PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.)
VARIETAS TUK-TUK TERHADAP JARAK TANAM
DAN DOSIS PUPUK KCl
SKRIPSI
OLEH:
DEWI MARSELA/ 070301040 BDP-AGRONOMI
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.)
VARIETAS TUK-TUK TERHADAP JARAK TANAM
DAN DOSIS PUPUK KCl
SKRIPSI OLEH:
DEWI MARSELA/ 070301040 BDP-AGRONOMI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar serjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatra Utara
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Judul Skripsi : Pertumbuhan dan produksi bawang merah (Allium ascalonicum L.) varietas tuk-tuk terhadap jarak tanam dan dosis pupuk KCl
Nama : Dewi Marsela
NIM : 070301040
Departemen : Budidaya Pertanian Program Studi : Agronomi
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
Ir. Mariati, MSc Ir. Jasmani Ginting, MP
Ketua Anggota
Mengetahui
ABSTRAK
DEWI MARSELA. Pertumbuhan dan produksi bawang merah (Allium ascalonicum L.) varietas tuk-tuk terhadap jarak tanam dan dosis pupuk
KCl, dibimbing oleh MARIATI SINURAYA dan JASMANI GINTING.
Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang berada ± 25 dpl dari bulan Februari sampai Mei 2011. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 2 Faktor perlakuan. Faktor pertama adalah Jarak tanam dengan 4 taraf yaitu 20x10 cm (J1); 20x15 cm (J2); 20x20 cm (J3); 20x25 cm (J4) dan faktor kedua pemberian pupuk KCl 0 kg/ha (P0); 100kg/ha (P2); 200kg/ha (P3) dan 300kg/ha (P4). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, bobot basah per sampel, bobot kering per sampel, diameter umbi dan produksi per plot, namun tidak berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah siung per sampel. Perlakuan dosis pupuk KCl tidak berpengaruh nyata seluruh parameter yang diamati.
Interaksi antara kedua perlakuan tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap seluruh parameter yang diamati.
ABSTRACT
DEWI MARSELA. The growth and production of union (Allium ascalonicum L.) Var.tuk-tuk on planting distance and KCl fertilizers, supervised by MARIATI SINURAYA and JASMANI GINTING.
The research was conducted at the experimental field Agricultural Faculty, The University of North Sumatera about ± 25 metres above sea level from February to May 2011. The design use randomized block design with 2 factors treatment. The first factor was the planting distance with 4 levels: 20x10 cm (J1); 20x15 cm (J2); 20x20 cm (J3); 20x25 cm (J4) and the second factor was KCl fertilizers: 0 kg / ha (P0); 100kg/ha (P2); 200kg/ha (P3) and 300kg/ha(P4). The results showed that the plant height, leaf number, wet weight per sample, dry weight per sampel, diameter of tubers and production of dry weight per plot significantly affected, but no significantly affected for all parameters.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Binjai pada tanggal 23 Maret 1989 dari ayah
Alm. P.Sembiring meliala., dan ibu R. Surbakti . Penulis merupakan putri kedua
dari lima bersaudara.
Tahun 2007 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Pancur Batu dan pada tahun
yang sama masuk ke Fakultas Pertanian Universita Sumatera Utara melalui jalur
ujian tertulis Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis memilih
program studi Agronomi, Departemen Budidaya Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai asisten Laboratorium
Agronomi tanaman Hortikultura (2009-2010) dan laboratorium Agronomi
tanaman Pangan (2010-2011) dan juga anggota Himpunan Mahasiswa Budidaya
Pertanian (HIMADITA). Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di
PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Toba Sari, Kab. Simalungun pada bulan
Juni – Juli 2010.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas
segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
yang berjudul ” Pertumbuhan dan produksi bawang merah (Allium ascalonicum
L.) varietas tuk-tuk terhadap jarak tanam dan pemberian pupuk KCl “
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua,
dan ibu R.Surbakti yang telah banyak memberi dukungan kepada penulis baik
moril maupun materil. Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada Ir.
Mariati, M.Sc., sebagai ketua komisi pembimbing dan Ir. Jasmani Ginting, MP.,
sebagai anggota komisi pembimbing yang telah memberi banyak saran dan
bimbingan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
Disamping itu penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua staf
pengajar dan pegawai di departemen Budidaya Pertanian, serta semua
teman-teman angkatan 2007 program studi Agronomi dan Pemuliaan Tanaman yang
telah banyak membantu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Akhir kata
penulis mengucapkan terima kasih. Semoga skripsi ini bermanfaat.
Medan, Juni 2011
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil ... 18 Pembahasan ... 26 KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ... 30 Saran ... 30 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
NO. Hal.
1. Tinggi bawang merah (cm) pada perlakuan jarak tanam dan
pemberian pupuk KCl pada 6 MSPT ... 18
2. Jumlah daun bawang merah (helai) pada perlakuan jarak tanam
dan pemberian pupuk KCl pada 6 MSPT ... 20
3. Bobot basah umbi per sampel bawang merah (g) pada perlakuan
jarak tanam dan pemberian pupuk KCl ... 21
4. Bobot kering umbi per sampel bawang merah (g) pada
perlakuan jarak tanam dan pemberian pupuk KCl ... 22
5. Diameter umbi bawang merah (cm) pada perlakuan jarak tanam
dan pemberian pupuk KCl ... 24
6. Jumlah siung per sampel bawang merah pada perlakuan jarak
DAFTAR GAMBAR
NO. Hal.
1. Tinggi tanaman bawang merah dengan perlakuan jarak
tanam pada umur 6 MSPT ... 19
2. Jumlah daun bawang merah dengan perlakuan jarak tanam ... 20
3. Bobot basah umbi per sampel bawang merah dengan
perlakuan jarak tanam ... 22
4. Bobot kering umbi per sampel bawang merah dengan
perlakuan jarak tanam ... 23
5. Diameter umbi per sampel bawang merah dengan
DAFTAR LAMPIRAN
NO. Hal.
1. Deskripsi bawang merah varietas tuk-tuk ... 33
2. Bagan penelitian ... 34
3. Bagan tanaman dalam plot ... 35
4. Jadwal kegiatan penelitian ... 37
5. Kebutuhan pupuk ... 38
6. Data analisis tanah ... 40
7. Data pengamatan tinggi tanaman 2 MSPT (cm) ... 41
8. Sidik ragam tinggi tanaman 2 MSPT ... 41
9. Data pengamatan tinggi tanaman 3 MSPT (cm) ... 42
10. Sidik ragan tinggi tanaman 3 MSPT ... 42
11. Data pengamatan tinggi tanaman 4 MSPT (cm) ... 43
12. Sidik ragam tinggi tanaman 4 MSPT ... 43
13. Data pengamatan tinggi tanaman 5 MSPT (cm) ... 44
14. Sidik ragam tinggi tanaman 5 MSPT ... 44
15. Data pengamatan tinggi tanaman 6 MSPT (cm) ... 45
16. Sidik ragam tinggi tanaman 6 MSPT ... 45
17. Data pengamatan jumlah daun 2 MSPT (helai) ... 46
18. Sidik ragam jumlah daun 2 MSPT ... 46
19. Data pengamatan jumlah daun 3 MSPT (helai) ... 47
20. Sidik ragam jumlah daun 3 MSPT ... 47
22. Sidik ragam jumlah daun 4 MSPT ... 48
23. Data pengamatan jumlah daun 5 MSPT (helai) ... 49
24. Sidik ragam jumlah daun 5 MSPT ... 49
25. Data pengamatan jumlah daun 6 MSPT (helai) ... 50
26. Sidik ragam jumlah daun 6 MSPT ... 50
27. Data pengamatan diameter umbi per sampel (cm) ... 51
28. Sidik ragam diameter umbi per sampel ... 51
29. Data pengamatan bobot basah per sampel (g) ... 52
30. Sidik ragam bobot basah per sampel ... 52
31. Data pengamatan bobot kering per sampel (g) ... 53
32. Sidik ragam bobot kering per sampel ... 53
33. Data pengamatan jumlah siung per sampel ... 54
ABSTRAK
DEWI MARSELA. Pertumbuhan dan produksi bawang merah (Allium ascalonicum L.) varietas tuk-tuk terhadap jarak tanam dan dosis pupuk
KCl, dibimbing oleh MARIATI SINURAYA dan JASMANI GINTING.
Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang berada ± 25 dpl dari bulan Februari sampai Mei 2011. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 2 Faktor perlakuan. Faktor pertama adalah Jarak tanam dengan 4 taraf yaitu 20x10 cm (J1); 20x15 cm (J2); 20x20 cm (J3); 20x25 cm (J4) dan faktor kedua pemberian pupuk KCl 0 kg/ha (P0); 100kg/ha (P2); 200kg/ha (P3) dan 300kg/ha (P4). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, bobot basah per sampel, bobot kering per sampel, diameter umbi dan produksi per plot, namun tidak berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah siung per sampel. Perlakuan dosis pupuk KCl tidak berpengaruh nyata seluruh parameter yang diamati.
Interaksi antara kedua perlakuan tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap seluruh parameter yang diamati.
ABSTRACT
DEWI MARSELA. The growth and production of union (Allium ascalonicum L.) Var.tuk-tuk on planting distance and KCl fertilizers, supervised by MARIATI SINURAYA and JASMANI GINTING.
The research was conducted at the experimental field Agricultural Faculty, The University of North Sumatera about ± 25 metres above sea level from February to May 2011. The design use randomized block design with 2 factors treatment. The first factor was the planting distance with 4 levels: 20x10 cm (J1); 20x15 cm (J2); 20x20 cm (J3); 20x25 cm (J4) and the second factor was KCl fertilizers: 0 kg / ha (P0); 100kg/ha (P2); 200kg/ha (P3) and 300kg/ha(P4). The results showed that the plant height, leaf number, wet weight per sample, dry weight per sampel, diameter of tubers and production of dry weight per plot significantly affected, but no significantly affected for all parameters.
PENDAHULUAN
Latar belakangBawang merah merupakan sayuran rempah yang cukup populer di
kalangan masyarakat. Hampir pada setiap masakan, sayuran ini selalu
ditambahkan karena berfungsi sebagai bumbu penyedap rasa. selain itu, masih
banyak manfaat lain yang bisa didapat dari bawang merah, seperti untuk obat
tradisional (Rahayu dan Berlian, 1999).
Dalam tahun 2009 produksi bawang merah adalah 965.164 ton/ha dan
meningkat pada tahun 2010 yaitu mencapai 1.048.228 ton/ha. Sentra produksi
utama bawang merah didominasi oleh Jawa (73%) yang terdiri dari Jawa
Barat (Kuningan, Cirebon); Jawa Tengah (Brebes, Tegal, Pemalang); DI
Yogjakarta (Bantul), dan Jawa Timur (Nganjuk, Probolinggo, Pamekasan)
Kebutuhan bawang merah di Indonesia tahun 2009 mencapai 936.103 ton/ha dan
meningkat pada tahun 2010 yaitu 976.284 ton/ha (BPS, 2011).
Dari data tersebut produksi bawang merah masih tergolong rendah karena
naik turunnya produksi setiap tahun. Jika di bandingkan negara lain produksi
bawang merah Indonesia masih tergolong rendah karena hanya mencukupi untuk
kebutuhan dalam negeri. Hal ini terjadi karena cara bercocok tanam kurang
maksimal dan penggunaan bahan tanam yang hanya mengandalkan bibit asal
umbi. Seperti diketahui bahwa bahan tanam dari umbi rentan terhadap penyakit
yaitu busuk umbi dan produksi juga menurun karena penanaman dari generasi ke
generasi. Oleh karena itu perlu peningkatan hasil dan mutu pada tanaman bawang
teknis yaitu jarak tanam, pemupukan yaitu penggunaan pupuk kalium dan
penggunaan benih tanaman dari biji.
Kalium dalam tanaman sangat penting yaitu berperan sebagai kofaktor
enzim dalam proses metabolisme tanaman, regulasi stomata, dan asimilasi CO.
Kekurangan kalium menyebabkan umbi kecil sehingga produksi menurun
(Tjionger, 2010).
Tujuan pengaturan jarak tanam pada dasarnya adalah memberikan
kemungkinan tanaman untuk tumbuh baik tanpa mengalami persaingan dalam hal
pengambilan air, unsur hara dan cahaya matahari, serta memudahkan
pemeliharaan tanaman. Penggunaan jarak tanam yang kurang tepat dapat
merangsang pertumbuhan gulma sehingga dapat menurunkan hasil
(Rahayu dan Berlian, 1999)
Penanaman bawang merah dengan biji sangat potensial dikembangkan saat
ini atau dengan kata lain memiliki prospek yang baik. Dibandingkan penanaman
dengan umbi, penananaman dengan biji memiliki kelebihan antara lain menekan
biaya produksi baik dalam penyediaan bahan tanaman dan pengangkutan, potensi
lebih besar yaitu 32 ton/ha sedangkan dari umbi hanya mencapai 18-20 ton/ha,
bebas dari penyakit tular umbi dan penanganan lebih efisien.
Belum diketahui jarak tanam dan dosis pupuk KCl terbaik untuk
menghasilkan produksi optimal pada bawang merah asal biji varietas tuk-tuk.
Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian guna mengetahui
respons pertumbuhan dan produksi bawang merah varietas tuk-tuk terhadap jarak
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui jarak tanam dan dosis pupuk KCL yang terbaik untuk
produksi yang optimal pada tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.)
varietas Tuk-Tuk.
Hipotesis Penelitian
1. Jarak tanam berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi
bawang merah (Allium ascalonicum L.) varietas Tuk-Tuk.
2. Dosis pupuk KCl berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi
bawang merah (Allium ascalonicum L.) varietas Tuk-Tuk.
3. Interaksi jarak tanam dan dosis pupuk KCl berpengaruh nyata terhadap
pertumbuhan dan produksi bawang merah (Allium ascalonicum L.)
varietas Tuk-Tuk.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna untuk mendapat data penyusunan skripsi sebagai
salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Class: Monocotyledoneae, Ordo: Liliaceae, Family: Liliales, Genus: Allium, Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999).
Akar
Tanaman bawang merah berakar serabut dengan system perakaran dangkal
dan bercabang terpencar, pada kedalaman antara 15-20 cm di dalam tanah. Jumlah
perakaran tanaman bawang merah dapat mencapai 20-200 akar. Diameter
bervariasi antara 5-2 mm. Akar cabang tumbuh dan terbentuk antara 3-5 akar
(AAK, 2004).
Batang
Memiliki batang sejati atau disebut “discus” yang berbentuk seperti
cakram, tipis dan pendek sebagai tempat melekatnya akar dan mata tunas (titik
tumbuh), diatas discus terdapat batang semu yang tersusun dari pelepah-pelepah
daun dan batang semua yang berbeda di dalam tanah berubah bentuk dan fungsi
menjadi umbi lapis (Rahayu dan Berlian, 1999).
Daun
Daun pada bawang merah hanya mempunyai satu permukaan, berbentuk bulat kecil memanjang dan berlubang seperti pipa. Bagian ujung daunnya meruncing
Bunga
Tangkai bunga keluar dari ujung tanaman (titik tumbuh) yang panjangnya
antara 30-90 cm, dan di ujungnya terdapat 50-200 kuntum bunga yang tersusun
melingkar (bulat) seolah berbentuk payung. Tiap kuntum bunga terdiri atas 5-6
helai daun bunga yang berwarna putih, 6 benang sari berwarna hijau atau
kekuning-kuningan, 1 putik dan bakal buah berbentuk hampir segitiga
(Wibowo, 2007).
Buah
Tanaman bawang merah memiliki 2 fase tumbuh, yaitu fase vegetatif dan fase generatif. Tanaman bawang merah mulai memasuki Fase vegetatif setelah berumur 11- 35 hari setelah tanam (HST), dan fase generatif terjadi pada saat tanaman berumur 36 hari setelah tanam (HST). Pada fase generatif, ada yang disebut fase
pembentukan umbi (36 – 50 hst ) dan fase pematangan umbi (51- 65 hst) (Gunawan, 2010).
Syarat Tumbuh Iklim
Tanaman bawang merah lebih senang tumbuh di daerah beriklim kering.
Tanaman bawang merah peka terhadap curah hujan dan intensitas hujan yang
tinggi, serta cuaca berkabut. Tanaman ini membutuhkan penyinaran cahaya
matahari yang maksimal (minimal 70% penyinaran), suhu udara 25-320C, dan
kelembaban nisbi 50-70% (AAK, 2004).
Di Indonesia bawang merah dapat ditanam di dataran rendah sampai
pertumbuhan dan perkembangan bawang merah adalah 0-450 m di atas
permukaan laut. (Wibowo, 2007).
Tanah
Tanaman ini memerlukan tanah berstruktur remah, tekstur sedang
sampai liat, drinase / aerase baik, mengandung vahan organik, dan reaksi tanah
tidk masam (pH tanah : 5,6 - 6,5). Tanah yang paling cocok untuk tanaman
bawang merah adalah tanah Aluvial atau kombinasinya dengan tanah humus
(Rahayu dan Berlian, 1999).
Bawang merah dapat tumbuh hampir pada semua jenis tanah dan menyukai jenis tanah lempung berpasir. Di Indonesia 70 % penanaman dilakukan pada dataran rendah di bawah 450 meter. Bawang merah membutuhkan banyak air tetapi kondisi
yang basah menyebabkan penyakit busuk. Tanah yang cukup lembab dan air tidak
menggenang disukai oleh tanaman bawang merah (Rismunandar, 1986).
Jarak Tanam
Selain ukuran umbi, kerapatan tanaman atau jarak tanam juga berpengaruh
terhadap hasil umbi bawang merah. Tujuan pengaturan jarak tanam pada dasarnya
adalah memberikan kemungkinan tanaman untuk tumbuh dengan baik tanpa
mengalami persaingan dalam hal pengambilan air, unsur hara dan cahaya
matahari, serta memudahkan pemeliharaan tanaman. Penggunaan jarak tanam
yang kuran tepat dapat merangsang pertumbuhan gulma, sehingga menurunkan
hasil. Secara umum hasil tanaman persatuan luas tertinggi diperoleh pada
individu menurun karena terjadi persaingan antara tanaman.
(Sumarni dan Hidayat, 2005).
Adanya interaksi diantara tanaman yang berdekatan merupakan fungsi
dari jarak tanam dan besarnya tanaman yanhg bersangkutan. Disamping populasi
tanaman, pengaturan jarak tanam menjadi penting dalam mengoptimalkan
penggunaan faktor lingkungan. Terdapat beberapa sistem pengaturan jarak tanam
dilapangan yang mungkin mempengaruhi hasil produksi tanaman antara lain
bentuk empat persegi atau bujur sangkar, bentuk barisan dengan jarak tanam
dalam baris teratur atau tidak dan arah barisan yaitu Utara – Selatan atau Barat –
Timur (Jumin, 2002).
Jumlah populasi tanaman per/ha merupakan faktor penting untuk
mendapatkan hasil suatu tanaman yang maksimal dapat dicapai bila menggunakan
jarak tanam yang tepat. Semakin tinggi tingkat kerapatan tanam akan
mengakibatkan tingkat persaingan yang besar antar tanaman dalam hal
mendapatkan unsur hara, air dan cahaya matahari (Palungkun dan Budiarti, 1993).
Menurut (Ferdiananta, 2009) jarak tanam yang rapat memberikan hasil
yang lebih tinggi dibanding jarak tanam renggang. Dalam penelitiannya
penggunaan jarak tanam 5x10 cm berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman,
jumlah daun, diameter umbi, bobot basah dan bobot kering dibanding jarak tanam
lebih renggang yaitu 15 x 10 cm.
Menurut (Afrida, 2005) penggunaan jarak tanam pada bawang merah
memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah siung bawang merah, berat
basah persampel dan berat kering persampel. Penggunaan jarak tanam 20 x 20 cm
Kerapatan tanaman atau populasi tanaman dapat mempengaruhi tinggi
rendahnya produksi tanaman. Peningkatan populasi tanaman mula-mula akan
diikuti oleh meningkatnya produksi tanaman per satuan luas, kemudian lewat titik
maksimum akan menurunkan produksi tanaman tersebut. Sebaliknya produksi
persatuan tanaman akan turun secara terus menerus dengan bertambahnya
kerapatan tanaman. Keadaan ini terjadi karena pengaruh kompetisi. Adanya
persamaan kebutuhan di antara tanaman yang sejenis akan dapat menyebabkan
terjadinya kompetisi apabila factor yang dibutuhkan tersebut dalam keadaan
kurang. Dengan demikian tinggi rendahnya populasi merupakan factor penentu
terhadap besar kecilnya kompetsi (Heddy, dkk, 1994).
Penentuan kerapatan penanaman bergantung pada sifat perkecambahan
kultivar dan kondisi lapangan. Susunan pertanaman beragam pada keadaan
tertentu dilakukan baris tunggal maupun baris ganda. Umumnya jarak tanam
renggang menyebabkan pertumbuhan lebih jagur yang dapat menunda
pembentukan umbi, sedangkan periode pertumbuhan lambat dan panjang
meningkatkan diameter umbi (Rubatzky dan Yamaguchi,1998).
Pada dasarnya pemakaian jarak tanam yang rapat bertujuan untuk
meningkatkan hasil, asalkan faktor pembatas dapat dihindari sehingga tidak
terjadi persaingan antar tanaman. Disamping itu pengaturan jarak tanam yang
tepat juga untuk menekan pertumbuhan gulma, karena pertumbuhan tajuk dapat
dengan cepat menutupi permukaan tanah. Bila jarak tanam atau jarak antar baris
tanaman terlalu lebar akan memberikan kesempatan kepada gulma untuk dapat
Pupuk Kalium
Kalium mempunyai fungsi fisiologis yang khusus pada asimilasi zat arang
metabolisme karbohidrat didalam pembentukan dan pemecahan serta translokasi
pati, metabolisme nitrogen dan sintesa protein, mengaktifkan beberapa enzim,
mempercepat pertumbuhan jaringan merismatik dan mengatur pergerakan
stomata, kalium juga berfungsi dalam metabolisme air dalam tanaman,
mempertahankan turgor dan membentuk batang yang lebih kuat dan membentuk
pati dan lemak (Nyakpa, dkk, 1988).
Pada tanaman bawang merah kekurangan kalium menyebabkan daun
berwarna hijau gelap tetapi ujung daun berwarna coklat dan akhirnya layu dan
mati sedang daun tua menguning apabila kekurangan unsur ini berlanjut maka
umbi terbentuk akan lunak, kulitnya tipis berwarna pucat dan tidak tahan
disimpan lama sehingga kualitas umbinya rendah
(Sunarjono dan Soedomo, 1983).
Kandungan Kalium yang tinggi yaitu sebesar 46 persen menyebabkan
begitu banyaknya ion K+ yang mengikat air dalam tubuh tanaman akan
mempercepat proses fotosintesis, sehingga prosesnya menjadi lebih optimal.
Implikasinya dengan proses fotosistesis yang optimal akan menyebabkan tanaman
tetap segar dan terhindar dari kelayuan. Hasil fotosintesis ini pulalah yang
merangsang pembentukan umbi menjadi menjadi lebih besar (Tjionger, 2010).
Respon tanaman terhadap pemupukan akan meningkat jika pemberian
pupuk sesuai dengan dosis, waktu, dan cara yang tepat. Ketersediaan unsur hara
bagi tanaman merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi produksi
Pupuk dapat diserap oleh tanaman apabila didukung oleh beberapa faktor
yaitu sifat dan ciri tanah, sifat tanaman dan kebutuhannya, waktu dan metode
pemupukannya. Unsur K bila dimasukkan ke dalam tanah akan mengalami
ionisasi setelah bereaksi dengan air dan konsentrasinya menurun akibat banyak
diserap oleh akar dan tercuci mengikuti air perkolasi (Damanik, dkk, 2011).
Pengaruh pemupukan suatu unsur hara terhadap hasil terlihat nyata bila
unsur hara lain cukup tersedia. Jika laju pencucian unsur hara sangat besar dan
pelapukan rendah, maka kehilangan unsur hara lebih besar dibanding dengan
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu PenelitianPenelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Medan
dengan ketinggian + 25 meter diatas permukaan laut, mulai bulan Februari
sampai Mei 2011.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih bawang merah
varietas Tuk-tuk sebagai objek pengamatan. Pupuk Urea, TSP dan KCl,
insektisida Decis 2,5 EC konsentrasi 0,5 cc / liter air.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul untuk membuka
lahan dan membersihkan lahan dari gulma dan sampah, gembor untuk menyiram
tanaman, meteran untuk mengukur luas lahan dan tinggi tanaman, timbangan
untuk menimbang produksi tanaman, pacak sampel untuk tanaman yang
merupakan sampel, jangka sorong untuk mengukur diamater umbi, alat tulis dan
alat-alat lain yang mendukung pelaksanaan penelitian ini.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan
2 faktor perlakuan yaitu :
Faktor I : Jarak Tanam (J) yang terdiri atas 4 taraf, yaitu :
J1 = Jarak tanam (20 x 10) cm
J2 = Jarak tanam (20 x 15) cm
J3 = Jarak tanam (20 x 20) cm
Faktor II : Pemberian pupuk KCL yang terdiri dari 4 taraf, yaitu :
P0 = 0 (kontrol)
P1 = 100 kg/ha
P3= 200 kg/ha
P4= 300 kg/ha
Diperoleh kombinasi perlakuan sebanyak 16 kombinasi, yaitu :
J1P0 J2P0 J3P0 J4P0
J1P1 J2P1 J3P1 J4P1
J1P2 J2P2 J3P2 J4P2
J1P3 J2P3 J3P3 J4P3
Jumlah ulangan (Blok) : 4 ulangan
Jumlah plot : 64 plot
Ukuran plot : 100 cm x 100 cm
Jarak antar plot : 30 cm
Jarak antar blok : 50 cm
Jumlah sampel/plot : 5 tanaman
Jumlah sampel seluruhnya : 320 tanaman
Jumlah tanaman seluruhnya : 1.920 tanaman
Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan
model linear aditif sebagai berikut :
Dimana:
Yijk : Hasil pengamatan pada blok ke-i akibat perlakuan jarak tanam taraf ke-j
dan pengaruh pupuk KCl pada taraf ke-k
µ : Nilai tengah
ρi : Efek dari blok ke-i
αj : Efek perlakuan jarak tanam pada taraf ke-j
βk : Efek pemberian pupuk KCl pada taraf ke-k
(αβ)jk : Interaksi antara jarak tanam taraf ke-j dan pemberian pupuk KCl
taraf ke-k
εijk : Galat dari blok ke-i, jarak tanam ke-j dan pemberian pupuk KCl
ke-k
Data dianalisis menggunakan analisis sidik ragam dan perlakuan yang
berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji beda rataan berdasarkan Uji Jarak
PELAKSANAAN PENELITIAN
Pengolahan LahanAreal pertanaman yang digunakan terlebih dahulu dibersihkan dari gulma
yang tumbuh di areal tersebut. Kemudian lahan diolah dan digemburkan
menggunakan cangkul dengan kedalaman kira-kira 20 cm. Setelah itu dibuat
plot-plot dengan ukuran 1 m x 1 m serta jarak antar plot-plot 50 cm dan jarak antar blok
50 cm dan parit drainase sedalam 30 cm untuk menghindari genangan air.
Persemaian Benih
Sebelum ditanam benih bawang merah disemaikan terlebih dahulu agar
diperoleh bibit tanaman yang baik dan seragam. Benih disemai pada bedengan
dengan lebar persemaian 1 m dan panjang 3 m. Media persemaian adalah topsoil,
pasir dan kompos dengan perbandingan 1:1:1 dan dicampurkan merata di
permukaan bedengan. Semaian ditutup dengan daun pisang selama 4 hari untuk
menjaga kelembaban tanaman kemudian bedengan dinaungi dengan atap dari
pelepah kelapa sampai bibit berumur 3 minggu. Naungan dikurangi setiap minggu
agar mendapat cahaya matahari.
Penanaman
Setelah bibit berumur 3 minggu di persemaian dapat dipindahkan ke lahan
pertanaman. Penanaman dilakukan dengan membuat lubang tanam terlebih dahulu
sedalam 3 cm dengan jarak tanam sesuai dengan perlakuan. Penanaman dilakukan
Aplikasi Pupuk
Untuk pupuk dasar yaitu sesuai dosis anjuran yaitu pupuk Urea 400 kg/ha,
TSP 250 kg/ha dan Pupuk KCl sesuai perlakuan. Aplikasi pupuk Urea dilakukan
2 (dua) kali, yaitu setengah dosis pada saat seminggu sebelum pindah tanam
bersamaan pupuk KCl yang sesuai dengan perlakuan dan setengah dosis lagi
diberikan pada dua minggu setelah pindah tanam. Pupuk TSP diberikan 2 minggu
sebelum pindah tanam. Pupuk diberikan dengan cara ditugal di samping tanaman.
Pemeliharaan Penyiraman
Penyiraman dilakukan pada sore hari dan disesuaikan dengan kondisi
lapangan. Apabila hujan maka tanaman tidak perlu disiram. Penyiraman dilakukan
dengan menggunakan gembor dengan jumlah air yang sama tiap tanaman.
Penyulaman
Penyulaman dilakukan apabila ada tanaman yang rusak atau mati dan
dilakukan seminggu setelah pindah tanam ke lapangan agar diperoleh tanaman
yang seragam.
Penyiangan
Penyiangan dilakukan untuk mengendalikan gulma sekaligus
menggemburkan tanah. Tumbuhan pengganggu perlu dikendalikan agar tidak
menjadi saingan bagi tanaman utama dalam hal penyerapan unsur hara serta untuk
mencegah serangan hama dan penyakit. Penyiangan dilakukan secara manual
Pengendalian Hama
Hama dicegah dengan insektisida Decis 2.5 EC dengan konsentrasi 0.5 cc/l. Penggunaan insektisida ini hanya pada saat perendaman benih sebelum ingin disemaikan.
Panen
Panen dilakukan pada saat bawang merah berumur 12 MSPT
(Minggu Setelah Pindah Tanam) setelah 75 % daun bagian atas menguning dan
rebah. Tanaman dikering anginkan kemudian dibersihkan dari kotoran yang
menempel. Umbi dipotong dari batang dan akar, kemudian dikeringkan selama
kurang lebih 2 minggu.
Pengeringan
Cara mengeringkan adalah dengan menjemur dibawah panas matahari
selama kurang lebih 2 minggu.
Peubah Amatan
Tinggi Tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur mulai dari permukaan tanah sampai ke
ujung daun. Tinggi tanaman dihitung mulai 2 MSPT – 6 MSPT.
Jumlah Daun (helai)
Dihitung seluruh daun yang ada mulai 2 MSPT – 6 MSPT.
Diameter Umbi per Sampel (cm)
Diameter umbi per sampel diukur setelah bawang merah kering dengan
Bobot Basah Umbi per Sampel (g)
Bobot basah umbi per sampel ditimbang setelah dipanen. Dengan syarat
umbi bersih dari tanah dan kotoran serta daun dipotong ± 1cm dari umbi.
Bobot Kering Umbi per Sampel (g)
Bobot kering umbi per sampel ditimbang setelah dikeringkan selama 2
minggu.
Jumlah Siung per Sampel
Jumlah siung per sampel dihitung setelah dipanen.
Produksi per plot (g)
Bobot kering umbi per plot ditimbang setelah dikeringkan selama 2
HASIL DAN PEMBAHASAN
HasilTinggi tanaman (cm)
Data tinggi tanaman bawang merah umur 2,3,4,5,6 MSPT dapat dilihat
pada lampiran 7,9,11,13,15, dan daftar analisis sidik ragamnya pada lampiran
8,10,12,14,16.
Dari analisis sidik ragam perlakuan jarak tanam (J) berpengaruh nyata
pada umur 3- 6 MSPT, sedangkan perlakuan dosis pupuk KCl (P) dan interaksi
kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman pada semua
umur pengamatan.
Data rataan tinggi bawang merah dengan perlakuan jarak tanam (J) dan
dosis pupuk KCl (P) pada 6 MSPT dapat dilihat pada Tabel 1
Tabel 1. Ratan tinggi tanaman bawang merah (cm) pada perlakuan jarak tanam dan pemberian pupuk KCl pada 6 MSPT
Jarak Tanam Pupuk KCl Rataan
P0 P1 P2 P3
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf uji 5 % menurut uji Duncan
Tabel 1 menunjukkan bahwa rataan tinggi tanaman tertinggi dihasilkan
oleh perlakuan jarak tanam J1 (20x10) cm yaitu 29,92 cm dan terendah pada
perlakuan J4 (20x25) cm yaitu 21,83 cm yang tidak berbeda nyata dengan
perlakuan J3 dan J2.
Hubungan antara tinggi bawang merah umur 6 MSPT dengan perlakuan
Gambar 1. Hubungan tinggi tanaman 6 MSPT dengan perlakuan jarak tanam
Gambar 1 menunjukkan bahwa hubungan tinggi tanaman pada perlakuan
jarak tanam adalah linear yang artinya tinggi tanaman per sampel akan meningkat
sejalan dengan semakin rapatnya jarak tanam.
Jumlah daun (helai)
Data pengamatan jumlah daun tanaman bawang merah disajikan pada
lampiran 17,19,21,23,25, dan daftar analisis sidik ragamnya dapat dilihat di
lampiran 18,20,22,24,26.
Berdasarkan analisis daftar sidik ragam terlihat bahwa perlakuan jarak
tanam (J) berpengaruh nyata pada umur 2- 6 MSPT, sedangkan perlakuan dosis
pupuk KCl (P) dan interaksi kedua perlakuan tidak berpengaruh terhadap jumlah
daun pada semua umur pengamatan.
Data rataan jumlah daun bawang merah dengan perlakuan jarak tanam (J)
dan dosis pupuk KCl (P) pada 6 MSPT ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Rataan jumlah daun bawang merah (helai) pada perlakuan jarak tanam dan pemberian pupuk KCl pada 6 MSPT
Jarak Tanam Pupuk KCl Rataan
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf uji 5 % menurut uji Duncan
Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa rataan tinggi jumlah daun tertinggi
dihasilkan oleh perlakuan jarak tanam J1 (20x10) cm yaitu 6,56 helai dan
terendah pada perlakuan J4 (20x25) cm yaitu 4,73 helai yang tidak berbeda nyata
dengan perlakuan J4 dan J3.
Hubungan antara jumlah daun bawang merah dengan jarak tanam pada
6 MSPT disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2. Hubungan jumlah daun 6 MSPT dengan perlakuan jarak tanam
Gambar 2 menunjukkan bahwa hubungan jumlah daun pada perlakuan
jarak tanam adalah linear yang artinya jumlah daun akan meningkat sejalan
dengan semakin rapatnya jarak tanam.
Bobot basah umbi per sampel (g)
Data pengamatan bobot basah umbi per sampel disajikan pada lampiran
27, dan daftar analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 28.
Dari analisis sidik ragam perlakuan jarak tanam (J) berpengaruh nyata
terhadap bobot basah per sampel, sedangkan perlakuan dosis pupuk KCl (P) dan
interaksi kedua perlakuan tersebut tidak berpengaruh nyata.
Data rataan bobot basah bawang merah dengan perlakuan jarak tanam (J)
dan dosis pupuk KCl (P) dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Rataan bobot basah bawang merah per sampel (g) pada perlakuan jarak tanam dan dosis pupuk KCl
Jarak Tanam Pupuk KCl Rataan
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf uji 5 % menurut uji Duncan
Tabel 3 menunjukkan bahwa rataan bobot basah per sampel terberat pada
perlakuan jarak tanam yaitu J1 (20x10) cm sebesar 16.35 g dan yang terendah
pada J4 sebesar 9.20 g yang tidak berbeda nyata dengan J3 dan J2.
Hubungan antara bobot basah bawang merah dengan jarak tanam dan
Gambar 3. Hubungan bobot basah umbi per sampel dengan perlakuan jarak tanam
Gambar 3 menunjukkan bahwa hubungan bobot basah umbi per sampel
pada perlakuan jarak tanam adalah linear yang artinya bobot basah umbi per
sampel akan meningkat sejalan dengan semakin rapatnya jarak tanam.
Bobot kering umbi per sampel (g)
Data pengamatan bobot kering ditunjukkan pada lampiran 29 dan daftar
sidik ragamnya pada lampiran 30.
Dari analisis sidik ragam perlakuan jarak tanam (J) berpengaruh nyata
terhadap bobot kering per sampel, sedangkan perlakuan dosis pupuk KCl (P) dan
interaksi kedua perlakuan tersebut tidak berpengaruh nyata.
Rataan bobot kering bawang merah dengan perlakuan jarak tanam (J) dan
dosis pupuk KCl (P) disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Rataan bobot kering bawang merah pada perlakuan jarak tanam dan dosis pupuk KCl
Jarak Tanam Pupuk Kalium Rataan
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf uji 5 % menurut uji Duncan
Tabel 4 menunjukkan bahwa rataan bobot kering per sampel terberat pada
perlakuan jarak tanam yaitu J1 (20x10) cm sebesar 14.36 g dan yang terendah
pada J4 sebesar 8.82 g yang tidak berbeda nyata dengan J3 dan J2.
Gambar 4 menunjukkan bahwa hubungan bobot kering umbi per sampel
pada perlakuan jarak tanam adalah linear yang artinya bobot kering umbi per
sampel akan meningkat sejalan dengan semakin rapatnya jarak tanam.
Diameter umbi per sampel (cm)
Data pengamatan diameter umbi per sampel disajikan pada lampiran 31
dan daftar analisis sidik ragam pada lampiran 32.
Berdasarkan analisis sidik ragam perlakuan jarak tanam (J) berpengaruh
nyata tetapi perlakuan dosis pupuk KCl (P) dan interaksinya tidak berpengaruh
nyata terhadap diameter umbi per sampel.
Data rataan diameter umbi bawang merah dengan perlakuan jarak tanam
(J)) dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Rataan diameter umbi bawang merah pada perlakuan jarak tanam dan dosis pupuk KCl
Jarak Tanam Pupuk KCl Rataan
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf uji 5 % menurut uji Duncan
Tabel 5 menunjukkan bahwa rataan tinggi diamater umbi tertinggi pada
perlakuan jarak tanam J1 (20x10) cm yaitu 3.23 cm dan terendah pada J4 (20x25)
cm yaitu 2.23 cm dimana J4 tidak berbeda nyata dengan J3 dan J2.
Hubungan antara diameter umbi bawang merah dengan jarak tanam dapat
Gambar 5. Hubungan diameter umbi per sampel dengan perlakuan jarak tanam
Gambar 5 menunjukkan bahwa hubungan diameter umbi per sampel pada
perlakuan jarak tanam adalah linear yang artinya diameter umbi per sampel akan
meningkat sejalan dengan semakin rapatnya jarak tanam.
Jumlah siung per sampel
Data pengamatan jumlah siung per sampel ditunjukkan pada lampiran 33
dan daftar analisis sidik ragamnya pada lampiran 34.
Hasil analisis sidik ragam memperlihatkan bahwa perlakuan jarak tanam
(J) dan perlakuan dosis pupuk KCl (P) dan interaksinya tidak berpengaruh
terhadap jumlah siung per sampel.
Data rataan jumlah siung bawang merah dengan perlakuan jarak tanam (J)
Tabel 6. Rataan jumlah siung bawang merah pada perlakuan jarak tanam dan dosis pupuk KCl
Jarak Tanam Pupuk KCl Rataan
P0 P1 P2 P3
J1 (20x10)cm 1.20 1.15 1.35 1.20 1.23
J2 (20x15)cm 1.10 1.30 1.25 1.00 1.16
J3 (20x20)cm 1.05 1.15 1.35 1.20 1.19
J4 (20x25)cm 1.05 1.00 1.05 1.05 1.04
Rataan 1.10 1.15 1.25 1.11 1.15
Tabel 6 menunjukkan bahwa perlakuan dosis pupuk KCl P0 tidak
berpengaruh nyata terhadap P1,P2 dan P3. Pada perlakuan pemberian pupuk yang
tertinggi adalah perlakuan P2 yaitu 1.25 siung dan yang terendah pada P0 yaitu
1.10 siung. Perlakuan jarak tanam J1 tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan
J2, J3 dan J4. Perlakuan J1 menunjukkan jumlah siung tertinggi yaitu 1.23 siung
dan yang terendah pada J4 yaitu 1.04 siung
Produksi per plot (g)
Data pengamatan produksi per plot disajikan pada lampiran 35 dan daftar
analisis sidik ragam pada lampiran 36.
Dari analisis sidik ragam perlakuan jarak tanam (J) berpengaruh nyata
terhadap produksi per plot tetapi perlakuan dosis pupuk KCl (P) dan interaksinya
tidak berpengaruh nyata terhadap produksi per plot.
Data rataan produksi per plot bawang merah dengan perlakuan jarak tanam
Tabel 7. Rataan produksi per plot bawang merah pada perlakuan jarak tanam dan dosis pupuk KCl
Jarak Tanam Pupuk KCl Rataan
P0 P1 P2 P3
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf uji 5 % menurut uji Duncan
Pada tabel 7 menunjukkan bahwa rataan tinggi produksi per plot tertinggi
dihasilkan oleh perlakuan jarak tanam J1 (20x10) cm yaitu 305.54 g dan terendah
pada J4 (20x25) cm yaitu 107.13 g dimana J4 berbeda nyata dengan J3 dan J2,
sedangakn J2 tidak berbeda nyata dengan J3.
Hubungan antara produksi per plot dengan jarak tanam dapat dilihat pada
Gambar 7. Hubungan produksi per plot dengan perlakuan jarak tanam
Gambar 7 menunjukkan bahwa hubungan produksi per plot pada perlakuan jarak
tanam adalah linear yang artinya produksi per plot akan meningkat sejalan
Pembahasan
Respons Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah Terhadap jarak Tanam
Perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman
6 MSPT, dimana tinggi tanaman tertinggi dihasilkan oleh jarak tanam 20x10 cm
(J1) yaitu 29.92 cm dan yang terendah pada jarak tanam 20x25 cm (J4) yaitu
21.83 cm. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian (Ferdinanta,2009) yang
melaporkan bahwa jarak tanam yang lebih rapat (5x10) cm menghasilkan tinggi
tanaman yang lebih tinggi dibanding jarak tanam lebih renggang (15x10) cm.
Dalam hal ini tinggi tanaman pada jarak tanam yang semakin rapat justru lebih
tinggi dibanding jarak tanam yang lebih renggang. Belum jelas mengapa tinggi
tanaman bawang merah yang dihasilkan jarak tanam yang lebih rapat lebih tinggi
dibanding jarak tanam yang lebih renggang. Belum ada literatur yang mendukung
tentang penelitian tersebut.
Dari hasil analisis data secara statistik diperoleh bahwa perlakuan jarak
tanam berpengaruh nyata pada pengamatan parameter jumlah daun 6 MSPT
dimana rataan tertinggi adalah 20x10 cm (J1) 6,56 helai dan terendah adalah pada
perlakuan 20x25 cm (J4) yaitu 4,73 helai. Hal ini didukung oleh penelitian
(Ferdinanta, 2009) bahwa jarak tanam lebih sempit menghasilkan jumlah daun
yang lebih banyak dari jarak tanam renggang dengan menggunakan bahan tanam
asal biji. Belum ada literatur yang mendukung mengapa jarak tanam asal biji lebih
rapat menghasilkan jumlah daun yang lebih banyak dibanding jarak tanam yang
Dari hasil analisis data secara statistik diperoleh bahwa perlakuan jarak
tanam berpengaruh nyata terhadap pengamatan diameter umbi per sampel, dimana
yang tertinggi adalah pada jarak tanam 20x10 cm (J1) yaitu 3.23 cm dan yang
terendah adalah jarak tanam 20x25 cm (J4) yaitu 2.23 cm. Dalam hal ini jarak
tanam yang lebih rapat menghasilkan diameter umbi yang lebih besar dari pada
jarak tanam yang lebih renggang. Sementara menurut penelitian Dewi (2005)
jarak tanam lebih renggang menghasilkan diameter umbi lebih besar dibanding
jarak tanam yang rapat. Belum ada literatur yang menjelaskan mengapa diameter
umbi asal biji dengan jarak tanam lebih rapat lebih besar dibanding jarak tanam
lebih renggang.
Dari hasil analisis data secara statistik diperoleh bahwa perlakuan jarak
tanam berpengaruh nyata terhadap parameter bobot basah umbi per sampel,
dimana yang tertinggi adalah pada jarak tanam 20x10 cm (J1) yaitu 16.35 g dan
yang terendah adalah jarak tanam 20x25 cm (J4) yaitu 9.20 g. Selain menyerap
unsur hara, akar berfungsi menahan air di permukaan tanah sehingga
melembabkan tanah disekitarnya. Semakin rapat jarak tanam, maka populasi per
satuan luas pun meningkat sehingga air yang disimpan pun banyak. Kemungkinan
jarak tanam yang rapat menaikkan bobot basah umbi per sampel. Belum ada
literatur yang mendukung tentang penelitian tersebut.
Dari hasil analisis data secara statistik diperoleh bahwa perlakuan jarak
tanam berpengaruh nyata terhadap parameter bobot kering per sampel, dimana
yang tertinggi adalah pada jarak tanam 20x10 cm (J1) cm yaitu 14.36 g dan yang
terendah adalah jarak tanam 20x25 cm (J4) yaitu 8.82 g. Dalam hal ini jarak
jarak tanam yang lebih renggang. Pada jarak tanam 20x10 cm (J1) persentase
cahaya yang dapat diteruskan oleh tanaman sangat kecil karena pertumbuhan
tajuk tanaman sudah menutupi permukaan tanah sehingga pertumbuhan gulma
terhambat yang menyebabkan tingginya berat kering yang dihasilkan.
Meningkatnya intensitas cahaya yang diterima akan meningkatkan pertumbuhan
tunas, umbi dan bobot kering total. Menurut Waxn and Stoller (1977) pada
dasarnya pemakaian jarak tanam yang rapat bertujuan untuk meningkatkan hasil,
asalkan faktor pembatas dapat dihindari sehingga tidak terjadi persaingan antar
tanaman. Disamping itu pengaturan jarak tanam yang tepat juga untuk menekan
pertumbuhan gulma, karena pertumbuhan tajuk dapat dengan cepat menutupi
permukaan tanah.
Hasil analisis sidik aragam menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanam
berpengaruh nyata terhadap produksi per plot dimana yang tertinggi dihasilkan
oleh perlakuan jarak tanam 20x10 cm (J1) yaitu 305.54 g per plot dan yang
terendah pada perlakuan jarak tanam 20x25 cm (J4) yaitu 107.13 g. Hal ini
dikarenakan jarak tanam yang rapat menghasilkan jumlah populasi tanaman per
plot semakin banyak sehingga meningkatkan produksi per plot. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Heddy, dkk (1994) yang menyatakan bahwa kerapatan
tanaman mempengaruhi tinggi rendahnya produksi tanaman. Peningkatan
populasi tanaman mula-mula akan diikuti oleh meningkatnya produksi tanaman
per satuan luas kemudian titik maksimum akan menurunkan produksi tanaman
tersebut.
Dari hasil analisis data secara statistik diperoleh bahwa pada pengamatan
pada jarak tanam 20x10 cm (J1) yaitu 1.23 siung dan yang terendah 1.04 siung.
Hal ini disebabkan karena jumlah suing (anakan) suatu tanaman merupakan sifat
genetis tanaman sehingga tidak mudah dirubah oleh faktor luar. Hal ini sesuai
dengan deskripsi bawang merah varietas Tuk-Tuk (deptan.go.id) 2011 yang
menyatakan jumlah siung (anakan) umbi sebanyak 1-2 anakan.
Respon Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah Terhadap Dosis Pupuk KCl
Dari hasil analisis data secara statistik bahwa perlakuan pupuk KCl tidak
berpengaruh nyata pada seluruh parameter yang diamati, hal ini mungkin
disebabkan oleh adanya pencucian unsur hara oleh air hujan sehingga unsur hara
yang berada di tanah menjadi tidak dapat diserap oleh akar tanaman. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Rosmarkam dan Yuwono (2002) yang menyatakan
bahwa jika laju pencucian unsur hara sangat besar dan pelapukan rendah, maka
kehilangan unsur hara lebih besar dibanding dengan pengambilan unsur hara oleh
tanaman. Pernyataan ini juga didukung oleh Damanik,dkk (2011) bahwa pupuk K
umumnya mudah sekali larut dalam air dan konsentrasinya menurun akibat
banyak diserap oleh akar dan pencucian mengikuti air perkolasi.
Perlakuan dosis pupuk KCl tidak berpengaruh nyata pada produksi per
plot dikarenakan mungkin karena faktor dilapangan yaitu ketinggian tempat
bedengan yang tidak seragam, keadaan tanah yang kurang poros dan faktor
lingkungan yaitu musim hajan serta cara pengaplikasian nya di lapangan yang
kurang tepat. Hal ini sesuai dengan Damanik,dkk (2011) bahwa penggunaan
pupuk harus memperhatikan sifat tanah, sifat tanaman dan kebutuhannya, waktu
Dari hasil analisis data secara statistik diperoleh bahwa pada pengamatan
parameter jumlah siung berpengaruh tidak nyata dimana rataan tertinggi adalah
pada dosis pupuk KCl P2 (200kg/ha) yaitu 1.25 siung dan yang terendah pada P0
(0 gr/ha) yaitu 1.10 siung. Hal ini disebabkan karena jumlah suing (anakan) suatu
tanaman merupakan sifat genetis tanaman sehingga tidak mudah dirubah oleh
faktor luar. Hal ini sesuai dengan deskripsi bawang merah varietas Tuk-Tuk
(deptan.go.id) 2011 yang menyatakan jumlah siung (anakan) umbi sebanyak 1-2
anakan.
Interaksi respons pertumbuhan dan produksi bawang merah terhadap perlakuan jarak tanam dan dosis pupuk KCl
Data hasil pengamatan dan analisis statistik menunjukkan bahwa interaksi
perlakuan jarak tanam dan pemberian pupuk KCl tidak berpengaruh nyata
terhadap seluruh parameter yang diamati. Hal ini menunjukkan bahwa antara jarak
tanam dan dosis pupuk kimia belum mampu mempengaruhi satu sama lain.
Interaksi antar perlakuan jarak tanam dan dosis pupuk KCl tidak
berpengaruh nyata terhadap seluruh parameter yang diamati terjadi karena adanya
faktor lingkungan tempat tanam dan iklim setempat yang mengakibatkan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan1. Perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi
tanaman, jumlah daun, diameter umbi, bobot basah umbi, bobot kering
umbi, diameter umbi per sampel dan produksi per plot tetapi tidak
berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah siung. Jarak tanam yang
yang menghasilkan produksi terbaik adalah 20x10 cm (J1) yaitu sebesar
305.54 g berat kering per m2.
2. Perlakuan dosis pupuk KCl tidak berpengaruh nyata terhadap seluruh
parameter yang diamati.
3. Interaksi perlakuan jarak tanam dan dosis pupuk KCl tidak berpengaruh
nyata terhadap seluruh parameter yang diamati.
Saran
Disarankan penelitian lanjutan untuk bawang merah dengan kerapatan
jarak tanam yang berbeda karena masih bisa ditingkatkan kembali dan diteliti
lebih lanjut mengapa jarak tanam lebih sempit lebih bagus pertumbuhannya
DAFTAR PUSTAKA
AAK, 2004. Pedoman Bertanam Bawang, Kanisius, Yogyakarta.
Afrida,E. 2005. Efektifitas penggunaan pupuk organik A32 dan jarak tanam
terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.) varietas Brebes. Bidang Ilmu
Pertanian. 3:46-47
Bangun, M. K. 1991. Rancangan Percobaan. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
BPS. 2011. Produksi bawang merah Sumatera Utara. Biro Statistik Sumatera Utara, Medan.
Damanik, MMB; B.E hasibuan; Fauzi; Sarifuddin; Hamidah,H. 2011 Kesuburan Tanah dan Pemupukan.
Deptan.go.id. Deskripsi Bawang merah varets Tuk-Tuk. 20 September 2011 1 page.
Ferdinanta, S. 2009. Pertumbuhan dan produksi bawang merah varietas tuk-tuk asal biji dengan perlakuan pupuk cair dan jarak tanam . Skripsi. Universitas Sumatera Utara
Gunawan, D. 2010. Budidaya bawang merah. Agritek. Jakarta.
http://pustaka-deptan.go.id [1 september 2010]
Jumin, H.B. 2007. Agronomi. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Nyakpa, Y; Lubis A.M; Pulung A.P; A.Ghafar; Munawar; Go Bon Hong; Hakim,N. 1988. Kesuburan Tanah. Penerbit Universitas Lampung, Lampung
Palungkun dan A.Budiarti. 1993. Bawang merah dataran rendah. PT. Penebar Swadaya, Jakarta
Rahayu, E, dan Berlian,N. 1999. Bawang Merah. Penebar Swadaya, Jakarta.
Rismunandar, 1989. Membudidayakan 5 jenis bawang. Sinar Baru, Bandung.
Rosmarkam, A dan Yuwono, N.W, 2002. Ilmu kesuburan Tanah. Kanisius, Jakarta
Rukmana, R. 1995. Bawang Merah Budidaya Dan Pengolahan Pasca Panen.
Sumarni dan Hidayat. 2005. Panduan teknis PTT Bawang merah No.3. Balai Penelitian Sayuran IPB. http://agroindonesia.co.id.[1 September 2010]
Sunarjono, A dan Soedomo. 1983. Budidaya Bawang merah.Sinar baru, Bandung
Tjionger, M. 2010. Memperbesar dan memperbanyak umbi bawang merah. Indonesian agriculture. http://obtrando.wordpress.com [22 April 2010]
Wax, M. & E.W. Stoller. 1987. Aspects of weed cropsinterference related to weed control practice. World Soybean Research Conference III.Westview. London. pp. 116-124.
Lampiran 1. Deskripsi bawang merah varietas Tuk-tuk
Asal : PT. East West Seed Philipina
Silsilah : rekombinan 5607 (F) x 5607 (M)
Golongan varietas : menyerbuk silang
Tipe pertumbuhan : tegak Bentuk penampang daun : bulat berongga
Warna bunga : putih
Bentuk karangan bunga : berbentuk payung
Warna umbi : merah muda – merah kecoklatan
Bentuk biji : bulat pipih berkeriput
Berat 1.000 biji : ± 2,7 g
Jumlah anakan : 1 – 2 anakan
Hasil umbi basah : ± 32 ton/ha
Keterangan : beradaptasi dengan baik di dataranrendah dengan ketinggian 20 – 220 m dpl, sangat baik ditanam pada musim kemarau
Pengusul : PT. East West Seed Indonesia
Peneliti : Karina M. Leuween (PT. East West Seed
Jarak tanam : 20 x 25 cm
Jlh tanaman : 20 Tanaman
a a = 20 cm
b = 25 cm
x x a x x b x
x x x x x
x x x x x