• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Subjek

Subjek yang mengikuti penelitian ini berjumlah 27 orang dengan kisaran umur 17-19 tahun. Subjek terbagi menjadi tiga kelompok berdasarkan intervensi yang diberikan, yaitu konsumsi air putih (DA), High Intensity Interval Training (HIIT), dan kombinasi antara konsumsi air putih dengan HIIT (DA+HIIT). Rata-rata umur pada kelompok DA adalah 19.9 ± 0.6 tahun, pada kelompok HIIT Rata- rata-rata berumur 19.8 ± 0.4 tahun, dan pada kelompok DA+HIIT rata-rata-rata-rata berumur 19.5 ± 0.9 tahun. Berdasarkan rata-rata uang saku pada kelompok DA, HIIT dan DA+HIIT, berturut-turut yaitu Rp 1.522.200 ± 1.712.200, Rp 920.000 ± 265.800, dan Rp 1.120.000 ± 349.000. Karakteristik subjek menurut kelompok perlakuan dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Karakteristik subjek menurut kelompok perlakuan1

Karakteristik Kelompok p DA (n=9) HIIT (n=9) DA+ HIIT (n=9) Umur (Tahun) 19.9 ± 0.6 a 19.8 ± 0.4 a 19.5 ± 0.9 a 0.170 Uang Saku (Rp/bulan) 1 522 200 ±

1 712 200 a 920 000 ± 265 800 a 1 120 000 ± 349 000 a 0.065 Alokasi pangan (Rp/bulan) 811 000 ± 840 600 a 510 000 ± 171 200 a 600 000 ± 278 800 a 0.140 a. x ± Sd

b. Pada baris yang sama, angka dengan huruf yang tidak sama menunjukkan perbedaan nyata antar kelompok perlakuan (Uji Anova, p<0.05)

Alokasi pangan rata-rata sebanyak 50% dari uang saku yang didapat, yaitu kelompok DA sebesar Rp 811.000 ± 840.600, kelompok HIIT sebesar Rp 510.000 ± 171.200 dan kelompok DA+HIIT sebesar Rp 600.000 ± 278.800. Berdasarkan uji ANOVA tidak terdapat perbedaan yang nyata antar kelompok perlakuan.

Jumlah Asupan Minum dan Jenis Minuman

Jenis minuman dan jumlah asupan air yang dianalisis dalam penilitian ini yaitu, air putih, minuman berkarbonasi, minuman elektrolit, kopi dan teh, jus atau sari buah, dan susu. Rata-rata konsumsi air putih kelompok DA sebesar 2300 ± 737 mL, kelompok HIIT sebesar 1752 ± 791 mL dan kelompok DA+HIIT sebesar 2500 ± 719 mL. Rata-rata konsumsi dan asupan energi minuman karbonasi kelompok DA sebesar 183 ± 173 mL dan 80 ± 77 kkal, kelompok HIIT sebesar 94 ± 69 mL dan 231 ± 159 kkal, dan kelompok DA+HIIT sebesar 99 ± 73 mL dan 231 ± 159 kkal.

Konsumsi energi dari minuman dapat dikatakan tinggi apabila energi yang didapat dari minuman mencapai >300 kkal. Dalam penelitian ini, rata-rata asupan energi dari minuman yang paling tinggi yaitu kelompok DA+HIIT (328 ± 156 kkal), DA (291.6 ± 143 kkal) dan HIIT (303 ± 101 kkal). Berdasarkan hasil penelitian lain selama 18 minggu dengan desain double blind experimental didapatkan hasil bahwa anak-anak yang diberikan minuman manis mengalami kenaikan berat badan >1 kg dan juga menyebabkan dampak negatif dari

19

mengonsumsi minuman manis yaitu membuat karies gigi dan erosi gigi (De Ruyter et al. 2012). Jumlah konsumsi dan asupan energi berdasarkan jenis minuman yang dikonsumsi dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Jumlah asupan air dan asupan energi dari minuman menurut kelompok perlakuan

Jenis Minuman

Jumlah asupan air (ml) dan energi dari minuman

p DA HIIT DA + HIIT Asupan Air (mL) Asupan energi minuman (kkal) Asupan Air (mL) Asupan energi minuman Asupan Air (mL) Asupan energi minuman (kkal) (kkal) Air putih 2297 ± 737 0 1752 ± 791 0 2500 ± 719 0 0.188 Minuman berkarbonasi 183 ± 173 80 ± 77 94 ± 69 231 ± 159 99 ± 73 231 ± 159 0.743 Minuman elektrolit 244 ± 187 62.7 ± 56 255 ± 195 69.0 ± 60 220 ± 170 54 ± 54.2 0.984 Kopi dan Teh 110 ± 142 55 ± 72.6 95 ± 125 60 ± 84 175 ± 170 117 ± 126 0.681 Jus/sari buah 100 ± 61.2 42.7 ± 44 120 ± 63.2 35 ± 19.7 60 ± 84.3 29 ± 41.7 0.327 Susu 127 ± 148 62.2 ± 64.7 105 ± 43.7 33.6 ± 40.7 80 ±71.4 29.3 ± 37.9 0.527 Total 3063 ± 798 303 ± 101 2558 ± 737.3 291.6 ±143 3262 ± 635 328 ±156

Upaya perbaikan status gizi dapat pula menggunakan pengaturan konsumsi makanan dan minuman. Salah satu minuman yang bisa menurunkan berat badan adalah pemberian teh hijau. Kandungan antioksidan yang cukup tinggi dalam kandungannya merupakan salah satu manfaat konsumsi teh hijau. Namun, sebagian besar subjek dalam penelitian ini mengonsumsi teh instant yang memiliki kandungan gula yang cukup tinggi. Penelitian oleh Zare dan Sarvestani (2012) dalam upaya penurunan berat badan melalui kombinasi olahraga dan konsumsi teh hijau selama 2 minggu mendapatkan hasil bahwa intervensi tersebut dapat memberikan efek penurunan berat badan pada orang obesitas.

Asupan dan Tingkat Kecukupan Zat Gizi

Latihan high intensity interval training termasuk latihan yang memerlukan energi yang cukup tinggi sehingga membuat tubuh mencari sumber energi yang dapat digunakan seperti ATP, sistem PCr, anaerobik glycogenolysis dan glikolisis. Asupan energi pada kelompok DA sebesar 1964 ± 527 kkal, kelompok HIIT sebesar 1933 ± 248 kkal dan kelompok DA+HIIT sebesar 2002 ± 563 kkal. Asupan protein pada kelompok sebesar 52.4 ± 15.1 g, kelompok HIIT sebesar 50.5 ± 14.6 kg dan kelompok DA+HIIT sebesar 46.2 ± 12.5 kg. Dapat dilihat pada Tabel 9 nilai rataan asupan dan tingkat kecukupan zat gizi.

20

Tabel 9 Nilai rataan asupan dan tingkat kecukupan zat gizi menurut kelompok perlakuan

Zat Gizi

Kelompok

p

DA (n=9) HIIT (n=9) DA+ HIIT

(n=9) Sebelum Asupan Energi (kkal) 1972 ± 378 1945 ± 664 2242 ± 606 0.477 Protein (g) 48.3 ± 8.2 41.3 ± 4.2 47.9 ± 9.1 0.105 Lemak (g) 46.1 ± 12.9 43.9 ± 10.5 45.1 ± 7.7 0.907 Tingkat Kecukupan Gizi

Energi (%) 75.9 ± 18.4 77.3 ± 27.6 88.1 ± 23.1 0.493 Protein (%) 70.7 ± 16.3 65.5 ± 10.1 74.4 ± 12.9 0.317 Lemak (%) 53.3 ± 15.1 54.0 ± 13.7 55.3 ± 10.8 0.949 Sesudah Asupan Energi (kkal) 1885 ± 434 1872 ± 414 2154 ± 563 0.379 Protein (g) 56 ± 13 47.6 ± 20 55.4 ± 21 0.583 Lemak (g) 48.2 ± 13.3 42.1 ± 6.1 44.9 ± 7.6 0.415 Tingkat Kecukupan Gizi

Energi (%) 73.2 ± 23.4 74 ±15.6 84.8 ± 22.7 0.437 Protein (%) 83.5 ± 29.2 74.8 ± 31.5 85.7 ± 31.2 0.729 Lemak (%) 55.9 ± 17.9 51.9 ± 8.6 54.8 ± 9.5 0.791 Total Asupan Energi (kkal) 1929 ± 355 1908 ± 515 2198 ± 539 0.371 Protein (g) 52.2 ± 10.4 44.4 ± 11.5 51.7 ± 12.3 0.297 Lemak (g) 47.1 ± 12.18 43.0 ± 8.4 49.9 ± 9.7 0.148 Tingkat Kecukupan Gizi

Energi (%) 74.6 ± 19.6 75.6 ± 21 86.4 ± 21 0.414 Protein (%) 77.4 ± 22.4 70.3 ± 18.3 80.3 ± 15.6 0.526 Lemak (%) 54.6 ± 16.1 52.9 ± 11.2 55.1 ± 9.9 0.871

a. x ± Sd

b. Pada baris yang sama, angka dengan huruf yang tidak sama menunjukkan perbedaan nyata antar kelompok perlakuan (Uji Anova, p<0.05)

Berdasarkan hasil penelitian ini, sebagian besar subjek memiliki tingkat kecukupan energi dan protein tergolong defisit ringan dan asupan air minum sudah mencukupi namun tingkat kecukupan lemak masih berlebih sehingga perlu upaya yang lebih untuk menurunkan konsumsi makanan sumber lemak. Hasil studi HELENA (Healthy Lifestyle in Europe by Nutrition in Adolescence) hubungan asupan zat gizi makro dengan profil lipid didapatkan hasil bahwa asupan karbohidrat memiliki hubungan yang terbalik dengan HDL serta hubungan yang terbalik juga antara asupan lemak dengan TAG (Bell-serrat et al. 2014). Kelebihan asupan lemak yang berlebih akan berisiko terhadap berbagai penyakit degeneratif sehingga diperlukannya strategi dalam pengaturan pola makan yang baik dan aktivitas fisik yang teratur serta merubah gaya hidup yang lebih baik.

21

Kebiasaan Olahraga dan Tingkat Aktivitas Fisik

Kebiasaan olahraga dinilai berdasarkan jenis, frekuensi dan durasi olahraga. Berdasarkan kebiasaan olahraga, secara keseluruhan sebesar 48.2% tidak memiliki kebiasaan olahraga, kemudian sebesar 51.8% memiliki kebiasaan olahraga. WHO menganjurkan untuk melakukan olahraga secara teratur sebanyak 3 kali/minggu selama 30 menit agar tubuh sehat dan bugar. Sebagian besar subjek pada ketiga kelompok, menyukai melakukan olahraga jogging dibanding jenis olahraga lainnya. Rata-rata frekuensi melakukan olahraga dalam seminggu yaitu 2-3 kali. Sebagian besar subjek yang melakukan olahraga kurang dari 1 jam, dapat dilihat pada Tabel 10 kebiasaan olahraga menurut kelompok perlakuan.

Tabel 10 kebiasaan olahraga menurut kelompok perlakuan No Kebiasaan olahraga Kategori Kelompok Total DA HIIT DA+HIIT n % n % n % n % 1 Kebiasaan Ya 4 44.4 5 55.5 5 55.5 14 51.8 Tidak 5 55.5 4 44.4 4 44.4 13 48.2 2 Jenis Bulu tangkis/sepeda 0 0 1 11.1 0 0 1 3.7

Basket/futsal 1 11.1 0 0 0 0 1 3.7 Jogging 3 33.3 4 44.4 5 55.5 13 48.1 3 Frekuensi 1 kali 1 11.1 2 22.2 2 22.2 5 18.5 2-3 kali 3 33.3 2 22.2 3 33.3 8 29.6 setiap hari 0 0 0 0 0 0 0 0 4 Durasi <1 jam 3 33.3 4 44.4 5 55.5 12 44.4 1-2 jam 1 11.1 1 11.1 0 0 2 22.2

Sebagian besar subjek masih belum terbiasa melakukan olahraga secara teratur. Beberapa alasan seperti tidak ada waktu, malas dan letih sering dijadikan alasan untuk tidak olaharga. Padahal dengan olahraga membuat tubuh sehat dan bugar. Masih rendahnya frekeunsi olahraga pada subjek ini dapat dihubungkan dengan rendahnya tingkat aktivitas fisik. Dapat dilihat pada Tabel 11 Klasifikasi tingkat aktivitas fisik menurut kelompok perlakuan.

Tabel 11 Klasifikasi tingkat aktivitas fisik menurut kelompok perlakuan

Tingkat Aktivitas Fisik (PAL)

Hari libur Hari kuliah Total

n % n % n %

Sangat ringan (<1.4) 6 22.1 2 7.4 8 14.8 Ringan (1.4-1.69) 20 74.1 25 92.6 45 83.3

Sedang (1.7-1.99) 1 3.7 0 0 1 1.9

Berat (>1.99) 0 0 0 0 0 0

Sebagian besar subjek memiliki tingkat aktivitas sangat ringan dan ringan baik hari libur ataupun hari kuliah. Pada hari libur sebesar 74.1% dan sebesar 22.1% memiliki tingkat aktivitas sangat ringan dan ringan. Pada hari kuliah, sebesar 92.6% dan sebesar 7.4% dengan kategori sangat ringan dan ringan. Secara keseluruhan subjek, hanya sebesar 3.7% dari keseluruhan subjek yang memiliki tingkat aktivitas fisik yang sedang. Dalam penelitian ini HIIT diharapakan dapat

22

dijadikan solusi untuk mengatasi malas dalam olahraga, karena dengan durasi singkat mendapatkan kesehatan maksimal.

Kebiasan minum air putih

Cairan dalam tubuh merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Kebutuhan rata-rata konsumsi air putih pada masyarakat Indonesia sebanyak 2.5 L. Kebiasaan konsumsi minum air sebelum dan bangun tidur pada kelompok DA (55.6%), HIIT (77.8%) dan DA+HIIT (55.6%), berdasarkan ketiga kelompok tersebut sebagian besar subjek terbiasa minum sebelum dan bangun tidur sebesar 63.0%. Berdasarkan jumlahnya, sebagian besar subjek mengonsumsi sebanyak 240 mL sebesar 76.2% dan 480 mL sebesar 19.0%. Minum sebelum makan, sebagian besar mengonsumsi air putih sebelum makan sebesar 74.1% dan ketika saat makan sebesar 59.3%. Berdasarkan pada data kebiasaan minum sebelum olahraga, sebagian besar subjek tidak biasa untuk mengonsumsi air sebesar 60.0% dan untuk yang biasa mengonsumsi air sebesar 40.0%. Dapat dilihat pada Tabel 12 Kebiasaan minum menurut kelompok perlakuan.

Tabel 12 Kebiasaan minum menurut kelompok perlakuan

No

Kebiasaan minum

Kategori Kelompok Total

DA HIIT DA+HIIT n % n % n % n % 1 Minum sebelum dan bangun tidur Ya 5 55.6 7 77.8 5 55.6 17 63.0 Tidak 4 44.4 2 22.2 4 44.4 10 37.0 Total 9 100.0 9 100.0 9 100.0 27 100.0 2 Berapa gelas sebelum dan bangun tidur 1. Gelas (240 mL) 5 83.3 6 75.0 5 83.3 16 76.2 2. Gelas (480 mL) 1 16.7 2 25.0 1 16.7 4 19.0 3. Gelas (720 mL) 0 0.0 0 0.0 1 16.7 1 4.8 3 Minum sebelum makan Ya 6 66.7 6 66.7 8 88.9 20 74.1 Tidak 3 33.3 3 33.3 1 11.1 7 25.9 Total 9 100.0 9 100.0 9 100.0 27 100.0 4 Kebiasaan minum saat makan Ya 4 44.4 6 66.7 6 66.7 16 59.3 Tidak 5 55.6 3 33.3 3 33.3 11 40.7 Total 9 100.0 9 100 9 100.0 27 100.0 5 Kebiasaan minum sebelum olahraga Ya 3 33.3 2.0 33.3 3.0 60.0 8.0 40.0 Tidak 6 66.7 4.0 66.7 2.0 40.0 12.0 60.0 Total 9 100.0 6.0 100.0 5.0 100.0 20.0 100.0

Kekurangan air tubuh selama beraktivitas fisik dapat mengganggu beberapa fungsi fisiologi, meningkatkan stres thermoregulatory dan kardiovaskuler. Kondisi ini dapat menyebabkan penurunan performa dan peningkatan berbagai risiko penyakit akibat kelebihan panas (muscle heat cramps, pingsan, heat exhaustion) (Feld et al. 2010). Penelitian The Indonesian Hydration Regional Study (THRIST) yang dilakukan sebanyak 604 remaja dari 6 Kota di Indonesia menunjukkan bahwa 49.5% remaja mengalami kurang air tubuh, hal ini

23

menunjukkan bahwa kurang air tubuh lebih mungkin terjadi pada individu dengan tingkat pengetahuan hidrasi yang rendah (Hardinsyah et al. 2010).

Pangaruh Intervensi terhadap Status Gizi dan Komposisi Tubuh

Pengukuran masing-masing variabel dalam intervensi ini dilakukan sebelum dan sesudah intervensi Berdasarkan rata-rata berat badan pada kelompok DA sebesar 69.7 ± 19 kg, kelompok HIIT sebesar 63.6 ± 6.5 kg, dan kelompok DA+HIIT sebesar 63.6 ± 9.6 kg. Hasil uji ANOVA menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata sebelum intervensi terhadap ketiga kelompok perlakuan untuk berat badan. Setelah intervensi dilakukan, terdapat perbedaan pada kelompok DA, kelompok HIIT dan kelompok DA+HIIT yaitu sebesar 69.9 ± 18.6 kg, 63.2 ± 6.4 kg dan 62.5 ± 9.2 kg. Penurunan berat badan paling besar setelah intervensi pada kelompok DA+HIIT sebesar -1.1 ± 0.8 kg dan kelompok HIIT sebesar -0.4 ± 0.7 kg. Dapat dilihat pada Tabel 13 Karakteristik status gizi antropometri dan komposisi tubuh menurut kelompok perlakuan.

Tabel 13 Karakteristik status gizi antropometri dan komposisi tubuh menurut kelompok perlakuan1

Status Gizi

Kelompok

DA (n=9) HIIT (n=9) DA+ HIIT

(n=9)

p

Status Gizi Antropometri

BB (kg)

Sebelum 69.7 ± 19 a,1 62.6 ± 6.5 a,1 63.6 ± 9.6 a,1 0.497 Sesudah 69.9 ± 18.6 a,1 63.2 ± 6.4 a,1 62.5 ± 9.2 a,2 0.377

BB 0.18 ± 0.78 -0.4 ± 0.7 -1.1 ± 0.8 0.007

IMT (kg/m2)

Sebelum 26.6 ± 3.6 a,1 25.9 ± 2.4 a,1 25.7 ± 3.4 a,1 0.812 Sesudah 26.7 ± 3.6 a,1 25.8 ± 2.4 a,1 25.2 ± 3.2 a,2 0.601 IMT 0.09 ± 0.29 - 0.15 ± 0.29 - 0.44 ±0.36 0.005

Komposisi Tubuh Percent Body Fat

Sebelum 22.5 ± 8.9 a,1 24.6 ± 5.6 a,1 24.8 ± 7.1 a,1 0.776 Sesudah 22.9 ± 7.7 a,1 23.5 ± 3.7 a,1 20.7 ± 8.5 a,2 0.666

PBF 0.3 ± 5.4 -1.0 ± 5.0 -2.7 ± 2.5 0.452

Total Body Water (TBW)

Sebelum 36.0 ± 6.5 a,1 34.8 ± 5.2 a,1 35.3 ± 7.3 a,1 0.926 Sesudah 35.1 ± 6.3 a,1 33.3 ± 4.5 a,1 35.2 ± 5.3 a,1 0.677

TBW -0.9 ± 2.7 -1.5 ± 4.0 -0.17 ± 3.3 0.776

a.

x ± Sd

b.

Pada baris yang sama, angka dengan huruf yang tidak sama menunjukkan perbedaan nyata antar kelompok perlakuan (Uji Anova, p<0.05)

c.

Pada kolom yang sama, angka yang tidak sama menunjukkan perbedaan nyata antar kelompok perlakuan (Uji Paired t-test, p<0.05)

Pada perubahan berat badan sebelum dan selisih intervensi, dengan uji ANOVA terhadap ketiga kelompok terdapat perbedaan yang nyata dengan nilai P<0.05. Hasil penelitian oleh Fogelholm (2015) mengungkapkan hal yang sama yaitu kombinasi diet dan olahraga lebih efektif dibandingkan dengan diet atau olahraga saja. Oleh karena itu, disarankan untuk mendapatkan tubuh yang ideal,

24

upaya yang bisa dilakukan yaitu mengkombinasi diet dan olahraga karena kedua kegiatan ini merupakan kombinasi yang paling ideal.

Pada Indeks Massa Tubuh (IMT), penurunan terbesar terjadi pada kelompok DA dan HIIT yaitu -0.44±0.36 (kg/m2) kemudian penurunan kedua pada kelompok HIIT sebesar -0.15±0.29 (kg/m2), namun pada kelompok DA tidak terjadi penurunan IMT. Berdasarkan uji ANOVA terhadap ketiga kelompok ini pada selisih IMT terdapat perbedaan yang nyata (P<0.05). Berdasarkan uji paired sanple t-test pada IMT, terdapat perbedaan yang nyata hanya pada kelompok kombinasi DA+HIIT. Berdasarkan hasil penelitian hubungan IMT terhadap profil lipid pada pekerja di Jepang, IMT bisa menggambarkan kondisi tekanan darah dan profil lipid jika dibandingkan dengan hasil PBF (Nakanishi et al. 2000). Oleh karena itu, perlunya pemantauan IMT secara berkala untuk melihat perkembangan tubuh agar ideal.

Komposisi tubuh subjek meliputi pengukuran Percent Body Fat (PBF) dan Total Body Water (TBW). Pada variabel PBF pada kelompok kombinasi DA+HIIT mengalami penurunan terbesar sebanyak -4.1±4.7, kemudian pada kelompok HIIT mengalami penurunan sebanyak -1.0±8.6. Berdasarkan ANOVA terhadap selisih tidak terdapat perbedaan yang nyata antar ketiga kelompok tersebut. Namun, berdasarkan uji paired t-test sebelum dan sesudah intervensi, terjadi perubahan PBF pada kelompok kombinasi DA+HIIT.

Pada variabel TBW terdapat penurunan setelah intervensi pada ketiga kelompok, berdasarkan uji ANOVA tidak terdapat perbedaan yang nyata pada selisih terhadap ketiga kelompok tersebut. Hasil penelitian Kutac (2011), olahraga yang teratur dapat membuat TBW turun sebesar 0.4% dan lemak tubuh mengalami penurunan sebesar 2.7% dari berat badan tubuh. Hasil penelitian serupa oleh Irving et al 2008, intervensi HIIT menurunkan total fat mass sebesar 2 kg, menurunkan lemak di perut sebesar 17%, dan menurunkan waist hip ratio setelah intervensi selama 3 bulan. Jika dihubungkan dengan hasil penelitian ini, terdapat kesesuaian hasil pada penurunan TBW.

Mengonsumsi air putih sebanyak 8 gelas/hari merupakan anjuran agar tubuh sehat, cerdas dan bugar. Hasil penelitian Stookey et al.(2007), mengonsumsi air putih dengan cara menambahkan jumlah air dari yang biasa diminum dengan waktu makan (sarapan, makan siang dan makan malam) dalam jumlah batas yang direkomendasikan dapat memperbaiki status gizi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu melakukan aktivitas fisik. Aktivitas fisik sangat dianjurkanya sebanyak 3 kali/minggu untuk menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh. HIIT merupakan salah satu latihan fisik dan juga latihan kardio yang dapat meningkatkan kesehatan dan kebugaran tubuh.

Upaya perbaikan status gizi dapat lebih efektif jika dilakukan dengan kombinasi diet, melakukan aktivitas fisik, dan perubahan gaya hidup yang lebih baik (Manore 2012). Dalam penelitian ini durasi HIIT selama 16 menit, waktu aktivitas HIIT sangat beragam, rata-rata 20 menit. Hal ini tergantung durasi dalam pemasan, HIIT workout, dan pendinginan.

Hasil penelitian O'Donovan et al, pemberian intervensi latihan HIIT dapat menurunkan total kolesterol dan kolesterol LDL (O'Donovan 2005). Manfaat HIIT lainnya yaitu dapat meningkatkan kolesterol HDL dan VO2max (O'Donovan et al. 2005; King et al. 2002). Karakteristik latihan HIIT termasuk dalam latihan berat sehingga Excess of Post Exercise Oxygen Consumption (EPOC) akan

25

menekan lebih banyak kalori sebesar 6-15% kalori selama latihan (Kravitz 2014). Subjek dalam penelitian ini, sebagian besar mengalami defisit ringan pada energi dan protein. Hasil penelitian Fayh et al. (2013), penurunan sebesar 5% dari berat badan memiliki dampak positif terhadap penurunan total kolesterol dan trgliserida.

Pengaruh Intervensi terhadap Perubahan Profil Lipid

Status gizi biokimia yang dianalisis yaitu profil lipid meliputi total kolesterol, trigliserida, HDL dan LDL sebelum dan sesudah intervensi selama 8 minggu. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel total kolesterol dan LDL (mg/dL) mengalami penurunan setelah intervensi selama 2 bulan, kemudian terjadi peningkatan terhadap kadar HDL (mg/dL). Perubahan nilai profil lipid di dalam tubuh dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain usia, diet tinggi lemak jenuh dan kolesterol, genetik, hormon, berat badan, tingkat aktivitas fisik dan penyakit lain.

Peningkatan HDL terjadi pada semua kolompok perlakuan, yaitu peningkatan kelompok DA sebesar 6.7±6.6 (mg/dL), kelompok HIIT sebesar 5.7±6.0 (mg/dL) dan kelompok DA+HIIT sebesar 6.6±6.2 (mg/dL). Kadar total kolesterol sebelum intervensi yaitu pada kelompok DA (180.8 mg/dL), HIIT (190.3 mg/dL) dan DA+HIIT (178.7 mg/dL). Setelah intervensi, kadar total kolesterol mengalami perubahan yaitu kelompok DA (171.6 mg/dL), HIIT (180.6 mg/dL) dan DA+HIIT (164.2 mg/dL). Pada kadar trigliserida kelompok DA (91.5 mg/dL), kelompok HIIT (84.5 mg/dL) dan kelompok DA+HIIT (88.3 mg/dL). Setelah intervensi, kadar trigliserida menjadi 79 mg/dL pada kelompok DA, sebesar 73.2 mg/dL pada kelompok HIIT dan sebesar 74.8 mg/dL pada kelompok DA+HIIT. Kadar profil lipid sebelum dan sesudah intervensi dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14 Kadar profil lipid sebelum dan sesudah intervensi1 Profil Lipid Kelompok p DA (n=9) HIIT (n=9) DA+ HIIT (n=9) Total Kolesterol (mg/dL) Sebelum 180.8 ± 30.8 a 190.3 ± 13.0 a 178.7 ± 21.8 a 0.708 Sesudah 171.6 ± 19.6 a 180.6 ± 21.5 a 164.2 ± 12.7 a 0.186 Kolesterol -11.0 ± 13.1 -9.6 ± 12.01 -18.2 ± 21.71 0.496 Trigleserida (mg/dL) Sebelum 91.5 ± 22.4 a 84.5 ± 32.4 a 88.3 ± 26 a 0.863 Sesudah 79 ± 17.1 a 73.2 ± 28.9 a 74.8 ± 12.5 a 0.832 Trigliserida -12.5 ± 23.9 -11.3 ± 18.6 -13.4 ± 17.41 0.976 HDL (mg/dL) Sebelum 51.5 ± 10.4 a 56.8 ± 11 a 57.5 ± 8.2 a 0.302 Sesudah 59.3 ± 8.3 a 63.1 ± 8.5 a 65.5 ± 6.8 a 0.226 HDL 6.7 ± 6.61 5.7 ± 6.01 6.6 ± 6.21 0.935 LDL (mg/dL) Sebelum 111.6 ± 28.2 a 111 ± 11.5 a 101.7 ± 15.3 a 0.700 Sesudah 99.7 ± 19.8 a 104 ± 16.9 a 89.6 ± 9.9 a 0.069 LDL -15.2 ± 14.4 -13.1 ± 11.1 -12.1 ± 17.7 0.418 a x ± Sd b.

Pada baris yang sama, angka dengan huruf yang tidak sama menunjukkan perbedaan nyata antar kelompok perlakuan (Uji Anova, p<0.05)

c

Pada kelompok yang sama terdapat perbedaan yang nyata sebelum dan sesudah intervensi (Uji Beda-t, p<0.05)

26

Jika hasil penelitian ini dibandingkan dengan hasil di Jepang, bahwa tidak terdapat penurunan total kolesterol dan trigliserida setelah intervensi olahraga, namun terdapat peningkatan HDL (Ata et al. 2008). Hasil latihan HIIT telah terbukti berhasil menurunkan lemak pada bagian abdominal pada wanita muda dalam waktu 15 minggu (Trapp et al. 2007). Pada penelitian oleh Heydari et al. (2012), pemberian intervensi HIIT selama 12 minggu pada remaja laki-laki gemuk dengan intensitas 80-95% DNM selama 20 menit juga dapat mengurangi total lemak tubuh, lemak bagian perut dan meningkatkan kebugaran tubuh (VO2max). Intervensi HIIT ini terbukti efektif untuk meningkatkan kekuatan dan kebugaran kardiorespiratori serta menurunkan kadar trigliserida pada pria aktif (Gottsschall et al. 2014).

Pemberian intervensi HIIT tidak selamanya dapat memperbaiki kadar profil lipid di dalam tubuh. Hasil penelitian Ourghi et al. (2014), pemberian intervensi HIIT tidak dapat memperbaiki kadar profil lipid darah (total kolesterol, trigliserida, HDL dan LDL) namun dapat meningkatkan kapasitas aerobik subjek. Peneliti tersebut menjelaskan kelemahan dalam terletak pada waktu yang relatif singkat selama 12 minggu dan subjek yang relatif sedikit. Jika dibandingkan durasi dalam penelitian ini, durasi 8 minggu pemberian intervensi air dan HIIT sudah dapat memperbaiki kadar profil lipid (total kolesterol, trigliserida dan HDL) dalam tubuh, namun kadar LDL belum mengalami perbaikan.

Hasil penelitian pada remaja yang diberikan intervensi selama 12 minggu mengalami peningkatan HDL (mg/dL) sebanyak 9.7% namun tidak ada perubahan pada total kolesterol (mg/dL) (Tjonna et al. 2008). Berdasarkan hasil kajian review terhadap 13 studi mengenai HIIT, bahwa kadar HDL (mg/dL) akan meningkat setelah intervensi jika kadar HDL (mg/dL) awal (baseline) yang sangat rendah, dengan durasi intervensi paling minimum selama 8 minggu (Kessler et al. 2012). Dalam penelitian ini mendapatkan hasil bahwa dengan durasi 8 minggu kadar HDL dapat meningkat sebanyak 10% setelah intervensi.

Mengombinasikan berbagai aktivitas fisik seperti HIIT, endurance training dan low intensity merupakan salah satu strategi dalam menjaga kondisi kesehatan dan memperbaiki status gizi. Hasil penelitian Paoli et al. (2013), dengan melakukan kombinasi beberapa latihan terhadap perubahan status gizi mendapatkan hasil bahwa latihan HIIT terbukti lebih efektif dalam memperbaiki profil lipid, dan menjaga tekanan darah jika dibandingkan dengan kelompok kombinasi endurance dan low intensity. Dalam penelitian ini, mengkombinasikan pengaturan konsumsi air putih dan HIIT terbukti lebih efektif dalam memperbaiki kadar profil lipid jika dibandingkan dengan kelompok intervensi.

Penelitian ini terdapat beberapa kelemahan, yaitu durasi intervensi masih singkat dan jumlah subjek yang masih kurang. Sebagian besar hasil penelitian berfokus pada proses perbaikan status gizi dengan olahraga dan diet khusus untuk perbaikan status gizi. Untuk itu, perlunya menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh yang optimal perlu adanya motivasi dan berkelanjutan (sustainable) khususnya pada remaja yang overweight dan obesitas. Secara umum, ada kecenderungan hasil dalam penelitian ini sudah mengarah ke arah yang baik. Hasil review beberapa studi oleh Muckelbauer et al. (2013), mengenai pemberian air minum untuk penurunan berat badan masih belum konsisten, untuk itu rekomendasi penelitian selanjutnya dapat dengan memperbanyak subjek dan studi bersifat longitudinal sehingga dapat diaplikasikan terhadap populasi.

27

Pengaruh Intervensi terhadap Indeks Kebugaran Kardiorespiratori

Penentuan indeks kebugaran ini dilakukan menggunakan modifikasi harvard test. Sebelum intervensi, kelompok DA, HIIT dan DA+HIIT memilki indeks kebugaran 87.1, 83.3, dan 84.2. Kemudian, setelah diberikan intervensi indeks kebugaran mengalami perubahan sebesar kelompok DA (85.8), kelompok HIIT (80.6) dan kelompok DA+HIIT (82). Secara keseluruhan variabel indeks kebugaran sebelum dan sesudah masih termasuk dalam kategori baik (80-89). Namun, berdasarkan uji ANOVA tidak terdapat perbedaan yang nyata terhadap ketiga kelompok. Dapat dilihat pada Tabel 15 indeks kebugaran kardiorespiratori sebelum dan sesudah intervensi.

Tabel 15 Indeks kebugaran kardiorespiratori sebelum dan sesudah berdasarakan kelompok perlakuan

Kebugaran Kardio

Kelompok

p

DA (n=9) HIIT (n=9) DA+ HIIT

(n=9) Indeks Kebugaran Sebelum 87.1 ± 12.6 a 83.8 ± 7.4 a 84.2 ± 7.7 a 0.712 Sesudah 85.8 ± 9.9 a 80.6 ± 9.1 a 82 ± 5.3 a 0.390 IK -1.3 ± 8.6 -3.2 ± 9.2 - 2.2 ± 7.9 0.896 a. x ± Sd

b. Pada baris yang sama, angka dengan huruf yang tidak sama menunjukkan perbedaan nyata antar kelompok perlakuan (Uji Anova, p<0.05)

Hasil penelitian oleh Helgerud et al. (2007) yang melihat dampak latihan aerobik pada intensitas dan metode yang berbeda mendapatkan hasil bahwa latihan high intensity interval training (HIIT) terbukti efektif untuk meningkatkan kebugaran tubuh 6-8% (VO2max). Latihan HIIT dinilai lebih mampu meningkatkan kapasitas aerobik dan anaerobik dibandingkan dengan latihan intensitas sedang atau rendah (Boutcher 2010). Hasil serupa yang dilakukan oleh Gormley et al. (2008), latihan HIIT lebih efektif untuk meningkatkan VO2max pada remaja. Latihan HIIT selama 8-12 minggu terbukti secara nyata dalam meningkatkan kebugaran kardiorespiratori pada remaja obes (Gutin et al. 2002; Heydari et al. 2012). Namun, dalam penelitian ini tidak terdapat peningkatan kebugaran tubuh hal ini dipengaruhi dari kondisi fisik, kondisi psikologis, kebiasaan aktivitas fisik, motivasi dan mood.

Kebugaran kardiorespiratori dalam penelitian ini tidak menunjukkan peningkatan kebugaran tubuh subjek. Overtraining merupakan menururnya kemampuan tubuh fisiologi dan psikologis saat proses latihan dalam satu kurun waktu yang ditandai dari segi subyektif dan obyektif. Overtraining melalui tiga fase yaitu psikologi, fisiologi dan performance. Hasil penelitian Ghasemnezhad (2011), pada atlet basket ball saat kejuaraan Divisi I di Iran selama 12 minggu mendapatkan hasil bahwa overtrainig berpengaruhi terhadap fisiologi dan psikologi, namun pada performace tidak mengalami penurunan. Namun, peneliti mengindikasi jika durasi diperpanjang maka akan berdampak negatif pada performance.

28

Kepatuhan Minum Air putih dan HIIT

Kepatuhan dalam mengonsumsi air minum dan HIIT ini diawasi oleh peneliti selama pelaksanan penelitian. Pengawasan terdiri dari wawancara langsung dan diskusi mengenai hal-hal yang sedang dialami oleh subjek selama intervensi. Selama intervensi, total botol yang dikonsumsi subjek sebanyak 84 botol/bulan/subjek dan untuk intervensi HIIT sebanyak 3 kali/minggu. Dapat dilihat pada Tabel 16 sebaran subjek menurut tingkat kepatuhan.

Tabel 16 Sebaran subjek menurut tingkat kepatuhan

Kepatuhan Kelompok DA (n=9) HIIT

Dokumen terkait