• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada hakekatnya pengolahan lingkungan ialah mengatur dan mengendalikan berbagai kegiatan yang berlangsung dan berdampak pada batas kemampuan dan keterbatasan lingkungan untuk mendukungnya. Lingkungan alam dapat memperbaiki keadaannya (self purification) bila beban yang ditanggungnya sesuai dengan daya dukung dan daya tampung. Jika beban terhadap lingkungan melampaui kemampuan daya dukung dan daya tampungnya, maka akan timbul kerusakan sebagai akibat terganggunya keselarasan dan kesetimbangan lingkungan. Pengelolaan lingkungan sangat berkaitan dengan kedudukan manusia sebagai bagian dari ekosistem yang integral. Pengelolaan lingkungan rumah sakit tidak dapat dipisahkan dengan upaya pengelolaan limbah rumah sakit. Upaya pengelolaan limbah rumah sakit bertujuan melindungi masyarakat terhadap bahaya pencemaran lingkungan dan mencegah meningkatnya infeksi nosokomial

di lingkungan rumah sakit.

Pengolahan limbah cair rumah sakit dilakukan dengan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) (Lampiran 2) sedangkan untuk pengolahan limbah padat terutama limbah infeksius dan toksik dilakukan pada incinerator. Pada pengolahan limbah cair rumah sakit diharapkan kadar efluent yang dihasilkan berada dibawah persyaratan baku mutu sehingga layak untuk di buang ke Badan Air Penerima (BAP).

Dasar dari pengolahan limbah cair rumah sakit secara biologi ialah mengurangi atau menghilangkan pencemar organik yang terdapat pada limbah cair dengan bantuan mikroorganisme khususnya bakteri. Sumber mikroorganisme yang digunakan dapat berasal dari limbah itu sendiri atau berasal dari inokulum. Pemilihan inokulum yang tepat sangat berpengaruh terhadap keberhasilan proses pengolahan limbah cair.

Identifikasi Bakteri dari Inokulum Mikrob Komersial

Inokulum yang digunakan pada penelitian ialah inokulum mikrob komersial. Inokulum mikrob komersial merupakan inokulum yang banyak beredar di masyarakat dan merupakan produski dari PT. Inzan Permata. Bahan utama dari inokulum tersebut ialah tetes tebu (molase), ragi (yeast) dan yogurt. Tetes tebu (molase) mengandung karbon yang digunakan oleh bakteri sebagai bahan makanan sedangkan sumber bakterinya berasal dari yogurt yang mengandung bakteri asam laktat seperti Streptococcus thermophillus dan Lactobacillus bulgaricus. Yogurt merupakan fermentasi susu yang dihasilkan akibat adanya aktivitas enzim yang dihasilkan oleh bakteri Streptococcus thermophillus dan Lactobacillus bulgaricus (Chotimah 2009). Sedangkan ragi (yeast) mempercepat proses fermentasi bakteri. Kandungan dari inokulum BM Ekosym yang dihitung pada Total Plate Count (TPC) sebanyak 8.7 X 106 sel/ml. Tujuan dari penghitungan TPC ialah untuk mengetahui jumlah kandungan bakteri yang terdapat dalam inokulum mikrob komersial.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh beberapa kandungan dari inokulum mikrob komersial. Adapun kandungan dari inokulum mikrob komersial antara lain: bakteri asam laktat jenis Laktobacillus sp. (Gambar 2) dan Khamir (Gambar 3).

(a) (b)

Gambar 2 (a) Koloni bakteri asam laktat pada media MRSA dan (b) Sel bakteri asam laktat

Kandungan inokulum yang digunakan pada penelitian ini ialah bakteri asam laktat. Bakteri asam laktat melakukan fermentasi dari beragam bakteri yang menghasilkan bakteri asam laktat sebagai produk utama. Kelompok besar dari bakteri asam laktat mencakup Lactobacillus sp., Streptococcus, Enterococcus, Lactococcus, Bifidobacterium dan Leuconostoc. Kelompok bakteri tersebut mempunyai kemampuan biosintesis yang terbatas sehingga membutuhkan asupan purin, pirimidin, vitamin, dan asam amino. Bakteri asam laktat merupakan organisme nonmotil dan memperoleh energi melalui gula fermentasi. Bakteri ini dikategorikan sebagai bakteri fakultatif anaerob (Masood 2011). Selain itu, telah ditunjukkan bahwa beberapa jenis bakteri asam laktat mempunyai karakteristik probiotik yaitu menghambat pertumbuhan bakteri patogen seperti Helicobacterpylori, Escherichia coli, dan Salmonella (Leroy 2007). Kandungan bakteri asam laktat dalam inokulum BM Ekosym sebanyak 7.4 x 104 sel/ml. Hal ini menunjukkan jumlah bakteri asam laktat pada inokulum cukup banyak dan dapat digunakan lebih lanjut untuk diaplikasikan sebagai pengurai limbah cair khususnya limbah cair rumah sakit.

Selain itu, kandungan dari inokulum mikrob komersial yang digunakan pada penelitian ini, yaitu khamir (Gambar 3). Khamir berperan dalam melakukan fermentasi. Kandungan khamir dalam inokulum mikrob komersial sebanyak 1.04 X 105 sel/ml. Khamir dapat menurunkan parameter pencemar dan meningkatkan unsur hara (Munawaroh et al. 2013). Menurut Priyadi dan Ma’moen (1997), khamir mampu menghasilkan berbagai enzim dan hormon sebagai senyawa bioaktif yang akan bersimbiosis dengan bakteri lain dalam mendegradasi limbah cair. Selain itu khamir juga memiliki kemampuan degradasi yang tinggi (Dan et al 2003). Oleh karena itu, inokulum mikrob komersial yang digunakan pada penelitian ini dapat menurunkan kadungan koliform dalam limbah cair rumah sakit.

(a) (b)

Gambar 3 (a) Koloni khamir pada media PDA (b) Sel baketri khamir

Pengaruh Penambahan Inokulum terhadap Penurunan Kandungan Bahan Organik dalam Limbah Cair Rumah Sakit

Pengaruh perlakuan penambahan inokulum mikrob komersial dengan bebagai variasi waktu kontak terhadap penurunan BOD, COD, TSS, NH3 bebas, PO42-, dan koliform merupakan hal penting untuk dilakukan. Tabel hasil pengukuran parameter tersebut akan dianalisis untuk mengetahui perilaku dan hubungan waktu kontak. Hasil analisis setiap parameter diuraikan secara rinci seperti berikut ini.

Nilai pH (Derajat Keasaman)

Nilai pH merupakan nilai yang menunjukkan aktivitas ion hidrogen dalam air. Nilai pH dapat mencerminkan keseimbangan antara asam dan basa dalam air limbah. Nilai pH secara umum pada limbah cair rumah sakit yaitu 7.2 (Amouei et al. 2012). Menurut IREPA (2003), standar pH pada limbah cair rumah sakit ialah 6.2 sampai 8.5. Nilai pH lapang limbah cair rumah sakit pada penelitian ini ialah 5.4. Hal ini menunjukkan bahwa limbah tersebut bersifat asam artinya konsentrasi asam organik yang terkandung pada limbah cair rumah sakit cukup banyak (Tarigan dan Edward 2003). Kebanyakan khamir tumbuh pada pH 4 sampai 5 (Jenie dan Rahayu 1993) sedangkan bakteri membutuhkan pH optimim antara 6.5 sampai 7.5.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai pH pada kontrol antara 7.3 sampai 8.6. Nilai pH tersebut masih memenuhi standar baku mutu berdasarkan Kepmen Lingkungan Hidup No. 58 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan rumah sakit (Tabel 1) yaitu 6 sampai 9. Adanya perbedaan nilai pH pada saat pengukuran dilapang dengan pH pada kontrol akibat adanya proses anaerob yang terjadi pada saat sampel dibawa ke laboratorium. Kenaikan nilai pH pada kontrol berbanding lurus dengan waktu kontak aerasi. Semakin lama waktu kontak aerasi maka nilai pH semakin tinggi (Lampiran 3). Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi aktivitas mikroorganisme dalam mendegradasi bahan organik yang terdapat dalam limbah cair rumah sakit (Daroja et al. 2012). Pada penambahan inokulum 5 ml, nilai pH semakin tinggi akibat lamanya waktu kontak aerasi dengan limbah cair (Gambar 4). Waktu kontak aerasi 10 jam, terjadi penurunan nilai pH. Hal ini karena jumlah bahan organik yang terkandung dalam limbah cair rumah sakit semakin sedikit.

Gambar 4 Pengaruh waktu kontak inokulum mikrob komersial terhadap nilai pH dalam limbah cair rumah sakit pada berbagai konsentrasi inokulum

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 2 4 6 8 10 nil ai pH waktu (jam) 0 5 10 15 Volume Inokulum

Nilai pH pada perlakukan penambahan inokulum 5 ml antara 7.3 sampai 8.6. Nilai tersebut sama dengan nilai pH pada kontrol. Semakin lama waktu kontak aerasi maka nilai pH semakin tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa mikroorganisme yang tedapat pada inokulum mengurai bahan organik yang terdapat dalam limbah cair rumah sakit (Nurhasanah dan Darusman 2011)

Pada perlakuan penambahan inokulum 10 ml, nilai pH relatif netral. Nilai pH pada perlakuan tersebut ialah 7.2 sampai 7.7. Menurut Suriani et al. (2013) mikroorganismme membutuhkan pH minimum dan maksimum untuk pertumbuhan yaitu antara 4 sampai 9. Proses penguraian bahan organik oleh mikroorganisme optimum terjadi antara pH 6.5 sampai 7.5. Pengaruh nilai pH terhadap pertumbuhan bakteri berkaitan dengan aktivitas enzim yang digunakan oleh bakteri untuk mengkatalisis reaksi-reaksi yang berhubungan dengan pertumbuhan bakteri tersebut. Pada perlakukan penambahan inokulum mikrob komersial 15 ml, nilai pH fluktuatif. Hal ini menandakan adanya aktivitas mikroorganisme dalam limbah cair rumah sakit. Nilai pH yang fluktuatif disebabkan penggunaan bahan organik oleh mikroorganisme untuk tumbuh dan berkembang biak (Nurhasanah dan Darusman 2011). Tabel pengaruh nilai pH terhadap kandungan bahan organik pada limbah cair rumah sakit dapat dilihat pada Lampiran 3. Nilai pH terhadap penurunan kandungan bahan organik berpengaruh nyata. Pada analisis uji lanjut (Lampiran 10), pengaruh penambahan konsentrasi inokulum mikrob komersial berbeda nyata. Hal ini menunjukkan penambahan inokulum mikrob komersial 5 ml, 10 ml, 15 ml memberikan pengaruh yang berbeda terhadap perubahan nilai pH. Berdasarkan uji ANOVA, penambahan inokulum mikrob komersial berpengaruh nyata terhadap perubahan nilai pH. Pengaruh konsentrasi inokulum mikrob komersial lebih besar jika dibandingkan dengan pengaruh waktu.

Biological Oxigen Demand (BOD)

Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan konsentrasi BOD. Penurunan konsentrasi BOD akibat adanya penambahan inokulum mikrob komersial yang mengandung bakteri asam laktat dan khamir (Gambar 5). Menurut Siregar (2001), Lactobacillus sp. yang terkandung dalam inokulum mikrob komersial mampu menguraikan bahan organik yang terdapat pada limbah cair. Genus Lactobacillus sp. juga mempunyai kemampuan melakukan fermentasi dan meningkatkan dekomposisi bahan organik seperti lignin dan selulosa menghasilkan asam laktat, gula, alkohol, asam amino, dan gas metan sedangkan khamir mampu menghasilkan berbagai enzim dan hormon sebagai senyawa bioaktif (Priyadi dan Ma’moen 1997). Adanya Lactobacillus sp. dengan bantuan enzim yang dihasilkan oleh khamir sebagai senyawa bioaktif dapat saling bersimbiosis untuk menguraikan bahan organik dalam limbah cair. Bakteri asam laktat jenis Lactobacillus sp. yang terdapat dalam inokulum mikrob komersial dapat memfermentasikan bahan organik yang terdapat pada limbah cair menjadi senyawa asam laktat yang berfungsi untuk mempercepat penguraian bahan organik (Isa 2008). Penurunan konsentrasi BOD pada kontrol terjadi secara signifikan. Semakin lama waktu kontak aerasi dengan air limbah rumah sakit maka penurunan konsentrasi BOD semakin tinggi (Lampiran 4). Penurunan

konsentrasi BOD karena terurainya bahan organik oleh mikroorganisme yang terdapat pada air limbah itu sendiri. Waktu kontak aerasi selam 10 jam terjadi kenaikan konsentrasi BOD sebanyak 27.58%. Adanya kenaikan nilai BOD karena semakin berkurangnya bakteri dalam limbah cair rumah sakit pengurai bahan organik.

Pada perlakuan penambahan inokulum 5 ml, kandungan BOD semakin menurun. Semakin lama waktu kontak aerasi dengan air limbah penurunan konsentrasi BOD semakin tinggi. Efisiensi penurunan terbesar konsentrasi BOD dengan penambahan inokulum sebanyak 15 ml dengan waktu kontak 8 jam. Dengan penurunan sampai dengan 93.6%. Hal ini menunjukkan bahwa dengan penambahan inokulum mikrob komersial yang mengandung Lactobacillus sp. dan khamir dapat menurunkan konsentrasi BOD yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan kontrol yang hanya sebesar 38.8%. Menurut Effendi (2001), pada dasarnya dekomposisi bahan organik terjadi pada dua tahap. Tahap pertama, bahan organik diuraikan menjadi bahan anorganik, sedangkan tahap kedua bahan anorganik yang tidak stabil diubah menjadi bahan anorganik yang stabil. Penurunan nilai BOD hanya terjadi pada tahap pertama. Terdegradasinya sebagian bahan organik yang sebelumnya tidak terurai pada proses anaerob menjadi sel-sel baru yang tersuspensi dan dipisahkan dengan cara pengendapan (Sofyan et al. 2011).

Gambar 5 Pengaruh waktu kontak inokulum mikrob komersial terhadap kandungan BOD dalam limbah cair rumah sakit berbagai konsentrasi inokulum

Penambahan inokulum mikrob komersial dan variasi waktu kontak terhadap konsentrasi BOD dalam limbah cair rumah sakit berpengaruh nyata (Lampiran 11). Pengaruh waktu kontak terhadap konsentrasi BOD lebih tinggi jika dibandingkan dengan pengaruh penambahan inokulum mikrob komersial. Hal ini berarti variasi waktu kontak terhadap penurunan konsentrasi BOD dalam limbah cair rumah sakit lebih memberikan pengaruh nyata jika dibandingkan dengan penggunaan inokulum.

0 50 100 150 200 250 0 2 4 6 8 10 N il ai B O D ( m g/ l) Waktu (jam) 0 5 10 15 Volume Inokulum

Chemical Oxigen Demand (COD)

Nilai COD menunjukkan jumlah oksigen yang diperlukan untuk mengoksidasi secara kimia bahan organik yang terapat pada limbah cair baik yang dapat didegradasi oleh mikroorganisme maupun yang sukar terdegradasi (Mulyadi 1994). Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin banyak inokulum yang digunakan, kandungan COD yang terdapat dalam air limbah semakin meningkat (Gambar 6). Kenaikan nilai COD disebabkan oleh semakin banyaknya biomassa yang terbentuk akibat pertambahan sel, sehingga bahan organik yang harus didegradasi pun akan bertambah dengan sendirinya. Pada dasarnya, fluktuasi nilai COD berbanding lurus dengan pertambahan sel. Nilai COD naik pada saat jumlah sel cenderung naik (Carolina et al. 2012). Menurut Jenie dan Rahayu (1993), dengan adanya peningkatan biomassa mikroorganisme akan menyebabkan turunnya konsentrasi bahan organik pada limbah. Penurunan kandungan COD pada limbah cair rumah sakit dapat dilihat pada Lampiran 4.

Gambar 6 Pengaruh waktu kontak inokulum mikrob komersial terhadap kandungan COD dalam limbah cair rumah sakit berbagai konsentrasi inokulum

Penurunan kandungan COD dalam limbah cair rumah sakit terjadi pada kontrol (Lampiran 5). Tetapi penurunannya hanya ±45.09%. Berbeda halnya dengan penambahan inokulum 5 ml. Pada penambahan inokulum 5 ml, kandungan COD dalam limbah cair rumah sakit semakin tinggi. Demikian pula dengan penambahan inokulum 10 ml dan 15 ml. Tingginya kandungan COD pada penambahan 10 ml dan 15 ml disebabkan adanya peningkatan biomassa mikroorgansime dalam air limbah. Peningkatan biomassa disebabkan oleh pertumbuhan mikroorganisme dalam limbah tersebut. Pertumbuhan populasi mikroorganisme berpengaruh penting terhadap efisiensi proses penyisihan nilai COD (Sutapa 1999). Makin lama waktu kontak mikroorganisme akan memberikan waktu kontak antara bahan organik yang terdapat dalam limbah cair dengan mikroorganisme juga semakin lama, sehingga degradasi senyawa organik (penurunan COD) menjadi besar (Achmad et al. 2011).

0 200 400 600 800 1000 1200 0 2 4 6 8 10 N il ai C O D ( m g/ l) Waktu (jam) 0 5 10 15 Volume Inokulum

Penambahan inokulum mikrob komersial dan variasi waktu kontak berpengaruh nyata terhadap penurunan kandungan COD dalam limbah cair rumah sakit (Lampiran 12). Pengaruh waktu kontak aerasi terhadap penambahan inokulum mikrob komersial yang diberikan lebih kecil yaitu sebesar 64.69 jika dibandingkan dengan pengaruh konsentrasi inokulum yaitu sebesar 741.11. Dengan demikian, penambahan inokulum akan memberikan pengaruh yang nyata dalam penurunan kandungan COD dalam limbah cair rumah sakit.

Total Suspended Solid (TSS)

Zat padat tersuspensi atau TSS ialah semua zat padat atau partikel yang tersuspensi dalam air dan dapat berupa komponen hidup (biotik) seperti fitoplankton, zooplankton, bakteri, fungi, ataupun komponen mati (abiotik) seperti detritus dan partikel-partikel anorganik (pasir, lumpur, dan tanah liat). Zat padat tersuspensi merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi kimia yang heterogen dan berfungsi sebagai bahan pembentuk endapan yang paling awal dan dapat menghalangi kemampuan produksi zat organik di suatu perairan (Tarigan dan Edward 2003).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan adanya penambahan inokulum dapat menyebabkan kandungan zat padat tersuspensi pada limbah cair rumah sakit mengalami penurunan (Gambar 7). Penurunan terbesar pada penambahan inokulum 5 ml selama 10 jam. Penurunannya mencapai 80.24%. Tetapi pada penambahan inokulum sebanyak 5 ml, nilai TSS sangat tinggi dibanding yang lain (Lampiran 6). Hal ini disebabkan peningkatan biomassa mikroorganisme yang berasal dari inokulum yang ukurannya ≥ 1 µm (Daroja et al.

Gambar 7 Pengaruh waktu kontak inokulum mikrob komersial terhadap kandungan TSS dalam limbah cair rumah sakitberbagai konsentrasi inokulum

2012). Berbeda halnya dengan penambahan inokulum 10 ml dan 15 ml lebih kecil jika dibandingkan pada penambahan inokulum 5 ml. Adanya perbedaan nilai TSS, mungkin disebabkan pada saat pengambilan sampel yang tidak bersamaan

0 20 40 60 80 100 120 0 2 4 6 8 10 N il ai T SS ( m g/ l) Waktu (jam) 0 5 10 15 Volume Inokulum

sehingga terjadi proses degradasi bahan organik yang terkandung dalam air limbah sebelum pengambilan sampel. Penurunan TSS akibat adanya proses degradasi oleh mikroorgansime pada limbah cair.

Penambahan inokulum mikrob komersial ke dalam limbah cair rumah sakit memberikan pengaruh nyata terhadap penururnan TSS (Lampiran 13). Pengaruh waktu kontak aerasi terhadap penurunan TSS lebih tinggi yaitu 118.56 jika dibandingkan dengan pengaruh penambahan konsentrasi inokulum mikrob komersial yaitu 84.18. Uji lanjut pengaruh konsentrasi terhadap TSS pada taraf uji 5% berbeda dan uji lanjut pengaruh waktu kontak terhadap COD juga berbeda (Lampiran 13).

Amonia Bebas (NH3)

Tingginya kadar amonia merupakan ciri khas dari limbah cair. Hal ini disebabkan senyawa amonia merupakan produk utama dari penguraian limbah nitrogen seperti pada urine dan feses yang masuk ke dalam sistem pengolahan air limbah (Putra 2008). Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya penambahan inokulum memberikan pengaruh nyata (Lampiran 14) terhadap penurunan konsentrasi amonia jika dibandingkan dengan kontrol. Penurunan kadar amonia disebabkan adanya proses aerasi dengan waktu kontak yang optimal sehingga proses penguraian bahan-bahan organik terutama yang mengandung nitrogen oleh mikroorganisme berjalan sangat cepat. Selain itu, penurunan kadar amonia juga disebabkan aktivitas mikroorganisme nitrifikasi yang dapat mengubah amonia menjadi nitrat atau nitrit melalui proses nitrifikasi dan denitrifikasi. Penggunaaan Lactobacillus sp. juga dapat menurunkan kadar amonia sebanyak 100 sampai 200 µM perjamnya (Ma et al. 2009).

Konsentrasi NH3 bebas tanpa penambahan inokulum semakin tinggi. Tingginya NH3 bebas pada limbah cair dipengaruhi oleh lingkungan. Kadar NH3 bebas dalam air meningkat sejalan dengan meningkatnya nilai pH dan suhu. Semakin basa kondisi suatu limbah cair maka nilai NH3 bebas yang terbentuk semakin banyak. Lingkungan yang bersifat basa akan memudahkan terbentuknya amonia. Penurunan kadar amonia pada limbah cair rumah rumah sakit sangat fluktuatif (Gambar 8). Hal ini disebabkan kondisi lingkungan air limbah yang tidak stabil mengakibatkan nilai pH pada air limbah yang berubah-ubah. Nilai pH pada kontrol air limbah berkisar antara 7.3 sampai 8.6 sedangkan pembentukan amonia dapat terjadi dengan cepat pada kondisi pH yang tinggi (Effendi 2003). Pada penambahan inokulum 5 ml terjadi peningkatan NH3 bebas sebesar 42.41% dengan waktu kontak 8 jam dan waktu kontak 10 jam sebesar 62.21%. Ini terjadi akibat lamanya waktu aerasi. Air limbah yang secara terus-menerus diaerasi akan meningkatkan kandungan NH3 bebas didalamnya (Suprihatin dan Suparno 2013). Kandungan NH3 bebas relatif rendah pada penambahan inokulummikrob komersial sebanyak 15 ml. Tanpa aerasi kandungan amonia turun sebesar 24.61% dari kontrol. Penurunan NH3 bebas efektif pada penambahan inokulum 15ml perliter limbah cair. Hal ini disebabkan Lactobacillus sp. dan khamir yangterdapat pada inokulum mikrob komersial yang mampu mendegradasi NH3yang terdapat pada limbah cair. Adapun mekanisme penguraian bahan organik pada limbah cair oleh mikroorganisme:

CxHyOzN2S + Bakteri + O2 CO2 + H2O + NH3 + CxHyOzN (bahan organik) (sel baru)

Gambar 8 Pengaruh waktu kontak inokulum mikrob komersial terhadap kandungan NH3 dalam limbah cair rumah sakit pada berbagai konsentrasi inokulum

Penambahan inokulum mikrob komersial dan variasi waktu kontak berpengaruh nyata terhadap kandungan NH3 dalam limbah cair rumah sakit (Lampiran 14). Pengaruh yang diberikan lebih kecil jika dibandingkan dengan konsentrasi BOD dan nilai pH. Artinya bahwa dengan penambahan inokulum mikrob komersial dan variasi waktu kontak tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penurunan konsentrasi NH3 bebas.

Fosfat

Kandungan fosfat yang terkandung dalam limbah cair rumah sakit berasal dari bagian laundri. Fosfat ini berasal dari Sodium Tripolyphosphate (STPP) yang merupakan salah satu bahan yang kadarnya besar dalam detergen (HERA 2003). Dalam detergen, STPP ini berfungsi sebagai builder yang merupakan unsur penting kedua setelah surfaktan karena kemampuannya menonaktifkan mineral kesadahan dalam air sehingga detergen dapat bekerja secara optimal (SDA 2003). STPP ini akan terhidrolisis menjadi PO42-dan P2O72- yang selanjutnya akan terhidrolisis menjadi PO42-. Didalam badan air, PO42- yang berlebih akan mengakibatkan terjadinya eutrofikasi.

Hasil penelitian menunjukkan penambahan inokulum memberikan pengaruh nyata (Lampiran 15) terhadap penurunan kandungan PO42- dalam limbah cair rumah sakit (Gambar 9). Pada penambahan inokulum mikrob

0 5 10 15 20 25 30 35 0 2 4 6 8 10 N il ai N H3 (m g/ l) Waktu (jam) 0 5 10 15 Volume Inokulum

komersial 5 ml, penurunan kandungan PO42- sangat kecil yaitu sebesar 17.41% pada waktu kontak 2 jam. Pada waktu kontak 4, 6, 8 dan 10 jam kandungan PO4 2-fluktuatif. Pada penambahan inokulum mikrob komersial 10 ml dan 15 ml, penurunan konsentrasi PO42- semakin menurun. Hal ini disebabkan bakteri Lactobacillus sp.dan khamir yang terkandung dalam inokulum mikrob komersial yang mampu mendegradasi PO42- dalam limbah cair rumah sakit.

Penurunan terbesar terjadi pada penambahan inokulum sebanyak 15 ml dengan waktu kontak 10 jam yaitu sebesar 87.09% (Lampiran 8). Proses penguraian PO42- oleh mikroorganisme merupakan proses biologi dimana terjadi penggabungan senyawa fosfat ke dalam jaringan sel (cell tisseu). Mikroorganisme menggunakan PO42- untuk pemeliharaan sel, sintesis, transpor energi dan disimpan sebagai cadangan untuk pemakaian selanjutnya (Suriawiria 1990).

Gambar 9 Pengaruh waktu kontak inokulum mikrob komersial terhadap kandungan PO42- dalam limbah cair rumah sakit pada berbagai konsentrasi inokulum

Analisis Mikrobiologi

Kandungan bakteri patogen dalam limbah cair rumah sakit berasal dari feses dan termasuk dalam familia Enterobacteriaceae (Triatmodjo 1993). Koliform juga merupakan bakteri yang selalu ada dalam pencernaan manusia yang sering ditemukan dalam limbah cair misalnya koliform (Sutapa 2006).

Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh terhadap penurunan kandungan bakteri pada limbah cair. Proses penghambatan BAL terhadap koliform dengan merusak dinding sel sehingga terjadi lisis atau menghambat pertumbuhan dinding sel pada sel bakteri yang sedang tumbuh, mengubah permeabilitas membran sitoplasma yang menyebabkan kebocoran nutrien didalam sel, menghambat sintesis protein dan asam nukleat dengan mendenaturasikan protein dan asam nukleat, menghambat kerja enzim intraselluler sehingga mengganggu metabolisme sel (Pelezar dan Chan 2008). Menurut Abdelbasset dan Djamila (2008), Lactobacillus sp. memiliki senyawa antimikroba seperti asam organik, hidrogen peroksida, diasetil dan bakteriosin yang menghambat

0 2 4 6 8 10 0 2 4 6 8 10 N il ai P O4 (mg/ l) Waktu (jam) 0 5 10 15 Volume Inokulum

pertumbuhan bakteri patogen. Lactobacillus sp memiliki mekanisme kerja dengan tidak dapat mendisosiasi asam organik yang masuk kedalam sel bakteri dan mendisosiasi sitoplasma, penurunan pH intraselluler secara berkala atau akumulasi interseluler dari ionisasi asam organik sehingga menghambat pertumbuhan bakteri patogen (Markas De Vyust 2006). Menurut O’Mahony et al. (2000), Aerococcus sp. mimiliki kemampuan penghambatan dengan menghasilkan senyawa antimikroba seperti bakteriosin yang bekerja menembus membran sel.

Penurunan konsentrasi koliform pada limbah cair rumah sakit dapat dilihat pada Lampiran 9. Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan konsentrasi koliform (Gambar 10). Hal ini berarti bahwa, penambahan inokulum dapat menurunkan konsentrasi koliform pada limbah cair rumah sakit. Penurunan konsentrasi koliform karena bakteri Lactobacillus sp. dan khamir yang terkandung dalam inokulum mikrob komersial untuk menghilangkan bakteri dalam limbah cair. Pada kontrol terjadi penurunan kandungan koliform dalam limbah cair rumah sakit. Penurunan koliform ini terjadi karena adanya pengaruh

Dokumen terkait