• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bobot potong kelinci

Bobot potong diperoleh dengan cara penimbangan bobot akhir kelinci setelah dipuasakan selama 10 jam. Data rataan bobot potong kelinci rex jantan dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Rataan bobot potong kelinci rex jantan selama penelitian (g/ekor). Perlakuan Kelompok Rataan + Sd 3 4 SFP1PK0 1755 2006 1880,50 + 125,50 SFP1PK1 1725 2122 1923,50 + 198,50 SFP1PK2 1900 2101 2000,50 + 100,50 SFP2PK0 1869 2101 1985,00 + 116,00 SFP2PK1 1983 2157 2070,00 + 87,00 SFP2PK2 1945 2083 2014,00 + 69,00 Rataan 1978,90 + 137,73

Dari tabel 3. Di atas dapat dilihat rataan bobot potong tertinggi selama penelitian ada pada perlakuan SPF2PK1 yaitu sebesar 2070 + 87 g/ekor dan yang terendah pada perlakuan SFP1PK0 yaitu sebesar 1880,5 + 125,5 g/ekor.

Untuk mengetahui pengaruh sifat fisik ransum yang mengandung pod kakao fermentasi terhadap bobot potong selama penelitian maka dilakukan analisis ragam seperti yang tertera pada tabel 4.

Tabel 4. Analisis ragam bobot potong kelinci rex jantan

SK DB JK KT F.Hit F. Tabel 0,05 0,01 Kelompok 1 161704,09 161704,09 39,68** 6,61 16,26 Perlakuan 5 45573,42 9114,69 2,23tn 5,05 10,97 Perl. SFP 1 23320,09 23320,09 5,72tn 6,61 16,26 Perl. PK 2 13008,67 6504,33 1,59tn 5,79 13,27 Galat 5 20373,42 4074,68 Total 11 227650,92 Keterangan: **= sangat nyata, tn= tidak nyata

Berdasarkan analisis ragam diketahui bahwa pengaruh kelompok bobot badan pada penelitian ini berpengaruh sangat nyata terhadap bobot potong. Pengaruh kelompok pada penelitian ini disebabkan adanya selisih bobot badan yang cukup besar antar kelompok, hal ini dikarenakan adanya perbedaan jumlah anak perkelahiran pada setiap induk kelinci sehingga menyebabkan bobot badan anak kelinci akan sangat berbeda. Semakin banyak anak perkelahiran maka bobot badan anak kelinci akan semakin kecil. Semakin besar bobot sapih anak kelinci maka semakin besar pula bobot potong anak kelinci tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Muryanto dan Prawirodigdo (1993) yang menyatakan bobot potong merupakan bobot hidup akhir seekor ternak sebelum dipotong/disembelih. Bobot potong yang tinggi akan menghasilkan bobot karkas yang tinggi pula. Semakin tinggi bobot potong maka semakin tinggi persentase bobot karkasnya. Hal ini disebabkan proporsi bagian-bagian tubuh yang menghasilkan daging akan bertambah selaras dengan ukuran bobot tubuh.

Pemuasaan yang dilakukan terlalu lama juga dapat menurunkan bobot potong dan karkas. Hal ini disebabkan pemuasaan mempunyai pengaruh yang besar terhadap penurunan atau habisnya glikogen. Kartadisastra (1997) menyatakan bahwa bobot potong adalah hasil penimbangan setelah ternak dipuasakan selama 6-10 jam. Tujuan dari pemuasaan adalah untuk mengosongkan usus sehingga kulit dan otot-ototnya menjadi lemas karena peningkatan penggunaan glikogen akan menentukan besarnya persentase karkas.

Bobot karkas kelinci

Bobot karkas adalah bobot yang diperoleh dari hasil penimbangan dari daging bersama tulang kelinci yang telah dipisahkan dari kepala sampai batas

pangkal leher dan dari kaki sampai batas pergelangan kaki, isi rongga perut, darah, ekor dan kulit yang dihitung dalam gram. Dari hasil penelitian diperoleh rataan bobot karkas kelinci rex jantan pada Tabel 5.

Table 5. Rataan Bobot Karkas Kelinci Rex jantan selama penelitian (gr/ekor)

Perlakuan Kelompok Rataan + Sd 3 4 SFP1PK0 874 1125 999,50 + 125,50 SFP1PK1 844 1241 1042,50 + 198,50 SFP1PK2 1019 1220 1119,50 + 100,50 SFP2PK0 988 1220 1104,00 + 116,00 SFP2PK1 1102 1276 2378,00 + 87,00 SFP2PK2 1028 1166 1097,00 + 69,00 Rataan 1290,08 + 136,86

Dari Tabel 5. Diatas dapat kita lihat rataan bobot karkas tertinggi terdapat pada perlakuaan SFP2PK1 yaitu sebesar 2378,00 + 87,00 dan rataan yang terendah pada perlakuan SFP1PK0 yaitu sebesar 999,50 + 125,50.

Untuk mengetahui pengaruh sifat fisik ransum yang mengandung pod kakao fermentasi terhadap bobot karkas selama penelitian maka dilakukan analisis ragam seperti yang tertera pada Tabel 6.

Tabel 6. Analisis ragam bobot karkas kelinci rex jantan

SK DB JK KT F.Hit F.Tabel 0.05 0,01 Kelompok 1 161704,10 161704,10 39,68** 6,61 16,26 Perlakuan 5 42681,42 8536,28 2,09tn 5,05 10,97 Perl. SFP 1 17404,08 17404,08 4,27tn 6,61 16,26 Perl. PK 2 9792,67 4896,33 1,20tn 5,79 13,27 Galat 5 20373,42 4074,68 Total 11 224758,90 Keterangan: **= sangat nyata, tn= tidak nyata

Berdasarkan analisis ragam diketahui bahwa pengaruh kelompok pada penelitian ini berpengaruh sangat nyata terhadap bobot karkas. Bobot potong yang tinggi akan menghasilkan bobot karkas yang tinggi pula. Hal ini didukung oleh

pendapat Sarwono (2001) yang menyatakan bahwa besarnya bobot karkas tergantung besarnya kelinci yang akan dipotong, selain itu kondisi kelinci juga sangat berpengaruh diantaranya yang memiliki bentuk badan bulat, berdada lebar, padat dan singset menunjukkan keadaan fisik yang prima dan bertenaga kuat. Bentuk badan yang kuat mencerminkan kandungan dagingnya banyak dan merupakan penghasil karkas yang baik.

Persentase Bobot Karkas Kelinci

Menurut Kartadisastra (1998), persentase bobot karkas diperoleh dengan cara membagikan bobot karkas dengan bobot potong dikali 100 %. Data rataan persentase karkas kelinci rex jantan dapat dilihat pada tabel 7.

Table 7. Rataan Persentase Bobot Karkas Kelinci Rex jantan selama penelitian (g/ekor) Perlakuan Kelompok Rataan + Sd 3 4 SFP1PK0 49,80 56,08 52,94 + 3,14 SFP1PK1 48,93 58,48 53,70 + 4,77 SFP1PK2 53,63 58,07 55,85 + 2,22 SFP2PK0 52,86 58,07 55,46 + 2,60 SFP2PK1 55,57 59,16 57,36 + 1,79 SFP2PK2 52,85 55,98 54,41 + 1,56 Rataan 54,95 + 3,23

Dari Tabel 7. Diatas dapat kita lihat rataan bobot karkas tertinggi terdapat pada perlakuaan SFP2PK1 yaitu sebesar 57,36 + 1,79 dan rataan yang terendah pada perlakuan SFP1PK0 yaitu sebesar 52,94 + 3,14.

Untuk mengetahui pengaruh sifat fisik ransum yang mengandung pod kakao fermentasi terhadap bobot potong selama penelitian maka dilakukan analisis ragam seperti yang tertera pada tabel 8.

Tabel 8. Analisisa keragaman persentase bobot karkas kelinci rex jantan SK DB JK KT F.Hit F.Tabel 0.05 0,01 Kelompok 1 86,40 86,40 31,56** 6,61 16,26 Perlakuan 5 25,57 5,11 1,87tn 5,05 10,97 Perl. SFP 1 7,52 7,52 2,74tn 6,61 16,26 Perl. PK 2 3,73 1,87 0,68tn 5,79 13,27 Galat 5 13,69 2,73 Total 11 125,65 Keterangan: **= sangat nyata, tn= tidak nyata

Berdasarkan analisis ragam diketahui bahwa pengaruh kelompok pada penelitian ini berpengaruh sangat nyata terhadap persentase bobot karkas. Bobot karkas yang tinggi akan menghasilkan persentase bobot karkas yang tinggi pula. Hal ini didukung oleh pendapat Muryanto dkk (1993) dan kartadisastra (1998) yang menyatakan bahwa semakin tinggi bobot potong maka semakin tinggi persentase bobot karkasnya. Hal ini disebabkan proporsi bagian-bagian tubuh yang menghasilkan daging akan bertambah selaras dengan ukuran bobot tubuh. Besar persentase bobot karkas tersebut sangat tergantung pada besar tubuh kelinci, sistem pemeliharaan, kualitas bibit, macam dan kualitas pakan, kesehatan ternak dan perlakuan sebelum dipotong. Persentase karkas yang dihasilkan sangat tergantung pada besar tubuh kelinci, dan sebagai patokan, besar karkas kelinci yang baik sharusnya berkisar antara 40 % - 52 % dari berat potongnya.

Bobot Kaki Depan

Bobot Kaki Depan diperoleh dengan cara melepaskan pergelangan kaki dan pangkal paha yang dipotong dari batas lengan sampai pergelangan. Rataan bobot kaki depan dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Rataan Bobot Kaki Depan Kelinci Rex Jantan Perlakuan Kelompok Rataan + Sd 3 4 SFP1PK0 132 169 150,50 + 18,50 SFP1PK1 127 187 157,00 + 30,00 SFP1PK2 154 184 169,00 + 15,00 SFP2PK0 149 184 166,50 + 17,50 SFP2PK1 166 192 179,00 + 13,00 SFP2PK2 160 181 170,50 + 10,50 Rataan 165,41 + 20,70

Dari Tabel 9. Diatas dapat kita lihat rataan bobot Kaki depan tertinggi terdapat pada perlakuaan SFP2PK1 yaitu sebesar 179,00 + 13,00 dan rataan yang terendah pada perlakuan SFP1PK0 yaitu 150,00 + 18,50.

Untuk mengetahui pengaruh sifat fisik ransum yang mengandung pod kakao fermentasi terhadap bobot Kaki Depan selama penelitian, maka dilakukan analisisa keragaman seperti yang tertera pada Tabel 10.

Tabel 10. Analisisa keragaman bobot kaki depan kelinci rex jantan

SK DB JK KT F.Hit F.Tabel 0,05 0,01 Kelompok 1 3640,08 3640,08 39,10** 6,61 16,26 Perlakuan 5 1035,41 207,08 2,22tn 5,05 10,97 Perl. SFP 1 520,08 520,08 5,58tn 6,61 16,26 Perl. PK 2 293,16 146,58 1,57tn 5,79 13,27 Galat 5 465,41 93,08 Total 11 5140,91 Keterangan: **= sangat nyata, tn= tidak nyata

Berdasarkan hasil analisis ragam pada tabel 10. diatas diketahui bahwa pengaruh kelompok terhadap bobot kaki depan memberikan pengaruh yang sangat nyata, pada penelitian ini bobot kaki depan adalah bagian potongan komersial yang terkecil rataannya yaitu sebesar 165,41. Semakin besar bobot potong maka semakin besar pula bobot komersial.

Bobot Dada Leher

Bobot dada-leher diperoleh dengan cara dipotong pada pangkal leher dan dipisahkan dari pinggang dengan membuat potongan antara tulang rusuk terahir. Rataan bobot dada-leher dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Rataan Bobot dada-leher Kelinci Rex Jantan

Perlakuan Kelompok Rataan + Sd 3 4 SFP1PK0 176 226 201,00 + 25,00 SFP1PK1 170 249 209,50 + 39,50 SFP1PK2 205 245 225,00 + 20,00 SFP2PK0 199 245 222,00 + 23,00 SFP2PK1 221 256 238,50 + 17,50 SFP2PK2 214 241 227,50 + 13,50 Rataan 220,58 + 27,38

Dari Tabel 11. Dari rataan bobot dada-leher diatas dapat kita melihat bahwa rataan bobot dada-leher yang tertinggi terdapat pada perlakuan SFP2PK1 yaitu sebesar 238,50 + 17,50 dan rataan yang terendah terdapat pada perlakuan SFP1PK0 201,00 + 25,00.

Untuk mengetahui pengaruh sifat fisik ransum yang mengandung pod kakao fermentasi terhadap bobot dada-leher selama penelitian, maka dilakukan analisisa keragaman seperti yang tertera pada Tabel 12.

Tabel 12. Analisisa keragaman bobot dada-leher kelinci rex jantan

SK DB JK KT F.Hit F.Tabel 0,05 0,01 Kelompok 1 6394,08 6394,08 39,40** 6,61 16,26 Perlakuan 5 1793,41 358,68 2,21tn 5,05 10,97 Perl. SFP 1 918,75 918,75 5,66tn 6,61 16,26 Perl. PK 2 505,16 252,58 1,55tn 5,79 13,27 Galat 5 811,41 162,28 Total 11 8998,91` Keterangan: **= sangat nyata, tn= tidak nyata

Berdasarkan hasil analisis ragam pada tabel 12. diatas diketahui bahwa pengaruh kelompok terhadap bobot dada-leher memberikan pengaruh yang sangat nyata, potongan komersial kelinci sangat dipengaruhi oleh bobot potong ternak kelinci tersebut, semakin besar bobot kelinci tersebut maka semakin besar pula bobot dada-leher yang akan didapat. Hal ini disebabkan proporsi bagian-bagian tubuh yang menghasilkan daging akan bertambah selaras dengan ukuran bobot tubuh. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sarwono (2001) yang menyatakan bahwa besarnya bobot karkas tergantung besarnya kelinci yang akan dipotong, selain itu kondisi kelinci juga sangat berpengaruh diantaranya yang memiliki bentuk badan bulat, berdada lebar, padat dan singset menunjukkan keadaan fisik yang prima dan bertenaga kuat.

Bobot Pinggang

Bobot pinggang diperoleh dengan cara dipotong dari tulang rusuk terahir sampai pangkal tulang duduk. Rataan bobot pinggang dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Rataan Bobot pinggang Kelinci Rex Jantan

Perlakuan Kelompok Rataan + Sd 3 4 SFP1PK0 303 391 374,00 + 44,00 SFP1PK1 293 432 362,50 + 69,50 SFP1PK2 354 424 389,00 + 35,00 SFP2PK0 343 424 383,50 + 40,50 SFP2PK1 383 444 413,50 + 30,50 SFP2PK2 334 382 358,00 + 24,00 Rataan 380,08 + 48,50

Dari tabel 13 diatas dapat kita lihat bahwa rataan bobot pinggang yang tertinggi terdapat pada perlakuaan SFP2PK1 yaitu sebesar 413,50 + 30,50 dan yang terendah terdapat pada perlakuaan SFP1PK0 yaitu sebesar 374,00 + 44,00.

Untuk mengetahui pengaruh sifat fisik ransum yang mengandung pod kakao fermentasi terhadap bobot pinggang selama penelitian, maka dilakukan analisisa keragaman seperti yang tertera pada Tabel 14.

Tabel 14. Analisisa keragaman bobot pinggang kelinci rex jantan

SK DB JK KT F.Hit F.Tabel 0,05 0,01 Kelompok 1 19764,08 19764,08 39,34** 6,61 16,26 Perlakuan 5 5955,41 1191,08 2,37tn 5,05 10,97 Perl. SFP 1 1064,08 1064,08 2,11tn 6,61 16,26 Perl. PK 2 1061,16 530,58 1,05tn 5,79 13,27 Galat 5 2511,41 502,28 Total 11 28230,92 Keterangan: **= sangat nyata, tn= tidak nyata

Berdasarkan hasil analisis ragam pada tabel 14. diatas diketahui bahwa pengaruh kelompok terhadap bobot pinggang memberikan pengaruh yang sangat nyata, Dari tabel tersebut bahwa rataan bobot pinggang sebesar 380,08 + 48,50 hal ini menunjukkan bahwa potongan komersial pinggang merupakan salah satu bagian tubuh yang banyak mengandung daging. Hal ini disebabkan karena punggung merupakan bagain tubuh dari kelinci yang merupakaan penyeimbang atau dengan kata lain melakukan aktifitas yang bagai manapun pinggang akan turut berkontraksi karena pinggang merupakan bagian penghubung dari keseluruhan tubuh ternak, sehingga daging pada bagian ini lebih banyak dan kasar.

Bobot Kaki Belakang

Bobot Kaki Belakang diperoleh dengan cara dipotong pada sendi antara tulang batas pangkal paha hingga pergelangan Hasil rataan bobot kaki belakang dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Rataan Bobot Kaki Belakang Kelinci Rex Jantan Perlakuan Kelompok Rataan + Sd 3 4 SFP1PK0 263 338 300,50 + 37,50 SFP1PK1 254 373 313,50 + 59,50 SFP1PK2 307 367 337,00 + 30,00 SFP2PK0 297 367 332,00 + 35,00 SFP2PK1 332 384 358,00 + 26,00 SFP2PK2 320 362 341,00 + 21,00 Rataan 330,33 + 41,40

Dari Tabel 15. Dari rataan bobot kaki belakang tersebut dapat kita lihat bahwa rataan bobot kaki belakang yang tertinggi terdapat pada perlakuan SFP2PK1 yaitu sebesar 358,00 + 26,00 dan rataan bobot yang terendah terdapat pada perlakuaan SFP1PK0 yaitu sebesar 300,50 + 37,50.

Untuk mengetahui pengaruh sifat fisik ransum yang mengandung pod kakao fermentasi terhadap bobot kaki belakang selama penelitian, maka dilakukan analisisa keragaman seperti yang tertera pada Tabel 16.

Tabel 16. Analisisa keragaman bobot kaki belakang kelinci rex jantan SK DB JK KT F.Hit F.Tabel 0,05 0,01 Kelompok 1 14560,33 14560,33 40,07** 6,61 16,26 Perlakuan 5 4199,66 839,93 2,31tn 5,05 10,97 Perl. SFP 1 2133,33 2133,33 5,87tn 6,61 16,26 Perl. PK 2 1211,16 605,58 1,66tn 5,79 13,27 Galat 5 1816,66 363,33 Total 11 20576,67 Keterangan: **= sangat nyata, tn= tidak nyata

Berdasarkan hasil analisis ragam pada tabel 16. diatas diketahui bahwa pengaruh kelompok terhadap bobot kaki belakang memberikan pengaruh yang sangat nyata, pada penelitian ini bobot kaki belakang adalah bagian potongan komersial yang terbesar kedua rataannya setelah bobot pinggang yaitu sebesar 330,33. Semakain besar bobot potong maka semakin besar pula bobot komersial. Hal ini disebabkan proporsi bagian-bagian tubuh yang menghasilkan daging akan

bertambah selaras dengan ukuran bobot tubuh. Hal ini sesuai dengan pendapat Herman (1983) yang menyatakan bahwa potongan komersial kelinci sangat dipengaruhi oleh bobot potongnya

Rekapitulasi hasil penelitian

Untuk melihat hasil penelitian yang dilakukan terhadap bobot potong, bobot karkas, Persentase bobot karkas, bobot kaki depan, bobot dada leher, bobot pinggang, bobot kaki belakang kelinci maka dilakukan rekapitulasi yang dapat dilihat pada tabel 17.

Tabel 17. Rekapitulasi hasil penelitian efektifitas bentuk sifat fisik ransum yang mengandung pod kakao fermentasi Aspergillus niger terhadap bobot potong, bobot karkas, persentase bobot karkas, bobot kaki depan, bobot dada leher, bobot pinggang, bobot kaki belakang.

Perlakuan BP BK % BK BKD BDL BPi BKB SFP1PK0 1880,50A 999,50A 52,94A 150,50A 201,00A 374,00A 300,50A SFP1PK1 1923,50A 1042,50A 53,70A 157,00A 209,50A 362,50A 313,50A SFP1PK2 2000,50A 1119,50A 55,85A 169,00A 225,00A 389,00A 337,00A SFP2PK0 1985,00A 1104,00A 55,46A 166,50A 222,00A 383,50A 332,00A SFP2PK1 2070,00A 2378,00A 57,36A 179,00A 238,50A 413,50A 358,00A SFP2PK2 2014,00A 1097,00A 54,41A 170,50A 227,50A 358,00A 341,00A Keterangan: - BP : Bobot Potong - BK : Bobot Karkas

- % BK : Persentase Bobot Karkas - BKD : Bobot Kaki Depan - BDL : Bobot Dada Leher - BPi : Bobot Pinggang - BKB : Bobot kaki Belakang

Dari tabel 17 diatas dapat dilihat bahwa pengaruh perlakuan ransum berpengaruh tidak nyata terhadap bobot potong, bobot karkas, persentase bobot karkas, bobot kaki depan, bobot dada leher, bobot pinggang dan bobot kaki belakang. Hal ini dikarenakan perbedaan bobot badan antar kelompok sangat besar yakni sebesar 250 gr yang mengakibatkan perlakuan yang diberikan tidak

memberikan efek yang begitu nyata pada setiap perlakuan, tetapi memberikan pengaruh yang sangat nyata pada tiap kelompok, hal ini dikarenakan perbedaan bobot badan antar kelompok sangat besar yakni sebesar 250 gr.

Besar kecilnya potongan pada setiap irisan komersial tergantung pada besarnya bobot karkasnya semakin besar bobot karkasnya maka semakin besarpula setiap bagian potongan komersialnya, potongan komersial kelinci sangat dipengaruhi oleh bobot potong ternak kelinci tersebut, semakin besar bobot kelinci tersebut maka semakin besar pula bobot yang akan didapat. Hal ini disebabkan proporsi bagian-bagian tubuh yang menghasilkan daging akan bertambah selaras dengan ukuran bobot tubuh. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sarwono (2001) yang menyatakan bahwa besarnya bobot karkas tergantung besarnya kelinci yang akan dipotong, selain itu kondisi kelinci juga sangat berpengaruh diantaranya yang memiliki bentuk badan bulat, berdada lebar, padat dan singset menunjukkan keadaan fisik yang prima dan bertenaga kuat.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Perlakuan bentuk sifat fisik ransum (pellet dan mash) memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap bobot potong, bobot karkas, persentase karkas dan irisan komersial pada penelitian ini. Perbedaan bobot badan antar kelompok yang sangat tinggi memberikan pengaruh sangat nyata terhadap parameter penelitian.

Saran

Disarankan penggunaan kelinci yang mempunyai bobot badan yang tidak terlalu tinggi antar kelompoknya supaya perngaruh ransum dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap bobot potong, bobot karkas, persentase karkas dan irisan komersial pada penelitian ini. Penggunaan pod kakao fermentasi pada penelitian ini dapat mencapai level 10 % untuk digunakan dalam campuran ransum.

Dokumen terkait