• Tidak ada hasil yang ditemukan

Eksplorasi Tumbuhan Beracun pada Kawasan Hutan Lindung Simandar Desa Tanjung Beringin I Kecamatan Sumbul Kabupaten Dairi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Eksplorasi Tumbuhan Beracun pada Kawasan Hutan Lindung Simandar Desa Tanjung Beringin I Kecamatan Sumbul Kabupaten Dairi"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah. Keanekaragaman tumbuhan di wilayah Indonesia banyak diketahui manfaatnya baik secara langsung maupun tidak langsung. Hasil hutan bukan kayu (HHBK) memiliki potensi yang dapat dikembangkan sebagai produk-produk hasil hutan dan meningkatkan pendapatan bagi masyarakat. Beberapa tahun terakhir keberadaan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) dipandang penting untuk terus dikembangkan mengingat produktivitas kayu dari hutan alam semakin menurun. Perubahan paradigma dalam pengelolaan hutan kini cenderung kepada pengelolaan kawasan (ekosistem) hutan secara utuh dan menuntut diversifikasi hasil hutan selain kayu. HHBK berasal dari bagian pohon atau tumbuhtumbuhan yang memiliki sifat khusus yang dapat menjadi suatu barang yang diperlukan oleh masyarakat, dijual sebagai komoditi ekspor atau sebagai bahan baku untuk suatu industri (Departemen Kehutanan, 2007)

HHBK merupakan sumber daya hutan yang memiliki keunggulan baik dari pemanfaatannya dan pegembangannya. Terdapat beberapa jenis tumbuhan HHBK yang saat ini banyak dikembangkan, seperti : bambu, madu hutan, damar, arang, getah, dan lainnya. Tumbuhan beracun merupakan salah satu produk dari hutan yang dapat dikembangkan serta dimanfaatkan (Palmolina M, 2014)

Tumbuhan beracun merupakan tumbuhan yang mengandung racun yang dapat menyebabkan rasa sakit atau kematian. Beberapa tumbuhan juga dapat menurunkan pertumbuhan pada manusia, hewan maupun tumbuhan/tanaman.

(2)

Tumbuhan beracun dari hutan kurang dapat perhatian khusus sehingga potensi yang cukup besar untuk dimanfaatkan dapat terabaikan. Pemanfaatan tumbuhan beracun masih sangat kurang menyebabkan tumbuhan beracun tertinggal dari pemanfaatan obat (Manalu, 2014)

Sampai saat ini kajian tumbuhan beracun di Kawasan Hutan Simandar Desa Tanjung Beringin I kecamatan Sumbul Kabupaten Dairi masih minim namun keberadaannya mampu memberikan manfaat pada masyarakat sekitar. Di daerah ini masyarakat yang tinggal di sekitar hutan, pada umumnya bekerja sebagai petani. Kecenderungan petani adalah menggunakan bahan pestisida kimia dalam pengendalian hama di lahan pertanian mereka. Keadaan ini cukup membahayakan bagi kesehatan manusia yang mengkonsumsi hasil pertanian tersebut dan juga dapat mencemari lingkungan. Untuk itu perlu dicari alternatif lain seperti penggunaan biopestisida yang lebih aman bagi kesehatan manusia.

Keanekaragaman jenis tumbuhan yang ada di hutan mempunyai potensi yang besar untuk dapat dikelola dengan baik. Bariyah (2013) menyatakan bahwa tumbuhan juga memegang peranan penting bagi ekologi bumi. Namun masih banyak tumbuh-tumbuhan langkah seperti tumbuhan beracun tidak tereksplor keberadaannya. Pengetahuan jenis tumbuhan di Indonesia juga masih sedikit yang diketahui. Tumbuhan juga memiliki kandungan kimia yang sebagian orang tidak mengetahuinya. Berdasarkan kebutuhan tersebut, maka dilakukan eksplorasi tumbuhan beracun di Hutan Lindung Simandar Desa Tanjung Beringin I Kecamatan Sumbul Kabupaten Dairi.

(3)

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang dilaksanakan pada kawasan Hutan Lindung Simandar Desa Tanjung Beringin I Kecamatan Sumbul Kabupaten Dairi yaitu : 1. Analisis aspek pengetahuan lokal

2. Mengidentifikasi jenis tumbuhan beracun

3. Mengidentifikas kandungan metabolit sekunder tumbuhan beracun

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah memberikan informasi dan pengetahuan tentang jenis-jenis tumbuhan beracun dan pemanfaatan tumbuhan beracun bagi masyarakat dan instansi yang terkait di Kawasan Hutan Lindung Simandar Desa Tanjung Beringin I Kecamatan Sumbul Kabupaten Dairi.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah terdapat 17 jenis tumbuhan beracun yang diskrining fitokimia untuk mengetahui kandungan metabolit sekundernya, diantaranya 10

Hasil pengujian fitokimia di laboratorium dari kedelapan tumbuhan beracun diperoleh data bahwa kedelapan tumbuhan beracun tersebut merupakan tumbuhan yang dapat digunakan

Eksplorasi Tumbuhan Beracun Sebagai Biopestisida Pada Kawasan Hutan Lindung Simancik IiDi Taman Hutan Raya Bukit Barisan.. Soerianegara

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keanekaragaman jenis dan potensi tumbuhan beracun, serta analisis metabolit sekunder dari jenis- jenis tumbuhan beracun tersebut

Jenis tumbuhan hias dengan nilai kerapatan tertinggi adalah tumbuhan Pacar air (Impatiens balsamina) dengan nilai 42,90 per hektar dan nilai kerapatan terendah adalah

Hasil hutan non kayu (HHNK) nabati, yaitu meliputi semua hasil non kayu dan turunannya yang berasal dari tumbuhan dan tanaman dan yang termasuk ke dalam kelompok ini

Studi Potensi Jenis Tumbuhan Bawah dan Epifit Sebagai Tanaman Hias pada Kawasan PPAT Yayasan Dian Tama Kalimantan Barat.. Fakultas Kehutanan Universitas Tanjung

Beberapa jenis tumbuhan beracun mengandung dua atau lebih senyawa racun yang berbeda komponen kimianya satu dengan lainnya. Hanenson (1980) menyatakan bahwa