Kondisi Umum
Tujuh genotipe pepaya yang dijadikan tetua, di lapangan menunjukkan pertumbuhan yang seragam baik untuk karakter-karakter kuantitatif maupun kualitatif dan tidak dijumpai adanya tanaman yang off type. Namun demikian pada
genotipe IPB 5, beberapa tanaman mengalami kerebahan karena lubang tanam yang terlalu dangkal dan perawakan tanaman yang terlalu tinggi. Serangan hama belalang dijumpai pada beberapa genotipe, tetapi tidak sampai merusak.
Pada tahap kegiatan persilangan, bunga fertil pertama muncul pada saat yang tepat dimana curah hujan mencukupi untuk merangsang munculnya bunga hermafrodit, sehingga kegiatan persilangan mudah untuk dilakukan. Pada saat dilakukan kegiatan persilangan, suhu udara pagi hari dan sore hari relatif stabil yaitu berkisar antara 21-33 ºC. Kondisi seperti ini yang menyebabkan persentase keberhasilan persilangan menjadi bertambah hingga mencapai hampir 50%.
Pada tahap kegiatan evaluasi hasil persilangan, beberapa nomor persilangan, terutama yang melibatkan genotipe IPB 1 dan PB 000201, di awal pertumbuhannya banyak terserang hama belalang. Akibat dari serangan hama belalang ini, pertumbuhan nomor-nomor hibrida persilangan tersebut menjadi terhambat. Setelah dilakukan pengendalian HPT, pertumbuhannya kembali normal.
Karakterisasi Tetua Karakter Kuantitatif
Hasil sidik ragam terhadap peubah-peubah yang diamati memperlihatkan perbedaan yang sangat nyata hampir pada semua peubah yang diamati, kecuali pada peubah umur panen. Nilai koefisienan keragaman dari peubah-peubah yang diamati pun cenderung kecil. Rekapitulasi hasil sidik ragam untuk peubah-peubah yang diamati ditampilkan pada Tabel 3.
.
Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam
Peubah F-Hit KK
Tinggi Tanaman Umur 5 BST 6.24** 15.91
Diameter Batang Umur 5 BST 3.32* 19.35
Panjang Petiole Umur 5 BST 8.06** 8.74
Panjang Daun Umur 5 BST 8.98** 7.39
Lebar Daun Umur 5 BST 6.20** 8.91
Tinggi Letak Bunga Pertama 11.87** 14.29
Tinggi Letak Buah Pertama 3.18* 21.34
Umur Panen Buah Pertama 2.11tn 7.96
Ket : * Berbeda nyata pada taraf 5 % **
Berbeda sangat nyata pada taraf 1 %
tn
Tidak berbeda nyata
Keragaan tujuh genotipe pepaya yang dijadikan sebagai tetua untuk peubah tinggi tanaman dan diameter batang pada saat berumur 5 BST disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan hasil uji lanjut DMRT terlihat bahwa genotipe PB 000201 dan IPB 5 memiliki perawakan yang tinggi. Kedua geno tipe ini juga memiliki diameter batang terbesar, tetapi tidak berbeda nyata dengan genotipe Str 6-4, IPB 10 dan PB 000174. Hasil analisis korelasi (Lampiran 2) memperlihatkan bahwa terdapat korelasi positif yang nyata antara tinggi tanaman dengan diameter batang (r=0.58). Genotipe yang memiliki perawakan yang tinggi cenderung diikuti dengan diameter batang yang besar. Hal ini dapat dipahami karena dengan batang yang tinggi diperlukan diameter batang yang besar untuk menghindari terjadinya kerebahan tanaman.
Tabel 4. Tinggi Tanaman dan Diameter Batang Tujuh Genotipe Pepaya
Genotipe Tinggi Tanaman (cm) Diameter Batang (cm)
IPB 1 118.13c 5.50bc IPB 5 155.13ab 6.40abc IPB 6 110.50c 4.98c IPB 10 114.75c 7.40ab PB 000174 134.50bc 6.45abc PB 000201 176.38a 8.38a Str 6-4 107.38c 7.70a
Ket : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%
Pada Tabel 5 di bawah ini memperlihatkan lebar kanopi masing- masing genotipe. Berdasarkan hasil uji lanjut DMRT terlihat bahwa genotipe IPB 10 dan Str 6-4 mempunyai kanopi yang terlebar jika dibandingkan dengan genotipe- genotipe yang lain. Hal ini dapat dilihat dari nilai yang besar pada peubah panjang petiole dan panjang daun untuk kedua genotipe tersebut. Penampilan di lapangan memperlihatkan bahwa dengan jarak tanam 1.5 x 2 m, kedua genotipe tersebut daunnya saling bersinggungan. Hal ini dapat merugikan dalam budidaya tanaman pepaya, karena diperlukan jarak tanam yang lebih besar, sehingga akan
mengakibatkan jumlah populasi persatuan luas semakin berkurang dan dapat menurunkan produksi/ha.
Tabel 5. Penampilan Panjang Petiole, Panjang Daun dan Lebar Daun Tujuh Genotipe Pepaya
Genotipe Panjang Petiole
(cm) Panjang Daun (cm) Lebar Daun (cm) IPB 1 72.50c 52.25b 54.75b IPB 5 71.50c 54.25b 56.25b IPB 6 74.25c 66.00a 69.25a IPB 10 98.50a 66.75a 71.75a PB 000174 79.75bc 56.75b 59.25b PB 000201 82.50bc 58.75b 59.50b Str 6-4 90.75ab 69.25a 69.00a
Ket : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%
Hasil analisis korelasi untuk peubah panjang petiole, panjang daun dan lebar daun menunjukkan adanya korelasi positif yang sangat nyata (Lampiran 2). Nilai koefisien korelasinya pun besar yaitu 0.65, 0.74 dan 0.86, berturut-turut untuk panjang petiole dengan panjang daun, panjang petiole dengan lebar daun dan panjang daun dengan lebar daun.
Tabel 6. Tinggi Letak Bunga dan Buah Pertama serta Umur Bunga Fertil dan Panen Buah Pertama Tujuh Genotipe Pepaya
Genotipe Tinggi Letak Bunga Pertama (cm) Tinggi Letak Buah Pertama (cm) Umur Bunga Fertil Pertama (HST) Umur Panen Buah Pertama (HST) IPB 1 77.63b 85.50ab 117.88ab 262.63 IPB 5 68.50bc 86.63ab 92.38bc 245.83 IPB 6 82.00b 86.00ab 137.83a 282.00 IPB 10 41.88d 55.50c 66.25c 236.00 PB 000174 69.33bc 84.00ab 74.00c 247.00 PB 000201 106.00a 106.25a 102.50abc 258.25 Str 6-4 57.25cd 71.00bc 95.13bc 256.88
Ket : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%
Terdapat perbedaan yang nyata diantara genotipe-genotipe pepaya yang dijadikan sebagai tetua pada peubah tinggi letak bunga pertama dan tinggi letak buah pertama (Tabel 6). Pada kedua peubah ini terlihat bahwa genotipe IPB 10 dan Str 6-4 memiliki letak bunga fertil pertama terendah dan letak buah pertama terendah jika dibandingkan dengan genotipe-genotipe yang lain. Penampilan di
lapangan memperlihatkan bahwa buah pertama genotipe IPB 10 sampai menyentuh permukaan tanah. Namun demikian, ketujuh genotipe pepaya tersebut memiliki potensi sebagai tanaman yang low bearing berdasarkan kriteria IBPGR (1988) yang menyebutkan bahwa tanaman pepaya yang memiliki kedudukan letak buah pertamanya < 1 m tergolong tanaman yang low bearing, antara 1-1.5 m tergolong intermediate dan > 2 m tergolong high bearing.
Hasil sidik ragam pada peubah umur berbunga fertil pertama menunjukkan perbedaan yang nyata diantara tujuh genotipe pepaya yang digunakan, tetapi tidak pada peubah umur panen buah pertama (Tabel 6). Pada penelitian ini semua genotipe termasuk tanaman yang berumur ge njah berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh Balitbu (2003). Kekecualian pada genotipe IPB 6 yang memiliki umur berbunga fertil pertama = 120 HST. Namun demikian seluruh genotipe pepaya yang dijadikan sebagai tetua pada penelitian ini umur petiknya masih terlalu lama yaitu = 105 hari setelah berbunga.
Hasil analisis korelasi (Lampiran 2) menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif yang nyata antara tinggi letak bunga pertama dengan tinggi letak buah pertama (r=0.60). Hal yang sama juga ditemui antara umur berbunga fertil pertama dengan umur panen buah pertama (r=0.58). Genotipe IPB 10 dan Str 6-4 yang memiliki letak bunga fertil pertama yang rendah ternyata juga memiliki letak buah pertama yang rendah pula. Untuk umur berbunga fertil pertama dan umur panen buah pertama, genotipe IPB 10 dan PB 000174 yang memiliki umur berbunga tercepat juga memiliki umur panen tercepat. Korelasi positif yang nyata juga ditemui antara tinggi letak bunga pertama dengan umur berbunga fertil pertama (r=0.55), begitu juga antara letak buah pertama dengan umur panen buah pertama (r=0.51). Artinya genotipe yang letak bunga dan buah pertamanya rendah cenderung memiliki umur berbunga dan umur panen yang cepat.
Karakter Kualitatif
Hasil karakterisasi sifat-sifat kualitatif yang berpedoman pada buku panduan Descriptors for Papaya (IBPGR, 1988) dapat dilihat pada Tabel 7. Pada Tabel 7 tersebut terlihat bahwa terdapat perbedaan pada karakter-karakter kualitatif diantara ketujuh genotipe pepaya yang dijadikan sebagai tetua. Hasil
analisis kluster menunjukkan bahwa tingkat kemiripan tertinggi diantara ketujuh genotipe yang dijadikan sebagai tetua hanya mencapai 41.02% yang dimiliki oleh pasangan genotipe IPB 1 dengan PB 000201 (Gambar 1). Perbedaan diantara kedua genotipe ini hanya terletak pada tipe pembungaan dan warna daging buah. Genotipe IPB 1 merupakan tanaman andromonoecious dengan tipe pembungaan yang solitary (tunggal) dan warna daging buah merah, sedangkan genotipe PB 000201 merupakan tanaman andromonoecious dengan tipe pembungaan yang inflorescens (majemuk) dan warna daging buah kuning (Tabel 7).
PB 000174 Str 6-4 IPB 10 IPB 6 IPB 5 PB 000201 IPB 1 15.80 43.86 71.93 100.00 Similarity (%) Genotipe
Gambar 1. Dendogram Hasil Karakterisasi Tujuh Geneotipe Pepaya
Genotipe PB 000174 merupakan genotipe yang memiliki tingkat kemiripan paling kecil dengan genotipe- genotipe yang lain. Hasil analisis kluster memperlihatkan bahwa tingkat kemiripan genotipe PB 000174 hanya mencapai 19.29% (Gambar 1). Pada Tabel 7 terlihat bahwa genotipe PB 000174 memiliki karakter-karakter yang tidak dimiliki genotipe-genotipe lain. Genotipe PB 000174 merupakan tanaman pepaya yang dioecious sehingga tidak memiliki bunga hermafrodit dengan bentuk buah bulat dan bentuk rongga buah seperti bintang.
Tabel 7. Hasil Karakterisasi Karakter Kualitatif Tujuh Genotipe Pepaya Berdasarkan Buku Descriptors for Papaya
Karakter IPB 1 IPB 5 IPB 6 IPB 10 PB 000174 PB 000201 Str 6-4 1. Warna Batang Hijau
Keabuan Hijau Keabuan Hijau Keabuan Hijau Keunguan Hijau Keabuan Hijau Keabuan Hijau Keabuan 2. Warna Petiole Hijau
Keunguan Hijau Hijau Ungu
Hijau Keunguan
Hijau
Keunguan Hijau 3. Bentuk Gerigi
Daun Concave Concave Concave Concave Concave Concave Concave
4. Bentuk Sinus Daun Slightly Closed Slightly Closed Slightly Closed Slightly Cclosed Slightly Closed Slightly Closed Strongly Closed 5. Tipe Seks Tanaman Andro monoecious Andro monoecious Andro monoecious Andro monoecious Dioecious Andro monoecious Andro monoecious 6. Tipe Pembungaan Solitary Inflorescens Inflorescens Inflorescens Inflorescens Inflorescens Inflorescens
7. Warna Bunga Krem Krem Krem Kuning
Keunguan Krem Krem Krem 8. Umur Berbunga Dalam Sedang Dalam Genjah Genjah Dalam Sedang 9. Bentuk Buah Pear Blossom end
Tapered Elongata Elongata Round Pear Elongata 10. Warna Kulit Buah Hijau Hijau Gelap Hijau Gelap Hijau
Gelap Hijau Hijau Hijau 11. Warna Daging
Buah Merah Jingga Merah Jingga Kuning Kuning Jingga
12. Bentuk Rongga Buah
Slighthly Star Shaped
Angular Slighthly Star
Shape Angular Star Shape
Slighthly Star
Shape Angular 13. Daya Simpan
Buah Intermediate Short Long Intermediate Long Intermediate Short 14. Perawakan
Tanaman Low bearing Low bearing Intermediate Low bearing Low bearing Low bearing Low bearing
29
Secara umum terdapat dua kelompok genotipe dari tujuh genotipe pepaya yang digunakan sebagai tetua (Gambar 1). Tingkat kemiripan antara kelompok genotipe yang satu dengan yang lainnya hanya sebesar 15.80%. Genotipe- genotipe yang termasuk ke dalam kelompok 1 adalah IPB 1, PB 000201, IPB 5 dan IPB 6, sedangkan genotipe-genotipe yang termasuk ke dalam kelompok 2 adalah IPB 10, Str 6-4 dan PB 000174.
Tingkat Keberhasilan Persilangan
Kegiatan persilangan mulai dilakukan pada pertengahan bulan Juli 2004 sampai pertengahan bulan September 2004. Total persilangan yang dilakukan adalah 148 persilangan. Hasil analisis data menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata antara persentase keberhasilan persilangan yang dilakukan pada pagi hari dengan sore hari. Persentase keberhasilan persilangan yang dilakukan pada pagi hari sama baiknya dengan sore hari, masing- masing sebesar 42.16 dan 48.33% (Tabel 8). Hal ini berarti persilangan pada pepaya dapat dilakukan pada pagi hari maupun sore hari.
Tabel 8. Persentase Keberhasilan Persilangan Berdasarkan Waktu Persilangan
Waktu Persilangan Keberhasilan (%)
Pagi 42.16
Sore 48.33
Kegiatan persilangan pepaya yang dilakukan oleh Balitbu juga menemukan bahwa tidak semua bunga yang diserbuki menunjukkan keberhasilan persilangan. Dari 226 bunga yang disilangkan, hanya 82 bunga yang berhasil menjadi buah. Hal ini berarti persentase keberhasilan persilangan hanya 36.28% (Sutanto et al., 2003). Pada penelitian ini tidak dilakukan analisis viabilitas serbuk sari, namun demikian informasi hasil analisis viabilitas serbuk sari pada pepaya koleksi plasma nutfah Balitbu menunjukkan bahwa viabilitas serbuk sari dari genotipe-genotipe pepaya yang diuji berkisar antara 64.78-91.06% (Indriyani et al., 2003). Beberapa penelitian lain menunjukkan bahwa viabilitas serbuk sari pepaya beragam mulai dari 66.80% (Sajise et al., 2004) sampai 98.00% (Magdalita et al., 1997). Martínez et al. (2004) menemukan bahwa viabilitas serbuk sari dari tiga tipe bunga pepaya, yaitu bunga sempurna elongata, bunga
30
sempurna rudimenter dan bunga jantan, tidak berbeda nyata masing- masing sebesar 86.20, 86.70 dan 82.70%.
Hasil persentase keberhasilan persilangan yang diperoleh pada penelitian ini diduga disebabkan faktor lingkungan, khususnya suhu udara pada saat dilakukan persilangan. Pada penelitian ini, saat dilakukan persilangan suhu udara berkisar antara 21-33 ºC dengan kelembaban udara berkisar 77-90%. Faktor inilah yang menyebabkan persentase keberhasilan persilangan pada pepaya yang dilakukan di pagi hari sama baiknya dengan yang dilakukan di sore hari. Menurut Magdalita et al. (1998) viabilitas serbuk sari pepaya terbaik diperoleh pada saat suhu udara berkisar antara 20-30 ºC.
Evaluasi Hibrida Persilangan Analisis Daya Gabung
Hasil sidik ragam (Lampiran 3) untuk semua peubah-peubah yang diamati yang meliputi karakter-karakter vegetatif, generatif, produksi dan kualitas buah menunjukkan perbedaan penampilan yang nyata dari genotipe-genotipe yang diuji, sehingga analisis ragam untuk daya gabung dapat dilakukan untuk semua peubah tersebut. Tabel 9 memperlihatkan bahwa hasil sidik ragam DGU dan DGK untuk semua peubah yang diamati berbeda sangat nyata kecuali untuk DGK pada peubah panjang petiole dan panjang daun. Menurut Sujiprihati et al. (2001); Nigussie dan Zelleke (2001) dan Kaya (2005) perbedaan yang nyata pada ragam DGU dan DGK mengindikasikan bahwa aksi gen aditif dan non-aditif mempengaruhi pada penurunan sifat-sifat yang diamati tersebut.
Karakter Vegetatif
Keragaan hasil persilangan pepaya untuk karakter-karakter vegetatif dapat dilihat pada Tabel 10. Hasil uji lanjut DMRT memperlihatkan bahwa persilangan IPB 5 x IPB 5, IPB 5 x PB 000174, IPB 5 x IPB 10 dan PB 000201 x IPB 5 cenderung mempunyai pertumbuhan yang cepat. Hal ini dapat dilihat pada rata- rata masing- masing hasil persilangan pepaya tersebut untuk peubah tinggi tanaman yang diikuti pula dengan diameter batang yang besar pula.
31
Tabel 9. Rekapitulasi Nilai Ragam Daya Gabung Umum dan Daya Gabung Khusus
Peubah s2
DGU s2 DGK s2 DGU/s2 DGK
Tinggi Tanaman Umur 5 BST 121.70** 43.97** 2.77 Diameter Batang Umur 5 BST 0.02** 0.13** 0.15 Panjang Petiole Umur 5 BST 12.01** 7.21tn 1.67 Panjang Daun Umur 5 BST 4.68** 4.06tn 1.15 Lebar Daun Umur 5 BST 8.42** 11.00* 0.77 Tinggi Letak Bunga Pertama 19.52** 27.92** 0.70 Umur Berbunga Fertil Pertama 7.24** 20.56** 0.35 Tinggi Letak Buah Pertama 8.60** 98.14** 0.09 Umur Panen Buah Pertama 12.21** 111.96** 0.11 Jumlah Buah Umur 7 BST 2.45** 6.96** 0.35
Panjang Buah 9.90** 10.27** 0.96
Diameter Buah 0.08** 1.21** 0.07
Bobot Buah 62.69** 40.50** 1.55
Tebal Daging Buah 0.02** 0.04** 0.50
Kandungan PTT 1.14** 1.15** 0.99
Jumlah Biji -2507.59** 42483.72** -0.06
Keterangan : *Berbeda nyata pada taraf 5%, **Berbeda sangat nyata pada taraf 1%, tnTidak berbeda nyata
Peubah tinggi tanaman pada pepaya diduga diturunkan secara genetik dan ada pengaruh dari faktor lingkungan. Sujiprihati dan Sulistyo (2004) dan Saryoko
et al. (2005) menyatakan bahwa perbedaan tinggi tanaman pepaya yang terjadi di lapangan lebih dipengaruhi oleh faktor genetik. Nilai duga heritabilitas arti luas untuk peubah tinggi tanaman ini tergolong tinggi (H2bs > 0.70). Pada penelitian
ini, berdasarkan hasil karakterisasi tetua, genotipe IPB 5 dan PB 000201 memiliki penampilan tanaman yang tertinggi. Hibrida yang melibatkan kedua genotipe tersebut juga memiliki penampilan yang tinggi (> 100 cm).
Terdapat perbedaan yang nyata diantara hasil persilangan pepaya yang diuji pada peubah panjang petiole, panjang daun dan lebar daun (Tabel 10). Hasil uji lanjut DMRT memperlihatkan bahwa persilangan PB 000201 x IPB 6, PB 000201 x IPB 5, IPB 6 x IPB 10, IPB 6 x Str 6-4, IPB 5 x IPB 5, IPB 5 x IPB 10 dan IPB 10 x IPB 10 mempunyai kanopi yang luas (berdasarkan peubah panjang petiole dan panjang daun). Lebar kanopi yang luas ini tidak diinginkan pada budidaya pepaya karena akan menambah jarak tanam sehingga akan mengurangi populasi tanaman per satuan luas tanam.
32
Tabel 10. Penampilan Tinggi Tanaman, Diameter Batang, Panjang Petiole, Panjang Daun dan Lebar Daun 28 Nomor Persilangan Pepaya
Tinggi Tanaman Diameter Batang Panjang Petiole Panjang Daun Lebar Daun Genotipe --- (cm) --- IPB 1 x IPB 1 84.14kl 3.46g 37.00f 31.38f 31.63i IPB 1 x PB 201 106.00f-j 4.15d-g 48.13ef 39.00d-f 40.23f-h
IPB 1 x IPB 6 107.50e-i 4.58b-f 54.75b-e 42.38b-e 44.75d-h
IPB 1 x IPB 5 122.17b-f
5.23a-c 59.75b-e 44.75b-e 48.50b-g
IPB 1 x Str 6-4 88.33j-l 4.69b-f 55.25b-e 42.38b-e 47.50b-h
IPB 1 x IPB 10 90.33i-l 4.48b-f 53.00c-e 38.88d-f 38.75hi
IPB 1 x PB 174 104.25f-j
4.63b-f 54.88b-e 40.75c-e 42.13e-h
PB 201 x PB 201 125.83a-e 4.46c-f 56.00b-e 37.63e-f 39.75g-i
PB 201 x IPB 6 128.67a-d 4.58b-f 62.25a-e 50.00ab 54.75ab
PB 201 x IPB 5 126.67a-d
5.34a-b 63.88a-d 46.50a-d 54.38a-c
PB 201 x Str 6-4 117.25c-g
4.94a-e 55.13b-e 43.38b-e 46.63b-h
PB 201 x IPB 10 102.00g-k 4.05g-f 59.25b-e 42.63b-e 45.13c-h
PB 201 x PB 174 119.14c-g 4.5b-f 60.75a-e 44.25b-e 49.25b-f
IPB 6 x IPB 6 101.78g-k
3.44g 51.13c-f 45.13b-e 47.63b-h
IPB 6 x IPB 5 126.83a-d 4.24d-g 56.13b-e 43.38b-e 48.25b-g
IPB 6 x StR 6-4 107.00f-j 4.30d-f 64.00a-d 46.63a-d 53.13a-d
IPB 6 x IPB 10 115.75d-h
4.82a-f 75.50a 53.75a 60.63a
IPB 6 x PB 174 125.39a-e
4.65b-f 56.75b-e 46.13a-e 51.50b-e
IPB 5 x IPB 5 143.00a 5.00a-d 66.38a-c 48.50a-c 53.00a-d
IPB 5 x Str 6-4 118.25c-h 4.53b-f 59.50b-e 49.00a-c 50.00b-e
IPB 5 x IPB 10 135.53a-c
5.61a 68.88ab 45.75a-e 53.25a-d
IPB 5 x PB 174 138.00ab 5.00a-d 62.50a-e 44.75b-e 52.63a-d
Str 6-4 x Str 6-4 77.08l 4.11e-g 56.38b-e 41.88b-e 42.88e-h
Str 6-4 x IPB 10 91.67i-l
4.55b-f 59.38b-e 45.00b-e 47.00b-h
Str 6-4 x PB 174 100.58g-k 4.44c-f 57.88b-e 49.13a-c 51.25b-e
IPB 10 x IPB 10 79.47l 4.15d-g 63.00a-e 48.63a-c 49.25b-f
IPB 10 x PB 174 100.08h-k 4.44c-f
58.63b-e 42.38b-e 45.50b-h
PB 174 x PB 174 106.83f-j 4.10e-g 48.50d-f 41.75b-e 45.63b-h
Keterangan : Rataan yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan Uji DMRT pada taraf 5%
Tabel 11. Nilai Duga Daya Gabung Umum Tujuh Genotipe Pepaya untuk Karakter-karakter Vegetatif Genotipe Tinggi Tanaman Diameter Batang Panjang Petiole Panjang Daun Lebar Daun IPB 1 -10.71 -0.17 -7.15 -4.68 -6.25 PB 000201 7.79 0.05 -0.31 -1.34 -1.28 IPB 6 3.49 -0.23 0.83 2.16 2.98 IPB 5 18.91 0.42 4.36 2.01 3.51 Str 6-4 -11.56 -0.06 -0.03 0.69 -0.02 IPB 10 -9.89 0.01 4.05 1.40 0.82 PB 000174 1.98 -0.02 -1.75 -0.24 0.23
33
Berdasarkan hasil analisis daya gabung terlihat bahwa pada peubah tinggi tanaman dan diameter batang, genotipe IPB 5 dan PB 000201 memiliki nilai duga DGU yang tertinggi, sedangkan pada peubah panjang petiole, panjang daun dan lebar daun genotipe IPB 5, IPB 6 dan IPB 10 memiliki nilai duga DGU yang tertinggi (Tabel 11). Berdasarkan uraian ini, genotipe IPB 5 merupakan tetua dengan daya gabung umum yang cenderung tinggi untuk karakter-karakter vegetatif, artinya persilangan yang melibatkan genotipe ini akan memiliki keturunan dengan pertumbuhan vegetatif yang baik. Hasil karakterisasi tetua menunjukkan bahwa genotipe IPB 5 merupakan genotipe yang mempunyai penampilan yang tinggi dan diameter batang yang besar. Hal ini berarti genotipe IPB 5 mampu menurunkan sifat-sifat vegetatif yang baik pada keturunannya.
Rasio s2 DGU/s2 DGK untuk peubah tinggi tanaman, diameter batang, panjang petiole, panjang daun dan lebar daun masing- masing adalah 2.77, 0.15, 1.67, 1.15 dan 0.77 (Tabel 9). Nilai rasio s2 DGU/s2 DGK yang besar menunjukkan bahwa ragam aditif lebih berperan dalam mempengaruhi suatu karakter (Spaner et al., 1996; Subhadrabandhu dan Nontaswatsri, 1997; Masny et al., 2005). Pada penelitian ini rasio s2 DGU/s2 DGK yang besar dijumpai pada peubah tinggi tanaman dan panjang petio le, artinya ragam aditif lebih mempengaruhi kedua peubah tersebut. Pada peubah panjang daun dan lebar daun nilai ragam DGK-nya tidak berbeda nyata, sehingga dapat disimpulkan bahwa hanya ragam aditiflah yang mengendalikan kedua peubah tersebut.
Hasil perhitungan ragam aditif dan ragam non-aditif lebih lanjut menunjukkan bahwa empat dari lima peubah karakter-karakter vegetatif yaitu tinggi tanaman, panjang petiole, panjang daun dan lebar daun pada saat berumur 5 BST, ragam aditifnya lebih besar dibandingkan ragam non-aditifnya. Artinya penurunan sifat pada peubah-peubah tersebut lebih dipengaruhi oleh ragam aditif. Ragam aditif dan non-aditif untuk peubah-peubah karakter vegetatif dapat dilihat pada Tabel 12.
Menurut Indriyani (2002) dan Indriyani et al. (2002) jika ragam aditif tinggi maka tidak perlu menguji keturunan untuk menentukan tetua yang diinginkan, karena ragam aditif umumnya diturunkan sehingga untuk memperoleh kombinasi persilangan yang baik dapat ditentukan dengan melihat fenotipe
34
tetuanya saja. Hal ini berarti untuk mendapatkan hasil persilangan dengan pertumbuhan yang baik dapat langsung diperoleh dengan memilih tetua-tetua yang pertumbuhan vegetatifnya baik juga. Pada penelitian ini genotipe IPB 5 dapat digunakan sebagai tetua untuk mendapatkan hibrida dengan pertumbuhan vegetatif yang baik.
Tabel 12. Rekapitulasi Ragam Aditif dan Ragam Dominan serta Nilai Duga Heritabilitas Arti Sempit untuk Karakter-karakter Vegetatif
Peubah s2 Aditif s2 Dominan H2ns
Tinggi Tanaman Umur 5 BST 243.39 43.97 0.76
Diameter Batang Umur 5 BST 0.05 0.13 0.21 Panjang Petiole Umur 5 BST 24.02 7.21 0.47
Panjang Daun Umur 5 BST 9.37 4.06 0.48
Lebar Daun Umur 5 BST 16.83 11.00 0.48
Nilai duga heritabilitas arti sempit dapat dihitung dari ragam aditif dan ragam non-aditif. Dengan menggunakan persamaan Roy (2000) diperoleh nilai duga heritabilitas arti sempit untuk karakter-karakter vegetatif yang disajikan pada Tabel 12. Berdasarkan Tabel 12 tersebut terlihat bahwa nilai duga heritabilitas arti sempit pada karakter-karakter vegetatif cenderung besar dan nilai duga heritabilitas arti sempit tertinggi dimiliki oleh peubah tinggi tanaman, yaitu sebesar 0.76. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Sujiprihati dan Sulistyo (2004). Pada peubah diameter batang nilai duga heritabilitas arti sempitnya tergolong kecil yaitu hanya sebesar 0.21. Menurut Allard (1960) nilai heritabilitas yang kecil mengindikasikan bahwa keragaman yang ada di lapangan banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Chan (1995) menambahkan bahwa peubah diameter batang pada pepaya merupakan karakter vegetatif yang responsif terhadap perubahan lingkungan.
Nilai duga DGK yang paling tinggi untuk peubah tinggi tanaman dimiliki oleh persilangan PB 000201 x IPB 6, PB 000201 x Str 6-4, IPB 6 x Str 6-4, IPB 6 x IPB 10, IPB 6 x PB 000174, IPB 5 x IPB 10 dan IPB 5 x PB 000174, sedangkan untuk peubah diameter batang dimiliki oleh persilangan IPB 1 x IPB 6, IPB 1 x IPB 5, IPB 1 x Str 6-4, PB 000201 x Str 6-4, IPB 6 x IPB 10, IPB 6 x PB 000174 dan IPB 5 x IPB 10. Pada peubah panjang petiole nilai duga DGK tertinggi dimiliki oleh persilangan IPB 1 x IPB 5, IPB 1 x Str 6-4, IPB 1 x PB 000174, PB
35
000201 x IPB 6, PB 000201 x PB 000174, IPB 6 x Str 6-4 dan IPB 6 x IPB 10, sedangkan pada peubah panjang daun dan lebar daun tidak diperoleh kombinasi persilangan yang baik karena ragam DGK untuk kedua peubah ini tidak berbeda nyata (Tabel 13). Berdasarkan uraian tersebut maka persilangan yang cenderung memiliki nilai duga DGK yang tertinggi untuk karakter-karakter vegetatif adalah IPB 6 x IPB 10.
Tabel 13. Nilai Duga Daya Gabung Khusus 28 Nomor Persilangan untuk Karakter-karakter Vegetatif Genotipe Tinggi Tanaman Diameter Batang Panjang Petiole Panjang Daun Lebar Daun IPB 1 x IPB 1 7.43 -0.23 -0.26 1.52 1.76 IPB 1 x PB 201 10.78 0.25 4.02 5.79 5.39 IPB 1 x IPB 6 16.58 0.96 9.50 5.67 5.64 IPB 1 x IPB 5 15.84 0.96 10.97 8.20 8.86 IPB 1 x Str 6-4 12.46 0.89 10.86 7.14 11.39 IPB 1 x IPB 10 12.79 0.62 4.53 2.94 1.81 IPB 1 x PB 174 14.84 0.80 12.21 6.45 5.77 PB 201 x PB 201 12.11 0.35 5.04 1.08 -0.07 PB 201 x IPB 6 19.25 0.75 10.15 9.95 10.67 PB 201 x IPB 5 1.83 0.86 8.25 6.60 9.77 PB 201 x Str 6-4 24.88 0.93 3.89 4.80 5.55 PB 201 x IPB 10 5.96 -0.02 3.93 3.34 3.22 PB 201 x PB 174 11.23 0.54 11.24 6.60 7.92 IPB 6 x IPB 6 -3.34 -0.11 -2.11 1.57 -0.72 IPB 6 x IPB 5 6.29 0.04 -0.63 -0.02 -0.63 IPB 6 x StR 6-4 16.93 0.57 11.62 4.55 7.78 IPB 6 x IPB 10 24.01 1.03 19.04 10.96 14.45 IPB 6 x PB 174 21.78 0.89 6.10 4.98 5.90 IPB 5 x IPB 5 7.04 0.14 6.09 5.26 3.60 IPB 5 x Str 6-4 12.76 0.15 3.60 7.07 4.13 IPB 5 x IPB 10 28.37 1.16 8.89 3.11 6.54 IPB 5 x PB 174 18.97 0.59 8.32 3.75 6.51 Str 6-4 x Str 6-4 2.06 0.20 4.86 1.27 0.53 Str 6-4 x IPB 10 14.98 0.58 3.78 3.68 3.82 Str 6-4 x PB 174 12.02 0.50 8.09 9.45 8.65 IPB 10 x IPB 10 1.10 0.11 3.32 6.60 5.24 IPB 10 x PB 174 9.85 0.44 4.76 1.99 2.07 PB 174 x PB 174 4.73 0.13 0.43 3.00 2.78
Pada penelitian ini terlihat bahwa persilangan antara dua tetua yang memiliki DGU tinggi tidak selalu menghasilkan keturunan dengan DGK yang tinggi pula, misalnya pada persilangan IPB 6 x IPB 5 untuk peubah tinggi tanaman, panjang petiole, panjang daun dan lebar daun. Menurut Indriyani 2002
36
dan Indriya ni et al. (2002) hal ini terjadi karena gen-gen yang terdapat didalamnya belum tentu dapat bekerja secara komplementer.