• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respons Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Terhadap Pemberian Kompos TKKS dan Jarak Tanam di Dataran Rendah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Respons Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Terhadap Pemberian Kompos TKKS dan Jarak Tanam di Dataran Rendah"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) TERHADAP PEMBERIAN KOMPOS TKKS DAN JARAK TANAM

DI DATARAN RENDAH

SKRIPSI

OLEH

TOMBANG ROMARIO SIMANGUNSONG 110301195

BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) TERHADAP PEMBERIAN KOMPOS TKKS DAN JARAK TANAM

DI DATARAN RENDAH

SKRIPSI

OLEH

TOMBANG ROMARIO SIMANGUNSONG 110301195

BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar sarjana di Fakutas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

Judul Penelitian : Respons Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Terhadap

Pemberian Kompos TKKS dan Jarak Tanam di Dataran Rendah

Nama : Tombang Romario Simangunsong

NIM : 110301195

Minat : Budidaya Pertanian dan Perkebunan

Disetujui Oleh Dibawah Bimbingan :

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

Dr.Ir. Jonatan Ginting, MS. Ir. Mbue Kata Bangun, MP.

Ketua Anggota

Mengetahui,

(4)

ABSTRAK

Tombang Romario Simangunsong. Respons Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Terhadap Pemberian Kompos TKKS dan Jarak Tanam di Dataran Rendah, dibawah bimbingan Dr. Ir. Jonatan Ginting, MS dan Ir. Mbue Kata Bangun, MP. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respons pertumbuhan dan produksi bawang merah (Allium ascalonicum L.) dengan pemberian kompos tandan kosong kelapa sawit dan jarak tanam di dataran rendah. Penelitian dilakukan di lahan penduduk di Jl. Pasar I No 89, Kelurahan Tanjung Sari, Kecamatan Medan Selayang, Kota Medan pada Mei sampai Juli 2015, menggunakan Rancangan Petak Terpisah, dengan 2 faktor perlakuan dalam 3 ulangan. Petak utama yakni jarak tanam (20 cm x 20 cm, 20 cm x 15 cm dan 20 cm x 10 cm). Anak petak kompos TKKS (0 kg, 0,5 kg, 1 kg, 1,5 kg dan 2 kg). Parameter yang digunakan adalah panjang tanaman, jumlah daun, jumlah anakan,bobot basah per sampel, bobot kering per sampel, bobot basah per plot, bobot kering per plot. Hasil penelitian menunjukkan Pemberian kompos TKKS berpengaruh nyata terhadap bobot basah per sampel,bobot kering per sampel,bobot basah per plot dan bobot kering per plot. Penggunaan jarak tanam hanya berpengaruh nyata pada parameter panjang tanaman pada umur 6 MST. Interaksi tidak berbeda nyata antara pemberian kompos TKKS dan jarak tanam terhadap semua parameter yang diamati.

Kata kunci: Bawang Merah, Jarak Tanam, Kompos TKKS.

(5)

ABSTRACT

Tombang Romario Simangunsong. The growth and production responses of shallat (Allium ascalonicum L.) due to the giving of TKKS Compost and Plant

Spacing in the lowlands, supervised by Dr. Ir. Jonatan Ginting, MS and Ir. Mbue Kata Bangun, MP. This research was to study the response of the

growth and production of onion (Allium ascalonicum L.) due to the giving of oil palm empty fruit bunches compost and the plant spacing in the lowlands. This research was conducted at the land of citizens in Jl. Pasar I No. 89, Tanjung Sari Village, District of Medan Selayang from May to July 2015, and used Split Plot Design, with 2 factors and three replications. Main plot is the plant spacing

(20 cm x 20 cm, 20 cm x 15 cm and 20 cm x 10 cm). Sub plot is TKKS compost

(0 kg, 0,5 kg, 1 g, 1,5 kg and 2 kg). The parameters which used were plant length, total of leaves, total of tillers, the fresh weight per sample, the dry weight per sample, the fresh weight per plot, the dry weight per plot. The results showed that the giving of TKKS compost was significantly affected to the fresh weight per sample,the dry weight per sample, fresh weight per plot and dry weight per plot. The use of plant spacing only showed significantly effect on the plant length parameter at the age of 6 WAP. There interaction was not significantly different between the giving of TKKS compost and plant spacing on all parameters observed.

Keywords: Shallat, Plant Spacing, TKKS Compost.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Tombang Romario Simangunsong, dilahirkan di Baturongkam, Sumatera Utara, pada tanggal 17 Juli 1994 dari Ayah Suardi Simangunsong dan Ibu Ulli Br Regar. Penulis merupakan putra kedua dari delapan bersaudara.

Tahun 2011 penulis lulus dari SMA Budi Murni 1 Medan dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur Ujian Masuk Bersama. Penulis memilih progam studi Agroekoteknologi.

Selama mengikuti perkulihan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi (Himagrotek), sebagai asisten praktikum di Laboratorium Teknologi Budidaya Tanaman Perkebunan (2014), Laboratorium Teknologi Budidaya Tanaman Pangan (2015), Laboratorium Tanaman Hortikultura (2015), Laboratorium Budidaya Tanaman Pangan (2015) dan Laboratorium Perancangan Percobaan (2015).

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. Eka Daya Sejati Sukses di Kabupaten Kampar, Riau pada tahun 2014, melaksanakan penelitian di lahan masyarakat pada tahun 2015.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.

Adapun judul dari skripsi ini adalah ” Respons Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Terhadap Pemberian Kompos TKKS dan Jarak Tanam di Dataran Rendah” merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana di Progam Studi Agoekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Jonatan Ginting, MS, selaku ketua komisi pembimbing dan Ir. Mbue Kata Bangun, MP, selaku anggota pembimbing yang telah memberikan

bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Desember 2015

Penulis

(8)

DAFTAR ISI Tempat dan Waktu Penelitian ... 11

(9)

Panen ... 15

Pengeringan ... 15

Peubah Amatan ... 15

Tinggi Tanaman (cm) ... 15

Jumlah Anakan per Sampel (anakan) ... 16

Jumlah Daun per Sampel (helai) ... 16

Bobot Basah Umbi per Sampel (g) ... 16

Bobot Kering Umbi per Sampel (g) ... 16

Bobot Basah Umbi per Plot (g) ... 16

Bobot Kering Umbi per Plot (g) ... 16

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 17

Pembahasan ... 32

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 37

Saran ... 37 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(10)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Rataan tinggi tanaman (cm) bawang merah umur 2-6 MST pada perlakuan pemberian kompos TKKS dan jarak tanam. ... 18 2. Rataan jumlah daun (helai) tanaman bawang merah umur 2-6 MST

pada perlakuan kompos TKKS dan jarak tanam ... 21 3. Rataan jumlah anakan per sampel (anakan) tanaman bawang merah

umur 2-6 MST pada perlakuan kompos TKKS dan jarak tanam ... 23 4. Rataan bobot basah umbi per sampel (g) tanaman bawang merah pada

perlakuan kompos TKKS dan jarak tanam ... 25 5. Rataan bobot kering jual umbi per sampel (g) tanaman tanaman

bawang merah pada perlakuan kompos TKKS dan jarak tanam ... 27 6. Rataan bobot basah umbi per plot (g) tanaman bawang merapada

perlakuan kompos TKKS dan jarak tanam ... 29 7. Bobot kering umbi per plot (g) tanaman bawang merah pada

perlakuan kompos TKKS dan jarak tanam ... 31

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal.

1. Hubungan jarak tanaman dengan tinggi tanaman pada umur 6 MST ... 19 2. Perkembangan tinggi tanaman pada berbagai jarak tanam ... 20

3. Perkembangan jumlah daun per sampel bawang merah pada berbagai jarak tanam ... 22 4. Perkembangan jumlah anakan per sampel bawang merah pada

berbagai jarak tanam ... 24 5. Hubungan bobot basah umbi per sampel pada pemberian beberapa

dosis kompos TKKS ... 27 6. Hubungan bobot kering umbi per sampel pada pemberian beberapa

dosis kompos TKKS ... 29

7. Hubungan bobot basah umbi per plot pada pemberian beberapa dosis kompos TKKS ... 30 8. Hubungan bobot kering umbi per plot pada pemberian beberapa

dosis kompos TKKS ... 32

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Bagan Plot Penelitian ... 41

2. Bagan Letak Tanaman Pada Plot ... 42

3. Jadwal Kegiatan Pelaksanaan Penelitian ... 45

4. Deskripsi Bawang Merah Varietas Medan ... 46

5. Kebutuhan Pupuk Tanaman Bawang Merah... 47

6. Data Analisis Tanah ... 49

7. Data Analisis Kompos TKKS ... 50

8. Data Curah Hujan Daerah Medan dan Sekitarnya ... 51

9. Data Pengamatan Tinggi Tanaman Umur 2 MST (cm) ... 52

10. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Umur 2 MST ... 52

11. Data Pengamatan Tinggi Tanaman Umur 3 MST (cm) ... 53

12. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Umur 3 MST ... 53

13. Data Pengamatan Tinggi Tanaman Umur 4 MST (cm) ... 54

14. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Umur 4 MST ... 54

15. Data Pengamatan Tinggi Tanaman Umur 5 MST (cm) ... 55

16. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Umur 5 MST ... 55

17. Data Pengamatan Tinggi Tanaman Umur 6 MST (cm) ... 56

18. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Umur 6 MST ... 56

19. Data Pengamatan Jumlah Daun Umur 2 MST (helai) ... 57

20. Sidik Ragam Jumlah Daun Umur 2 MST ... 57

21. Data Pengamatan Jumlah Daun Umur 3 MST (helai) ... 58

22. Sidik Ragam Jumlah Daun Umur 3 MST ... 58

23. Data Pengamatan Jumlah Daun Umur 4 MST (helai) ... 59

24. Sidik Ragam Jumlah Daun Umur 4 MST ... 59

25. Data Pengamatan Jumlah Daun Umur 5 MST (helai) ... 60

26. Sidik Ragam Jumlah Daun Umur 5 MST ... 60

27. Data Pengamatan Jumlah Daun Umur 6 MST (helai) ... 61

28. Sidik Ragam Jumlah Daun Umur 6 MST ... 61

29. Data Pengamatan Jumlah Anakan per Sampel Umur 2 MST (anakan) ... 62

30. Sidik Ragam Jumlah Anakan per Sampel Tanaman Umur 2 MST ... 62

31. Data pengamatan Jumlah Anakan per Sampel Umur 3 MST (anakan) .... 63

32. Sidik Ragam Jumlah Anakan per Sampel Umur 3 MST ... 63

33. Data pengamatan Jumlah Anakan per Sampel Umur 4 MST (anakan) .... 64

34. Sidik Ragam Jumlah Anakan per Sampel Umur 4 MST ... 64

35. Data pengamatan Jumlah Anakan per Sampel Umur 5 MST (anakan) .... 65

36. Sidik Ragam Jumlah Anakan per Sampel Umur 5 MST ... 65

37. Data pengamatan Jumlah Anakan per Sampel Umur 6 MST (anakan) .... 66

38. Sidik Ragam Jumlah Anakan per Sampel Umur 6 MST ... 66

(13)

39. Data Pengamatan Bobot Basah Umbi per Sampel (g) ... 67

40. Sidik Ragam Bobot Basah Umbi per Sampel ... 67

41. Data Pengamatan Bobot Kering Umbi per Sampel (g) ... 68

42. Sidik Ragam Bobot Kering Umbi per Sampel ... 68

43. Data Pengamatan Bobot Basah Umbi per Plot (g) ... 69

44. Sidik Ragam Bobot Basah Umbi per Plot ... 69

45. Data Pengamatan Bobot Kering Umbi per Plot (g) ... 70

46. Sidik Ragam Bobot Kering Umbi per Plot ... 70

47. Foto Umbi Per Perlakuan ... 71

(14)

ABSTRAK

Tombang Romario Simangunsong. Respons Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Terhadap Pemberian Kompos TKKS dan Jarak Tanam di Dataran Rendah, dibawah bimbingan Dr. Ir. Jonatan Ginting, MS dan Ir. Mbue Kata Bangun, MP. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respons pertumbuhan dan produksi bawang merah (Allium ascalonicum L.) dengan pemberian kompos tandan kosong kelapa sawit dan jarak tanam di dataran rendah. Penelitian dilakukan di lahan penduduk di Jl. Pasar I No 89, Kelurahan Tanjung Sari, Kecamatan Medan Selayang, Kota Medan pada Mei sampai Juli 2015, menggunakan Rancangan Petak Terpisah, dengan 2 faktor perlakuan dalam 3 ulangan. Petak utama yakni jarak tanam (20 cm x 20 cm, 20 cm x 15 cm dan 20 cm x 10 cm). Anak petak kompos TKKS (0 kg, 0,5 kg, 1 kg, 1,5 kg dan 2 kg). Parameter yang digunakan adalah panjang tanaman, jumlah daun, jumlah anakan,bobot basah per sampel, bobot kering per sampel, bobot basah per plot, bobot kering per plot. Hasil penelitian menunjukkan Pemberian kompos TKKS berpengaruh nyata terhadap bobot basah per sampel,bobot kering per sampel,bobot basah per plot dan bobot kering per plot. Penggunaan jarak tanam hanya berpengaruh nyata pada parameter panjang tanaman pada umur 6 MST. Interaksi tidak berbeda nyata antara pemberian kompos TKKS dan jarak tanam terhadap semua parameter yang diamati.

Kata kunci: Bawang Merah, Jarak Tanam, Kompos TKKS.

(15)

ABSTRACT

Tombang Romario Simangunsong. The growth and production responses of shallat (Allium ascalonicum L.) due to the giving of TKKS Compost and Plant

Spacing in the lowlands, supervised by Dr. Ir. Jonatan Ginting, MS and Ir. Mbue Kata Bangun, MP. This research was to study the response of the

growth and production of onion (Allium ascalonicum L.) due to the giving of oil palm empty fruit bunches compost and the plant spacing in the lowlands. This research was conducted at the land of citizens in Jl. Pasar I No. 89, Tanjung Sari Village, District of Medan Selayang from May to July 2015, and used Split Plot Design, with 2 factors and three replications. Main plot is the plant spacing

(20 cm x 20 cm, 20 cm x 15 cm and 20 cm x 10 cm). Sub plot is TKKS compost

(0 kg, 0,5 kg, 1 g, 1,5 kg and 2 kg). The parameters which used were plant length, total of leaves, total of tillers, the fresh weight per sample, the dry weight per sample, the fresh weight per plot, the dry weight per plot. The results showed that the giving of TKKS compost was significantly affected to the fresh weight per sample,the dry weight per sample, fresh weight per plot and dry weight per plot. The use of plant spacing only showed significantly effect on the plant length parameter at the age of 6 WAP. There interaction was not significantly different between the giving of TKKS compost and plant spacing on all parameters observed.

Keywords: Shallat, Plant Spacing, TKKS Compost.

(16)

PENDAHULUAN

Latar belakang

Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai bumbu penyedap makanan serta bahan obat tradisional (Deptan, 2007).

Komponen pertumbuhan areal panen (4,3 %) ternyata lebih banyak memberikan kontribusi terhadap produksi bawang merah Indonesia, pada tahun 2009 adalah 965.164 ton, tahun 2010 adalah 1.048.193 ton, tahun 2011 adalah 893.124 ton, tahun 2012 adalah 964.221 ton. Dari data tersebut, terlihat bahwa produksi bawang merah Indonesia terjadi penurunan pada tahun 2011 sebesar 155.810 ton (BPS, 2014).

Daerah sentra produksi bawang merah dicerminkan dari luas panen setiap tahun. Areal panen tertinggi terdapat di Jawa Tengah (>30.000 ha per tahun), Jawa Timur (>20.000 ha per tahun) dan Jawa Barat (± 15.000 ha per tahun). Luas panen di provinsi NTT, Sulawesi Selatan dan Sumatera Utara masing-masing berkisar 5.000 ha per tahun, sedangkan di provinsi lain relatif lebih sedikit (Pitojo, 2003).

(17)

Dari data tersebut produksi bawang merah masih tergolong rendah. Selama ini bawang merah ditanam di dataran tinggi. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan tersebut, salah satu alternatif adalah menanam varietas bawang merah yang mampu beradaptasi dengan dataran lingkungan rendah, walaupun biasanya produksinya lebih rendah dengan penanaman di dataran tinggi. Salah satu varietas yang dikenal untuk dibudidayakan di dataran rendah adalah varietas medan.

Tujuan pengaturan jarak tanam pada dasarnya adalah memberikan kemungkinan tanaman untuk tumbuh baik tanpa mengalami persaingan dalam hal pengambilan air, unsur hara dan cahaya matahari, serta memudahkan pemeliharaan tanaman. Penggunaan jarak tanam yang kurang tepat dapat

merangsang pertumbuhan gulma sehingga dapat menurunkan hasil (Rahayu dan Berlian, 1999).

(18)

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian guna mengetahui tanggap pertumbuhan dan produksi bawang merah terhadap pemberian kompos tandan kosong kelapa sawit dan jarak tanam di dataran rendah. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui respons pertumbuhan dan produksi bawang merah (Allium ascalonicum L.) dengan pemberian kompos tandan kosong

kelapa sawit dan jarak tanam di dataran rendah. Hipotesis Penelitian

a. Ada pengaruh pemberian kompos tandan kosong kelapa sawit terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah

b. Ada pengaruh jarak tanam terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah

c. Ada interaksi antara pemberian kompos tandan kosong kelapa sawit dengan jarak tanam terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah Kegunaan Penelitian

(19)

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman

Bawang merah termasuk dalam Kingdom : Plantae; Divisi : Spermatophyta; Sub Divisi : Angiospermae; Kelas : Monocotyledonae;

Ordo : Liliales; Familia : Liliaceae; Genus : Allium ; Spesies : Allium ascalonicum L. (Suminah et al., 2002).

Tanaman mempunyai akar serabut dengan daun berbentuk silinder berongga. Umbi terbentuk dari pangkal daun yang bersatu dan membentuk batang yang berubah bentuk dan fungsi, membesar dan membentuk umbi berlapis (Hervani et al., 2008).

Bentuk daun bawang seperti pipa, yakni bulat kecil memanjang antara 50 – 70 cm, berlubang, bagian ujungnya meruncing, berwarna hijau muda sampai hijau tua, dan letak daun melekat pada tangkai yang ukurannya relatif pendek (Rukmana, 1995).

Bawang merah memiliki umbi lapis yang bervariasi. Ada yang berbentuk bulat, bundar seperti gasing terbalik sampai pipih. Ukuran umbi ada yang besar, sedang dan kecil. Warna kulit umbi ada yang kuning, merah muda, hingga merah tua ataupun merah keunguan. Baik biji maupun umbi lapis dapat dijadikan sebagai bahan perbanyakan tanaman (Jaelani, 2007).

(20)

berbentuk agak pipih dan berukuran kecil. Pada waktu masih muda, biji berwarna putih bening dan setelah tua berwarna hitam (Pitojo, 2003).

Kelemahan biji bawang merah adalah membutuhkan waktu budidaya yang lebih lama, karena membutuhkan pembibitan. Biji bawang merah membutuhkan perlakuan penyemaian dengan waktu 30 hari dan akan dipanen 60-70 hari setelah pindah tanam. Umur tanaman bawang merah di dataran tinggi memiliki umur yang lebih panjang yaitu 118 hari setelah tanam. Pertumbuhan optimal terjadi pada umur 84 HST. Di Brebes dilaporkan bawang merah dengan biji memiliki umur 70-80 hari setelah pindah tanam (Sumarni dan Rosliani, 2010).

Syarat Tumbuh Iklim

Tanaman bawang merah lebih senang tumbuh di daerah beriklim kering. Tanaman bawang merah peka terhadap curah hujan dan intensitas hujan yang tinggi, serta cuaca berkabut. Tanaman ini membutuhkan penyinaran cahaya matahari yang maksimal (minimal 70% penyinaran), suhu udara 25-320C, dan kelembaban nisbi 50-70% (AAK, 2004).

Di Indonesia bawang merah dapat ditanam di dataran rendah sampai ketinggian 1000 m di atas permukaan laut. Ketingian tempat yang optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan bawang merah adalah 0-450 m di atas permukaan laut (Wibowo, 2007).

(21)

22°C tanaman bawang merah tidak akan berumbi. Oleh karena itu, tanaman bawang merah lebih menyukai tumbuh di dataran rendah dengan iklim yang cerah (Rismunandar, 1986).

Agar dapat tumbuh dengan baik, tanaman bawang merah harus di tanam pada kondisi lingkungan yang cocok. Tanaman bawang merah paling menyukai daerah yang beriklim kering, suhu udara yang agak panas, tempat terbuka atau cukup terkena sinar matahari, dan tidak berkabut. Daerah yang berkabut kurang baik terhadap pertumbuhan tanaman bawang merah karena dapat menimbulkan penyakit. Selain itu, daerah yang terlindung dapat menyebabkan pembentukan umbi bawang merah tidak maksimal (Nasution, 2008).

Tanah

Tanaman ini memerlukan tanah berstruktur remah, tekstur sedang sampai liat, drinase / aerase baik, mengandung bahan organik, dan reaksi tanah tidak masam (pH tanah : 5,6 - 6,5). Tanah yang paling cocok untuk tanaman bawang merah adalah tanah Aluvial atau kombinasinya dengan tanah humus (Rahayu dan Berlian, 1999).

Bawang merah dapat tumbuh hampir pada semua jenis tanah dan menyukai jenis tanah lempung berpasir. Di Indonesia 70 % penanaman dilakukan pada dataran rendah di bawah 450 meter. Bawang merah membutuhkan banyak air tetapi kondisi yang basah menyebabkan penyakit busuk. Tanah yang cukup lembab dan air tidak menggenang disukai oleh tanaman bawang merah (Rismunandar, 1989).

(22)

ketinggian kurang dari 200 m di atas permukaan laut. Selain itu, bawang merah

juga cukup luas diusahakan pada jenis tanah Andosol, tipe iklim B2/C2 yaitu (5-9) bulan basah dan (2-4) bulan kering dan ketinggian lebih dari 500 m di atas

permukaan laut (Nurmalinda dan Suwandi, 1995).

Waktu tanam bawang merah yang baik adalah pada musim kemarau dengan ketersediaan air pengairan yang cukup, yaitu pada bulan April/Mei setelah panen padi dan pada bulan Juli/Agustus. Penanaman bawang merah di musim kemarau biasanya dilaksanakan pada lahan bekas padi sawah atau tebu, sedangkan penanaman di musim hujan dilakukan pada lahan tegalan. Bawang merah dapat

ditanam secara tumpangsari, seperti dengan tanaman cabai merah (Sutarya dan Grubben, 1995).

Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit

(23)

selulosa dalam TKKS menyebabkan bahan tersebut sulit mengalami proses dekompsisi (Kasli, 2008).

Fungsi TKKS antara lain adalah konservasi air, perbaikan truktur tanah, dan penyediaan beberapa unsur hara. Dalam hal konservasi air, pupuk organik turut menjamin agar air tetap tersedia bagi tanaman dan tidak segera turun ke lapisan bawah tanah. Ketersediaan air tersebut juga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan tanaman akan air. Air tersebut juga berfungsi melarutkan unsur-unsur hara yang pada mulanya tidak tersedia bagi tanaman. Proses pelarutan ini sangat penting karena unsur-unsur hara hanya dapat tersedia bagi tanaman dalam bentuk larutan. Selain itu, bahan-bahan organik juga memperkecil laju pencucian (leaching), yaitu pelenyapan unsur-unsur hara yang telah terlarutkan karena terbawa turun bersama kelebihan air. Perbaikan struktur tanah di sini mengandung arti mencegah terjadinya kompaksi (pemadatan) tanah, sehingga pori-pori tanah tersedia dalam jumlah yang mencukupi. Fungsi pori-pori tanah adalah menjamin tersedianya oksigen bagi akar untuk pernafasan, memungkinkan penetrasi akar dalam tanah, dan memberi peluang bagi terjadinya evaporasi dari dalam tanah (Mangoensoekarja dan Semangun, 2008).

Jarak Tanam

(24)

hasil. Secara umum hasil tanaman persatuan luas tertinggi diperoleh pada kerapatan tanaman tinggi, akan tetapi bobot masing – masing umbi umbi secara

individu menurun karena terjadi persaingan antara tanaman (Sumarni dan Hidayat, 2005).

Adanya interaksi diantara tanaman yang berdekatan merupakan fungsi dari jarak tanam dan besarnya tanaman yanhg bersangkutan. Disamping populasi tanaman, pengaturan jarak tanam menjadi penting dalam mengoptimalkan penggunaan faktor lingkungan. Terdapat beberapa sistem pengaturan jarak tanam dilapangan yang mungkin mempengaruhi hasil produksi tanaman antara lain bentuk empat persegi atau bujur sangkar, bentuk barisan dengan jarak tanam dalam baris teratur atau tidak dan arah barisan yaitu Utara – Selatan atau Barat – Timur (Jumin, 2002).

Jumlah populasi tanaman per/ha merupakan faktor penting untuk mendapatkan hasil suatu tanaman yang maksimal dapat dicapai bila menggunakan jarak tanam yang tepat. Semakin tinggi tingkat kerapatan tanam akan mengakibatkan tingkat persaingan yang besar antar tanaman dalam hal mendapatkan unsur hara, air dan cahaya matahari (Palungkun dan Budiarti, 1993).

(25)

akan menurunkan produksi tanaman tersebut. Sebaliknya produksi persatuan tanaman akan turun secara terus menerus dengan bertambahnya kerapatan tanaman. Keadaan ini terjadi karena pengaruh kompetisi. Adanya persamaan kebutuhan di antara tanaman yang sejenis akan dapat menyebabkan terjadinya kompetisi apabila factor yang dibutuhkan tersebut dalam keadaan kurang. Dengan demikian tinggi rendahnya populasi merupakan factor penentu terhadap besar kecilnya kompetisi.

(26)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada lahan penduduk Jl. Pasar I No 89, Kelurahan Tanjung Sari, Kecamatan Medan Selayang, Kota Medan dengan ketinggian + 25 meter diatas permukaan laut, mulai bulan Mei sampai Juli 2015. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih bawang merah varietas Medan, kompos tandan kosong kelapa sawit, air, urea, TSP, KCl, insektisida Decis 2,5 EC dan fungisida Ortocide 50 WP.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, gembor, meteran, timbangan analitik, kamera, pacak sampel, dan alat tulis.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Petak Terpisah (RPT) dengan 2 faktor perlakuan yaitu :

Jarak Tanam (J) (Petak Utama) yang terdiri atas 3 taraf, yaitu : J1 = Jarak tanam 20 cm x 20 cm

J2 = Jarak tanam 20 cm x 15 cm J3 = Jarak tanam 20 cm x 10 cm

Kompos TKKS (T) (Anak Petak) yang terdiri atas 5 taraf, yaitu : T0 = 0 ton/ha (0 kg/plot)

(27)

Jumlah ulangan (Blok) : 3 ulangan Jumlah petak utama : 3 plot Jumlah anak petak : 5 plot Jarak antar petak utama : 30 cm Jarak antar anak petak : 50 cm Jarak antar blok : 50 cm Jumlah tanaman per anak petak (J1) : 25 tanaman Jumlah tanaman per anak petak (J2) : 35 tanaman Jumlah tanaman per anak petak (J3) : 50 tanaman Jumlah tanaman seluruhnya : 1650 tanaman Jumlah sampel per anak petak : 5 tanaman Jumlah sampel seluruhnya : 225 tanaman Model Linear Aditif dari Rancangan di Atas adalah:

Yijk = μ + ρi + αj + εij + βk + (αβ)jk + εijk i = 1, 2, 3 j = 1, 2 ,3 k = 1, 2, 3,4,5 Keterangan:

Yijk : Nilai pengamatan karena pengaruh faktor jarak tanam taraf ke-j dan faktor kompos TKKS taraf ke-k pada ulangan ke-i

μ : Nilai tengah umum ρi : Efek blok ke-i

αj : Pengaruh faktor jarak tanam (petak utama) yang ke-j

εij : Pengaruh sisa untuk petak utama atau pengaruh sisa karena pengaruh faktor T taraf ke-i pada kelompok ke-k

(28)

(αβ)jk : Interaksi faktor jarak tanam yang ke-j dan kompos TKKS yang ke-k εijk : Pengaruh sisa untuk anak petak atau pengaruh sisa karena pengaruh

faktor jarak tanam taraf ke-j dan faktor kompos TKKS ke-k pada kelompok ke-i

Terhadap sidik ragam yang nyata, dilanjutkan analisis lanjutan dengan menggunakan analisis regresi dan uji duncan pada taraf 5 % (Gomez, 1995). Pelaksanaan Penelitian

Persiapan Lahan

Sebelum areal diolah, terlebih dahulu areal dibersihkan dari rerumputan, sisa-sisa tanaman dan batu-batuan. Pengolahan tanah dilakukan dengan mencangkul tanah sedalam ± 30 cm dengan cara membalikkan tanah. Pengolahan dilaksanakan dengan tujuan menghancurkan dan menghaluskan tanah. Setelah pengolahan tanah selesai, dilaksanakan penggaruan dan membersihkan areal pertanaman dari rumput-rumputan kemudian diratakan, lalu dibuat plot sesuai dengan metode penelitian.

Persiapan Bibit

Untuk bibit yang akan dipakai, pilih bibit dengan beratnya relatif sama yaitu 5 g/siung, kemudian kulit yang paling luar yang telah mengering dibersihkan serta sisa - sisa akar yang masih ada.

Pemupukan

(29)

pupuk dilakukan secara tugal di sekitar lubang tanam. Pemupukan urea dilakukan 2 kali pada saat penanaman dan pada saat tanaman berumur 30 HST. Pemupukan TSP dan KCl dilakukan pada saat penanaman.

Penanaman

Penanaman dilakukan dengan membuat lubang tanam yang ditugal pada areal tanam sedalam 1-2 cm, kemudian dimasukkan satu umbi per lubang tanam. Umbi bawang merah dimasukkan ke dalam lubang tanaman dengan gerakan seperti memutar sekerup, sehingga ujung umbi tampak rata dengan permukaan tanah. Tidak dianjurkan untuk menanam terlalu dalam, karena umbi mudah mengalami pembusukan.

Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman terdiri dari penyiraman, penyulaman, pemupukan, penyiangan dan pembumbunan dan pengendalian hama dan penyakit

Penyiraman

Penyiraman dilakukan setiap hari yaitu pagi atau sore hari. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor. Pada waktu pembentukan umbi, intensitas penyiraman ditingkatkan dan dilakukan agar tanah tetap basah sepanjang hari karena tanaman membutuhkan banyak air untuk membantu pembentukan umbi.

Penyulaman

(30)

Bahan sisipan dipilih bibit tanaman bebas hama dan penyakit, untuk mengurangi resiko kematian.

Penyiangan

Penyiangan dilakukan secara manual dengan mencabut gulma sekaligus menggemburkan tanah setiap satu minggu sekali. Penyiangan dilakukan untuk menghindari kemungkinan tanaman bawang dijadikan inang hama ulat bawang. Pada saat penyiangan dilakukan pengambilan telur ulat bawang

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dilakukan dengan penyemprotan insektisida Decis 2,5 EC konsentrasi 1 cc / liter air. Sedangkan pengendalian penyakit dengan penyemprotan fungisida Ortocide 50 WP dengan dosis 1 g / liter air. Pengendalian dilaksanakan sesuai dengan kondisi dilapangan.

Panen

Panen dilakukan pada saat bawang merah berumur 70 hari setelah tanam setelah 75 % daun bagian atas telah menguning dan rebah. Pemanenan dilakukan dengan cara mencabut seluruh bagian tanaman dengan hati-hati dan dihindarkan agar akarnya tidak putus.

Pengamatan Parameter Tinggi Tanaman (cm)

(31)

Jumlah Anakan per Sampel (anakan)

Jumlah anakan dihitung pada setiap setiap rumpun dan dilakukan untuk semua tanaman sampel bawang dalam plot. Pengambilan data dimulai dari umur tanaman 2 MST sampai 6 MST dengan interval satu minggu sekali.

Jumlah Daun per Sampel (helai)

Dihitung jumlah daun dari seluruh tanaman. Dilakukan bersamaan dengan pengukuran tinggi tananam. Perhitungan dilakukan pada masing-masing rumpun. Jumlah daun per rumpun dihitung dengan cara menghitung jumlah seluruh daun yang muncul pada anakan untuk setiap rumpunnya yang dimulai dari umur tanaman 2 MST sampai 6 MST dengan interval satu minggu sekali.

Bobot Basah Umbi per Sampel (g)

Umbi per rumpun ditimbang setelah dibersihkan dalam keadaan basah. Bobot umbi basah per sample ditimbang setelah dipanen. Dengan syarat umbi bersih dari tanah dan kotoran serta daun dipotong ± 1 cm dari umbi.

Bobot Kering Umbi per Sampel(g)

Umbi yang telah diketahui berat basahnya per rumpun , dapat dikering anginkan. Dan setelahnya umbi kering dapat ditimbang.

Bobot Basah Umbi per Plot (g)

Umbi yang telah diketahui bobot basah per rumpun digabungkan dengan umbi per plot dan ditimbang.

Bobot Kering Umbi per Plot (g)

(32)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 9-46) diketahui bahwa penerapan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman umur 6 MST. Pemberian kompos TKKS berpengaruh nyata terhadap parameter bobot basah umbi per sampel, bobot kering umbi per sampel, bobot basah umbi per plot dan bobot kering umbi per plot. Interaksi antara jarak tanam dan kompos TKKS berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter pengamatan.

Tinggi Tanaman (cm)

(33)

Data tinggi tanaman umur 2-6 MST pada perlakuan kompos TKKS dan jarak tanam dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Rataan tinggi tanaman (cm) bawang merah umur 2-6 MST pada perlakuan pemberian kompos TKKS dan jarak tanam.

Jarak Tanam Kompos TKKS Rataan

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan taraf 5%.

Berdasarkan tabel 1 tampak bahwa penerapan jarak tanaman pada perlakuan J2 (20 cm x 15 cm) menghasilkan tanaman tertinggi yaitu 21,52 cm dan tanaman terendah tampak pada perlakuan J1 (20 cm x 20 cm) yakni 20,45 cm.

(34)
(35)

Berdasarkan gambar 2 di atas terlihat bahwa pertumbuhan tinggi tanaman pada perlakuan jarak tanam yaitu : J1 (20 cm x 20 cm), J2 (20 cm x 15 cm) dan J3 (20 cm x 10 cm) memiliki pengaruh yang tidak nyata. Tinggi tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan J2 (20 cm x 15 cm) menghasilkan tanaman tertinggi yaitu 21,52 cm dan tanaman terendah tampak pada perlakuan J1 (20 cm x 20 cm) yakni 20,45 cm.

Jumlah Daun per Sampel (helai)

Data pengamatan jumlah daun mulai pengamatan 2, 3, 4, 5, 6 MST dicantumkan pada lampiran 19, 21, 23, 25, dan 27 sedangkan hasil sidik ragam masing-masing pengamatan dicantumkan pada lampiran 20, 22, 24, 26, dan 28. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa penerapan jarak tanam, pemberian kompos TKKS serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun.

(36)

\Tabel 2. Rataan jumlah daun (helai)per sampel bawang merah umur 2-6 MST pada perlakuan kompos TKKS dan jarak tanam.

Jarak Tanam Kompos TKKS Rataan

T0 T1 T2 T3 T4

(37)

Gambar 3. Perkembangan jumlah daun per sampel bawang merah pada berbagai

Jumlah Anakan per Sampel (anakan)

(38)

Tabel 3. Rataan jumlah anakan per sampel (anakan) bawang merah 2-6 MST pada perlakuan kompos TKKS dan jarak tanam.

Jarak Tanam Kompos TKKS Rataan

T0 T1 T2 T3 T4

Tabel 3 menunjukkan jumlah anakan tertinggi bawang merah terbanyak diperoleh pada perlakuan J1 (20 cm x 20 cm) yaitu 5,93 dan jumlah anakan terendah tampak pada perlakuan J2 (20 cm x 15 cm) yaitu 5,76.

(39)

Perkembangan jumlah anakan per sampel pada berbagai jarak tanam dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 4. Perkembangan jumlah anakan per sampel bawang merah pada berbagai jarak tanam.

Berdasarkan gambar 4 di atas terlihat bahwa pertumbuhan jumlah anakan pada perlakuan jarak tanam yaitu : J1 (20 cm x 20 cm), J2 (20 cm x 15 cm) dan J3 (20 cm x 10 cm) memiliki pengaruh yang tidak nyata. Jumlah anakan tertinggi diperoleh pada perlakuan J1 (5,93 cm) dan terendah pada perlakuan J2 (5,76 cm). Hal ini menyebabkan perlakuan jarak tanam berbeda tidak nyata terhadap jumlah anakan bawang merah.

Bobot Basah Umbi per Sampel (g)

Berdasarkan hasil sidik ragam (lampiran 40), diketahui bahwa penerapan jarak tanaman berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah umbi per sampel. Untuk pemberian kompos TKKS berpengaruh nyata terhadap bobot basah umbi

(40)

per sampel serta interaksi antara keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah umbi per sampel.

Data bobot basah umbi per sampel bawang merah pada perlakuan kompos TKKS dan jarak tanam dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Rataan bobot basah umbi per sampel (g) bawang merah pada perlakuan kompos TKKS dan jarak tanam.

Jarak Tanam Kompos TKKS Rataan

T0 T1 T2 T3 T4

(0 kg) (0,5 kg) (1 kg) (1,5 kg) (2 kg)

J1(20 cm x 20 cm) 4,66 9,75 8,15 12,89 12,75 9,64

J2(20 cm x 15 cm) 3,32 7,69 10,72 9,79 9,09 8,12

J3(20 cm x 10 cm) 3,64 7,55 9,86 8,07 12,23 8,27

Rataan 3,87b 8,33a 9,58a 10,25a 11,36a

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan taraf 5%.

Tabel 4 menunjukkan bahwa bobot basah umbi per sampel tertinggi diperoleh pada perlakuan J1 (20 cm x 20 cm) yaitu 9,64 g dan terendah pada J2 (20 cm x 15 cm) yaitu 8,12 g.

(41)

Gambar 5. Hubungan bobot basah umbi per sampel pada pemberian beberapa dosis kompos TKKS.

Pada gambar 5 memperlihatkan terdapat hubungan linear positif antara bobot basah per sampel dengan perlakuan kompos TKKS, dimana bobot basah per sampel pada J1 yaitu 13,505 g pada J2 sebesar 10,850 g dan J3sebesar 11,813 g. Bobot Kering Umbi per Sampel (g)

Berdasarkan hasil sidik ragam (lampiran 42), diketahui bahwa penerapan jarak tanaman berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering umbi per sampel tanaman. Untuk pemberian kompos TKKS berpengaruh nyata terhadap bobot kering umbi per sampel tanaman serta interaksi antara keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering umbi per sampel.

Data bobot kering umbi per sampel bawang merah pada perlakuan kompos TKKS dan jarak tanam dapat dilihat pada tabel 5.

(42)

Tabel 5. Rataan bobot kering umbi per sampel (g) bawang merah pada perlakuan kompos TKKS dan jarak tanam.

Jarak Tanam Kompos TKKS Rataan

T0 T1 T2 T3 T4

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan taraf 5%.

Tabel 5 menunjukkan bahwa bobot kering umbi per sampel tertinggi diperoleh pada perlakuan J1 (20 cm x 20 cm) yaitu 7,51 g dan terendah pada J2 (20 cm x 15 cm) yaitu 6,25 g.

Grafik hubungan pemberian beberapa dosis kompos TKKS terhadap bobot basah umbi per sampel tanaman bawang merah dapat dilihat pada gambar 5 berikutini.

(43)

Pada gambar 6 memperlihatkan terdapat hubungan kuadratik positif antara bobot kering umbi per sampel dengan perlakuan kompos TKKS, dimana bobot kering umbi per sampel akan meningkat sampai pada pemberian dosis maksimum kompos TKKS dimana pada J1 adalah 3,61 kg/plot dengan bobot kering umbi per sampel 12,105 g pada J2 dengan pemberian 1,324 kg/plot dengan bobot kering umbi per sampel 8,485 g dan pada J3 dengan pemberian 1,815 kg/ plot dengan bobot kering umbi per sampel 9,785 g.

Bobot Basah Umbi per Plot (g)

Berdasarkan hasil sidik ragam (lampiran 44), diketahui bahwa penerapan jarak tanaman berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah umbi per plot. Untuk pemberian kompos TKKS berpengaruh nyata terhadap bobot basah umbi per plot. serta interaksi antara keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah umbi per plot.

Data bobot basah umbi per plot bawang merah pada perlakuan kompos TKKS dan jarak tanam dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Rataan bobot basah umbi per plot (g) bawang merah pada perlakuan kompos TKKS dan jarak tanam.

Jarak Tanam Kompos TKKS Rataan

(44)

Tabel 6 menunjukkan bahwa bobot basah umbi per plot tertinggi diperoleh pada perlakuan J3 (20 cm x 10 cm) yaitu 231,39 g dan terendah pada J1 (20 cm x 20 cm) yaitu 186,45 g.

Bobot basah umbi per plot bawang merah tertinggi pada perlakuan kompos TKKS diperoleh pada perlakuan T4 (2 kg/plot) yaitu 255,40 g dan terendah pada T0 (kontrol) yaitu 100,41 g. Semakin banyak kompos TKKS yang diberikan maka semakin tinggi bobot basah umbi per plot yang dihasilkan.

Hubungan bobot basah umbi per plot bawang merah dengan pemberian beberapa dosis kompos TKKS dapat dilihat pada gambar 7.

Gambar 7. Hubungan bobot basah umbi per plot pada pemberian beberapa dosis kompos TKKS.

(45)

kompos TKKS dimana pada J1 adalah 1,87 kg/plot dengan bobot basah umbi per plot 234,86 g pada J2 dengan pemberian 1,44 kg/plot dengan bobot basah umbi per plot 240,59 g dan pada J3 dengan pemberian 1,527 kg/ plot dengan bobot basah umbi per plot 265,15 g.

Bobot Kering Umbi per Plot (g)

Berdasarkan hasil sidik ragam (lampiran 46), diketahui bahwa penerapan jarak tanaman berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering umbi per plot. Untuk pemberian kompos TKKS berpengaruh nyata terhadap bobot kering umbi per plot. Serta interaksi antara keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering umbi per plot.

Data bobot kering umbi per plot bawang merah pada perlakuan kompos TKKS dan jarak tanam dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Rataan bobot kering umbi per plot (g) bawang merah pada perlakuan kompos TKKS dan jarak tanam.

Jarak Tanam Kompos TKKS Rataan

T0 T1 T2 T3 T4

(0 kg) (0,5 kg) (1 kg) (1,5 kg) (2 kg)

J1(20 cm x 20 cm) 77,14 130,99 185,35 162,50 191,75 149,55

J2(20 cm x 15 cm) 69,29 149,19 200,39 169,64 195,67 156,84

J3(20 cm x 10 cm) 84,68 183,17 222,95 210,99 261,25 192,61

Rataan 77,04c 154,45b 202,90ab 181,04ab 216,22a

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan taraf 5%.

Tabel 7 menunjukkan bahwa bobot kering umbi per plot tertinggi diperoleh pada perlakuan J3 (20 cm x 10 cm) yaitu 192,61 g dan terendah pada J1 (20 cm x 20 cm) yaitu 149,55 g.

(46)

Gambar 8. Hubungan bobot kering umbi per plot pada pemberian beberapa dosis kompos TKKS.

Pada gambar 8 memperlihatkan terdapat hubungan kuadratik positif antara bobot kering umbi per plot dengan perlakuan kompos TKKS, dimana bobot kering umbi per plot akan meningkat sampai pada pemberian dosis optimum kompos TKKS dimana pada J1 adalah 1,72 kg/plot dengan bobot kering umbi per plot 186,28 g pada J2 dengan pemberian 1,50 kg/plot dengan bobot kering umbi per plot 201,9 g dan pada J3 dengan pemberian 1,899 kg/ plot dengan bobot kering umbi per plot 230 g.

Pembahasan

Pengaruh jarak tanam terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah

(47)

rumpun, bobot basah umbi per sampel, bobot basah umbi per plot, bobot kering umbi per sampel dan bobot kering umbi per plot.

Pada parameter tinggi tanaman, jarak tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 6 MST. Pada tinggi tanaman 6 MST tanaman tertinggi terdapat pada jarak tanam 20 cm x 10 cm sedangkan yang terendah pada jarak tanam 20 cm x 20 cm. Tanaman yang mempunyai jarak tanam yang rapat akan mengakibatkan pemanjangan daun sehingga tanaman menjadi lebih tinggi. Hal ini didukung oleh pernyataan Putra (2012) yang menyatakan bahwa daun lebih cepat memanjang ketika menerima sedikit cahaya, karena adanya etiolasi. Semakin rapat jarak tanam, maka cahaya yang diterima oleh tanaman semakin berkurang karena adanya persaingan antar tanaman dalam mendapatkan cahaya matahari. Hal ini sejalan dengan literatur dari Budiastuti (2000) yang menyatakan bahwa beberapa penelitian tentang jarak tanam menunjukkan bahwa semakin rapat jarak tanam, maka semakin tinggi tanaman tersebut. Tanaman yang diusahakan pada musim kering dengan jarak tanam rapat akan berakibat pada pemanjangan ruas, oleh karena jumlah cahaya yang dapat mengenai tubuh tanaman berkurang. Akibat lebih jauh terjadi peningkatan aktifitas auksin sehingga sel-sel tumbuh memanjang.

(48)

atau suatu daun menaungi daun lainnya sehingga berpengaruh pada proses fotosintesis sehingga terjadi penurunan produksi.

Jarak tanam berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah umbi per sampel, bobot kering umbi per sampel dan jarak tanam 20 cm x 20 cm cenderung menunjukan hasil tertinggi dibandingkan dengan jarak tanam yang lain sedangkan bobot basah umbi per plot dan bobot kering umbi per plot jarak tanam 20 cm x 10 cm menunjukan hasil tertinggi dibandingkan dengan jarak tanam yang lain.

Pengaruh pemberian kompos TKKS terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah

Berdasarkan hasil pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan pemberian kompos TKKS berpengaruh nyata terhadap parameter bobot basah umbi per sampel, bobot basah umbi per plot, bobot kering umbi per sampel dan bobot kering umbi per plot dan berpengaruh tidak nyata terhadap parameter panjang tanaman, jumlah daun dan jumlah anakan.

(49)

menjadi warna daun lebih hijau, dapat menambah laju fotosintat serta meningkatkan rasio pucuk. Hal ini sesuai dengan Damanik (2010) yang menyatakan bahwa peranan nitrogen adalah pertumbuhan tanaman supaya dapat membangun sel-sel baru, meningkatkan ukuran sel, meningkatkan bagian protoplasma, membuat daun berwarna lebih hijau dan mampu bertahan lebih lama dan membuat keterlambatan pematangaan. Serapan nitrogen selama pertumbuhan tanaman tidak selalu sama pada tingkat kesuburan yang sama. Banyaknya nitrogen yang diserap tanaman setiap per satuan berat tanaman adalah maksimum pada tanaman masih muda dan berangsur menurut dengan bertambahnya umur tanaman.

(50)

penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta hasil umbi bawang merah. Unsur hara N merupakan bahan pembangun protein, asam nukleat, enzim, nukleoprotein dan alkaloid. Defisiensi N akan membatasi pembelahan dan pembesaran sel. Hal ini sejalan dengan Literatur Tjionger (2010) yang mengemukakan bahwa pada pertanaman bawang merah biasanya dibutuhkan unsur kalium yang cukup tinggi yang penting untuk pembentukan umbi. Kalium dalam tanaman sangat penting yaitu berperan sebagai kofaktor enzim dalam proses metabolisme tanaman, regulasi stomata dan asimilasi CO. Kekurangan kalium menyebabkan umbi kecil sehingga produksi menurun.

Interaksi jarak tanam dan kompos TKKS terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah

(51)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pemberian kompos TKKS berpengaruh nyata meningkatkan bobot basah per sampel, bobot kering per sampel, bobot basah per plot dan bobot kering per plot dimana terbaik pada pemberian 1,899 kg/plot dapat meningkatkan bobot basah per plot sebesar 232 g.

2. Penggunaan jarak tanam hanya berpengaruh nyata pada parameter tinggi tanaman pada umur 6 MST yakni pada J2 sebesar 21,58 g.

3. Tidak ada interaksi antara pemberian kompos TKKS dan jarak tanam terhadap semua parameter yang diamati.

Saran

(52)

DAFTAR PUSTAKA

AAK, 2004. Pedoman Bertanam Bawang, Kanisius, Yogyakarta.

Afrida, E. 2005. Efektifitas Penggunaan Pupuk Organik A32 dan Jarak Tanam

Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) Varietas Brebes. Bidang Ilmu Pertanian. 3:46-47.

BPS. 2014. Produksi Bawang Merah Sumatera Utara. Biro Statistik Sumatera Utara, Medan.

Budiastuti, S. 2000. Penggunaan Triakontanol dan Jarak Tanam Pada Tanaman Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.). Agrosains, Vol 2:59-63.

Damanik, MMB., Hasibuan, B.E., Fauzi, Sarifuddin, Hanum, H., 2010. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. USU Press. Medan.

Deptan, 2007. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Bawang Merah. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.

Hervani, D., Lili, S., Etti, S., dan Erbasrida. 2008. Teknologi Budidaya Bawang Merah pada Beberapa Media dalam Pot di Kota Padang. Universitas Andalas. Padang.

Jaelani, S.Si. 2007. Khasiat Bawang Merah. Kanisius. Yogyakarta. Jumin, H.B. 2007. Agronomi. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Kasli, 2008. Pembuatan Pupuk Hayati Hasil Dekomposisi Beberapa Limbah Organik dengan Dekomposernya. Jerami Vol. I no 3 September-Desember 2008.

Mangoensoekarjo, S., dan H. Semangun, 2008. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Gadjah Mada University-Press. Yogyakarta.

Mursito, D dan Kawiji. 2001. Pengaruh Kerapatan Tanam dan Kedalaman Olah Tanah Terhadap Hasil Umbi Lobak (Raphanus sativus L.). Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Napitupulu, D dan L. Winarto. 2009. Pengaruh Pemberian Pupuk N Dan K Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Bawang Merah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara, J-Hort.20 (1) : 22-35 2010.

(53)

Ningtyas, V. A. Dan L. A. Astuti. 2009. Pemanfaatan TKKS Sisa Media Jamur Merang (Volvariella volvacea) Sebagai Pupuk Organik dengan Pemanfaatan Aktivator Effective Microorganism EM-4. Laboratorium Pengelolaan Limbah Industri – Teknik Kimia. Fakultas Teknologi Industri, ITS, Surabaya.

Nurmalinda dan Suwandi. 1995. Potensi Wilayah Pengembangan Bawang Merah. Teknologi Produksi Bawang Merah. Puslitbang Hortikultura. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta.

Palungkun dan A.Budiarti. 1993. Bawang merah dataran rendah. PT. Penebar Swadaya, Jakarta.

Pitojo, S., 2003. Benih Bawang Merah. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Putra, R. Y. 2012. Respons Pertumbuhan dan Hasil Bawang Sabrang (Eleuthrine americana Merr.) pada Berbagai Jarak Tanam dan Berbagai Tingkat Pemotongan Umbi.Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan. Rahayu, E, dan Berlian, N. 1999. Bawang Merah. Penebar Swadaya, Jakarta. Rismunandar. 1986. Membudidayakan Lima Jenis Bawang. Penerbit Sinar Baru

Bandung.

Rismunandar, 1989. Membudidayakan 5 Jenis Bawang. Sinar Baru, Bandung. Rukmana, R, 1995. Bawang Merah Budidaya dan Pengolahan Pasca Panen.

Kanisius, Jakarta.

Gomez, K.A. dan Gomez A.A. (1995). Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian. Edisi Kedua. (Terjemahan). E. Syamsudin dan J. S. Baharsjah

.

Jakarta : UI– Press, hal : 214 – 220, 368

Steel, R.G.D., J.H. Torrie, 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu Pendekatan Biometrik. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Sumarni, N dan A. Hidayat, 2005. Budidaya Bawang Merah. Panduan Teknis. Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Sumarni, N. E. dan Rosliani. 2010. Pengaruh Naungan Plastik Transparan, Kerapatan Tanaman dan Dosis N terhadap Produksi Umbi Bibit Bawang Merah Asal Biji. J. Hort 20 (1) :52-59.

(54)

Sumiati, E. dan O.S. Gunawan. 2007. Aplikasi Pupuk Hayati Mikoriza untuk Meningkatkan Efisiensi Serapan Unsur Hara NPK serta Pengaruhnya Terhadap Hasil dan Kualitas Umbi Bawang Merah. J.Hort. 17(1):34-42.

Suminah, Sutarno, Ahmad D. S. 2002. Induksi Poliploidi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) dengan Pemberian Kolkisin Polyploid Induction Of Allium ascalonicum L. By Colchicine. Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta. Volume 3, Nomor 1 Halaman: 174-180

Sutarya, R. dan G. Grubben. 1995. Pedoman Bertanam Sayuran Dataran Rendah. Gadjah Mada University Press. Prosea Indonesia – Balai Penel. Hortikultura Lembang.

Tjionger, M. 2010. Memperbesar dan Memperbanyak Umbi Bawang Merah. Indonesian Agriculture. http://obtrando.wordpress.com [22 Oktober 2015] Wax, M and E.W. Stoller.1987. Aspects of Weed Cropsinterference Related to

Weed Control Practice. World Soybean Research Conference III. Westview. London. Pp. 116-124.

(55)
(56)

Lampiran 2. Bagan Letak Tanaman Pada Plot

B

Jarak Tanam : 20 cm x 20 cm Ukuran plot :100 cm x 100 cm

X X X X X

X X X X X

X X X X X

X X X X X

X X X X X

20 cm

100 cm

U

S

100 cm

(57)

B

Jarak Tanam : 20 cm x 15 cm Ukuran plot :100 cm x 100 cm

X X X X X X X

X X X X X X X

X X X X X X X

X X X X X X X

X X X X X X X

15 cm

100 cm

U

S

100 cm

(58)

B

Jarak Tanam : 20 cm x 10 cm Ukuran plot :100 cm x 100 cm

X X X X X X X X X X

X X X X X X X X X X

X X X X X X X X X X

X X X X X X X X X X

X X X X X X X X X X

10 cm

100 cm

U

S

100 cm

(59)

Lampiran 3. Jadwal Kegiatan Pelaksanaan Penelitian

Penyakit Dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan

(60)

Lampiran 4. Deskripsi Bawang Merah Varietas Medan

Asal tanaman : Kabupaten Samosir

Umur mulia berbunga : 52 hari Umur panen (60% batang melemas) : 70 hari

Tinggi tanaman : 27 – 41 cm

Jumlah anakan : 6 – 12 umbi

Jumlah daun per umbi : 6 – 10 helai Jumlah daun per sampel : 22 – 43 helai Bentuk daun : silindris berlubang

Warna daun : hijau kekuningan

Panjang daun : 20 – 25 cm

Diameter daun : 3 – 4 mm

Bentuk bunga : seperti payung

Warna bunga : putih

Bentuk biji : bulat, gepeng, berkeriput

Warna biji : hitam

Bentuk umbi : bulat

Warna umbi : merah muda kekuning-kuningan

Diameter umbi : 12-25 mm

Berat susut umbi basah-kering : 24,7 %

Potensi hasil : 7,4 ton umbi kering per hektar

Keterangan : cocok untuk dataran rendah dan tinggi Pengusul/Peneliti : Hendro Sunarjo, Prasojo, Darliah, dan

(61)
(62)

Kebutuhan urea per tanaman = 434.78 Kg Urea/ha = 0,85 g/tanaman 500.000 tanaman/ha

2. TSP = 100 x 100 Kg P2O5/ha = 217.39 Kg TSP/ha 46

Kebutuhan TSP per tanaman = 217.39 Kg TSP/ha = 0,4 g/tanaman 500.000 tanaman/ha

3. KCl = 100 x 100 Kg K2O/ha = 166.67 Kg KCl/ha 60

(63)
(64)

Lampiran 7. Data Analisis Kompos TKKS No Lab.

Ref.

Sampel

Code Parameter Result

Test Method 1 15K029 Kompos

TKKS Moisture 25,53 % Oven (103±2°C)

N 1,40 % Kjeldahl

Org. Carbon 36,04 % Ashing

Ecxh. K 2,22 C mol kg - 1 Flamephotometry

Ecxh. Mg 17,28 C mol kg - 1 AAS

CEC 32,21 C mol kg - 1 Titrimetry

P-Total 0,52 % Spectrophotometry

P-Bray II 482,68 ppm Spectrophotometry

pH-H2O 6,62 Electrometry

(65)

Lampiran 8. Data Curah Hujan Daerah Medan dan Sekitarnya

No Bulan Curah Hujan (mm) Kelembaban Udara (%)

1 Mei 249,8 81

2 Juni 85,7 76

3 Juli 160,7 78

(66)

Lampiran 9. Data Pengamatan Tinggi Tanaman Umur 2 MST (cm)

Lampiran 10. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Umur 2 MST

(67)

Lampiran 11. Data Pengamatan Tinggi Tanaman Umur 3 MST (cm)

Lampiran 12. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Umur 3 MST

(68)

Lampiran 13. Data Pengamatan Tinggi Tanaman Umur 4 MST (cm)

Lampiran 14. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Umur 4 MST

(69)

Lampiran 15. Data Pengamatan Tinggi Tanaman Umur 5 MST (cm)

Lampiran 16. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Umur 5 MST

(70)

Lampiran 17. Data Pengamatan Tinggi Tanaman Umur 6 MST (cm)

Lampiran 18. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Umur 6 MST

(71)

Lampiran 19. Data Pengamatan Jumlah Daun Umur 2 MST (helai)

Lampiran 20. Sidik Ragam Jumlah Daun Umur 2 MST

(72)

Lampiran 21. Data Pengamatan Jumlah Daun Umur 3 MST (helai)

Lampiran 22. Sidik Ragam Jumlah Daun Umur 3 MST

(73)

Lampiran 23. Data Pengamatan Jumlah Daun Umur 4 MST (helai)

Lampiran 24. Sidik Ragam Jumlah Daun Umur 4 MST

(74)

Lampiran 25. Data Pengamatan Jumlah Daun Umur 5 MST (helai)

Lampiran 26. Sidik Ragam Jumlah Daun Umur 5 MST

(75)

Lampiran 27. Data Pengamatan Jumlah Daun Umur 6 MST (helai)

Lampiran 28. Sidik Ragam Jumlah Daun Umur 6 MST

(76)

Lampiran 29. Data Pengamatan Jumlah Anakan Umur 2 MST (anakan)

Lampiran 30. Sidik Ragam Jumlah Anakan Umur 2 MST

(77)

Lampiran 31. Data Pengamatan Jumlah Anakan Umur 3 MST (anakan)

Lampiran 32. Sidik Ragam Jumlah Anakan Umur 3 MST

(78)

Lampiran 33. Data Pengamatan Jumlah Anakan Umur 4 MST (anakan)

Lampiran 34. Sidik Ragam Jumlah Anakan Umur 4 MST

(79)

Lampiran 35. Data Pengamatan Jumlah Anakan Umur 5 MST (anakan)

Lampiran 36. Sidik Ragam Jumlah Anakan Rumpun Umur 5 MST

(80)

Lampiran 37. Data Pengamatan Jumlah Anakan Umur 6 MST (anakan)

Lampiran 38. Sidik Ragam Jumlah Anakan Umur 6 MST

(81)

Lampiran 39. Data Pengamatan Bobot Basah Umbi per Sampel (g)

Lampiran 40. Sidik Ragam Bobot Basah Umbi per Sampel

(82)

Lampiran 41. Data Pengamatan Bobot Kering Umbi per Sampel (g)

Lampiran 42. Sidik Ragam Bobot Kering Umbi per Sampel

(83)

Lampiran 43. Data Pengamatan Bobot Basah Umbi per Plot (g)

Lampiran 44. Sidik Ragam Bobot Basah Umbi per Plot

(84)

Lampiran 45. Data Pengamatan Bobot Kering Umbi per Plot (g)

Lampiran 46. Sidik Ragam Bobot Kering Umbi per Plot

(85)

Lampiran 46. Foto Umbi per Perlakuan

Gambar

Tabel 1.  Rataan tinggi tanaman (cm) bawang merah umur 2-6 MST pada perlakuan pemberian kompos TKKS dan jarak tanam
Gambar 1. Hubungan jarak tanaman dengan tinggi tanaman pada umur 6 MST. Perkembangan tinggi tanaman pada berbagai jarak tanam dapat dilihat
Tabel 2 menunjukkan jumlah daun bawang merah terbanyak diperoleh
Gambar 3. Perkembangan jumlah daun per sampel bawang merah pada berbagai       jarak tanam
+7

Referensi

Dokumen terkait

Masalah utama yang ingin di jawab dalam penelitian ini adalah apakah dengan menggunakan metode Card Sort dapat meningkatkan prestasi belajar pendidikan kewarganegaraan

Pada Apotek “X” titik optimum pemesanan obat setiap kali pesanan dengan menggunakan metode Economic Order Quantity sebanyak 126 tablet analsik dengan frekuensi

Site Suitability Analysis of Water Harvesting Structures Using Remote Sensing and GIS – A Case Study of Pisangan Watershed, Ajmer District, Rajasthan.. Harish Chand Prasad,

Penelitian tentang aktivitas antidiare buah okra belum pernah dilakukan, sehingga dilakukan penelitian untuk mengetahui efek antidiare buah okra (Abelmoschus

Berdasarkan hasil pengamatan frekuensi diare, bobot feses, konsistensi feses, waktu timbul diare, durasi diare dan rasio panjang usus yang ditempuh marker

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa sediaan masker gel basis CMC-Na ekstrak daun sirsak ( Annona muricata L. ) dengan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu perusahaan dalam memerhatikan faktor kebijakan deviden dan kepemilikan institusional dari perusahaan itu sendiri

Menurut Wilbraham (1992), eceng gondok dapat digunakan sebagai adsorben material berbahaya pada lingkungan. Kandungan selulosa ini sangat berpotensi untuk digunakan