• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek Pengetahuan Lokal

Informan kunci yang dipilih dalam penelitian ini adalah ibu Iting Mirsol br Ginting yang merupakan seorang tabib berumur 97 tahun dari desa Paribun, Kab. Simalungun.Informan lainnya adalah bapak Sirait yang merupakan pemandu balai Tahura Bukit Barisan yang ikut kelokasi pengambilan sampel sehingga mempemudah pengambilan Sampel .

Hasil wawancara dengan Iting Mirsol br Ginting, maka diperoleh beberapa jenis tanaman yang diduga mengandung racun. Nama lokal tumbuhan beracun yang diperoleh antara lain adalah Mbetung, Ndulpak, Gujera, Tedek tedek, Takur-takur, Bedi-bedi, Kalincayo, Silawir buluh, Tabar-tabar dan beberapa jenis tanaman lainnya yang tidak ditemukan pada saat dieksplorasi.

Ciri-ciri tanaman beracun yang dimaksudkan oleh informan kunci dijelaskan kepada pemandu Tahura Bukit Barisan sehingga jenis ini dapat dikenali pada saat eksplorasi. Berdasarkan informasi ini maka tanaman tersebut dijadikan sampel pada saat pengeksplorasian dilapangan. Tanaman lain yang dicurigai mengandung racun berdasarkan aroma, warna, ciri fisik dan kandungan getahnya juga ikut dijadikan sampel untuk selanjutnya diuji di Laboratoratorium Kimia Bahan Alam, Fakultas MIPA, Universitas Sumatera Utara.

Deskripsi Tumbuhan Beracun Yang Di Temukan Di Hutan Lindung Simancik II

1. Tedek-tedek (Euphorbia sp.)

Tumbuhan ini memilki kandungan getah pada daunnya. Tumbuhan ini hanya ditemukan di daerah terbuka yang mendapat cahaya matahari penuh. Gambar Tedek-tedek dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Tedek-tedek

Kandungan kimia : Kandungan kimia yang terkandung adalah dari golongan Flavonoid dan Alkaloid.

Daun : Tata daun alternate, daun tunggal, bangun daun menjari (palmatipartipus), permukaan daun berbulu sedikit (scabrous), tepi daun rata (entire), ujung anak daun membulat (rounded), pertulangan daun menjari (palminervis) ,

Bunga : Bunga tidak ditemukan saat diidentifikasi.

Biji : Biji tidak ditemukana saat identifkasi, dari tipe perakaran dan tipe daunnya maka bijinya merupakan biji berkeping ganda/dikotil.

2. Takur- takur gara (Nephentes tobaica)

Daun tumbuhan ini memiliki ciri khas yang berupa alat tambahan atau accsesoria pada bagian ujung daunnya berupa piala atau kantung. Tumbuhan ini sering digunakan sebagai obat mata oleh masyarakat setempat. Air yang ada dalam kantungnya diambil dan diteteskan ke mata yang sakit. Ciri Tumbuhan ini dapat dilihat pada gambar 5.

Gambar 5. Takur-takur gara

Kandungan kimia : Kandungan kimia yang terkandung pada tumbuhan ini adalah golongan Flavonoid dan Saponin.

Daun : Tata daun alternate, bangun daun lanset (lanseolatus), daun tunggal, pangkal daun duduk (sessile), tepi daun rata (entire), ujung daun berpiala, permukaan daun licin (laevis),pertulangan daun sejajar (recctinervis), pialanya berwana coklat kemerahan dengan sedikit warna kekuningan dibagian mulu kantung dengan ukuran tinggi 7-9 cm

Bunga : Bunga tidak ditemukan saat identifikasi. Biji : Biji tidak ditemukan saat identifikasi. Akar : Tipe perakarannya merupakan akar serabut.

3. Ndulpak (Endospermum diadenum Miq.)

Tumbuhan ini digunakan masyarakat sebagai obat bisul dan kudis. Bagian daun dari tanaman ini diambil dan ditumbuk halus dan dioleskan di sekeliling bisul dan kudis. Ciri daun yang berbentuk mirip hati menjadi ciri tumbuhan ini dapat dilihat pada gambar 6.

Gambar 6. Ndulpak

Kandungan kimia : Kandungan kimia yang terkandung dalam tumbuhan ini adalah golongan Alkaloid dan Saponin.

Daun : Tata daun alternate, daun tunggal, bangun daun delta (deltoideus), pangkal daun rompang (truncatus), tepi daun rata (entire), ujung daun meruncing (acuminatus), permukaan daun licin (laevis), pertulangan daun menyirip(penninervis).

Bunga : Bunga tidak ditemukan saat diidentifikasi.

Biji : Biji tidak ditemukan saat diidentifikasi. Berdasarkan tipe daun dan tipe akar maka jenis bijinya merupakan biji berkeping dua/dikotil.

Akar : Tipe perakaran tumbuhan ini adalah tipe perakaran tunggang.

4. Sukul-sukul (Macaranga depressa Mull.Arg.)

Tumbuhan ini berasal dari keluarga macaranga. Tumbuhan ini dapat tumbuh dengan tinggi hingga 4 m. Bentuk daun menjari tiga dan warna pucuknya yang kemerahan menjadi ciri khasnya dapat dilihat dalam gambar 7.

Gambar 7. Sukul-sukul

Kandungan kimia : Kandungan kimia yang terkandung dalam tumbuhan ini adalah golongan Flavonoid, Alkaloid dan Saponin.

Daun : Tata daun alternate, daun tunggal, pangkal daun membulat (oblique), tepi daun bergerigi (palmatifid), ujung daun runcing(acutus), permukaan daun licin (laevis), pertulangan daun menjari (Palmately netted). Bunga : Bunga tidak ditemukan saat diidentifikasi.

Biji : Biji tanaman tidak ditemukan pada saat identifikasi. Dari bentuk daun dan tipe perakaran maka tipe biji tumbuhan ini merupakan tipe biji berkeping dua/dikotil.

Bunga : Bunga tidak ditemukan pada saat identifikasi.

5. Mbetung (Ficus grossularioides Burm.f.)

Tumbuhan ini merupakan pohon yang dapat tumbuh hingga ketinggian 10 m. Pohon ini memiliki getah dan pada bagian kuncupnya memiliki stipulate yang berfungsi melindungi pucuk muda.Daunnya sering dimanfaatkan masyarakat setempat sebagai pembungkus tapai dan kulitnya juga digunakan sebagai obat sakit perut. Gambar Mbetung dapat dilihat dalam gambar 8.

8

Gambar 8. Mbetung

Kandungan kimia : Kandungan kimi yang terkandung dalam Tumbuhan ini adalah golongan Flavonoid, Terpen, Alkaloid dan, Saponin.

Daun : Tata daun alternate, daun tunggal,bangun daun oval (ovali), pangkal daun berlekuk (emargintus), pinggir daun bergerigi halus (serratus),ujung daun meruncing

(opacus),pertulangan daun menyirip (penninervis),bagian bawah daun berwarna putih keperakan.

Bunga : Bunga tidak ditemukan pada saat identifikasi.

Biji : Biji tumbuhan ini tidak ditemukan pada saat diidentifikasi. Dari jenis daun dan perakarannya maka tipe biji tumbuhan ini merupakan tipe biji berkeping dua/dikotil.

Akar : Tipe perakaran tumbuhan ini merupakan tipe perakaran tunggang

6. Uak-uak (Ficus sp.)

Tumbuhan ini memiliki ciri khas dengan pucuk daun berwarna coklat kemerahan. Pucuk ini kemudian berangsur berubah menjadi hijau, dapat dilihat dalam gambar 9.

Kandungan kimia : Kandungan kimia yang terkandung dalam tumbuhan ini adalah golongan Alkaloid.

Daun : Tata daun alternate, daun tunggal, bangun daun lanset (lanseolatus), pangkal daun runcing (acuminatus), tepi daun beringgit (Crenatus), ujung daun mengekor (caudatus), permukaan daun gunndul (glaber), pertulangan daun menyirip (penninervis). Warna daun muda kuning kemerahan dan berangsur berubah menjadi warna hijau.

Bunga : Bunga tidak ditemukan pada saat identifikasi.

Biji : Biji tidak ditemukan pada saat identifikasi. Dari tipe daun dan tipe perakaran maka tipe biji tumbuhan ini adalah tipe biji berkeping dua/dikotil.

Akar : Tipe perakaran tumbuhan ini adalah tipe perakaran tunggang.

7. Silawir buluh (Scheflera sp.)

Tumbuhan ini merupakan tumbuhan perdu yang dapat tumbuh hingga hingga 2,5 meter memiliki aroma mint yang menyengat. Tumbuhan ini sering digunakan penduduk setempat sebagai campuran kuning atau obat param. Daun tumbuhan ini bergerigi halus pada bagian pinggirnya dengan jumlah anak daun 5 hingga 7 anak daun. Batang tumbuhan ini juga terlihat berbuku-buku. Gambar Silawir buluh dapat dilihat pada gambar 10.

Gambar 10. Silawir buluh

Kandungan kimia : Kandungan kimia yang terkandung dalam tumbuhan ini adalah golongan Terpen, Alkaloid dan golongan Saponin.

Daun : Tata daun alternate, daun majemuk menjari (palmatus), anak daun memiliki jumlah yang bervariasi anatara lima dan tujuh, bangun daun bulat memanjang (oblongus), ujung daun meruncing (aristate), pangkal daun membulat (oblique), pinggir daun begerigi halus (serratus), permukaan daun gundul (glaber), pertulangan daun menyirip (penninervis).

Bunga : Bunga tidak ditemukan pada saat diidentifikasi

Biji : Biji tidak ditemukan pada saat identifikasi. Berdasarkan tipe daun dan tipe perakaran maka tipe biji tumbuhan ini merupakan tipe biji berkeping ganda/dikotil.

Akar : Tipe perakaran tumbuhan ini merupakan tipe perakaran tunggang.

8. Rancang daluna (Rubia sp.)

Tumbuhan ini merupakan tumbuhan bawah. Memiliki batang yang berbuku-buku dan buah terdapat pada ujung batang. Daun juga bergerigi pada bagian pinggirnya, dapat dilihat pada gambar 11.

Gambar 11. Rancang daluna

Kandungan kimia : Kandungan kimia tumbuhan ini adalah kandungan kimia dari golongan Flavonoid, Terpen, Alkaloid dan Saponin. Daun : Tata daun decusate, daun tunggal, bangun daun lanset

(lanseolatus), pangkal daun meruncing (acutus), tepi daun bergerigi kasar (serraatus). ujung daun meruncing (acutus), permukaan daun gundul (glaber) pertulangan daun menyirip (penninervis).

Biji : Tipe biji tumbuhan ini merupakan tipe biji berkeping dua.

Bunga : Bunga tidak ditemukan pada saat diidentifikasi. Akar : Tipe perakarannya adalah tipe perakaran tunggang. 9. Ingul kerangen (Smecarpus sp.)

Penamaan tumbuhan ini oleh masayarakat setempat mirip dengan suren yang nama lokalnya adalah ingul. Tumbuhan ini memiliki bentuk dan warna daun yang mirip dengan pohon suren dapat dilihat pada gambar 12.

Gambar 12. Ingul kerangen

Kandungan kimia : Kandungan kimia tumbuhan ini adalah kandungan kimia yang berasal dari golongan Terpen dan Flavonoid.

Daun : Tata daun alternate, daun tunggal, bangun daun lanset (lanseolatus), pangkal daun duduk (sessile), tepi daun bergerigi (serratus), ujung daun runcing

(acuminatus),permukaan daun licin (laevis), pertulangan daun menyirip (penninervis).

Bunga : Bunga tidak ditemukan pada saat diidentifikasi.

Biji : Biji tidak ditemukan pada saat identifikasi. Dari Tipe daun dan tipe perakaran maka tipe biji merupakan tipe biji berkeping dua/dikotil.

Akar : Tipe perakaran tumbuhan ini adalah tipe perkaran tunggang.

10. Takur-takur ratah (Nephenthes reinwardtiana)

Tumbuhan ini sering digunakan sebagai obat mata oleh masyarakat setempat. Air didalam kantung di teteskan ke mata yang sakit. Daun tumbuhan ini memiliki ciri khas yang berupa alat tambahan atau accsesoria pada bagian ujung daunnya berupa piala atau kantung, dapat dilihat pada gambar 13.

Kandungan kimia : Kandungan kimia yang terkandung pada tumbuhan ini adalah golongan Flavonoid dan Saponin.

Daun : Tata daun alternate, bangun daun lanset (lanseolatus), daun tunggal, pangkal daun duduk (sessile), tepi daun rata (entire), ujung daun berpiala, permukaan daun licin (laevis), pertulangan daun sejajar (recctinervis), pialanya berwana hijau dengan sedikit warna kecoklatan dengan ukuran tinggi 4-6 cm.

Bunga : Bunga tidak ditemukan saat identifikasi.

Biji : Biji tidak ditemukan saat identifikasi. Berdasarkan tipe daun dan tipe akar, biji tumbuhan ini merupakan tipe biji berkeping tunggal/monokotil.

Akar : Tipe perakarannya merupakann akar serabut. 11. Gujera (Mahonia aquifolium)

Tumbuhan ini merupakan jenis tumbuhan bawah yang dapat tumbuh 1 hingga 2 meter. Tumbuhan ini memiliki duri pada bagian pinggir daunnya, dapat dilihat pada gambar 14.

Kandungan kimia : Kandungan kimia yang terkandung adalah golongan Terpen dan Saponin.

Daun : Tata daun oposite, daun majemuk menyirip gasal (imparipinatus), pangkal anak daun menempel/duduk pada tangkai daun (sessilis),tepi daun berduri(spinose), ujung daun meruncing berduri (spinose), bagian permukaan daun mengkilat (nitidus), daun bertulang menyirip.

Bunga : Bunga tidak ditemukan saat diidentifikasi.

Biji : Biji tidak ditemukan saat diidentifikasi, berdasarkan tipe daun dan tipe akar yang merupakan akar tunggang maka tumbuhan ini termasuk biji berkeping ganda atau dikotil. Akar : Tipe perakaran tunggang.

12. Tabar-tabar (Pseuderanthemum sp.)

Kandungan kimia : Kandungan kimia tumbuhan ini adalah senyawa kimia yang dari golongan Terpen, Alkaloid dan Saponin.

Daun : Tata daun alternate, daun tunggal, bangun daun membulat (ovatus), pangkal daun membulat (rotundatus), pingir daun rata (entire), ujung daun meruncing (acuminatus), permukaan daun gundul (glaber), pertulangan daun menyirip (penninervis).

Bunga : Letak bunga pada ujung (flos terminalis), berbunga banyak (multiflora), bunga majemuk, warna bunga merah jambu.

Biji : Biji tidak ditemukan pada saat diidentifikasi

Akar : Tipe perakaran tumbuhan ini adalah tipe perakaran tunggang.

13. Sanggubuh (Licania splendens Korth.)

Tumbuhan ini merupakan jenis pohon yang tumbuh pada daerah yang tinggi pada lokasi penelitian. Buahnya berwarna kuning kemerahan dan berangsur-angsur berubah menjadi warna hitam dapat dilihat pada gambar 16.

Kandungan kimia : Kandungan kimia yang terkandung pada tumbuhan ini adalah golongan Flavonoid, Terpen dan Saponin.

Daun : Tata daun alternate , daun tunggal, bangun daun lanset (lanseolatus), pangkal daun merruncing (acutus), pinggir daun beringgit (crenatus), ujung daun runcing (acutus), permukaan daun berlapis lilin (pruinosus), pertulangan daun menyirip (penninervis).

Bunga : Bunga tidak ditemukan saat diidentifikasi.

Biji : Tipe biji tumbuhan ini adalah tipe biji berkeping dua/dikotil.

Akar : Tipe perakaran tunggang. 14. Kalincayo (Angelesia splendens Korth.)

Tumbuhan ini memiliki aroma khas mirip aroma minyak angin. Tumbuhan ini sering digunakan masyarakat sebagi campuran kuning atau obat luar param dan juga digunakan sebagaicampuran minyak urut tradisional tumbuhan ini memiliki buah berwarna hijau kemerahan, dapat dilihat pada gambar 17.

Gambar 17. Kalincayo

Kandungan kimia : Kandungan kimia yang terkandung adalah senyawa Terpen, Alkaloid serta senyawa golongan Saponin.

Daun : Tata daun alternate, berdaun tunggal, bentuk daun bulat telur (ovali), ujung daun runcing (acutus), pangkal daun membulat (rounded/cordate), tepi daun rata (entire), permukaan daun gundul (glaber), pertulangan daun menyirp (penninervis).

Bunga : Tidak ada bunga yang ditemukan saat diidentifikasi. Biji : Tergolong grup tumbuhan biji berkeping dua/dikotil. Akar : Tipe perakaran tunggang.

15. Bedi-bedi (Callicarpa dichotoma)

Masyarakat setempat menyebut tumbuhan ini dengan nama bedi-bedi, dapat tumbuh pada daerah dengan kelembaban sedang dan basah memiliki ciri buah berwarna ungu. Tumbuhan ini dapat tumbuh dengan ketinggian 1 hingga 2 meter.Buah dari tumbuhan ini juga sering dijadikan makanan oleh burung. Buah tumbuh dari ketiak daun baru, buah biasanya berada di sepanjang dahan di setiapketiak daun baru pada tumbuhan yang sudah dewas, dapat dilihat pada gambar 18.

Gambar 18. Bedi-bedi

Kandungan kimia : Kandungan kimia tanaman ini berasal dari golongan Flavonoid, Terpen, Alkaloid, dan Saponin.

Daun : Tata daun oposite, daun majemuk, bangun daun lanset(lanseolatus), pangkal daun duduk (sessile), pinggir daun berberigi (serrastus), ujung daun sungut (aristatus), permukaan daun berbulu halus (villosus), pertulangan daun menyirip (penninervis),

Bunga : Bunga tidak ditemukan saat diidentifikasi.

Biji : Tipe biji tumbuhan ini merupakan tipe biji berkeping ganda/dikotil.

Akar : Tipe perakarannya merupakan tipe perakaran tunggang 16. Silantam ruhi (Dysoxylum rugulosum King.)

Tumbuhan ini dapat tumbuh hingga ketinggian 18 m dengan diameter 39 cm dbh. Tumbuh hingga ketinggian 2200 mdpl. Tumbuhan ini juga dapat tumbuh pada lereng bukit dan pegunungan dan juga pada sekitar daerah aliran sungai. Dapat tumbuh pada tanah berpasir dan juga tanah berliat. Tumbuhan ini ditemukan di daerah Peninsular Malaysia, Sumatera dan Kalimantan. Gambar tumbuhan ini dapat dilihat pada gambar 19.

Kandungan kimia : Kandungan kimia yang terkandung dalamn tumbuhan ini adalah golongan Terpen, Alkaloid dan Saponin

Daun : Tata daun alternate, daun tunggal, bangun daun oval (ovali), pangkal daun runcing (acutus), ujung daun meruncing (acumiatus) dan pinggir daun rata (entire).Pertulangan daun menyirip (penninervis).

Bunga : Letak bunga pada ketiak daun (flos lateris),bunga majemuk, berbunga banyak (multiflora), warna bunga merah muda.

Biji : Biji tumbuhan ini merupakan tipe biji berkeping dua/dikotil

Akar : Tipe perakaran tumbuhan ini merupakan tipe perakaran tunggang.

17. Cep-cepen (Saurauia maderensis B.T Keller dan D.E.Breedlove)

Tumbuhan ini merupakan tumbuhan yang buahnya sering dimakan oleh masyarakat. Lendir pada kambiumnya digunakan oleh masyarakat setempat sebagai obat anti belatung pada luka di bagian tubuh manusia atau hewan. Gambar tumbuhan ini dapat dilihat pada gambar 20.

Kandungan kimia : Kandungan kimia yang terkadung dalam tumbuhan ini adalah golongan Terpen dan Alkaloid.

Daun : Tata daun alternate, daun tunggal, bangun daun oval (ovalis), pangkal daun membulat (rotundatus), tepi daun bergerigi halus (serratus), ujung daun meruncing (mucronatus),permukaan daun berbulu halus (pilosus), pertulangan daun menyirip (penninervis), daun muda/pucuk berwarna merah.

Bunga : Bunga tidak ditemukan pada saat identifikasi.

Biji : Biji tidak ditemukan pada saat identifikasi. Dari tipe akar dan tipe daun maka tipe biji tumbuhan ini adalah biji berkeping dua.

Tingkat Keanekaragaman Tumbuhan Beracun di Hutan Lindung Simancik II

Tumbuhan beracun yang ditemukan di Hutan Simancik II ada tujuh belas jenis tumbuhan. Data analisis tumbuhan beracun dapat ditunjukkan dalam tabel 2.

Tabel 2. Hasil analisis vegetasi tumbuhan beracun (tumbuhan bawah) di Hutan Lindung Simancik II Jenis tumbuhan K (ind/ha) KR (%) F FR (%) INP H' Tedek-tedek 400 1,88 0,08 4,32 6,20 Takur-takur gara 120 0,56 0,04 2,16 2,73 Ndulpak 2660 12,48 0,33 17,84 30,31 Sukul-sukul 3040 14,26 0,27 14,59 28,85 Silawir buluh 3000 14,07 0,19 10,27 24,34 Rancang daluna 1480 6,94 0,18 9,73 16,67 Takur-takur ratah 200 0,94 0,12 6,49 7,42 Gujera 440 2,06 0,11 5,95 8,01 Tabar-tabar 1740 8,16 0,2 10,81 18,97 Kalincayo 6840 32,08 0,24 12,97 45,06 Bedi-bedi 1400 6,57 0,09 4,86 11,43 1,97 Total 21320 100 1,85 100 200 1,97

Tabel 3. Hasil analisis vegetasi tumbuhan beracun (semai pohon) di Hutan Lindung Simancik II Jenis tumbuhan K (ind/ha) KR (%) F FR (%) INP H' Mbetung 2260 28,75 0,31 32,63 61,38 Silantam ruhi 2280 29,01 0,19 20,00 49,01 Uak-uak 140 1,78 0,04 4,21 5,99 Ingul kerangen 420 5,34 0,17 17,89 23,24 Sanggubuh 160 2,04 0,05 5,26 7,30 Cep-cepen 2600 33,08 0,19 20,00 53,08 1,39 Total 7860 100 0,95 100 200 1,39

Jenis Kalincayo merupakan jenis dengan nilai KR yang paling tinggi dari golongan tumbuhan bawah yaitu 32,08% ditunjukkan pada tabel 2 dan jenis Cep-cepen dari golongan semai pohon yaitu 33,08% pada tabel 3.Nilai ini menunjukkan bahwa jenis Kalincayo dan Cep-cepen banyak tumbuh di Hutan Lindung Simancik II. Sedangkan nilai KR terendah adalah pada jenis Takur-takur gara dengan nilai sebesar 0,41% dari golongan tumbuhan bawah dan jenis Uak-uak sebesar 1,78 dari golongan semai pohon. Beragamnya nilai KR dapat

disebabkan oleh kondisi hutan yang memiliki beragam kondisi lingkungan dan kemampuan beradaptasi tumbuhan. Sehingga jenis-jenis tertentu yang mampu beradaptasi cenderung banyak tumbuh. Sebagian tumbuhan dapat berhasil tumbuh dalam kondisi lingkungan yang beraneka ragam sehingga tumbuhan tersebut cenderung tersebar luas (Loveless,1989).

Frekuensi relatif (FR)yang paling tinggi terdapat pada jenis Ndulpak yaitu 17,84% dari golongan tumbuha bawah dan jenis Mbetung yaitu 32,63 dari golongan semai pohon yang menjukkan bahwa jenis ini adalah jenis yang penyebarannya paling luas. Frekuensi jenis ndulpak terdapat banyak pada petak contoh yaitu terdapat pada 28 petak contoh. Sedangkan frekuensi relatif yang paling kecil terdapat pada jenis Takur-takur gara yaitu sebesar 2,16% dan hanya terdapat pada 3 petak contoh. Nilai ini menunjukkan bahwa jenis Takur-takur gara hanya tumbuh sedikit pada lokasi penelitian.Frekuensi kehadiran sering dinyatakan dengan konstansi. Suin (2002) menyatakan bahwa konstansi atau frekuensi kehadiran organisme dapat dikelompokkan atas empat kelompok yaitu jenis aksidental (frekuensi 0-25%), jenis aksesori (25- 50%), jenis konstan (50-75%), dan jenis absolut (di atas 75%). Data dalam tabel 2 menunjukkan bahwa 16 jenis tumbuhan beracun yang ditemukan pada di Hutan Lindung SimancikII tergolong ke dalam kategori jenis aksidental dan satu jenis yaitu jenis Mbetung termasuk kedalam jenis aksesori yaitu 32,63%. Jenis tumbuhan ini hanya menyebar terbatas pada daerah daerah tempat tumbuhnya.

Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi yang ditunjukkan pada tabel 2 adalah jenis Kalincayo yaitu 45,06 dan pada tabel 3 jenis Mbetung 61,38. Besarnya nilai ini menujukkan kepentingan jenis tumbuhan dan peranannya terhadap

komunitasnya. Jenis Kalincayo dan Mbetung yang memiliki INP paling tinggi menunjukkan bahwa jenis ini berperan penting dalam komunitasnya.

Indeks Keanekaragaman Shannon-Winner (H`) menurut Indriyanto (2006) tumbuhan beracun di Hutan Lindung Simancik II yang ditunjukkan pada tabel 2 adalah sebesar 1,97 dan pada tabel 3 sebesar1,39. Nilai ini menujukkan bahwa keragaman tumbuhan beracun pada transek sedang melimpah dimana Indeks keanekaragaman Shanon-Wiener (H’) dengan H’ lebih besar dari 1dan lebih kecil dari 3 menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu transek sedang melimpah.

Pengujian Fitokimia Tumbuhan Beracun di Hutan Lindung Sibayak I

Kandungan senyawa metabolit sekunder yang diuji pada tumbuhan sebagai indikator adanya racun di dalam tubuh tumbuhan ada 4 golongan yang umum diuji yaitu senyawa tanin, terpen, alkaloid dan saponin. Data hasil pengujian fitokimia tumbuhan beracun dapat ditunjukkan dalam tabel 4.

Tabel4. Data Hasil Uji Fitokimia Tumbuhan Beracun di Hutan Lindung Simancik II

Jenis Tumbuhan

Fenolik/ Flavonoid/Tanin

Terpen/Steroid Alkaloid Saponin

FeCl3 CeSo4 Bouchardad Wagner Meyer Dragendrof

Tedek-tedek +++ - ++ - - - - Takur-takur gara ++++ - - - - - ++ Ndulpak - - ++ - - - - Sukul-sukul + - ++ ++ - - ++++ Mbetung +++ +++ +++ - - +++ +++ Uak-uak - - - - - +++ - Silawir buluh - ++ ++ - - - +++ Rancang daluna ++++ +++ ++++ - - - ++++ Ingul kerangen ++++ +++ ++ - - ++ ++ Takur-takur ratah +++++ - - - - - - Gujera - ++++ - - - - ++ Tabar-tabar - - - - - +++ ++ Sanggubuh ++++ ++++ +++ - - - +++++ Kalincayo +++++ +++++ - - - - ++ Bedi-bedi ++ +++++ - - - - - Silantam ruhi - ++++ +++ - - - ++ Cep-cepen - +++ +++ - - - - Keterangan: CeSo4

Bouchardart : KI + Aquadest + Iodium Wagner : KI + Aquadest + Iodium Maeyer : HgCl

2+ Aquadest + KI Dragendorff : BiNO

3 + HNO

3 + KI + Aquades

+ : Cukup reaktif terhadap pereaksi +++ : Reaktif terhadap pereaksi

+++++ : Sangat reaktif terhadap pereaksi

- : Bereaksi negatif terhadap pereaksi (tidak mengandung senyawa metabolit sekunder)

Aktivitas Tanin dan Flavonoid

Tanin merupakan senyawa aktif metabolit sekunder yang diketahui mempunyai beberapa khasiat yaitu sebagai astringen, anti diare, anti bakteri, dan anti oksidan. Tanin merupakan komponen zat organik yang sangat kompleks, terdiri dari senyawa fenolik yang sukar dipisahkan dan sukar mengkristal, mengendapkan protein dari larutannya dan bersenyawa dengan protein tersebut (Desmiaty et al., 2008)

Senyawa Tanin dan Flavonoid adalah senyawa turunan fenolik. Struktur senyawa fenolik salah satu gugus pembentuknya adalah senyawa Tanin atau Flavonoid. Fungsi aktivitas senyawa Tanin menurut Goldstein dan Swain (1965) adalah sebagai penghambat enzim hama. Fungsi aktivitas senyawa Flavonoid adalah sebagai antimikroba (Leo et al, 2004), antibakteri (Schütz et al, 1995) dan antifungi (Tahara et al., 1994).

Pengujian Tanin dan Flavonoid menggunakan pereaksi FeCl

3. Kandungan Tanin yang terkandung dalam tumbuhan bereaksi dengan FeCl

3ditandai dengan munculnya perubahan warna menjadi hitam. Berdasarkan dari data hasil pengujian pada tabel4, Tumbuhan Tedek-tedek, Takur takur, Sukul-sukul, Mbetung, Rancang daluna, Ingul kerangen, Takur-takur ratah, Sanggubuh, Kalincayo, dan Bedi-bedi mengandung Tanin karena pada saat direaksikan berubah menjadi hitam. Tumbuhan yang mengandung Tanin paling tinggi adalah jenis Takur-takur ratah dan Kalincayo, dan kandungan Tanin paling rendah adalah jenis Sukul-sukul. Sampel yang mengandung senyawa golongan Tanin merupakan jenis-jenis yang berpotensi sebagai pestisida.

Aktivitas Terpen

Terpen adalah suatu golongan hidrokarbon yang banyak dihasilkan oleh tumbuhan dan terutama terkandung pada getah serta vakuola selnya. Modifikasi dari senyawa golongan Terpen, yaitu terpenoid, merupakan metabolit sekunder tumbuhan. Selain telah ditemukannya kamper melalui peneltian mengenai Terpen, telah banyak juga ditemukan bahan aktif ideal sebagai pestisida alami. Fungsi aktivitas senyawa Terpen adalah sebagai antibakteri (Wang et al., 1997), antivirus (Nakatani et al., 2002), pestisida dan insektisida (Ragasa et al., 1997; Siddiqui et al., 2002).

Pereaksi yang digunakan dalam pengujian Terpen adalah Lieberman-Bouchard dan CeSO

4. Kandungan Terpen pada tumbuhan ditandai dengan munculnya warna cokelat kemerahan saat sampel tanaman direaksikan dengan senyawa pereaksi CeSO

4. Berdasarkan dari data hasil pengujian pada tabel 4, tumbuhan yang mengandung Terpen adalah Kalincayo, Bedi-bedi, Sanggubuh, Silantam ruhi, Gujera, Rancang daluna, Ingul kerangen, Mbetung, Cep-cepen, dan Mbetung. Jenis-jenis tubuhan ini berpotensisebagai biopestisida karena senyawa tanin yang dikandungnya.

Aktivitas Alkaloid

Alkaloid adalah sebuah golongan senyawa basa bernitrogen yang kebanyakan heterosiklik dan banyak terdapat pada tumbuhan. Fungsi Alkaloid yang dikenal sebagian besar terkait pada sistem perlindungan, misalnya senyawa aporphine alkaloid liriodenine dihasilkan oleh pohon tulip untuk melindunginya

Dokumen terkait