• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Pertambahan Tinggi Tanaman

Hasil sidik ragam (Lampiran 10) menunjukkan bahwa interaksi antara mikoriza dan gambut tidak memberi pengaruh yang nyata terhadap tinggi bibit mahoni. Dosis mikoriza tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tinggi sedangkan dosis gambut memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tinggi bibit mahoni yang berumur 3,5 bulan. Semakin sedikit dosis gambut yang digunakan sebagai media pencampur media tanam maka semakin meningkat pertambahan tinggi bibit mahoni yang ditanam. Rata– rata perhitungan tinggi bibit disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Rataan Pengaruh Gambut dan Mikoriza terhadap tinggi bibit (cm)

Perlakuan Gambut

Dosis FMA (g/tan) G0 G1 G2 G3 G4 Rata-rata

M0 15,07 14,29 12,45 4,83 4,29 10,31

M1 16,64 10,90 11,12 2,12 9,29 10,01

M2 9,87 11,02 11,32 5,94 2,12 8,05

Rata-rata 13,86 a 12,07 a 11,63 a 4,29 b 5,44 b 9,45

Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5% Rataan tertinggi untuk perlakuan gambut terdapat pada G0 yaitu sebesar 13,86 cm, dan terendah pada G3 yaitu sebesar 4,29 cm. Berdasarkan hasil uji jarak berganda Duncan diperoleh bahwa perlakuan G0 tidak berbeda nyata dengan perlakuan G1, G2 tetapi berbeda nyata dengan G3, dan G4.

Pertambahan Diameter Batang

Hasil sidik ragam (Lampiran 11) menunjukkan bahwa interaksi antara mikoriza dan gambut tidak memberikan pengaruh yang nyata bagi pertambahan diameter batang bibit mahoni. Dosis mikoriza tidak berpengaruh nyata terhadap diameter bibit mahoni sedangkan pemberian gambut memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan bibit mahoni yang berumur 3,5 bulan. Semakin sedikit dosis gambut yang digunakan maka semakin meningkat pertambahan diameter bibit mahoni. Rata-rata perhitungan diameter disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Rataan Pengaruh Gambut dan Mikoriza terhadap diameter bibit (mm)

Perlakuan Gambut

Dosis FMA (g/tan) G0 G1 G2 G3 G4 Rata-rata

M0 6,23 5,87 5,70 3,14 3,14 4,81

M1 6,41 4,82 4,94 2,12 4,64 4,58

M2 4,67 4,94 5 3,41 2,12 4,02

Rata-rata 5,77 a 5,21 a 5,21 a 2,89 b 3,30 b 4,47

Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5% Rataan tertinggi untuk perlakuan gambut terdapat pada G0 yaitu sebesar 5,77 mm, dan terendah pada perlakuan G3 yaitu sebesar 2,89 mm. Berdasarkan uji jarak berganda Duncan pada taraf nyata 5%, perlakuan G0 tidak berbeda nyata dengan G1, dan G2 , akan tetapi berbeda nyata dengan G3 dan G4. Sedangkan antara G3 dan G4 tidak berbeda nyata.

Pertambahan Jumlah Daun

Berdasarkan analisis sidik ragam (Lampiran 12), interaksi mikoriza dan gambut tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan jumlah daun bibit mahoni

yang berumur 3,5 bulan. Dosis mikoriza tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertambahan jumlah daun, sedangkan dosis gambut berpengaruh nyata terhadap pertambahan jumlah daun bibit mahoni yang berumur 3,5 bulan. Semakin sedikit dosis gambut yang dicampurkan pada media tanam maka pertambahan jumlah daun bibit mahoni semakin meningkat. Rataan diameter bibit mahoni disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Rataan Pengaruh Gambut dan Mikoriza terhadap jumlah daun bibit (helai)

Perlakuan Gambut

Dosis FMA (g/tan) G0 G1 G2 G3 G4 Rata-rata

M0 12,12 12,06 8,73 4,32 4,15 8,27

M1 13,42 10,08 8,77 2,12 7,78 8,43

M2 8,31 9,94 8,94 5,35 2,12 6,93

Rata-rata 11,28 a 10,69 a 8,81 b 3,93 c 4,68 c 7,87

Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5% Rataan tertinggi untuk dosis gambut terdapat pada G0 yaitu sebesar 11,28, dan terendah pada G3 yaitu sebesar 3,93 helai. Berdasarkan hasil uji jarak berganda Duncan diperoleh bahwa G0 tidak berbeda nyata dengan G1, akan tetapi berbeda nyata dengan G2, G3, dan G4, sedangkan antara G3 dan G4 tidak berbeda nyata.

Berat Kering Total Bibit

Hasil sidik ragam (Lampiran 13), menunjukkan interaksi antara mikoriza dan gambut tidak berpengaruh nyata terhadap berat kering total bibit mahoni yang berumur 3,5 bulan. Dosis mikoriza tidak memberikan pengaruh yang nyata

terhadap berat kering total bibit, sedangkan dosis gambut memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan bibit mahoni yang berumur 3,5 bulan. Semakin sedikit perbandingan dosis gambut yang diaplikasikan maka maka berat kering bibit semakin meningkat. Rata-rata berat kering total disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Rataan Pengaruh Gambut dan Mikoriza terhadap berat kering bibit (g)

Perlakuan Gambut

Dosis FMA (g/tan) G0 G1 G2 G3 G4 Rata-rata

M0 7,30 6,03 4,88 2,39 2,47 4,61

M1 7,96 5,99 5,66 2,12 4,27 5,2

M2 5,01 5,78 6,41 3,47 2,12 4,56

Rata-rata 6,75 a 5,93 ab 5,65 ab 2,66 b 2,95 ab 4,79

Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5% Berdasarkan Tabel 4. diperoleh bahwa rataan tertinggi terdapat pada G0 yaitu sebesar 6,75 g, dan terendah pada G3 yaitu sebesar 2,66 g. Uji jarak berganda Duncan menunjukkan bahwa perlakuan G0 tidak berbeda nyata dengan G1, dan G2, dan G4, akan tetapi berbeda nyata dengan perlakuan G3.

Rasio Tajuk Akar

Berdasarkan analisis sidik ragam (Lampiran 14), interaksi mikoriza dan

gambut tidak berpengaruh nyata terhadap rasio tajuk akar bibit mahoni yang

berumur 3,5 bulan. Dosis gambut dan mikoriza berpengaruh nyata terhadap rasio tajuk akar bibit mahoni yang berumur 3,5 bulan. Mikoriza dan gambut memberikan hasil yang berbeda untuk dosis yang berbeda. Semakin sedikit dosis gambut dan mikoriza yang diaplikasikan maka rata-rata rasio tajuk akar semakin meningkat. Rata-rata rasio tajuk akar disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan Pengaruh Gambut dan Mikoriza terhadap rasio tajuk akar bibit (g)

Perlakuan Gambut

Dosis FMA (g/tan) G0 G1 G2 G3 G4 Rata-rata

M0 7,68 7,46 5,73 2,39 3,47 5,45 a

M1 6,98 5,85 6,19 2,12 4,58 5,14 a

M2 5,15 5,95 5,39 3,54 2,12 4,43 a

Rata-rata 6,60 a 6,42 a 5,77 a 2,86 a 3,39 a 5,01

Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5% Berdasarkan Tabel 5 diperoleh bahwa rataan tertinggi untuk perlakuan gambut terdapat pada G0 yaitu sebesar 6,60 g dan terendah pada G3 yaitu sebesar 2,86 g. Berdasarkan uji jarak berganda Duncan pada taraf nyata 5 %, perlakuan G0 tidak berbeda nyata dengan G1, G2, G3, dan G4.

Berdasarkan perlakuan mikoriza, rataan tertinggi terdapat pada perlakuan M0 sebesar 5,45 g dan terendah pada perlakuan M2 sebesar 4,43 g. Hasil uji jarak berganda Duncan menunjukkan bahwa antara perlakuan M0, M1, dan M2 tidak berbeda nyata.

Persen Kolonisasi Mikoriza

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam (Lampiran 15), diperoleh bahwa interaksi mikoriza dan gambut tidak berpengaruh nyata terhadap persen kolonisasi mikoriza bibit mahoni yang berumur 3,5 bulan. Pengaruh faktor tunggal yaitu mikoriza tidak berpengaruh nyata terhadap rasio tajuk akar, sedangkan dosis gambut berpengaruh nyata terhadap rasio tajuk akar bibit mahoni yang berumur 3,5 bulan. Semakin sedikit dosis gambut yang diaplikasikan maka rasio tajuk akar semakin meningkat. Data persen kolonisasi mikoriza disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan Pengaruh Gambut dan Mikoriza terhadap persen kolonisasi mikoriza bibit (%)

Perlakuan Gambut

Dosis FMA (g/tan) G0 G1 G2 G3 G4 Rata-rata

M0 24,04 20,29 20,29 6,83 6,87 15,66

M1 22,91 16,55 15,99 2,12 12,66 14,04

M2 15,78 17,53 17,07 11,25 2,12 12,75

Rata-rata 20,91 a 18,12 a 17,78 a 6,73 b 7,21 b 14,15

Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5% Berdasarkan Tabel 7 rataan tertinggi untuk persen kolonisasi mikoriza terdapat pada perlakuan G0 yaitu sebesar 20,91 %, dan rataan terendah pada perlakuan G3 yaitu sebesar 6,73 %. Hasil uji jarak berganda Duncan pada taraf nyata 5 % menunjukkan bahwa perlakuan G0 tidak berbeda nyata dengan G1, dan G2, tetapi berbeda nyata dengan perlakuan G3 , dan G4. Sedangkan antara G3 dan G4 tidak berbeda nyata.

Serapan P Bibit

Hasil analisis sidik ragam (Lampiran 16) menunjukkan bahwa interaksi gambut dan mikoriza tidak berpengaruh nyata terhadap serapan P oleh bibit mahoni yang berumur 3,5 bulan. Mikoriza tidak berpengaruh nyata terhadap serapan P bibit, sedangkan dosis gambut berpengaruh nyata terhadap serapan P bibit. Rataan serapan P bibit disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Rataan Pengaruh Gambut dan Mikoriza Terhadap Serapan P Bibit (%)

Perlakuan Gambut

Dosis FMA (g/tan) G0 G1 G2 G3 G4 Rata-rata

M0 2,49 2,43 2,45 2,30 2,26 2,38

M1 2,66 2,37 2,35 2,12 2,35 2,37

M2 2,42 2,35 2,32 2,23 2,12 2,28

Rata-rata 2,52 a 2,38 b 2,37 b 2,22 c 2,24 c 2,34

Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5% Berdasarkan Tabel 7 diperoleh bahwa rataan serapan P tertinggi terdapat pada perlakuan G0 yaitu sebesar 2,52 %, dan terendah pada perlakuan G3 yaitu sebesar 2,22 %. Uji jarak berganda Duncan menunjukkan bahwa perlakuan G0 berbeda nyata dengan G1, G2, G3, dan G4. perlakuan G1 tidak berbeda nyata dengan perlakuan G2, tetapi berbeda nyata dengan perlakuan G3 dan G4.

Pembahasan

Interaksi Gambut dan Mikoriza

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tidak ditemukan adanya interaksi antara mikoriza dan gambut yang diaplikasikan. Berdasarkan data hasil analisa awal (Lampiran 3) diduga hal ini terjadi akibat dari kondisi kimia gambut itu sendiri, yaitu pH yang asam yang berada pada kisaran 3,86.

Reaksi tanah mempengaruhi terhadap ketersediaan zat hara di dalam tanah. Pada umumnya unsur hara makro akan lebih tersedia pada pH agak masam hingga pH netral, sedangkan untuk unsur mikro kebalikannya yakni lebih tersedia pada pH rendah.

Menurut Hasibuan (1981) tersedianya unsur hara makro, seperti nitrogen, Fosfor, Kalium, Kalsium dan Magnesium optimum pada ph 6,5. Unsur hara fosfor pada pH lebih tinggi dari 8 tidak tersedia karena diikat oleh Ca. Sebaliknya jika ph turun menjadi lebih kecil dari 5,0 maka fosfat menjadi tidak tersedia. Hal ini terjadi karena pada keadaan asam, unsur-unsur Al, Fe, dan Mn menjadi larut. Fosfat yang semula tersedia akan diikat oleh Fe, Al, dan Mn sehingga Fosfat tidak tersedia bagi tanaman. Selanjutnya unsur-unsur hara mikro yang banyak larut pada pH rendah (asam) menimbulkan keracunan bagi tanaman. Tapi bila pH meningkat lebih dari 7.0, tanaman tertentu dapat menderita kekurangan Fe dan Mn. Kondisi pH harus dipertahankan sekitar 6-7 untuk memperoleh ketersediaan hara yang optimum bagi pertumbuhan tanaman dan kegiatan biologis.

Aktivitas dan perkembangan jasad renik tanah sangat dipengaruhi oleh kondisi pH. Umumnya pH yang diingini oleh tumbuhan tingkat tinggi sesuai dengan yang diingini oleh jasad-jasad renik tanah. Fungi pada umumnya lebih tahan terhadap perubahan pH tanah. Meskipun demikian daya adaptasi pada tiap jenis spesies cendawan terhadap pH tanah berbeda. Kondisi pH tanah akan mempengaruhi perkecambahan, perkembangan dan peran mikoriza terhadap pertumbuhan tanaman (Suhardi, 1989).

Sumber FMA yang digunakan berasal dari jenis inokulum yang biasa

diaplikasikan pada tanah mineral yaitu jenis Glomus manihotis, G.etunicatum,

Acaulospora tuberculata, Gigaspora margarita. Penggunaan gambut sebagai

media tanam menyebabkan mikoriza harus beradaptasi dengan lingkungan yang baru yang kondisinya sangat berbeda dengan tanah mineral biasa. Akibat dari adaptasi yang harus dilakukan oleh mikoriza terhadap tanah gambut maka diduga

pengaruhnya pada tanaman menjadi berkurang. Selain itu berdasarkan pendapat Setiadi (2001) tanaman mahoni diklasifikasikan ke dalam kelompok yang tingkat responsifnya sedang terhadap mikoriza. Kedua hal inilah yang diduga terjadi pada saat dilakukan penelitian di lapangan sehingga tidak ditemukan adanya interaksi antara mikoriza yang diaplikasikan terhadap tanah gambut yang digunakan sebagai media tanam.

Pengaruh Dosis Gambut

Hasil analisis yang telah dilakukan menunjukkan gambut memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tanaman mahoni. Semakin rendah dosis gambut yang dicampurkan maka hasil dari parameter yang diamati semakin meningkat.

Menurut Soepardi (1979) dalam Chotimah (2007) secara umum sifat

kimia tanah gambut didominasi oleh asam-asam organik yang merupakan suatu hasil akumulasi sisa-sisa tanaman. Asam organik yang dihasilkan selama proses dekomposisi tersebut merupakan bahan yang bersifat toksik bagi tanaman, sehingga mengganggu proses metabolisme tanaman yang akan berakibat langsung pada produktivitasnya.

Hasil penelitian Noor (1996) menunjukkan sebagian lahan gambut berada pada lahan yang berasosiasi dengan tanah mineral sulfat masam. Tanah mineral sulfat masam dicirikan oleh kandungan pirit > 2% atau kadar s > 0,75%, terletak pada jeluk < 50 cm dari permukaan tanah. Oksidasi pirit akan menimbulkan keasaman tanah hingga mencapai pH 2-3. pada keadaan ini hampir tidak ada tanaman budidaya yang dapat tumbuh baik, kecuali beberapa jenis tanaman yang

jenis rumput liar yang tumbuh dengan pesat yang dikenal sebagai vegetasi/gulma yang adaptif pada tanah sulfat asam. Selain menjadi penghambat bagi

pertumbuhan tanaman, pirit menyebabkan terjadinya karatan (Corrosion)

sehingga mempercepat kerusakan alat-alat pertanian, pintu-pintu air, dan mesin-mesin pertanian yang terbuat dari logam.

Menurut Noor (2001) pada tanah gambut sebagian P dalam bentuk organik sehingga membutuhkan mineralisasi untuk dapat digunakan oleh tanaman. Sesuai dengan pendapat Novizan (2005) kadar unsur P dalam tanah maupun dalam tanaman lebih kecil jika dibanding dua unsur penting lainnya, yakni N dan K. Walaupun demikian P merupakan kunci kehidupan karena langsung berperan dalam proses kehidupan tanaman. Beberapa fungsi P adalah membentuk asam nukleat (DNA dan RNA), menyimpan serta memindahkan energi Adenosin Triphosfat dan Adenosin Diphosfat, merangsang pembelahan sel, dan membantu proses assimilasi dan respirasi. Faktor penting yang menentukan ketersediaan P adalah pH tanah. Pada tanah ber-pH rendah (asam), P akan bereaksi dengan ion besi dan aluminium. Reaksi ini membentuk besi fosfat atau aluminium fosfat yang sukar larut di dalam air sehingga tidak dapat digunakan oleh tanaman. Kadar P yang rendah pada tanah yang gambut digunakan yaitu sekitar 4,59 ppm mengakibatkan tanaman kekurangan hara.

Pengaruh Dosis Mikoriza

Berdasarkan hasil analisis dosis minoriza hanya berpengaruh nyata pada rasio tajuk akar. Rataan tertinggi diperoleh pada M0. Namun berdasarkan hasil analisis jarak berganda Duncan hasil rataan antara M0, M1, dan M2 tidak berbeda

nyata. Jadi antara yang tidak diaplikasikan dengan yang diaplikasikan mikoriza memberikan hasil perbandingan rasio tajuk akar yang tidak berbeda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun media tanam tidak diaplikasikan mikoriza, namun pada media tanam tersebut juga ditemui adanya kolonisasi mikoriza. Ada beberapa kemungkinan yang terjadi sehingga pemberian FMA Belum memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tanaman Mahon. Pada media tanam yang digunakan telah terdapat mikoriza yang

indegenuous (mikoriza lokal). Berdasarkan pendapat Setiadi (2001) mikoriza ini

bersifat kosmopolitan artinya mikoriza ini tersebar dan dapat ditemukan pada sebagian besar tanah atau ekosistem dan kondisi iklim mulai dari padang pasir sampai antártika. Umumnya tidak mempunyai inang yang spesifik. Sesuai dengan pendapat Rao (1994), pada tanah dengan jumlah nutrisi yang rendah terutama P dan N atau yang dikenal dengan tanah kritis terdapat mikoriza. Apabila tanah tersebut digunakan untuk media tanam maka mikoriza yang terdapat pada tanah tersebut akan menjadi pesaing bagi FMA yang diinokulasi.

Penelitian menggunakan FMA yang biasa diaplikasikan pada tanah mineral biasa. Diduga hal ini menyebabkan FMA harus beradaptasi dengan kondisi tanah gambut sehingga hinggá akhir penelitian FMA Belum nampak pengaruhnya terhadap pertumbuhan bibit Mahon yang berumur 3,5 bulan. Selain itu berdasarkan Setiadi (2001) tanaman mahoni diklasifikasikan ke dalam kelompok tanaman dengan tingkat responsif sedang terhadap mikoriza. Faktor inilah yang diduga menjadi penyebab mengapa pengaruh mikoriza belum nampak pada bibit mahoni yang diteliti.

Dokumen terkait