm. Tandan kosong kelapa sawit ini juga memiliki
kandungan hara yang sangat berguna bagi tanaman. Tanda kelapa sawit yang
biasanya digunakan pada lahan perkebunan atau lahan pertanian adalah yang telah
diolah sebagai bahan kompos (Darmosarkoro,dkk, 2003).
Kandungan bahan organik tandan kosong kelapa sawit dapat dilihat pada
Tabel 1. Dan setiap ton tandan kosong kelapa sawit mengandung unsur hara yang
setara dengan 3 kg Urea, 12 kg MOP, dan 2 kg kiserit.
Tabel 1. Kandungan hara pada tandan kosong kelapa sawit (TKKS)
C N P2O5 K2O MgO B Cu Zn
--- % --- --- ppm ---
42,8 0,80 0,22 2,90 0,30 10 23 51
Sumber : Darmosarkoro, dkk (2003).
Pengomposan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan nilai hara
dan menurunkan volume TKS. Kompos yang telah matang ditandai dengan nisbah
C/N sebesar 10, proses pengomposan memerlukan waktu yang cukup lama.
Lamanya proses dekomposisi tersebut karena limbah TKS banyak mengandung
lignoselusose yang sulit dikomposisi (Darmosarkoro, dkk, 2003).
Salah satu kelebihan kompos tandan kosong kepala sawit adalah
kandungan K yang tinggi, yaitu mencapai 127,9 me/100g. Selain itu kompos dari
TKS juga memiliki pH yang cukup tinggi (mencapai pH 8) sehingga berpotensi
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
Pemberian bahan organik yang berasal dari limbah perkebunan memiliki
potensi yang cukup baik, ditinjau dari jumlah bahan yang tersedia dan kandungan
unsur hara yang dikandungnya. Tandan kosong kelapa sawit merupakan hasil
limbah perkebunan yang di manfatkan sebagai bahan organik dan produk lain
seperti pulp kertas dan lain sebagainya. Produksi limbah perkebunan kelapa sawit
merupakan limbah yang cukup besar yaitu sekitar 12.365 juta ton tandan kosong
kelapa sawit, 10.275 juta ton cangkang dan serat kelapa sawit, dan 37.257-37.633
juta ton adalah limbah cair kelapa sawit (Darmasokarso, dkk, 2003).
Ampas Tebu
Limbah pabrik gula terdiri dari blotong (Sulfasi), ampas, tetes, dan abu
katel yang masih mengandung unsur hara yang esensial sangat dibutuhkan
tanaman. Unsur hara yang terdapat di dalam limbah tebu tersebut adalah sebagai
berikut, 1,70 % N, 1,70 % P2O5, 1,91 % K2O, 0,30 % Ca, 0,06 % Mg. Maka dari
itu bahan organik limbah perkebunan ini sangatlah bermanfaat untuk
meningkatkan unsur hara pada tanah (Musnamar, 2003).
Ampas tebu dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki kesuburan tanah.
Ampas tebu sering disebut dengan bagase yang merupakan hasil limbah padat
industri gula memiliki potensi yang sangat besar sebagai bahan organik untuk
memperbaiki kesuburan tanah, sifat fisik, dan sifat kimia pada tanah
(Anonimous, 2007).
Pada limbah ampas tebu telah diperoleh lima jenis mikroba yang bersifat
selulotik dan lignoselulotik. Dengan bahan cerier blotong halus, mikroba tersebut
dipakai sebagai strater kompos bagi limbah padat pabrik gula seperti ampas tebu,
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
Pupuk Kandang
Daur ulang limbah berperan dalam mencegah terjadinya pencemaran
lingkungan. Suatu hal yang cukup nyata bahwa limbah ternak cukup banyak
diubah menjadi pupuk organik yang berharga murah. Kotoran ternak mempunyai
nilai pupuk yang tinggi dan mudah terdekomposisi (Sutanto, 2002).
Pupuk kandang merupakan bahan organik yang terpenting diberikan ke
tanah. Pupuk kandang merupakan pensuplai bahan organik yang sangat
dibutuhkan oleh tanaman. Kandungan unsur hara yang terdapat di dalam pupuk
kandang tersebut adalah nitrogen 35 %, fosfor 60 %, dan kalium 70 %
(Rinsema, 1993).
Pupuk kandang tidak hanya ditentukan berdasarkan pasokan bahan
organik, tetapi besarnya pasokan nitrogen. Nitrogen yang dilepaskan oleh aktifitas
mikroorganisme kemudian dimanfaatkan oleh tanaman. Pupuk kandang memiliki
pengaruh yang sangat penting terhadap sifat fisik, kimia tanah, dan
mempertahankan kesuburan tanah (Sutanto, 2002).
Tanah sangat kaya akan keaneka ragaman mikroorganisme, seperti bakteri,
actinomisetes, fungsi, frotozoa, algae, dan virus yang dapat menguraikan bahan
organik, seperti pupuk kandang. Tanah pertanian yang subur mengandung lebih
dari 100 juta mikroba per gram tanah. Sebagian besar mikroba tanah memiliki
peranan yang menguntungkan bagi pertanian. Yaitu berperan dalam
menghancurkan limbah organik, fiksasi nitrogen, pelarutan fosfat, merangsang
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
Pengaruh bahan organik terhadap populasi jamur tanah
Semua faktor lingkungan yang mempengaruhi penyebaran bakteri dan
aktinomicetes juga mempengaruhi penyebaran jamur dalam tanah. Banyaknya
jumlah jamur di dalam tanah juga dipengaruhi oleh banyaknya kandungan bahan
organik dan rasio antara oksigen dan karbondioksida dalam atmosfer tanah pada
kedalaman yang berbeda – beda. Fluktuasi musiman dalam hal jumlah jamur
adalah hal yang lazim. Praktek pertanian termasuk rotasi tanaman budi daya dan
penggunaan pupuk atau pestisida mempengaruhi ciri dan dominasi spesies jamur
(Rao, 1994).
Apabila pengelolaan bahan organik yang sama, maka perubahan sifat fisik,
kimia, dan biologi yang terjadi dapat ditentukan oleh bahan organik. Bahan
organik yang ditambah ke dalam tanah akan menjadi sumber energi dan makanan
untuk mikroorganisme di dalam tanah. Mikroorganisme tanah yang aktif melalui
rantai makanan, kemudian mengalami dekomposisi menghasilkan senyawa
organik dan anorganik. Beberapa bahan organik juga berfungsi sebagai bahan
sementasi dalam mengikat partikel agregat tanah (Sutanto, 2002)
Pengaruh bahan organik terhadap perkembangan jamur sangatlah
berpengaruh karena bahan organik dapat sebagai nutrisi bagi jamur. Fungsi jamur
dalam tanah adalah untuk menguraikan bahan organik dan membentuk bongkahan
tanah. Beberapa species tertentu dari Alternaria, Aspergillus, Cladosporium,
Dematium, Glicoladium, Helminthosporium, Humicola dan Metarhizium
menghasilkan bahan yang mirip dengan humus dalam tanah (Rao, 1994).
Jumlah dan aktivitas metabolik organisme tanah meningkat. Secara umum,
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
mikroorganisme. Bahan organik merupakan sumber energi dan bahan makanan
bagi mikroorganisme yang hidup di dalam tanah. Mikroorganisme tanah saling
berinteraksi dengan kebutuhannya akan bahan organik karena bahan organik
menyediakan karbon sebagai sumber energi untuk tumbuhan. Bahan organik segar
yang ditambahkan ke dalam tanah akan dicerna oleh berbagai jasad renik salah
satunya jamur yang ada dalam tanah dan selanjutnya didekomposisisi jika faktor
lingkungan mendukung terjadinya proses tersebut. Dekomposisi berarti
perombakan yang dilakukan oleh sejumlah mikroorganisme (unsur biologi dalam
tanah) dari senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana. Hasil dekomposisi
berupa senyawa lebih stabil yang disebut humus. Makin banyak bahan organik
maka makin banyak pula populasi jasad mikro (jamur) dalam tanah
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Percobaan
Penelitian ini dilakukan di laboratorium Biologi tanah Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni
sampai Oktober 2007.
Bahan dan Alat Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain bahan tanah
Ultisol dari desa Mancang, Kec. Selesai, Kab. Langkat. Tandan kosong kelapa
sawit dari PKS Kebun Rambutan PTPN III Tebing Tinggi, ampas tebu dari Pabrik
Gula PTPN II Sei Semayang, dan pupuk kandang sapi sebagai sumber bahan
organik pembanding yang di aplikasikan ke dalam tanah. Media PDA, dengan
komposisi untuk per 1 L tediri dari bahan kentang 200 g, Dextrosa / glukosa 20 g
dan aquadest 1000 ml.
Alat
Alat – alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain adalah : cangkul
sebagai alat untuk mengambil tanah Ultisol, polybag sebagai tempat media
inkubasi tanah, petridis sebagai tempat menumbuhkan populasi jamur di
laboratorium dan mikroskop stereo sebagai alat untuk mengidentifikasi jenis
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
METODE PENELITIAN
Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan 2 faktor perlakuan dan 3 ulangan, perlakuan tersebut antara lain :
Limbah Perkebunan
Yijk = Hasil pengamatan ulangan ke-i yang mendapat perlakuan pemberian
bahan organik ke-j dan lamanya inkubasi ke-k
µ = Nilai Tengah
j = Pengaruh pemberian bahan organik ke-j
k = Pengaruh lamanya inkubasi ke-k
( )jk = Pengaruh pemberian bahan organik ke-j dan lama inkubasi ke-k
∑ijk = Faktor galat ulangan ke-i, pemberian bahan organik ke-j dan lamanya
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
Pelaksanaan Penelitian
Pengambilan dan persiapan contoh tanah
Sampel tanah yang digunakan adalah tanah Ultisol yang diambil secara
komposit pada kedalaman 0-20 cm dengan menggunakan cangkul. Setelah itu
tanah tersebut dikering udarakan dan dilakukan analisa awal unsur kimia yang
terdapat di dalam tanah yaitu unsur hara N-total (Kjeldhal), C-organik ( Walkley
& Black), dan pH H2O, (elektrometri) dan jumlah jamur tanah (MPN), kadar air
tanah (Graviaetrik) dan kadar air kapasitas lapang. Hasil analisis awal tanah
tersebut terdapat pada lampiran 1. Tanah kering udara dimasukkan ke dalam
polybag setara dengan 300 g tanah kering mutlak (Oven).
Aplikasi Limbah
Limbah yang digunakan adalah kompos tandan kosong kelapa sawit
(TKKS), ampas tebu, dan pupuk kandang sapi sebagai bahan organik
pembanding. Setiap limbah sesuai dengan perlakuan ditimbang dengan dosis 20
ton / ha atau setara dengan 3 g / 300 g BTKO. Limbah tersebut dicampur merata
dengan tanah kemudian disiram dengan air sampai dengan kondisi kapasitas
lapang. Sebelumnya dilakukan analisis awal terhadap contoh limbah tandan
kosong kelapa sawit, ampas tebu dan pupuk kandang, yang meliputi, C/N bahan
organik limbah perkebunan. Hasil analisis tersebut dapat dilihat pada lampiran 2.
Persiapan media tumbuh jamur
Media tumbuh yang digunakan adalah media PDA. Komposisi media PDA
tersebut terdiri dari 200 g kentang dan diambil patinya, Dextrosa / glukosa 20 g
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
kental, dan stelah mendidih dibiarkan selama 30 menit, dan dituangkan ke dalam
cawan petri, dan dibiarkan selama 3-5 jam.
Pemeliharaan
Tanah yang telah bercampur dengan beberapa limbah tersebut kemudian di
inkubasi pada suhu kamar di laboratorium biologi tanah, pada kondisi kapasitas
lapang. Lama inkubasi sesuai dengan perlakuan.
Pengamatan Total Populasi Jamur
Jumlah total populasi jamur diamati setiap minggu sesuai dengan masa
inkubasi. Jumlah total populasi jamur juga dapat diamati dengan menggunakan
metode MPN (Anas, 1989).
Pengamatan jumlah setiap jamur
Pengamatan jumlah setiap jamur dilakukan dengan metode hitung cawan yaitu
dengan tahapan sebagai berikut:
- Dibuat seri pengenceran
- Dilakukan isolasi secara sebar di ruangan laminar
- Setelah diisolasi media tersebut diinkubasi selama 3-4 hari
- Jamur yang tumbuh pada media tersebut dihitung dengan rumus :
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
Identifikasi Jamur
Identifikasi jamur bertujuan untuk mengetahui jenis jamur pada tanah
Ultisol setiap masa inku basi.Identifikasi jamur dilakukan dengan beberapa
tahapan yaitu:
- Tanah yang telah bercampur dengan bahan organik tersebut diambil
sekitar 10 g tanah, kemudian diisolasi pada media PDA padat yang telah
disediakan.
- Setelah diisolasi jamur yang terdapat di media tersebut dipurifikasi untuk
mendapatkan kultur jamur yang murni.
- Setelah dapat jamur yang murni maka jamur tersebut diidentifikasi dengan
menggunakan mikroskop stereo. Identifikasi dilakukan berdasarkan
morfologinya yaitu warna, hifa, dan spora dari jamur tersebut.
Parameter yang diamati
- pH tanah stiap minggu
- C/N tanah setiap minggu
- Populasi Jamur tanah diamati setiap minggu dengan metode MPN
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
pH Tanah
Dari hasil pengamatan pH tanah (Lampiran 4) dan hasil analisis ragam
(Lampiran 5) diketahui bahwa perbedaan masa inkubasi berpengaruh nyata
terhadap pH tanah. Tetapi pemberian bahan organik limbah perkebunan dan
pupuk kandang sapi tidak berpengaruh nyata terhadap pH tanah. Demikian juga
pengaruh interaksi antara pemberian bahan organik limbah perkebunan, pupuk
kandang sapi dan masa inkubasi tidak berpengaruh nyata terhadap pH tanah.
Untuk mengetahui pengaruh setiap taraf perbedaan waktu inkubasi tersebut dapat
dilihat pada Tabel 2 berikut :
Tabel 2. pH tanah akibat pemberian berbagai limbah perkebunan dengan masa inkubasi yang berbeda
Masa inkubasi pH tanah
1 Minggu 5,73 d
2 Minggu 6,74 b
3 Minggu 6,51 c
4 Minggu 7,53 a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % berdasarkan uji BNJ.
Dari tabel 2 di atas diketahui bahwa terjadi peningkatan pH secara nyata
antara waktu inkubasi mulai masa inkubasi satu minggu ( 1 Minggu ) hingga masa
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik
Gambar 1. pH tanah akibat pemberian berbagai limbah perkebunan dengan masa inkubasi yang berbeda
C/N tanah.
Tabel 3. C/N tanah akibat pemberian berbagai limbah perkebunan
dengan masa inkubasi yang berbeda
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % berdasarkan uji BNJ.
C/N bahan organik di dalam tanah Ultisol (Lampiran 6) dan hasil analisis
ragam (Lampiran 7) diketahui bahwa perbedaan masa inkubasi sangat
berpengaruh nyata terhadap C/N bahan organik tanah. Dari hasil analisis ragam
tersebut diperoleh bahwa nilai C/N tanah terendah pada perlakuan tanpa
pemberian limbah perkebunan pada masa inkubasi minggu pertama, sedangkan
C/N tanah yang tertinggi terdapat pada perlakuan pemberian limbah ampas tebu
pada masa inkubasi minggu pertama yaitu 54,72. Pada table 3 dapat di lihat bahwa
tanpa bahan organik baik minggu pertama hingga minggu ke empat terjadi
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
inkubasi minggu pertama hingga minggu ke empat. Pada pemberian bahan
organik pupuk kandang dari minggu pertama hingga ke empat kadar C/N tanah
terjadi perbedaan yang nyata. Pada pemberian bahan organik limbah ampas tebu
terjadi penurunan terhadap C/N tanah, dan pada pemeberian bahan organik tandan
kosong juga terjadi penurunan C/N tanah hal ini dapat kita lihat pada gambar 2.
.
Gambar 2. C/N tanah akibat pemberian berbagai limbah perkebunan dengan masa inkubasi yang berbeda
Secara umum nilai C/N tanah akibat pengaruh pemberian limbah ampas
tebu dan tandan kosong kelapa sawit pada setiap masa inkubasi lebih tinggi
(C/N >20) dibandingkan pemberian pupuk kandang.
Jumlah jamur
Dari hasil pengamatan jumlah jamur (Lampiran 8) dan hasil analisis ragam
(Lampiran 9) diperoleh bahwa jumlah jamur dipengaruhi oleh masa inkubasi
secara sangat nyata. Sedangkan pemberian bahan organik limbah perkebunan,
pupuk kandang sapi dan masa inkubasi tidak berpengaruh nyata. Untuk
mengetahui pengaruh setiap jumlah jamur tersebut dapat dilihat pada
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
Tabel 3. Jumlah jamur tanah akibat pemberian berbagai limbah perkebunan dengan masa inkubasi yang berbeda
Masa inkubasi Jumlah jamur
(---SPK x 105/ g tanah ---)
1 Minggu 12833,36 a
2 Minggu 159,53 b
3 Minggu 139,29 b
4 Minggu 11,23 b
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % berdasarkan uji BNJ. Gambar 3. Jumlah jamur tanah akibat pemberian berbagai limbah perkebunan dengan masa inkubasi yang berbeda
Dari gambar 3 diatas dapat dilihat bahwa jumlah jamur tertinggi terdapat
pada perlakuan masa inkubasi satu minggu. Selanjutnya jumlah jamur mengalami
penurunan yang sangat nyata mulai dua minggu hingga empat minggu. dalam hal
ini tidak terdapat perbedaan jumlah jamur antara dua minggu, tiga minggu, dan
empat minggu
Jenis jamur Rhizopus
Dari hasil pengamatan jenis jamur Rhizopus (Lampiran 10) dan hasil
analisis ragam (Lampiran 11) diketahui bahwa bahan organik tidak berpengaruh
nyata terhadap jenis jamur Rhizopus, sedangkan masa inkubasi sangat
berpengaruh terhadap jenis jamur Rhizopus. Interaksi bahan organik dan masa
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
terdapat di dalam tanah Ultisol tersebut. Untuk mengetahui pengaruh setiap taraf
perbedaan waktu inkubasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 5 berikut :
Tabel 5. Jumlah jamur Rhizopus tanah akibat lama masa inkubasi yang berbeda
Masa inkubasi Jumlah jamur
Rhizopus
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % berdasarkan uji BNJ
Dari tabel 5 di atas diketahui bahwa jenis jamur Rhizopus tertinggi
terdapat pada perlakuan masa inkubasi satu minggu yaitu 569,98 SPK x 105/ g
tanah. Selanjutnya jumlah jamur mengalami penurunan yang sangat nyata mulai
minggu ke-2 hingga minggu ke-4. Dalam hal ini tidak terdapat perbedaan jamur
antara minggu ke-3, dan minggu ke-4.
0
Gambar 5. Jumlah jamur Rhizopus tanah akibat lama masa inkubasi yang berbeda (---SPK x 105 / g tanah ---)
Jenis jamur Rhizopus banyak di jumpai pada tanah Ultisol. Jamur
Rhizopus dapat berkembang pada kondisi pH tanah yang masam. Akan tetapi pada
pH netralpun jamur Rhizopus dapat berkembang, tetapi jumlahnya akan menurun.
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
Gambar 6. Jenis jamur Rhizopus pada perbesaran 40 x.
Jamur Rhizopus tersebut memiliki spora dan batang dan jamur Rhizopus
tersebut juga memiliki cabang dan akar-akar kecil berbeda dengan jamur Mucor.
Jenis jamur Mucor
Dari hasil pengamatan jenis jamur Mucor (Lampiran 12) dan hasil analisis
ragam (Lampiran 13) diketahui bahwa jumlah jenis jamur Mucor pada masa
inkubasi berpengaruh sangat nyata dan pemberian bahan organik juga
berpengaruh sangat nyata, dan interaksi antara bahan organik dan masa inkubasi
juga sangat berpengaruh nyata. Untuk mengetahui pengaruh setiap taraf
perbedaan waktu inkubasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 6 berikut :
Tabel 6. Interaksi jenis jamur Mucor akibat pemberian berbagai limbah perkebunan dengan masa inkubasi yang berbeda
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % berdasarkan uji BNJ.
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
Dari table 6 di atas dapat dilihat bahwa perbandingan jumlah jamur Mucor
sangatlah berbeda, dimana pada pemberian bahan organik pupuk kandang terlihat
bahawa pada minggu pertama jumlah jamur Mucor tinggi yaitu sekitar
11, 64 x 105/g tanah dan pada minggu berikutnya terjadi penurunan jumlah jamur
mucor. Sama halnya dengan pemberian bahan organik ampas tebu, jumlah jamur
mucor pada minggu pertama tinggi yaitu sekitar 18, 54 x 105/g tanah. Akan tetapi
pada pemberian tandan kosong kelapa sawit, jenis jamur mucor dari minggu
pertama hingga minggu ke empat tidak ada terjadi peningkatan jenis jamur.
Kemungkinan disebabkan bahwa pada tandan kosong kelapa sawit kandungan
ligninnya sangat tinggi sehingga jamur mucor tidak dapat untuk berkembang,
sedangkan pada pupuk kandang kandungan ligninnya rendah sehingga jamur
mucor dapat berkembang dan dapat memperbanyak diri dengan memanfaatkan
bahan organik yang terdapat pada pupuk kandang tersebut sebagai makanannya.
0
Gambar 6. Jumlah jenis jamur Mucor akibat pemberian berbagai limbah perkebunan dengan masa inkubasi yang berbeda
Jamur Mucor hampir serupa dengan jamur Rhizopus, akan tetapi jamur
Mucor hanya memiliki spora dan batang saja. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
Gambar 7. Jenis jamur Mucor pada perbesaran 40 x
Dari gambar 7 di atas dapat kita lihat bahwa jamur Mucor. Jenis jamur ini
hanya terdiri dari batang dan spora dan berwarna hijau kekuningan. Jenis jamur
ini juga merupakan jamur hemiselulosa yang hanya dapat merombak lemak,
karbohidrat, dan glokosa . tetapi jenis jamur Mucor ini sangat sulit untuk
merombak bahan organik yang mengandung lignin yang tinggi seperti jenis kayu,
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
Pembahasan
Pemberian bahan organik tidak mempengaruhi pH tanah, karena bahan
organik yang diaplikasikan ke dalam tanah berupa bahan organik yang masih
segar. Bahan organik yang dalam bentuk segar diaplikasikan ke tanah belum
mengalami proses pelapukan. pH tanah dapat meningkat apabila terjadi proses
pelapukan bahan organik di dalam tanah. Dimana semakin lama bahan organik
tersebut melapuk di dalam tanah maka pH tanah tersebut akan meningkat. pH
tanah dapat meningkat dikarenakan oleh aktifitas mikroorganisme tanah.
Mikroorganisme tanah dapat berkembang dan dapat merombak bahan
organik yang terdapat di dalam tanah sehingga pH tanah tersebut terjadi
peningkatan. Hal ini sesuai dengan hasil analisi yang telah dilakukan. Dimana
pada analisis awal pH tanah yang dihasilkan sekitar 5,39. Menurut BPP Medan
(1982) kadar pH 5,39 tersebut merupakan pH tanah yang rendah. Setelah
dilakukan penambahan bahan organik dan lamanya masa inkubasi maka pH tanah
tersebut meningkat hingga menjadi 7,53. Hal ini terjadi bahwa penambahan bahan
organik dapat merangsang aktifitas mikroorganisme tanah. Pada saat dekomposis
bahan yang pertama kali hilang adalah bahan yang mudah dicernakan. Banyak
kelompok organisme aktif yang dapat mendekomposisi karbohidrat dan protein,
tetapi fungi yang efektif dalam pendekomposis lignin. Maka dari itu pH tanah
meningkat dari minggu 1 hingga minggu ke-4.
Semakin lama bahan organik di dalam tanah maka pH tanah juga akan
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
melapuk sesuai dengan waktu yang telah di tentukan. Hasil pelapukan bahan
organik tersebut dapat berupa N, CO2, dan asam-asam organik.
Dari hasil penelitian yang dilakukan bahwa bahan organik yang
diaplikasikan ke dalam tanah berupa bahan organik dalam bentuk segar yang
memiliki C/N sangat tinggi. Akan tetapi dengan diaplikasikan bahan organik
tersebut kedalam tanah dan pada masa inkubasi yang telah ditentukan maka kadar
C/N tanah tersebut akn mengalami penurunan. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4
pada perlakuan tanpa bahan organik bahwa pada minggu 1 hingga minggu ke-4
tidak terjadi perbedaan yang sangat nyata. Sedangkan pada pemberian bahan
organik di dalam tanah terjadi penurunan kadar C/N bahan organik tanahnya. Hal
ini kemungkinan pengaruh waktu sangatlah berperan penting untuk menurunkan
C/N dalam tanah. Selain waktu (masa inkubasi), suhu juga sangat berperan
penting dalam penurunan C/N di dalam tanah.
C/N yang tertinggi terdapat pada penambahan bahan organic limbah
ampas tebu. Penambahan limbah ampas tebu memiliki kadar C/N yang sangat
tinggi pada minggu 1 yaitu sebesar 54,72. Jika nilai C/N tanah 54,72 merupakan
nilai C/N yang tertinggi. Pada kondisi C/N yang tinggi tidak baik diaplikasikan
kedalam tanah apalagi bahan organik yang diaplikasikan tersebut dalam keadaan
segar.
Pada kondisi nilai C/N rendah bahan organik yang diaplikasikan tersebut
kedalam tanah merupakan sumber energi bagi mikroorganisme yang terdapat di
dalam tanah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sutanto (2002) yang menyatakan
bahwa bahan organik yang ditambah kedalam tanah akan menjadi sumber energi
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
aktif melalui rantai makanan, kemudian mengalami dekomposisi menghasilkan
senyawa organik dan anorganik. Beberapa bahan organik juga berfungsi sebagai
bahan sementasi dalam mengikat partikel agregat tanah.
Pada penelitian ini semakin lama masa inkubasi maka jumlah jamurnya
akan menurun. Penurunan jumlah jamur juga dapat dipengaruhi oleh pH tanah.
Hal ini dapat dilihat pada lampiran 13, yaitu hubungan korelasi pH tanah dan
jumlah jamur dalam tanah pada gambar 8. Dari hasil penelitian tersebut dapat
dinyatakan bahwa dengan meningkatnya pH tanah maka jumlah jamur yang
terdapat didalam tanah tersebut akan menurun. Dimana jamur biasanya paling
suka dengan pH yang masam, akan tetapi pada penelitian ini dengan kadar pH
yang semakin meningkat maka jumlah jamurnya juga akan menurun.
Jumlah jamur Mucor banyak terdapat pada perlakuan tanpa bahan organik
dan pemberian ampas tebu, hal ini di sebabkan pada bahan organik tersebut masih
banyak makanan yang terdapat di dalamnya seperti asam-asam organik yang
masih segar. Sehingga jamur Mucor tersebut dapat berkembang dan
memanfaatkan asam-asam organik yang terdapat pada ke dua bahan organik
tersebut sebagai sumber nutrisi atau sebagai sumber energi. Peningkatan jumlah
jamur Mucor juga dapat disebabkan oleh kadar pH tanah dan kadar C/N tanahnya.
Hal ini dapat di lihat pada lampiran 13 gambar 9 dan 10. semakin meningkat pH
tanah dan C/N tanah maka jumlah jamur mucor juga akan semakin meningkat.
Hal ini kemungkinan jamur Mucor lebih suka pada pH netral dan lebih menyukai
kadar C/N tanah yang tinggi.
Jamur Rhizopus, semakin bertambahnya masa inkubasi maka jumlah
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
nutrisi yang terdapat di dalam tanah semakin lama masa inkubasi maka jumlah
jamur tesebut semakin berkurang. Faktor yang mempengaruhi jumlah jamur yaitu
faktor lingkungannya seperti pH, makanan, dalam bentuk asam-asam organik
yang terdapat di dalam tanah dan bahan organik yang diaplikasikan kedalan tanah
Ultisol tersebut. Jamur Rhizopus merupakan jamur yang tergolong kedalam
kelompok hemiselulotik dan selulotik hal ini dinyatakan oleh Alexander Martin
(1976). Dimana jamur Rhizopus tersebut dapat merombak ligni, lemak, selulosa
dan karbohidrat yang terdapat pada bahan organik tersebu. Hasil perombakan
tersebut dijadikan sebagai bahan makanan dan sebagai energi bagi jamur Rhizopus
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Pemberian bahan organik berupa limbah perkebunan dan pupuk kandang
tidak mempengaruhi jumlah jamur pada tanah Ultisol.
2. Bahan organik berupa limbah perkebunan, pupuk kandang dan lamanya
masa inkubasi menurunkan jumlah populasi jamur pada tanah Ultisol.
3. Masa inkubasi sangat berpengaruh terhadap pH tanah dan penurunan
jumlah jamur. Semakin meningkat pH tanah maka jumlah jamur tanah
akan semakin menurun.
4. Jenis jamur yang diperoleh akibat pemberian bahan organik limbah
perkebunan kelapa sawit, limbah ampas tebu, dan pupuk kandang pada
masa inkubasi yang berbeda adalah jenis jamur Rhizopus dan jenis jamur
Mucor.
Saran
Pemberian bahan organik dalam bentuk segar tidak memberikan pengaruh
positif terhadap tanah dan tanaman, karena C/N bahan organik tersebut masih
tinggi. Perlu dilakukan inkubasi yang lebih lama agar rasio C/N bahan organik
tersebut rendah (C/N < 20) sehingga dapat memberikan pengaruh positif terhadap
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous.2007.PertanianOrgani :htm [10 April 2007]
______ , 2007. Penelitian pabrik gula
______ , 2007. Pembuatan Kompos
Anas. I. 1989. Petunjuk Laboratorium Biologi Tanah dan Praktek. Penelaah Soepardi. G. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Pusat Antar Universitas Bioteknologi, IPB, Bogor.
Agrios. G.N.1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Edisi 3 (tiga). Terjemahan oleh Munsir Busnia, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Coyne. M. 1999. Soil Microbiology: An Exploratory Approach. Delmar Publisher, London.
Darmosarkoro. W., Winarna., Rahutomo. S. 2003. Lahan dan Penelitian Kelapa Sawit. Pusat penelitian kelapa sawit, Medan.
Gandjar. I. Samson. R. A. Vermenlen. K.V.D.T. Oetani.A. dan Santoso. I. 1999, Pengenalan Kapang Tropik Umum, Universitas Indonesia, Jakarta.
Gunawan.A.W. 2000. Usaha Pembibitan Jamur. Penebar Swadaya, Jakarta.
Hardjowigeno. S., 1993, Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akapress. Jakarta
Isroi. S. 2006 . Penelitian Mikroba. Balai Penelitian Bioteknology. Bogor.
Munir. M, 1996. Tanah – Tanah Utama Indonesia. Penerbit Pustaka Jaya. Jakarta.
Musnamar.E.I, 2003. Pupuk Organik, Cair dan Padat, Pembuatan dan Aplikasi. Penebar swadaya. Jakarta.
Pelczar. M.J., Chan. E.C.S. 1986. Dasar – Dasar Mikrobiologi. Diterjemahkan oleh Hadioetomo.R. S, dkk, Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Rao, N.S.S. 1994. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman Edisi kedua Penerbit Universitas Indonesia, UI Press. Jakarta.
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
Sutanto. R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Subagyo. H. Suharia. N, dan Agus. B. Siswanto. 2000. Tanah-Tanah Pertanian di Indonesia, dalam Sumber Daya Lahan Indonesia dan Pengelolaannya. Adimihardja. A. Amien. L. I. Agus. F. Djaenuddin. D. (ed) Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Bogor.
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
Lampiran 1. Data Analisis awal tanah Analisa awal tanah Ultisol
Parameter Nilai Keterangan
pH tanah 5,39 Rendah
C (%) tanah 0,14 % Sangat rendah
N (%) tanah 0,03 % Sangat rendah
C/N tanah 4,67 Sangat rendah
KA (%) 6,38 % -
KL (%) 47,05 % -
Menurut : 1. Staf Pusat Penelitian Tanah, 1983 2. BPP Medan, 1982
Lampiran 2. Analisa Awal jamur dan C/N bahan organik Analisa awal jamur
Parameter Nilai
Total jamur 140 x 107
Total jamur Mucor 4 x 104
Total jamur Rhizopus 12 x 107
Lampiran 3. Analisa Awal C/N Bahan Organik
Analisa Awal C/N bahan organik
Parameter Nilai
C/N P.K. Sapi 22,68
C/N Ampas tebu 79,98
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
Lampiran 4. Data pengamatan pH tanah
PERLAKUAN ULANGAN TOTAL RATA-RATA
I II III
Lampiran 5. Daftar sidik ragam pH Tanah
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
Lampiran 6. Data C/N Bahan organik limbah Perkebunan
PERLAKUAN ULANGAN TOTAL RATA-RATA
I II III
Lampiran 7. Daftar sidik ragam C/N bahan Organik Limbah Perkebunan
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
Lampiran 8. Data Jumlah jamur metode MPN
PERLAKUAN ULANGAN TOTAL RATA-RATA
I II III
TOTAL 53349,5 47554,9 56678,4 157582,8
RATA-RATA 3334,34 2972,18 3542,4
Lampiran 9. Daftar Transformasi sidik ragam Jumlah Jamur Metode MPN
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
Lampiran 10. Total jenis jamur Rhizopus
PERLAKUAN ULANGAN TOTAL RATA-RATA
I II III
B0T1 1000.105 700.105 1000.105 2700.105 900.105
B0T2 200.105 700.105 1000.105 1900.105 633,3.105
B0T3 400.105 100.105 2.105 502.105 167,3.105
B0T4 1.105 10.105 1.105 12.105 4.105
B1T1 900.105 200.105 200.105 1300.105 433,3.105
B1T2 400.105 40.105 400.105 840.105 280.105
B1T3 100.105 100.105 100.105 300.105 100.105
B1T4 0 100.105 1.105 101.105 33,7.105
B2T1 300.105 900.105 40.105 1240.105 413,3.105
B2T2 500.105 600.105 300.105 1400.105 466,7.105
B2T3 300.105 200.105 2.105 502.105 167,3.105
B2T4 100.105 10.105 0 110.105 36,7.105
B3T1 400.105 800.105 400.105 1600.105 533,3.105
B3T2 60.105 400.105 200.105 660.105 220.105
B3T3 200.105 100.105 100.105 400.105 133,3.105
B3T4 0 1.105 0 1.105 0,3.105
TOTAL 4861 4961 3746 13568
RATA-RATA 303,8 310,06 234,1
Lampiran 11. Daftar Transformasi sidik ragam Total jenis jamur Rhizopus
Saparuddin Lubis : Dinamika Populasi Jamur Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan, 2010.
Lampiran 12. Total jenis jamur Mucor
PERLAKUAN ULANGAN TOTAL RATA-RATA
I II III
Lampiran 13. Daftar Transformasi sidik ragam Total jenis jamur Rhizopus