IDENTIFIKASI DAN PEMETAAN PENYEBARAN
TUMBUHAN BERACUN DI HUTAN LINDUNG SIBAYAK II
TAHURA BUKIT BARISAN, KABUPATEN KARO
SKRIPSI
Oleh :
Ida Lestari Nainggolan 091201086/ Manajemen Hutan
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi : Identifikasi Jenis dan Pemetaan Penyebaran Tumbuhan Beracun di Hutan Lindung Sibayak II TAHURA Bukit Barisan, Kabupaten Karo.
Nama : Ida Lestari Nainggolan
NIM : 091201086
Program Studi : Kehutanan/ Manajemen Hutan
Disetujui Oleh,
Komisi Pembimbing,
Yunus Afifuddin S.Hut M.Si Ridwanti Batubara S.Hut M.P.
Ketua Anggota
Mengetahui,
Siti Latifah, S.Hut, M.Si, Ph.D
ABSTRAK
IDA LESTARI NAINGGOLAN : Identifikasi Jenis dan Pemetaan Penyebaran Tumbuhan Beracun di Hutan Lindung Sibayak II TAHURA Bukit Barisan, Kabupaten Karo, di bawah bimbingan YUNUS AFIFUDDIN dan RIDWANTI BATUBARA.
Tumbuhan beracun adalah tumbuhan yang dapat menyebabkan rasa sakit, mabuk/kematian jika dimakan/diminum/menyentuh bagian-bagian tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi, memetakan dan menganalisis sebaran jenis tumbuhan beracun yang ada di Hutan Lindung Sibayak II, Taman Hutan Raya Bukit Barisan, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni- Juli 2013. Lokasi penelitian dibagi menjadi 5 kategori ketinggian yaitu 1300 mpdl, 1400 mdpl, 1500 mdpl, 1600 mdpl, dan 1700 mdpl. Pada setiap ketinggian dilakukan analisis vegetasi dengan metode analisis strip sampling (jalur berpetak) dengan jumlah petak contoh adalah 793 petak. Deskripsi tumbuhan beracun ini diperoleh dengan cara mengidentifikasi morfologi dari tumbuhan beracun tersebut seperti daun, biji, bunga, buah dan akar. Kegiatan identifikasi dilakukan dengan pengamatan langsung di lapangan kemudian dilanjutkan dengan pemberian nama tumbuhan beracun dengan taksonomi tumbuhan.
Hasil identifikasi tumbuhan beracun yang ditemukan di Hutan Lindung Sibayak II ada 27 jenis tumbuhan beracun yang tersebar di wilayah tersebut. Jenis tumbuhan beracun tersebar di ketinggian 1300- 1700 mdpl dengan indeks keanekaragaman yang berbeda. Jenis tumbuhan beracun yang dominan pada ketinggian 1300 mdpl adalah Mussaenda glabra Vahl, pada ketinggian 1400 mdpl adalah Eupatorium odaratum L, pada ketinggian 1500 mdpl adalah Angelesia splendens Kort, pada ketinggian 1600 mdpl adalah Mussaenda glabra Vahl, pada ketinggian 1700 mdpl adalah Mussaenda glabra Vahl. Dari hasil penelitian diketahui bahwa tumbuhan beracun umumnya tersebar secara berkelompok dan seragam.
ABSTRACT
IDA LESTARI NAINGGOLAN: Identification and Mapping Distribution of Poisonous Plants in Protected Forest Sibayak II Tahura Bukit Barisan , Karo District , under the supervised of YUNUS Afifuddin and RIDWANTI BATUBARA .
Poisonous plants are plants that can cause pain , drunk / death if eaten / drunk / touching certain parts . This study aims to identify, map and analyze the distribution of poisonous plant species that exist in the Protected Forest Sibayak II Tahura Bukit Barisan , Karo District , North Sumatra . This study was conducted in June-July 2013. Study site is divided into 5 categories namely 1300 mpdl altitude , 1400 meters above sea level , 1500 meters above sea level , 1600 meters above sea level , and 1700 meters above sea level . At each altitude vegetation analysis with sampling analysis method strip ( checkered line ) is the number of sample plots 793 plots . Description of this poisonous plant is obtained by identifying the morphology of the poisonous plants such as leaves , seeds , flowers , fruits and roots . The identification is done by direct observation in the field followed by the naming of plants poisonous to plant taxonomy .
Results identification of poisonous plants found in the Protected Forest Sibayak II there are 27 types of poisonous plants spread across the region . Poisonous plants species dispersed at altitude 1300 - 1700 meters above sea level with different diversity indices . The dominant type of poisonous plants on the height of 1300 meters above sea level is Mussaenda glabra Vahl , at an altitude of 1400 meters above sea level is Eupatorium odaratum L , at an altitude of 1500 meters above sea level is Angelesia splendens Korth , at an altitude of 1600 meters above sea level is Mussaenda glabra Vahl , at an altitude of 1700 meters above sea level is Mussaenda glabra Vahl . The survey results revealed that the poisonous plants in groups and are generally dispersed uniformly .
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Samosir, Sumatera Utara pada tanggal 27 Februari
1991 dari seorang ayah A. Nainggolan dan ibu R. br. Tamba. Penulis merupakan
anak pertama dari lima bersaudara.
Riwayat pendidikan yaitu Pendidikan Dasar di SD Negerri 173811 lulus
tahun 2003, kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri
3 Simanindo lulus tahun 2006. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan ke
SMA Yayasan Pendidikan Teladan Pematang Siantar dan lulus pada tahun 2009.
Kemudian penulis melanjutkan ke perguruan tinggi melalui Ujian Masuk Bersama
(UMB), penulis diterima di Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Penulis mengikuti kegiatan Praktek Pengelolaan Ekosistem Hutan (PEH)
di Taman Hutan Raya, Tongkoh, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Kemudian
penulis juga melakukan kegiatan Praktek Kerja Lapangan di PT
INTRACAWOOD MANUFACTURING, Tarakan, Kalimantan Timur. Dan
penulis melalukan penelitian dengan judul “Identifikasi Dan Pemetaan
Penyebaran Tumbuhan Beracun Di Hutan Lindung Sibayak II TAHURA Bukit
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas segala berkat dan anugerah-Nya, sehingga hasil penelitian yang berjudul
“Identifikasi Jenis dan Pemetaan Penyebaran Tumbuhan Beracun di Hutan
Lindung Sibayak II TAHURA Bukit Barisan, Kabupaten Karo” ini telah
diselesaikan dengan baik.
Pada kesempatan ini, penulis melibatkan banyak pihak dalam penyusunan
proposal penelitian ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu,
ucapan terima kasih ini akan penulis sampaikan sebesar-besarnya kepada :
1. Ayahanda serta Ibunda yang telah memberikan semangat dan dorongan
selama tahap demi tahap dalam penyelesaian hasil penelitian ini.
2. Bapak Yunus Afifuddin S.Hut, M.Si dan Ibu Ridwanti Batubara S.Hut, M.P.
selaku komisi pembimbing yang telah banyak mengarahkan dan memberikan
saran kepada penulis dalam menyelesaikan hasil penelitian ini.
3. Ucapan terima kasih juga kepada teman-teman yang telah membantu dalam
menyelesaikan penulisan hasil penelitian.
Penulis menyadari bahwa hasil ini masih jauh dari kesempurnaan.
Akhirnya, penulis berharap agar proposal ini bermanfaat dan memberikan
kontribusi yang baru dalam bidang pendidikan dalam penelitian-penelitian ilmiah
DAFTAR ISI
Klasifikasi Bahan Senyawa Beracun dalam Tumbuhan. ... 7
Sistem Informasi Geografis (SIG). ... 9
Pemetaan. ... 11
Survei Lapangan dan Identifikasi Jenis ... 14
Pemetaan Sebaran Tumbuhan Beracun ... 19
Analisis Sebaran ... 22
HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Tumbuhan Beracun di Hutan Lindung Sibayak II…… 23
Pemetaan Sebaran Tumbuhan Beracun ... 37
Analisis Sebaran ... 50
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 56
Saran………….. ... 56
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Jalur Pengamatan Tumbuhan Beracun. ... 16
2. Bagan Alur Pemetaan. ... 20
3. Peta Lokasi Penelitian.. ... 21
4. Jenis Tumbuhan Beracun yang ditemukan di Hutan Lindung
Sibayak II. ... 37
5. Jenis Tumbuhan Beracun yang ditemukan di Hutan Lindung
Sibayak II (Sambungan 1). ... 38
6. Jenis Tumbuhan Beracun yang ditemukan di Hutan Lindung
Sibayak II (Sambungan 2).. ... 39
7. Peta Sebaran Tumbuhan Beracun di Hutan Lindung Sibayak II
pada Ketinggian 1300, 1600, 1700 mdpl. ... 41
8. Peta Sebaran Tumbuhan Beracun di Hutan Lindung Sibayak II
pada Ketinggian 1500 mdpl. ... 42
9. Peta Sebaran Tumbuhan Beracun di Hutan Lindung Sibayak II
pada Ketinggian 1400 mdpl. ... 43
10.Tutupan Lahan Pada Ketinggian 1300 mpdl . ... 46
11.Grafik Indeks Keanekaragaman Shannon- Winner Tumbuhan
Beracun. ... 51
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Deskripsi Tumbuhan Beracun Di Hutan Lindung Sibayak II ... 24
2. Indeks Nilai Penting Tumbuhan Beracun di Hutan Lindung
Sibayak II TAHURA Bukit Barisan Pada Setiap Ketinggian. ... 49
3. Indeks Keanekaragaman Shannon- Winner (H’) Tumbuhan
Beracun di Hutan Lindung Sibayak II TAHURA Bukit
Barisan Pada Setiap Kategori Ketinggian. ... ... 51
4. Indeks Dominasi Tumbuhan Beracun di Hutan Lindung
Sibayak II TAHURA Bukit Barisan Pada Setiap Ketinggian. ... 53
5. Analisis Sebaran Tumbuhan Beracun Di Hutan Lindung
Sibayak II TAHURA Bukit Barisan Pada Ketinggian 1300 mdpl. .... 54
6. Analisis Sebaran Tumbuhan Beracun Di Hutan Lindung
Sibayak II TAHURA Bukit Barisan Pada Ketinggian 1400 mdpl. .... 54
7. Analisis Sebaran Tumbuhan Beracun Di Hutan Lindung
Sibayak II TAHURA Bukit Barisan Pada Ketinggian 1500 mdpl. .... 55
8. Analisis Sebaran Tumbuhan Beracun Di Hutan Lindung
Sibayak II TAHURA Bukit Barisan Pada Ketinggian 1600 mdpl. ... 56
9. Analisis Sebaran Tumbuhan Beracun Di Hutan Lindung
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Analisis Tumbuhan Beracun di Hutan Lindung Sibayak
II TAHURA Bukit Barisan Pada Ketinggian 1300 mdpl... 60
2. Analisis Tumbuhan Beracun di Hutan Lindung Sibayak
II TAHURA Bukit Barisan Pada Ketinggian 1400 mdpl... 61
3. Analisis Tumbuhan Beracun di Hutan Lindung Sibayak
II TAHURA Bukit Barisan Pada Ketinggian 1500 mdpl... 62
4. Analisis Tumbuhan Beracun di Hutan Lindung Sibayak
II TAHURA Bukit Barisan Pada Ketinggian 1600 mdpl... 63
5. Analisis Tumbuhan Beracun di Hutan Lindung Sibayak
ABSTRAK
IDA LESTARI NAINGGOLAN : Identifikasi Jenis dan Pemetaan Penyebaran Tumbuhan Beracun di Hutan Lindung Sibayak II TAHURA Bukit Barisan, Kabupaten Karo, di bawah bimbingan YUNUS AFIFUDDIN dan RIDWANTI BATUBARA.
Tumbuhan beracun adalah tumbuhan yang dapat menyebabkan rasa sakit, mabuk/kematian jika dimakan/diminum/menyentuh bagian-bagian tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi, memetakan dan menganalisis sebaran jenis tumbuhan beracun yang ada di Hutan Lindung Sibayak II, Taman Hutan Raya Bukit Barisan, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni- Juli 2013. Lokasi penelitian dibagi menjadi 5 kategori ketinggian yaitu 1300 mpdl, 1400 mdpl, 1500 mdpl, 1600 mdpl, dan 1700 mdpl. Pada setiap ketinggian dilakukan analisis vegetasi dengan metode analisis strip sampling (jalur berpetak) dengan jumlah petak contoh adalah 793 petak. Deskripsi tumbuhan beracun ini diperoleh dengan cara mengidentifikasi morfologi dari tumbuhan beracun tersebut seperti daun, biji, bunga, buah dan akar. Kegiatan identifikasi dilakukan dengan pengamatan langsung di lapangan kemudian dilanjutkan dengan pemberian nama tumbuhan beracun dengan taksonomi tumbuhan.
Hasil identifikasi tumbuhan beracun yang ditemukan di Hutan Lindung Sibayak II ada 27 jenis tumbuhan beracun yang tersebar di wilayah tersebut. Jenis tumbuhan beracun tersebar di ketinggian 1300- 1700 mdpl dengan indeks keanekaragaman yang berbeda. Jenis tumbuhan beracun yang dominan pada ketinggian 1300 mdpl adalah Mussaenda glabra Vahl, pada ketinggian 1400 mdpl adalah Eupatorium odaratum L, pada ketinggian 1500 mdpl adalah Angelesia splendens Kort, pada ketinggian 1600 mdpl adalah Mussaenda glabra Vahl, pada ketinggian 1700 mdpl adalah Mussaenda glabra Vahl. Dari hasil penelitian diketahui bahwa tumbuhan beracun umumnya tersebar secara berkelompok dan seragam.
ABSTRACT
IDA LESTARI NAINGGOLAN: Identification and Mapping Distribution of Poisonous Plants in Protected Forest Sibayak II Tahura Bukit Barisan , Karo District , under the supervised of YUNUS Afifuddin and RIDWANTI BATUBARA .
Poisonous plants are plants that can cause pain , drunk / death if eaten / drunk / touching certain parts . This study aims to identify, map and analyze the distribution of poisonous plant species that exist in the Protected Forest Sibayak II Tahura Bukit Barisan , Karo District , North Sumatra . This study was conducted in June-July 2013. Study site is divided into 5 categories namely 1300 mpdl altitude , 1400 meters above sea level , 1500 meters above sea level , 1600 meters above sea level , and 1700 meters above sea level . At each altitude vegetation analysis with sampling analysis method strip ( checkered line ) is the number of sample plots 793 plots . Description of this poisonous plant is obtained by identifying the morphology of the poisonous plants such as leaves , seeds , flowers , fruits and roots . The identification is done by direct observation in the field followed by the naming of plants poisonous to plant taxonomy .
Results identification of poisonous plants found in the Protected Forest Sibayak II there are 27 types of poisonous plants spread across the region . Poisonous plants species dispersed at altitude 1300 - 1700 meters above sea level with different diversity indices . The dominant type of poisonous plants on the height of 1300 meters above sea level is Mussaenda glabra Vahl , at an altitude of 1400 meters above sea level is Eupatorium odaratum L , at an altitude of 1500 meters above sea level is Angelesia splendens Korth , at an altitude of 1600 meters above sea level is Mussaenda glabra Vahl , at an altitude of 1700 meters above sea level is Mussaenda glabra Vahl . The survey results revealed that the poisonous plants in groups and are generally dispersed uniformly .
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kekayaan alam hayati yang dimiliki Indonesia sangat berlimpah dan
beraneka ragam, sehingga disebut negara mega-biodiversity. Pulau Sumatera memiliki lebih dari 10.000 jenis tumbuhan tingkat tinggi yang umumnya hidup di
hutan dataran rendah. Keberadaan tumbuhan tersebut ada yang bisa dimanfaatkan
untuk memenuhi kepentingan hidup, seperti obat-obatan, kosmetika, bahan
pestisida, bahan fungisida dan pangan/buah dengan tetap memperhatikan aspek
kelestariannya (Whitten, 1997).
Tumbuhan beracun adalah tumbuhan yang dapat menyebabkan rasa sakit,
mabuk/kematian jika dimakan/diminum/menyentuh bagian-bagian tertentu.
Tumbuhan mengandung sejumlah besar zat kimia yang aktif secara biologis.
Beberapa zat pada tumbuhan dapat digunakan untuk mengobati berbagai penyakit
yang menimpa ternak maupun manusia (contohnya digitoksin, kolsisin dan
atropin). Untungnya, diantara ribuan tanaman yang dikomsumsi oleh ternak,
relatif sedikit yang menyebabkan keracunan. Kehadiran zat kimia tertentu dalam
tanaman dipercaya untuk memberi beberapa tingkat perlindungan dari predator
tanaman seperti serangga dan ruminan.
Racun atau anti nutrisi umumnya diperoleh dari hasil metabolisme
sekunder tanaman. Hasil metabolisme sekunder dibagi dua berdasarkan berat
molekulnya yaitu berat molekul kurang dari 100 dengan contoh pigmen pinol,
antosin, alkohol, asam alifatik, sterol, terpen, lilin fosfatida, inositol,
resin, karet, tannin dan lignin. Tanaman yang mengandung metabolit sekunder
umumnya mengeluarkannya dengan cara pencucian air hujan (daun dan kulit),
penguapan dari daun (contoh kamfer), ekskresi aksudat pada akar (contoh
alang-alang) dan dekomposisi pada bagian tanaman itu sendiri (Widodo, 2005).
Kabupaten Karo adalah salah satu
luas wilayah 2.127,25 km2 dan berpenduduk sebanyak kurang lebih 500.000 jiwa.
Kabupaten ini berlokasi di dataran tinggi Karo, Bukit Barisan Sumatera Utara.
Terletak sejauh 77 km dari
Wilayah Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi dengan ketinggian antara 600
sampai 1.400 meter di atas permukaan laut. Karena berada di ketinggian tersebut,
Tanah Karo Simalem, nama lain dari kabupaten ini mempunyai iklim yang sejuk
dengan suhu berkisar antara
16-pegununga
Identifikasi jenis dilakukan dengan tujuan untuk menunjukkan secara pasti
identitas suatu spesies serta menghindarkan dari kebingungan. Identifikasi jenis
tumbuhan beracun ini dilakukan untuk menghindari bahaya racun yang
terkandung dalam tumbuhan beracun sehingga tidak menimbulkan kematian.
Salah satu bentuk penyajian peta yang dapat digunakan yaitu peta
penyebaran tumbuhan beracun yang dapat dimanfaatkan. Peta ini dapat digunakan
untuk mengetahui jenis dan penyebaran tumbuhan beracun. Selain itu, pemetaan
ini dapat menjadi bahan informasi dan dokumentasi untuk pengguna baik bagi
pengusaha, instansi maupun masyarakat umum yang terkait dengan karakteristik
Keanekaragaman tumbuhan di Hutan Lindung Sibayak II sangat
melimpah. Mulai dari tumbuhan tingkat bawah atau jenis semak hingga jenis
pohon sangat beranekaragam tumbuh di kawasan hutan tersebut. Oleh karena itu,
penulis melalukan eksplorasi tumbuhan beracun yang terdapat di Hutan Lindung
Sibayak II agar nantinya dapat dihindari bahaya racunnya atau mungkin dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat setempat.
Tujuan Penelitian
1. Identifikasi jenis tumbuhan beracun di Hutan Lindung Sibayak II .
2. Pembuatan peta penyebaran tumbuhan beracun di Hutan Lindung Sibayak II.
3. Analisis sebaran tumbuhan beracun di Hutan Lindung Sibayak II.
Manfaat Penelitian
Sebagai bahan informasi dan dokumentasi untuk pengguna baik bagi
pengusaha, instansi maupun masyarakat umum yang terkait dengan karakteristik
tumbuhan beracun. Selain itu, sebagai sumber informasi tentang penyebaran
tumbuhan beracun.
Batasan Penelitian
1. Penelitian hanya dilakukan pada jenis tumbuhan yang mengandung racun.
2. Identifikasi hanya dilakukan pada jenis tumbuhan beracun pada tingkat semai
TINJAUAN PUSTAKA
Tumbuhan Bawah
Tumbuhan bawah adalah suatu jenis vegetasi dasar yang terdapat di bawah
tegakan hutan kecuali permudaan pohon hutan, yang meliputi rerumputan, herba
dan semak belukar. Dalam stratifikasi hutan hujan tropika, tumbuhan bawah
menempati stratum D yakni lapisan perdu, semak dan lapisan tumbuhan penutup
tanah pada stratum E. Keberadaan tumbuhan bawah di lantai hutan dapat
berfungsi sebagai penahan pukulan air hujan dan aliran permukaan sehingga
meminimalkan bahaya erosi. Selain itu, tumbuhan bawah juga sering dijadikan
sebagai indikator kesuburan tanah dan penghasil serasah dalam meningkatkan
kesuburan tanah. Selain fungsi ekologi, beberapa jenis tumbuhan bawah telah
diidentifikasi sebagai tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan,
tumbuhan obat, dan sebagai sumber energi alternatif. Namun tidak jarang juga
tumbuhan bawah dapat berperan sebagai gulma yang menghambat pertumbuhan
permudaan pohon khususnya pada tanaman monokultur yang dibudidayakan
(Dahlan, 2011) .
Golongan herba (herbaceous) atau terna merupakan jenis tanaman dengan sedikit jaringan sekunder atau tidak sama sekali (tidak berkayu) tetapi dapat
berdiri tegak. Tanaman golongan semak dicirikan dengan batang yang berukuran
sama dan sederajat. Pada umumnya tanaman ini mempunyai ketinggian di bawah
8 m. Rumput dikelompokkan ke dalam jenis tanaman penutup tanah. Tanaman ini
Semai / anakan
Anakan pohon adalah regenerasi awal dari pohon dengan ukuran
ketinggian kurang dari 1,5 meter. Ukuran petak yang digunakan untuk
pengukuran anakan adalah 2x2 meter. Sebagaimana pancang, tahap pertumbuhan
anakan hanya dihitung individu serta jenis anakan saja. Tidak perlu dilakukan
pengukuran diameter batang (Marpaung, 2013).
Tumbuhan Beracun
Indonesia tercatat mempunyai lebih dari 50 famili tumbuhan penghasil racun, sedang sekitar 250 famili lainnya belum diketahui kandungan bahan racunnya. Berdasarkan hasil penelitian sebagian tumbuhan tersebut, interaksi
antara tumbuhan dan serangga yang terjadi telah menyebabkan sejumlah senyawa
kimia metabolit sekunder tumbuhan mempengaruhi perilaku, perkembangan dan
fisiologis serangga. Dengan strategi penggunaan yang tepat, metabolit sekunder
ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengendali hama tertentu.
Peranan tumbuhan dalam perkembangan pengobatan tradisi telah diakui selain
daripada peranannya seperti sumber makanan, perhiasan, obat dan sebagainya
(Hamid dan Nuryani, 1992).
Generasi saat ini lebih yakin kepada pengobatan secara tradisi walaupun
akhirnya ada diantara mereka yang menerima pengobatan moden. Selain daripada
tumbuhan yang digunakan sebagai obat, terdapat juga tumbuhan yang menjaga
kesehatan manusia dan hewan. Tidak semua tumbuhan digunakan sebagai obat
malah ada tumbuhan yang beracun. Tumbuhan beracun adalah
tumbuhan-tumbuhan yang boleh menyebabkan kesakitan, mabuk atau kematian apabila kita
(1954) beliau mentafsirkan tumbuhan beracun sebagai tumbuhan yang
menyebabkan kesehatan normal terganggu apabila bahagian-bahagian tertentu
darinya digunakan oleh manusia atau hewan yang dapat menerima dampaknya.
Kingsburg (1967) pernah meneliti lebih kurang 700 spesies tumbuhan yang
beracun dan masih banyak lagi yang belum diketahui. Tumbuhan yang
digolongkan ke dalam tumbuhan beracun terdiri daripada kumpulan rumpair,
kulat, paku-pakis dan tumbuhan tinggi (Syahputra, 2001).
Tumbuhan-tumbuhan yang ada di alam sangat banyak jenisnya. Dari
berbagai jenis tumbuhan tersebut ada sebagian besarnya dimanfaatkan oleh
manusi
manusia karena berbahaya terutama bagi kesehatan manusia. Mungkin saja
tanaman yang dibeli ataupun didapat dari teman-teman merupakan tanaman yang
beracun. Keracunan yang ditimbulkan oleh tanaman-tanaman ini, umumnya
belum ada penawar. Jadi sebaiknya diusahakan jangan sampai terpapar racun
tumbuhan-tumbuhan tersebut (Seran, 2011).
Beberapa ciri tumbuhan beracun sebagai berikut (Ardianto, 2013).
− Memiliki duri tajam hampir di semua bagian.
− Memiliki rambut atau bulu yang sangat lebat di bagian daun atau batang.
− Memiliki getah yang pahit.
− Memiliki bunga atau buah berwarna kuat atau gelap.
− Beraroma tidak enak atau menyengat dan berasa pahit.
Klasifikasi Bahan Senyawa Beracun dalam Tumbuhan
Racun dapat diidentifikasi pada tumbuhan beracun, dan kemungkinan
dapat disebabkan oleh senyawa racun yang terkandung di dalam tumbuhan
tersebut. Setiap jenis tumbuhan beracun mengandung zat-zat atau senyawa kimia
yang berbeda-beda, namun, ada juga yang tidak. Sebagian besar dan berbagai
macam jenis tumbuhan yang mengandung senyawa racun bersifat alami belum
sepenuhnya diketahui atau belum dimanfaatkan secara mekanis. Beberapa
tumbuhan mengandung dua atau lebih senyawa racun yang berbeda komponen
kimianya satu dengan yang lainnya. Menurut Hanenson (1980),
komponen-komponen kimia yang dihasilkan tumbuhan terbagi atas alkaloid, polipeptida dan
asam amino, glikosida, asam oksalat, resin, phytotoxin dan mineral lainnya.
1. Alkaloid
Kandungan alkaloid dalam setiap tumbuhan 5-10% dan efek yang
ditimbulkan hanya dalam dosis kecil. Kadar alkaloid pada tumbuhan
berbeda-beda sesuai kondisi lingkungannya, dan alkaloid tersebar di seluruh bagian
tumbuhan. Efek terkontaminasi alkaloid adalah pupil yang membesar, kulit terasa
panas dan memerah, jantung berdenyut kencang, penglihatan menjadi gelap dan
menyebabkan susah buang air.
2. Polipeptida dan asam amino
Hanya sebagian polipeptida dan asam amino yang bersifat racun. Bila
terkontaminasi polipeptida, hypoglycin, akan menyebabkan reaksi hypoglycemic.
3. Glikosida
Glikosida adalah salah satu komponen yang dihasilkan melalui proses
banyak terdapat pada tumbuhan daripada alkaloid. Gejala yang ditimbulkan
apabila terkontaminasi glikosida adalah iritasi pada mulut dan perut, diare hingga
menyebabkan overdosis.
4. Oksalat
Kadar asam oksalat pada tumbuhan tergantung dari tempat tumbuh dan
iklim, yang paling banyak adalah saat akhir musim panas dan musim gugur.
Karena oksalat dihasilkan oleh tumbuhan pada akhir produksi, yang terakumulasi
dan bertambah selama tumbuhan hidup. Gejala yang ditimbulkan adalah mulut
dan kerongkongan terasa terbakar, lidah membengkak hingga menyebabkan
kehilangan suara selama dua hari, dan hingga menyebabkan kematian jika
terhirup.
5. Resin
Resin dan resinoid termasuk ke dalam kelompok asam polycyclic dan
penol, alkohol dan zat-zat netral lainnya yang mempunyai karakteristik fisis
tertentu. Efek keracunan yaitu iritasi langsung terhadap tubuh atau otot tubuh.
Termasuk juga gejala muntah-muntah. Apabila terkontaminasi dengan air
buahnya menyebabkan bengkak dan kulit melepuh.
6. Phytotoxin
Phytotoxin adalah protein kompleks terbesar yang dihasilkan oleh
sebagian kecil tumbuhan dan memiliki tingkat keracunan yang tinggi. Akibat
terkontaminasi adalah iritasi hingga menyebabkan luka berdarah dan
Sistem Informasi Geografis (SIG)
Informasi geografis dalam bentuk yang paling sederhana adalah informasi
yang berkaitan dengan lokasi tertentu. Sedangkan dalam arti luas, sistem
informasi geografis (SIG) merupakan suatu perangkat untuk mengumpulkan,
menyimpan, mentransformasi, dan menyajikan ulang data spasial dari
aspek-aspek permukaan bumi. Aplikasi SIG digunakan untuk memvisualisasikan data
dan informasi dalam format spasial berupa peta lokasi kawasan ditemukannya
plasma nutfah tumbuhan hasil eksplorasi. SIG juga dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan identifikasi karakeristik wilayah dan biofisik lingkungan melalui
teknik overlay data GPS terhadap peta informasi sumberdaya lahan. Perangkat
berbasis SIG yaitu Global Positioning System (GPS) digunakan untuk menginformasikan letak koordinat bumi dari lokasi penemuan dan penyebaran
beberapa tanaman yang dieksplorasi (Galingging dan Andy, 2007).
SIG mempunyai kemampuan untuk menghubungkan berbagai data pada
suatu titik tertentu di bumi, menggabungkannya, menganalisa, dan akhirnya
memetakan hasilnya. Data yang diolah pada SIG adalah data spasial yaitu sebuah
data yang berorientasi geografis dan merupakan lokasi yang memiliki sistem
koordinat tertentu, sebagai dasar referensinya. Sehingga aplikasi SIG dapat
menjawab beberapa pertanyaan seperti lokasi, kondisi, tren, pola dan pemodelan.
Kemampuan inilah yang membedakan SIG dengan sistem informasi lainnya
Subsistem SIG
SIG dapat diuraikan menjadi beberapa subsistem sebagai berikut (Prahasta dan
Eddy, 2009) :
a. Data Input
Subsistem ini bertugas untuk mengumpulkan, mempersiapkan, dan
menyimpan data spasial dan atributnya dari berbagai sumber. Sub-sistem ini pula
yang bertanggung jawab dalam mengonversikan atau mentransformasikan
format-format data aslinya ke dalam format-format yang dapat digunakan oeh perangkat SIG
yang bersangkutan.
b. Data Output
Sub-sistem ini bertugas untuk menampilkan atau menghasilkan keluaran
(termasuk mengekspornya ke format yang dikehendaki) seluruh atau sebagian
basis data (spasial) baik dalam bentuk softcopy maupun hardcopy seperti halnya
tabel, grafik, report, peta, dan lain sebagainya.
c. Data Management
Sub-sistem ini mengorganisasikan baik data spasial maupun tabel-tabel
atribut terkait ke dalam sebuah sistem basis data sedemikian rupa hingga mudah
dipanggil kembali atau di-retrieve, diupdate, dan diedit.
d. Data Manipulation & Analysis
Sub-sistem ini menentukan informasi-informasi yang dapat dihasilkan
oleh SIG. Selain itu sub-sistem ini juga melakukan manipulasi (evaluasi dan
penggunaan fungsi- fungsi dan operator matematis & logika) dan pemodelan data
Pemetaan
Peta merupakan penyajian secara grafis dari kumpulan data maupun
informasi sesuai lokasinya secara dua dimensi. Informasi merupakan bentuk data
yang telah dianalisis, berbeda dari data mentah maupun yang biasanya lebih
sering hanya merupakan hasil pengukuran langsung. Ditinjau dari peranannya,
peta adalah bentuk penyajian informasi spasial tentang permukaan bumi untuk
dapat dipakai dalam pengambilan keputusan. Supaya bermanfaat, suatu peta harus
dapat menampilkan informasi secara jelas, mengandung ketelitian yang tinggi,
walaupun tidak dapat dihindari akan bersifat selektif dan mempunyai unsur
generalisasi. Data pada suatu peta biasanya telah mengalami pengolahan,
umumnya ditambah dengan ilmu pengetahuan agar lebih dapat dimanfaatkan
langsung oleh pengguna. Semua kegiatan untuk menghasilkan tampilan informasi
tersebut secara keruangan (spasial) adalah apa yang disebut dengan pemetaan.
Pemetaan ini adalah suatu bentuk komunikasi secara grafis antara pembuat dan
pemakai peta yang telah lama dikenal orang. Pengolahan data atribut dan data
spasial dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG) (Nopelina, 2006).
Taman Hutan Raya Bukit Barisan
Taman Hutan Raya Bukit Barisan Sumatera Utara ditetapkan dalam satu
unit pengelolaan yang berintikan kawasan hutan lindung dan kawasan konservasi.
Sesuai dengan Keputusan Presiden No. 48 Tahun l988 tanggal 19 November
1988 Kawasan Hutan Sibolangit telah ditetapkan menjadi Taman Hutan Raya
(Tahura) Bukit Barisan dengan luas areal seluruhnya 51.600 Ha. Yang
merupakan hutan lindung, yaitu Hutan Lindung Sibayak I, Hutan Lindung
Simacik, Hutan Lindung Sibayak II, Hutan Lindung Simacik II, Hutan Lindung
Sinabung dan Suaka Margasatwa Langkat Selatan. Wilayah kerja pengembangan
meliputi seluruh kawasan Taman Hutan Raya Bukit Barisan yang termasuk dalam
wilayah administratif Kabupaten Langkat, Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten
Karo dan Kabupaten Simalungun. Secara geografis kawasan Taman Hutan Raya
Bukit Barisan terletak pada 03 003’ LU sampai dengan 03 022’ LU dan antara
97057’ BT sampai dengan 98 044’ BT. Tahura Bukit Barisan merupakan Tahura
ketiga di Indonesia yang ditetapkan oleh Presiden dengan Surat Keputusan
Presiden R.I. No. 48 Tahun 1988 tanggal 19 Nopember 1988. Pembangunan
Tahura ini sebagai upaya konservasi sumber daya alam dan pemanfaatan
lingkungan melalui peningkatan fungsi dan peranan hutan. Kawasan hutan ini
didominasi oleh jenis-jenis pohon pegunungan baik jenis lokal maupun yang
berasal dari luar. Beberapa jenis tersebut antara lain : Pinus merkusii, Altingia excelsa, Schima wallichii, Podocarpus sp, Toona surein dan jenis yang lain seperti durian, dadap, rambutan, pulai, aren, rotan, dan lain-lain. Jenis tanaman
yang berasal dari luar diantaranya : Pinus caribeae, Pinus khasia, Pinus insularis,
Eucalyptus sp, Agathis sp, dan lain-lain.Beberapa fauna yang hidup di kawasan ini antara lain : monyet, harimau, siamang, babi hutan, ular, elang, kecil, rusa,
treggiling, dan lain-lain (Balai Konservasi Sumberdaya Alam I Medan, 1999) .
Hutan lindung
Hutan lindung (protected forest) adalah suatu kawasan hutan yang telah ditetapkan oleh pemerintah atau kelompok masyarakat tertentu untuk dilindungi,
tetap dapat berjalan dan dinikmati manfaatnya oleh masyarakat di sekitarnya.
Undang-undang RI no 41/1999 tentang Kehutanan menyebutkan : “Hutan lindung
adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem
penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan
erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah”. Dari
pengertian di atas tersirat bahwa hutan lindung dapat ditetapkan di wilayah hulu
sungai (termasuk pegunungan di sekitarnya) sebagai wilayah tangkapan hujan
(catchment area), di sepanjang aliran sungai bilamana dianggap perlu, di tepi-tepi pantai (misalnya pada hutan bakau), dan tempat-tempat lain sesuai fungsi yang
diharapkan (Sabiet, 2010).
Keadaan Lapangan Tahura Bukit Barisan pada umumnya terjal hingga
puncak Gunung Sinabung yang tingginya 2.451 meter dan Sibayak setinggi 2.211
meter di Kabupaten Karo, dan sebagian kecil bergelombang dan landai di kaki
perbukitan Bukit Barisan. Seluruh kawasan Tahura Bukit Barisan yang luasnya
51.600 Hektare itu, berasal dari hutan lindung 38.273 Hektare (74,17%), Taman
Nasional 13.000 Hektare (25,20%), Bumi Perkemahan Pramuka Sibolangit 200
Hektare (0,39%), Cagar Alam Sibolangit 120 Hektare (0,23%), dan Taman Wisata
Lau Debuk-debuk 7 Hektare (0,01%). Luas hutan Lindung Sibayak II adalah 6350
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Hutan Lindung Sibayak II, Taman
Hutan Raya Bukit Barisan, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Juni- Juli 2013. Kegiatan identifikasi dilakukan di
Laboratorium Taksonomi Tumbuhan, Departemen Biologi, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Global Position System
(GPS), parang, perangkat keras (hardware) yaitu PC (Personal Computer), perangkat lunak (software) yaitu ArcView GIS 3.3, pita meteran, kamera digital, peta administrasi TAHURA, peta Hutan Lindung Sibayak II dan alat tulis. Bahan
yang digunakan adalah tally sheet dan alkohol. Prosedur Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan ini menggunakan 3 tahap yaitu survei lapangan
dan identifikasi jenis, pemetaan sebaran tumbuhan beracun dan analisis sebaran.
Tahapan kegiatannya sebagai berikut :
1. Survei lapangan dan Identifikasi jenis
Survei lapangan
- Metode
Metode yang dilakukan pada survei lapangan adalah dengan
a. Data Primer
Data primer diperoleh melalui eksplorasi dan pengamatan secara langsung
di lapangan dan informasi berbagai sumber, termasuk informasi dari masyarakat
dan ahli. Data tumbuhan beracun diperoleh dengan cara analisis vegetasi dengan
metode analisis strip sampling (jalur berpetak). Dalam setiap petak dilakukan
identifikasi tumbuhan beracun tingkat semai atau tumbuhan bawah, dengan
menggunakan kategori pengelompokan yang disarankan Wyatt dan Smith
(1963) yaitu petak ukur 2 m x 2 m untuk tumbuhan tingkat semai dan tumbuhan
bawah dengan jarak antar petak 20 m. Semai atau tumbuhan bawah adalah
tumbuhan yang tingginya <1,50 m (Wyatt dan Smith, 1963). Untuk tingkat semai
atau tumbuhan bawah dicatat jenis dan jumlahnya.
b. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh melalui studi pustaka tentang keberadaan tumbuh-
tumbuhan beracun.
- Analisis Data
Lokasi penelitian dibagi menjadi 5 kategori ketinggianyaitu 1300 mdpl,
1400 mdpl, 1500 mdpl, 1600 mdpl, dan 1700 mdpl. Pada setiap ketinggian
dilakukan analisis vegetasi dengan metode analisis strip sampling (jalur
berpetak) dengan ukuran petak ukur 2 m x 2 m untuk tumbuhan tingkat semai
dan tumbuhan bawah dengan jarak antar petak 20 m. Semai atau tumbuhan
bawah adalah tumbuhan yang tingginya <1,50 m. Untuk tingkat semai atau
tumbuhan bawah dicatat jenis dan jumlahnya. Jalur pengamatan tumbuhan
1700 mdpl
1600 mdpl
1500 mdpl
1400 mdpl
1300 mdpl
2x 2
Gambar 1. Jalur pengamatan tumbuhan beracun.
Intensitas sampling yang digunakan adalah 0,5% dari total kawasan Hutan
Lindung Sibayak II yaitu 6350 ha. Jumlah petak contoh adalah 793 petak yang
dibagi dalam 5 kategori ketinggian. Data yang diperoleh dianalisis dengan
menggunakan rumus INP, Indeks Keanekaragaman Jenis, Indeks Dominasi
(Indrayanto 2006).
- Indeks Nilai Penting
a. Kerapatan suatu jenis (K)
contoh petak Luas
jenis suatu individu K =∑
b. Kerapatan relatif suatu jenis (KR)
% 100 jenis seluruh K
jenis suatu K
KR x
c. Frekuensi suatu jenis (F)
d. Frekuensi relative suatu jenis (FR)
%
e. Indeks Nilai Penting (INP)
INP = KR + FR
- Indeks Keanekaragaman Shannon-Winner
Keanekaragaman spesies diukur dengan menghitung persamaan indeks
keanekaragaman Shannon-Wiener sebagai berikut:
H’ = - ∑ (ni/N) ln (ni/N).
Keterangan:
H’ : Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener
ni : Jumlah INP suatu spesies
ln: logaritma natural
N : Jumlah INP seluruh spesies
- Indeks dominansi
Indeks dominansi merupakan nilai kuantitatif untuk mengetahui suatu spesies
yang dominan di dalam komunitasnya dengan persamaan (Indrayanto 2006) :
n
Keterangan:
C : Indeks dominansi
ni : Jumlah individu suatu spesies
N : Jumlah seluruh individu
Identifikasi Jenis
Metode identifikasi jenis diawali dengan pengamatan langsung di
lapangan. Tumbuhan beracun diidentifikasi dengan menggunakan nama lokal
supaya memudahkan identifikasi selanjutnya. Proses identifikasi jenis tumbuhan
beracun dari lapangan sampai pengklasifikasian adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi jenis dilakukan dengan pengamatan langsung di lapangan.
2. Menanyakan identitas tumbuhan kepada pengenal tumbuhan bawah.
3. Mencocokkan dengan spesimen herbarium yang telah diidentifikasi. Cara ini
merupakan cara yang umum terjadi di seluruh dunia, yang berupa pengiriman
spesimen tumbuhan ke herbarium atau lembaga-lembaga penelitian biologi
yang tenar untuk diidentifikasikan.
4. Mencocokkan gambar-gambar yang ada dengan website yang menyediakan
deskripsi tumbuhan yang ditemukan.
5. Mengklasifikasikan tumbuhan berdasarkan urutan taksonomi yaitu Kingdom, Divisio, Class, Ordo, Famili, Genus, Spesies.
6. Setiap jenis yang ditemukan dicocokkan dengan penelitian yang dilakukan
2. Pemetaan Sebaran Tumbuhan Beracun.
Metode Lapangan
Metode dilapangan adalah pembuatan titik ikat dan pengambilan titik koordinat
tumbuhan beracun pada daerah penelitian diambil dengan menggunakan alat yaitu
GPS.
Overlay Peta
Pembuatan peta penyebaran tumbuhan beracun dilakukan dengan
melakukan overlay antara peta dasar Hutan Lindung Sibayak II dengan data titik yang diambil dengan menggunakan GPS. Proses pengolahan data titik koordinat
yang diperoleh dari lapangan adalah sebagai berikut:
1.Diolah data titik koordinat dari data GPS ke computer dengan menggunakan
software DNR Garmin.
2. Diubah file kedalam bentuk shp yang kemudian dapat diolah dengan
menggunakan software ArcView 3.3.
3. Setelah diperoleh peta titik koordinat tumbuhan beracun, selanjutnya titik
Gambar 2. Bagan alur pemetaaan. Titik koordinat tumbuhan
beracun (GPS)
Transfer data ke komputer (software DNR Garmin)
Ubah data ke shp
Peta Hutan Lindung Sibayak II
Data koordinat tumbuhan beracun (bentuk shp)
Overlay
3. Analisis Sebaran
Pola sebaran jenis tumbuhan beracun diperoleh dari data lapangan
kemudian dianalisis dengan menggunakan rumus indeks sebaran Morisita (Iδ)
(Elliott, 1977 dalam Panjaitan, 2012). Rumus untuk mencari sebaran jenis
tumbuhan beracun yang digunakan adalah :
Iδ = n Σ x (x-1) €x (€x-1) Dimana :
Iδ = Indeks sebaran Morisita
n = jumlah petak pengambilan contoh
x = jumlah individu
€x = jumlah total yang diperoleh
Elliott (1977) dalam Panjaitan (2012) menyatakan bahwa setelah nilai indeks
sebaran Morisita diperoleh, maka kita dapat melihat pola sebaran jenis tumbuhan
beracun yang diperoleh, dimana :
Iδ < 1 berarti penyebarannya seragam
Iδ = 1 berarti penyebarannya acak
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Tumbuhan Beracun di Hutan Lindung Sibayak II
Deskripsi tumbuhan beracun ini diperoleh dengan cara mengidentifikasi
morfologi dari tumbuhan beracun tersebut seperti daun, biji, bunga, buah dan
akar. Deskripsi tumbuhan ini akan memudahkan pengenalan bagian tumbuhan
yang mengandung racun misalnya warna bunga adan buah, permukaan daun yang
memiliki bulu dan lain- lain. Kegiatan identifikasi dilakukan dengan pengamatan
langsung di lapangan kemudian dilanjutkan dengan pemberian nama tumbuhan
beracun dengan taksonomi tumbuhan. Sesuai pernyataan Ardianto, 2013 bahwa
beberapa ciri-ciri tumbuhan beracun adalah sebagai berikut:
− Memiliki duri tajam hampir di semua bagian.
− Memiliki rambut atau bulu yang sangat lebat di bagian daun atau batang.
− Memiliki getah yang pahit.
− Memiliki bunga atau buah berwarna kuat atau gelap.
− Beraroma tidak enak atau menyengat dan berasa pahit.
− Daun terlihat utuh, tidak ada bekas-bekas serangan serangga.
Ciri-ciri diatas akan memudahkan pengenalan tumbuhan beracun. Oleh karena itu
perlu hati- hati supaya tidak terkena racun dari tumbuhan beracun tersebut. Tabel
di bawah ini menunjukkan deskripsi tumbuhan beracun yang ditemukan di Hutan
Tabel 1. Deskripsi Tumbuhan Beracun di Hutan Lindung Sibayak II.
No Nama Tumbuhan Beracun Daun Biji Bunga Buah Tipe
Perakaran
Keterangan
1 Ipomoea tricolor
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Class : Dicotyledoneae
Sub Class : Sympetalae
Ordo : Solanales
Famili :Convolvulaceae
Genus : Ipomoea
Spesies : Ipomoea tricolor
Tata daun alternate , berdaun tunggal, bentuk daun cordate (berbentuk jantung), ujung
Serabut Pada saat identifikasi tumbuhan ini tumbuh di daerah lembab dan berair. Tumbuhan ini jenis melilit. Tumbuhan ini mengandung bahan aktif ergin (asid d-lisergik), erginin (asid d-isolisergik), ergonovin yang terdapat pada biji (USM, 2013).
2 Pogonanthera pulverulenta Blume
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Class : Dicotyledonae
Ordo : Myrtales
Famili : Melastomaceae
Genus : Pogonanthera
Spesies : Pogonanthera pulverulenta Blume
Tata daun opposite (sessile), berdaun entire, permukaan
daun rugose
No Nama Tumbuhan Beracun Daun Biji Bunga Buah Tipe Perakaran
Keterangan
3 Angelesia splendens Korth
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliopsphyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Malpighiales
Famili : Chrysobalanace alternate, berdaun
majemuk, bentuk daun lanceolate,
ujung daun acuminate, pangkal daun rounded, tepi
Tunggang Pada saaat identifikasi tumbuhan ini tumbuh di daerah bebatuan. Tumbuhan ini mengandung senyawa golongan flavonoid pada daun dan buah hitam, senyawa terpen pada daun dan buah merah, senyawa alkaloid pada daun dan buah hitam serta senyawa golongan saponin pada daun (Sirait, 2013)
4 Sida rhombifolia (Sibagori)
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Malvales
lanceote, ujung
daun acuminate, pangkal daun acute, tepi daun crenulate, permukaan daun pubescent (berbulu pendek, lembut).
No Nama Tumbuhan Beracun Daun Biji Bunga Buah Tipe Perakaran
Keterangan
5 Cestrum aurantiacum Lindl
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Cestrum
Spesies :Cestrum aurantiacum Lindl
Tata daun alternate, berdaun tunggal, bentuk daun ovate, ujung daun acuminate, pangkal daun obtuse, tepi daun entire, permukaan daun glabrous.
Serabut Pada saaat identifikasi tumbuhan ini tumbuh di daerah yang mengandung serasah dan lembab. Jenis ini merupakan famili solanaceae yang merambat lebih dari satu cabang Cestrum aurantiacum per ranting pohon. Tumbuhan ini mengandung senyawa golongan flavonoid pada buah (Sirait, 2013).
6 Brugmansia candida (bunga terompet) Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta Superdivisio : Spermatophyta
Divisio : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Sub Class : Asteridae alternate, berdaun tunggal, bentuk scabrous (berambut pendek, kasar).
Tunggang Tumbuhan ini termasuk semak
berukuran kecil atau sedang, biasanya untuk 10-15ft. Tumbuh baik di tempat teduh bagian, atau di daerah beriklim dingin, sinar matahari penuh. Semua bagian tanaman sangat beracun dan tidak boleh ditelan. Brugmansia candida besar terbuka ke bawah dan mekar. Semua bagian dari
Brugmansia mengandung racun
No Nama Tumbuhan Beracun Daun Biji Bunga Buah Tipe
Class : Magnoliopsida
Ordo : Asterales serrate, permukaan daun scabrous.
Serabut Pada saaat identifikasi tumbuhan ini tumbuh di ketinggian 1300- 1600 mdpl. Tumbuhan ini mengandung flavonoid pada daun dan saponin (Sembiring, 2013). Jenis Eupatorium ini terdiri dari 1200 spesiesyang tersebar luas di Amerika, dan sebagian di Eropa, Asia, and Afrika (Navaei dan Mohammad, 2006).
8 Begonia muricata BL
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Class : Spermatopsida
Ordo : Cucurbitales
Famili : Begoniaceae
Genus : Begonia
Spesies : Begonia muricata BL.
Tata daun alternate, berdaun majemuk, bentuk daun reinform, ujung daun tidak beraturan, pangkal
Serabut Umumnya tumbuhan di daerah
No Nama Tumbuhan Beracun Daun Biji Bunga Buah Tipe Perakaran
Keterangan
9 Alocasia macrorhiza
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Ordo : Arales
Famili : Araceae
Genus : Alocasia
Spesies : Alocasia macrorrhiza Schott
Daun berbentuk daun berbentuk hati (cordate),
Serabut Pada saat identifikasi batang
tumbuhan ini memiliki getah yang menyebabkan gatal. Penyebaran tumbuhan ini tidak diketahui dengan jelas dan tidak ditemukan bentuk liarnya, tetapi di Malaysia telah lama diperkenalkan dan sering kali mengalami naturalisasi di kawasan Malesia dan Oceania serta di beberapa daerah tropic. Tumbuhan ini menyukai lingkungan basah dan dapat ditemukan pada kisaran ketinggian sampai 2000 mdpl. Batang
dan tangkai daun Alocasia
macrorrhiza mengandung saponin, flavonoida, dan polifenol sedang rimpangnya mengandung saponin (Bagus, 2012)
10 Mussaenda glabra Vahl
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Gentianales
Famili : Rubiaceae
Genus : Mussaenda
Spesies : Mussaenda glabra
Vahl.
Tata daun opposite, berdaun majemuk, bentuk daun ovate, ujung daun acute, tepi daun entire, permukaan daun
No Nama Tumbuhan Beracun Daun Biji Bunga Buah Tipe lanceolate (lanset),
ujung daun acuminate, pangkal daun acute, tepi daun serrulate, permukaan daun pubescent (berbulu pendek, lembut).
No Nama Tumbuhan Beracun Daun Biji Bunga Buah Tipe berdaun majemuk , bentuk daun linear, ujung daun runcing seperti jarum , pangkal daun tidak tampak jelas, tepi daun bergerigi dan berduri, permukaan
Serabut Pada saat identifikasi tumbuhan ini ditemukan pada daerah yang berbatu.
Tumbuhan pandan merupakan
anggota suku Pandanaceae yang tersebar luas di daerah tropis hingga subtropis, mulai kawasan Afrika
Barat, melewati Madagaskar,
Kepulauan Hindia, Asia Selatan dan Asia Tenggara hingga Kepulauan Pasifik (Rahadiantoro, dkk, 2007). Kandungan alkaloida, flavonoida, steroida, terpenoida, dan saponin dalam ekstrak etil-asetat daun (Yusra, 2012).
13 Homalonema singaporensis
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Ordo : Alismatales
Famili : Araceae
Genus : Homalomena
Spesies : Homalonema
singaporensis Regel.
Bentuk daun berwarna hijau dan berbentuk hati. Permukaan licin, tanpa rambut dan mengandung lilin
Serabut Umumnya tumbuhan ini tumbuh di
daerah yang lembab. Batang
tumbuhan ini mengandung air.
14 Bidens sinensis (Bunga Kelsi)
Kingdom : Plantae
Spesies : Bidens sinensis.
Tata daun opposite, berdaun tunggal, bentuk daun deltoid, ujung daun acuminate, pangkal daun acute, tepi
No Nama Tumbuhan Beracun Daun Biji Bunga Buah Tipe Perakaran
Keterangan
15 Dendrocnide stimulans (Jelatang) Kingdom : Plantae
obovate, ujung
daun acuminate, marjin biasanya , pipih , halus. Bunga biasanya soliter , panjang 10-55 cm , bracteolate . Tersebar di wilayah Cina Selatan , Indo - Cina, Thailand , Semenanjung Malaysia , Sumatera , Jawa , Pulau Sunda, Maluku, Sulawesi, Kalimantan, Filipina, Taiwan (Silk, 2009).
16 Melastoma malabathricum L
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae
Class : Dicotyledonae
Ordo : Myrtales
Famili : Melastomaceae
Genus : Melastoma
Spesies : Melastoma malabathricum L.
Tata daun alternate, berdaun
majemuk (pinnately
compound), bentuk daun lanceolate,
ujung daun acuminate, pangkal
daun acute, tepi
Tunggang Jenis ini dikenal juga sebagai
Senduduk atau Straits Rhododendron, tingginya saat dewasa bisa mencapai sekitar 91,44 cm hingga 121,92 cm. Habitatnya cocok baik pada lahan terbuka, tanah berumput, semak belukar, hutan yang jarang pohonnya, maupun hutan bambu; dan umumnya hidup pada ketinggian sekitar 100-2800 meter. Tumbuhan ini
mengandung senyawa golongan
No Nama Tumbuhan Beracun Daun Biji Bunga Buah Tipe Perakaran
Keterangan
17 Macaranga depressa
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Sub Class : Rosidae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Macaranga
Spesies : Macaranga depressa
Daun berbentuk seperti jari yang tersusun secara bersilangan.
Permukaan daun berbulu pendek dan lembut (pubescent).
Tunggang Buah tumbuhan ini memiliki
No Nama Tumbuhan Beracun Daun Biji Bunga Buah Tipe
Class : Magnoliopsida
Sub Class : Rosidae acuminate , tepi daun bergerigi , permukaan atas
No Nama Tumbuhan Beracun Daun Biji Bunga Buah Tipe Perakaran
Keterangan
19 Tidak teridentifikasi 1 Tata daun opposite,
berdaun majemuk, bentuk daun lanceolate, ujung daun acuminate,
Tunggang Pada saaat identifikasi tumbuhan ini tumbuh di ketinggian 1400 mdpl.
20 Tidak teridentifikasi 2 Tata daun opposite,
berdaun tunggal, bentuk daun ovate,
ujung daun acuminate, pangkal daun acute, tepi
Serabut Pada saaat identifikasi tumbuhan ini tumbuh di ketinggian 1400 mdpl.
21 Tidak teridentifikasi 3 Tata daun
alternate, berdaun tunggal, bentuk
No Nama Tumbuhan Beracun Daun Biji Bunga Buah Tipe Perakaran
Keterangan
22 Tidak teridentifikasi 4 Tata daun opposite,
berdaun tunggal, bentuk daun ovate,
ujung daun acuminate, pangkal daun obtuse, tepi
Serabut Pada saaat identifikasi tumbuhan ini tumbuh di ketinggian 1300- 1600 mdpl.
23 Tidak teridentifikasi 5 Tata daun
alternate, berdaun tunggal, bentuk daun oval, ujung
daun obtuse,
pangkal daun obtuse, tepi daun entire, permukaan daun scabrous.
Tunggang Pada saaat identifikasi tumbuhan ini tumbuh di ketinggian 1300- 1400 mdpl.
24 Tidak teridentifikasi 6 Tata daun
alternate, berdaun tunggal, bentuk pubescent (berbulu)
Biji tidak
No Nama Tumbuhan Beracun Daun Biji Bunga Buah Tipe Perakaran
Keterangan
25 Tidak teridentifikasi 7 Tata daun opposite,
berdaun tunggal, bentuk daun oval,
ujung daun
rounded, pangkal
daun obtuse, tepi
Tunggang Batang mengandung getah. Pada
saaat identifikasi tumbuhan ini tumbuh di ketinggian 1600 mdpl.
26 Tidak teridentifikasi 8 Tata daun opposite,
berdaun tunggal, bentuk daun ovate, bentuk daun lanceolate, ujung daun acuminate,
Serabut Pada saaat identifikasi tumbuhan ini tumbuh di ketinggian 1500 mdpl.
27 Tidak teridentifikasi 9 Tata daun
alternate, berdaun tunggal, bentuk daun linear, ujung
daun obtuse,
pangkal daun acute, tepi daun entire,
Ipomoea tricolor Pogonanthera pulverulenta Blume Angelesia splendens Korth Sida rhombifolia
Cestrum aurantiacum Lindl Brugmansia candida Eupatorium odoratum L Begonia muricata BL
Alocasia macrorhiza Mussaenda glabra Vahl Bunga Sapa Pandanus sp
Homalonema singaporensis Bidens sinensis Dendrocnide stimulans Melastoma malabathricum L.
Macaranga depressa Rubus moluccanus Senna surattensis Burm Calopogonium mucunoides Desv
Tidak teridentifikasi 7 Tidak teridentifikasi 8 Tidak teridentifikasi 9
Pemetaan Sebaran Tumbuhan Beracun Di Berbagai Ketinggian
Tumbuhan beracun yang ditemukan di Hutan Lindung Sibayak II pada
identifikasi ada 27 jenis tumbuhan beracun yang tersebar di wilayah tersebut.
Menurut Nopelina (2006) peta merupakan penyajian secara grafis dari kumpulan
data maupun informasi sesuai lokasinya secara dua dimensi. Informasi
merupakan bentuk data yang telah dianalisis, berbeda dari data mentah maupun
yang biasanya lebih sering hanya merupakan hasil pengukuran langsung.
Sehingga perlu dilakukan pengamatan langsung di lapangan untuk mengetahui
sebaran tumbuhan beracun di lapangan. Pemetaan penyebaran tumbuhan beracun
ini bertujuan untuk mengetahui sebaran tumbuhan beracun yang ada di Hutan
Lindung Sibayak II.
Peta penyebaran tumbuhan beracun ini diperoleh dari kegiatan
pengambilan data primer di lapangan yaitu berupa titik kordinat tumbuhan
beracun tersebut. Pengambilan titik dilakukan apabila ditemukan jenis tumbuhan
beracun pada petak pengambilan contoh. Data disimpan di GPS yang terdiri dari
kordinat tumbuhan dan ketinggian tempat lokasi penelitian. Data diproses dengan
menggunakan Arc View 3, 3 supaya data dapat di overlay dengan peta Hutan Lindung Sibayak II. Dari data- data tersebut dihasilkan peta sebaran tumbuhan
beracun.
Peta sebaran tumbuhan beracun ini dibagi dalam 3 kelompok sesuai
dengan sebran tumbuhan beracun yang paling dominan. Secara umum tumbuhan
beracun tersebar pada setiap ketinggian yang disajikan pada peta penyebaran
Mahluk hidup tidak semua dapat hidup di seluruh wilayah di muka bumi
ini. Berdasarkan penelitian diperkirakan hanya sekitar 1/550 bagian saja dari
muka bumi yang berpotensi sebagai lingkungan hidup. Hal ini berarti, kehidupan
flora dan fauna di suatu wilayah sangat terkait dengan kondisi lingkungannya.
Itulah yang menyebabkan persebaran flora dan fauna secara tidak merata di
permukaan bumi. Karena kondisi iklim dan tanah di permukaan bumi sangat
beragam, maka beragam pula persebaran flora dan fauna. Beberapa faktor
lingkungan yang mempengaruhi keberadaan flora dan fauna di muka bumi antara
lain adalah faktor klimatik (iklim), edafik (tanah), dan biotik (mahluk hidup).
Berikut akan dibahas mengenai faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi
persebaran flora dan fauna di muka bumi (Waluya, 2013):
a.Faktor klimatik
Iklim merupakan faktor dominan yang mempengaruhi pola persebaran flora dan
fauna. Di daerah tropis merupakan wilayah yang optimal bagi kehidupan spesies.
Beberapa faktor-faktor iklim yang berpengaruh terhadap persebaran flora dan
fauna antara lain suhu, kelembaban udara:
1) Suhu
Posisi lintang di bumi sangat berhubungan dengan penerimaan intensitas
penyinaran matahari yang berbeda-beda di berbagai wilayah. Daerah-daerah yang
berada pada zone lintang iklim tropis menerima penyinaran matahari setiap tahun
relatif lebih banyak dibandingkan wilayah lain. Perbedaan ini menyebabkan
variasi suhu udara di berbagai kawasan di muka bumi. Perbedaan suhu juga
terjadi karena secara vertikal yaitu letak suatu wilayah berdasarkan perbedaan
ketinggian dpl. Kondisi suhu udara tentunya sangat berpengaruh terhadap
kehidupan flora dan fauna, karena berbagai jenis spesies memiliki persyaratan
suhu lingkungan hidup ideal atau optimum serta tingkat toleransi yang berbeda
satu sama lain. Khusus dalam dunia tumbuhan, kondisi suhu udara adalah salah
satu faktor pengontrol persebaran vegetasi sesuai dengan posisi lintang,
ketinggian tempat, dan kondisi topografinya. Suhu dan intensitas cahaya akan
semakin kecil dengan semakin tingginya tempat tumbuh. Keadaan ini disebabkan
karena berkurangnya penyerapan (absorbsi) dari udara. Berkurangnya suhu dan
intensitas cahaya dapat mengahambat pertumbuhan karena proses fotosintesis
terganggu.
2) Kelembaban Udara
Faktor iklim lain adalah kelembaban udara. Tingkat kelembaban udara
berpengaruh langsung terhadap pola persebaran tumbuhan di muka bumi.
b.Faktor Edafik
Selain iklim, faktor lingkungan lainnya yang mempengaruhi persebaran mahluk
hidup terutama tumbuhan adalah kondisi tanah atau edafik .Ini berarti semakin
subur tanah maka kehidupan tumbuhan semakin banyak jumlah dan
keanekaragamannya.
b. Faktor Biotik
Manusia adalah komponen biotik paling berperan terhadap keberadaan tumbuhan
dan fauna di suatu wilayah, baik yang sifatnya menjaga kelestarian maupun
merubah tatanan kehidupan tumbuhan dan fauna. Untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya, manusia selalu berusaha memanfaatkan ling kungan hidup di sekitarnya
Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa kawasan Hutan Lindung
sibayak II sudah banyak yang terganggu. Dilihat dari banyaknya aktivitas
pengambilan humus yang merusak lantai hutan dan mengurangi kesuburan tanah.
Di kawasan Hutan Lindung Sibayak II pada ketinggian 1300 mdpl umumnya
sudah dikonversi menjadi lahan pertanian sehingga tumbuhan beracun jarang
ditemukan. Tutupan lahan pada ketinggian 1300 mdpl tersebut dapat dilihat pada
gambar berikut:
Gambar 10. Tutupan lahan pada ketinggian 1300 mdpl
Indeks Nilai Penting
Sesuai dengan pernyataan Soerianegara dan Indrawan (2005) Indeks Nilai
Penting (INP) ini digunakan untuk menetapkan dominasi suatu jenis terhadap
jenis lainnya atau dengan kata lain nilai penting menggambarkan kedudukan
ekologis suatu jenis dalam komunitas. Indeks Nilai Penting dihitung berdasarkan
penjumlahan nilai Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi Relatif (FR). Hasil
penelitian diketahui bahwa jenis Mussaenda glabra Vahl adalah jenis yang dominan pada 3 ketinggian yang berbeda yaitu pada ketinggian 1300 mdpl, 1600
mdpl, dan 1700 mdpl.
Indeks Nilai Penting (INP) tumbuhan beracun pada ketinggian 1300 mdpl
adalah jenis Mussaenda glabra Vahl dengan nilai 88,955%. Hal ini menyatakan bahwa jenis Mussaenda glabra Vahl lebih dominan daripada jenis tumbuhan beracun lainnya pada ketinggian 1300 mdpl.
Indeks Nilai Penting (INP) tumbuhan beracun pada ketinggian 1400 mdpl
adalah 0,909% - 54,885%. Jenis tumbuhan beracun dengan nilai INP tertinggi
adalah jenis Eupatorium odaratum L dengan nilai 54,885%. Hal ini menyatakan bahwa jenis Eupatorium odaratum L lebih dominan daripada jenis tumbuhan beracun lainnya pada ketinggian 1400 mdpl.
Indeks Nilai Penting (INP) tumbuhan beracun pada ketinggian 1500 mdpl
adalah 1,072% - 53,333%. Jenis tumbuhan beracun dengan nilai INP tertinggi
adalah jenis Angelesia splendens Kort dengan nilai 53,333%. Hal ini menyatakan bahwa jenis Angelesia splendens Kort lebih dominan daripada jenis tumbuhan beracun lainnya pada ketinggian 1500 mdpl.
Indeks Nilai Penting (INP) tumbuhan beracun pada ketinggian 1600 mdpl
adalah 0,475% - 92,459%. Jenis tumbuhan beracun dengan nilai INP tertinggi
adalah jenis Mussaenda glabra Vahl dengan nilai 92,459%. Hal ini menyatakan bahwa jenis Mussaenda glabra Vahl lebih dominan daripada jenis tumbuhan beracun lainnya pada ketinggian 1600 mdpl.
Indeks Nilai Penting (INP) tumbuhan beracun pada ketinggian 1700 mdpl
adalah 1,934% - 116,419%. Jenis tumbuhan beracun dengan nilai INP tertinggi
Sesuai pernyataan Syafei (1990) menyatakan bahwa adanya spesies yang
mendominasi ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adalah
persaingan antara tumbuhan yang ada, dalam hal ini berkaitan dengan iklim dan
mineral yang diperlukan, jika iklim dan mineral yang dibutuhkan mendukung
maka spesies tersebut akan lebih unggul dan lebih banyak ditemukan. Persaingan
akan mineral dari tanah menyebabkan adanya dominasi. Dari pernyataan tersebut
dapat disimpulkan bahwa faktor iklim dan mineral yang ada pada ketinggian
1300, 1600, dan 1700 mdpl mendukung pertumbuhan tumbuhan beracun jenis
Mussaenda glabra Vahl sehingga lebih dominan dibandingkan jenis lainnya sedangkan pada ketinggian 1400 mdpl adalah jenis Eupatorium odaratum L dan pada ketinggian 1500 mdpl adalah jenis Angelesia splendens Kort .
Menurut pernyataan Sembiring (2013) bahwa suhu rata-rata pada
ketinggian 1000-1500 mdpl adalah 20,250C dan pada ketinggian >1500 mdpl
Tabel 1. Indeks Nilai Penting Tumbuhan Beracun di Hutan Lindung Sibayak II TAHURA Bukit Barisan Pada Setiap Ketinggian.
No Nama Tumbuhan Beracun
INP(%)
Indeks Keanekaragaman Shannon- Winner
Indeks Keanekaragaman Shannon-Winner (H`) tumbuhan beracun di
Hutan Lindung Sibayak II pada setiap ketinggian ditunjukkan pada table 2.
Barbour, dkk (1987) menyatakan bahwa nilai H` hanya bisa berkisar 0-7.
Kriterianya antara lain adalah 0-2 tergolong rendah, 2-3 tergolong sedang dan
lebih dari 3 tergolong tinggi. Nilai indeks keanekaragaman Shannon-Winner (H`)
tertinggi yaitu pada ketinggian 1400 mdpl yaitu 3,795 sedangkan nilai H’ terendah
adalah pada ketinggian 1700 mdpl yaitu 1,121. Data dalam tabel 2 menunjukkan
bahwa kriteria keanekaragaman tumbuhan beracun pada ketinggian 1300 mdpl,
1600 mdpl, dan 1700 mdpl termasuk dalam kriteria keanekaragaman rendah.
Kriteria keanekaragaman tumbuhan beracun pada ketinggian 1500 mdpl
termasuk dalam kriteria keanekaragaman sedang dan kriteria keanekaragaman
tumbuhan beracun pada ketinggian 1400 mdpl termasuk dalam kriteria
keanekaragaman tinggi.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa secara umum keanekaragaman
tumbuhan beracun di daerah tersebut adalah rendah. Hal ini dapat dipengaruhi
oleh ketinggian tempat dari tempat tumbuh tumbuhan beracun tersebut. Hasil
analisis data berdasarkan ketinggian menunjukkan bahwa keanekaragaman
tumbuhan beracun pada ketinggian 1300, 1600 dan 1700 mdpl sangat rendah.
Diikuti dengan nilai keanekaragaman tumbuhan beracun pada ketinggian 1500
mdpl yang semakin berkurang dibandingkan dengan nilai keanekaragaman
tumbuhan beracun pada ketinggian 1400 mdpl. Hal ini karena faktor klimatik
khususnya suhu dan intensitas cahaya yang mempengaruhi tempat tumbuh
Gambar 11. Grafik indeks keanekaragaman Shannon- Winner tumbuhan beracun.
Menurut Waluya (2013) bahwa kondisi suhu udara tentunya sangat
berpengaruh terhadap kehidupan flora dan fauna, karena berbagai jenis spesies
memiliki persyaratan suhu lingkungan hidup ideal atau optimum serta tingkat
toleransi yang berbeda satu sama lain. Ditinjau dari segi kehadiran pada suatu
komunitas tumbuhan dapat dikatakan bahwa semakin tinggi suatu tempat maka
semakin sedikit pula tumbuhan yang tumbuh. Suhu dan intensitas cahaya akan
semakin kecil dengan semakin tingginya tempat tumbuh. Berikut adalah tabel
Indeks Keanekaragaman Shannon- Winner (H’) tumbuhan beracun di Hutan
Lindung Sibayak II pada setiap kategori ketinggian.
Tabel 2. Indeks keanekaragaman Shannon- Winner (H’) tumbuhan beracun di Hutan Lindung Sibayak II pada setiap kategori ketinggian.
Indeks
Ketinggian Tempat (mdpl)
1300 mdpl 1400 mdpl 1500 mdpl 1600 mdpl 1700
mdpl Indeks Keanekaragaman
Shannon- Winner (H’)
1.364 3.795 2.046 1.397 1.121
Indeks Dominasi
Indeks dominasi digunakan untuk mengetahui pemusatan dan penyebaran
jenis-jenis dominan. Menurut Odum (1971) dalam Gundo (2010) nilai indeks
dominasi berkisar antara 0 -1. Apabila nilai indeks dominasi mendekati 0 berarti
hampir tidak ada individu yang mendominasi dan biasanya diikuti dengan nilai
ada salah satu spesies yang mendominasi. Berikut ini adalah grafik indeks
dominasi tumbuhan beracun pada setiap ketinggian.
Gambar 12. Grafik indeks dominasi tumbuhan beracun.
Tabel 3 menunjukkan bahwa pada setiap ketinggian terdapat jenis
tumbuhan beracun yang dominan. Hal ini dilihat dari nilai indeks dominasi per
ketinggian mendekati 1. Jenis tumbuhan beracun yang dominan pada ketinggian
1300 mdpl adalah Mussaenda glabra Vahl, pada ketinggian 1400 mdpl adalah
Eupatorium odaratum L, pada ketinggian 1500 mdpl adalah Angelesia splendens
Kort, pada ketinggian 1600 mdpl adalah Mussaenda glabra Vahl, pada ketinggian 1700 mdpl adalah Mussaenda glabra Vahl. Dari hasi penelitian diketahui jenis
Mussaenda glabra Vahl tidak dominan pada ketinggian 1400- 1500 mdpl yang menyatakan bahwa pada jumlah mineral dan iklim yang terdapat pada ketinggian
tersebut tidak sesuai dengan syarat tempat tumbuhan tumbuhan tersebut. Menurut
Sitorus 2013 jenis Mussaenda glabra Vahl biasa ditemukan pada ketinggian 1500-1600 mdpl. Pada ketinggian 1400- 1500 mdpl juga ditemukan kondisi
lanatai hutan yang tidak baik karena adanya kegiatan pengambilan humus di