• Tidak ada hasil yang ditemukan

Eksplorasi Tumbuhan Beracun Sebagai Biopestisida pada Kawasan Hutan Lindung Simancik II di Taman Hutan Raya Bukit Barisan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Eksplorasi Tumbuhan Beracun Sebagai Biopestisida pada Kawasan Hutan Lindung Simancik II di Taman Hutan Raya Bukit Barisan"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

EKSPLORASI TUMBUHAN BERACUN SEBAGAI

BIOPESTISIDA

PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG SIMANCIK II

DI TAMAN HUTAN RAYA BUKIT BARISAN

SKRIPSI

Oleh :

BENYAMIN OSENTA SINURAYA 091201044/TEKNOLOGI HASIL HUTAN

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

ABSTRAK

BENYAMIN OSENTA SINURAYA. Eksplorasi Tumbuhan Beracun Sebagai Biopestisida pada Kawasan Hutan Lindung Simancik II di Taman Hutan Raya Bukit Barisan. Dibimbing oleh YUNUS AFIFUDDIN dan LAMEK MARPAUNG.

Kawasan Hutan Lindung Simancik II Tahura Bukit Barisan memiliki keanekaragaman tumbuhan yang tinggi. Keanekaragaman tumbuhan merupakan sumber senyawakimia yang penting yang perlu dieksplorasi. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengeksplorasi tumbuhan beracun yang teradapat padaka wasan ini. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi jenis tumbuhan beracun, menganalisis kandungan metabolit sekunder dari jenis-jenis tumbuhan beracun dan menganalisis peluang pengembangan budidaya tumbuhan beracun dan manfaat potensialnya sebagai biopestisida. Metode yang digunakan adalah purposive sampling dengan petak ukur berbentuk plot lingkaran berukuran luas 0,05 hektar.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah terdapat 17 jenis tumbuhan beracun yang diskrining fitokimia untuk mengetahui kandungan metabolit sekundernya, diantaranya 10 jenis yang mengandung Flavonoid, 12 jenis yang mengandung Alkaloid, 10 jenis yang mengandung steroid-terpenoid, dan 11 jenis yang mengandung saponin. Berdasar kan analisis vegetasi, diketahui jenis yang memiliki Indeks Nilai Penting tertinggi adalah jenis Kalincayo (Angelesia splendens Korth.) sedangkan jenis yang memiliki Indeks Nilai Penting terendah adalah Takur-takur gara (NephentesTobaica). Dari data analisis vegetasi tersebut juga diperoleh indeks keanekaragaman jenis sebesar 1,97 dari jenis tumbuhan bawah dan 1,39 dari jenis semai pohon. Tumbuhan beracun yang paling berpeluang dibudidayakan sebagai sumber biopestisida adalah yang memiliki kandungan metabolit sekunder kompleks seperti jenis Sanggubuh (Licania splendens Korth.), Rancang daluna (Rubia sp), Mbetung (Ficus grossularioides Burm.f.), Ingul kerangen (Smecarpus sp), dan Sukul-sukul (Macaranga depressa Mull.Arg.).

(3)

ABSTRACT

BENYAMIN OSENTA SINURAYA. Exploration of Poisonous Plants as Biopesticide in Protected Forest Simancik II in Taman Hutan Raya Bukit Barisan. Supervised by YUNUS AFIFUDDIN and LAMEK MARPAUNG.

Protected Forest Simancik II of Tahura Bukit Barisan has high plant diversity. The plant diversity is important source of chemical compound that need to be explored. Therefore, this study was did to exploring poisonous plants that contained in that area. This study aimed to identify the species of poisonous plants, analyze the secondary metabolites of the poisonous plants and analyze the cultivation raising opportunities of the poisonous plants and the potential benefits as biopesticide. The method used was purposive sampling plots with circle plot with an areas 0.05 hectare.

The results obtained from this study was, there were 17 species of poisonous that phytochemicals screened to know the content of secondary metabolites, 10 species that containing flavonoids, 12 species that containing Alkaloids,10 species containing Steroids-terpenoids, and 11 species containing Saponins. Based on the analysis of vegetation, was know that species which have the highest importance value indexis Kalincayo (Angelesia splendens Korth.), while the species which have the lowest importance value index is Takur-takur gara (Nephentes Tobaica). According with the data analysis of vegetation were also obtained the index diversity at 1,97 of undergrowth species and 1,39 of tree species. The poisonous plants that most likely to be cultivated as biopesticide sources is which one that containing complex secondary metabolites like Sanggubuh (Licania splendens Korth.), Rancang daluna (Rubia sp), Mbetung (Ficus grossularioides Burm.f.), Ingul kerangen (Smecarpus sp), and Sukul-sukul (Macaranga depressa Mull.Arg.).

(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lau Simomo pada tanggal 20Agustus 1990. Penulis

adalah anak ketujuh dari tujuh bersaudara, anak dari pasangan Alm. Patuh

Sinuraya dan Tentu br Ginting

Penulis memulai pendidikan di SD 040466 Lausimomo, lulus tahun 2003.

Penulis melanjutkan pendidikan di SMP N1 Kabanjahe dan lulus tahun 2006.

Tahun 2009, penulis lulus dari SMU Negeri 1 Kabanjahe dan pada tahun yang

sama lulus seleksi masuk USU melalui jalur UMB-SPMB. Penulis memilih

Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian dengan minat studi Teknologi Hasil

Hutan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif disejumlah organisasi

kemahasiswaan yakni sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Karo (IMKA) Pertanian

USU tahun 2009-2013. Pada tahun 2012-2013 penulis menjadi koordinator

Nursery, Himpunan Mahasiswa Sylva (Himas) USU. Pada tahun 2013 menjadi

peserta Lintas Nusantara Remaja Pemuda Bahari/Kapal Pemuda Nusantara dalam

Sail Komodo sebagai delegasi Sumatera Utara di Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Penulis menjadi penghuni sah lautan serta bebas mengarungi segenap samudera

raya yang disahkan di geladak KRI MAKASSAR-590 dalam Sail Komodo 2013.

Penulis telah melaksanakan Praktikum Pengenalan dan Pengolahan

Ekosistem Hutan (P2EH) selama 10 hari di Tahura Bukit Barisan, Tongkoh.

Penulis juga melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Taman Nasional

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala

berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang

berjudul “Eksplorasi Tumbuhan Beracun Sebagai Biopestisida pada Kawasan

Hutan Lindung Simancik II di Taman Hutan Raya Bukit Barisan”

Skripsi ini berisi tentang data tumbuhan beracun beserta kandungan

metabolit sekundernya. Jenis-jenis tumbuhan beracun ini ditemukan melalui

eksplorasi di Hutan Lindung Simancik II, Taman Hutan Raya Bukit Barisan.

Penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tinginya

kepada :

1. Yunus Afifuddin, S.Hut., M.Si sebagai ketua komisi pembimbing dan Lamek

Marpaung, M.Phil, Ph.D, sebagai anggota komisi pembimbing yang telah

membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi.

2. Ayahanda Alm. Patuh Sinuraya, dan ibunda tercinta Tentu br Ginting serta

ke-enam kakak perempuan dan Abang ipar saya yang senantiasa memberikan

dukungan, semangat dan doa untuk penulis selama kuliah.

3. Alm. Iting Mirsol br Ginting, dan Mdp. Sirait yang membantu dalam

penentuan dan pengambilan sampel di lapangan.

4. Abang dan teman-teman yaitu Tommy Rayandra Sitanggang, Bastanta

Ginting, Felix Samisara Perangin-angin, Esra Barus, Joel E P Tarigan, dan Joy

Simyu yang banyak membantu dalam penelitian.

5. Teman-teman Kehutanan’09 yaitu Esthy Aknesya Simorangkir, Badia

Tarigan, AikoBancin, Susan Meliala, Sabda, Sondang, Christine Tarigan,

(6)

Pakpahan, Frans Galung, Frans Soit, Pandapotan, Purnama, Robert Panjaitan,

Samuel, Kaya Lubis, Syahroni, Doni Siregar, Monnica Zalukhu, Tabita, Maria

Panggabean dan teman lainnya yang tidak dapat disebutkan namanya satu per

satu.

Penulis mengharapkan agar karya ilmiah ini dapat menjadi panduan

belajar dan bacaan yang bermanfaat bagi mahasiswa/i kehutanan secara khusus

(7)

DAFTAR ISI

Komponen Senyawa Beracun dalam Tumbuhan ... 9

Kondisi Umum Lokasi Penelitian ... 12

METODE PENELITIAN WaktudanTempat Penelitian ... 14

AlatdanBahan ... 14

ProsedurPenelitian ... 15

Aspek Pengetahuan Lokal ... 15

Aspek keanekaragaman ... 15

AspekFitokimia ... 17

HASIL DAN PEMBAHASAN Aspek Pengetahuan Lokal……….. ... 22

DeskripsiTumbuhanBeracun di HutanLindung Simancik II ... 23

Tingkat KeanekaragamanTumbuhanBeracun di Hutan Lindung Simancik II ... 42

PengujianFitokimiaTumbuhanBeracun di Hutan Lindung Simancik II ... 44

Aktivitas Tanin dan flavonoid ... 46

Aktivitas Terpen ... 47

Aktivitas Alkaloid ... 47

(8)

Manfaat PotensialTumbuhanBeracun di HutanLindung

Simancik II ... 49 Peluang Pengembangan Budidaya Tumbuhan Beracun di

Hutan Lindung Simancik II ... 51

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 54 Saran ... 55

(9)

DAFTAR TABEL

No. Hal

1. Contoh Racun yang Terkandung pada Tanaman dan Fungsinya 6

2. Analisi Tumbuhan Beracun (tumbuhan bawah) di Hutan

Lindung Simancik II ... 42

3. Analisi Tumbuhan Beracun ( semai pohon) di Hutan Lindung

Simancik II ... 42

4. Data Hasil Uji Fito Kimia Tumbuhan Beracun di Hutan

(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal

1. Skema Pengujian Alkaloid. ... 17

2. Skema Pengujian Triterpen-Steroid ... 18

3. Skema Pengujian Flavonoid. ... 20

4. Tedek-tedek. ... 22

5. Takur-takurgara . ... 23

6. Ndulpak. ... 24

7. Sukul-sukul ... 25

8. Mbetung. ... 26

9. Uak-Uak. ... 27

10.Silawir Buluh. ... 29

11.Rancang daluna. ... 30

12.Ingul kerangen. ... 31

13.Takur-takur ratah. ... 32

14.Gujera. ... 33

15.Tabar-tabar ... 34

16.Sanggubuh ... 35

17.Kalincayo ... 36

18.Bedi-bedi ... 37

19.Silantam ruhi ... 38

(11)

ABSTRAK

BENYAMIN OSENTA SINURAYA. Eksplorasi Tumbuhan Beracun Sebagai Biopestisida pada Kawasan Hutan Lindung Simancik II di Taman Hutan Raya Bukit Barisan. Dibimbing oleh YUNUS AFIFUDDIN dan LAMEK MARPAUNG.

Kawasan Hutan Lindung Simancik II Tahura Bukit Barisan memiliki keanekaragaman tumbuhan yang tinggi. Keanekaragaman tumbuhan merupakan sumber senyawakimia yang penting yang perlu dieksplorasi. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengeksplorasi tumbuhan beracun yang teradapat padaka wasan ini. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi jenis tumbuhan beracun, menganalisis kandungan metabolit sekunder dari jenis-jenis tumbuhan beracun dan menganalisis peluang pengembangan budidaya tumbuhan beracun dan manfaat potensialnya sebagai biopestisida. Metode yang digunakan adalah purposive sampling dengan petak ukur berbentuk plot lingkaran berukuran luas 0,05 hektar.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah terdapat 17 jenis tumbuhan beracun yang diskrining fitokimia untuk mengetahui kandungan metabolit sekundernya, diantaranya 10 jenis yang mengandung Flavonoid, 12 jenis yang mengandung Alkaloid, 10 jenis yang mengandung steroid-terpenoid, dan 11 jenis yang mengandung saponin. Berdasar kan analisis vegetasi, diketahui jenis yang memiliki Indeks Nilai Penting tertinggi adalah jenis Kalincayo (Angelesia splendens Korth.) sedangkan jenis yang memiliki Indeks Nilai Penting terendah adalah Takur-takur gara (NephentesTobaica). Dari data analisis vegetasi tersebut juga diperoleh indeks keanekaragaman jenis sebesar 1,97 dari jenis tumbuhan bawah dan 1,39 dari jenis semai pohon. Tumbuhan beracun yang paling berpeluang dibudidayakan sebagai sumber biopestisida adalah yang memiliki kandungan metabolit sekunder kompleks seperti jenis Sanggubuh (Licania splendens Korth.), Rancang daluna (Rubia sp), Mbetung (Ficus grossularioides Burm.f.), Ingul kerangen (Smecarpus sp), dan Sukul-sukul (Macaranga depressa Mull.Arg.).

(12)

ABSTRACT

BENYAMIN OSENTA SINURAYA. Exploration of Poisonous Plants as Biopesticide in Protected Forest Simancik II in Taman Hutan Raya Bukit Barisan. Supervised by YUNUS AFIFUDDIN and LAMEK MARPAUNG.

Protected Forest Simancik II of Tahura Bukit Barisan has high plant diversity. The plant diversity is important source of chemical compound that need to be explored. Therefore, this study was did to exploring poisonous plants that contained in that area. This study aimed to identify the species of poisonous plants, analyze the secondary metabolites of the poisonous plants and analyze the cultivation raising opportunities of the poisonous plants and the potential benefits as biopesticide. The method used was purposive sampling plots with circle plot with an areas 0.05 hectare.

The results obtained from this study was, there were 17 species of poisonous that phytochemicals screened to know the content of secondary metabolites, 10 species that containing flavonoids, 12 species that containing Alkaloids,10 species containing Steroids-terpenoids, and 11 species containing Saponins. Based on the analysis of vegetation, was know that species which have the highest importance value indexis Kalincayo (Angelesia splendens Korth.), while the species which have the lowest importance value index is Takur-takur gara (Nephentes Tobaica). According with the data analysis of vegetation were also obtained the index diversity at 1,97 of undergrowth species and 1,39 of tree species. The poisonous plants that most likely to be cultivated as biopesticide sources is which one that containing complex secondary metabolites like Sanggubuh (Licania splendens Korth.), Rancang daluna (Rubia sp), Mbetung (Ficus grossularioides Burm.f.), Ingul kerangen (Smecarpus sp), and Sukul-sukul (Macaranga depressa Mull.Arg.).

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki hutan tropis yang

sangat luas. Hutan tropis tersebut memiliki keanekaragaman hayati yang sangat

tinggi. Menurut Soejarto et al., (1991) luas daerah hutan tropis diperkirakan 7%

dari luas permukaan bumi tapi lebih dari 50% spesies organisme berada di hutan

tropis.

Keanekaragaman hayati yang dimiliki hutan tropis Indonesia menjadikan

negara ini menjadi lokasi penelitian yang sangat penting. Jenis-jenis tumbuhan

yang beraneka ragam yang sebagian besar belum teridentifikasi menjanjikan

peluang yang besar sebagai sumber senyawa kimia yang berguna. Biopestisida

sebagai salah satu produk dari tumbuhan tersebut dapat menjadi alternatif

penggunaan pestisida kimia yang membahayakan.

Biopestisida merupakan pestisida yang menggunakan bahan alami atau

kandungan senyawa kimia dari tumbuhan yang bersifat racun terhadap suatu jenis

hama. Biopestisida mudah terurai dan tercuci oleh air hujan sehingga sangat aman

jika digunakan sebagai pengendali hama pada daerah pertanian. Berbeda dengan

pestisida kimia yang lebih sulit terurai dan tercuci air hujan dan membahayakan

manusia serta dapat merusak keseimbangan hara tanah.

Masyarakat sekitar hutan khususnya sekitar kawasan Taman Hutan Raya

Bukit Barisan umumnya bekerja sebagai petani. Petani-petani tersebut

menggunakan pestisida kimia dalam pengendalian hama di lahan pertanian

mereka. Penggunaan pestisida ini cukup berbahaya baik bagi kesehatan manusia

(14)

penggunaan biopestisida sehingga hasil pertanian mereka lebih aman dikonsumsi

karena biopestisida relatif lebih mudah tercuci oleh air dan mudah terdekomposisi

sehingga lebih ramah terhadap lingkungan.

Taman Hutan Raya (Tahura) merupakan bentuk pelestarian alam

terkombinasi, antara pelestarian ek-situ dan in-situ. Tahura dapat ditetapkan baik

dari hutan alam maupun hutan buatan. Fungsi yang jelas sebuah hutan raya adalah

sebagai etalase keanekaragaman hayati, tempat penelitian, tempat penangkaran

jenis, serta juga sebagai tempat wisata.Tahura Bukit Barisan mempunyai maksud

dan tujuan utama yakni sebagai sumber genetik dan plasma nutfah, pusat

informasi dan penelitian peranan flora dan fauna bagi generasi kini dan

mendatang. Selain itu juga memiliki fungsi perlindungan hidrologi, bahwa

kawasan Tahura Bukit Barisan merupakan sumber mata air bersih bagi warga kota

Medan, pencegah erosi dan banjir daerah pantai timur Sumatera Utara, peredam

polusi kendaraan dan industri kota Medan dan sekitarnya, lokasi penyuluhan dan

pendidikan konservasi.

Kegiatan pelacakan atau penjelajahan guna mencari, mengumpulkan, dan

meneliti jenis plasma nutfah tertentu untuk mengamankan dari kepunahan

merupakan kegiatan eksplorasi. Langkah pertama pengeksplorasian adalah

mencari informasi ke dinas-dinas dan instansi terkait lainnya untuk memperoleh

informasi tentang jenis dan habitat tumbuhnya. Informasi dari masyarakat lokal

juga merupakan hal yang sangat penting untuk memudahkan kegiatan ekplorasi

tersebut. Informasi ini kemudian dimanfaatkan dan dikembangkan pada saat

(15)

Melihat keanekaragaman tumbuhan yang dimiliki oleh hutan tropis

Indonesia khususnya Tahura Bukit Barisan kawasan hutan lindung Simancik II

yang berpotensi mengandung racun dan pernyataan diatas maka penulis

termotivasi untuk melakukan penelitian mengenai eksplorasi dan manfaat

potensial dari tanaman beracun yang ada pada daerah tersebut.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang dilaksanakan pada Kawasan Hutan Lindung

Simancik II Di Taman Hutan Raya Bukit Barisan ini antara lain:

1. Identifikasi jenis-jenis tumbuhan beracun

2. Analisis kandungan metabolit sekunder dari jenis-jenis tumbuhan beracun

3. Analisis jenis tumbuhan beracun yang paling berpotensi sebagai sumber

biopestisida

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah memberi informasi mengenai jenis-jenis

tumbuhan beracun yang terdapat di Taman Hutan Raya dan potensi

pemanfaatannya bagi masyarakat sebagai biopestisida sehingga dapat mengurangi

nilai-nilai negatif mengenai jenis-jenis tumbuhan beracun dan dapat mengajak

(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Hutan tropis Indonesia memiliki berbagai jenis tumbuhan yang merupakan

sumber daya alam hayati sekaligus sebagai penyedia senyawa kimia yang

berkhasiat sebagai obat atau racun.Walaupun luas daerah hutan tropis

diperkirakan 7% dari luas permukaan bumi tapi lebih dari 50% spesies organisme

berada di hutan tropis. Sebagai contoh saat ini satu dari dua belas obat-obatan dari

tanaman yang di pasarkan di Amerika Serikat mengandung derivat dari hutan

tropis dan satu dari tiga obat-obatan dari tanaman berasal dari hutan tropis.

Sungguhpun demikian baru sebagian kecil saja potensi dari hutan tropis tersebut

yang sudah diinventarisasi sebagai obat. Disisi lain kita berpacu dengan

kepentingan ekonomi, dimana hutan-hutan juga digunakan untuk memenuhi

kebutuhan bahan baku industri atau diubah fungsinya sebagai lahan

pertanian(Soejarto et al., 1991).

Racun adalah zat atau senyawa yang dapat masuk ke dalam tubuh dengan

berbagai cara yang menghambat respons pada sistem biologis sehingga dapat

menyebabkan gangguan kesehatan, penyakit, bahkan kematian. Umumnya

berbagai bahan kimia yang mempunyai sifat berbahaya atau bersifat racun, telah

diketahui. Namun, tidak demikian halnya dengan beberapa jenis hewan dan

tumbuhan, termasuk beberapa jenis tanaman pangan yang ternyata dapat

mengandung racun alami, walaupun dengan kadar yang sangat rendah. Tanaman

pangan seperti sayuran dan buah-buahan memiliki kandungan nutrien, vitamin,

danmineral yang berguna bagi kesehatan manusia serta merupakan komponen

penting untuk diet sehat. Meskipun demikian, beberapa jenis sayuran dan

(17)

manusia. Racun alami adalah zat yang secara alami terdapat pada tumbuhan, dan

sebenarnya merupakan salah satu mekanisme dari tumbuhan tersebut untuk

melawan serangan jamur, serangga, serta predator (BPOM, 2008).

Keracunan dapat diidentifikasi dari berbagai macam tumbuhan beracun,

dan dapat dikelompokkan menurut senyawa racun. Sejumlah tumbuhan

mengandung unsur-unsur yang unik. Sebagian besar dan berbagai macam

kelompok tumbuhan mengandung racun alami yang belum diketahui atau

kerugian yang ditimbulkan. Sebagian tanaman mengandung dua atau lebih

senyawa racun yang berbeda satu dengan yang lainnya (Kingsbury, 1964).

Samsudin (2008) mengatakan kadar racun pada tanaman dapat sangat

bervariasi. Hal itu dipengaruhi antara lain oleh perbedaan keadaan lingkungan

tempat tanaman tumbuh (kelembaban, suhu atau kadar mineral) serta penyakit

yang potensial. Varietas yang berbeda dari spesies tanaman yang sama juga

mempengaruhi kadar racun dan nutrien yang dikandungnya. Beberapa contoh

(18)

Tabel 1. Contoh Racun yang Terkandung pada Tanaman dan Fungsinya

Racun Terdapat pada tanaman Potensi

Terpen (Angelesia

splendens)1(Mussaenda

glabra, Strobilanthes paniculata, Didymocarpus corchorifolia)²

Antibakteri, antivirus, dan insektisida, anti mikroba, , pertahanan tubuh dari herbivora.

Alkaloid (Eugenia densiflora, Rubus rosifolius, Angelesia

Saponin (Pogonanthera pulverulenta,

Angelesia splendens, Cinchona

ledgeriana)1(Begonia

muricata, Trevesia cheirantha,Mussaenda glabra,Strobilanthes

paniculata, Achimenes longiflora, Didymocarpus corchorifoliaBalanophora

Flavonoid (Eugenia densiflora, Rubus rosifolius, Pogonanthera

(19)

Pestisida

Pestisida merupakan substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik

maupun virus yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Hama yang

dimaksud di sini memiliki makna sangat luas yaitu serangga, tungau, tumbuhan

pengganggu, penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria,

virus, nematoda (bentuknya seperti cacing dengan ukuran mikroskopis), siput,

tikus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan. Sedangkan hama yang

dimaksud bagi kehidupan rumah tangga adalah meliputi semua hewan yang

mengganggu kesejahteraan hidup seperti lalat, nyamuk, kecoak, ngengat,

kumbang, siput, kutu, tungau, ulat, rayap, ganggang serta kehidupan lainnya yang

terbukti mengganggu kesejahteraan (Novizan, 2002).

Pestisida yang digolongkan berdasarkan cara penggunaannya dapat berupa

Atraktan (zat kimia pembau sebagai penarik serangga dan menangkapnya dengan

perangkap), Kemosterilan (zat yang berfungsi untuk mensterilkan serangga serta

hewan bertulang belakang), Defoliant (zat yang dipergunakan untuk

menggugurkan daun supaya memudahkan panen pada tanaman kapas dan

kedelai), Desiccant (zat yang digunakan untuk mengeringkan daun atau bagian

tanaman lainnya), Disinfektan (zat yang digunakan untuk membasmi

mikroorganisme), Zat pengatur tumbuh (zat yang dapat memperlambat atau

mempercepat pertumbuhan tanaman), Repellent (zat yang berfungsi sebagai

penolak atau penghalau serangga atau hama yang lainnya; contohnya kamper

untuk penolak kutu, minyak sereb untuk penolak nyamuk), Sterilan tanah (zat

yang berfungsi untuk mensterilkan tanah dari jasad renik atau biji gulma),

(20)

berguna sebagai perekat pestisida supaya tahan terhadap angin dan hujan),

Surfaktan / agen penyebar (zat untuk meratakan pestisida pada permukaan daun),

Inhibitor (zat untuk menekan pertumbuhan batang dan tunas) dan Stimulan

tanaman (zat yang berfungsi untuk menguatkan pertumbuhan dan memastikan

terjadinya buah) (Martono et al., 2004).

Untung (2001) menyatakan bahwa prinsip penggunaan pestisida adalah harus kompatibel dengan komponen pengendalian lain seperti komponen hayati, efisien untuk mengendalikan hama tertentu, harus minim residu, tidak persistent / harus mudah terurai, dalam perdagangan (transport, penyimpanan, pengepakan, labeling) harus memenuhi persyaratan keamanan yang maksimum, harus tersedia antidote untuk pestisida tersebut, sebisa mungkin aman bagi lingkungan fisik dan biota, relatif aman bagi pemakai (LD 50 dermal dan oral relatif tinggi) dan harga terjangkau bagi petani.

Pestisida Organik

Pestisida organik adalah pestisida yang bahan aktifnya barasal dari

tanaman atau tumbuhan, hewan dan bahan ogranik lainnya yang berkhasiat

mengendalikan serangan hama pada tanaman. Pestisida organik tidak

meninggalkan residu yang berbahaya pada tanaman maupun lingkungan serta

dapat dibuat dengan mudah menggunakan bahan yang murah dan peralatan yang

sederhana (Komdasulsel, 2012).

Pestisida organik memiliki beberapa fungsi antara lain sebagai repelan/

repellent yaitu menolak kehadiran serangga (misalnya dengan bau yang

menyengat), sebagai antifidan yaitu mencegah serangga memakan tanaman yang

(21)

racun syaraf, sebagai pengacau sistem hormon di dalam tubuh serangga, sebagai

atraktan yaitu pemikat kehadiran serangga yang dapat dipakai pada perangkap

serangga, sebagai pengendali pertumbuhan jamur/bakteri dan sebagai perusak

perkembangan telur, larva dan pupa (Lestarimandiri, 2007).

Komponen Senyawa Beracun dalam Tumbuhan

Racun dapat diidentifikasi pada tumbuhan beracun dan kemungkinan

dapat disebabkan oleh hasil metabolisme sekunder yang terkandung di dalam

tumbuhan beracun tersebut. Setiap jenis tumbuhan beracun pada umumnya

mengandung zat-zat atau senyawa kimia yang berbeda-beda. Senyawa racun yang

bersifat alami dalam tumbuhan beracun belum sepenuhnya diketahui dan belum

semuanya dimanfaatkan secara aplikatif. Beberapa jenis tumbuhan beracun

mengandung dua atau lebih senyawa racun yang berbeda komponen kimianya

satu dengan lainnya. Hanenson (1980) menyatakan bahwa komponen-komponen

kimia yang dihasilkan tumbuhan beracun melalui metabolisme sekunder terbagi

atas beberapa macam seperti alkaloid, glikosida, asam oksalat, resin, phytotoxin,

tanin, saponin, polipeptida dan asam amino serta mineral lainnya.

1. Alkaloid

Kandungan alkaloid dalam setiap tumbuhan 5-10% dan efek yang

ditimbulkan hanya dalam dosis kecil. Kadar alkaloid pada tumbuhan

berbeda-beda sesuai kondisi lingkungannya dan alkaloid umunya tersebar di seluruh

bagian tumbuhan. Gejala yang ditimbulkan bagi manusia apabila terkontaminasi

alkaloid adalah pupil yang membesar, kulit terasa panas dan memerah, jantung

(22)

2. Glikosida

Glikosida adalah salah satu komponen yang dihasilkan melalui proses

hidrolisis yang biasa dikenal dengan sebutan aglikon. Glikosida merupakan

senyawa yang paling banyak terdapat dalam tumbuhan bahkan lebih banyak jika

dibandingkan dengan jumlah alkaloid yang terkandung. Gejala yang ditimbulkan

bagi manusia apabila terkontaminasi glikosida adalah iritasi pada mulut dan perut

serta diare.

3. Asam oksalat

Kadar asam oksalat pada tumbuhan tergantung dari tempat tumbuh dan

iklim.Kadar asam oksalat paling tinggi ada pada saat akhir musim panas dan

musim gugur. Hal ini disebabkan oleh asam oksalat yang dihasilkan tumbuhan

terakumulasi selama masa tumbuhan produktif pada musim-musim itu. Gejala

yang ditimbulkan bagi manusia apabila terkontaminasi asam oksalat adalah mulut

beserta kerongkongan terasa terbakar, lidah membengkak hingga menyebabkan

kehilangan suara sekitar selama dua hari dan bahkan dapat menyebabkan

kematian jika terkontaminasi terlalu banyak.

4. Resin

Resin dan resinoid termasuk ke dalam kelompok asam polycyclic, fenol,

alkohol dan zat-zat netral lainnya yang mempunyai karakteristik fisis tertentu.

Gejala yang ditimbulkan bagi manusia apabila terkontaminasi resin adalah iritasi

langsung terhadap tubuh atau otot tubuh, gejala muntah-muntah, bengkak dan

(23)

5. Phytotoxin

Phytotoxinadalah protein kompleks terbesar yang dihasilkan oleh bagian

kecil tumbuhan dan memiliki tingkat keracunan yang tinggi. Gejala yang

ditimbulkan bagi manusia apabila terkontaminasi phytotoxin adalah iritasi hingga

menyebabkan luka berdarah dan pembengkakan organ tubuh setelah

terkontaminasi.

6. Tanin

Tanin adalah senyawa polifenol yang bersifat terhidrolisa dan kental.

Senyawa ini telah dikembangkan oleh tanaman sebagai bentuk pertahanan

terhadap serangan eksternal dari predator yang memiliki rasa sangat pahit

ataukelat. Jika terkonsumsi lebih dari 100 mg bisa menghasilkan masalah pada

saluran pencernaan seperti diare, sakit perut, urin bercampur darah, sakit kepala,

kurang nafsu makan dan lain-lain.

7. Saponin

Saponin adalah glikosida tanaman yang ditandai dengan munculnya busa

di permukaan air bila dicampur atau diaduk, yang telah dikenal serta diakui

sebagai sabun alami dan telah menyebabkan beberapa tanaman seperti soapwort

(Saponaria officinalis) umum digunakan sebagai sabun untuk waktu yang lama.

Saponin ketika dikonsumsi dalam jumlah yang lebih besar daripada yang

diizinkan, senyawa ini menjadi tergolong beracun. Gejala yang ditimbulkan bagi

manusia apabila saponin dikonsumsi secara berlebihana dalah dapat menyebabkan

kerusakan pada mukosa pencernaan sehingga menderita muntah-muntah, sakit

(24)

darah, senyawa ini dapat merusak ginjal dan hati serta mempengaruhi sistem saraf

bahkan dapat menghasilkan serangan jantung

8. Polipeptida dan asam amino

Polipeptida dan asam amino hanya sebagian kecil yang bersifat racun.

Gejala yang ditimbulkan bagi manusia apabila terkontaminasi polipeptida

(hypoglycin)adalah akan menyebabkan reaksi hypoglycemic.

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Tahura Bukit Barisan ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Presiden

Republik Indonesia No. 48 Tahun 1988 dengan luas ± 51.600 Ha. Tahura Bukit

Barisan secara geografis terletak pada 0º1’16"-0º19’37" Lintang Utara dan

98º12’16"-98º41’00" Bujur Timur, sedangkan secara administratif termasuk

Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Tanah Karo, Propinsi Sumatera Utara

(Dephut, 2007)

Kawasan Tahura Bukit Barisan memiliki dua buah Gunung yaitu Gunung

Sibayak (2.211 mdpl) dan Gunung Sinabung (2.451 mdpl). Gunung-gunung ini

sering menjadi tantangan bagi para pendaki untuk menaklukkannya. Jika ingin

mendaki gunung-gunung ini, dianjurkan untuk meminta izin lebih dahulu kepada

instansi yang berwenang untuk persiapan segala sesuatu serta sangat diperlukan

adanya pemandu keselamatan (Dephut,2007).

Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson Tahura Bukit Barisan

termasuk ke dalam klasifikasi tipe B dengan curah hujan rata-rata 2.000 mm

sampai dengan 2.500 mm per tahun. Suhu udara minimum 13°C dan maksimum

(25)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai dengan bulan

Oktober 2013. Pengambilan sampel di kawasan Hutan Lindung Simancik II,

Taman Hutan Raya Bukit Barisan, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Analisis

fitokimia dilaksanakan di Laboratorium Kimia Bahan Alam, Fakultas Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara. Pengidentifikasian jenis

tumbuhan beracun dilaksanakan di Laboratorium Taksonomi Tumbuhan,

Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Universitas Sumatera Utara.

Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : alat tulis, beaker

glass, gelas ukur, kalkulator, kamera, kantung plastik, kertas label, kertas saring,

oven, penangas air, pipet tetes, saringan, shaker, spatula, tabung reaksi, dan

timbangan analitik, buku identifikasi tanaman.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : HCl 2 N, HCl

10%, Pereaksi Lieberman-Bouchard, Pereaksi Wagner, Pereaksi Maeyer, Pereaksi

Dragendorff, Pereaksi Salkowsky, Cerium Sulfat 1%, H2SO4 10%, NaOH 10%,

(26)

Prosedur Penelitian

1. Aspek Pengetahuan Lokal

Survei pengetahuan lokal dilakukan untuk mengetahui pengaruh adanya

tumbuhan beracun bagi masyarakat yang diperoleh dari hasil wawancara.

Informan kunci yang dipilih dalam penelitian ini adalah Pemandu Balai Tahura,

pimpinan masyarakat setempat, dan ahli pengobatan tradisional. Data yang

diperoleh dari hasil wawancara bersama informan kunci ahli pengobatan

tradisional disampaikan kepada Pemandu Balai Tahura yang ikut kelapangan

dalam pengambilan sampel.

2. Aspek Keanekaragaman

Pengumpulan data analisis vegetasi tumbuhan beracun menggunakan

metode purposive sampling dengan plot lingkaran berukuran luas 0,05 hektar

(Soetarahardja, 1997).Jumlah plot lingkaran yang di buat adalah 86 plot. Data

yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan rumus:

a. Kerapatan suatu jenis (K)

contoh

b. Kerapatan relatif suatu jenis (KR)

100%

c. Frekuensi suatu jenis (F)

petak

(27)

%

Indeks Nilai Penting (INP) pada tingkat tumbuhan bawah (under stories),

semai (seedling), dan pancang (sapling) dihitung dari nilai kerapatan relatif (KR)

dan frekuensi relatif (FR) :

INP = KR + FR

Keanekaragaman spesies dapat dihitung dengan indeks Shanon atau Shanon

Indeks of General Diversity(H’) dalam analisis komunitas tumbuhan.

RumusIndeks Keanekaragaman Shanon-Wienner atau Shanon Indeks of General

Diversity(H’) :

H’ = - ∑ (ni/N) ln (ni/N)

Keterangan :

H’ = indeks Shannon = indeks keanekaragaman Shannon

Ni = jumlah individu dari suatu jenis i

N = jumlah total individu seluruh jenis

Menurut Indriyanto (2006), besarnya indeks keanekaragaman jenis

menurut Shannon-Wiener didefenisikan sebagai berikut :

a. Nilai H’ > 3 menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu

transek adalah melimpah tinggi

b. Nilai H’ 1 < H’ < 3 menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies

padasuatu transek sedang melimpah

c. Nilai H’ < 1 menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu

(28)

3.Aspek Fitokimia

Aspek fitokimia mengacu kepada pendeteksian kandungan metabolit

sekunder yang berpotensi sebagai biopestisida. Jenis-jenis tumbuhan beracun

dideteksi kandungan senyawanya yang tergolong metabolit sekunder yaitu

senyawa alkaloid, terpen, tanin dan saponin. Prosedur pengujian fitokimia yang

dilakukan berdasarkan Diktat Praktikum Kimia Bahan Alam (Barus et al., 2014)

adalah sebagai berikut:

a. Pengujian Alkaloid

Sampel diiris halus lalu dimasukkan ke dalam beaker glass sebanyak

10 gram.Selanjutnya direndam dengan HCl 2 N dandipanaskan di atas

penangas air selama 2 jam pada suhu 60oC. Hasilnya didinginkan dan

disaring. Filtrat akan diujikan sebagai berikut :

• Filtrat sebanyak 3 tetes

• ditambah dengan 2 tetes pereaksi Maeyer. Jika mengandung

senyawa golongan alkaloid maka akan terbentuk endapan

menggumpal berwarna putih kekuningan.

• Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah dengan 2 tetes pereaksi

Dragendorff.Jika mengandung senyawa golongan alkaloid maka

akan terbentuk endapan berwarna merah bata.

• Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah dengan 2 tetes pereaksi

Bouchardart.Jika mengandung senyawa golongan alkaloid maka

(29)

• Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah dengan 2 tetes pereaksi Wagner.

Jika mengandung senyawa golongan alkaloid maka akan

terbentuk endapan berwarna cokelat

Gambar 1. Skema Pengujian Alkaloid HCl 2 N Sampel (10 gr)

Filtrat (3 tetes) Filtrat (3 tetes) Filtrat (3 tetes)

(30)

b. Pengujian Terpen

Sampel diiris halus lalu dikeringkan dalam oven pada suhu 50oC.

Selanjutnya ditimbang sebanyak 2-3 gram, dimasukkan ke dalam

beaker glass dan diekstraksi dengan 10 mL metanol. Ekstrak

dipanaskan selama 15 menit di atas penangas air kemudian disaring.

Filtrat akan diujikan sebagai berikut :

• Filtrat di totolkan ke plat TLC, kemudian di fiksasi dengan CeSo4

1% dalam H2So4 10%.

• Kemudian plat dipanaskan di hotplate pada temperatur 110oC.

• Bila ada perubahan warna cokelat kemerahan menunjukkan

(31)

Gambar 2. Skema Pengujian Triterpen-Steroid

c. Pengujian Flavonoid

Sampel diiris halus lalu dikeringkan dalam oven pada suhu 50oC.

Selanjutnya ditimbang sebanyak 2-4 gram, dimasukkan ke dalam

beaker glass dan diekstraksi dengan 20 mL metanol.Ekstrak dapat

diekstraksi dalam kondisi panas maupun dingin kemudian disaring.

Filtrat akan diujikan sebagai berikut :

• Filtrat sebanyak 1 tetes ditambah dengan 3 tetes larutan FeCl3

1%.Jika mengandung senyawa golongan tanin maka akan tampak

perubahan warna larutan menjadi warna hitam.

Ekstrak Metanol (10 mL) Sampel (2-3 gram)

Pemanasan (15 menit)

Filtrat Penyaringan

Filtrat di totolkan ke plat TLC Filtrat (1 tetes)

Pereaksi Salkowsky (3 tetes)

Fiksasi denganCeSO4 1% dalam H2SO4

10% (3 tetes)

Larutan merah pekat

Pemanasan 110oC

(32)

• Filtrat sebanyak 1 tetes ditambah dengan 3 tetes larutan NaOH

10%.Jika mengandung senyawa golongan tanin maka akan tampak

perubahan warna larutan menjadi warna ungu kemerahan.

• Filtrat sebanyak 1 tetes ditambah dengan 3 tetes Mg-HCl encer.

Jika mengandung senyawa golongan tanin maka akan tampak

perubahan warna larutan menjadi warna merah jambu.

• Filtrat sebanyak 1 tetes ditambah dengan 3 tetes larutan H2SO4.Jika

mengandung senyawa golongan tanin maka akan tampak

perubahan warna larutan menjadi warna merah intensif

Gambar 3. Skema Pengujian Flavonoid

Sampel (2-4 gram) Ekstrak Metanol (20 mL)

(33)

d. Pengujian Saponin

Sampel diekstraksi dengan alkohol-air di atas penangas air. Ekstrak

dim asukkan ke dalam tabung reaksi lalu dibiarkan hingga suhu

semula. Hasilnya dikocok selama 2-3 menit kemudian busa yang

terbentuk didiamkan selama 1 menit. Selanjutnya dilakukan pengujian

(34)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Aspek Pengetahuan Lokal

Informan kunci yang dipilih dalam penelitian ini adalah ibu Iting Mirsol br

Ginting yang merupakan seorang tabib berumur 97 tahun dari desa Paribun, Kab.

Simalungun.Informan lainnya adalah bapak Sirait yang merupakan pemandu balai

Tahura Bukit Barisan yang ikut kelokasi pengambilan sampel sehingga

mempemudah pengambilan Sampel .

Hasil wawancara dengan Iting Mirsol br Ginting, maka diperoleh beberapa

jenis tanaman yang diduga mengandung racun. Nama lokal tumbuhan beracun

yang diperoleh antara lain adalah Mbetung, Ndulpak, Gujera, Tedek tedek,

Takur-takur, Bedi-bedi, Kalincayo, Silawir buluh, Tabar-tabar dan beberapa jenis

tanaman lainnya yang tidak ditemukan pada saat dieksplorasi.

Ciri-ciri tanaman beracun yang dimaksudkan oleh informan kunci

dijelaskan kepada pemandu Tahura Bukit Barisan sehingga jenis ini dapat dikenali

pada saat eksplorasi. Berdasarkan informasi ini maka tanaman tersebut dijadikan

sampel pada saat pengeksplorasian dilapangan. Tanaman lain yang dicurigai

mengandung racun berdasarkan aroma, warna, ciri fisik dan kandungan getahnya

juga ikut dijadikan sampel untuk selanjutnya diuji di Laboratoratorium Kimia

(35)

Deskripsi Tumbuhan Beracun Yang Di Temukan Di Hutan Lindung Simancik II

1. Tedek-tedek (Euphorbia sp.)

Tumbuhan ini memilki kandungan getah pada daunnya. Tumbuhan ini

hanya ditemukan di daerah terbuka yang mendapat cahaya matahari penuh.

Gambar Tedek-tedek dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Tedek-tedek

Kandungan kimia : Kandungan kimia yang terkandung adalah dari golongan

Flavonoid dan Alkaloid.

Daun : Tata daun alternate, daun tunggal, bangun daun menjari

(palmatipartipus), permukaan daun berbulu sedikit

(scabrous), tepi daun rata (entire), ujung anak daun

membulat (rounded), pertulangan daun menjari

(palminervis) ,

Bunga : Bunga tidak ditemukan saat diidentifikasi.

Biji : Biji tidak ditemukana saat identifkasi, dari tipe perakaran

dan tipe daunnya maka bijinya merupakan biji berkeping

ganda/dikotil.

(36)

2. Takur- takur gara (Nephentes tobaica)

Daun tumbuhan ini memiliki ciri khas yang berupa alat tambahan atau

accsesoria pada bagian ujung daunnya berupa piala atau kantung. Tumbuhan ini

sering digunakan sebagai obat mata oleh masyarakat setempat. Air yang ada

dalam kantungnya diambil dan diteteskan ke mata yang sakit. Ciri Tumbuhan ini

dapat dilihat pada gambar 5.

Gambar 5. Takur-takur gara

Kandungan kimia : Kandungan kimia yang terkandung pada tumbuhan ini

adalah golongan Flavonoid dan Saponin.

Daun : Tata daun alternate, bangun daun lanset (lanseolatus),

daun tunggal, pangkal daun duduk (sessile), tepi daun

rata (entire), ujung daun berpiala, permukaan daun licin

(laevis),pertulangan daun sejajar (recctinervis), pialanya

berwana coklat kemerahan dengan sedikit warna

kekuningan dibagian mulu kantung dengan ukuran

tinggi 7-9 cm

Bunga : Bunga tidak ditemukan saat identifikasi.

Biji : Biji tidak ditemukan saat identifikasi.

(37)

3. Ndulpak (Endospermum diadenum Miq.)

Tumbuhan ini digunakan masyarakat sebagai obat bisul dan kudis. Bagian

daun dari tanaman ini diambil dan ditumbuk halus dan dioleskan di sekeliling

bisul dan kudis. Ciri daun yang berbentuk mirip hati menjadi ciri tumbuhan ini

dapat dilihat pada gambar 6.

Gambar 6. Ndulpak

Kandungan kimia : Kandungan kimia yang terkandung dalam tumbuhan ini

adalah golongan Alkaloid dan Saponin.

Daun : Tata daun alternate, daun tunggal, bangun daun delta

(deltoideus), pangkal daun rompang (truncatus), tepi

daun rata (entire), ujung daun meruncing (acuminatus),

permukaan daun licin (laevis), pertulangan daun

menyirip(penninervis).

Bunga : Bunga tidak ditemukan saat diidentifikasi.

Biji : Biji tidak ditemukan saat diidentifikasi. Berdasarkan tipe

daun dan tipe akar maka jenis bijinya merupakan biji

berkeping dua/dikotil.

Akar : Tipe perakaran tumbuhan ini adalah tipe perakaran

(38)

4. Sukul-sukul (Macaranga depressa Mull.Arg.)

Tumbuhan ini berasal dari keluarga macaranga. Tumbuhan ini dapat tumbuh

dengan tinggi hingga 4 m. Bentuk daun menjari tiga dan warna pucuknya yang

kemerahan menjadi ciri khasnya dapat dilihat dalam gambar 7.

Gambar 7. Sukul-sukul

Kandungan kimia : Kandungan kimia yang terkandung dalam tumbuhan ini

adalah golongan Flavonoid, Alkaloid dan Saponin.

Daun : Tata daun alternate, daun tunggal, pangkal daun

membulat (oblique), tepi daun bergerigi (palmatifid),

ujung daun runcing(acutus), permukaan daun licin

(laevis), pertulangan daun menjari (Palmately netted).

Bunga : Bunga tidak ditemukan saat diidentifikasi.

Biji : Biji tanaman tidak ditemukan pada saat identifikasi. Dari

bentuk daun dan tipe perakaran maka tipe biji tumbuhan

ini merupakan tipe biji berkeping dua/dikotil.

Bunga : Bunga tidak ditemukan pada saat identifikasi.

(39)

5. Mbetung (Ficus grossularioides Burm.f.)

Tumbuhan ini merupakan pohon yang dapat tumbuh hingga ketinggian

10 m. Pohon ini memiliki getah dan pada bagian kuncupnya memiliki stipulate

yang berfungsi melindungi pucuk muda.Daunnya sering dimanfaatkan masyarakat

setempat sebagai pembungkus tapai dan kulitnya juga digunakan sebagai obat

sakit perut. Gambar Mbetung dapat dilihat dalam gambar 8.

8

Gambar 8. Mbetung

Kandungan kimia : Kandungan kimi yang terkandung dalam Tumbuhan ini

adalah golongan Flavonoid, Terpen, Alkaloid dan,

Saponin.

Daun : Tata daun alternate, daun tunggal,bangun daun oval

(ovali), pangkal daun berlekuk (emargintus), pinggir

daun bergerigi halus (serratus),ujung daun meruncing

(40)

(opacus),pertulangan daun menyirip (penninervis),bagian

bawah daun berwarna putih keperakan.

Bunga : Bunga tidak ditemukan pada saat identifikasi.

Biji : Biji tumbuhan ini tidak ditemukan pada saat

diidentifikasi. Dari jenis daun dan perakarannya maka

tipe biji tumbuhan ini merupakan tipe biji berkeping

dua/dikotil.

Akar : Tipe perakaran tumbuhan ini merupakan tipe perakaran

tunggang

6. Uak-uak (Ficus sp.)

Tumbuhan ini memiliki ciri khas dengan pucuk daun berwarna coklat

kemerahan. Pucuk ini kemudian berangsur berubah menjadi hijau, dapat dilihat

dalam gambar 9.

(41)

Kandungan kimia : Kandungan kimia yang terkandung dalam tumbuhan ini

adalah golongan Alkaloid.

Daun : Tata daun alternate, daun tunggal, bangun daun lanset

(lanseolatus), pangkal daun runcing (acuminatus), tepi

daun beringgit (Crenatus), ujung daun mengekor

(caudatus), permukaan daun gunndul (glaber),

pertulangan daun menyirip (penninervis). Warna daun

muda kuning kemerahan dan berangsur berubah menjadi

warna hijau.

Bunga : Bunga tidak ditemukan pada saat identifikasi.

Biji : Biji tidak ditemukan pada saat identifikasi. Dari tipe

daun dan tipe perakaran maka tipe biji tumbuhan ini

adalah tipe biji berkeping dua/dikotil.

Akar : Tipe perakaran tumbuhan ini adalah tipe perakaran

tunggang.

7. Silawir buluh (Scheflera sp.)

Tumbuhan ini merupakan tumbuhan perdu yang dapat tumbuh hingga

hingga 2,5 meter memiliki aroma mint yang menyengat. Tumbuhan ini sering

digunakan penduduk setempat sebagai campuran kuning atau obat param. Daun

tumbuhan ini bergerigi halus pada bagian pinggirnya dengan jumlah anak daun 5

hingga 7 anak daun. Batang tumbuhan ini juga terlihat berbuku-buku. Gambar

(42)

Gambar 10. Silawir buluh

Kandungan kimia : Kandungan kimia yang terkandung dalam tumbuhan ini

adalah golongan Terpen, Alkaloid dan golongan

Saponin.

Daun : Tata daun alternate, daun majemuk menjari (palmatus),

anak daun memiliki jumlah yang bervariasi anatara lima

dan tujuh, bangun daun bulat memanjang (oblongus),

ujung daun meruncing (aristate), pangkal daun

membulat (oblique), pinggir daun begerigi halus

(serratus), permukaan daun gundul (glaber), pertulangan

daun menyirip (penninervis).

Bunga : Bunga tidak ditemukan pada saat diidentifikasi

Biji : Biji tidak ditemukan pada saat identifikasi. Berdasarkan

tipe daun dan tipe perakaran maka tipe biji tumbuhan ini

(43)

Akar : Tipe perakaran tumbuhan ini merupakan tipe perakaran

tunggang.

8. Rancang daluna (Rubia sp.)

Tumbuhan ini merupakan tumbuhan bawah. Memiliki batang yang

berbuku-buku dan buah terdapat pada ujung batang. Daun juga bergerigi pada

bagian pinggirnya, dapat dilihat pada gambar 11.

Gambar 11. Rancang daluna

Kandungan kimia : Kandungan kimia tumbuhan ini adalah kandungan kimia

dari golongan Flavonoid, Terpen, Alkaloid dan Saponin.

Daun : Tata daun decusate, daun tunggal, bangun daun lanset

(lanseolatus), pangkal daun meruncing (acutus), tepi

daun bergerigi kasar (serraatus). ujung daun meruncing

(acutus), permukaan daun gundul (glaber) pertulangan

(44)

Biji : Tipe biji tumbuhan ini merupakan tipe biji berkeping

dua.

Bunga : Bunga tidak ditemukan pada saat diidentifikasi.

Akar : Tipe perakarannya adalah tipe perakaran tunggang.

9. Ingul kerangen (Smecarpus sp.)

Penamaan tumbuhan ini oleh masayarakat setempat mirip dengan suren

yang nama lokalnya adalah ingul. Tumbuhan ini memiliki bentuk dan warna daun

yang mirip dengan pohon suren dapat dilihat pada gambar 12.

Gambar 12. Ingul kerangen

Kandungan kimia : Kandungan kimia tumbuhan ini adalah kandungan kimia

yang berasal dari golongan Terpen dan Flavonoid.

Daun : Tata daun alternate, daun tunggal, bangun daun lanset

(lanseolatus), pangkal daun duduk (sessile), tepi daun

(45)

(acuminatus),permukaan daun licin (laevis), pertulangan

daun menyirip (penninervis).

Bunga : Bunga tidak ditemukan pada saat diidentifikasi.

Biji : Biji tidak ditemukan pada saat identifikasi. Dari Tipe

daun dan tipe perakaran maka tipe biji merupakan tipe

biji berkeping dua/dikotil.

Akar : Tipe perakaran tumbuhan ini adalah tipe perkaran

tunggang.

10. Takur-takur ratah (Nephenthes reinwardtiana)

Tumbuhan ini sering digunakan sebagai obat mata oleh masyarakat

setempat. Air didalam kantung di teteskan ke mata yang sakit. Daun tumbuhan ini

memiliki ciri khas yang berupa alat tambahan atau accsesoria pada bagian ujung

daunnya berupa piala atau kantung, dapat dilihat pada gambar 13.

(46)

Kandungan kimia : Kandungan kimia yang terkandung pada tumbuhan ini

adalah golongan Flavonoid dan Saponin.

Daun : Tata daun alternate, bangun daun lanset (lanseolatus),

daun tunggal, pangkal daun duduk (sessile), tepi daun

rata (entire), ujung daun berpiala, permukaan daun licin

(laevis), pertulangan daun sejajar (recctinervis),

pialanya berwana hijau dengan sedikit warna kecoklatan

dengan ukuran tinggi 4-6 cm.

Bunga : Bunga tidak ditemukan saat identifikasi.

Biji : Biji tidak ditemukan saat identifikasi. Berdasarkan tipe

daun dan tipe akar, biji tumbuhan ini merupakan tipe biji

berkeping tunggal/monokotil.

Akar : Tipe perakarannya merupakann akar serabut.

11. Gujera (Mahonia aquifolium)

Tumbuhan ini merupakan jenis tumbuhan bawah yang dapat tumbuh 1

hingga 2 meter. Tumbuhan ini memiliki duri pada bagian pinggir daunnya, dapat

dilihat pada gambar 14.

(47)

Kandungan kimia : Kandungan kimia yang terkandung adalah golongan Terpen

dan Saponin.

Daun : Tata daun oposite, daun majemuk menyirip gasal

(imparipinatus), pangkal anak daun menempel/duduk pada

tangkai daun (sessilis),tepi daun berduri(spinose), ujung

daun meruncing berduri (spinose), bagian permukaan daun

mengkilat (nitidus), daun bertulang menyirip.

Bunga : Bunga tidak ditemukan saat diidentifikasi.

Biji : Biji tidak ditemukan saat diidentifikasi, berdasarkan tipe

daun dan tipe akar yang merupakan akar tunggang maka

tumbuhan ini termasuk biji berkeping ganda atau dikotil.

Akar : Tipe perakaran tunggang.

12. Tabar-tabar (Pseuderanthemum sp.)

(48)

Kandungan kimia : Kandungan kimia tumbuhan ini adalah senyawa kimia

yang dari golongan Terpen, Alkaloid dan Saponin.

Daun : Tata daun alternate, daun tunggal, bangun daun

membulat (ovatus), pangkal daun membulat

(rotundatus), pingir daun rata (entire), ujung daun

meruncing (acuminatus), permukaan daun gundul

(glaber), pertulangan daun menyirip (penninervis).

Bunga : Letak bunga pada ujung (flos terminalis), berbunga

banyak (multiflora), bunga majemuk, warna bunga

merah jambu.

Biji : Biji tidak ditemukan pada saat diidentifikasi

Akar : Tipe perakaran tumbuhan ini adalah tipe perakaran

tunggang.

13. Sanggubuh (Licania splendens Korth.)

Tumbuhan ini merupakan jenis pohon yang tumbuh pada daerah yang

tinggi pada lokasi penelitian. Buahnya berwarna kuning kemerahan dan

berangsur-angsur berubah menjadi warna hitam dapat dilihat pada gambar 16.

(49)

Kandungan kimia : Kandungan kimia yang terkandung pada tumbuhan ini

adalah golongan Flavonoid, Terpen dan Saponin.

Daun : Tata daun alternate , daun tunggal, bangun daun lanset

(lanseolatus), pangkal daun merruncing (acutus),

pinggir daun beringgit (crenatus), ujung daun runcing

(acutus), permukaan daun berlapis lilin (pruinosus),

pertulangan daun menyirip (penninervis).

Bunga : Bunga tidak ditemukan saat diidentifikasi.

Biji : Tipe biji tumbuhan ini adalah tipe biji berkeping

dua/dikotil.

Akar : Tipe perakaran tunggang.

14. Kalincayo (Angelesia splendens Korth.)

Tumbuhan ini memiliki aroma khas mirip aroma minyak angin. Tumbuhan

ini sering digunakan masyarakat sebagi campuran kuning atau obat luar param

dan juga digunakan sebagaicampuran minyak urut tradisional tumbuhan ini

memiliki buah berwarna hijau kemerahan, dapat dilihat pada gambar 17.

Gambar 17. Kalincayo

Kandungan kimia : Kandungan kimia yang terkandung adalah senyawa

(50)

Daun : Tata daun alternate, berdaun tunggal, bentuk daun bulat

telur (ovali), ujung daun runcing (acutus), pangkal daun

membulat (rounded/cordate), tepi daun rata (entire),

permukaan daun gundul (glaber), pertulangan daun

menyirp (penninervis).

Bunga : Tidak ada bunga yang ditemukan saat diidentifikasi.

Biji : Tergolong grup tumbuhan biji berkeping dua/dikotil.

Akar : Tipe perakaran tunggang.

15. Bedi-bedi (Callicarpa dichotoma)

Masyarakat setempat menyebut tumbuhan ini dengan nama bedi-bedi,

dapat tumbuh pada daerah dengan kelembaban sedang dan basah memiliki ciri

buah berwarna ungu. Tumbuhan ini dapat tumbuh dengan ketinggian 1 hingga 2

meter.Buah dari tumbuhan ini juga sering dijadikan makanan oleh burung. Buah

tumbuh dari ketiak daun baru, buah biasanya berada di sepanjang dahan di

setiapketiak daun baru pada tumbuhan yang sudah dewas, dapat dilihat pada

gambar 18.

Gambar 18. Bedi-bedi

Kandungan kimia : Kandungan kimia tanaman ini berasal dari golongan

(51)

Daun : Tata daun oposite, daun majemuk, bangun daun

lanset(lanseolatus), pangkal daun duduk (sessile),

pinggir daun berberigi (serrastus), ujung daun sungut

(aristatus), permukaan daun berbulu halus (villosus),

pertulangan daun menyirip (penninervis),

Bunga : Bunga tidak ditemukan saat diidentifikasi.

Biji : Tipe biji tumbuhan ini merupakan tipe biji berkeping

ganda/dikotil.

Akar : Tipe perakarannya merupakan tipe perakaran tunggang

16. Silantam ruhi (Dysoxylum rugulosum King.)

Tumbuhan ini dapat tumbuh hingga ketinggian 18 m dengan diameter 39

cm dbh. Tumbuh hingga ketinggian 2200 mdpl. Tumbuhan ini juga dapat tumbuh

pada lereng bukit dan pegunungan dan juga pada sekitar daerah aliran sungai.

Dapat tumbuh pada tanah berpasir dan juga tanah berliat. Tumbuhan ini

ditemukan di daerah Peninsular Malaysia, Sumatera dan Kalimantan. Gambar

tumbuhan ini dapat dilihat pada gambar 19.

(52)

Kandungan kimia : Kandungan kimia yang terkandung dalamn tumbuhan ini

adalah golongan Terpen, Alkaloid dan Saponin

Daun : Tata daun alternate, daun tunggal, bangun daun oval

(ovali), pangkal daun runcing (acutus), ujung daun

meruncing (acumiatus) dan pinggir daun rata

(entire).Pertulangan daun menyirip (penninervis).

Bunga : Letak bunga pada ketiak daun (flos lateris),bunga

majemuk, berbunga banyak (multiflora), warna bunga

merah muda.

Biji : Biji tumbuhan ini merupakan tipe biji berkeping

dua/dikotil

Akar : Tipe perakaran tumbuhan ini merupakan tipe perakaran

tunggang.

17. Cep-cepen (Saurauia maderensis B.T Keller dan D.E.Breedlove)

Tumbuhan ini merupakan tumbuhan yang buahnya sering dimakan oleh

masyarakat. Lendir pada kambiumnya digunakan oleh masyarakat setempat

sebagai obat anti belatung pada luka di bagian tubuh manusia atau hewan.

Gambar tumbuhan ini dapat dilihat pada gambar 20.

(53)

Kandungan kimia : Kandungan kimia yang terkadung dalam tumbuhan ini

adalah golongan Terpen dan Alkaloid.

Daun : Tata daun alternate, daun tunggal, bangun daun oval

(ovalis), pangkal daun membulat (rotundatus), tepi daun

bergerigi halus (serratus), ujung daun meruncing

(mucronatus),permukaan daun berbulu halus (pilosus),

pertulangan daun menyirip (penninervis), daun

muda/pucuk berwarna merah.

Bunga : Bunga tidak ditemukan pada saat identifikasi.

Biji : Biji tidak ditemukan pada saat identifikasi. Dari tipe akar

dan tipe daun maka tipe biji tumbuhan ini adalah biji

berkeping dua.

(54)

Tingkat Keanekaragaman Tumbuhan Beracun di Hutan Lindung Simancik II

Tumbuhan beracun yang ditemukan di Hutan Simancik II ada tujuh belas

jenis tumbuhan. Data analisis tumbuhan beracun dapat ditunjukkan dalam tabel 2.

Tabel 2. Hasil analisis vegetasi tumbuhan beracun (tumbuhan bawah) di Hutan Lindung Simancik II

Tabel 3. Hasil analisis vegetasi tumbuhan beracun (semai pohon) di Hutan Lindung Simancik II

Jenis Kalincayo merupakan jenis dengan nilai KR yang paling tinggi dari

golongan tumbuhan bawah yaitu 32,08% ditunjukkan pada tabel 2 dan jenis

Cep-cepen dari golongan semai pohon yaitu 33,08% pada tabel 3.Nilai ini

menunjukkan bahwa jenis Kalincayo dan Cep-cepen banyak tumbuh di Hutan

Lindung Simancik II. Sedangkan nilai KR terendah adalah pada jenis Takur-takur

gara dengan nilai sebesar 0,41% dari golongan tumbuhan bawah dan jenis

(55)

disebabkan oleh kondisi hutan yang memiliki beragam kondisi lingkungan dan

kemampuan beradaptasi tumbuhan. Sehingga jenis-jenis tertentu yang mampu

beradaptasi cenderung banyak tumbuh. Sebagian tumbuhan dapat berhasil tumbuh

dalam kondisi lingkungan yang beraneka ragam sehingga tumbuhan tersebut

cenderung tersebar luas (Loveless,1989).

Frekuensi relatif (FR)yang paling tinggi terdapat pada jenis Ndulpak yaitu

17,84% dari golongan tumbuha bawah dan jenis Mbetung yaitu 32,63 dari

golongan semai pohon yang menjukkan bahwa jenis ini adalah jenis yang

penyebarannya paling luas. Frekuensi jenis ndulpak terdapat banyak pada petak

contoh yaitu terdapat pada 28 petak contoh. Sedangkan frekuensi relatif yang

paling kecil terdapat pada jenis Takur-takur gara yaitu sebesar 2,16% dan hanya

terdapat pada 3 petak contoh. Nilai ini menunjukkan bahwa jenis Takur-takur gara

hanya tumbuh sedikit pada lokasi penelitian.Frekuensi kehadiran sering

dinyatakan dengan konstansi. Suin (2002) menyatakan bahwa konstansi atau

frekuensi kehadiran organisme dapat dikelompokkan atas empat kelompok yaitu

jenis aksidental (frekuensi 0-25%), jenis aksesori (25- 50%), jenis konstan

(50-75%), dan jenis absolut (di atas 75%). Data dalam tabel 2 menunjukkan bahwa 16

jenis tumbuhan beracun yang ditemukan pada di Hutan Lindung SimancikII

tergolong ke dalam kategori jenis aksidental dan satu jenis yaitu jenis Mbetung

termasuk kedalam jenis aksesori yaitu 32,63%. Jenis tumbuhan ini hanya

menyebar terbatas pada daerah daerah tempat tumbuhnya.

Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi yang ditunjukkan pada tabel 2 adalah

jenis Kalincayo yaitu 45,06 dan pada tabel 3 jenis Mbetung 61,38. Besarnya nilai

(56)

komunitasnya. Jenis Kalincayo dan Mbetung yang memiliki INP paling tinggi

menunjukkan bahwa jenis ini berperan penting dalam komunitasnya.

Indeks Keanekaragaman Shannon-Winner (H`) menurut Indriyanto (2006)

tumbuhan beracun di Hutan Lindung Simancik II yang ditunjukkan pada tabel 2

adalah sebesar 1,97 dan pada tabel 3 sebesar1,39. Nilai ini menujukkan bahwa

keragaman tumbuhan beracun pada transek sedang melimpah dimana Indeks

keanekaragaman Shanon-Wiener (H’) dengan H’ lebih besar dari 1dan lebih kecil

dari 3 menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu transek sedang

melimpah.

Pengujian Fitokimia Tumbuhan Beracun di Hutan Lindung Sibayak I

Kandungan senyawa metabolit sekunder yang diuji pada tumbuhan

sebagai indikator adanya racun di dalam tubuh tumbuhan ada 4 golongan yang

umum diuji yaitu senyawa tanin, terpen, alkaloid dan saponin. Data hasil

(57)

Tabel4. Data Hasil Uji Fitokimia Tumbuhan Beracun di Hutan Lindung Simancik II

Jenis Tumbuhan

Fenolik/ Flavonoid/Tanin

Terpen/Steroid Alkaloid Saponin

FeCl3 CeSo4 Bouchardad Wagner Meyer Dragendrof

Tedek-tedek +++ - ++ - - - -

Bouchardart : KI + Aquadest + Iodium Wagner : KI + Aquadest + Iodium Maeyer : HgCl

2+ Aquadest + KI Dragendorff : BiNO

3 + HNO3 + KI + Aquades

+ : Cukup reaktif terhadap pereaksi +++ : Reaktif terhadap pereaksi

+++++ : Sangat reaktif terhadap pereaksi

- : Bereaksi negatif terhadap pereaksi (tidak mengandung senyawa metabolit sekunder)

(58)

Aktivitas Tanin dan Flavonoid

Tanin merupakan senyawa aktif metabolit sekunder yang diketahui

mempunyai beberapa khasiat yaitu sebagai astringen, anti diare, anti bakteri, dan

anti oksidan. Tanin merupakan komponen zat organik yang sangat kompleks,

terdiri dari senyawa fenolik yang sukar dipisahkan dan sukar mengkristal,

mengendapkan protein dari larutannya dan bersenyawa dengan protein tersebut

(Desmiaty et al., 2008)

Senyawa Tanin dan Flavonoid adalah senyawa turunan fenolik. Struktur

senyawa fenolik salah satu gugus pembentuknya adalah senyawa Tanin atau

Flavonoid. Fungsi aktivitas senyawa Tanin menurut Goldstein dan Swain (1965)

adalah sebagai penghambat enzim hama. Fungsi aktivitas senyawa Flavonoid

adalah sebagai antimikroba (Leo et al, 2004), antibakteri (Schütz et al, 1995) dan

antifungi (Tahara et al., 1994).

Pengujian Tanin dan Flavonoid menggunakan pereaksi FeCl

3. Kandungan

Tanin yang terkandung dalam tumbuhan bereaksi dengan FeCl

3ditandai dengan

munculnya perubahan warna menjadi hitam. Berdasarkan dari data hasil

pengujian pada tabel4, Tumbuhan Tedek-tedek, Takur takur, Sukul-sukul,

Mbetung, Rancang daluna, Ingul kerangen, Takur-takur ratah, Sanggubuh,

Kalincayo, dan Bedi-bedi mengandung Tanin karena pada saat direaksikan

berubah menjadi hitam. Tumbuhan yang mengandung Tanin paling tinggi adalah

jenis Takur-takur ratah dan Kalincayo, dan kandungan Tanin paling rendah adalah

jenis Sukul-sukul. Sampel yang mengandung senyawa golongan Tanin merupakan

(59)

Aktivitas Terpen

Terpen adalah suatu golongan hidrokarbon yang banyak dihasilkan oleh

tumbuhan dan terutama terkandung pada getah serta vakuola selnya. Modifikasi

dari senyawa golongan Terpen, yaitu terpenoid, merupakan metabolit sekunder

tumbuhan. Selain telah ditemukannya kamper melalui peneltian mengenai Terpen,

telah banyak juga ditemukan bahan aktif ideal sebagai pestisida alami. Fungsi

aktivitas senyawa Terpen adalah sebagai antibakteri (Wang et al., 1997), antivirus

(Nakatani et al., 2002), pestisida dan insektisida (Ragasa et al., 1997; Siddiqui et

al., 2002).

Pereaksi yang digunakan dalam pengujian Terpen adalah

Lieberman-Bouchard dan CeSO

4. Kandungan Terpen pada tumbuhan ditandai dengan

munculnya warna cokelat kemerahan saat sampel tanaman direaksikan dengan

senyawa pereaksi CeSO

4. Berdasarkan dari data hasil pengujian pada tabel 4,

tumbuhan yang mengandung Terpen adalah Kalincayo, Bedi-bedi, Sanggubuh,

Silantam ruhi, Gujera, Rancang daluna, Ingul kerangen, Mbetung, Cep-cepen, dan

Mbetung. Jenis-jenis tubuhan ini berpotensisebagai biopestisida karena senyawa

tanin yang dikandungnya.

Aktivitas Alkaloid

Alkaloid adalah sebuah golongan senyawa basa bernitrogen yang

kebanyakan heterosiklik dan banyak terdapat pada tumbuhan. Fungsi Alkaloid

yang dikenal sebagian besar terkait pada sistem perlindungan, misalnya senyawa

aporphine alkaloid liriodenine dihasilkan oleh pohon tulip untuk melindunginya

dari serangan jamur parasit dan senyawa Alkaloid lainnya pada tumbuhan tertentu

(60)

senyawa Alkaloid menurut Atta-ur-Rahman et al (1997) adalah sebagai

antibakteri dan antifungi.Pereaksi dalam pengujian alkaloid adalah Bouchardart,

Wagner, Maeyer dan Dragendorff. Uji skrining menunjukkan adanya kandungan

Alkaloid ditandai dengan munculnya endapan berwarna coklat saat sampel

tanaman direaksikan dengan senyawa pereaksi Bouchard serta Wagner, endapan

berwarna putih saat sampel tanaman direaksikan dengan senyawa pereaksi

Maeyer dan endapan berwarna merah bata saat sampel tanaman direaksikan

dengan senyawa pereaksi Dragendorff. Berdasarkan dari data hasil pengujian pada

tabel 4, tumbuhan jenis Tedek-tedek, Ndulpak, Silawir buluh, Rancang daluna,

Sanggubuh, Silantam ruhi, dan Cep-cepen bereaksi dengan pereaksi Bouchardat.

Tanaman jenis mbetung dan Ingul kerangen bereaksi dengan pereaksi Bouchardart

dan pereaksi Dragendrof. Tumbuhan jenis Tabar-tabar bereaksi dengan pereaksi

Dragendrof. Tanaman jenis Sukul-sukul bereaksi dengan pereaksi Wagner. Jenis

tanam tersebut semuanya mengandung senyawa Alkaloid dengan konsentrasi

yang berbeda. Jenis tanaman yang mengandung golongan Alkaloid merupakan

jenis-jenis yang berpotensi sebagai insektisida ataupun fungisida.

Aktivitas Saponin

Saponin adalah sebuah kelas senyawa kimia, salah satu dari banyak

metabolit sekunder yang dapat ditemukan di sumber-sumber alam, ditemukan

berlimpah dalam berbagai jenis tumbuhan. Senyawa ini bersifat amfipatik,

disusun oleh satu atau lebih gugus glikosida hidrofilik yang dikombinasikan

dengan turunan triterpen lipofilik dan menghasilkan buih saat diguncang dalam

larutan air. Saponin yang umumnya larut dalam air beracun bagi ikan dan

(61)

senyawa Saponin. Hostettmann dan Marston (1995) mengatakan bahwa fungsi

aktivitas senyawa Saponin adalah sebagai antimikroba, fungisida, antibakteri,

antivirus, piscisida, molluscisida dan insektisida.

Pereaksi dalam pengujian saponin adalah HCl 10%. Uji skrining

menunjukkan adanya kandungan Saponin ditandai dengan munculnya buih

permanen saat sampel tanaman dicampur dan diguncangkan bersama dengan

senyawa pereaksi. Berdasarkan dari data hasil pengujian pada tabel 4, tumbuhan

jenis Takur-takur gara, Sukul-sukul, Mbetung, Silawir buluh, Rancang daluna,

Ingul kerangen, Gujera, Tabar-tabar, Sanggubuh, Kalincayo, dan Silantam

ruhimengandung senyawa golongan Saponin maka semua jenis ini berpotensi

sebagai pestisida.

Manfaat Potensial Tumbuhan Beracun di Hutan Lindung Simancik II

Data hasil pengujian pada tabel 4 menunjukkan bahwa semua jenis

tanaman racun yang ditemukan di Hutan Lindung Simancik II berpotensi sebagai

pestisida, insektisida ataupun fungisida tetapi belum dapat ditentukan sasaran

hama secara spesifik.Kandungan metabolit sekunder tumbuhan beracun dengan

konsentrasi atau kadar yang tinggi serta kandungan metabolit sekunder yang lebih

lengkap memiliki potensi yang lebih besar dibanding dengan tumbuhan beracun

dengan kadar metabolit skunder yang rendah serta kandungan metabolit yang

tidak lengkap.

Kandungan metabolit sekunder yang kompleks dan kadar yang tinggi

terdapat pada tumbuhan jenis Sanggubuh, Rancang daluna dan Ingul kerangen.

Jenis Sukul-sukul juga memiliki kandungan metabolit skunder yang kompleks

Gambar

Tabel 1. Contoh Racun yang Terkandung pada Tanaman dan Fungsinya
Gambar 1. Skema Pengujian Alkaloid
Gambar 2. Skema Pengujian Triterpen-Steroid
Gambar 3. Skema Pengujian Flavonoid
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jenis tumbuhan beracun yang dominan pada ketinggian 1300 mdpl adalah Mussaenda glabra Vahl, pada ketinggian 1400 mdpl adalah Eupatorium odaratum L, pada ketinggian 1500

Manfaat dari penelitian ini adalah agar nantinya jenis tanaman beracun dapat diketahui dan kandungan senyawa racun alami pada tumbuhan beracun tersebut dapat dimanfaatkan

Kandungan Metabolit Sekunder pada Jamur Beracun di Hutan Taman Wisata Alam Sicike Cike melalui Uji Metabolit Sekunder

fitokimia jamur beracun yang terdapat di Hutan Pendidikan Gunung Barus. Mengetahui potensi budidaya jamur beracun yang terdapat di

Hasil penelitian menunjukan terdapat 9 jenis tumbuhan beracun yang di temukan yaitu Apus Tutung ( Clidemia hirta), Modang lalisiak ( Ficus sinuata Thunb), Sitanggis )

Manfaat penelitian ini adalah memberikan informasi dan pengetahuan tentang jenis-jenis tumbuhan beracun dan pemanfaatan tumbuhan beracun bagi masyarakat dan

Ringgu merupakan jenis tumbuhan bawah yang ditemukan pada ketinggian kurang dari 1100 Mdpl. Merupakan family dari Araceae. Kandungan metabolit sekunder yang teridentifikasi

Jenis tumbuhan beracun yang dominan pada ketinggian 1300 mdpl adalah Mussaenda glabra Vahl, pada ketinggian 1400 mdpl adalah Eupatorium odaratum L, pada ketinggian 1500