Hasil Tinggi Tanaman (cm)
Data tinggi tanaman umur 2 - 6 minggu setelah pindah tanam (MSPT) dan daftar sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 6 - 15, yang menunjukkan perlakuan dosis pupuk cair anorganik Petrovita (D) dan jarak tanam (J) berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 2 sampai 6 MSPT. Sedangkan interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman pada semua umur pengamatan.
Data rataan tinggi tanaman 6 MSPT pada perlakuan dosis pupuk cair anorganik Petrovita (D) dan jarak tanam (J) dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Rataan tinggi tanaman 6 MSPT (cm) pada perlakuan dosis pupuk cair anorganik Petrovita (D) dan jarak tanam (J)
Dosis Pupuk Petrovita (D) Jarak Tanam (J) Rataan J1 (5 x 10 cm) J2 (10 x 10 cm) J3 (15 x 10 cm) D0 (kontrol) 39,68 38,07 35,85 37,87b D1 (1 cc/l air) 39,13 36,68 35,31 37,04b D2 (2 cc/l air) 42,62 40,03 37,68 40,11a D3 (3 cc/l air) 41,77 40,69 38,61 40,36a
D4 (NPK dosis anjuran) 42,70 39,73 38,39 40,27a
Rataan 41,18a 39,04b 37,17c 39,13
Keterangan : Angka - angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % DMRT.
Tabel 1 menunjukkan bahwa rataan tinggi tanaman tertinggi pada perlakuan dosis pupuk cair anorganik Petrovita terdapat pada D3 (3 cc/l air) yaitu
40,36 cm dan terendah pada D1 (1 cc/l air) yaitu 37,04 cm dimana D3 tidak
berbeda nyata dengan D2 dan D4 tetapi berbeda nyata dengan D0 dan D1 dimana
Rataan tinggi tanaman tertinggi pada perlakuan jarak tanam terdapat pada J1 (5 x 10 cm) yaitu 41,18 cm dan terendah pada jarak tanam J3 (15 x 10 cm) yaitu
37,17 cm dimana J1 berbeda nyata dengan J2 dan J3.
Hubungan antara dosis pupuk cair anorganik Petrovita (D) dan jarak tanam (J) terhadap tinggi tanaman 6 MSPT dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2.
Gambar 1. Dosis pupuk cair anorganik Petrovita dengan tinggi tanaman 6 MSPT
Jumlah Daun (helai)
Data jumlah daun umur 2 - 6 minggu setelah pindah tanam (MSPT) dan daftar sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 16 - 25, yang menunjukkan perlakuan dosis pupuk cair anorganik Petrovita (D) berpengaruh tidak nyata pada umur 2 MSPT dan berpengaruh nyata pada umur 3 - 6 MSPT. Perlakuan jarak tanam (J) dan interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun pada umur 2 - 6 MSPT.
Data rataan jumlah daun 6 MSPT pada perlakuan dosis pupuk cair anorganik Petrovita (D) dan jarak tanam (J) dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rataan jumlah daun 6 MSPT (helai) pada perlakuan dosis pupuk cair anorganik Petrovita (D) dan jarak tanam (J)
Dosis Pupuk Petrovita (D) Jarak Tanam (J) Rataan J1 (5 x 10 cm) J2 (10 x 10 cm) J3 (15 x 10 cm) D0 (kontrol) 6,07 6,33 6,20 6,20c D1 (1 cc/l air) 6,40 6,20 6,73 6,44bc D2 (2 cc/l air) 6,80 6,93 7,07 6,93a D3 (3 cc/l air) 6,67 6,80 6,93 6,80ab
D4 (NPK dosis anjuran) 6,80 6,80 6,40 6,67ab
Rataan 6,55 6,61 6,67 6,61
Keterangan : Angka - angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % DMRT.
Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa rataan jumlah daun terbanyak pada perlakuan dosis pupuk cair anorganik Petrovita terdapat pada dosis D2 (2 cc/l air)
yaitu 6,93 helai dan paling sedikit pada dosis D0 (kontrol) yaitu 6,20 helai dimana
D2 tidak berbeda nyata dengan D3 dan D4 dan berbeda nyata dengan D1 dan D0
yang tidak berbeda nyata dengan D1. Rataan jumlah daun cenderung banyak pada
perlakuan jarak tanam J3 (15 x 10 cm) yaitu 6,67 helai dan cenderung sedikit pada
Hubungan antara dosis pupuk cair anorganik Petrovita (D) dengan jumlah daun 6 MSPT dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Dosis pupuk cair anorganik Petrovita dengan jumlah daun 6 MSPT
Diameter Umbi (cm)
Data diameter umbi dan daftar sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 26 – 27. Perlakuan dosis pupuk cair anorganik Petrovita (D), jarak tanam (J) dan interaksi kedua perlakuan berpengaruh nyata terhadap diameter umbi.
Data rataan diameter umbi pada perlakuan dosis pupuk cair anorganik Petrovita (D) dan jarak tanam (J) dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Rataan diameter umbi (cm) pada perlakuan dosis pupuk cair anorganik Petrovita (D) dan jarak tanam (J)
Dosis Pupuk Petrovita (D) Jarak Tanam (J) Rataan J1 (5 x 10 cm) J2 (10 x 10 cm) J3 (15 x 10 cm) D0 (kontrol) 3,45j 3,55i 3,87fg 3,62d D1 (1 cc/l air) 3,65h 3,91f 4,23cd 3,93c D2 (2 cc/l air) 3,74gh 4,03ef 4,36bc 4,04b D3 (3 cc/l air) 3,75g 4,11de 4,41b 4,09b
D4 (NPK dosis anjuran) 3,87fg 4,23cd 4,71a 4,27a
Rataan 3,69c 3,97b 4,32a 3,99
Keterangan : Angka - angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % DMRT.
Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa rataan diameter umbi terbesar pada perlakuan dosis pupuk Petrovita terdapat pada perlakuan D4 (NPK dosis anjuran)
sebesar 4,27 cm dan terkecil pada D0 (kontrol) sebesar 3,62 cm dimana D4
berbeda nyata dengan semua perlakuan lainnya. Rataan diameter umbi terbesar pada perlakuan jarak tanam yaitu J3 (15 x 10 cm) sebesar 4,32 cm dan terkecil
pada J1 (5 x 10 cm) sebesar 3,69 cm dimana J3 berbeda nyata dengan J2 dan J1.
Rataan diameter umbi terbesar terdapat pada D4J3 (4,71 cm) dan terkecil pada
D0J1 (3,45 cm) dimana D4J3 berbeda nyata dengan semua interaksi lainnya.
Hubungan antara dosis pupuk cair anorganik Petrovita (D) dan jarak tanam (J) serta interaksi dengan diameter umbi dapat dilihat pada Gambar 4, 5 dan 6.
Gambar 5. Jarak tanam (cm) dengan diameter umbi (cm)
Gambar 6. Dosis pupuk cair anorganik Petrovita (D) pada berbagai jarak tanam (J) terhadap diameter umbi (cm)
Bobot Basah Umbi Per sampel (g)
Data bobot basah umbi per sampel dan daftar sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 28 – 29. Perlakuan dosis pupuk cair anorganik Petrovita (D), jarak tanam (J) dan interaksi kedua perlakuan berpengaruh nyata terhadap bobot basah umbi per sampel.
Data rataan bobot basah umbi per sampel pada perlakuan dosis pupuk cair anorganik Petrovita (D) dan jarak tanam (J) dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Rataan bobot basah per sampel (g) pada berbagai dosis pupuk Petrovita (D) dan jarak tanam (J)
Dosis Pupuk Petrovita (D) Jarak Tanam (J) Rataan J1 (5 x 10 cm) J2 (10 x 10 cm) J3 (15 x 10 cm) D0 (kontrol) 23,37i 25,09h 28,07f 25,51d D1 (1 cc/l air) 25,36h 28,71f 32,19cd 28,75c D2 (2 cc/l air) 26,43gh 29,58ef 33,41bc 29,81b
D3 (3 cc/l air) 27,38g 30,99de 34,68b 31,02ab
D4 (NPK dosis anjuran) 28,06fg 32,36c 37,48a 32,63a
Rataan 26,12c 29,35b 33,17a 29,55
Keterangan : Angka - angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % DMRT.
.
Tabel 4 memperlihatkan bahwa rataan bobot basah umbi per sampel terberat terdapat pada perlakuan D4 (NPK dosis anjuran) sebesar 32,63 g dan
teringan pada D1 (1 cc/l air) sebesar 25,51 g dimana D4 tidak berbeda nyata
dengan D3 dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya, D3 tidak berbeda nyata
dengan D2. Rataan bobot basah umbi per sampel terberat pada perlakuan jarak
tanam terdapat pada J3 (15 x 10 cm) sebesar 33,17 g dan teringan pada J1 (15 x 10
cm) sebesar 26,12 g dimana J3 berbeda nyata dengan J2 dan J1. Rataan bobot
basah umbi per sampel terberat terdapat pada D4J3 (37,48 g) dan terkecil pada
Hubungan antara dosis pupuk cair anorganik Petrovita (D) dan jarak tanam (J) serta interaksi dengan rataan bobot basah umbi per sampel dapat dilihat pada Gambar 7, 8 dan 9.
Gambar 7. Dosis pupuk cair anorganik Petrovita (cc/l air) dengan bobot basah umbi per sampel (g)
Gambar 9. Dosis pupuk cair anorganik Petrovita (D) pada berbagai jarak tanam (J) terhadap bobot basah umbi per sampel (g)
Bobot Basah Umbi Per Plot (kg)
Data bobot basah umbi per plot dan daftar sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 30 – 31. Perlakuan dosis pupuk cair anorganik Petrovita (D) dan jarak tanam (J) berpengaruh nyata terhadap bobot basah umbi per plot. Sedangkan interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah umbi per plot.
Data rataan bobot basah umbi per plot pada perlakuan dosis pupuk cair anorganik Petrovita (D) dan jarak tanam (J) dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Rataan bobot basah umbi per plot (kg) pada berbagai dosis pupuk Petrovita (D) dan jarak tanam (J)
Dosis Pupuk Petrovita (D) Jarak Tanam (J) Rataan J1 (5 x 10 cm) J2 (10 x 10 cm) J3 (15 x 10 cm) D0 (kontrol) 2,77 1,55 1,38 1,90e D1 (1 cc/l air) 2,99 1,80 1,53 2,11d D2 (2 cc/l air) 3,20 1,86 1,62 2,23c D3 (3 cc/l air) 3,27 1,99 1,68 2,31b
D4 (NPK dosis anjuran) 3,37 2,08 1,79 2,41a
Rataan 3,12a 1,86b 1,60c 2,19
Tabel 5 memperlihatkan bahwa rataan bobot basah umbi per plot terberat pada perlakuan dosis pupuk anorganik Petrovita terdapat pada D4 (NPK dosis
anjuran) sebesar 2,41 kg dan teringan pada D0 (kontrol) sebesar 1,90 kg dimana
D4 berbeda nyata dengan semua perlakuan lainnya. Rataan bobot basah umbi per
plot terberat pada perlakuan jarak tanam yaitu pada J1 (5 x 10 cm) sebesar 3,12 kg
dan teringan pada J3 (15 x 10 cm) sebesar 1,60 kg dimana J1 berbeda nyata dengan
J2 dan J3.
Hubungan antara dosis pupuk cair anorganik Petrovita (D) dan jarak tanam (J) terhadap rataan bobot basah umbi per plot dapat dilihat pada Gambar 10 dan 11.
Gambar 10. Dosis pupuk cair Petrovita (cc/l air) dengan bobot basah umbi per plot (kg)
Gambar 11. Jarak tanam dengan bobot basah umbi per plot (kg)
Bobot Kering Umbi Per sampel (g)
Data bobot kering umbi per sampel dan daftar sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 32 – 33. Perlakuan dosis pupuk cair anorganik Petrovita (D), jarak tanam (J) dan interaksi kedua perlakuan berpengaruh nyata terhadap bobot kering umbi per sampel.
Data rataan bobot kering umbi per sampel pada perlakuan dosis pupuk cair anorganik Petrovita (D) dan jarak tanam (J) dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Rataan bobot kering umbi per sampel (g) pada berbagai dosis pupuk Petrovita (D) dan jarak tanam (J)
Dosis Pupuk Petrovita (D) Jarak Tanam (J) Rataan J1 (5 x 10 cm) J2 (10 x 10 cm) J3 (15 x 10 cm)
D0 (kontrol) 19,19j 20,99i 23,78de 21,32e
D1 (1 cc/l air) 21,15i 24,12fg 27,69cd 24,32d
D2 (2 cc/l air) 22,02hi 25,27ef 29,05d 25,45c
D3 (3 cc/l air) 22,98gh 26,57de 29,95b 26,50b
D4 (NPK dosis anjuran) 23,54g 28,52bc 32,70a 28,25a
Rataan 21,78c 25,09b 28,63a 25,17
Keterangan : Angka - angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % DMRT.
Tabel 6 memperlihatkan bahwa rataan bobot kering umbi per sampel terberat pada perlakuan dosis pupuk cair anorganik Petrovita terdapat pada D4 (NPK dosis anjuran) sebesar 28,25 g dan teringan pada D0 (kontrol) sebesar
21,32 g dimana D4 berbeda nyata dengan semua perlakuan lainnya. Rataan bobot
kering umbi per sampel terberat pada perlakuan jarak tanam yaitu pada J3 (15 x 10 cm) sebesar 28,63 g dan teringan pada J1 (5 x 10 cm) sebesar 21,78 g
dimana J3 berbeda nyata dengan J2 dan J1. Rataan bobot kering umbi per sampel
terberat terdapat pada D4J3 (32,70 g) dan teringan pada D0J1 (19,19 g).
Hubungan antara dosis pupuk cair anorganik Petrovita (D) dan jarak tanam (J) serta interaksi dengan rataan bobot kering umbi per sampel dapat dilihat pada Gambar 12, 13 dan 14.
Gambar 12. Dosis pupuk cair anorganik Petrovita (cc/l air) dengan bobot kering umbi per sampel (g)
Gambar 13. Jarak tanam (cm) dengan bobot kering umbi per sampel (g)
Gambar 14. Dosis pupuk cair anorganik Petrovita (D) pada berbagai jarak tanam (J) terhadap bobot kering umbi per sampel (g)
Bobot Kering Umbi Per plot (kg)
Data bobot kering umbi per plot dan daftar sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 34 – 35. Perlakuan dosis pupuk cair anorganik Petrovita (D) dan jarak tanam (J) berpengaruh nyata terhadap bobot kering umbi per plot. Sedangkan interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering umbi per plot.
Data rataan bobot kering umbi per plot pada perlakuan dosis pupuk cair anorganik Petrovita (D) dan jarak tanam (J) dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Rataan bobot kering umbi per plot (kg) pada berbagai dosis pupuk Petrovita (D) dan jarak tanam (J)
Dosis Pupuk Petrovita (D) Jarak Tanam (J) Rataan J1 (5 x 10 cm) J2 (10 x 10 cm) J3 (15 x 10 cm) D0 (kontrol) 2,30 1,36 1,20 1,62e D1 (1 cc/l air) 2,52 1,53 1,35 1,80d D2 (2 cc/l air) 2,61 1,62 1,41 1,88c D3 (3 cc/l air) 2,76 1,72 1,48 1,98b
D4 (NPK dosis anjuran) 2,83 1,80 1,61 2,08a
Rataan 2,60a 1,61b 1,41c 1,87
Keterangan : Angka - angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % DMRT.
Tabel 7 memperlihatkan bahwa rataan bobot kering umbi per plot terberat pada perlakuan dosis pupuk anorganik Petrovita terdapat pada D4 (NPK dosis
anjuran) sebesar 2,08 kg dan teringan pada D0 (kontrol) sebesar 1,62 kg dimana
D4 berbeda nyata dengan semua perlakuan lainnya. Rataan bobot kering umbi per
plot terberat pada perlakuan jarak tanam yaitu pada J1 (5 x 10 cm) sebesar 2,60 kg
dan paling ringan pada J3 (5 x 10 cm) sebesar 1,41 kg dimana J1 berbeda nyata
Hubungan antara dosis pupuk cair anorganik Petrovita (D) dan jarak tanam
(J) dengan rataan bobot kering umbi per plot dapat dilihat pada Gambar 15 dan 16.
Gambar 15. Dosis pupuk cair anorganik Petrovita (cc/l air) dengan bobot kering umbi per plot (kg)
Pembahasan
Respon Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah Terhadap Dosis Pupuk
Data dan hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan pupuk berpengaruh tidak nyata pada parameter jumlah daun 2 MSPT dan berpengaruh nyata terhadap parameter pengamatan tinggi tanaman umur 2 – 6 MSPT, jumlah daun umur 3 – 6 MSPT, diameter umbi, bobot basah per sampel, bobot basah per plot, bobot kering per sampel dan bobot kering per plot.
Pemberian pupuk cair anorganik Petrovita sebagai sumber hara makro dan mikro bagi tanaman dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik sehingga produksi yang dihasilkan lebih maksimal. Dari hasil penelitian, diperoleh bahwa pemberian pupuk cair anorganik Petrovita berpengaruh nyata pada semua parameter dimana pemberian pupuk cair anorganik Petrovita dosis 3 cc/l air memberikan hasil yang paling tinggi diantara dosis pupuk cair anorganik Petrovita lainnya, namun masih lebih rendah dari perlakuan pupuk NPK sesuai dosis anjuran. Diduga hal ini disebabkan karena pemberian dosis tersebut mampu menyediakan unsur hara yang cukup bagi tanaman sehingga tanaman tumbuh lebih baik dibandingkan tanaman dengan dosis yang lebih rendah. Hal ini sesuai dengan Novizan (2005) yang menyatakan bahwa pupuk anorganik atau pupuk buatan adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik dengan cara meramu berbagai bahan kimia sehingga memiliki persentase kandungan hara yang tinggi. Novizan juga menambahkan bahwa pemberian pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara lebih praktis karena dengan sekali aplikasi, tanaman sudah mendapatkan semua unsur hara, baik hara makro maupun yang semakin mendukung pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik.
Produksi tanaman bawang dipengaruhi oleh pertumbuhan vegetatif. Pemberian pupuk Petrovita ternyata dapat meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun serta diameter umbi. Dengan peningkatan seperti ini, bobot umbi yang diproduksi juga meningkat. Hal ini disebabkan pupuk cair anorganik Petrovita adalah pupuk majemuk yang mengandung banyak unsur hara yang diperlukan oleh tanaman, baik unsur hara makro maupun mikro, hal ini sesuai dengan literatur oleh Petrokimia Kayaku (2008) yang menyatakan bahwa Petrovita merupakan salah satu pupuk cair lengkap yang mengandung unsur hara makro N, P, dan K serta unsur lainnya seperti S, Mg, Fe, B, Cu, Zn, Mo, Mn, Co, B, dan Cu. Petrovita berguna untuk menyuburkan dan mempercepat pertumbuhan tanaman serta bermanfaat untuk merangsang pembentukan dan pembesaran umbi tanaman dan meningkatkan produksi.
Respon Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah Terhadap Jarak Tanam
Data dan hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanam berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun namun memberikan pengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman, diameter umbi, bobot basah per sampel, bobot basah per plot, bobot kering per sampel dan bobot kering per plot.
Pada pengamatan parameter tinggi tanaman 6 MSPT berpengarauh nyata dimana rataan tertinggi terdapat pada perlakuan jarak tanam 5 x 10 cm (J1) yaitu
sebesar 41,18 cm dan terendah pada 15 x 10 cm (J3) yaitu sebesar 37,17 cm. Hal
ini disebabkan karena populasi tanaman pada J1 sangat rapat sehingga persaingan
tanaman untuk memperoleh cahaya matahari sangat tinggi. Kurangnya mendapat cahaya matahari mendorong terjadinya pemanjangan sel karena tanaman menghasilkan auksin yang lebih banyak. Hal ini sesuai dengan literatur dari
kekurangan cahaya, maka tanaman tersebut akan memanjang ke arah datangnya sinar untuk mendapatkan cahaya yang cukup. Pada tanaman yang tidak cukup mendapat cahaya konsentrasi auksinnya lebih tinggi dibanding dengan tanaman yang cukup mendapat cahaya dimana auksin bekerja aktif dalam pemanjangan sel tanaman.
Pada pengamatan parameter jumlah daun 6 MSPT berpengaruh tidak nyata dimana rataan teringgi terdapat pada jarak tanam 15 x 10 cm (J3) yaitu 6,67 helai
dan terendah pada jarak tanam 5 x 10 cm (J1) yaitu 6,55 helai . Hal ini disebabkan
karena jumlah daun suatu tanaman merupakan sifat genetis tanaman sehingga tidak mudah berubah oleh faktor luar. Hal ini sesuai dengan deskripsi bawang merah varietas Tuk Tuk bawang merah per umbi sebanyak 4-7 helai.
Pada pengamatan parameter diameter umbi berpengaruh nyata dimana rataan tertinggi terdapat pada perlakuan jarak tanam 15 x 10 cm (J3) yaitu sebesar
4,32 cm dan terendah pada jarak tanam 5 x 10 cm (J1) yaitu 3,69 cm. Hal ini
disebabkan karena jarak tanam yang semakin rapat akan menghasilkan umbi yang lebih kecil karena tingkat persaingan antara tanaman lebih tinggi dibanding dengan jarak tanam renggang yang dapat menghasilkan umbi yang lebih besar. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Dad Resiworo (1992) yang menyatakan bahwa jarak tanam yang terlalu sempit memungkinkan tanaman budidaya memberikan kuantitas hasil yang tinggi namun kualitasnya juga rendah karena adanya kompetisi antar tanaman itu sendiri.
Pada pengamatan parameter bobot basah umbi per sampel dan bobot kering umbi per sampel berpengaruh nyata dimana rataan tertinggi terdapat pada perlakuan J3 (15 x 10 cm) dan terendah pada J1 (5 x 10 cm). Hal ini disebabkan
peningkatan jarak tanam akan menurunkan jumlah populasi sehingga dapat mengurangi tingkat persaingan antara tanaman dimana hal ini dapat meningkatkan efisiensi tanaman menggunakan cahaya matahari, unsur hara dan air sehingga produksi yang dihasilkan lebih besar dan berkualitas. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Harjadi (2005) yang menyatakan jarak tanam mempengaruhi populasi tanaman dan keefisienan penggunaan cahaya, juga mempengaruhi kompetisi antara tanaman dalam menggunakan air dan unsur hara, dengan demikian akan mempengaruhi hasil produksi tanaman.
Pada pengamatan parameter bobot umbi basah per plot dan bobot umbi kering per plot berpengaruh nyata dimana rataan tertinggi terdapat pada perlakuan J1 (5 x 10 cm) dan terendah pada J3 (15 x 10 cm). Hal ini disebabkan karena jarak
tanam yang rapat menghasilkan jumlah populasi tanaman per plot semakin banyak sehingga meningkatkan rataan berat basah dan kering umbi per plot. Hal ini sesuai dengan pernyataan Heddy, dkk (1994) yang menyatakan kerapatan tanaman atau populasi tanaman dapat mempengaruhi tinggi rendahnya produksi tanaman. Peningkatan populasi tanaman mula-mula akan diikuti oleh meningkatnya produksi tanaman per satuan luas, kemudian lewat titik maksimum akan menurunkan produksi tanaman tersebut. Sebaliknya produksi per satuan tanaman akan turun secara terus menerus dengan bertambahnya kerapatan tanaman karena pengaruh kompetisi.
Interaksi Pupuk Petrovita dan Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah
Data dan hasil analisis statistik menunjukkan bahwa interaksi perlakuan dosis pupuk cair anorganik Petrovita dan perlakuan jarak tanam berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, bobot basah per plot dan bobot kering per plot namun memberikan pengaruh nyata terhadap parameter diameter umbi, bobot basah per sampel dan bobot kering per sampel.
Interaksi kedua perlakuan pada parameter diameter umbi, bobot basah per sampel dan bobot kering per sampel memberikan pengaruh yang nyata. Hal ini mungkin disebabkan adanya saling memberikan pengaruh yang baik antara kedua perlakuan. Dimana jarak tanam yang renggang dan diimbangi dengan pemberian pupuk yang cukup memberikan kualitas umbi yang lebih baik dengan ukuran yang lebih besar bila dibanding jarak tanam yang rapat, namun menghasilkan kuantitas produksi yang lebih sedikit dibandingkan dengan jarak tanam yang rapat. Jarak tanam yang renggang meningkatkan keefisienan penggunaan cahaya, air dan unsur hara karena berkurangnya kompetisi antara tanaman sehingga bawang merah menghasilkan umbi yang lebih besar dengan bobot yang lebih berat. Jarak tanam yang rapat akan menghasilkan umbi yang lebih kecil namun menghasilkan produksi yang lebih tinggi per satuan luas.
Kombinasi yang terbaik pada penelitian ini adalah pemberian pupuk NPK sesuai dosis anjuran dengan jarak tanam 5 x 10 cm (D4J1) yaitu dengan hasil
2,83 kg dimana dengan memberikan pupuk NPK sesuai dosis anjuran maka tanaman mendapatkan unsur hara yang cukup sehingga dapat menekan tingkat persaingan antar tanaman dengan jarak tanam yang rapat.