• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan penelitian pendahuluan pada domba Priangan yang tidak diberi perlakuan stress dalam kondisi suhu lingkungan dan kelembapan yang sama di dapat hasil bahwa persentase rata-rata limfosit adalah 50,4%,monosit 6,80%, neutrofil 37,24%, eosinofil 5,64%, dan N:L rasio 0,75.

NEUTROFIL

Hasil pengamatan persentase rata-rata neutrofil pada Domba Priangan yang mengalami stres transportasi dan diberi formulasi multivitamin dapat disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Persentase rata-rata neutrofil domba yang mengalami stres transportasi dan diberi formulasi multivitamin

Perla kuan

Pengamatan jam ke-

0 4 8 12 24 48 72 50,75±6.40cde 39,75±8.73abc 45,25±9.22abcd 50±3.65cde 43,5±9.75abcd 49,75±0.96cde 39,5±5.92abc KP PA 43,5±6.76abcd 41±8.29abc 43,5±12.12abcd 64,5±4.51f 60,25±5.25ef 43,25±9.18abcd 36±11.17ab PB 49±8.04bcde 32,5±6.61a 54,25±12.45def 51±1.41cde 51,5±6.86cde 43,25±4.03abcd 38,5±8.10abc

Keterangan: Huruf superscript yang berbeda pada baris dan kolom yang sama menyatakan perbedaan yang nyata (p<0,05); KP: Kontrol Positif; PA: perlakuan A; PB: Perlakuan B.

Gambar 11 Grafik persentase rata-rata neutrofil domba priangan yang mengalami stres transportasi dan diberi formulasi multivitamin. Berdasarkan Tabel 4 dapat diperoleh hasil peningkatan persentase neutrofil pada masing-masing kelompok perlakuan. Peningkatan terjadi dimulai pada pengamatan pada jam ke-8, 12. Berikutnya pada pengamatan pada jam ke- 24, 48, 72 kadar neutrofil cenderung mengalami penurunan. Puncak persentase

0 20 40 60 80 0 4 8 12 24 48 72 Pers en tas e   R a taan

Pengamatan Pada Jam ke‐

neutrofil terjadi pada jam ke-12, pada kelompok perlakuan kontol positif (KP) dan Multivitamin A (PA), dimana pada jam ke-12 adalah akhir proses transportasi. Pada jam ke-12 ini domba mencapai puncak stres yang diduga mengakibatkan konsentrasi kortisol plasma tinggi. Konsentrasi kortisol yang tinggi mengakibatkan peningkatan stimulus sekresi neutrofil dari sumsum tulang (Chastain dan Ganjam 1986). Kannan et al (2000) juga melaporkan bahwa, konsentrasi kortisol mulai meningkat pada jam ke-0 atau sesaat dimulainya proses transportasi yang mengakibatkan tinggi nya kadar neutrofil domba. Pada saat awal transportasi tubuh domba merespon adanya cekaman atau stres. Tubuh merespon adanya cekaman ini dengan melakukan proses adaptasi melalui peningkatan kadar neutrofil di dalam tubuh.

Menurut Schalm (1975), kortisol dapat merangsang peningkatan produksi neutrofil dari sumsum tulang dan menghambat kemampuan diapedesis neutrofil. Hal ini mengakibatkan terjadinya right shift neutrofil. Secara umum kelompok formulasi multivitamin A mempunyai rata-rata persentase neutrofil lebih tinggi daripada kelompok lain terlihat sampai dengan jam ke-24. Peningkatan ini nyata terlihat pada pengamatan pada jam ke-12 jika dibandingkan dengan kelompok domba kontrol positif dan kelompok formulasi multivitamin B. Tingginya kadar neutrofil pada perlakuan dengan formulasi multivitamin A ini disebabkan pemberian ektrak meniran yang bersifat sebagai imunostimulator sehingga dapat merangsang sekresi neutrofil dari sumsum tulang (Munasir 2002). Sementara itu, kelompok perlakuan dengan pemberian multivitamin B menunjukan respon terhadap stres pada jam ke-8, dimana kadar neutrofil kelompok B cenderung lebih tinggi daripada kelompok perlakuan yang lain. Hal ini diduga bahwa zat aktif yang ada dalam multivitamin B mempunyai daya kerja yang lebih cepat terhadap kondisi stres dibandingkan kelompok yang lain

Proses kembali kepada kondisi awal (recovery) ini berjalan sempurna 12 jam setelah transportasi (Grandin 1990). Hal ini terbukti pada pengamatan kadar neutrofil, dimana pada semua perlakuan (KP,PA dan PB) tampak bahwa pada jam ke-24 (12 jam setelah transportasi) persentase rata-rata neutrofil mulai mengalami penurunan. Dari pengamatan ini dapat diartikan bahwa pada jam ke-24 proses recovery setelah mengalami stres transportasi terjadi.

EOSINOFIL

Hasil pengamatan persentase rata-rata eosinofil pada Domba Priangan yang mengalami stres transportasi dan diberi formulasi multivitamin dapat disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Persentase rata-rata eosinofil domba yang mengalami stres transportasi dan diberi formulasi multivitamin

Perla kuan

Pengamatan jam ke-

0 4 8 12 24 48 72 KP 3,75±1.89ab 3,5±0.58ab 3,5±3.32ab 3,5±1.91ab2.16b 4,75±0.96ab 4,25±0.96ab PA 3,75±0.96ab 2,25±1.50a1.41a 3,75±0.96ab 3,25±2.63ab 4,25±1.71ab 4,5±1.73ab PB 3,75±2.22ab 3,75±0.96ab 3,5±0.58ab 1,75±0.96a 3,75±3.10ab 4,5±3.32ab2.16ab

Keterangan : Huruf superscript yang berbeda pada baris dan kolom yang sama menyatakan perbedaan yang nyata (p<0,05); KP: Kontrol Positif; PA:perlakuan A; PB: Perlakuan B.

Gambar 12 Grafik persentase rata-rata eosinofil pada domba priangan yang mengalami stres transportasi dan diberi multivitamin.

Berdasarkan Tabel 5 dapat dijelaskan bahwa selama proses transportasi 12 jam kadar eosinofil pada semua kelompok perlakuan cenderung mengalami penurunan yaitu pada pengamatan jam ke-4, 8, dan 12. Kadar eosinofil meningkat lagi setelah 12 jam pasca transportasi. Pada kelompok perlakuan multivitamin A persentase eosinofil mengalami penurunan pada awal proses transportasi, dan meningkat lagi setelah pada jam ke-12. Kelompok perlakuan B mengalami penurunan pada jam ke-12, hal ini disebabkan mulai berkurangnya kemampuan zat aktif untuk mempertahankan kondisi fisiologis pada kejadian stres. Sedangkan kelompok kontrol positif relatif stabil, tapi terjadi peningkatan pada jam ke-24

0 1 2 3 4 5 6 7 0 4 8 12 24 48 72 Per senta se   Rat aan

Pengamatan Pada Jam ke‐

atau 12 jam pasca transportasi. Menurut Chastain dan Ganjam (1986), kortisol dapat menyebabkan tejadinya eosinopenia, sehingga terjadi penurunan persentase eosinofil.

Persentase rata-rata eosinofil pada kelompok multivitamin A secara umum lebih rendah daripada kelompok lain yaitu pada pengamatan pada jam ke 4 (pukul 10.00 WIB), jam ke- 8 (pukul 14.00 WIB), ke-24 (pukul 06.00), ke-48 dan ke-72. Penurunan rataan eosinofil ini disebabkan karena kerja zat aktif meniran yaitu kuersetin yang dapat menghambat enzim dekarboksilase sehingga produksi histamin dihambat. Histamin merupakan mediator penting yang dapat merangsang keluarnya eosinofil dari sumsum tulang (Christever 2003). Dengan dihambatnya histamin, jumlah eosinofil yang dihasilkan akan menurun.

Menurut Guyton dan Hall (1997), eosinofil dihasilkan dalam jumlah tinggi pada saat terjadinya infeksi oleh parasit. Dari pernyataan ini dapat diketahui bahwa eosinofil tidak terlalu berpengaruh pada kejadian stres (Kannan et al 2000). Dari grafik dapat dilihat bahwa secara umum persentase rata-rata eosinofil kelompok kontrol paling tinggi diantara kelompok lain. Nilai paling tinggi terjadi saat pengamatan jam ke-24 pada kelompok kontrol, hasil ini diduga disebabkan tidak adanya zat yang dapat menghambat produksi histamin sehingga eosinofil banyak dihasilkan.

BASOFIL

Dari hasil pengamatan pada penelitian ini tidak ditemukan adanya basofil. Hasil ini dapat dikatakan hewan yang digunakan tidak mengalami adanya alergi, karena basofil akan berespon terhadap adanya kejadian alergi dan reaksi hipersensitivitas pada tubuh. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Kannan et al (2000), bahwa kondisi stres tidak berpengaruh terhadap sekresi basofil.

LIMFOSIT

Hasil pengamatan persentase rata-rata limfosit yang mengalami stres transportasi dan diberi formulasi multivitamin dapat disajikan pada tabel 6.

Tabel 6 Persentase rata-rata limfosit domba yang mengalami stres transportasi dan diberi formulasi multivitamin

Keterangan: Huruf superscript yang berbeda pada baris dan kolom yang sama menyatakan perbedaan yang nyata (p<0,05); KP: Kontrol Positif; PA:perlakuan A; PB: Perlakuan B

Gambar 13 Grafik persentase rata-rata limfosit pada domba priangan yang mengalami stres transportasi dan diberi multivitamin.

Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan persentase limfosit dari jam ke-0 sampai dengan jam ke-4. Peningkatan ini terjadi akibat sekresi katekolamin (epinefrin dan norepenefrin) yang merupakan respon tubuh terhadap kondisi stres yang akut. Katekolamin dapat menyebabkan peningkatan persentase limfosit, neutrofil dan monosit (Borrel 2001). Menurut Kannan et al. (1990), dalam kondisi stres transportasi akan terjadi peningkatan persentase neutrofil dan penurunan persentase limfosit. Tubuh memberikan respon terhadap stres dengan menghasikan hormon glukokortikoid. Salah satu kerja dari hormon ini adalah dapat menurunkan jumlah persentase limfosit. secara umum, persentase limfosit pada semua kelompok perlakuan mengalami peningkatan pada jam ke-4 dan

0  4  8 12 24 48  72

KP  PA 

PB  51,5±8.50ef

40,75±8.42 bcde 59,25± 7.93f 37,25±12.87abc 41,25±2.50bcde 37,25±6.08abc 45,5± 6.14 cde 

49,5±8.27cdef

47,5±5.80 cdef 50,5± 5.26 cdef 48±12.83cdef 27,5±4.20a 31,5±5.45ab 43±8.98 bcde  52,5±12.23ef Perla 

kuan

JAM KE-

39,75±6.55 abcde 50,5± 7.23 cdef 46±8.91cde 41±2.58bcde 42,5±10.66bcde 38,75±4.57 abcd

0 10 20 30 40 50 60 70 0 4 8 12 24 48 72 Persenta se   Ra taan

Pengamatan Pada Jam ke‐

cenderung mengalami penurunan kembali pada jam ke-8 sampai dengan jam ke- 12.

Berdasarkan pengamatan pada neutrofil puncak stres transportasi terjadi pada jam ke-12, sehingga berefek pada tingginya konsentrasi kortisol plasma. Kadar kortisol plasma yang tinggi ini dapat menghambat sekresi limfosit dari sumsum tulang (Chastain dan Ganjam 1986). Pengamatan jam ke-24, 48 dan 72 persentase rata-rata limfosit pada masing-masing perlakuan kembali meningkat. Hal ini dapat dikatakan bahwa hewan dalam proses perbaikan untuk kembali ke kondisi homeostasis tubuh setelah mengalami stress (Grandin 1990).

MONOSIT

Hasil pengamatan persentase rata-rata monosit yang mengalami stres transportasi dan diberi formulasi multivitamin dapat disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Persentase rata-rata monosit domba yang mengalami stres transportasi dan diberi formulasi multivitamin

Keterangan : Huruf superscript yang berbeda pada baris dan kolom yang sama menyatakan perbedaan yang nyata (p<0,05); KP: Kontrol Positif; PA:perlakuan A; PB: Perlakuan B

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0 4 8 12 24 48 72 per senta se   rat aan

Dokumen terkait