EKSPLORASI TUMBUHAN BERACUN SEBAGAI
BIOPESTISIDA
PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG SIMANCIK II
DI TAMAN HUTAN RAYA BUKIT BARISAN
SKRIPSI
Oleh :
BENYAMIN OSENTA SINURAYA 091201044/TEKNOLOGI HASIL HUTAN
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
ABSTRAK
BENYAMIN OSENTA SINURAYA. Eksplorasi Tumbuhan Beracun Sebagai Biopestisida pada Kawasan Hutan Lindung Simancik II di Taman Hutan Raya Bukit Barisan. Dibimbing oleh YUNUS AFIFUDDIN dan LAMEK MARPAUNG.
Kawasan Hutan Lindung Simancik II Tahura Bukit Barisan memiliki keanekaragaman tumbuhan yang tinggi. Keanekaragaman tumbuhan merupakan sumber senyawakimia yang penting yang perlu dieksplorasi. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengeksplorasi tumbuhan beracun yang teradapat padaka wasan ini. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi jenis tumbuhan beracun, menganalisis kandungan metabolit sekunder dari jenis-jenis tumbuhan beracun dan menganalisis peluang pengembangan budidaya tumbuhan beracun dan manfaat potensialnya sebagai biopestisida. Metode yang digunakan adalah purposive sampling dengan petak ukur berbentuk plot lingkaran berukuran luas 0,05 hektar.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah terdapat 17 jenis tumbuhan beracun yang diskrining fitokimia untuk mengetahui kandungan metabolit sekundernya, diantaranya 10 jenis yang mengandung Flavonoid, 12 jenis yang mengandung Alkaloid, 10 jenis yang mengandung steroid-terpenoid, dan 11 jenis yang mengandung saponin. Berdasar kan analisis vegetasi, diketahui jenis yang memiliki Indeks Nilai Penting tertinggi adalah jenis Kalincayo (Angelesia splendens Korth.) sedangkan jenis yang memiliki Indeks Nilai Penting terendah adalah Takur-takur gara (NephentesTobaica). Dari data analisis vegetasi tersebut juga diperoleh indeks keanekaragaman jenis sebesar 1,97 dari jenis tumbuhan bawah dan 1,39 dari jenis semai pohon. Tumbuhan beracun yang paling berpeluang dibudidayakan sebagai sumber biopestisida adalah yang memiliki kandungan metabolit sekunder kompleks seperti jenis Sanggubuh (Licania splendens Korth.), Rancang daluna (Rubia sp), Mbetung (Ficus grossularioides Burm.f.), Ingul kerangen (Smecarpus sp), dan Sukul-sukul (Macaranga depressa Mull.Arg.).
ABSTRACT
BENYAMIN OSENTA SINURAYA. Exploration of Poisonous Plants as Biopesticide in Protected Forest Simancik II in Taman Hutan Raya Bukit Barisan. Supervised by YUNUS AFIFUDDIN and LAMEK MARPAUNG.
Protected Forest Simancik II of Tahura Bukit Barisan has high plant diversity. The plant diversity is important source of chemical compound that need to be explored. Therefore, this study was did to exploring poisonous plants that contained in that area. This study aimed to identify the species of poisonous plants, analyze the secondary metabolites of the poisonous plants and analyze the cultivation raising opportunities of the poisonous plants and the potential benefits as biopesticide. The method used was purposive sampling plots with circle plot with an areas 0.05 hectare.
The results obtained from this study was, there were 17 species of poisonous that phytochemicals screened to know the content of secondary metabolites, 10 species that containing flavonoids, 12 species that containing Alkaloids,10 species containing Steroids-terpenoids, and 11 species containing Saponins. Based on the analysis of vegetation, was know that species which have the highest importance value indexis Kalincayo (Angelesia splendens Korth.), while the species which have the lowest importance value index is Takur-takur gara (Nephentes Tobaica). According with the data analysis of vegetation were also obtained the index diversity at 1,97 of undergrowth species and 1,39 of tree species. The poisonous plants that most likely to be cultivated as biopesticide sources is which one that containing complex secondary metabolites like Sanggubuh (Licania splendens Korth.), Rancang daluna (Rubia sp), Mbetung (Ficus grossularioides Burm.f.), Ingul kerangen (Smecarpus sp), and Sukul-sukul (Macaranga depressa Mull.Arg.).
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Lau Simomo pada tanggal 20Agustus 1990. Penulis
adalah anak ketujuh dari tujuh bersaudara, anak dari pasangan Alm. Patuh
Sinuraya dan Tentu br Ginting
Penulis memulai pendidikan di SD 040466 Lausimomo, lulus tahun 2003.
Penulis melanjutkan pendidikan di SMP N1 Kabanjahe dan lulus tahun 2006.
Tahun 2009, penulis lulus dari SMU Negeri 1 Kabanjahe dan pada tahun yang
sama lulus seleksi masuk USU melalui jalur UMB-SPMB. Penulis memilih
Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian dengan minat studi Teknologi Hasil
Hutan.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif disejumlah organisasi
kemahasiswaan yakni sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Karo (IMKA) Pertanian
USU tahun 2009-2013. Pada tahun 2012-2013 penulis menjadi koordinator
Nursery, Himpunan Mahasiswa Sylva (Himas) USU. Pada tahun 2013 menjadi
peserta Lintas Nusantara Remaja Pemuda Bahari/Kapal Pemuda Nusantara dalam
Sail Komodo sebagai delegasi Sumatera Utara di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Penulis menjadi penghuni sah lautan serta bebas mengarungi segenap samudera
raya yang disahkan di geladak KRI MAKASSAR-590 dalam Sail Komodo 2013.
Penulis telah melaksanakan Praktikum Pengenalan dan Pengolahan
Ekosistem Hutan (P2EH) selama 10 hari di Tahura Bukit Barisan, Tongkoh.
Penulis juga melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Taman Nasional
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang
berjudul “Eksplorasi Tumbuhan Beracun Sebagai Biopestisida pada Kawasan
Hutan Lindung Simancik II di Taman Hutan Raya Bukit Barisan”
Skripsi ini berisi tentang data tumbuhan beracun beserta kandungan
metabolit sekundernya. Jenis-jenis tumbuhan beracun ini ditemukan melalui
eksplorasi di Hutan Lindung Simancik II, Taman Hutan Raya Bukit Barisan.
Penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tinginya
kepada :
1. Yunus Afifuddin, S.Hut., M.Si sebagai ketua komisi pembimbing dan Lamek
Marpaung, M.Phil, Ph.D, sebagai anggota komisi pembimbing yang telah
membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi.
2. Ayahanda Alm. Patuh Sinuraya, dan ibunda tercinta Tentu br Ginting serta
ke-enam kakak perempuan dan Abang ipar saya yang senantiasa memberikan
dukungan, semangat dan doa untuk penulis selama kuliah.
3. Alm. Iting Mirsol br Ginting, dan Mdp. Sirait yang membantu dalam
penentuan dan pengambilan sampel di lapangan.
4. Abang dan teman-teman yaitu Tommy Rayandra Sitanggang, Bastanta
Ginting, Felix Samisara Perangin-angin, Esra Barus, Joel E P Tarigan, dan Joy
Simyu yang banyak membantu dalam penelitian.
5. Teman-teman Kehutanan’09 yaitu Esthy Aknesya Simorangkir, Badia
Tarigan, AikoBancin, Susan Meliala, Sabda, Sondang, Christine Tarigan,
Pakpahan, Frans Galung, Frans Soit, Pandapotan, Purnama, Robert Panjaitan,
Samuel, Kaya Lubis, Syahroni, Doni Siregar, Monnica Zalukhu, Tabita, Maria
Panggabean dan teman lainnya yang tidak dapat disebutkan namanya satu per
satu.
Penulis mengharapkan agar karya ilmiah ini dapat menjadi panduan
belajar dan bacaan yang bermanfaat bagi mahasiswa/i kehutanan secara khusus
DAFTAR ISI
Komponen Senyawa Beracun dalam Tumbuhan ... 9
Kondisi Umum Lokasi Penelitian ... 12
METODE PENELITIAN WaktudanTempat Penelitian ... 14
AlatdanBahan ... 14
ProsedurPenelitian ... 15
Aspek Pengetahuan Lokal ... 15
Aspek keanekaragaman ... 15
AspekFitokimia ... 17
HASIL DAN PEMBAHASAN Aspek Pengetahuan Lokal……….. ... 22
DeskripsiTumbuhanBeracun di HutanLindung Simancik II ... 23
Tingkat KeanekaragamanTumbuhanBeracun di Hutan Lindung Simancik II ... 42
PengujianFitokimiaTumbuhanBeracun di Hutan Lindung Simancik II ... 44
Aktivitas Tanin dan flavonoid ... 46
Aktivitas Terpen ... 47
Aktivitas Alkaloid ... 47
Manfaat PotensialTumbuhanBeracun di HutanLindung
Simancik II ... 49 Peluang Pengembangan Budidaya Tumbuhan Beracun di
Hutan Lindung Simancik II ... 51
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ... 54 Saran ... 55
DAFTAR TABEL
No. Hal
1. Contoh Racun yang Terkandung pada Tanaman dan Fungsinya 6
2. Analisi Tumbuhan Beracun (tumbuhan bawah) di Hutan
Lindung Simancik II ... 42
3. Analisi Tumbuhan Beracun ( semai pohon) di Hutan Lindung
Simancik II ... 42
4. Data Hasil Uji Fito Kimia Tumbuhan Beracun di Hutan
DAFTAR GAMBAR
No. Hal
1. Skema Pengujian Alkaloid. ... 17
2. Skema Pengujian Triterpen-Steroid ... 18
3. Skema Pengujian Flavonoid. ... 20
4. Tedek-tedek. ... 22
5. Takur-takurgara . ... 23
6. Ndulpak. ... 24
7. Sukul-sukul ... 25
8. Mbetung. ... 26
9. Uak-Uak. ... 27
10.Silawir Buluh. ... 29
11.Rancang daluna. ... 30
12.Ingul kerangen. ... 31
13.Takur-takur ratah. ... 32
14.Gujera. ... 33
15.Tabar-tabar ... 34
16.Sanggubuh ... 35
17.Kalincayo ... 36
18.Bedi-bedi ... 37
19.Silantam ruhi ... 38
ABSTRAK
BENYAMIN OSENTA SINURAYA. Eksplorasi Tumbuhan Beracun Sebagai Biopestisida pada Kawasan Hutan Lindung Simancik II di Taman Hutan Raya Bukit Barisan. Dibimbing oleh YUNUS AFIFUDDIN dan LAMEK MARPAUNG.
Kawasan Hutan Lindung Simancik II Tahura Bukit Barisan memiliki keanekaragaman tumbuhan yang tinggi. Keanekaragaman tumbuhan merupakan sumber senyawakimia yang penting yang perlu dieksplorasi. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengeksplorasi tumbuhan beracun yang teradapat padaka wasan ini. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi jenis tumbuhan beracun, menganalisis kandungan metabolit sekunder dari jenis-jenis tumbuhan beracun dan menganalisis peluang pengembangan budidaya tumbuhan beracun dan manfaat potensialnya sebagai biopestisida. Metode yang digunakan adalah purposive sampling dengan petak ukur berbentuk plot lingkaran berukuran luas 0,05 hektar.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah terdapat 17 jenis tumbuhan beracun yang diskrining fitokimia untuk mengetahui kandungan metabolit sekundernya, diantaranya 10 jenis yang mengandung Flavonoid, 12 jenis yang mengandung Alkaloid, 10 jenis yang mengandung steroid-terpenoid, dan 11 jenis yang mengandung saponin. Berdasar kan analisis vegetasi, diketahui jenis yang memiliki Indeks Nilai Penting tertinggi adalah jenis Kalincayo (Angelesia splendens Korth.) sedangkan jenis yang memiliki Indeks Nilai Penting terendah adalah Takur-takur gara (NephentesTobaica). Dari data analisis vegetasi tersebut juga diperoleh indeks keanekaragaman jenis sebesar 1,97 dari jenis tumbuhan bawah dan 1,39 dari jenis semai pohon. Tumbuhan beracun yang paling berpeluang dibudidayakan sebagai sumber biopestisida adalah yang memiliki kandungan metabolit sekunder kompleks seperti jenis Sanggubuh (Licania splendens Korth.), Rancang daluna (Rubia sp), Mbetung (Ficus grossularioides Burm.f.), Ingul kerangen (Smecarpus sp), dan Sukul-sukul (Macaranga depressa Mull.Arg.).
ABSTRACT
BENYAMIN OSENTA SINURAYA. Exploration of Poisonous Plants as Biopesticide in Protected Forest Simancik II in Taman Hutan Raya Bukit Barisan. Supervised by YUNUS AFIFUDDIN and LAMEK MARPAUNG.
Protected Forest Simancik II of Tahura Bukit Barisan has high plant diversity. The plant diversity is important source of chemical compound that need to be explored. Therefore, this study was did to exploring poisonous plants that contained in that area. This study aimed to identify the species of poisonous plants, analyze the secondary metabolites of the poisonous plants and analyze the cultivation raising opportunities of the poisonous plants and the potential benefits as biopesticide. The method used was purposive sampling plots with circle plot with an areas 0.05 hectare.
The results obtained from this study was, there were 17 species of poisonous that phytochemicals screened to know the content of secondary metabolites, 10 species that containing flavonoids, 12 species that containing Alkaloids,10 species containing Steroids-terpenoids, and 11 species containing Saponins. Based on the analysis of vegetation, was know that species which have the highest importance value indexis Kalincayo (Angelesia splendens Korth.), while the species which have the lowest importance value index is Takur-takur gara (Nephentes Tobaica). According with the data analysis of vegetation were also obtained the index diversity at 1,97 of undergrowth species and 1,39 of tree species. The poisonous plants that most likely to be cultivated as biopesticide sources is which one that containing complex secondary metabolites like Sanggubuh (Licania splendens Korth.), Rancang daluna (Rubia sp), Mbetung (Ficus grossularioides Burm.f.), Ingul kerangen (Smecarpus sp), and Sukul-sukul (Macaranga depressa Mull.Arg.).
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki hutan tropis yang
sangat luas. Hutan tropis tersebut memiliki keanekaragaman hayati yang sangat
tinggi. Menurut Soejarto et al., (1991) luas daerah hutan tropis diperkirakan 7%
dari luas permukaan bumi tapi lebih dari 50% spesies organisme berada di hutan
tropis.
Keanekaragaman hayati yang dimiliki hutan tropis Indonesia menjadikan
negara ini menjadi lokasi penelitian yang sangat penting. Jenis-jenis tumbuhan
yang beraneka ragam yang sebagian besar belum teridentifikasi menjanjikan
peluang yang besar sebagai sumber senyawa kimia yang berguna. Biopestisida
sebagai salah satu produk dari tumbuhan tersebut dapat menjadi alternatif
penggunaan pestisida kimia yang membahayakan.
Biopestisida merupakan pestisida yang menggunakan bahan alami atau
kandungan senyawa kimia dari tumbuhan yang bersifat racun terhadap suatu jenis
hama. Biopestisida mudah terurai dan tercuci oleh air hujan sehingga sangat aman
jika digunakan sebagai pengendali hama pada daerah pertanian. Berbeda dengan
pestisida kimia yang lebih sulit terurai dan tercuci air hujan dan membahayakan
manusia serta dapat merusak keseimbangan hara tanah.
Masyarakat sekitar hutan khususnya sekitar kawasan Taman Hutan Raya
Bukit Barisan umumnya bekerja sebagai petani. Petani-petani tersebut
menggunakan pestisida kimia dalam pengendalian hama di lahan pertanian
mereka. Penggunaan pestisida ini cukup berbahaya baik bagi kesehatan manusia
penggunaan biopestisida sehingga hasil pertanian mereka lebih aman dikonsumsi
karena biopestisida relatif lebih mudah tercuci oleh air dan mudah terdekomposisi
sehingga lebih ramah terhadap lingkungan.
Taman Hutan Raya (Tahura) merupakan bentuk pelestarian alam
terkombinasi, antara pelestarian ek-situ dan in-situ. Tahura dapat ditetapkan baik
dari hutan alam maupun hutan buatan. Fungsi yang jelas sebuah hutan raya adalah
sebagai etalase keanekaragaman hayati, tempat penelitian, tempat penangkaran
jenis, serta juga sebagai tempat wisata.Tahura Bukit Barisan mempunyai maksud
dan tujuan utama yakni sebagai sumber genetik dan plasma nutfah, pusat
informasi dan penelitian peranan flora dan fauna bagi generasi kini dan
mendatang. Selain itu juga memiliki fungsi perlindungan hidrologi, bahwa
kawasan Tahura Bukit Barisan merupakan sumber mata air bersih bagi warga kota
Medan, pencegah erosi dan banjir daerah pantai timur Sumatera Utara, peredam
polusi kendaraan dan industri kota Medan dan sekitarnya, lokasi penyuluhan dan
pendidikan konservasi.
Kegiatan pelacakan atau penjelajahan guna mencari, mengumpulkan, dan
meneliti jenis plasma nutfah tertentu untuk mengamankan dari kepunahan
merupakan kegiatan eksplorasi. Langkah pertama pengeksplorasian adalah
mencari informasi ke dinas-dinas dan instansi terkait lainnya untuk memperoleh
informasi tentang jenis dan habitat tumbuhnya. Informasi dari masyarakat lokal
juga merupakan hal yang sangat penting untuk memudahkan kegiatan ekplorasi
tersebut. Informasi ini kemudian dimanfaatkan dan dikembangkan pada saat
Melihat keanekaragaman tumbuhan yang dimiliki oleh hutan tropis
Indonesia khususnya Tahura Bukit Barisan kawasan hutan lindung Simancik II
yang berpotensi mengandung racun dan pernyataan diatas maka penulis
termotivasi untuk melakukan penelitian mengenai eksplorasi dan manfaat
potensial dari tanaman beracun yang ada pada daerah tersebut.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang dilaksanakan pada Kawasan Hutan Lindung
Simancik II Di Taman Hutan Raya Bukit Barisan ini antara lain:
1. Identifikasi jenis-jenis tumbuhan beracun
2. Analisis kandungan metabolit sekunder dari jenis-jenis tumbuhan beracun
3. Analisis jenis tumbuhan beracun yang paling berpotensi sebagai sumber
biopestisida
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah memberi informasi mengenai jenis-jenis
tumbuhan beracun yang terdapat di Taman Hutan Raya dan potensi
pemanfaatannya bagi masyarakat sebagai biopestisida sehingga dapat mengurangi
nilai-nilai negatif mengenai jenis-jenis tumbuhan beracun dan dapat mengajak
TINJAUAN PUSTAKA
Hutan tropis Indonesia memiliki berbagai jenis tumbuhan yang merupakan
sumber daya alam hayati sekaligus sebagai penyedia senyawa kimia yang
berkhasiat sebagai obat atau racun.Walaupun luas daerah hutan tropis
diperkirakan 7% dari luas permukaan bumi tapi lebih dari 50% spesies organisme
berada di hutan tropis. Sebagai contoh saat ini satu dari dua belas obat-obatan dari
tanaman yang di pasarkan di Amerika Serikat mengandung derivat dari hutan
tropis dan satu dari tiga obat-obatan dari tanaman berasal dari hutan tropis.
Sungguhpun demikian baru sebagian kecil saja potensi dari hutan tropis tersebut
yang sudah diinventarisasi sebagai obat. Disisi lain kita berpacu dengan
kepentingan ekonomi, dimana hutan-hutan juga digunakan untuk memenuhi
kebutuhan bahan baku industri atau diubah fungsinya sebagai lahan
pertanian(Soejarto et al., 1991).
Racun adalah zat atau senyawa yang dapat masuk ke dalam tubuh dengan
berbagai cara yang menghambat respons pada sistem biologis sehingga dapat
menyebabkan gangguan kesehatan, penyakit, bahkan kematian. Umumnya
berbagai bahan kimia yang mempunyai sifat berbahaya atau bersifat racun, telah
diketahui. Namun, tidak demikian halnya dengan beberapa jenis hewan dan
tumbuhan, termasuk beberapa jenis tanaman pangan yang ternyata dapat
mengandung racun alami, walaupun dengan kadar yang sangat rendah. Tanaman
pangan seperti sayuran dan buah-buahan memiliki kandungan nutrien, vitamin,
danmineral yang berguna bagi kesehatan manusia serta merupakan komponen
penting untuk diet sehat. Meskipun demikian, beberapa jenis sayuran dan
manusia. Racun alami adalah zat yang secara alami terdapat pada tumbuhan, dan
sebenarnya merupakan salah satu mekanisme dari tumbuhan tersebut untuk
melawan serangan jamur, serangga, serta predator (BPOM, 2008).
Keracunan dapat diidentifikasi dari berbagai macam tumbuhan beracun,
dan dapat dikelompokkan menurut senyawa racun. Sejumlah tumbuhan
mengandung unsur-unsur yang unik. Sebagian besar dan berbagai macam
kelompok tumbuhan mengandung racun alami yang belum diketahui atau
kerugian yang ditimbulkan. Sebagian tanaman mengandung dua atau lebih
senyawa racun yang berbeda satu dengan yang lainnya (Kingsbury, 1964).
Samsudin (2008) mengatakan kadar racun pada tanaman dapat sangat
bervariasi. Hal itu dipengaruhi antara lain oleh perbedaan keadaan lingkungan
tempat tanaman tumbuh (kelembaban, suhu atau kadar mineral) serta penyakit
yang potensial. Varietas yang berbeda dari spesies tanaman yang sama juga
mempengaruhi kadar racun dan nutrien yang dikandungnya. Beberapa contoh
Tabel 1. Contoh Racun yang Terkandung pada Tanaman dan Fungsinya
Racun Terdapat pada tanaman Potensi
Terpen (Angelesia
splendens)1(Mussaenda
glabra, Strobilanthes paniculata, Didymocarpus corchorifolia)²
Antibakteri, antivirus, dan insektisida, anti mikroba, , pertahanan tubuh dari herbivora.
Alkaloid (Eugenia densiflora, Rubus rosifolius, Angelesia
Saponin (Pogonanthera pulverulenta,
Angelesia splendens, Cinchona
ledgeriana)1(Begonia
muricata, Trevesia cheirantha,Mussaenda glabra,Strobilanthes
paniculata, Achimenes longiflora, Didymocarpus corchorifoliaBalanophora
Flavonoid (Eugenia densiflora, Rubus rosifolius, Pogonanthera
Pestisida
Pestisida merupakan substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik
maupun virus yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Hama yang
dimaksud di sini memiliki makna sangat luas yaitu serangga, tungau, tumbuhan
pengganggu, penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria,
virus, nematoda (bentuknya seperti cacing dengan ukuran mikroskopis), siput,
tikus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan. Sedangkan hama yang
dimaksud bagi kehidupan rumah tangga adalah meliputi semua hewan yang
mengganggu kesejahteraan hidup seperti lalat, nyamuk, kecoak, ngengat,
kumbang, siput, kutu, tungau, ulat, rayap, ganggang serta kehidupan lainnya yang
terbukti mengganggu kesejahteraan (Novizan, 2002).
Pestisida yang digolongkan berdasarkan cara penggunaannya dapat berupa
Atraktan (zat kimia pembau sebagai penarik serangga dan menangkapnya dengan
perangkap), Kemosterilan (zat yang berfungsi untuk mensterilkan serangga serta
hewan bertulang belakang), Defoliant (zat yang dipergunakan untuk
menggugurkan daun supaya memudahkan panen pada tanaman kapas dan
kedelai), Desiccant (zat yang digunakan untuk mengeringkan daun atau bagian
tanaman lainnya), Disinfektan (zat yang digunakan untuk membasmi
mikroorganisme), Zat pengatur tumbuh (zat yang dapat memperlambat atau
mempercepat pertumbuhan tanaman), Repellent (zat yang berfungsi sebagai
penolak atau penghalau serangga atau hama yang lainnya; contohnya kamper
untuk penolak kutu, minyak sereb untuk penolak nyamuk), Sterilan tanah (zat
yang berfungsi untuk mensterilkan tanah dari jasad renik atau biji gulma),
berguna sebagai perekat pestisida supaya tahan terhadap angin dan hujan),
Surfaktan / agen penyebar (zat untuk meratakan pestisida pada permukaan daun),
Inhibitor (zat untuk menekan pertumbuhan batang dan tunas) dan Stimulan
tanaman (zat yang berfungsi untuk menguatkan pertumbuhan dan memastikan
terjadinya buah) (Martono et al., 2004).
Untung (2001) menyatakan bahwa prinsip penggunaan pestisida adalah harus kompatibel dengan komponen pengendalian lain seperti komponen hayati, efisien untuk mengendalikan hama tertentu, harus minim residu, tidak persistent / harus mudah terurai, dalam perdagangan (transport, penyimpanan, pengepakan, labeling) harus memenuhi persyaratan keamanan yang maksimum, harus tersedia antidote untuk pestisida tersebut, sebisa mungkin aman bagi lingkungan fisik dan biota, relatif aman bagi pemakai (LD 50 dermal dan oral relatif tinggi) dan harga terjangkau bagi petani.
Pestisida Organik
Pestisida organik adalah pestisida yang bahan aktifnya barasal dari
tanaman atau tumbuhan, hewan dan bahan ogranik lainnya yang berkhasiat
mengendalikan serangan hama pada tanaman. Pestisida organik tidak
meninggalkan residu yang berbahaya pada tanaman maupun lingkungan serta
dapat dibuat dengan mudah menggunakan bahan yang murah dan peralatan yang
sederhana (Komdasulsel, 2012).
Pestisida organik memiliki beberapa fungsi antara lain sebagai repelan/
repellent yaitu menolak kehadiran serangga (misalnya dengan bau yang
menyengat), sebagai antifidan yaitu mencegah serangga memakan tanaman yang
racun syaraf, sebagai pengacau sistem hormon di dalam tubuh serangga, sebagai
atraktan yaitu pemikat kehadiran serangga yang dapat dipakai pada perangkap
serangga, sebagai pengendali pertumbuhan jamur/bakteri dan sebagai perusak
perkembangan telur, larva dan pupa (Lestarimandiri, 2007).
Komponen Senyawa Beracun dalam Tumbuhan
Racun dapat diidentifikasi pada tumbuhan beracun dan kemungkinan
dapat disebabkan oleh hasil metabolisme sekunder yang terkandung di dalam
tumbuhan beracun tersebut. Setiap jenis tumbuhan beracun pada umumnya
mengandung zat-zat atau senyawa kimia yang berbeda-beda. Senyawa racun yang
bersifat alami dalam tumbuhan beracun belum sepenuhnya diketahui dan belum
semuanya dimanfaatkan secara aplikatif. Beberapa jenis tumbuhan beracun
mengandung dua atau lebih senyawa racun yang berbeda komponen kimianya
satu dengan lainnya. Hanenson (1980) menyatakan bahwa komponen-komponen
kimia yang dihasilkan tumbuhan beracun melalui metabolisme sekunder terbagi
atas beberapa macam seperti alkaloid, glikosida, asam oksalat, resin, phytotoxin,
tanin, saponin, polipeptida dan asam amino serta mineral lainnya.
1. Alkaloid
Kandungan alkaloid dalam setiap tumbuhan 5-10% dan efek yang
ditimbulkan hanya dalam dosis kecil. Kadar alkaloid pada tumbuhan
berbeda-beda sesuai kondisi lingkungannya dan alkaloid umunya tersebar di seluruh
bagian tumbuhan. Gejala yang ditimbulkan bagi manusia apabila terkontaminasi
alkaloid adalah pupil yang membesar, kulit terasa panas dan memerah, jantung
2. Glikosida
Glikosida adalah salah satu komponen yang dihasilkan melalui proses
hidrolisis yang biasa dikenal dengan sebutan aglikon. Glikosida merupakan
senyawa yang paling banyak terdapat dalam tumbuhan bahkan lebih banyak jika
dibandingkan dengan jumlah alkaloid yang terkandung. Gejala yang ditimbulkan
bagi manusia apabila terkontaminasi glikosida adalah iritasi pada mulut dan perut
serta diare.
3. Asam oksalat
Kadar asam oksalat pada tumbuhan tergantung dari tempat tumbuh dan
iklim.Kadar asam oksalat paling tinggi ada pada saat akhir musim panas dan
musim gugur. Hal ini disebabkan oleh asam oksalat yang dihasilkan tumbuhan
terakumulasi selama masa tumbuhan produktif pada musim-musim itu. Gejala
yang ditimbulkan bagi manusia apabila terkontaminasi asam oksalat adalah mulut
beserta kerongkongan terasa terbakar, lidah membengkak hingga menyebabkan
kehilangan suara sekitar selama dua hari dan bahkan dapat menyebabkan
kematian jika terkontaminasi terlalu banyak.
4. Resin
Resin dan resinoid termasuk ke dalam kelompok asam polycyclic, fenol,
alkohol dan zat-zat netral lainnya yang mempunyai karakteristik fisis tertentu.
Gejala yang ditimbulkan bagi manusia apabila terkontaminasi resin adalah iritasi
langsung terhadap tubuh atau otot tubuh, gejala muntah-muntah, bengkak dan
5. Phytotoxin
Phytotoxinadalah protein kompleks terbesar yang dihasilkan oleh bagian
kecil tumbuhan dan memiliki tingkat keracunan yang tinggi. Gejala yang
ditimbulkan bagi manusia apabila terkontaminasi phytotoxin adalah iritasi hingga
menyebabkan luka berdarah dan pembengkakan organ tubuh setelah
terkontaminasi.
6. Tanin
Tanin adalah senyawa polifenol yang bersifat terhidrolisa dan kental.
Senyawa ini telah dikembangkan oleh tanaman sebagai bentuk pertahanan
terhadap serangan eksternal dari predator yang memiliki rasa sangat pahit
ataukelat. Jika terkonsumsi lebih dari 100 mg bisa menghasilkan masalah pada
saluran pencernaan seperti diare, sakit perut, urin bercampur darah, sakit kepala,
kurang nafsu makan dan lain-lain.
7. Saponin
Saponin adalah glikosida tanaman yang ditandai dengan munculnya busa
di permukaan air bila dicampur atau diaduk, yang telah dikenal serta diakui
sebagai sabun alami dan telah menyebabkan beberapa tanaman seperti soapwort
(Saponaria officinalis) umum digunakan sebagai sabun untuk waktu yang lama.
Saponin ketika dikonsumsi dalam jumlah yang lebih besar daripada yang
diizinkan, senyawa ini menjadi tergolong beracun. Gejala yang ditimbulkan bagi
manusia apabila saponin dikonsumsi secara berlebihana dalah dapat menyebabkan
kerusakan pada mukosa pencernaan sehingga menderita muntah-muntah, sakit
darah, senyawa ini dapat merusak ginjal dan hati serta mempengaruhi sistem saraf
bahkan dapat menghasilkan serangan jantung
8. Polipeptida dan asam amino
Polipeptida dan asam amino hanya sebagian kecil yang bersifat racun.
Gejala yang ditimbulkan bagi manusia apabila terkontaminasi polipeptida
(hypoglycin)adalah akan menyebabkan reaksi hypoglycemic.
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Tahura Bukit Barisan ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Presiden
Republik Indonesia No. 48 Tahun 1988 dengan luas ± 51.600 Ha. Tahura Bukit
Barisan secara geografis terletak pada 0º1’16"-0º19’37" Lintang Utara dan
98º12’16"-98º41’00" Bujur Timur, sedangkan secara administratif termasuk
Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Tanah Karo, Propinsi Sumatera Utara
(Dephut, 2007)
Kawasan Tahura Bukit Barisan memiliki dua buah Gunung yaitu Gunung
Sibayak (2.211 mdpl) dan Gunung Sinabung (2.451 mdpl). Gunung-gunung ini
sering menjadi tantangan bagi para pendaki untuk menaklukkannya. Jika ingin
mendaki gunung-gunung ini, dianjurkan untuk meminta izin lebih dahulu kepada
instansi yang berwenang untuk persiapan segala sesuatu serta sangat diperlukan
adanya pemandu keselamatan (Dephut,2007).
Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson Tahura Bukit Barisan
termasuk ke dalam klasifikasi tipe B dengan curah hujan rata-rata 2.000 mm
sampai dengan 2.500 mm per tahun. Suhu udara minimum 13°C dan maksimum
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai dengan bulan
Oktober 2013. Pengambilan sampel di kawasan Hutan Lindung Simancik II,
Taman Hutan Raya Bukit Barisan, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Analisis
fitokimia dilaksanakan di Laboratorium Kimia Bahan Alam, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara. Pengidentifikasian jenis
tumbuhan beracun dilaksanakan di Laboratorium Taksonomi Tumbuhan,
Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Sumatera Utara.
Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : alat tulis, beaker
glass, gelas ukur, kalkulator, kamera, kantung plastik, kertas label, kertas saring,
oven, penangas air, pipet tetes, saringan, shaker, spatula, tabung reaksi, dan
timbangan analitik, buku identifikasi tanaman.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : HCl 2 N, HCl
10%, Pereaksi Lieberman-Bouchard, Pereaksi Wagner, Pereaksi Maeyer, Pereaksi
Dragendorff, Pereaksi Salkowsky, Cerium Sulfat 1%, H2SO4 10%, NaOH 10%,
Prosedur Penelitian
1. Aspek Pengetahuan Lokal
Survei pengetahuan lokal dilakukan untuk mengetahui pengaruh adanya
tumbuhan beracun bagi masyarakat yang diperoleh dari hasil wawancara.
Informan kunci yang dipilih dalam penelitian ini adalah Pemandu Balai Tahura,
pimpinan masyarakat setempat, dan ahli pengobatan tradisional. Data yang
diperoleh dari hasil wawancara bersama informan kunci ahli pengobatan
tradisional disampaikan kepada Pemandu Balai Tahura yang ikut kelapangan
dalam pengambilan sampel.
2. Aspek Keanekaragaman
Pengumpulan data analisis vegetasi tumbuhan beracun menggunakan
metode purposive sampling dengan plot lingkaran berukuran luas 0,05 hektar
(Soetarahardja, 1997).Jumlah plot lingkaran yang di buat adalah 86 plot. Data
yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan rumus:
a. Kerapatan suatu jenis (K)
contoh
b. Kerapatan relatif suatu jenis (KR)
100%
c. Frekuensi suatu jenis (F)
petak
%
Indeks Nilai Penting (INP) pada tingkat tumbuhan bawah (under stories),
semai (seedling), dan pancang (sapling) dihitung dari nilai kerapatan relatif (KR)
dan frekuensi relatif (FR) :
INP = KR + FR
Keanekaragaman spesies dapat dihitung dengan indeks Shanon atau Shanon
Indeks of General Diversity(H’) dalam analisis komunitas tumbuhan.
RumusIndeks Keanekaragaman Shanon-Wienner atau Shanon Indeks of General
Diversity(H’) :
H’ = - ∑ (ni/N) ln (ni/N)
Keterangan :
H’ = indeks Shannon = indeks keanekaragaman Shannon
Ni = jumlah individu dari suatu jenis i
N = jumlah total individu seluruh jenis
Menurut Indriyanto (2006), besarnya indeks keanekaragaman jenis
menurut Shannon-Wiener didefenisikan sebagai berikut :
a. Nilai H’ > 3 menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu
transek adalah melimpah tinggi
b. Nilai H’ 1 < H’ < 3 menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies
padasuatu transek sedang melimpah
c. Nilai H’ < 1 menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu
3.Aspek Fitokimia
Aspek fitokimia mengacu kepada pendeteksian kandungan metabolit
sekunder yang berpotensi sebagai biopestisida. Jenis-jenis tumbuhan beracun
dideteksi kandungan senyawanya yang tergolong metabolit sekunder yaitu
senyawa alkaloid, terpen, tanin dan saponin. Prosedur pengujian fitokimia yang
dilakukan berdasarkan Diktat Praktikum Kimia Bahan Alam (Barus et al., 2014)
adalah sebagai berikut:
a. Pengujian Alkaloid
Sampel diiris halus lalu dimasukkan ke dalam beaker glass sebanyak
10 gram.Selanjutnya direndam dengan HCl 2 N dandipanaskan di atas
penangas air selama 2 jam pada suhu 60oC. Hasilnya didinginkan dan
disaring. Filtrat akan diujikan sebagai berikut :
• Filtrat sebanyak 3 tetes
• ditambah dengan 2 tetes pereaksi Maeyer. Jika mengandung
senyawa golongan alkaloid maka akan terbentuk endapan
menggumpal berwarna putih kekuningan.
• Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah dengan 2 tetes pereaksi
Dragendorff.Jika mengandung senyawa golongan alkaloid maka
akan terbentuk endapan berwarna merah bata.
• Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah dengan 2 tetes pereaksi
Bouchardart.Jika mengandung senyawa golongan alkaloid maka
• Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah dengan 2 tetes pereaksi Wagner.
Jika mengandung senyawa golongan alkaloid maka akan
terbentuk endapan berwarna cokelat
Gambar 1. Skema Pengujian Alkaloid HCl 2 N Sampel (10 gr)
Filtrat (3 tetes) Filtrat (3 tetes) Filtrat (3 tetes)
b. Pengujian Terpen
Sampel diiris halus lalu dikeringkan dalam oven pada suhu 50oC.
Selanjutnya ditimbang sebanyak 2-3 gram, dimasukkan ke dalam
beaker glass dan diekstraksi dengan 10 mL metanol. Ekstrak
dipanaskan selama 15 menit di atas penangas air kemudian disaring.
Filtrat akan diujikan sebagai berikut :
• Filtrat di totolkan ke plat TLC, kemudian di fiksasi dengan CeSo4
1% dalam H2So4 10%.
• Kemudian plat dipanaskan di hotplate pada temperatur 110oC.
• Bila ada perubahan warna cokelat kemerahan menunjukkan
Gambar 2. Skema Pengujian Triterpen-Steroid
c. Pengujian Flavonoid
Sampel diiris halus lalu dikeringkan dalam oven pada suhu 50oC.
Selanjutnya ditimbang sebanyak 2-4 gram, dimasukkan ke dalam
beaker glass dan diekstraksi dengan 20 mL metanol.Ekstrak dapat
diekstraksi dalam kondisi panas maupun dingin kemudian disaring.
Filtrat akan diujikan sebagai berikut :
• Filtrat sebanyak 1 tetes ditambah dengan 3 tetes larutan FeCl3
1%.Jika mengandung senyawa golongan tanin maka akan tampak
perubahan warna larutan menjadi warna hitam.
Ekstrak Metanol (10 mL) Sampel (2-3 gram)
Pemanasan (15 menit)
Filtrat Penyaringan
Filtrat di totolkan ke plat TLC Filtrat (1 tetes)
Pereaksi Salkowsky (3 tetes)
Fiksasi denganCeSO4 1% dalam H2SO4
10% (3 tetes)
Larutan merah pekat
Pemanasan 110oC
• Filtrat sebanyak 1 tetes ditambah dengan 3 tetes larutan NaOH
10%.Jika mengandung senyawa golongan tanin maka akan tampak
perubahan warna larutan menjadi warna ungu kemerahan.
• Filtrat sebanyak 1 tetes ditambah dengan 3 tetes Mg-HCl encer.
Jika mengandung senyawa golongan tanin maka akan tampak
perubahan warna larutan menjadi warna merah jambu.
• Filtrat sebanyak 1 tetes ditambah dengan 3 tetes larutan H2SO4.Jika
mengandung senyawa golongan tanin maka akan tampak
perubahan warna larutan menjadi warna merah intensif
Gambar 3. Skema Pengujian Flavonoid
Sampel (2-4 gram) Ekstrak Metanol (20 mL)
d. Pengujian Saponin
Sampel diekstraksi dengan alkohol-air di atas penangas air. Ekstrak
dim asukkan ke dalam tabung reaksi lalu dibiarkan hingga suhu
semula. Hasilnya dikocok selama 2-3 menit kemudian busa yang
terbentuk didiamkan selama 1 menit. Selanjutnya dilakukan pengujian
HASIL DAN PEMBAHASAN
Aspek Pengetahuan Lokal
Informan kunci yang dipilih dalam penelitian ini adalah ibu Iting Mirsol br
Ginting yang merupakan seorang tabib berumur 97 tahun dari desa Paribun, Kab.
Simalungun.Informan lainnya adalah bapak Sirait yang merupakan pemandu balai
Tahura Bukit Barisan yang ikut kelokasi pengambilan sampel sehingga
mempemudah pengambilan Sampel .
Hasil wawancara dengan Iting Mirsol br Ginting, maka diperoleh beberapa
jenis tanaman yang diduga mengandung racun. Nama lokal tumbuhan beracun
yang diperoleh antara lain adalah Mbetung, Ndulpak, Gujera, Tedek tedek,
Takur-takur, Bedi-bedi, Kalincayo, Silawir buluh, Tabar-tabar dan beberapa jenis
tanaman lainnya yang tidak ditemukan pada saat dieksplorasi.
Ciri-ciri tanaman beracun yang dimaksudkan oleh informan kunci
dijelaskan kepada pemandu Tahura Bukit Barisan sehingga jenis ini dapat dikenali
pada saat eksplorasi. Berdasarkan informasi ini maka tanaman tersebut dijadikan
sampel pada saat pengeksplorasian dilapangan. Tanaman lain yang dicurigai
mengandung racun berdasarkan aroma, warna, ciri fisik dan kandungan getahnya
juga ikut dijadikan sampel untuk selanjutnya diuji di Laboratoratorium Kimia
Deskripsi Tumbuhan Beracun Yang Di Temukan Di Hutan Lindung Simancik II
1. Tedek-tedek (Euphorbia sp.)
Tumbuhan ini memilki kandungan getah pada daunnya. Tumbuhan ini
hanya ditemukan di daerah terbuka yang mendapat cahaya matahari penuh.
Gambar Tedek-tedek dapat dilihat pada gambar 4.
Gambar 4. Tedek-tedek
Kandungan kimia : Kandungan kimia yang terkandung adalah dari golongan
Flavonoid dan Alkaloid.
Daun : Tata daun alternate, daun tunggal, bangun daun menjari
(palmatipartipus), permukaan daun berbulu sedikit
(scabrous), tepi daun rata (entire), ujung anak daun
membulat (rounded), pertulangan daun menjari
(palminervis) ,
Bunga : Bunga tidak ditemukan saat diidentifikasi.
Biji : Biji tidak ditemukana saat identifkasi, dari tipe perakaran
dan tipe daunnya maka bijinya merupakan biji berkeping
ganda/dikotil.
2. Takur- takur gara (Nephentes tobaica)
Daun tumbuhan ini memiliki ciri khas yang berupa alat tambahan atau
accsesoria pada bagian ujung daunnya berupa piala atau kantung. Tumbuhan ini
sering digunakan sebagai obat mata oleh masyarakat setempat. Air yang ada
dalam kantungnya diambil dan diteteskan ke mata yang sakit. Ciri Tumbuhan ini
dapat dilihat pada gambar 5.
Gambar 5. Takur-takur gara
Kandungan kimia : Kandungan kimia yang terkandung pada tumbuhan ini
adalah golongan Flavonoid dan Saponin.
Daun : Tata daun alternate, bangun daun lanset (lanseolatus),
daun tunggal, pangkal daun duduk (sessile), tepi daun
rata (entire), ujung daun berpiala, permukaan daun licin
(laevis),pertulangan daun sejajar (recctinervis), pialanya
berwana coklat kemerahan dengan sedikit warna
kekuningan dibagian mulu kantung dengan ukuran
tinggi 7-9 cm
Bunga : Bunga tidak ditemukan saat identifikasi.
Biji : Biji tidak ditemukan saat identifikasi.
3. Ndulpak (Endospermum diadenum Miq.)
Tumbuhan ini digunakan masyarakat sebagai obat bisul dan kudis. Bagian
daun dari tanaman ini diambil dan ditumbuk halus dan dioleskan di sekeliling
bisul dan kudis. Ciri daun yang berbentuk mirip hati menjadi ciri tumbuhan ini
dapat dilihat pada gambar 6.
Gambar 6. Ndulpak
Kandungan kimia : Kandungan kimia yang terkandung dalam tumbuhan ini
adalah golongan Alkaloid dan Saponin.
Daun : Tata daun alternate, daun tunggal, bangun daun delta
(deltoideus), pangkal daun rompang (truncatus), tepi
daun rata (entire), ujung daun meruncing (acuminatus),
permukaan daun licin (laevis), pertulangan daun
menyirip(penninervis).
Bunga : Bunga tidak ditemukan saat diidentifikasi.
Biji : Biji tidak ditemukan saat diidentifikasi. Berdasarkan tipe
daun dan tipe akar maka jenis bijinya merupakan biji
berkeping dua/dikotil.
Akar : Tipe perakaran tumbuhan ini adalah tipe perakaran
4. Sukul-sukul (Macaranga depressa Mull.Arg.)
Tumbuhan ini berasal dari keluarga macaranga. Tumbuhan ini dapat tumbuh
dengan tinggi hingga 4 m. Bentuk daun menjari tiga dan warna pucuknya yang
kemerahan menjadi ciri khasnya dapat dilihat dalam gambar 7.
Gambar 7. Sukul-sukul
Kandungan kimia : Kandungan kimia yang terkandung dalam tumbuhan ini
adalah golongan Flavonoid, Alkaloid dan Saponin.
Daun : Tata daun alternate, daun tunggal, pangkal daun
membulat (oblique), tepi daun bergerigi (palmatifid),
ujung daun runcing(acutus), permukaan daun licin
(laevis), pertulangan daun menjari (Palmately netted).
Bunga : Bunga tidak ditemukan saat diidentifikasi.
Biji : Biji tanaman tidak ditemukan pada saat identifikasi. Dari
bentuk daun dan tipe perakaran maka tipe biji tumbuhan
ini merupakan tipe biji berkeping dua/dikotil.
Bunga : Bunga tidak ditemukan pada saat identifikasi.
5. Mbetung (Ficus grossularioides Burm.f.)
Tumbuhan ini merupakan pohon yang dapat tumbuh hingga ketinggian
10 m. Pohon ini memiliki getah dan pada bagian kuncupnya memiliki stipulate
yang berfungsi melindungi pucuk muda.Daunnya sering dimanfaatkan masyarakat
setempat sebagai pembungkus tapai dan kulitnya juga digunakan sebagai obat
sakit perut. Gambar Mbetung dapat dilihat dalam gambar 8.
8
Gambar 8. Mbetung
Kandungan kimia : Kandungan kimi yang terkandung dalam Tumbuhan ini
adalah golongan Flavonoid, Terpen, Alkaloid dan,
Saponin.
Daun : Tata daun alternate, daun tunggal,bangun daun oval
(ovali), pangkal daun berlekuk (emargintus), pinggir
daun bergerigi halus (serratus),ujung daun meruncing
(opacus),pertulangan daun menyirip (penninervis),bagian
bawah daun berwarna putih keperakan.
Bunga : Bunga tidak ditemukan pada saat identifikasi.
Biji : Biji tumbuhan ini tidak ditemukan pada saat
diidentifikasi. Dari jenis daun dan perakarannya maka
tipe biji tumbuhan ini merupakan tipe biji berkeping
dua/dikotil.
Akar : Tipe perakaran tumbuhan ini merupakan tipe perakaran
tunggang
6. Uak-uak (Ficus sp.)
Tumbuhan ini memiliki ciri khas dengan pucuk daun berwarna coklat
kemerahan. Pucuk ini kemudian berangsur berubah menjadi hijau, dapat dilihat
dalam gambar 9.
Kandungan kimia : Kandungan kimia yang terkandung dalam tumbuhan ini
adalah golongan Alkaloid.
Daun : Tata daun alternate, daun tunggal, bangun daun lanset
(lanseolatus), pangkal daun runcing (acuminatus), tepi
daun beringgit (Crenatus), ujung daun mengekor
(caudatus), permukaan daun gunndul (glaber),
pertulangan daun menyirip (penninervis). Warna daun
muda kuning kemerahan dan berangsur berubah menjadi
warna hijau.
Bunga : Bunga tidak ditemukan pada saat identifikasi.
Biji : Biji tidak ditemukan pada saat identifikasi. Dari tipe
daun dan tipe perakaran maka tipe biji tumbuhan ini
adalah tipe biji berkeping dua/dikotil.
Akar : Tipe perakaran tumbuhan ini adalah tipe perakaran
tunggang.
7. Silawir buluh (Scheflera sp.)
Tumbuhan ini merupakan tumbuhan perdu yang dapat tumbuh hingga
hingga 2,5 meter memiliki aroma mint yang menyengat. Tumbuhan ini sering
digunakan penduduk setempat sebagai campuran kuning atau obat param. Daun
tumbuhan ini bergerigi halus pada bagian pinggirnya dengan jumlah anak daun 5
hingga 7 anak daun. Batang tumbuhan ini juga terlihat berbuku-buku. Gambar
Gambar 10. Silawir buluh
Kandungan kimia : Kandungan kimia yang terkandung dalam tumbuhan ini
adalah golongan Terpen, Alkaloid dan golongan
Saponin.
Daun : Tata daun alternate, daun majemuk menjari (palmatus),
anak daun memiliki jumlah yang bervariasi anatara lima
dan tujuh, bangun daun bulat memanjang (oblongus),
ujung daun meruncing (aristate), pangkal daun
membulat (oblique), pinggir daun begerigi halus
(serratus), permukaan daun gundul (glaber), pertulangan
daun menyirip (penninervis).
Bunga : Bunga tidak ditemukan pada saat diidentifikasi
Biji : Biji tidak ditemukan pada saat identifikasi. Berdasarkan
tipe daun dan tipe perakaran maka tipe biji tumbuhan ini
Akar : Tipe perakaran tumbuhan ini merupakan tipe perakaran
tunggang.
8. Rancang daluna (Rubia sp.)
Tumbuhan ini merupakan tumbuhan bawah. Memiliki batang yang
berbuku-buku dan buah terdapat pada ujung batang. Daun juga bergerigi pada
bagian pinggirnya, dapat dilihat pada gambar 11.
Gambar 11. Rancang daluna
Kandungan kimia : Kandungan kimia tumbuhan ini adalah kandungan kimia
dari golongan Flavonoid, Terpen, Alkaloid dan Saponin.
Daun : Tata daun decusate, daun tunggal, bangun daun lanset
(lanseolatus), pangkal daun meruncing (acutus), tepi
daun bergerigi kasar (serraatus). ujung daun meruncing
(acutus), permukaan daun gundul (glaber) pertulangan
Biji : Tipe biji tumbuhan ini merupakan tipe biji berkeping
dua.
Bunga : Bunga tidak ditemukan pada saat diidentifikasi.
Akar : Tipe perakarannya adalah tipe perakaran tunggang.
9. Ingul kerangen (Smecarpus sp.)
Penamaan tumbuhan ini oleh masayarakat setempat mirip dengan suren
yang nama lokalnya adalah ingul. Tumbuhan ini memiliki bentuk dan warna daun
yang mirip dengan pohon suren dapat dilihat pada gambar 12.
Gambar 12. Ingul kerangen
Kandungan kimia : Kandungan kimia tumbuhan ini adalah kandungan kimia
yang berasal dari golongan Terpen dan Flavonoid.
Daun : Tata daun alternate, daun tunggal, bangun daun lanset
(lanseolatus), pangkal daun duduk (sessile), tepi daun
(acuminatus),permukaan daun licin (laevis), pertulangan
daun menyirip (penninervis).
Bunga : Bunga tidak ditemukan pada saat diidentifikasi.
Biji : Biji tidak ditemukan pada saat identifikasi. Dari Tipe
daun dan tipe perakaran maka tipe biji merupakan tipe
biji berkeping dua/dikotil.
Akar : Tipe perakaran tumbuhan ini adalah tipe perkaran
tunggang.
10. Takur-takur ratah (Nephenthes reinwardtiana)
Tumbuhan ini sering digunakan sebagai obat mata oleh masyarakat
setempat. Air didalam kantung di teteskan ke mata yang sakit. Daun tumbuhan ini
memiliki ciri khas yang berupa alat tambahan atau accsesoria pada bagian ujung
daunnya berupa piala atau kantung, dapat dilihat pada gambar 13.
Kandungan kimia : Kandungan kimia yang terkandung pada tumbuhan ini
adalah golongan Flavonoid dan Saponin.
Daun : Tata daun alternate, bangun daun lanset (lanseolatus),
daun tunggal, pangkal daun duduk (sessile), tepi daun
rata (entire), ujung daun berpiala, permukaan daun licin
(laevis), pertulangan daun sejajar (recctinervis),
pialanya berwana hijau dengan sedikit warna kecoklatan
dengan ukuran tinggi 4-6 cm.
Bunga : Bunga tidak ditemukan saat identifikasi.
Biji : Biji tidak ditemukan saat identifikasi. Berdasarkan tipe
daun dan tipe akar, biji tumbuhan ini merupakan tipe biji
berkeping tunggal/monokotil.
Akar : Tipe perakarannya merupakann akar serabut.
11. Gujera (Mahonia aquifolium)
Tumbuhan ini merupakan jenis tumbuhan bawah yang dapat tumbuh 1
hingga 2 meter. Tumbuhan ini memiliki duri pada bagian pinggir daunnya, dapat
dilihat pada gambar 14.
Kandungan kimia : Kandungan kimia yang terkandung adalah golongan Terpen
dan Saponin.
Daun : Tata daun oposite, daun majemuk menyirip gasal
(imparipinatus), pangkal anak daun menempel/duduk pada
tangkai daun (sessilis),tepi daun berduri(spinose), ujung
daun meruncing berduri (spinose), bagian permukaan daun
mengkilat (nitidus), daun bertulang menyirip.
Bunga : Bunga tidak ditemukan saat diidentifikasi.
Biji : Biji tidak ditemukan saat diidentifikasi, berdasarkan tipe
daun dan tipe akar yang merupakan akar tunggang maka
tumbuhan ini termasuk biji berkeping ganda atau dikotil.
Akar : Tipe perakaran tunggang.
12. Tabar-tabar (Pseuderanthemum sp.)
Kandungan kimia : Kandungan kimia tumbuhan ini adalah senyawa kimia
yang dari golongan Terpen, Alkaloid dan Saponin.
Daun : Tata daun alternate, daun tunggal, bangun daun
membulat (ovatus), pangkal daun membulat
(rotundatus), pingir daun rata (entire), ujung daun
meruncing (acuminatus), permukaan daun gundul
(glaber), pertulangan daun menyirip (penninervis).
Bunga : Letak bunga pada ujung (flos terminalis), berbunga
banyak (multiflora), bunga majemuk, warna bunga
merah jambu.
Biji : Biji tidak ditemukan pada saat diidentifikasi
Akar : Tipe perakaran tumbuhan ini adalah tipe perakaran
tunggang.
13. Sanggubuh (Licania splendens Korth.)
Tumbuhan ini merupakan jenis pohon yang tumbuh pada daerah yang
tinggi pada lokasi penelitian. Buahnya berwarna kuning kemerahan dan
berangsur-angsur berubah menjadi warna hitam dapat dilihat pada gambar 16.
Kandungan kimia : Kandungan kimia yang terkandung pada tumbuhan ini
adalah golongan Flavonoid, Terpen dan Saponin.
Daun : Tata daun alternate , daun tunggal, bangun daun lanset
(lanseolatus), pangkal daun merruncing (acutus),
pinggir daun beringgit (crenatus), ujung daun runcing
(acutus), permukaan daun berlapis lilin (pruinosus),
pertulangan daun menyirip (penninervis).
Bunga : Bunga tidak ditemukan saat diidentifikasi.
Biji : Tipe biji tumbuhan ini adalah tipe biji berkeping
dua/dikotil.
Akar : Tipe perakaran tunggang.
14. Kalincayo (Angelesia splendens Korth.)
Tumbuhan ini memiliki aroma khas mirip aroma minyak angin. Tumbuhan
ini sering digunakan masyarakat sebagi campuran kuning atau obat luar param
dan juga digunakan sebagaicampuran minyak urut tradisional tumbuhan ini
memiliki buah berwarna hijau kemerahan, dapat dilihat pada gambar 17.
Gambar 17. Kalincayo
Kandungan kimia : Kandungan kimia yang terkandung adalah senyawa
Daun : Tata daun alternate, berdaun tunggal, bentuk daun bulat
telur (ovali), ujung daun runcing (acutus), pangkal daun
membulat (rounded/cordate), tepi daun rata (entire),
permukaan daun gundul (glaber), pertulangan daun
menyirp (penninervis).
Bunga : Tidak ada bunga yang ditemukan saat diidentifikasi.
Biji : Tergolong grup tumbuhan biji berkeping dua/dikotil.
Akar : Tipe perakaran tunggang.
15. Bedi-bedi (Callicarpa dichotoma)
Masyarakat setempat menyebut tumbuhan ini dengan nama bedi-bedi,
dapat tumbuh pada daerah dengan kelembaban sedang dan basah memiliki ciri
buah berwarna ungu. Tumbuhan ini dapat tumbuh dengan ketinggian 1 hingga 2
meter.Buah dari tumbuhan ini juga sering dijadikan makanan oleh burung. Buah
tumbuh dari ketiak daun baru, buah biasanya berada di sepanjang dahan di
setiapketiak daun baru pada tumbuhan yang sudah dewas, dapat dilihat pada
gambar 18.
Gambar 18. Bedi-bedi
Kandungan kimia : Kandungan kimia tanaman ini berasal dari golongan
Daun : Tata daun oposite, daun majemuk, bangun daun
lanset(lanseolatus), pangkal daun duduk (sessile),
pinggir daun berberigi (serrastus), ujung daun sungut
(aristatus), permukaan daun berbulu halus (villosus),
pertulangan daun menyirip (penninervis),
Bunga : Bunga tidak ditemukan saat diidentifikasi.
Biji : Tipe biji tumbuhan ini merupakan tipe biji berkeping
ganda/dikotil.
Akar : Tipe perakarannya merupakan tipe perakaran tunggang
16. Silantam ruhi (Dysoxylum rugulosum King.)
Tumbuhan ini dapat tumbuh hingga ketinggian 18 m dengan diameter 39
cm dbh. Tumbuh hingga ketinggian 2200 mdpl. Tumbuhan ini juga dapat tumbuh
pada lereng bukit dan pegunungan dan juga pada sekitar daerah aliran sungai.
Dapat tumbuh pada tanah berpasir dan juga tanah berliat. Tumbuhan ini
ditemukan di daerah Peninsular Malaysia, Sumatera dan Kalimantan. Gambar
tumbuhan ini dapat dilihat pada gambar 19.
Kandungan kimia : Kandungan kimia yang terkandung dalamn tumbuhan ini
adalah golongan Terpen, Alkaloid dan Saponin
Daun : Tata daun alternate, daun tunggal, bangun daun oval
(ovali), pangkal daun runcing (acutus), ujung daun
meruncing (acumiatus) dan pinggir daun rata
(entire).Pertulangan daun menyirip (penninervis).
Bunga : Letak bunga pada ketiak daun (flos lateris),bunga
majemuk, berbunga banyak (multiflora), warna bunga
merah muda.
Biji : Biji tumbuhan ini merupakan tipe biji berkeping
dua/dikotil
Akar : Tipe perakaran tumbuhan ini merupakan tipe perakaran
tunggang.
17. Cep-cepen (Saurauia maderensis B.T Keller dan D.E.Breedlove)
Tumbuhan ini merupakan tumbuhan yang buahnya sering dimakan oleh
masyarakat. Lendir pada kambiumnya digunakan oleh masyarakat setempat
sebagai obat anti belatung pada luka di bagian tubuh manusia atau hewan.
Gambar tumbuhan ini dapat dilihat pada gambar 20.
Kandungan kimia : Kandungan kimia yang terkadung dalam tumbuhan ini
adalah golongan Terpen dan Alkaloid.
Daun : Tata daun alternate, daun tunggal, bangun daun oval
(ovalis), pangkal daun membulat (rotundatus), tepi daun
bergerigi halus (serratus), ujung daun meruncing
(mucronatus),permukaan daun berbulu halus (pilosus),
pertulangan daun menyirip (penninervis), daun
muda/pucuk berwarna merah.
Bunga : Bunga tidak ditemukan pada saat identifikasi.
Biji : Biji tidak ditemukan pada saat identifikasi. Dari tipe akar
dan tipe daun maka tipe biji tumbuhan ini adalah biji
berkeping dua.
Tingkat Keanekaragaman Tumbuhan Beracun di Hutan Lindung Simancik II
Tumbuhan beracun yang ditemukan di Hutan Simancik II ada tujuh belas
jenis tumbuhan. Data analisis tumbuhan beracun dapat ditunjukkan dalam tabel 2.
Tabel 2. Hasil analisis vegetasi tumbuhan beracun (tumbuhan bawah) di Hutan Lindung Simancik II
Tabel 3. Hasil analisis vegetasi tumbuhan beracun (semai pohon) di Hutan Lindung Simancik II
Jenis Kalincayo merupakan jenis dengan nilai KR yang paling tinggi dari
golongan tumbuhan bawah yaitu 32,08% ditunjukkan pada tabel 2 dan jenis
Cep-cepen dari golongan semai pohon yaitu 33,08% pada tabel 3.Nilai ini
menunjukkan bahwa jenis Kalincayo dan Cep-cepen banyak tumbuh di Hutan
Lindung Simancik II. Sedangkan nilai KR terendah adalah pada jenis Takur-takur
gara dengan nilai sebesar 0,41% dari golongan tumbuhan bawah dan jenis
disebabkan oleh kondisi hutan yang memiliki beragam kondisi lingkungan dan
kemampuan beradaptasi tumbuhan. Sehingga jenis-jenis tertentu yang mampu
beradaptasi cenderung banyak tumbuh. Sebagian tumbuhan dapat berhasil tumbuh
dalam kondisi lingkungan yang beraneka ragam sehingga tumbuhan tersebut
cenderung tersebar luas (Loveless,1989).
Frekuensi relatif (FR)yang paling tinggi terdapat pada jenis Ndulpak yaitu
17,84% dari golongan tumbuha bawah dan jenis Mbetung yaitu 32,63 dari
golongan semai pohon yang menjukkan bahwa jenis ini adalah jenis yang
penyebarannya paling luas. Frekuensi jenis ndulpak terdapat banyak pada petak
contoh yaitu terdapat pada 28 petak contoh. Sedangkan frekuensi relatif yang
paling kecil terdapat pada jenis Takur-takur gara yaitu sebesar 2,16% dan hanya
terdapat pada 3 petak contoh. Nilai ini menunjukkan bahwa jenis Takur-takur gara
hanya tumbuh sedikit pada lokasi penelitian.Frekuensi kehadiran sering
dinyatakan dengan konstansi. Suin (2002) menyatakan bahwa konstansi atau
frekuensi kehadiran organisme dapat dikelompokkan atas empat kelompok yaitu
jenis aksidental (frekuensi 0-25%), jenis aksesori (25- 50%), jenis konstan
(50-75%), dan jenis absolut (di atas 75%). Data dalam tabel 2 menunjukkan bahwa 16
jenis tumbuhan beracun yang ditemukan pada di Hutan Lindung SimancikII
tergolong ke dalam kategori jenis aksidental dan satu jenis yaitu jenis Mbetung
termasuk kedalam jenis aksesori yaitu 32,63%. Jenis tumbuhan ini hanya
menyebar terbatas pada daerah daerah tempat tumbuhnya.
Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi yang ditunjukkan pada tabel 2 adalah
jenis Kalincayo yaitu 45,06 dan pada tabel 3 jenis Mbetung 61,38. Besarnya nilai
komunitasnya. Jenis Kalincayo dan Mbetung yang memiliki INP paling tinggi
menunjukkan bahwa jenis ini berperan penting dalam komunitasnya.
Indeks Keanekaragaman Shannon-Winner (H`) menurut Indriyanto (2006)
tumbuhan beracun di Hutan Lindung Simancik II yang ditunjukkan pada tabel 2
adalah sebesar 1,97 dan pada tabel 3 sebesar1,39. Nilai ini menujukkan bahwa
keragaman tumbuhan beracun pada transek sedang melimpah dimana Indeks
keanekaragaman Shanon-Wiener (H’) dengan H’ lebih besar dari 1dan lebih kecil
dari 3 menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu transek sedang
melimpah.
Pengujian Fitokimia Tumbuhan Beracun di Hutan Lindung Sibayak I
Kandungan senyawa metabolit sekunder yang diuji pada tumbuhan
sebagai indikator adanya racun di dalam tubuh tumbuhan ada 4 golongan yang
umum diuji yaitu senyawa tanin, terpen, alkaloid dan saponin. Data hasil
Tabel4. Data Hasil Uji Fitokimia Tumbuhan Beracun di Hutan Lindung Simancik II
Jenis Tumbuhan
Fenolik/ Flavonoid/Tanin
Terpen/Steroid Alkaloid Saponin
FeCl3 CeSo4 Bouchardad Wagner Meyer Dragendrof
Tedek-tedek +++ - ++ - - - -
Bouchardart : KI + Aquadest + Iodium Wagner : KI + Aquadest + Iodium Maeyer : HgCl
2+ Aquadest + KI Dragendorff : BiNO
3 + HNO3 + KI + Aquades
+ : Cukup reaktif terhadap pereaksi +++ : Reaktif terhadap pereaksi
+++++ : Sangat reaktif terhadap pereaksi
- : Bereaksi negatif terhadap pereaksi (tidak mengandung senyawa metabolit sekunder)
Aktivitas Tanin dan Flavonoid
Tanin merupakan senyawa aktif metabolit sekunder yang diketahui
mempunyai beberapa khasiat yaitu sebagai astringen, anti diare, anti bakteri, dan
anti oksidan. Tanin merupakan komponen zat organik yang sangat kompleks,
terdiri dari senyawa fenolik yang sukar dipisahkan dan sukar mengkristal,
mengendapkan protein dari larutannya dan bersenyawa dengan protein tersebut
(Desmiaty et al., 2008)
Senyawa Tanin dan Flavonoid adalah senyawa turunan fenolik. Struktur
senyawa fenolik salah satu gugus pembentuknya adalah senyawa Tanin atau
Flavonoid. Fungsi aktivitas senyawa Tanin menurut Goldstein dan Swain (1965)
adalah sebagai penghambat enzim hama. Fungsi aktivitas senyawa Flavonoid
adalah sebagai antimikroba (Leo et al, 2004), antibakteri (Schütz et al, 1995) dan
antifungi (Tahara et al., 1994).
Pengujian Tanin dan Flavonoid menggunakan pereaksi FeCl
3. Kandungan
Tanin yang terkandung dalam tumbuhan bereaksi dengan FeCl
3ditandai dengan
munculnya perubahan warna menjadi hitam. Berdasarkan dari data hasil
pengujian pada tabel4, Tumbuhan Tedek-tedek, Takur takur, Sukul-sukul,
Mbetung, Rancang daluna, Ingul kerangen, Takur-takur ratah, Sanggubuh,
Kalincayo, dan Bedi-bedi mengandung Tanin karena pada saat direaksikan
berubah menjadi hitam. Tumbuhan yang mengandung Tanin paling tinggi adalah
jenis Takur-takur ratah dan Kalincayo, dan kandungan Tanin paling rendah adalah
jenis Sukul-sukul. Sampel yang mengandung senyawa golongan Tanin merupakan
Aktivitas Terpen
Terpen adalah suatu golongan hidrokarbon yang banyak dihasilkan oleh
tumbuhan dan terutama terkandung pada getah serta vakuola selnya. Modifikasi
dari senyawa golongan Terpen, yaitu terpenoid, merupakan metabolit sekunder
tumbuhan. Selain telah ditemukannya kamper melalui peneltian mengenai Terpen,
telah banyak juga ditemukan bahan aktif ideal sebagai pestisida alami. Fungsi
aktivitas senyawa Terpen adalah sebagai antibakteri (Wang et al., 1997), antivirus
(Nakatani et al., 2002), pestisida dan insektisida (Ragasa et al., 1997; Siddiqui et
al., 2002).
Pereaksi yang digunakan dalam pengujian Terpen adalah
Lieberman-Bouchard dan CeSO
4. Kandungan Terpen pada tumbuhan ditandai dengan
munculnya warna cokelat kemerahan saat sampel tanaman direaksikan dengan
senyawa pereaksi CeSO
4. Berdasarkan dari data hasil pengujian pada tabel 4,
tumbuhan yang mengandung Terpen adalah Kalincayo, Bedi-bedi, Sanggubuh,
Silantam ruhi, Gujera, Rancang daluna, Ingul kerangen, Mbetung, Cep-cepen, dan
Mbetung. Jenis-jenis tubuhan ini berpotensisebagai biopestisida karena senyawa
tanin yang dikandungnya.
Aktivitas Alkaloid
Alkaloid adalah sebuah golongan senyawa basa bernitrogen yang
kebanyakan heterosiklik dan banyak terdapat pada tumbuhan. Fungsi Alkaloid
yang dikenal sebagian besar terkait pada sistem perlindungan, misalnya senyawa
aporphine alkaloid liriodenine dihasilkan oleh pohon tulip untuk melindunginya
dari serangan jamur parasit dan senyawa Alkaloid lainnya pada tumbuhan tertentu
senyawa Alkaloid menurut Atta-ur-Rahman et al (1997) adalah sebagai
antibakteri dan antifungi.Pereaksi dalam pengujian alkaloid adalah Bouchardart,
Wagner, Maeyer dan Dragendorff. Uji skrining menunjukkan adanya kandungan
Alkaloid ditandai dengan munculnya endapan berwarna coklat saat sampel
tanaman direaksikan dengan senyawa pereaksi Bouchard serta Wagner, endapan
berwarna putih saat sampel tanaman direaksikan dengan senyawa pereaksi
Maeyer dan endapan berwarna merah bata saat sampel tanaman direaksikan
dengan senyawa pereaksi Dragendorff. Berdasarkan dari data hasil pengujian pada
tabel 4, tumbuhan jenis Tedek-tedek, Ndulpak, Silawir buluh, Rancang daluna,
Sanggubuh, Silantam ruhi, dan Cep-cepen bereaksi dengan pereaksi Bouchardat.
Tanaman jenis mbetung dan Ingul kerangen bereaksi dengan pereaksi Bouchardart
dan pereaksi Dragendrof. Tumbuhan jenis Tabar-tabar bereaksi dengan pereaksi
Dragendrof. Tanaman jenis Sukul-sukul bereaksi dengan pereaksi Wagner. Jenis
tanam tersebut semuanya mengandung senyawa Alkaloid dengan konsentrasi
yang berbeda. Jenis tanaman yang mengandung golongan Alkaloid merupakan
jenis-jenis yang berpotensi sebagai insektisida ataupun fungisida.
Aktivitas Saponin
Saponin adalah sebuah kelas senyawa kimia, salah satu dari banyak
metabolit sekunder yang dapat ditemukan di sumber-sumber alam, ditemukan
berlimpah dalam berbagai jenis tumbuhan. Senyawa ini bersifat amfipatik,
disusun oleh satu atau lebih gugus glikosida hidrofilik yang dikombinasikan
dengan turunan triterpen lipofilik dan menghasilkan buih saat diguncang dalam
larutan air. Saponin yang umumnya larut dalam air beracun bagi ikan dan
senyawa Saponin. Hostettmann dan Marston (1995) mengatakan bahwa fungsi
aktivitas senyawa Saponin adalah sebagai antimikroba, fungisida, antibakteri,
antivirus, piscisida, molluscisida dan insektisida.
Pereaksi dalam pengujian saponin adalah HCl 10%. Uji skrining
menunjukkan adanya kandungan Saponin ditandai dengan munculnya buih
permanen saat sampel tanaman dicampur dan diguncangkan bersama dengan
senyawa pereaksi. Berdasarkan dari data hasil pengujian pada tabel 4, tumbuhan
jenis Takur-takur gara, Sukul-sukul, Mbetung, Silawir buluh, Rancang daluna,
Ingul kerangen, Gujera, Tabar-tabar, Sanggubuh, Kalincayo, dan Silantam
ruhimengandung senyawa golongan Saponin maka semua jenis ini berpotensi
sebagai pestisida.
Manfaat Potensial Tumbuhan Beracun di Hutan Lindung Simancik II
Data hasil pengujian pada tabel 4 menunjukkan bahwa semua jenis
tanaman racun yang ditemukan di Hutan Lindung Simancik II berpotensi sebagai
pestisida, insektisida ataupun fungisida tetapi belum dapat ditentukan sasaran
hama secara spesifik.Kandungan metabolit sekunder tumbuhan beracun dengan
konsentrasi atau kadar yang tinggi serta kandungan metabolit sekunder yang lebih
lengkap memiliki potensi yang lebih besar dibanding dengan tumbuhan beracun
dengan kadar metabolit skunder yang rendah serta kandungan metabolit yang
tidak lengkap.
Kandungan metabolit sekunder yang kompleks dan kadar yang tinggi
terdapat pada tumbuhan jenis Sanggubuh, Rancang daluna dan Ingul kerangen.
Jenis Sukul-sukul juga memiliki kandungan metabolit skunder yang kompleks