DOSIS PUPUK CAIR ANORGANIK DAN JARAK TANAM
BERPENGARUH TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI
BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L. var. TUK TUK ) ASAL BIJI
SKRIPSI
Oleh:
FERDINANTA SEMBIRING 040301053
BDP/AGRONOMI
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
DOSIS PUPUK CAIR ANORGANIK DAN JARAK TANAM
BERPENGARUH TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI
BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L. var. TUK TUK ) ASAL BIJI
SKRIPSI
Oleh:
FERDINANTA SEMBIRING 040301053/AGRONOMI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
( Ir. Ratna Rosanty Lahay, MP ) ( Ir. Hj. Sabar Ginting, MS ) Ketua Anggota
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
ABSTRACT
FERDINANTA SEMBIRING: Dose Inorganic Liquid Fertilizer and Planting Distance Matters for Growth and Production of Red Onion (Allium ascalonicum L. Var. TUK TUK) Origin Seed, guided by RATNA ROSANTY LAHAY and SABAR GINTING.
The influence of a combination of liquid fertilizer inorganic and plant spacing on growth and production of onion plants from seed have not yet researched in this area. For that one study has been conducted on community land Nibung Tumpan Village, Batang Kuis District, Deli Serdang (± 25 m asl.) In June - September 2009 using a random factorial design factor of 2 doses of inorganic liquid fertilizer (0, 1, 2, 3 cc / liter of water and NPK recommended dose) and spacing (5 x 10 cm, 10 x 10 cm, 15 x 10 cm). The parameters observed were plant height, leaf number, corm diameter, wet weight of tubers per sample, wet weight of tubers per plot, dry weight of tubers per sample and dry weight of tubers per plot.
The results of this study indicate that the dose of liquid fertilizer petrovita have real impact on all parameters. Spacing have real impact on all parameters except number of leaves. Treatment interactions have real impact on all parameters except for plant height and number of leaves, wet weight of tubers per plot and dry weight of tubers per plot. From the research obtained the best results in combination with the recommended dose of NPK spacing of 15 x 10 cm.
ABSTRAK
FERDINANTA SEMBIRING : Dosis Pupuk Cair Anorganik dan Jarak Tanam
Berpengaruh terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L. Var. TUK TUK) Asal Biji, dibimbing oleh RATNA ROSANTY LAHAY dan SABAR GINTING.
Pengaruh kombinasi pupuk cair anorganik dan jarak tanam terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah asal biji belum ada diteliti di daerah ini. Untuk itu suatu penelitian telah dilakukan di lahan masyarakat Desa Tumpan Nibung, Kecamatan Batang Kuis, Deli Serdang (± 25 m dpl.) pada Juni – September 2009 menggunakan rancangan acak kelompok faktorial 2 faktor yaitu dosis pupuk cair anorganik ( 0, 1, 2, 3 cc/liter air dan NPK dosis anjuran) dan jarak tanam (5 x 10 cm, 10 x 10 cm, 15 x 10 cm). Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, diameter umbi, bobot basah umbi per sampel, bobot basah umbi per plot, bobot kering umbi per sampel dan bobot kering umbi per plot.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dosis pupuk cair petrovita berpengaruh nyata terhadap semua parameter. Jarak tanam berpengaruh nyata terhadap semua parameter kecuali jumlah daun. Interaksi perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter kecuali pada diameter umbi, bobot basah umbi per sampel dan bobot kering umbi per sampel. Dari penelitian diperoleh hasil yang terbaik pada kombinasi NPK dosis anjuran dengan jarak tanam 15 x 10 cm.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sukanalu pada tanggal 29 November 1985 dari ayah
S. Sembiring dan ibu B. Br. Barus, S.Pd. Penulis merupakan putra bungsu dari
empat bersaudara.
Tahun 2004 penulis lulus dari SMA Negeri I Kabanjahe dan pada tahun
yang sama masuk ke Fakultas Pertanian Universita Sumatera Utara melalui jalur
ujian tertulis Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis memilih
program studi Agronomi, Departemen Budidaya Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan
Mahasiswa Budidaya Pertanian (HIMADITA). Penulis melaksanakan Praktek
Kerja Lapangan (PKL) di PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate, Dolok
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Dosis Pupuk Cair Anorganik dan Jarak Tanam Berpengaruh terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L. var.Tuk Tuk ) Asal Biji”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yang telah membesarkan, memelihara
dan mendidik penulis selama ini. Penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada Ibu Ir. Ratna Rosanty Lahay, MP sebagai Ketua Pembimbing dan
Ibu Ir. Hj. Sabar Ginting, MS sebagai Anggota Komisi Pembimbing yang telah
membimbing dan memberikan masukan berharga kepada penulis mulai
menetapkan judul, melakukan penelitian, sampai skripsi ini diselesaikan.
Di samping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf
pengajar di Program studi Agronomi, Departemen Budidaya Pertanian, serta
semua rekan mahasiswa yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat.
Medan, Februari 2010
Pemeliharaan ... 19
Penyulaman ... 19
Penyiraman ... 19
Penyiangan ... 19
Pengendalian hama dan penyakit... 19
Panen ... 19
Pengamatan Parameter ... 20
Tinggi tanaman ... 20
Jumlah daun (helai) ... 20
Diameter umbi ... 20
Bobot basah umbi per sampel (g) ... 20
Bobot basah umbi per plot (kg) ... 20
Bobot kering umbi per sampel (g) ... 21
Bobot kering umbi per plot (kg) ... 21
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 22
Pembahasan... 37
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 42
Saran ... 42
DAFTAR TABEL
No. Hal.
1. Rataan tinggi tanaman 6 MSPT (cm) pada perlakuan dosis pupuk cair anorganik Petrovita (D) dan jarak tanam (J)... 22
2. Rataan jumlah daun 6 MSPT (helai) pada perlakuan dosis pupuk cair anorganik Petrovita (D) dan jarak tanam (J)………...….. 24
3. Rataan diameter umbi (cm) pada perlakuan dosis pupuk cair anorganik Petrovita (D) dan jarak tanam (J)... 25
4. Rataan bobot basah umbi per sampel (g) pada perlakuan dosis pupuk cair anorganik Petrovita (D) dan jarak tanam (J)... 28
5. Rataan bobot basah umbi per plot (kg) pada perlakuan dosis pupuk cair anorganik Petrovita (D) dan jarak tanam (J)... 30
6. Rataan bobot kering umbi per sampel (g) pada perlakuan dosis pupuk cair anorganik Petrovita (D) dan jarak tanam (J)... 32
7. Rataan bobot kering umbi per plot (kg) pada perlakuan dosis pupuk cair anorganik Petrovita (D) dan jarak tanam (J)... 35
DAFTAR GAMBAR
No. Hal.
1. Dosis pupuk cair anorganik Petrovita dengan tinggi tanaman 6 MSPT... 23
2. Jarak tanam dengan tinggi tanaman 6 MSPT... 23
3. Dosis pupuk cair anorganik Petrovita dengan jumlah daun 6 MSPT... 25
4. Dosis pupuk cair anorganik Petrovita (cc/l air) dengan diameter umbi (cm) 26
5. Jarak tanam (cm) dengan diameter umbi (cm)... 27
6. Dosis pupuk cair anorganik Petrovita (D) pada berbagai jarak tanam (J)terhadap diameter umbi (cm)... 27
7. Dosis pupuk cair anorganik Petrovita (cc/l air) dengan bobot basah umbi per sampel (g)... 29
8. Jarak tanam (cm) dengan bobot basah umbi per sampel (g)... 29
9. Dosis pupuk cair anorganik Petrovita (D) pada berbagai jarak tanam (J) terhadap bobot basah umbi per sampel (g)... 30
10.Dosis pupuk cair anorganik Petrovita (cc/l air) dengan bobot basah
umbi per plot (kg)... 31
11.Jarak tanam (cm) dengan bobot basah umbi per plot (kg)...…... 32
12.Dosis pupuk cair anorganik Petrovita (cc/l air) dengan bobot kering umbi per sampel (g)... 33
13.Jarak tanam (cm) dengan bobot kering umbi per sampel (g)...….. 34
14.Dosis pupuk cair anorganik Petrovita (D) pada berbagai jarak tanam (J)
dengan bobot kering umbi per sampel (g)…... 34
15.Dosis pupuk cair anorganik Petrovita (cc/l air) dengan bobot kering umbi per plot (kg)………...……... 36
16.Jarak tanam (cm) dengan bobot kering umbi per plot (kg)…...… 36
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal.
1. Deskripsi bawang merah varietas Tuk Tuk………. 45
2. Bagan penelitian………. 46
3. Jadwal kegiatan penelitian………. 48
4. Komposisi pupuk anorganik Petrovita……… 49
5. Data hasil analisa tanah………. 50
6. Data tinggi tanaman 2 MSPT (cm)……… 51
7. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 2 MSPT………. 51
8. Data tinggi tanaman 3 MSPT (cm)……… 52
9. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 3 MSPT……….. 52
10.Data tinggi tanaman 4 MSPT (cm)………..………….. 53
11.Daftar sidik ragam tinggi tanaman 4 MSPT……… 53
12.Data tinggi tanaman 5 MSPT (cm)……….. 54
13.Daftar sidik ragam tinggi tanaman 5 MSPT……… 54
14.Data tinggi tanaman 6 MSPT (cm)……….. 55
15.Daftar sidik ragam tinggi tanaman 6 MSPT……… 55
16.Data jumlah daun 2 MSPT (helai)………... 56
17.Daftar sidik ragam jumlah daun 2 MSPT……… 56
18.Data jumlah daun 3 MSPT (helai)………. 57
19.Daftar sidik ragam jumlah daun 3 MSPT……….. 57
20.Data jumlah daun 4 MSPT (helai)………. 58
No. Hal.
22. Data jumlah daun 5 MSPT (helai)………. 59
23.Daftar sidik ragam jumlah daun 5 MSPT………. 59
24.Data jumlah daun 6 MSPT (helai)………. 60
25.Daftar sidik ragam jumlah daun 6 MSPT……….. 60
26.Data diameter umbi (cm)……….. 61
27.Daftar sidik ragam diameter umbi……… 61
28.Data bobot basah umbi per sampel (g)……… 62
29.Daftar sidik ragam bobot basah umbi per sampel………. 62
30.Data bobot basah umbi per plot (kg)……… 63
31.Daftar sidik ragam bobot basah umbi per plot……….. 63
32.Data bobot kering umbi per sampel (g)………. 64
33.Daftar sidik ragam bobot kering umbi per sampel………. 64
34.Data bobot kering umbi per plot (kg)……… 65
35.Daftar sidik ragam bobot kering umbi per plot………. 65
36.Rangkuman uji bedaan parameter terhadap dosis pupuk cair anorganik Petrovita (D) dan jarak tanam (J)………... 66
ABSTRACT
FERDINANTA SEMBIRING: Dose Inorganic Liquid Fertilizer and Planting Distance Matters for Growth and Production of Red Onion (Allium ascalonicum L. Var. TUK TUK) Origin Seed, guided by RATNA ROSANTY LAHAY and SABAR GINTING.
The influence of a combination of liquid fertilizer inorganic and plant spacing on growth and production of onion plants from seed have not yet researched in this area. For that one study has been conducted on community land Nibung Tumpan Village, Batang Kuis District, Deli Serdang (± 25 m asl.) In June - September 2009 using a random factorial design factor of 2 doses of inorganic liquid fertilizer (0, 1, 2, 3 cc / liter of water and NPK recommended dose) and spacing (5 x 10 cm, 10 x 10 cm, 15 x 10 cm). The parameters observed were plant height, leaf number, corm diameter, wet weight of tubers per sample, wet weight of tubers per plot, dry weight of tubers per sample and dry weight of tubers per plot.
The results of this study indicate that the dose of liquid fertilizer petrovita have real impact on all parameters. Spacing have real impact on all parameters except number of leaves. Treatment interactions have real impact on all parameters except for plant height and number of leaves, wet weight of tubers per plot and dry weight of tubers per plot. From the research obtained the best results in combination with the recommended dose of NPK spacing of 15 x 10 cm.
ABSTRAK
FERDINANTA SEMBIRING : Dosis Pupuk Cair Anorganik dan Jarak Tanam
Berpengaruh terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L. Var. TUK TUK) Asal Biji, dibimbing oleh RATNA ROSANTY LAHAY dan SABAR GINTING.
Pengaruh kombinasi pupuk cair anorganik dan jarak tanam terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah asal biji belum ada diteliti di daerah ini. Untuk itu suatu penelitian telah dilakukan di lahan masyarakat Desa Tumpan Nibung, Kecamatan Batang Kuis, Deli Serdang (± 25 m dpl.) pada Juni – September 2009 menggunakan rancangan acak kelompok faktorial 2 faktor yaitu dosis pupuk cair anorganik ( 0, 1, 2, 3 cc/liter air dan NPK dosis anjuran) dan jarak tanam (5 x 10 cm, 10 x 10 cm, 15 x 10 cm). Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, diameter umbi, bobot basah umbi per sampel, bobot basah umbi per plot, bobot kering umbi per sampel dan bobot kering umbi per plot.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dosis pupuk cair petrovita berpengaruh nyata terhadap semua parameter. Jarak tanam berpengaruh nyata terhadap semua parameter kecuali jumlah daun. Interaksi perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter kecuali pada diameter umbi, bobot basah umbi per sampel dan bobot kering umbi per sampel. Dari penelitian diperoleh hasil yang terbaik pada kombinasi NPK dosis anjuran dengan jarak tanam 15 x 10 cm.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman bawang merah diduga berasal dari Asia. Sebagian literatur
menyebutkan bahwa tanaman ini berasal dari Asia Tengah, terutama Palestina dan
India, tetapi sebagian lagi memperkirakan asalnya dari Asia Tenggara dan
Mediterania. Sumber lain menduga asal usul bawang merah dari Iran dan
pegunungan sebelah utara Pakistan, namun ada juga yang menyebutkan asal
tanaman ini dari Asia Barat yang kemudian berkembang ke Mesir , Turki, Israel
dan Yunani Kuno ( Rukmana, 2005).
Pada kondisi seperti sekarang ini, Indonesia yang sedang dalam keadaan
krisis ekonomi harus dapat memaksimalkan penggunaan sumber daya alamnya
sebagai salah satu jalan untuk dapat memulihkan kondisi perekonomiannya.
Sebagai negara agraris sejak dahulu dan dengan dengan potensi alam yang
memadai, sebenarnya kita tidak perlu menjadi negara pengimpor bawang merah
seperti sekarang
Hortikultura Departemen Pertanian (2008), konsumsi rata-rata bawang merah
untuk tahun 2007 adalah 4,74 kg/kapita/tahun atau 0,43 kg/kapita/bulan. Estimasi
permintaan domestik untuk komoditas tersebut pada tahun 2007 mencapai
1.090.200 ton (konsumsi = 904.914 ton; benih dan industri = 185.286 ton),
sedangkan produksi bawang merah Indonesia pada tahun 2007 adalah 832.609 ton
sehingga kebutuhan akan bawang merah nasional tidak terpenuhi.
Kini persoalan benih terjawab dengan kehadiran benih bawang merah
merah Tuk Tuk ini mampu memberikan kenaikan hasil produksi 10 – 15 ton/Ha.
Tuk Tuk merupakan varietas unggul bawang merah yang diproduksi oleh PT. East
West Seed Indonesia dan telah diregistrasikan oleh Departemen Pertanian RI,
sehingga menjadi varietas unggul bawang merah asal biji pertama yang
terdaftar. Selain mampu meningkatkan produksi, dengan menggunakan benih
bawang merah Tuk Tuk, juga menghemat biaya benih, tentu hal ini akan sangat
menguntungkan petani karena dapat menghemat biaya sebesar 30 %
Karena benih bawang merah berupa biji, maka kebutuhan benih untuk
menanam bawang merah tidak banyak diperlukan lagi yaitu 4 kg /Ha dengan
harga Rp 800.000 /kg atau sekitar 3,2 juta/Ha. Sedangkan kebutuhan benih umbi
sekitar 1,5 ton/Ha, dimana harga benih umbi saat ini Rp 14.000/kg atau butuh
Rp 21 juta/Ha. Dari segi kualitas benih bawang merah Tuk Tuk lebih menarik,
yaitu ukuran umbi-umbinya lebih besar, padat, warna umbi lebih merah, daya
simpan lebih lama dibandingkan bawang lokal yaitu dapat melebihi 3 bulan
Dalam suatu pertanaman sering terjadi persaingan antar tanaman maupun
antara tanaman dengan gulma untuk mendapatkan unsur hara, air, cahaya
matahari maupun ruang tumbuh. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
mengatasinya adalah dengan pengaturan jarak tanam. Dengan tingkat kerapatan
yang optimum maka akan diperoleh indeks luas daun (ILD) yang optimum
dengan pembentukan bahan kering yang maksimum (Effendi, 2002). Jarak tanam
yang biasa digunakan untuk tanaman bawang merah dengan umbi adalah
penanaman bawang merah dengan menggunakan biji adalah 10 x 10 cm
kualitas produksi yang lebih baik. Namun pada jarak tanam yang terlalu sempit
mungkin tanaman budidaya akan memberikan kuantitas hasil yang tinggi namun
kwalitasnya juga rendah karena adanya kompetisi antar tanaman itu sendiri. Oleh
karena itu dibutuhkan jarak tanam yang maksimal untuk memperoleh hasil yang
maksimum (Dad Resiworo, 1992).
Meningkatnya peredaran pupuk anorganik (kimia) dan pupuk alternatif
memang membuat petani punya banyak pilihan, namun juga menjadi bingung
karena terlalu banyak jenis yang ditawarkan dan disanjung dengan promosi
menggiurkan. Namun dari analisis laboratorium, banyak ditemukan pupuk
anorganik yang tak sesuai dengan komposisi dalam label bahkan tak sedikit yang
dipalsukan. Penggunaan pupuk kimia padahal harus sesuai kebutuhan lapangan
dan kondisi tanah, dimana analisis kesuburan tanah sangat diperlukan agar
diketahui kandungan unsur hara makro dan mikronya demi pemakaian yang lebih
efisien (Drajat, 2007).
Jarak tanam mempengaruhi populasi tanaman dan keefisienan penggunaan
cahaya, juga mempengaruhi kompetisi antara tanaman dalam menggunakan air
dan unsur hara, dengan demikian akan mempengaruhi hasil produksi tanaman.
Pada umumnya, produksi tiap satuan luas yang tinggi tercapai dengan populasi
tinggi, karena tercapainya penggunaan cahaya secara maksimum di awal
pertumbuhan. Akan tetapi pada akhirnya, penampilan masing-masing tanaman
secara individu akan menurun karena adanya persaingan untuk memperoleh
mengurangi ukuran baik pada seluruh tanaman maupun bagian-bagian tanaman
(cabang, buah, umbi atau polong) (Harjadi, 2005).
Tanaman membutuhkan unsur-unsur hara yang diperlukan bagi
pertumbuhannya. Unsur hara tersebut sebagian telah tersedia di tanah, namun
sebagian lagi harus ditambahkan dengan jalan pemupukan. Berdasarkan
aplikasinya, pupuk dibedakan menjadi dua yaitu pupuk akar dan pupuk daun.
Pupuk daun termasuk pupuk anorganik yang cara pemberiannya ke tanaman
melalui penyemprotan ke daun (Lingga dan Marsono, 2007). Pupuk daun dapat
disebut juga sebagai pupuk tambahan atau pupuk alternatif. Pupuk daun ini
memiliki keuntungan tersendiri dikarenakan selain mengandung unsur hara makro
juga mengandung unsur hara mikro (Agromedia Pustaka, 2007).
Pemberian pupuk anorganik dan pengaturan jarak tanam merupakan suatu
alternatif yang perlu dipertimbangkan dalam usaha meningkatkan hasil bawang
merah, sehingga perlu diketahui secara pasti peranan masing-masing faktor
dalam mempengaruhi komponen pertumbuhan dan produksi. Dari penelitian ini
diharapkan dapat diketahui dosis pupuk anorganik dan jarak tanam yang tepat
untuk memperoleh hasil produksi yang maksimal.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis pupuk
cair anorganik dan jarak tanam terhadap pertumbuhan dan produksi
Hipotesa Penelitian
1. Pupuk cair anorganik Petrovita berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
produksi bawang merah.
2. Perbedaan jarak tanam berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi
bawang merah.
3. Adanya interaksi pupuk anorganik Petrovita dan jarak tanam berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah.
Kegunaan Penelitian
1. Sebagai bahan untuk menyusun skripsi yang merupakan salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara, Medan.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Menurut Rukmana (2005), klasifikasi tanaman bawang merah adalah
sebagai berikut:
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Lilialaes (Liliflorae)
Famili : Liliales
Genus : Allium
Spesies : Allium ascalonicum L.
Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan
perakaran dangkal dan bercabang terpencar menyebar ke semua arah pada
kedalaman antara 15-20 cm. Secara individu jumlah perakaran tanaman bawang
dapat mencapai 20-200 akar. Diameter akar bervariasi antara 0,5 mm - 2 mm.
Akar-akar ini berfungsi antara lain menghisap air dan zat makanan dari dalam
tanah, serta menguatkan berdirinya batang tanaman (Samadi dan Bambang, 2003).
Bawang merah memiliki batang semu atau disebut “discus” yang
bentuknya seperti cakram, tipis dan pendek sebagai tempat melekat akar dan mata
tunas ( titik tumbuh). Di bagian atas discus terbentuk batang semu yang tersusun
dari pelepah-pelepah daun. Batang semu yang berada di dalam tanah akan
kelopak bulbus terdapat mata tunas yang dapat membentuk tanaman baru atau
anakan, terutama pada spesies bawang merah biasa (Tim Bina Karya Tani, 2008).
Secara umum tanaman bawang merah mempunyai daun berbentuk bulat
kecil dan memanjang antara 50-70 cm, berwarna hijau muda sampai hijau tua,
berlubang seperti pipa, tetapi ada juga yang membentuk setengah lingkaran pada
penampang melintang daun. Bagian ujung daun meruncing, sedang bagian
bawahnya melebar dan membengkak ( Rahayu dan Nur, 2007).
Bunga bawang merah merupakan bunga majemuk berbentuk tandan yang
bertangkai yang keluar dari ujung tanaman yang panjangnya antara 30-90 cm, dan
diujungnya terdapat 50-200 kuntum bunga yang tersusun melingkar seolah-olah
berbentuk payung. Tiap kuntum bunga terdiri dari 5-6 helai daun bunga yang
berwarna putih, 6 benang sari berwarna hijau atau kekuning-kuningan, 1 putik dan
bakal buah berbentuk hampir segitiga. Bakal buah ini sebenarnya terbentuk dari
3 daun buah (carpel) yang membentuk 3 buah ruang dan dalam tiap ruang tersebut
terdapat 2 bakal biji ( Wibowo, 2007).
Sebagai bunga sempurna (hermaprodit), bawang merah dapat menyerbuk
sendiri ataupun silang. Adanya kematangan benang sari yang berbeda
menyebabkan bunga bawang merah dapat melakukan penyerbukan antar bunga
dalam satu tandan atau antar bunga dari tandan yang berbeda. Penyerbukan dapat
terjadi dengan bantuan angin, serangga lebah atau lalat hijau, dapat juga melalui
penyerbukan buatan oleh bantuan tangan manusia ( Rukmana, 2005 ).
Buah berbentuk bulat dengan ujungnya tumpul membungkus biji
berjumlah 2-3 butir. Letak bakal biji dalam ruang bakal buah (ovarium) terbalik
dekat dengan plasentanya. Bentuk biji bawang merah agak pipih, sewaktu masih
muda berwarna bening atau putih, tetapi setelah tua menjadi hitam. Biji-biji
bawang merah dapat dipergunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman secara
generatif (Pitojo, 2007).
Syarat Tumbuh Iklim
Bawang merah dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran
rendah sampai dataran tinggi, yaitu pada ketinggian 0-1000 m dpl. Meskipun
demikian ketinggian optimalnya adalah 10-30 m dpl saja. Pada ketinggian
500-1000 m dpl, juga dapat tumbuh, namun pada ketinggian itu yang berarti
suhunya rendah pertumbuhan tanaman terhambat dan umbinya kurang baik.
Untuk pertumbuhannya tanaman bawang merah dapat tumbuh baik pada suhu
antara 25-320 C dengan iklim kering serta suhu rata-rata tahunannya 300 C. Bila
suhu di atas 320 C maka air tanah cepat menguap sehingga mengganggu
penyerapan unsur hara oleh akar tanaman ( Wibowo, 2007).
Tanaman bawang termasuk tanaman yang memerlukan sinar matahari
cukup panjang (long day plant). Tempat terbuka dengan penyinaran matahari minimum 70% dan dengan kelembapan nisbi sedang 50-70%.Tiupan angin
sepoi-sepoi berpengaruh baik bagi tanaman terhadap laju fotosintesis dan pembentukan
umbinya akan tinggi
Tanah
Tanaman bawang merah menyukai tanah yang subur, gembur dan banyak
perkembangan umbi sehingga hasilnya lebih maksimal. Selain itu, bawang merah
hendaknya ditanam di tanah yang mudah meneruskan air, aerasinya baik dan tidak
boleh ada genangan. Jenis tanah yang paling baik untuk tanaman bawang merah
adalah lempung berpasir atau lempung berdebu. Jenis tanah ini mempunyai aerasi
dan drainase yang baik karena mempunyai perbandingan yang seimbang antara
fraksi liat, pasir dan debu ( Rahayu dan Nur, 2007).
Keasaman tanah (pH) yang paling sesuai untuk bawang merah adalah
adalah yang agak asam sampai normal (6,0-6,8). Tanah ber-pH 5,5-7,0 masih
dapat digunakan untuk penanaman bawang merah. Tanah yang terlalu asam
dengan pH di bawah 5,5 banyak mengandung garam Aluminium (Al). Garam ini
bersifat racun sehingga dapat menyebabkan tanaman menjadi kerdil. Di tanah
yang terlalu basa dengan pH lebih dari 7, garam Mangan (Mn) tidak dapat diserap
oleh tanaman. Akibatnya umbi yang dihasilkan kecil dan produksi tanaman
rendah ( AAK, 2005).
Jarak Tanam
Dalam sistem jarak tanam terkandung cara pemanfaatan dimensi ruang
agar diperoleh kerapatan tanam dan tata letak yang sebaiknya dengan tujuan
memperoleh hasil yang baik dengan biaya tertentu. Karena dengan sistem jarak
tanam disesuaikan dengan teknik dan biaya pemeliharaan tanaman. Sistem ini
juga mempengaruhi jumlah tanaman yang dapat ditanam yang dapat
mempengaruhi produksi per satuan luas (Harjadi, 2005).
Jumlah populasi tanaman per hektar merupakan faktor penting untuk
mendapatkan hasil maksimal. Produksi maksimal dicapai bila menggunakan jarak
mengakibatkan semakin tinggi tingkat persaingan antar tanaman dalam hal
mendapatkan unsur hara dan cahaya. Untuk mendapatkan jarak tanam yang tepat,
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu kesuburan tanah dan jenis bawang
merah (www.fp.uns.ac.id, 2008).
Keuntungan menggunakan jarak tanam rapat antara lain : (a) benih yang
tidak tumbuh atau tanaman muda yang mati dapat terkompensasi, sehingga
tanaman tidak terlalu jarang, (b) permukaan tanah dapat segera tertutup sehingga
pertumbuhan gulma dapat ditekan, dan (c) jumlah tanaman yang tinggi
diharapkan dapat memberikan hasil yang tinggi pula. Sebaliknya jarak tanam
yang terlalu rapat mempunyai beberapa kerugian yakni : (a) umbi per tanaman
menjadi lebih kecil, (b) daun yang tumbuh lebih panjang sehingga tanaman
kurang kokoh dan mudah rebah, (c) benih yang dibutuhkan lebih banyak dan (d)
penyiangan sukar dilakukan (www
Kerapatan tanam harus diatur dengan jarak tanam sehingga tidak terjadi
persaingan antar tanaman, mudah memeliharanya dan mengurangi biaya
persaingan. Jarak tanam mempengaruhi populasi tanaman dan koefisien
penggunaan cahaya, mempengaruhi kompetisi antara tanaman dalam
menggunakan air dan zat hara, dengan demikian akan mempengaruhi hasil.
Kerapatan tanaman mempengaruhi penampilan dan produksi tanaman, terutama
karena koefisien penggunaan cahaya. Pada umumnya produksi tiap satuan luas
tinggi tercapai dengan populasi tinggi, karena tercapainya penggunaan cahaya
secara maksimum di awal pertumbuhan. Pada akhirnya, penampilan
masing-masing tanaman secara individu menurun karena persaingan untuk cahaya dan
ukuran baik pada seluruh tanaman maupun pada bagian-bagian tertentu
(Harjadi, 2005).
Kerapatan tanaman atau populasi tanaman dapat mempengaruhi tinggi
rendahnya produksi tanaman. Peningkatan populasi tanaman mula-mula akan
diikuti oleh meningkatnya produksi tanaman per satuan luas, kemudian lewat titik
maksimum akan menurunkan produksi tanaman tersebut. Sebaliknya produksi
persatuan tanaman akan turun secara terus menerus dengan bertambahnya
kerapatan tanaman. Keadaan ini terjadi karena pengaruh kompetisi. Adanya
persamaan kebutuhan di antara tanaman yang sejenis akan dapat menyebabkan
terjadinya kompetisi apabila faktor yang dibutuhkan tersebut dalam keadaan
kurang. Dengan demikian tinggi rendahnya populasi merupakan faktor penentu
terhadap besar kecilnya kompetisi (Heddy, dkk, 1994).
Adanya interaksi di antara tanaman yang berdekatan merupakan fungsi
dari jarak tanam dan besarnya tanaman bersangkutan. Disamping populasi
tanaman, pengaturan jarak tanaman menjadi penting dalam mengoptimumkan
penggunaan faktor lingkungan. Terdapat beberapa sistem pengaturan jarak tanam
di lapangan yang mungkin mempengaruhi hasil produksi tanaman antara lain
bentuk empat persegi atau bujur sangkar, bentuk barisan dengan jarak dalam baris
teratur atau tidak dan arah barisan yakni Utara-Selatan atau Timur-Barat
(Jumin, 2002).
Semakin tinggi tingkat kerapatan suatu pertanaman mengakibatkan
semakin tinggi tingkat persaingan antar tanaman dalam hal mendapatkan unsur
hara dan cahaya. Suatu tanaman apabila kekurangan cahaya, maka tanaman
yang cukup. Hal ini disebabkan terjadinya pemanjangan sel pada bagian sel yang
tidak tersinari atau kurang mendapat cahaya karena mengandung auksin yang
lebih tinggi. Perbedaan rangsangan (respond) tanaman terhadap penyinaran
disebabkan karena tidak samanya penyebaran auksin pada tanaman yang
tidak cukup mendapat sinar dengan tanaman yang cukup mendapat sinar.
Pada tanaman yang tidak cukup mendapat cahaya konsentrasi auksinnya
lebih tinggi dibanding dengan tanaman yang cukup mendapat cahaya.
Pupuk Anorganik
Pupuk anorganik atau pupuk buatan adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik
dengan cara meramu berbagai bahan kimia sehingga memiliki persentase
kandungan hara yang tinggi. Menurut jenis unsur hara yang dikandungnya, dapat
dibagi menjadi dua, yakni pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pada pupuk
tunggal, jenis unsur hara yang dikandungnya hanya satu macam. Biasanya berupa
unsur hara makro primer, misalnya urea yang hanya mengandung unsur nitrogen.
Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu jenis unsur hara.
Penggunaan pupuk ini lebih praktis, karena hanya dengan satu kali aplikasi,
beberapa jenis unsur hara dapat diberikan (Novizan, 2005).
Menurut Lingga dan Marsono (2007), ada beberapa keuntungan dari
pupuk anorganik yaitu sebagai berikut:
1. Pemberiannya dapat terukur dengan tepat karena pupuk anorganik umumnya
memiliki takaran hara yang tepat.
2. Kebutuhan tanaman akan hara dapat dipenuhi dengan perbandingan hara yang
3. Pupuk anorganik tersedia dalam jumlah yang cukup, artinya selalu tersedia di
pasaran.
4. Pupuk anorganik mudah diangkut karena jumlahnya relatif sedikit dibanding
pupuk organik seperti kompos atau pupuk kandang. Sehingga biaya angkut
pupuk menjadi lebih murah.
Pupuk anorganik cair termasuk pupuk buatan yang cara pemberiannya
kepada tanaman melalui penyemprotan ke daun. Keuntungan dari pupuk daun
ialah didalamnya terkandung unsur hara makro dan mikro. Umumnya tanaman
sering kekurangan unsur hara mikro bila hanya mengandalkan pupuk akar yang
mayoritas berisi unsur hara makro. Dengan pemberian pupuk daun yang berisi
unsur hara mikro maka kekurangan tersebut dapat teratasi dan tidak kalah
pentingnya adalah dengan pemakaian pupuk daun maka tanah akan terhindar dari
kelelahan atau rusak (Lingga dan Marsono, 2007).
Petrovita merupakan salah satu pupuk cair lengkap yang mengandung
unsur hara makro N, P, dan K serta unsur lainnya seperti S, Mg, Fe, B, Cu, Zn,
Mo, Mn, Co, B, dan Cu
menyuburkan dan mempercepat pertumbuhan tanaman serta bermanfaat untuk
merangsang pembentukan dan pembesaran umbi tanaman dan meningkatkan
produksi. Dosis anjuran pupuk Petrovita untuk tanaman bawang merah adalah
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Desa Tumpan Nibung, Kecamatan Batang Kuis,
Kabupaten Deli Serdang dengan ketinggian tempat lebih kurang 25 m di atas
permukaan laut, yang dimulai dari bulan Juni hingga bulan September 2009.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah benih bawang merah
varietas Tuk Tuk, pupuk anorganik Petrovita, pupuk NPK majemuk, kompos,
Insektisida Decis 2,5 EC (0,5 cc/l air) sebagai insektisida, Ortocide dengan dosis
1,0 g/liter air sebagai fungisida, dan bahan-bahan lain yang diperlukan.
Alat yang digunakan adalah cangkul untuk mengolah tanah, meteran untuk
mengukur luas lahan dan tinggi tanaman, gembor untuk menyiram tanaman,
handsprayer untuk mengaplikasi pupuk cair dan pestisida, pacak sampel,
timbangan, alat tulis, kalkulator, ember, serta alat lain yang mendukung penelitian
ini.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial
Faktor 1: Dosis pupuk cair anorganik Petrovita dengan 4 taraf, yaitu:
D0 = Tanpa pupuk (kontrol)
D1 = 1 cc/liter air
D2 = 2 cc/liter air
D3 = 3 cc/liter air
D4 = Pupuk NPK sesuai dosis anjuran
Faktor 2: Jarak Tanam dengan 3 taraf, yaitu:
J1 = 5 x 10 cm
J2 = 10 x 10 cm
J3 = 15 x 10 cm
Sehingga diperoleh 12 kombinasi, yaitu:
D0 J1 D1 J1 D2 J1 D3 J1 D4 J1
D0 J2 D1 J2 D2 J2 D3 J2 D4 J2
D0 J3 D1 J3 D2 J3 D3 J3 D4 J3
Jumlah ulangan = 3
Jumlah plot penelitian = 45
Jumlah sampel/plot = 5 tanaman
Jumlah sampel seluruhnya = 225 tanaman
Jarak antar blok = 70 cm
Jarak antar plot = 50 cm
Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam
berdasarkan model linier sebagai berikut:
Yijk = µ + ρi + αj + βk + (αβ)jk +εijk
dimana: Yijk =Hasil pengamatan pada blok ke-i yang diberi perlakuan dosis
pupuk cair anorganik Petrovita pada taraf ke-j dan jarak
tanam pada taraf ke-k
µ = Nilai tengah
ρi = Pengaruh blok ke-i
αj =Pengaruh dosis pupuk cair anorganik Petrovita pada taraf
ke-j
βk =Pengaruh jarak tanam pada taraf ke-k
(αβ)jk =Pengaruh interaksi dosis pupuk cair anorganik Petrovita pada
taraf ke-j dan jarak tanam pada taraf ke-k
εijk =Pengaruh galat pada blok ke-i yang mendapat perlakuan dosis
pupuk cair anorganik Petrovita pada taraf ke-j dan jarak
tanam pada tahap ke-k
Data hasil penelitian pada perlakuan yang berpengaruh nyata dilanjutkan dengan
PELAKSANAAN PENELITIAN
Pengolahan Lahan
Areal penanaman yang akan digunakan terlebih dahulu dibersihkan dari
gulma yang tumbuh di areal tersebut. Kemudian lahan diolah dan digemburkan
dengan menggunakan cangkul dengan kedalaman olah kira-kira 20 cm. Setelah itu
dibuat plot-plot dengan ukuran 1 x 1 m serta jarak antara plot 50 cm dan jarak
antar blok 70 cm. Pada sekeliling area dibuat parit drainase sedalam 30 cm untuk
menghindari adanya genangan air di sekitar areal penelitian.
Persemaian
Dibuat bedengan persemaian dengan lebar satu meter dengan tinggi 50 cm
sepanjang tiga meter. Media persemaian dicampur dengan kompos sebanyak 5 kg
dan ditambahkan pupuk NPK majemuk sebanyak 1 kg dan dicampur merata di
permukaan bedengan.
Benih bawang merah disemai dengan cara ditaburkan pada alur melintang
dengan jarak antar alur 10 cm dan kedalaman 1 cm. Semaian ditutup dengan daun
pisang selama 4 hari untuk menjaga kelembapan tanah. Kemudian bedengan
dinaungi dengan plastik transparan sampai bibit berumur 4 minggu dan berdaun
3-4 helai.
Penanaman
Setelah bibit berumur 5 minggu di persemaian dapat dipindahkan ke lahan
pertanaman. Penanaman dilakukan dengan membuat lubang tanam sedalam 3 cm
pada waktu pagi hari atau sore hari untuk menghindari panas matahari pada waktu
siang hari yang dapat menyebabkan bibit menjadi layu.
Pemupukan Dasar
Pemupukan dasar dilakukan bersamaan dengan penanaman bibit ke
lapangan. Pupuk yang diberikan adalah pupuk NPK majemuk (16:16:16) dengan
setengah dosis anjuran (40 g/m2). Dosis anjuran pupuk NPK majemuk (16:16:16)
untuk bawang merah adalah 800 kg/ha.
Aplikasi Pupuk Anorganik
Aplikasi pupuk pertama kali dilakukan pada saat bawang merah berumur
satu minggu setelah pindah tanam (MSPT) pada perlakuan D1 , D2 dan D3 dengan
menggunakan handsprayer. Setelah itu pupuk diaplikasikan sampai tanaman berumur 5 MSPT. Pada perlakuan D4 pupuk yang diberikan adalah pupuk
NPK majemuk (16:16:16) pada saat tanaman berumur 4 MSPT sebagai pupuk
susulan. Pupuk yang diaplikasikan sesuai dengan perlakuan sebagai berikut:
D0 = Tanpa pupuk (kontrol)
D1 = 1 cc/liter air
D2 = 2 cc/liter air
D3 = 3 cc/liter air
Pemeliharaan Penyulaman
Penyulaman dilakukan seminggu setelah pindah tanam. Penyulaman
dilakukan pada tanaman yang tidak tumbuh atau pertumbuhannya tidak baik.
Bahan sisipan diambil dari bibit tanaman cadangan dipersemaian yang sama
pertumbuhannya dengan tanaman di lapangan.
Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari. Penyiraman
dilakukan dengan menggunakan gembor.
Penyiangan
Penyiangan gulma dilakukan secara manual dengan cara mencabut gulma
untuk menghindari persaingan dalam mendapatkan unsur hara dari dalam tanah.
Penyiangan dilakukan apabila ada gulma yang tumbuh di areal penelitian.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dilakukan dengan penyemprotan insektisida Decis 2,5
EC dengan dosis 0,5 cc/liter air, sedangkan pengendalian penyakit dilakukan
dengan penyemprotan fungisida Ortocide dengan dosis 1,0 g/liter air.
Pengendalian dilaksanakan seminggu sekali.
Panen
Panen dilakukan pada saat bawang merah berumur 9 MSPT, setelah 75%
daun bagian atas menguning dan rebah. Panen dilakukan dengan cara mencabut
dari kotoran-kotoran yang menempel. Umbi dipotong dari batang dan akar
tanaman kemudian dikeringkan selama kurang lebih satu minggu.
Pengamatan Parameter Tinggi tanaman (cm)
Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dari permukaan tanah hingga ujung
daun tertinggi dengan menggunakan meteran. Pengukuran pertama dilakukan
2 MSPT sampai tanaman berumur 6 MSPT dengan interval satu minggu sekali.
Jumlah daun (helai)
Dihitung seluruh daun yang ada. Dilakukan bersamaan dengan
pengukuran tinggi tanaman.
Diameter umbi (cm)
Diameter umbi diukur dengan menggunakan jangka sorong.
Bobot basah umbi per sampel (g)
Bobot basah umbi sampel ditimbang pada waktu panen setelah
dibersihkan dan di pisahkan dari batang dan akar tanaman.
Bobot basah umbi per plot (Kg)
Bobot basah umbi perplot ditimbang pada waktu panen setelah
Bobot kering umbi per sampel (g)
Bobot kering umbi sampel ditimbang setelah dilakukan pengeringan
selama satu minggu.
Bobot kering umbi per plot (Kg)
Bobot kering umbi per plot ditimbang setelah dilakukan pengeringan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Tinggi Tanaman (cm)
Data tinggi tanaman umur 2 - 6 minggu setelah pindah tanam (MSPT) dan
daftar sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 6 - 15, yang menunjukkan
perlakuan dosis pupuk cair anorganik Petrovita (D) dan jarak tanam (J)
berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 2 sampai 6 MSPT.
Sedangkan interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi
tanaman pada semua umur pengamatan.
Data rataan tinggi tanaman 6 MSPT pada perlakuan dosis pupuk cair
anorganik Petrovita (D) dan jarak tanam (J) dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Rataan tinggi tanaman 6 MSPT (cm) pada perlakuan dosis pupuk cair anorganik Petrovita (D) dan jarak tanam (J)
Dosis
Tabel 1 menunjukkan bahwa rataan tinggi tanaman tertinggi pada
perlakuan dosis pupuk cair anorganik Petrovita terdapat pada D3 (3 cc/l air) yaitu
40,36 cm dan terendah pada D1 (1 cc/l air) yaitu 37,04 cm dimana D3 tidak
berbeda nyata dengan D2 dan D4 tetapi berbeda nyata dengan D0 dan D1 dimana
Rataan tinggi tanaman tertinggi pada perlakuan jarak tanam terdapat pada
J1 (5 x 10 cm) yaitu 41,18 cm dan terendah pada jarak tanam J3 (15 x 10 cm) yaitu
37,17 cm dimana J1 berbeda nyata dengan J2 dan J3.
Hubungan antara dosis pupuk cair anorganik Petrovita (D) dan jarak
tanam (J) terhadap tinggi tanaman 6 MSPT dapat dilihat pada Gambar 1 dan
Gambar 2.
Gambar 1. Dosis pupuk cair anorganik Petrovita dengan tinggi tanaman 6 MSPT
Jumlah Daun (helai)
Data jumlah daun umur 2 - 6 minggu setelah pindah tanam (MSPT) dan
daftar sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 16 - 25, yang menunjukkan
perlakuan dosis pupuk cair anorganik Petrovita (D) berpengaruh tidak nyata pada
umur 2 MSPT dan berpengaruh nyata pada umur 3 - 6 MSPT. Perlakuan jarak
tanam (J) dan interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah
daun pada umur 2 - 6 MSPT.
Data rataan jumlah daun 6 MSPT pada perlakuan dosis pupuk cair
anorganik Petrovita (D) dan jarak tanam (J) dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rataan jumlah daun 6 MSPT (helai) pada perlakuan dosis pupuk cair anorganik Petrovita (D) dan jarak tanam (J)
Dosis
Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa rataan jumlah daun terbanyak pada
perlakuan dosis pupuk cair anorganik Petrovita terdapat pada dosis D2 (2 cc/l air)
yaitu 6,93 helai dan paling sedikit pada dosis D0 (kontrol) yaitu 6,20 helai dimana
D2 tidak berbeda nyata dengan D3 dan D4 dan berbeda nyata dengan D1 dan D0
yang tidak berbeda nyata dengan D1. Rataan jumlah daun cenderung banyak pada
perlakuan jarak tanam J3 (15 x 10 cm) yaitu 6,67 helai dan cenderung sedikit pada
Hubungan antara dosis pupuk cair anorganik Petrovita (D) dengan jumlah
daun 6 MSPT dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Dosis pupuk cair anorganik Petrovita dengan jumlah daun 6 MSPT
Diameter Umbi (cm)
Data diameter umbi dan daftar sidik ragamnya dapat dilihat pada
Lampiran 26 – 27. Perlakuan dosis pupuk cair anorganik Petrovita (D), jarak
tanam (J) dan interaksi kedua perlakuan berpengaruh nyata terhadap diameter
umbi.
Data rataan diameter umbi pada perlakuan dosis pupuk cair anorganik
Petrovita (D) dan jarak tanam (J) dapat dilihat pada Tabel 3.
Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa rataan diameter umbi terbesar pada
perlakuan dosis pupuk Petrovita terdapat pada perlakuan D4 (NPK dosis anjuran)
sebesar 4,27 cm dan terkecil pada D0 (kontrol) sebesar 3,62 cm dimana D4
berbeda nyata dengan semua perlakuan lainnya. Rataan diameter umbi terbesar
pada perlakuan jarak tanam yaitu J3 (15 x 10 cm) sebesar 4,32 cm dan terkecil
pada J1 (5 x 10 cm) sebesar 3,69 cm dimana J3 berbeda nyata dengan J2 dan J1.
Rataan diameter umbi terbesar terdapat pada D4J3 (4,71 cm) dan terkecil pada
D0J1 (3,45 cm) dimana D4J3 berbeda nyata dengan semua interaksi lainnya.
Hubungan antara dosis pupuk cair anorganik Petrovita (D) dan jarak tanam
(J) serta interaksi dengan diameter umbi dapat dilihat pada Gambar 4, 5 dan 6.
Gambar 5. Jarak tanam (cm) dengan diameter umbi (cm)
Bobot Basah Umbi Per sampel (g)
Data bobot basah umbi per sampel dan daftar sidik ragamnya dapat dilihat
pada Lampiran 28 – 29. Perlakuan dosis pupuk cair anorganik Petrovita (D), jarak
tanam (J) dan interaksi kedua perlakuan berpengaruh nyata terhadap bobot basah
umbi per sampel.
Data rataan bobot basah umbi per sampel pada perlakuan dosis pupuk cair
anorganik Petrovita (D) dan jarak tanam (J) dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Rataan bobot basah per sampel (g) pada berbagai dosis pupuk Petrovita (D) dan jarak tanam (J)
Tabel 4 memperlihatkan bahwa rataan bobot basah umbi per sampel
terberat terdapat pada perlakuan D4 (NPK dosis anjuran) sebesar 32,63 g dan
teringan pada D1 (1 cc/l air) sebesar 25,51 g dimana D4 tidak berbeda nyata
dengan D3 dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya, D3 tidak berbeda nyata
dengan D2. Rataan bobot basah umbi per sampel terberat pada perlakuan jarak
tanam terdapat pada J3 (15 x 10 cm) sebesar 33,17 g dan teringan pada J1 (15 x 10
cm) sebesar 26,12 g dimana J3 berbeda nyata dengan J2 dan J1. Rataan bobot
basah umbi per sampel terberat terdapat pada D4J3 (37,48 g) dan terkecil pada
Hubungan antara dosis pupuk cair anorganik Petrovita (D) dan jarak tanam
(J) serta interaksi dengan rataan bobot basah umbi per sampel dapat dilihat pada
Gambar 7, 8 dan 9.
Gambar 7. Dosis pupuk cair anorganik Petrovita (cc/l air) dengan bobot basah umbi per sampel (g)
Gambar 9. Dosis pupuk cair anorganik Petrovita (D) pada berbagai jarak tanam (J) terhadap bobot basah umbi per sampel (g)
Bobot Basah Umbi Per Plot (kg)
Data bobot basah umbi per plot dan daftar sidik ragamnya dapat dilihat
pada Lampiran 30 – 31. Perlakuan dosis pupuk cair anorganik Petrovita (D) dan
jarak tanam (J) berpengaruh nyata terhadap bobot basah umbi per plot. Sedangkan
interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah umbi per
plot.
Data rataan bobot basah umbi per plot pada perlakuan dosis pupuk cair
anorganik Petrovita (D) dan jarak tanam (J) dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Rataan bobot basah umbi per plot (kg) pada berbagai dosis pupuk Petrovita (D) dan jarak tanam (J)
Tabel 5 memperlihatkan bahwa rataan bobot basah umbi per plot terberat
pada perlakuan dosis pupuk anorganik Petrovita terdapat pada D4 (NPK dosis
anjuran) sebesar 2,41 kg dan teringan pada D0 (kontrol) sebesar 1,90 kg dimana
D4 berbeda nyata dengan semua perlakuan lainnya. Rataan bobot basah umbi per
plot terberat pada perlakuan jarak tanam yaitu pada J1 (5 x 10 cm) sebesar 3,12 kg
dan teringan pada J3 (15 x 10 cm) sebesar 1,60 kg dimana J1 berbeda nyata dengan
J2 dan J3.
Hubungan antara dosis pupuk cair anorganik Petrovita (D) dan jarak
tanam (J) terhadap rataan bobot basah umbi per plot dapat dilihat pada Gambar 10
dan 11.
Gambar 11. Jarak tanam dengan bobot basah umbi per plot (kg)
Bobot Kering Umbi Per sampel (g)
Data bobot kering umbi per sampel dan daftar sidik ragamnya dapat dilihat
pada Lampiran 32 – 33. Perlakuan dosis pupuk cair anorganik Petrovita (D), jarak
tanam (J) dan interaksi kedua perlakuan berpengaruh nyata terhadap bobot kering
umbi per sampel.
Data rataan bobot kering umbi per sampel pada perlakuan dosis pupuk cair
anorganik Petrovita (D) dan jarak tanam (J) dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Rataan bobot kering umbi per sampel (g) pada berbagai dosis pupuk Petrovita (D) dan jarak tanam (J)
Tabel 6 memperlihatkan bahwa rataan bobot kering umbi per sampel
terberat pada perlakuan dosis pupuk cair anorganik Petrovita terdapat pada
D4 (NPK dosis anjuran) sebesar 28,25 g dan teringan pada D0 (kontrol) sebesar
21,32 g dimana D4 berbeda nyata dengan semua perlakuan lainnya. Rataan bobot
kering umbi per sampel terberat pada perlakuan jarak tanam yaitu pada
J3 (15 x 10 cm) sebesar 28,63 g dan teringan pada J1 (5 x 10 cm) sebesar 21,78 g
dimana J3 berbeda nyata dengan J2 dan J1. Rataan bobot kering umbi per sampel
terberat terdapat pada D4J3 (32,70 g) dan teringan pada D0J1 (19,19 g).
Hubungan antara dosis pupuk cair anorganik Petrovita (D) dan jarak tanam
(J) serta interaksi dengan rataan bobot kering umbi per sampel dapat dilihat pada
Gambar 12, 13 dan 14.
Gambar 13. Jarak tanam (cm) dengan bobot kering umbi per sampel (g)
Bobot Kering Umbi Per plot (kg)
Data bobot kering umbi per plot dan daftar sidik ragamnya dapat dilihat
pada Lampiran 34 – 35. Perlakuan dosis pupuk cair anorganik Petrovita (D) dan
jarak tanam (J) berpengaruh nyata terhadap bobot kering umbi per plot.
Sedangkan interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap bobot
kering umbi per plot.
Data rataan bobot kering umbi per plot pada perlakuan dosis pupuk cair
anorganik Petrovita (D) dan jarak tanam (J) dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Rataan bobot kering umbi per plot (kg) pada berbagai dosis pupuk Petrovita (D) dan jarak tanam (J)
Dosis
Tabel 7 memperlihatkan bahwa rataan bobot kering umbi per plot terberat
pada perlakuan dosis pupuk anorganik Petrovita terdapat pada D4 (NPK dosis
anjuran) sebesar 2,08 kg dan teringan pada D0 (kontrol) sebesar 1,62 kg dimana
D4 berbeda nyata dengan semua perlakuan lainnya. Rataan bobot kering umbi per
plot terberat pada perlakuan jarak tanam yaitu pada J1 (5 x 10 cm) sebesar 2,60 kg
dan paling ringan pada J3 (5 x 10 cm) sebesar 1,41 kg dimana J1 berbeda nyata
Hubungan antara dosis pupuk cair anorganik Petrovita (D) dan jarak tanam
(J) dengan rataan bobot kering umbi per plot dapat dilihat pada Gambar 15
dan 16.
Gambar 15. Dosis pupuk cair anorganik Petrovita (cc/l air) dengan bobot kering umbi per plot (kg)
Pembahasan
Respon Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah Terhadap Dosis Pupuk
Data dan hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan pupuk
berpengaruh tidak nyata pada parameter jumlah daun 2 MSPT dan berpengaruh
nyata terhadap parameter pengamatan tinggi tanaman umur 2 – 6 MSPT, jumlah
daun umur 3 – 6 MSPT, diameter umbi, bobot basah per sampel, bobot basah per
plot, bobot kering per sampel dan bobot kering per plot.
Pemberian pupuk cair anorganik Petrovita sebagai sumber hara makro dan
mikro bagi tanaman dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman menjadi lebih
baik sehingga produksi yang dihasilkan lebih maksimal. Dari hasil penelitian,
diperoleh bahwa pemberian pupuk cair anorganik Petrovita berpengaruh nyata
pada semua parameter dimana pemberian pupuk cair anorganik Petrovita dosis
3 cc/l air memberikan hasil yang paling tinggi diantara dosis pupuk cair
anorganik Petrovita lainnya, namun masih lebih rendah dari perlakuan pupuk
NPK sesuai dosis anjuran. Diduga hal ini disebabkan karena pemberian dosis
tersebut mampu menyediakan unsur hara yang cukup bagi tanaman sehingga
tanaman tumbuh lebih baik dibandingkan tanaman dengan dosis yang lebih
rendah. Hal ini sesuai dengan Novizan (2005) yang menyatakan bahwa pupuk
anorganik atau pupuk buatan adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik dengan cara
meramu berbagai bahan kimia sehingga memiliki persentase kandungan hara yang
tinggi. Novizan juga menambahkan bahwa pemberian pupuk yang mengandung
lebih dari satu unsur hara lebih praktis karena dengan sekali aplikasi, tanaman
sudah mendapatkan semua unsur hara, baik hara makro maupun yang semakin
Produksi tanaman bawang dipengaruhi oleh pertumbuhan vegetatif.
Pemberian pupuk Petrovita ternyata dapat meningkatkan tinggi tanaman, jumlah
daun serta diameter umbi. Dengan peningkatan seperti ini, bobot umbi yang
diproduksi juga meningkat. Hal ini disebabkan pupuk cair anorganik Petrovita
adalah pupuk majemuk yang mengandung banyak unsur hara yang diperlukan
oleh tanaman, baik unsur hara makro maupun mikro, hal ini sesuai dengan
literatur oleh Petrokimia Kayaku (2008) yang menyatakan bahwa Petrovita
merupakan salah satu pupuk cair lengkap yang mengandung unsur hara makro N,
P, dan K serta unsur lainnya seperti S, Mg, Fe, B, Cu, Zn, Mo, Mn, Co, B, dan Cu.
Petrovita berguna untuk menyuburkan dan mempercepat pertumbuhan tanaman
serta bermanfaat untuk merangsang pembentukan dan pembesaran umbi tanaman
dan meningkatkan produksi.
Respon Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah Terhadap Jarak Tanam
Data dan hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanam
berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun namun memberikan pengaruh
nyata terhadap parameter tinggi tanaman, diameter umbi, bobot basah per sampel,
bobot basah per plot, bobot kering per sampel dan bobot kering per plot.
Pada pengamatan parameter tinggi tanaman 6 MSPT berpengarauh nyata
dimana rataan tertinggi terdapat pada perlakuan jarak tanam 5 x 10 cm (J1) yaitu
sebesar 41,18 cm dan terendah pada 15 x 10 cm (J3) yaitu sebesar 37,17 cm. Hal
ini disebabkan karena populasi tanaman pada J1 sangat rapat sehingga persaingan
tanaman untuk memperoleh cahaya matahari sangat tinggi. Kurangnya mendapat
cahaya matahari mendorong terjadinya pemanjangan sel karena tanaman
kekurangan cahaya, maka tanaman tersebut akan memanjang ke arah datangnya
sinar untuk mendapatkan cahaya yang cukup. Pada tanaman yang tidak cukup
mendapat cahaya konsentrasi auksinnya lebih tinggi dibanding dengan tanaman
yang cukup mendapat cahaya dimana auksin bekerja aktif dalam pemanjangan sel
tanaman.
Pada pengamatan parameter jumlah daun 6 MSPT berpengaruh tidak nyata
dimana rataan teringgi terdapat pada jarak tanam 15 x 10 cm (J3) yaitu 6,67 helai
dan terendah pada jarak tanam 5 x 10 cm (J1) yaitu 6,55 helai . Hal ini disebabkan
karena jumlah daun suatu tanaman merupakan sifat genetis tanaman sehingga
tidak mudah berubah oleh faktor luar. Hal ini sesuai dengan deskripsi bawang
merah varietas Tuk Tuk
bawang merah per umbi sebanyak 4-7 helai.
Pada pengamatan parameter diameter umbi berpengaruh nyata dimana
rataan tertinggi terdapat pada perlakuan jarak tanam 15 x 10 cm (J3) yaitu sebesar
4,32 cm dan terendah pada jarak tanam 5 x 10 cm (J1) yaitu 3,69 cm. Hal ini
disebabkan karena jarak tanam yang semakin rapat akan menghasilkan umbi yang
lebih kecil karena tingkat persaingan antara tanaman lebih tinggi dibanding
dengan jarak tanam renggang yang dapat menghasilkan umbi yang lebih besar.
Hal ini sesuai dengan pendapat dari Dad Resiworo (1992) yang menyatakan
bahwa jarak tanam yang terlalu sempit memungkinkan tanaman budidaya
memberikan kuantitas hasil yang tinggi namun kualitasnya juga rendah karena
Pada pengamatan parameter bobot basah umbi per sampel dan bobot
kering umbi per sampel berpengaruh nyata dimana rataan tertinggi terdapat pada
perlakuan J3 (15 x 10 cm) dan terendah pada J1 (5 x 10 cm). Hal ini disebabkan
peningkatan jarak tanam akan menurunkan jumlah populasi sehingga dapat
mengurangi tingkat persaingan antara tanaman dimana hal ini dapat meningkatkan
efisiensi tanaman menggunakan cahaya matahari, unsur hara dan air sehingga
produksi yang dihasilkan lebih besar dan berkualitas. Hal ini sesuai dengan
pendapat dari Harjadi (2005) yang menyatakan jarak tanam mempengaruhi
populasi tanaman dan keefisienan penggunaan cahaya, juga mempengaruhi
kompetisi antara tanaman dalam menggunakan air dan unsur hara, dengan
demikian akan mempengaruhi hasil produksi tanaman.
Pada pengamatan parameter bobot umbi basah per plot dan bobot umbi
kering per plot berpengaruh nyata dimana rataan tertinggi terdapat pada perlakuan
J1 (5 x 10 cm) dan terendah pada J3 (15 x 10 cm). Hal ini disebabkan karena jarak
tanam yang rapat menghasilkan jumlah populasi tanaman per plot semakin banyak
sehingga meningkatkan rataan berat basah dan kering umbi per plot. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Heddy, dkk (1994) yang menyatakan kerapatan
tanaman atau populasi tanaman dapat mempengaruhi tinggi rendahnya produksi
tanaman. Peningkatan populasi tanaman mula-mula akan diikuti oleh
meningkatnya produksi tanaman per satuan luas, kemudian lewat titik maksimum
akan menurunkan produksi tanaman tersebut. Sebaliknya produksi per satuan
tanaman akan turun secara terus menerus dengan bertambahnya kerapatan
tanaman karena pengaruh kompetisi.
Interaksi Pupuk Petrovita dan Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah
Data dan hasil analisis statistik menunjukkan bahwa interaksi perlakuan
dosis pupuk cair anorganik Petrovita dan perlakuan jarak tanam berpengaruh tidak
nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, bobot basah per plot dan bobot
kering per plot namun memberikan pengaruh nyata terhadap parameter diameter
umbi, bobot basah per sampel dan bobot kering per sampel.
Interaksi kedua perlakuan pada parameter diameter umbi, bobot basah per
sampel dan bobot kering per sampel memberikan pengaruh yang nyata. Hal ini
mungkin disebabkan adanya saling memberikan pengaruh yang baik antara kedua
perlakuan. Dimana jarak tanam yang renggang dan diimbangi dengan pemberian
pupuk yang cukup memberikan kualitas umbi yang lebih baik dengan ukuran
yang lebih besar bila dibanding jarak tanam yang rapat, namun menghasilkan
kuantitas produksi yang lebih sedikit dibandingkan dengan jarak tanam yang
rapat. Jarak tanam yang renggang meningkatkan keefisienan penggunaan cahaya,
air dan unsur hara karena berkurangnya kompetisi antara tanaman sehingga
bawang merah menghasilkan umbi yang lebih besar dengan bobot yang lebih
berat. Jarak tanam yang rapat akan menghasilkan umbi yang lebih kecil namun
menghasilkan produksi yang lebih tinggi per satuan luas.
Kombinasi yang terbaik pada penelitian ini adalah pemberian pupuk NPK
sesuai dosis anjuran dengan jarak tanam 5 x 10 cm (D4J1) yaitu dengan hasil
2,83 kg dimana dengan memberikan pupuk NPK sesuai dosis anjuran maka
tanaman mendapatkan unsur hara yang cukup sehingga dapat menekan tingkat
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Perlakuan dosis pupuk Petrovita berpengaruh nyata terhadap semua parameter
pengamatan dimana pupuk Petrovita dapat meningkatkan pertumbuhan dan
produksi tanaman bawang merah. Hingga pemberian pupuk petrovita 3 cc/l air
hasil produksi yang didapatkan terus meningkat sehingga dosis yang diberikan
belum maksimal.
2. Perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman,
Diameter umbi, bobot basah persam pel, bobot basah per plot, bobot kering
per sampel dan bobot kering per plot, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap
parameter jumlah daun. Hingga kerapatan jarak tanam 5 x 10 cm hasil
produksi yang didapat terus meningkat dan belum mencapai titik maksimal.
3. Interaksi pupuk Petrovita dan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap
parameter diameter umbi, bobot basah per sampel dan bobot kering per
sampel tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi tanaman,
jumlah daun, bobot basah per plot dan bobot kering per plot. Kombinasi
perlakuan yang terbaik dari penelitian ini adalah pemberian pupuk NPK sesuai
dosis anjuran (800 kg/ha) dengan jarak tanam 5 x 10 cm dengan hasil 2,83 kg
umbi kering per m2.
Saran
Disarankan penelitian lanjutan untuk bawang merah dengan dosis pupuk
Petrovita lebih tinggi dan kerapatan jarak tanam yang berbeda karena belum
DAFTAR PUSTAKA
AAK. 2005. Pedoman Bertanam Bawang. Kanisius, Yogyakarta.
Agromedia Pustaka. 2007. Petunjuk Pemupukan. Jakarta.
Bangun, M. K. 1991. Rancangan Percobaan. FP USU, Medan.
Dad Resiworo J.S. 1992. Pengendalian gulma dengan pengaturan Jarak Tanam dan cara penyiangan pada pertanaman kedelai. Prosiding Konferensi Himpunan Ilmu Gulma Indonesia. Ujung Pandang. Dikutip dari :
Direktorat Jenderal Hortikultura Departemen Pertanian. 2008. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Periode 2003 – 2006. Dikutip dari:
Drajat, S. 2007. Menggilanya Pemalsuan Pupuk. Dikutip dari:
Effendi, S. 2002. Jarak Tanam. Dikutip dari: September 2008
Harjadi,S.S., 2005. Pengantar Agronomi. Gramedia, Jakarta. Hal. 168-169.
Heddy, S., W. H. Susanto, dan M. Kurniati. 1994. Pengantar Produksi Tanaman Dan Penanganan Pasca Panen. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Jumin, H. B. 2002. Agronomi. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Lingga, P. dan Marsono. 2007. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Novizan. 2005. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Edisi Revisi. AgroMedia Pustaka. Jakarta.
Petrokimia kayaku. 2008. Pupuk cair lengkap : Petrovita. Jakarta.
Pitojo, S. 2007. Benih Bawang Merah. Kanisius, Yogyakarta.
Rahayu, E dan Nur, B. 2007. Bawang Merah. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rukmana, R. 2005. Bawang Merah : Budidaya dan Pengelolaan Pascapanen. Kanisius. Yogyakarta.
Tim Bina Karya Tani. 2008. Pedoman Bertanam Bawang Merah. Yrama Widya, Bandung.
Wibowo, S. 2007. Budidaya Bawang : Bawang Putih, Bawang Merah, Bawang Bombay. Penebar Swadaya. Jakarta.
1 page.
www.fp.uns.ac.id. Dasar Perlindungan Tanaman. 29 Oktober 2008. 11 Pages.
5 pages.
Lampiran 1. Deskripsi Bawang Merah Varietas Tuk Tuk
Asal : PT. East West Seed Philipina Silsilah : rekombinan 5607 (F) x 5607 (M) Golongan varietas : menyerbuk silang
Tipe pertumbuhan : tegak Bentuk penampang daun : bulat berongga Warna bunga : putih
Bentuk karangan bunga : berbentuk payung
Warna umbi : merah muda - merah kecoklatan
Bentuk biji : bulat pipih berkeriput Berat 1.000 biji : ± 2,7 g
Jumlah anakan : 1 - 2 anakan Hasil umbi basah : ± 32 ton/ha
Keterangan : beradaptasi dengan baik di dataran rendah dengan ketinggian 20-220 m dpl, sangat baik ditanam pada musim kemarau
Pengusul : PT. East West Seed Indonesia
100cm
Perlakuan jarak tanam 5 x 10 cm (J1) dengan jumlah 120 tanaman/plot
Perlakuan jarak tanam 10 x 10 cm (J2)dengan jumlah 64 tanaman/plot
a = 10 cm b = 10 cm
Perlakuan jarak tanam 15 x 10 cm (J3)dengan jumlah 48 tanaman/plot
Lampiran 4. Komposisi pupuk anorganik Petrovita
Unsur Jumlah
N 8,82%
P2O5 6,21%
K2O5 6,47%
S 1,89%
Mg 0,03%
Fe 0,02%
Zn 37,22 ppm
Mo 47,91 ppm
Mn 57,58 ppm
Co 4,66 ppm
B 0,04%
Cu 0,01%
Lampiran 5.Data hasil analisa tanah
Sampel Satuan Nilai
pH - 6.03
C-Organik - 4.52
Nitrogen total % 0.43
C/N - 10.67
P-avl Bray II ppm 13.37
K-exch. me/100 g 1.07
Lampiran 6. Data tinggi tanaman 2 MSPT (cm)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Lampiran 7. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 2 MSPT
Lampiran 8. Data tinggi tanaman 3 MSPT (cm)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Lampiran 9. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 3 MSPT
Lampiran 10. Data tinggi tanaman 4 MSPT (cm)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Lampiran 11. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 4 MSPT
Lampiran 12. Data tinggi tanaman 5 MSPT (cm)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Lampiran 13. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 5 MSPT
Lampiran 14. Data tinggi tanaman 6 MSPT (cm)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Lampiran 15. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 6 MSPT
Lampiran 16. Data jumlah daun 2 MSPT (helai)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Lampiran 17. Daftar sidik ragam jumlah daun 2 MSPT
Lampiran 18. Data jumlah daun 3 MSPT (helai)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Lampiran 19. Daftar sidik ragam jumlah daun 3 MSPT
Lampiran 20. Data jumlah daun 4 MSPT (helai)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Lampiran 21. Daftar sidik ragam jumlah daun 4 MSPT
Lampiran 22. Data jumlah daun 5 MSPT (helai)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Lampiran 23. Daftar sidik ragam jumlah daun 5 MSPT
Lampiran 24. Data jumlah daun 6 MSPT (helai)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Lampiran 25. Daftar sidik ragam jumlah daun 6 MSPT
Lampiran 26. Data diameter umbi (cm)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II II
Lampiran 27. Daftar sidik ragam diameter umbi
Lampiran 28. Data bobot basah umbi per sampel (g)
Lampiran 29. Daftar sidik ragam bobot basah umbi per sampel
Lampiran 30. Data bobot basah umbi per plot (kg)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II II
Lampiran 31. Daftar sidik ragam bobot basah umbi per plot
Lampiran 32. Data bobot kering umbi per sampel (g)
Perlakuan Bobot Kering Total Rataan
I II III
Lampiran 33. Daftar sidik ragam bobot kering umbi per sampel
Lampiran 34. Data bobot kering umbi per plot (kg)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II II
Lampiran 35. Daftar sidik ragam bobot kering umbi per plot
Lampiran 37. Foto Lahan Penelitian
Foto persemaian bibit
Foto persiapan lahan dan penanaman
Foto bawang merah dan penjemuran
Foto Produksi Umbi Bawang Merah / Plot
J1D1 J2D1 J3D1
J1D2 J2D2 J3D2
J1D3 J2D3 J3D3