• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Hasil penelitian uji efektivitas fungisida nabati dan fungisida kimia terhadap penyakit hawar daun (Helminthosporium turcicum (pass.) leonard et suggs) pada tanaman jagung (zea mays L.) di dataran rendah adalah sebagai berikut :

1. Intensitas Serangan Helminthosporium turcicum

Hasil pengamatan mingguan intensitas serangan (%) hawar daun jagung (Helminthosporium turcicum) dari pengamatan 21 HST- 84 HST dapat dilihat pada lampiran 4 sampai dengan 15. Dari hasil analisa sidik ragam dapat dilihat adanya perbedaan yang tidak nyata pada pengamatan ke I- III, nyata pada pada pengamatan ke IV dan sangat nyata pada pada pengamatan ke V- X, maka dilakukan Uji Jarak Duncan. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 1.

Rata-rata intensitas serangan (%) Helminthosporium turcicum pada masing- masing perlakuan pada setiap minggu pengamatan dapat dilihat pada tabel 1, berikut ini:

Tabel 1: Uji beda rataan pengaruh fungisida nabati dan fungisida kimia terhadap serangan Helminthosporium turcicum (%) untuk setiap minggu pengamatan.

Perlakuan Pengamatan (Minggu)

I II III IV V VI VII VIII IX X

K0 0.24 7.15 12.42 19.88a 24.26A 30.03A 38.07A 45.10A 53.56A 58.80A

K1 0.27 6.95 12.52 18.45b 23.11A 27.83B 35.73B 44.30B 52.02C 57.03B

K2 0.27 7.17 12.32 18.48b 23.17A 28.48B 36.34B 44.41B 52.73B 57.42B

K3 0.00 7.04 11.98 18.06b 21.41B 26.04C 33.80C 42.65C 51.24D 54.87C

K4 0.13 7.16 12.39 18.05b 20.97B 24.72C 33.56C 42.32C 50.80D 54.31C

Keterangan: Angka yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata pada Uji Jarak Duncan taraf 5% (notasi huruf kecil) dan taraf 1% (notasi huruf besar).

2. Produksi Jagung (ton/ha)

Hasil pengamatan produksi pipilan jagung kering dapat dilihat pada lampiran 16. Dari analisis produksi jagung dapat dilihat adanya perbedaan yang sangat nyata pada masing- masing perlakuan, maka dilakukan Uji Jarak Duncan. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2: Uji beda rataan pengaruh fungisida nabati dan fungisida kimia terhadap produksi jagung (ton/ha)

Perlakuan Produksi K0 7.92C K1 8.41B K2 8.39B K3 9.51A K4 9.75A

Keterangan: Angka yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata pada Uji Jarak Duncan taraf 5%.

Keterangan perlakuan: K0 = Kontrol

K1 = Larutan daun sirih dengan dosis 300 gr/ liter air K2 = Larutan daun sereh dengan dosis 300 gr/ liter air

K3 = Fungisida kimia bahan aktif propineb dengan dosis 1,4 gr/ liter air K4 = Fungisida kimia bahan aktif heksaconazol dengan dosis 1 ml/ liter air

Pembahasan

1. Intensitas Serangan Helminthosporium turcicum

Intensitas serangan Helminthosporium turcicum pada tabel 1 menunjukkan bahwa serangan penyakit ini sudah ditemukan sejak pengamatan 21 HST, kecuali pada perlakuan K3 (propineb 1,4 gr/l.air)

Pada pengamatan I (21 HST) sampai dengan pengamatan III (35 HST) intensitas serangan berpengaruh tidak nyata terhadap perlakuan K0, K1, K2, K3,

K4. Sedangkan pada pengamatan IV (42 HST) perlakuan K0 berbeda nyata terhadap perlakuan K1, K2, K3, K4.

Pada pengamatan V (49 HST), perlakuan K3 dan K4 berbeda sangat nyata terhadap perlakuan K0, K1, dan K2. Perlakuan C3 tidak berbeda nyata terhadap perlakuan C4.

Pada pengamatan VI (56 HST) sampai pengamatan X (84 HST), perlakuan K0 berbeda sangat nyata terhadap perlakuan K1, K2, K3 dan K4. Sedangkan K1 tidak berbeda nyata pada K2 dan K3 tidak berbeda nyata pada K4.

Untuk melihat perbedaan yang nyata antara fungisida nabati dan fungisida kimia terhadap penyakit hawar daun (Helminthosporium turcicum (pass.) leonard et suggs) dapat dilihat pada gambar 5 di bawah ini:

Gambar 5. Histogram pengaruh fungisida nabati dan fungisida kimia terhadap penyakit hawar daun (helminthosporium turcicum (pass.) leonard et suggs) (%) untuk setiap minggu pengamatan.

Pada gambar 5 dapat dilihat bahwa intensitas serangan pada pengamatan IV (42HST) terendah pada perlakuan K4 dengan nilai 18,05% dan tertinggi pada perlakuan K0 dengan nilai 19,88%. Pada 49 HST, intensitas serangan terendah

pada perlakuan K4 dengan nilai 20,97% dan tertinggi pada K0 dengan nilai 24,26%. Pada 56 HST, intensitas serangan terendah pada perlakuan K4 dengan nilai 24,72% dan tertinggi pada K0 dengan nilai 30,03%. Pada 63 HST, intensitas serangan terendah pada perlakuan K4 dengan nilai 33,56% dan tertinggi pada K0 dengan nilai 38,07%. Pada 70 HST, intensitas serangan terendah pada perlakuan K4 dengan nilai 42,32% dan tertinggi pada K0 dengan nilai 45,10%. Pada 77 HST, intensitas serangan terendah pada perlakuan K4 dengan nilai 50,80% dan tertinggi pada K0 dengan nilai 53,56%. Pada 84 HST, intensitas serangan terendah pada perlakuan K4 dengan nilai 54,31% dan tertinggi pada K0 dengan nilai 58,80%.

Pada gambar 5 dapat dilihat bahwa intensitas serangan antara perlakuan K3 dan K4 lebih rendah bila dibandingkan dengan perlakuan K0, K1 dan K2. Ini menunjukkan bahwa fungisida kimia lebih efektif untuk mengendalikan penyakit hawar daun jagung (Helminthosporium turcicum (pass.) leonard et suggs), terutama untuk fungisida yang bersifat sistemik (K4/ heksaconazol).

Pada perlakuan fungisida kimia, perlakuan K4 (heksaconazol 1 ml/l.air) yang bersifat sistemik lebih efektif untuk menekan perkembangan hawar daun bila dibandingkan dengan perlakuan K3 (propineb 1,4 gr/l.air) yang bersifat kontak pada setiap minggu pengamatan. Hal ini dikarenakan fungisida kontak tidak dapat diserap oleh tanaman, tetapi hanya membentuk lapisan penghalang dipermukaan daun tanaman sehingga perkecambahan spora dan miselia jamur menjadi terhambat (Djojosumarto, 2000) dan lapisan penghalang ini dapat tercuci oleh curah hujan yang tinggi. Sedangkan fungisida sistemik bisa diserap oleh jaringan tanaman (umumnya daun) tetapi tidak atau hanya sedikit ditransportasikan ke

bagian tanaman lainnya (Djojosumarto, 2008) sehingga lebih tahan lama di dalam jaringan tanaman dalam menghambat pertumbuhan jamur.

Pada perlakuan fungisida nabati, perlakuan K1 (larutan daun sirih 300 gr/l.air) yang mengandung fenol mampu menahan serangan patogen dengan cara menghambat sporulasi dari patogen sehingga tanaman dapat terlindung dan bertahan sesuai dengan yang diungkapkan oleh Hendra, et al (1995) bila dibandingkan dengan perlakuan K2 (larutan daun sereh 300 gr/l.air) yang mengandung senyawa stronella dan golongan alkohol pada setiap minggu pengamatan. Penggunaan fungisida nabati (sirih dan sereh) berperan aktif dalam menghambat pertumbuhan konidia maupun koloni jamur, sehingga mampu menekan pertumbuhan patogen penyebab penyakit hawar daun. Penggunaan daun sirih dan daun sereh tidak bersifat racun terhadap tanaman sehingga tidak mempengaruhi pertumbuhan tanaman.

Pada lampiran dapat dilihat bahwa rataan curah hujan pada bulan Agustus 2009 – November 2009 berkisar antara 49 mm pada bulan Agustus; 229,5 mm pada bulan September; 305,6 mm pada bulan Oktober dan 276,7 mm pada bulan November. Dengan suhu udara berkisar antara 26,3 oC (Agustus) , 26,2 oC (September) , 26,1 oC (Oktober) dan 25,8 oC (November) Untuk kelembaban udara pada bulan Agustus 2009 – November 2009 berkisar antara 89%- 90%. Faktor- fakor lingkungan berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur

Helminthosporium turcicum (pass.) leonard et suggs. Hal ini didukung oleh pernyataan Sudjono (1989) bahwa perkembangbiakan penyakit dibantu oleh curah hujan yang tinggi, suhu yang relatif rendah dan intensitas penyinaran matahari

yang kurang dan Semangun (1991) Kelembaban relatif untuk pertumbuhan jamur diatas 90% dengan suhu optimum pembentukan konidium 20-26 oC.

2. Produksi jagung (ton/ha)

Pada tabel 2 menunjukkan bahwa produksi jagung pada perlakuan K3 dan K4 berpengaruh sangat nyata terhadap perlakuan K0, K1 dan K2. Dapat dilihat pada rataan produksi tertinggi yaitu pada perlakuan K4 dengan nilai 9,75 ton/ha dan terendah terdapat pada perlakuan K0 dengan nilai 7,92 ton/ha.

Produksi jagung berbanding terbalik dengan intensitas serangan, maksudnya apabila intensitas serangan tinggi maka produksinya rendah, begitu juga sebaliknya produksi yang didapat tinggi apabila intensitas serangan penyakit rendah. Hal ini dapat dilihat dengan membandingkan tabel 1 dan tabel 2.

Untuk melihat pengaruh dari masing-masing perlakuan berbeda sangat nyata terhadap produksi jagung dapat dilihat pada gambar 6.

Gambar 6. Histogram pengaruh fungisida nabati dan fungisida kimia terhadap produksi jagung ton/ha.

Dokumen terkait