• Tidak ada hasil yang ditemukan

Eksplorasi Tumbuhan Beracun Pada Kawasan Hutan Lindung Simancik I Di Taman Hutan Raya Bukit Barisan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Eksplorasi Tumbuhan Beracun Pada Kawasan Hutan Lindung Simancik I Di Taman Hutan Raya Bukit Barisan"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

EKSPLORASI TUMBUHAN BERACUN PADA KAWASAN

HUTAN LINDUNG SIMANCIK I DI TAMAN HUTAN RAYA

BUKIT BARISAN

SKRIPSI

Oleh :

JOY YUSRAN SIMAMORA 091201151

TEKNOLOGI HASIL HUTAN

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

EKSPLORASI TUMBUHAN BERACUN PADA KAWASAN

HUTAN LINDUNG SIMANCIK I DI TAMAN HUTAN RAYA

BUKIT BARISAN

SKRIPSI

Oleh

JOY YUSRAN SIMAMORA 091201151

TEKNOLOGI HASIL HUTAN

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Eksplorasi Tumbuhan Beracun Pada Kawasan Hutan Lindung Simancik I Di Taman Hutan Raya Bukit Barisan

Nama : Joy Yusran Simamora

NIM : 091201151

Minat : Teknologi Hasil Hutan

Disetujui oleh, Komisi Pembimbing :

(Yunus Afifuddin, S. Hut, M. Si) (Lamek Marpaung, M. P.hil, Ph. D) Ketua Anggota

Mengetahui,

Ketua Program Studi Kehutanan

(4)

ABSTRACT

JOY YUSRAN SIMAMORA. 091201151. Eksploration of Toxic Plant in The Safe Forest Simancik I in Taman Hutan Raya Bukit Barisan. Supervised of YUNUS AFIFUDDIN and LAMEK MARPAUNG.

Some plants contain unique elements. Most large and diverse groups of plants contain natural toxins of unknown or losses incurred. The research of purpose to analyze kinds, secondary metabolites, and potential for the development toxic plant as in the biopestiside Safe Forest Simancik I.

The exploration of plant toxic in the Safe Forest of Simancik I finded 13 kinds of toxic plant. The plant is Deng-deng Karangen (Octomeles sumatrana), Duri-duri (Hura brasiliensis), Gagaten Perik (Ficus sp) , Jabut-jabut (Alangium javanicum), Kerah-kerah (Canarium karoense H.J.L.), Kukur (Scheflera sp), Lancing Kerangen (Crytocarya tomenntosa B.L.), Rancang (Rubia sp), Riang-riang (Caladium bicolor), Risi-risi (Smilax leucophylla Blume), Sangke Sempilit Karangen (Podocarpus amarus Bl), Sangketan (Actynodaphne aqustifolia Ness.), Silantem Karangen (Connarus agamae). .

Plants of contain alkaloid compound are Kukur, Risi-Risi (Smilax leucophylla Blume), Duri-Duri (Hura brasiliensis), Sangketen (Actynodaphne aqustifolia Ness.), Riang-Riang (Caladium bicolor), Silantem Kerangen (Connarus agamae), Kerah-Kerah (Canarium karoense H.J.L.), Sangke Sempilit Kerangen (Podocarpus amarus Bl), Gagaten Perik, dan Rancang. The plants of contain flavonoid compound higher are Kukur, Lancing Kerangen (Crytocarya tomenntosa B.L.), Risi-Risi (Smilax leucophylla Blume), Duri-Duri (Hura brasiliensis), Sangketen (Actynodaphne aqustifolia Ness.), Riang-Riang (Caladium bicolor), Rancang. Plants of contain tannin compound are Risi-Risi (Smilax leucophylla Blume), Duri-Duri (Hura brasiliensis), and Sangketen (Actynodaphne aqustifolia Ness.). Plants of contain saponin compound are Kukur, Lancimg Kerangen (Crytocarya tomenntosa B.L.), Risi-Risi (Smilax leucophylla Blume), Duri-Duri (Hura brasiliensis), Deng-Deng Karangen (Octomeles sumatrana), Sangketen (Actynodaphne aqustifolia Ness.), Silantem Kerangen (Connarus agamae), Jabut-Jabut (Alangium javanicum), Kerah-Kerah (Canarium karoense H.J.L.), Sangke Sempilit Karangen (Podocarpus amarus Bl), Gagaten Perik, dan Rancang. And plants of contain terpenoid compound are Kukur, Lancing Kerangen (Crytocarya tomenntosa B.L.), Risi-Risi (Smilax leucophylla Blume), Duri-Duri (Hura brasiliensis), Deng-Deng karangen (Octomeles sumatrana), Sangketen (Actynodaphne aqustifolia Ness.), Riang-Riang (Caladium bicolor), Silantem Kerangen (Connarus agamae), Jabut-Jabut (Alangium javanicum), Sangke Sempilit Kerangen (Podocarpus amarus Bl), Gagatan Perik , and Rancang.

(5)

ABSTRAK

JOY YUSRAN SIMAMORA. 091201151. Eksplorasi Tumbuhan Beracun pada Kawasan Hutan Lindung Simancik I di Taman Hutan Raya Bukit Barisan. Dibimbing oleh YUNUS AFIFUDDIN dan LAMEK MARPAUNG.

Sejumlah tumbuhan mengandung unsur-unsur yang unik. Sebagian besar dan berbagai macam kelompok tumbuhan mengandung racun alami yang belum diketahui atau kerugian yang ditimbulkan. Penelitian bertujuan untuk menganalis jenis-jenis, metabolit sekunder, dan potensi pengembangan tumbuhan beracun sebagai biopestisida di Hutan Lindung Simancik I.

Eksplorasi tumbuhan beracun yang telah dilakukan di Hutan Lindung Simancik I mendapatkan tiga belas jenis tumbuhan beracun. Tumbuhan tersebut adalah Deng-deng Karangen (Octomeles sumatrana), Duri-duri (Hura brasiliensis), Gagaten Perik (Ficus sp), Jabut-jabut(Alangium javanicum), Kerah-kerah (Canarium karoense H.J.L.), Kukur (Scheflera sp), Lancing Kerangen (Crytocarya tomenntosa B.L.), Rancang (Rubia sp), Riang-riang (Caladium bicolor), Risi-risi (Smilax leucophylla Blume), Sangke Sempilit Karangen (Podocarpus amarus Bl), Sangketan (Actynodaphne aqustifolia Ness.), Silantem Karangen (Connarus agamae).

Tumbuhan yang mengandung alkaloid adalah Kukur, Risi-Risi (Smilax leucophylla Blume), Duri-Duri (Hura brasiliensis), Sangketen (Actynodaphne aqustifolia Ness.), Riang-Riang (Caladium bicolor), Silantem Kerangen (Connarus agamae), Kerah-Kerah (Canarium karoense H.J.L.), Sangke Sempilit Kerangen (Podocarpus amarus Bl), Gagaten Perik, dan Rancang. Tumbuhan yang mengandung Flavonoid tertinggi adalah Kukur, Lancing Kerangen (Crytocarya tomenntosa B.L.), Risi-Risi (Smilax leucophylla Blume), Duri-Duri (Hura brasiliensis), Sangketen (Actynodaphne aqustifolia Ness.), Riang-Riang (Caladium bicolor), Rancang. Tumbuhan yang mengandung Tanin adalah Risi-Risi (Smilax leucophylla Blume), Duri-Duri (Hura brasiliensis), dan Sangketen (Actynodaphne aqustifolia Ness.). Tumbuhan yang mengandung saponim adalah Kukur, Lancimg Kerangen (Crytocarya tomenntosa B.L.), Risi-Risi (Smilax leucophylla Blume), Duri-Duri (Hura brasiliensis), Deng-Deng Karangen (Octomeles sumatrana), Sangketen (Actynodaphne aqustifolia Ness.), Silantem Kerangen (Connarus agamae), Jabut-Jabut (Alangium javanicum), Kerah-Kerah (Canarium karoense H.J.L.), Sangke Sempilit Karangen (Podocarpus amarus Bl), Gagaten Perik, dan Rancang. Tumbuhan yang mengandung Terpenoid adalah Kukur, Lancing Kerangen (Crytocarya tomenntosa B.L.), Risi-Risi (Smilax leucophylla Blume), Duri-Duri (Hura brasiliensis), Deng-Deng karangen (Octomeles sumatrana), Sangketen (Actynodaphne aqustifolia Ness.), Riang-Riang (Caladium bicolor), Silantem Kerangen (Connarus agamae), Jabut-Jabut (Alangium javanicum), Sangke Sempilit Kerangen (Podocarpus amarus Bl), Gagatan Perik , dan Rancang.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lau Bagot, 09 Mei 1991 dari seorang ayah Pilian Simamora dan ibu Rugun Marbun. Penulis merupakan anak pertama dari lima bersaudara.

Riwayat pendidikan yaitu Sekolah Dasar Negeri 3 Tigalingga dan pindah ke Sekolah Dasar Inpres Barisan Tigor lulus tahun 2003, kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 1 Tigalingga hingga lulus tahun 2006. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan ke SMA Negeri 1 Tigalingga dan lulus pada tahun 2009. Kemudian penulis melanjutkan ke perguruan tinggi. Melalui Seleksi Nasional Mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN), penulis diterima di Program Studi Kehutanan , Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala berkat dan anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Judul skripsi ini adalah “Eksplorasi Tumbuhan Beracun pada Kawasan Hutan Lindung Simancik I di Taman Hutan Raya Bukit Barisan”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yaitu Yunus Afifuddin, S.Hut, M. Si dan Lamek Marpaung, M. Phil, Ph. D yang telah membimbing serta memberi masukan kepada penulis, hingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orangtua, abang dan serta teman-teman Kehutanan 2009 yang selalu memberikan dukungan dan motivasi hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Kemudian penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pengelola Balai Tahura Bukit Barisan yang telah mengizinkan dan membantu penulis melakukan penelitian di lapangan.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan ke depannya. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, April 2014

(8)

DAFTAR ISI

Komponen Senyawa Beracun dalam Tumbuhan ... 5

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ... 9

Alat dan Bahan ... 9

Prosedur Penelitian ... 10

Aspek Pengetahuan Lokal ... 10

Aspek Keanekaragaman ... 10

Aspek Fitokimia ... 12

HASIL DAN PEMBAHASAN Aspek Pengetahuan Lokal………. 18

Deskripsi Tumbuhan Beracun di Hutan Lindung Simancik I …… 19

Tingkat Keanekaragaman Tumbuhan Beracun di Hutan Lindung Simancik I ... 36

Hasil Skrining Tumbuhan Beracun di Hutan Lindung Simancik I 40 1. Alkaloid ... 42

2. Flavonoid ... 43

3. Tanin ... 44

4. Saponim ... 45

4. Terpen/Steroid ... 46

Potensi Tumbuhan Beracun di Hutan Lindung Simancik I ... 46

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 48

Saran ... 49

(9)

DAFTAR TABEL

1. Analisis Tumbuhan Beracun (tumbuhan bawah) di Hutan

Lindung Siamancik I ... 36 2. Analisis Tumbuhan Beracun (pohon) di Hutan Lindung

Siamancik I ... 36 3. Data hasil Uji Fitokimia Tumbuhan Beracun di Hutan Lindung

(10)

DAFTAR GAMBAR

1. Skema Pengujian Alkaloid. ... 14

2. Skema Pengujian Triterpen/Steroid. ... 15

3. Skema Pengujian Flavonoid. ... 16

4. Deng-Deng Karangen... 19

5. Duri-Duri. . ... 20

6. Gagaten Perik. ... 22

7. Jabut-Jabut. ... 23

8. Kerah-Kerah. ... 24

9. Kukur. ... 25

10.Lancing Kerangen. ... 26

11.Rancang. ... 27

12.Riang-Riang. ... 28

13.Risi-Risi. ... 30

14.Sangke Sempilit Karangen. ... 32

15.Sangketan. ... 33

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Data Tumbuhan Beracun di Hutan Lindung Simancik 1

(12)

ABSTRACT

JOY YUSRAN SIMAMORA. 091201151. Eksploration of Toxic Plant in The Safe Forest Simancik I in Taman Hutan Raya Bukit Barisan. Supervised of YUNUS AFIFUDDIN and LAMEK MARPAUNG.

Some plants contain unique elements. Most large and diverse groups of plants contain natural toxins of unknown or losses incurred. The research of purpose to analyze kinds, secondary metabolites, and potential for the development toxic plant as in the biopestiside Safe Forest Simancik I.

The exploration of plant toxic in the Safe Forest of Simancik I finded 13 kinds of toxic plant. The plant is Deng-deng Karangen (Octomeles sumatrana), Duri-duri (Hura brasiliensis), Gagaten Perik (Ficus sp) , Jabut-jabut (Alangium javanicum), Kerah-kerah (Canarium karoense H.J.L.), Kukur (Scheflera sp), Lancing Kerangen (Crytocarya tomenntosa B.L.), Rancang (Rubia sp), Riang-riang (Caladium bicolor), Risi-risi (Smilax leucophylla Blume), Sangke Sempilit Karangen (Podocarpus amarus Bl), Sangketan (Actynodaphne aqustifolia Ness.), Silantem Karangen (Connarus agamae). .

Plants of contain alkaloid compound are Kukur, Risi-Risi (Smilax leucophylla Blume), Duri-Duri (Hura brasiliensis), Sangketen (Actynodaphne aqustifolia Ness.), Riang-Riang (Caladium bicolor), Silantem Kerangen (Connarus agamae), Kerah-Kerah (Canarium karoense H.J.L.), Sangke Sempilit Kerangen (Podocarpus amarus Bl), Gagaten Perik, dan Rancang. The plants of contain flavonoid compound higher are Kukur, Lancing Kerangen (Crytocarya tomenntosa B.L.), Risi-Risi (Smilax leucophylla Blume), Duri-Duri (Hura brasiliensis), Sangketen (Actynodaphne aqustifolia Ness.), Riang-Riang (Caladium bicolor), Rancang. Plants of contain tannin compound are Risi-Risi (Smilax leucophylla Blume), Duri-Duri (Hura brasiliensis), and Sangketen (Actynodaphne aqustifolia Ness.). Plants of contain saponin compound are Kukur, Lancimg Kerangen (Crytocarya tomenntosa B.L.), Risi-Risi (Smilax leucophylla Blume), Duri-Duri (Hura brasiliensis), Deng-Deng Karangen (Octomeles sumatrana), Sangketen (Actynodaphne aqustifolia Ness.), Silantem Kerangen (Connarus agamae), Jabut-Jabut (Alangium javanicum), Kerah-Kerah (Canarium karoense H.J.L.), Sangke Sempilit Karangen (Podocarpus amarus Bl), Gagaten Perik, dan Rancang. And plants of contain terpenoid compound are Kukur, Lancing Kerangen (Crytocarya tomenntosa B.L.), Risi-Risi (Smilax leucophylla Blume), Duri-Duri (Hura brasiliensis), Deng-Deng karangen (Octomeles sumatrana), Sangketen (Actynodaphne aqustifolia Ness.), Riang-Riang (Caladium bicolor), Silantem Kerangen (Connarus agamae), Jabut-Jabut (Alangium javanicum), Sangke Sempilit Kerangen (Podocarpus amarus Bl), Gagatan Perik , and Rancang.

(13)

ABSTRAK

JOY YUSRAN SIMAMORA. 091201151. Eksplorasi Tumbuhan Beracun pada Kawasan Hutan Lindung Simancik I di Taman Hutan Raya Bukit Barisan. Dibimbing oleh YUNUS AFIFUDDIN dan LAMEK MARPAUNG.

Sejumlah tumbuhan mengandung unsur-unsur yang unik. Sebagian besar dan berbagai macam kelompok tumbuhan mengandung racun alami yang belum diketahui atau kerugian yang ditimbulkan. Penelitian bertujuan untuk menganalis jenis-jenis, metabolit sekunder, dan potensi pengembangan tumbuhan beracun sebagai biopestisida di Hutan Lindung Simancik I.

Eksplorasi tumbuhan beracun yang telah dilakukan di Hutan Lindung Simancik I mendapatkan tiga belas jenis tumbuhan beracun. Tumbuhan tersebut adalah Deng-deng Karangen (Octomeles sumatrana), Duri-duri (Hura brasiliensis), Gagaten Perik (Ficus sp), Jabut-jabut(Alangium javanicum), Kerah-kerah (Canarium karoense H.J.L.), Kukur (Scheflera sp), Lancing Kerangen (Crytocarya tomenntosa B.L.), Rancang (Rubia sp), Riang-riang (Caladium bicolor), Risi-risi (Smilax leucophylla Blume), Sangke Sempilit Karangen (Podocarpus amarus Bl), Sangketan (Actynodaphne aqustifolia Ness.), Silantem Karangen (Connarus agamae).

Tumbuhan yang mengandung alkaloid adalah Kukur, Risi-Risi (Smilax leucophylla Blume), Duri-Duri (Hura brasiliensis), Sangketen (Actynodaphne aqustifolia Ness.), Riang-Riang (Caladium bicolor), Silantem Kerangen (Connarus agamae), Kerah-Kerah (Canarium karoense H.J.L.), Sangke Sempilit Kerangen (Podocarpus amarus Bl), Gagaten Perik, dan Rancang. Tumbuhan yang mengandung Flavonoid tertinggi adalah Kukur, Lancing Kerangen (Crytocarya tomenntosa B.L.), Risi-Risi (Smilax leucophylla Blume), Duri-Duri (Hura brasiliensis), Sangketen (Actynodaphne aqustifolia Ness.), Riang-Riang (Caladium bicolor), Rancang. Tumbuhan yang mengandung Tanin adalah Risi-Risi (Smilax leucophylla Blume), Duri-Duri (Hura brasiliensis), dan Sangketen (Actynodaphne aqustifolia Ness.). Tumbuhan yang mengandung saponim adalah Kukur, Lancimg Kerangen (Crytocarya tomenntosa B.L.), Risi-Risi (Smilax leucophylla Blume), Duri-Duri (Hura brasiliensis), Deng-Deng Karangen (Octomeles sumatrana), Sangketen (Actynodaphne aqustifolia Ness.), Silantem Kerangen (Connarus agamae), Jabut-Jabut (Alangium javanicum), Kerah-Kerah (Canarium karoense H.J.L.), Sangke Sempilit Karangen (Podocarpus amarus Bl), Gagaten Perik, dan Rancang. Tumbuhan yang mengandung Terpenoid adalah Kukur, Lancing Kerangen (Crytocarya tomenntosa B.L.), Risi-Risi (Smilax leucophylla Blume), Duri-Duri (Hura brasiliensis), Deng-Deng karangen (Octomeles sumatrana), Sangketen (Actynodaphne aqustifolia Ness.), Riang-Riang (Caladium bicolor), Silantem Kerangen (Connarus agamae), Jabut-Jabut (Alangium javanicum), Sangke Sempilit Kerangen (Podocarpus amarus Bl), Gagatan Perik , dan Rancang.

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia memiliki potensi keanekaragaman tumbuhan dari suatu ekosistem hutan. Ekosistem alam tropika Indonesia merupakan pabrik alam tercanggih untuk memproduksi keanekaragaman hutan hasil kayu dan non kayu yang tidak dapat digantikan fungsi, proses dan kerjanya dengan ekosistem buatan manusia. Sumberdaya hutan mempunyai peranan penting bagi kehidupan manusia, karena hutan dapat menyediakan berbagai kebutuhan manusia antara lain : kayu sebagai hasil utama (tumbuhan kayu), serta daun, buah, getah, bahan pewarna, dan bahan baku obat sebagai hasil hutan ikutan (tumbuhan non-kayu).

Keracunan dapat diidentifikasi dari berbagai macam tumbuhan beracun, dan dapat dikelompokkan menurut senyawa racun. Sejumlah tumbuhan mengandung unsur-unsur yang unik. Sebagian besar dan berbagai macam kelompok tumbuhan mengandung racun alami yang belum diketahui atau kerugian yang ditimbulkan. Sebagian tanaman mengandung dua atau lebih senyawa racun yang berbeda satu dengan yang lainnya.

(15)

kawasan ini sangat perlu, dikarenakan untuk mengetahui jenis-jenis lain yang ada pada kawasan ini, khususnya tumbuhan beracun. Selain itu peneliti juga memilih Simancik I sebagai tempat penelitian karena pada kawasan ini belum diketahuinya potensi HHNK pada kawasan tersebut.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang dilaksanakan pada Kawasan Hutan Lindung Simancik I di Taman Hutan Raya Bukit Barisan ini antara lain:

1. Analisis identifikasi jenis-jenis tumbuhan beracun.

2. Analisis metabolit sekunder dari jenis-jenis tumbuhan beracun tersebut. 3. Analisis potensi pengembangan tumbuhan beracun sebagai biopestisida.

Manfaat Penelitian

(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Eksplorasi adalah kegiatan pelacakan atau penjelajahan guna mencari, mengumpulkan, dan meneliti jenis plasma nutfah tertentu untuk mengamankan dari kepunahan. Langkah pertama pengeksplorasian adalah mencari informasi ke dinas-dinas dan instansi terkait lainnya untuk memperoleh informasi tentang jenis dan habitat tumbuhnya. Informasi ini kemudian dikembangkan pada saat eksplorasi ke lokasi sasaran yang umumnya daerah asal dan penyebaran jenis tanaman.

Tahura merupakan bentuk pelestarian alam terkombinasi, antara pelestarian ek-situ dan in-situ. Sehingga Tahura dapat ditetapkan baik dari hutan alam maupun hutan buatan. Namun demikian, fungsi yang jelas sebuah hutan raya adalah sebagai etalase keanekaragaman hayati, tempat penelitian, tempat penangkaran jenis, serta juga sebagai tempat wisata. Tahura Bukit Barisan mempunyai maksud dan tujuan utama yakni sebagai sumber genetic dan plasma nutfah, pusat informasi dan penelitian peranan flora dan fauna bagi generasi kini dan mendatang. Selain itu juga memiliki fungsi perlindungan hidrologi, bahwa kawasan Tahura Bukit Barisan merupakan sumber mata air bersih bagi warga kota Medan, pencegah erosi dan banjir daerah pantai timur Sumatera Utara, peredam polusi kendaraan dan industri kota Medan dan sekitarnya, lokasi penyuluhan dan pendidikan konservasi.

(17)

digunakan, dan sangat efektif. Disamping berfungsi sebagai agen maut, racun apabila diberikan pada dosis yang tepat dapat berfungsi sebagai obat ataupun kegiatan yang menunjang lainnya. Disamping pengobatan, sebagian racun dapat digunakan sebagai kegiatan penunjang hidup manusia.

Racun adalah zat atau senyawa yang dapat masuk ke dalam tubuh dengan berbagai cara yang menghambat respons pada sistem biologis sehingga dapat menyebabkan gangguan kesehatan, penyakit, bahkan kematian. Umumnya berbagai bahan kimia yang mempunyai sifat berbahaya atau bersifat racun, telah diketahui. Namun, tidak demikian halnya dengan beberapa jenis hewan dan tumbuhan, termasuk beberapa jenis tanaman pangan yang ternyata dapat mengandung racun alami, walaupun dengan kadar yang sangat rendah. Tanaman pangan seperti sayuran dan buah-buahan memiliki kandungan nutrien, vitamin, dan mineral yang berguna bagi kesehatan manusia serta merupakan komponen penting untuk diet sehat. Meskipun demikian, beberapa jenis sayuran dan buah-buahan dapat mengandung racun alami yang berpotensi membahayakan kesehatan manusia. Racun alami adalah zat yang secara alami terdapat pada tumbuhan, dan sebenarnya merupakan salah satu mekanisme dari tumbuhan tersebut untuk melawan serangan jamur, serangga, serta predator (BPOM, 2012).

(18)

Grainge dan Ahmed (1988) menyatakan bahwa tanaman yang mengandung metabolit sekunder umumnya mengeluarkan zat-zat hasil metabolisme sekunder dengan cara pencucian air hujan (contohnya pada daun dan kulit tanaman), penguapan dari daun (contohnya kamfer), ekskresi eksudat pada akar (contohnya alang-alang) dan dekomposisi bagian tanaman itu sendiri (jatuh ke tanah dan membusuk).

Komponen Senyawa Beracun dalam Tumbuhan

Racun dapat diidentifikasi pada tumbuhan beracun dan kemungkinan dapat disebabkan oleh hasil metabolisme sekunder yang terkandung di dalam tumbuhan beracun tersebut. Setiap jenis tumbuhan beracun pada umumnya mengandung zat-zat atau senyawa kimia yang berbeda-beda. Senyawa racun yang bersifat alami dalam tumbuhan beracun belum sepenuhnya diketahui dan belum semuanya dimanfaatkan secara aplikatif. Beberapa jenis tumbuhan beracun mengandung dua atau lebih senyawa racun yang berbeda komponen kimianya satu dengan lainnya. Hanenson (1980) menyatakan bahwa komponen-komponen kimia yang dihasilkan tumbuhan beracun melalui metabolisme sekunder terbagi atas beberapa macam seperti alkaloid, glikosida, asam oksalat, resin, phytotoxin, tanin, saponin, polipeptida dan asam amino serta mineral lainnya.

1. Alkaloid

(19)

alkaloid adalah pupil yang membesar, kulit terasa panas dan memerah, jantung berdenyut kencang, penglihatan menjadi gelap dan menyebabkan susah buang air.

2. Glikosida

Glikosida adalah salah satu komponen yang dihasilkan melalui proses hidrolisis yang biasa dikenal dengan sebutan aglikon. Glikosida merupakan senyawa yang paling banyak terdapat dalam tumbuhan bahkan lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah alkaloid yang terkandung. Gejala yang ditimbulkan bagi manusia apabila terkontaminasi glikosida adalah iritasi pada mulut dan perut serta diare.

3. Asam oksalat

Kadar asam oksalat pada tumbuhan tergantung dari tempat tumbuh dan iklim. Kadar asam oksalat paling tinggi ada pada saat akhir musim panas dan musim gugur. Hal ini disebabkan oleh asam oksalat yang dihasilkan tumbuhan terakumulasi selama masa tumbuhan produktif pada musim-musim itu. Gejala yang ditimbulkan bagi manusia apabila terkontaminasi asam oksalat adalah mulut beserta kerongkongan terasa terbakar, lidah membengkak hingga menyebabkan kehilangan suara sekitar selama dua hari dan bahkan dapat menyebabkan kematian jika terkontaminasi terlalu banyak.

4. Resin

(20)

5. Phytotixin

Phytotixin adalah protein kompleks terbesar yang dihasilkan oleh bagian kecil tumbuhan dan memiliki tingkat keracunan yang tinggi. Gejala yang ditimbulkan bagi manusia apabila terkontaminasi phytotoxin adalah iritasi hingga menyebabkan luka berdarah dan pembengkakan organ tubuh setelah terkontaminasi.

6. Tanin

Tanin adalah senyawa polifenol yang bersifat terhidrolisa dan kental. Senyawa ini telah dikembangkan oleh tanaman sebagai bentuk pertahanan terhadap serangan eksternal dari predator yang memiliki rasa sangat pahit atau kelat. Jika terkonsumsi lebih dari 100 mg bisa menghasilkan masalah pada saluran pencernaan seperti diare, sakit perut, urin bercampur darah, sakit kepala, kurang nafsu makan dan lain-lain.

7. Saponin

(21)

darah, senyawa ini dapat merusak ginjal dan hati serta mempengaruhi sistem saraf bahkan dapat menghasilkan serangan jantung.

8. Polipeptida dan asam amino

(22)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai dengan bulan Oktober 2013. Pengambilan sampel di kawasan Hutan Lindung Simancik I, Taman Hutan Raya Bukit Barisan, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Analisis fitokimia dilaksanakan di Laboratorium Kimia Bahan Alam, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara.

Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : alat tulis, beaker glass, gelas ukur, kalkulator, kamera, kantung plastik, kertas label, kertas saring, oven, penangas air, pipet tetes, saringan, shaker, spatula, tabung reaksi, dan timbangan analitik.

(23)

Prosedur Penelitian

1. Aspek Pengetahuan Lokal

Survei pengetahuan lokal dilakukan untuk mengetahui pengaruh adanya tumbuhan beracun bagi masyarakat yang diperoleh dari hasil wawancara. Informan kunci yang dipilih dalam penelitian ini adalah opsir Balai Tahura, pimpinan masyarakat setempat, dan ahli pengobatan tradisional. Data yang diperoleh dari hasil wawancara bersama informan kunci ditabulasikan dan dianalisa secara deskriptif.

2. Aspek Keanekaragaman

Pengumpulan data analisis vegetasi tumbuhan beracun menggunakan metode purposive sampling dengan plot lingkaran berukuran luas 0,05 hektar (Soetarahardja, 1997). Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan rumus:

a. Kerapatan suatu jenis (K)

contoh

b. Kerapatan relatif suatu jenis (KR)

100%

c. Frekuensi suatu jenis (F)

petak

d. Frekuensi relatif suatu jenis (FR)

(24)

Untuk mengetahui Indeks Nilai Penting (INP) pada tingkat tumbuhan bawah (under stories), semai (seedling), dan pancang (sapling) dihitung dari nilai kerapatan relatif (KR) dan frekuensi relatif (FR) :

INP = KR + FR

Untuk memperkirakan keanekaragaman spesies ada indeks keanekaragaman yang dapat digunakan dalam analisis komunitas tumbuhan adalah indeks Shanon atau Shanon Indeks of General Diversity (H’). Rumus Indeks Keanekaragaman Shanon-Wienner atau Shanon Indeks of General Diversity (H’) :

H’ = - ∑ (ni/N) ln (ni/N) Keterangan :

H’ = indeks Shannon = indeks keanekaragaman Shannon Ni = jumlah individu dari suatu jenis i

N = jumlah total individu seluruh jenis

Besarnya indeks keanekaragaman jenis menurut Shannon-Wiener didefenisikan sebagai berikut :

a. Nilai H’ > 3 menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu transek adalah melimpah tinggi

b. Nilai H’ 1 < H’ < 3 menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu transek sedang melimpah

(25)

3. Aspek Fitokimia

Aspek fitokimia mengacu kepada pendeteksian kandungan metabolit sekunder yang berpotensi sebagai biopestisida. Jenis-jenis tumbuhan beracun dideteksi kandungan senyawanya yang tergolong metabolit sekunder yaitu senyawa alkaloid, terpen, tanin dan saponin. Prosedur pengujian fitokimia yang dilakukan berdasarkan Penuntun Praktikum Kimia Bahan Alam (2010) adalah sebagai berikut:

a. Pengujian Alkaloid

Sampel diiris halus lalu dimasukkan ke dalam beaker glass sebanyak 10 gram. Selanjutnya direndam dengan HCl 2 N dan dipanaskan di atas penangas air selama 2 jam pada suhu 60oC. Hasilnya didinginkan dan disaring. Filtrat akan diujikan sebagai berikut :

• Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah dengan 2 tetes pereaksi Maeyer.

Jika mengandung senyawa golongan alkaloid maka akan terbentuk endapan menggumpal berwarna putih kekuningan.

• Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah dengan 2 tetes pereaksi

Dragendorff. Jika mengandung senyawa golongan alkaloid maka akan terbentuk endapan berwarna merah bata.

• Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah dengan 2 tetes pereaksi

Bouchardart. Jika mengandung senyawa golongan alkaloid maka akan terbentuk endapan berwarna cokelat kehitaman.

• Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah dengan 2 tetes pereaksi Wagner.

(26)

Gambar 1. Skema Pengujian Alkaloid

b. Pengujian Terpen

Sampel diiris halus lalu dikeringkan dalam oven pada suhu 50oC. Selanjutnya ditimbang sebanyak 2-3 gram, dimasukkan ke dalam

(27)

beaker glass dan diekstraksi dengan 10 mL metanol. Ekstrak dipanaskan selama 15 menit di atas penangas air kemudian disaring. Filtrat akan diujikan sebagai berikut :

• Filtrat sebanyak 1 tetes ditambah dengan 3 tetes pereaksi

Salkowsky. Jika mengandung senyawa golongan terpen maka akan tampak perubahan warna larutan menjadi warna merah pekat.

• Filtrat ditotolkan ke plat TLC, kemudian difiksasi dengan CeSO4

(28)

Gambar 2. Skema Pengujian Triterpen-Steroid

c. Pengujian Flavonoid

Sampel diiris halus lalu dikeringkan dalam oven pada suhu 50oC. Selanjutnya ditimbang sebanyak 2-4 gram, dimasukkan ke dalam beaker glass dan diekstraksi dengan 20 mL metanol. Ekstrak dapat diekstraksi dalam kondisi panas maupun dingin kemudian disaring. Filtrat akan diujikan sebagai berikut :

Sampel (2-3 gram) Ekstrak Metanol (10 mL)

Pemanasan (15 menit)

Filtrat

Pereaksi Salkowsky (3 tetes)

Penyaringan

CeSO4 1% dalam H2SO4 10% ke plat

TLC

Filtrat (1 tetes) Filtrat (1 tetes)

(29)

• Filtrat sebanyak 1 tetes ditambah dengan 3 tetes larutan FeCl3 1%.

Jika mengandung senyawa golongan tanin maka akan tampak perubahan warna larutan menjadi warna hitam.

• Filtrat sebanyak 1 tetes ditambah dengan 3 tetes larutan

NaOH 10%. Jika mengandung senyawa golongan tanin maka akan tampak perubahan warna larutan menjadi warna ungu kemerahan.

• Filtrat sebanyak 1 tetes ditambah dengan 3 tetes Mg-HCl encer.

Jika mengandung senyawa golongan tanin maka akan tampak perubahan warna larutan menjadi warna merah jambu.

• Filtrat sebanyak 1 tetes ditambah dengan 3 tetes larutan H2SO4.

Jika mengandung senyawa golongan tanin maka akan tampak perubahan warna larutan menjadi warna merah intensif.

Gambar 3. Skema Pengujian Flavonoid Filtrat (1 tetes)

Sampel (2-4 gram) Ekstrak Metanol (20 mL)

(30)

d. Pengujian Saponin

(31)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Aspek Pengetahuan Lokal

(32)

Deskripsi Tumbuhan Beracun yang Ditemukan di Hutan Lindung Simancik I

Jenis-jenis tumbuhan beracun yang ditemukan di Hutan Lindung Simancik I ada 13 jenis. Jenis tumbuhan beracun yang telah ditemukan dideskripsikan sebagai berikut.

1.Deng-Deng Karangen (Octomeles sumatrana)

Gambar 4. Deng-Deng Karangen Kingdom : Plantae

(33)

Spesies : O. sumatrana

Perawakan pohon berukuran besar, tinggi 40-50 m. Batang diameter dapat mencapai 250 cm, bentuk silindris, tidak berlekuk, bebas cabang mencapai 30 m, berbanir besar mencapai tinggi 4,5 m, kulit batang berwarna abu-abu kecoklatan, licin, kadang berbintik-bintik, berlekah atau retak-retak tak teratur, dari famili Datiscaceae. Kandungan kimia yang terkandung adalah senyawa golongan terpen pada daun. Daun tunggal, kedudukan tersebar atau spiral, tepi daun rata, berbentuk jantung membundar dengan panjang 12-40 cm dan lebar 6-23 cm, panjang tangkai daun 10-32 cm. Berbiji banyak berbentuk gelondong. Buah berupa kapsul berbentuk bulat memanjang, membelah dari atas ke bawah, panjang 12 mm.

2. Duri-Duri (Hura brasiliensis)

(34)

Kingdom : Plantae Divisi : Spermatopyta Class : Dicotyledon Ordo : Malpighiales Famili : Euphorbiaceae Genus : Hura

Spesies : Hura brasiliensis

(35)

3. Gagaten Perik (Ficus sp )

Gambar 6. Gagaten Perik Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatopyta Class : Monocotyledon Ordo : Rosales

Famili : Moraceae Genus : Ficus Spesies : Ficus sp

(36)

4.Jabut-Jabut (Alangium javanicum)

Gambar 7. Jabut-Jabut Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Class : Magnoliopsida Ordo : Cornales Famili : Alangiaceae Genus : Alangium Spesies : A. javanicum

(37)

entire. Tergolong berbiji lembek. berwarna kuning-putih. Ditempatkan dalam jumlah malai kecil. Buah berwarna merah tua dan dapat dimakan.

5.Kerah-Kerah ( Canarium karoense H.J.L )

Gambar 8. Kerah-Kerah Kingdom : Plantae

Divisi : Angiospermae Class : Eudicots Ordo : Sapindales Famili : Burseraceae Genus : Canarium Spesies : C.karoense

(38)

kimia yang terkandung adalah senyawa golongan Alkaloid dan Saponim pada daun. Permukaan daun kasar Bentuk daun oblaceolate. Bentuk ujung daun obtuse. Bentuk pangkal daun cuneate. Bentuk tepi daun serrate. Bunga berwarna putih bersih

6. Kukur (Scheflera sp )

Gambar 9. Kukur Kingdom : Plantae

(39)

Perawakan batang berawarna kekuninagn. Kandungan kimia yang terkandung adalah senyawa golongan Alkaloid, Flavonoid, Saponim, dan terpen pada daun.

7.Lancing Karangen (Cryptocarya tomentosa B.L )

Gambar 10. Lancing Karangen Kingdom : Plantae

(40)

Adalah pohon berukuran sedang yang tumbuh hingga ketinggian 20 m dengan ketebalan dari 105 cm di hutan hujan utama thailand, Malaysia, Kalimantan, dan Indonesia. Tumbuh sampai ketinggian 1000 m. kulit kemerahan dan bersisik halus. kulit bagian dalam berwarna kuning, menjadi coklat jika terpapar. Panjang tangkai daun adalah 0,5-1,5 cm dan berbulu halus. Ujung daun memiliki dasar runcing yang cuneate, dan permukaan yang lebih rendah agak keabu-abuan dan berbulu halus. Kandungan kimia yang terkandung adalah senyawa golongan Plavonoid, Saponim, dan terpen pada daun.

8.Rancang (Rubia sp )

Gambar 11. Rancang Kingdom : Plantae

(41)

Ordo : Gentianales Famili : Rubiaceae Genus : Rubia Spesies : Rubia sp

Tumbuhan ini merupakan tumbuhan bawah. Memiliki batang yang berbuku-buku dan buah terdapat pada ujung batang. Batang berwarna hijau. Tata daun decusate, daun tunggal, bangun daun lanset (lanseolatus), pangkal daun meruncing (acutus), tepi daun bergerigi kasar (serraatus). ujung daun meruncing (acutus), permukaan daun gundul (glaber) pertulangan daun menyirip (penninervis). Kandungan kimia yang terkandung adalah senyawa golongan Alkaloid, Flavonoid, Saponim, dan terpen pada daun.

9. Riang-Riang ( Caladium bicolor )

(42)

Kingdom : Plantae Divisi : Spermatopyta Class : Monocotyledoneae Ordo : Arales

Famili : Araceae Genus : Caladium Spesies : C.bicolor

Riang-Riang atau keladi merupakan sekelompok tumbuhan dari genus

Caladium (suku talas-tal

juga dipakai untuk menyebut beberapa tumbuhan lain yang masih sekerabat namun tidak termasuk Caladium, sepertiColocasia). Keladi sejati jarang membent sekarang tersebar ke berbagai penjuru dunia. Semua bagian keladi beracun dan tidak boleh dikonsumsi. Walaupun demikian, penggunaannya sebagai tanaman hias cukup luas. Tumbuhan ini sudah ditangkarkan dan dimuliakan sejak akhir abad ke-18 diC. bicolor telah mengalami banyak perubahan sifat menjadi berdaun warna-warni. Terdapat pula kultivar yang katai. Paling tidak

terdapat 120 kultivaC.

(43)

Caladium bicolor (Keladi dua warna) adalah salah satu tumbuhan yang berdaun lengkap atau folium completus karena memiliki pelepah daun (vagina), tangkai daun (petioulus) dan helaian daun (lamina). Tanaman ini memiliki sifat daun yaitu bangun daun atau circumscriptio bentuknya menyerupai sebuah perisai atau peltatus. Daging daun atau Intervenium nya bersifat seperti kertas atau papyraceus. Susunan tulang-tulang atau nervatio nya bersifat menjari atau palminervis. Tepi daun atau margo folii nya bersifat berombak atau repandus. Ujung daun atau apex folii nya bersifat meruncing atau acuminatus. Permukaan daunnya bersifat licin atau laevis. Kandungan kimia: Kandungan kimia yang terkandung adalah senyawa golongan Alkaloid, Flavonoid, dan terpen pada daun.

10. Risi-Risi (Smilax leucophylla Blume)

(44)

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Divisi : Magnoliopyta (Tumbuhan berbunga) Class : Liliopsida (Berkeping satu/monokotil) Ordo : Liliales

Famili : Smilacaceae Genus : Smilax

Spesies : Smilax leucophlla

liana memanjat. Batang berkayu,diameter 0,5 cm,memiliki duri,

memilki sulur. Habitat hutan dan pegunungan topis. Tergolong family

Smilacaceae. Kandungan kimia yang terkandung adalah senyawa golongan Alkaloid, Flavonoid, Tanin, Saponim dan terpenoid. Daun perkamen, berwarna hijau mengkilat,bentuk daun membulat telur, panjang 7-19cm, lebar 5-11 cm;

panjang tangkai daun 1-2 cm. daun muda sebagai sayur. Buah muda

(45)

11. Sangke Sempilit Karangen ( Podocarpus amarus Bl )

Gambar 14. Sangke Sempilit Karangen Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Divisi : Pinopyta Class : Pinopsida Ordo : Pinales

Famili : Podocarpaceae Genus : Podocarpus

Spesies : Podocarpus amarus

(46)

daun, tidak bengkak ; daun terluas 4,0-15,0 cm , 2,0-20,0 cm; simetris, acuminate, permukaan daun berwarna hijau tua .stipula ada . Perbungaan terminal atau aksiler, bunga tunggal atau bunga pada sumbu tidak bercabang ( bunga jantan dan betina dalam satu tangkai), bunga berkelamin tunggal , berkelamin dengan bunga jantan dan betina pada tanaman yang berbeda , bunga sedikit asimetris , 1,0-3,0 mm , panjang benih lebih dari 10 mm ( maksimal 20 mm ) . Penyebaran West Sepik , Morobe , Western Highlands , Dataran Tinggi Timur , Utara , Milne Bay , New Britain & New Ireland . Kandungan kimia yang terkandung adalah senyawa golongan Alkaloid, Saponim dan terpen pada daun.

12. Sangketan (Actinodaphne angustifolia Ness)

(47)

Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Divisi : Angiosperms

Class : Magnoliids Ordo : Laurales Famili : Lauraceae Genus : Actinodaphne

Spesies : Actinodaphne angustifolia Ness.

(48)

13. Silantem Karangen (Connarus agamae)

Gambar 16. Silantem Karangen Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Divisi : Spematopyta Class : Dicotyledon Ordo : Fabales Famili : Connaraceae Genus : Connarus

Spesies : Connarus agamae

(49)

Tingkat Keanekaragaman Tumbuhan Beracun di Hutan Lindung

Simancik I

Tumbuhan beracun yang ditemukan di Hutan Lindung Simancik I ada 13 jenis tumbuhan. Data analisis tumbuhan beracun dapat ditunjukkan dalam tabel berikut ini.

Tabel 1. Analisis tumbuhan beracun (tumbuhan bawah) di Hutan Lindung Simancik I

(50)

Nilai Kerapatan Relatif (KR) tertinggi terdapat pada jenis Kerah-kerah dan Risi pada golongan tumbuhan bawah dengan nilai sebesar 15.38%. Tingginya nilai ini menunjukkan bahwa jenis kedua jenis ini memiliki kerapatan yang tinggi di Hutan Lindung Simancik I. Sedangkan nilai kerapatan relatif yang terendah adalah jenis Rancang Daluna dengan nilai sebesar 1.62%. Nilai Kerapatan Relatif tertinggi pada golongan tingkat pohon terdapat pada jenis Jabut-Jabut dengan nilai sebesar 13.82%. Tingginya nilai ini menunjukkan bahwa jenis Jabut-Jabut memiliki kerapatan yang tinggi di Hutan Lindung Simancik I. Sedangkan nilai kerapatan relatif yang terendah adalah jenis Silantam Ruhi dan Sanggubuh dengan nilai sebesar 1.07%. Ini disebabkan karena sifat pertumbuhan dari kedua jenis ini yang sangat lambat dan sulitnya menghasilkan anakan yang tidak mampu berkompetisi dengan jenis lain . Sehingga populasi jenis tersebut hanya sedikit. Beragamnya nilai kerapatan relatif ini mungkin disebabkan karena kondisi hutan yang memiliki variasi lingkungan yang tinggi. Loveless (1989) menyatakan bahwa sebagian tumbuhan dapat berhasil tumbuh dalam kondisi lingkungan yang beraneka ragam sehingga tumbuhan tersebut cenderung tersebar luas.

Berdasarkan data analisis vegetasi yang terdapat pada Tabel , diperoleh bahwa nilai H’ yang didapatkan pada golongan tumbuhan bawah adalah sebesar 0.14% dan pada golongan tingkat pohon adalah 0.03%. Menurut (Indriyanto,2006) Besarnya indeks keanekaragaman jenis menurut Shannon-Wiener didefenisikan sebagai berikut :

(51)

b. Nilai H’ 1 < H’ < 3 menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu transek sedang melimpah

c. Nilai H’ < 1 menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu transek adalah sedikit atau rendah

Hal ini menunjukkan bahwa keanekaragaman jenis tumbuhan beracun di Hutan Lindung Simancik I tergolong rendah produktivitasnya, baik tingkat tumbuhan bawah maupun tingkat pohon karena jenis yang ditemukan tidak terlalu banyak dan penyebaran jenis Tumbuhan beracun kurang merata. Hal ini juga dapat disebabkan oleh persaingan tumbuhan satu dengan yag lainnya, sehingga beberapa jenis kurang mampu untuk beradaptasi di Hutan Lindung Simancik I, serta tidak terjadinya keseimbangan jumlah jenis.

(52)

dikelompokkan atas empat kelompok yaitu jenis aksidental (frekuensi 0-25%), jenis assesori (25-50%), jenis konstan (50-75%), dan jenis absolut (di atas 75%) (Suin, 2002). Berdasarkan data tabel , bahwa tumbuhan yang ada di Hutan Lindung Simancik I termasuk dalam kategori jenis aksidental dengan frekuensi 0-25%. Hal ini memperlihatkan jenis-jenis tersebut daerah penyebarannya terbatas, dan menyebarkan bijinya hanya pada sekitar lokasi hutan tempat tumbuhnya saja.

Kondisi fisik lokasi menjadi faktor penentu pertumbuhan jenis tumbuhan beracun di Hutan Lindung Simancik I, di antaranya kondisi cahaya, suhu, kelembaban, vegetasi, dan unsur hara. Kondisi yang memungkinkan meratanya ketidakmeratanya jumlah tumbuhan beracun yang ditemukan di setiap plot adalah karena kawasan hutan Lindung Simancik I, sudah terlebih dahulu rusak dan terdapat bebas tebangan dan pembakaran kawasan hutan yang dilakukan oleh pihak yang tak bertanggungjawab.

(53)

jenis tumbuhan beracun ini. Jenis Kerah-Kerah, Lancing Kerangen dan Risi-Risi mampu tumbuh dan berkembang dengan cepat, sehingga lebih mendominasi pertumbuhan tumbuhan beracun lainnya.

(54)
(55)

1. Alkaloid

Alkaloid didefinisikan sebagai senyawa yang bersifat basa, mengandung atom nitrogen yang berasal dari tumbuhan dan hewan. Alkaloid seringkali beracun bagi manusia dan banyak yang mempunyai kegiatan fisiologi yang menonjol, jika digunakan secara luas dalam bidang pengobatan. Kegunaan alkaloid bagi tumbuhan adalah sebagai pelindung dari serangan hama, penguat tumbuh-tumbuhan dan pengatur kerja hormon. Alkaloid sangat penting dalam industri farmasi karena kebanyakan alkaloid mempunyai efek fisiologis.

Kandungan senyawa Alkaloida berperan sebagai penurun aktivitas makan pada organisme (antifeedant). Menurut Taofik (2010) yang menyatakan bahwa salah satu alkaloid yang mempunyai struktur tersederhana adalah nikotina, tetapi nikotina ini dampak fisiologinya cukup besar. Nikotina bersifat racun (toksik) pada dosis yang tinggi, dan pernah juga digunakan sebagai insektisida, sedangkan nikotina dalam dosis rendah dapat berfungsi sebagai stimulan terhadap sistem syaraf otonom. Menurut Dinas Pertanian TPH Kabupaten Grobogan (2012) menyatakan bahwa nikotin merupakan racun syaraf yang bereaksi cepat. Nikotin berperan sebagai racun kontak bagi serangga sehingga efektif untuk mengendalikan hama pengisap juga serangga seperti: ulat perusak daun, aphids, triphs, dan pengendali jamur (fungisida).

(56)

bagian tubuh tumbuhan. Fungsi aktifitas senyawa alkaloid menurut Atta-ur-Rahman et al (1997) adalah sebagai antibakteri dan antifungi.

Untuk pengujian alkaloid menggunakan pereaksi Bouchardat, Wagner, Meyer dan Dragendorff. Perubahan warna larutan yang ditunjukkan oleh pereaksi Bouchardat adalah coklat, sedangkan dengan pereaksi Wagner ditunjukkan dengan adanya endapan warna coklat. Untuk pereaksi Meyer, perubahan warna larutan menjadi putih kekuningan, dan dengan pereaksi Dragendorff ditunjukkan dengan adanya endapan warna merah bata.

Setelah dilakukan pengujian di laboratorium, hasil uji Alkaloid

menunjukkan bahwa jenis yang mengandung senyawa alkaloid tersebut di antaranya adalah Kukur, Risi-Risi, Duri-Duri, Sangketen, Riang-Riang,

Silantem Kerangen, Kerah-Kerah, Sangke Sempilit Kerangen, Gagaten Perik, dan Rancang.Sampel lainnya yang mengandung senyawa golongan alkaloid merupakan jenis-jenis yang berpotensi sebagai insektisida ataupun fungisida. Hal ini membuktikan bahwa kesepuluh jenis tumbuhan ini dapat dijadikan sebagai anti hama.

2. Flavonoid

(57)

untuk melakukan penyerbukan. Fungsi aktifitas senyawa flavonoid adalah sebagai antimikroba (Leo et al, 2004), antibakteri (Schütz et al, 1995) dan antifungi (Tahara et al, 1994).

Pengujian flavonoid, pereaksi yang digunakan adalah FeCl3. Tanda yang ditunjukkan oleh reaksi yang terjadi antara ekstrak tumbuhan dengan pereaksi FeCl3 adalah adanya perubahan warna larutan menjadi warna hitam pekat. Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa Kukur, Lancing Kerangen, Risi-Risi, Duri-Duri, Sangketen, Riang-Riang, dan Rancang memiliki senyawa flavonoid. Kandungan flavonoid berfungsi sebagai antimikroba dan antivirus. Oleh karena itu, ketujuh tumbuhan beracun yang diperoleh dapat dijadikan sebagai antimikroba. Hal ini membuktikan bahwa tumbuhan yang diujikan dapat dijadikan sebagai antimikroba atau antivirus.

3. Tanin

Tanin adalah suatu senyawa polifenol yang berasal dari tumbuhan, berasa pahit dan kelat, yang bereaksi dan menggumpalkan protein atau berbagai senyawa organik lainnya termasuk asam amino dan alkaloid. Senyawa-senyawa tanin ditemukan pada banyak jenis tumbuhan, berperan penting untuk melindungi tumbuhan dari pemangsaan oleh herbivora dan hama, serta dalam pengaturan pertumbuhan.

(58)

Risi-Risi, Duri-Duri dan Sangketen mengandung senyawa tanin. Sampel yang mengandung senyawa golongan tanin merupakan jenis-jenis yang berpotensi sebagai pestisida.

4. Saponim

Saponin adalah senyawa aktif dengan permukaan yang kuat yang menimbulkan busa jika dikocok dalam air dan pada konsentrasi yang rendah sering menyebabkan hemolisis sel darah merah. Dalam larutan yang sangat encer saponin sangat beracun untuk ikan, dan tumbuhan yang mengandung saponin telah digunakan sebagai racun ikan selama beratus-ratus tahun. Peran saponin pada tanaman sebagai bagian sistem pertahanan dapat menunjukkan aktivitas alelopati, antimikroba, anti-jamur dan anti serangga. Fungsi aktifitas senyawa saponin menurut Hostettmann dan Marston (1995) adalah sebagai antimikroba,

fungisida, antibakteri, antivirus, piscisida, molluscisida dan insektisida

Kandungan senyawa saponin berperan sebagai penghancur sel-sel darah merah pada organisme, sehingga dapat dijadikan sebagai racun bagi organisme. Menurut Claus (1961) bahwa senyawa saponin dikarakteristikan dengan pembentukan solusi koloidal di dalam air yang berbusa ketika dikocok. Senyawa ini mengandung rasa yang lebih pahit, aroma yang tajam, dan berisikan racun-racun yang biasanya menyebabkan bersin dan iritasi pada selaput membran. Saponin dapat menghancurkan sel-sel darah merah melalui hemolisis dan dapat berperan sebagai racun pada hewan-hewan yang berdarah dingin, terutama digunakan sebagai racun ikan.

Pereaksi dalam pengujian saponin adalah HCl 10%. Uji skrining

(59)

Berdasarkan dari data hasil pengujian pada tabel , Sangketen dan Silantem Karangen

saat dicampur dan diguncangkan dengan HCl 10% tidak memunculkan buih

permanen. Sedangkan kesebelas tumbuhan lainnya memunculkna buih permanen. Hal

ini menunjukkan bahwa kesebelas lainnya mengandung senyawa golongan saponin

maka kesebelas jenis ini berpotensi sebagai pestisida.

5. Terpen/Steroid

Umumnya kandungan steroida berperan sebagai pelindung pelindung dan penolak serangga. Menurut Fauzia (2010) bahwa jika terdapat dalam tumbuhan, maka beberapa senyawa ini akan dapat berperan menjadi pelindung. Senyawa ini tidak hanya bekerja menolak beberapa serangga tetapi juga menarik beberapa serangga lain, sedangkan terpenoida dapat menolak beberapa serangga pada tanaman melalui ekstraksi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Budianto dan Tukiran (2012) yang mengatakan bahwa senyawa triterpenoid merupakan senyawa yang bersifat repellent (penolak serangga), sehinga sering dimanfaatkan sebagai insektisida.

Pengujian terpenoid, pereaksi yang yang digunakan adalah Liberman Burchard dan Cerik Sulfat. Perubahan warna yang terjadi apabila dicampurkan dengan pereaksi Liberman burchard menunjukkan warna larutan menjadi hijau kebiruan. Sedangkan dengan menggunakan pereaksi Cerik Sulfat menunjukkan perubahan warna larutan menjadi coklat. Berdasarkan dari data hasil pengujian pada tabel , hanya Kerah-Kerah yang tidak mengandung senyawa golongan terpen maka jenis lainnya berpotensi sebagai insektisida ataupun fungisida.

Potensi Tumbuhan Beracun di Hutan Lindung Simancik I

(60)
(61)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Eksplorasi tumbuhan beracun yang telah dilakukan di Hutan Lindung Simancik I mendapatkan tiga belas jenis tumbuhan beracun. Tumbuhan tersebut adalah Deng-deng Karangen (Octomeles sumatrana), Duri-duri (Hura brasiliensis), Gagaten Perik (Ficus sp), Jabut-jabut (Alangium javanicum), Kerah-kerah (Canarium karoense H.J.L.), Kukur (Scheflera sp), Lancing Kerangen (Crytocarya tomenntosa B.L.), Rancang (Rubia sp), Riamg-riang ( Caladium bicolor), Risi-risi (Smilax leucophylla Blume), Sangke Sempilit Karangen (Podocarpus amarus Bl), Sangketan (Actynodaphne aqustifolia Ness.), Silantem Karangen (Connarus agamae).

(62)

Kerah-Kerah dengan konsentrasi +5. Risi-Risi, Sangke Sempilit Karangen dan Rancang dengan konsentrasi +4. Kukur, Lancing Kerangen dan Gagaten Perik dengan konsentrasi +3. Silantem Kerangen dengan konsentrasi +2. Jabut-Jabut dengan konsentrasi +1. Senyawa yang mengandung Terpenoid adalah Kukur, Lancing Kerangen, Risi-Risi, Duri-Duri, Deng-Deng karangen, Sangketen, Riang-Riang dan Jabut-Jabut dengan konsentrasi +1.

3. Tumbuhan yang mengandung metabolit sekunder kompleks adalah jenis Kukur, Risi-Risi, Duri-Duri, Sangketan, dan rancang. Kelima jenis ini merupakan tumbuhan yang memiliki peluang yang paling besar dibudidayakan sebagai sumber biopestisida.

Saran

1. Penelitian lebih lanjut mengenai aplikasi pemanfaatan tumbuhan beracun sebagai biopestisida dan penanggulangan hama perlu dilakukan agar penerapannya tepat sasaran

2. Upaya budidaya terhadap jenis-jenis tumbuhan beracun yang diteliti pada Kawasan Hutan Lindung Simancik I di Taman Hutan Raya Bukit Barisan Perlu dilakukan Sehingga jenis-jenis ini dapat dimanfaatkan dan dilestarikan.

(63)

DAFTAR PUSTAKA

Atta-ur-Rahman et al. 1997. New Sterodial Alkaloids from the Roots of Buxus sempervirens. Journal of Natural Products No. 60, pp. 770-774. American

Chemical Society and American Society of Pharmacognosy. American. Budianto, Faris dan Tukiran. 2012. Bioinsektisida dari tumbuhan Bakau Merah

(rhizhopora stylosa. Griff) (rhizophoraceae). UNESA Journal of Chemistry Vol. 1.

Claus, E.P. 1961. Pharmacognosy. Copyright © Fourth Edition. Lea & Febiger. Philadelphia.

Dinas Pertanian TPH Kabupaten Grobogan. 2012. Pengendalian Hama dan Penyakit dengan Pestisida Nabati nabati.html. diakses pada tanggal 12 Januari 2014

Fauzia, Lilis Masaroh. 2010. Isolasi Senyawa Aktif dan Uji Toksisitas Ekstrak Heksana Daun Pecut Kuda (Stachytharpheta jamaicensis L. Vahl). Goldstein, J. L. dan T. Swain. 1965. The Inhibition of Enzymes by Tannins.

Phytochemistry Volume 4, pp. 185-192. Elsevier Science Ltd. Great Britain.

Grainge, M. dan S. Ahmed. 1988. Handbook of Plants with Pest Control properties. J Wiley Publisher. New York.

Hanenson, I. B. 1980. Clinical Toxicology. JB Lippincot Company. Toronto. Hostettmann, K. dan A. Marston. 1995. Saponins. Cambridge University

Press. London

Leo, M. D. et al. 2004. Phenolic Compounds from Baseonema acuminatum

Leaves : Isolation and Antimicrobial Activity. Georg Thieme Verlag KG Stuttgart. New York.

Loveless, A. R. 1989. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik 2. PT Gramedia. Jakarta.

Penuntun Praktikum Kimia Bahan Alam. 2010. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, Medan.

(64)

Sentra Informasi Keracunan Nasional BPOM. 2012. “Racun Alami pada Tanaman Pangan”

[Diakses pada bulan Mei 2013].

Tahara, S. et al. 1994. Prenylated Flavonoids in the Roots of Yellow Lupin. Phytochemistry Volume 36, No. 5, pp. 1261-1271. Elsevier Science Ltd. Great Britain.

Taofik, M. Yulianti E., dan Barizi A. 2010. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Aktif Ekstrak Air Daun Paitan (Thitonia diversifolia) Sebagai Bahan Insektisida Botani untuk Pengendali Hama Tungau Eriophyidae. Alchemy, Vol.2 No.1 Oktober 2010, halaman : 104-157

Soetarahardja, S. 1997. Inventarisasi Hutan. IPB Press. Bogor

Gambar

Gambar 1. Skema Pengujian Alkaloid
Gambar 2. Skema Pengujian Triterpen-Steroid
Gambar 3. Skema Pengujian Flavonoid
Gambar 4. Deng-Deng Karangen
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jenis tumbuhan beracun yang dominan pada ketinggian 1300 mdpl adalah Mussaenda glabra Vahl, pada ketinggian 1400 mdpl adalah Eupatorium odaratum L, pada ketinggian 1500

Disepanjang jalur ini, di bagian kiri dan kanan adalah kawasan Hutan Lindung Sibayak II Tahura Bukit Barisan, sehingga merupakan trek yang bagus untuk mewakili pengunjung

Hasil pengujian fitokimia di laboratorium dari kedelapan tumbuhan beracun diperoleh data bahwa kedelapan tumbuhan beracun tersebut merupakan tumbuhan yang dapat digunakan

Eksplorasi Tumbuhan Beracun Sebagai Biopestisida Pada Kawasan Hutan Lindung Sibayak I Di Taman Hutan Raya Bukit Barisan. Universitas

Untuk menyelesaikan studi di Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara, Penulis melaksanakan penelitian dengan judul “ Eksplorasi

Menurut Kurniawan dan Asih, (2012), Suku Araceae juga merupakan tumbuhan herba yang memiliki kemampuan mengandung air lebih banyak dan tumbuh dengan kelembapan yang tinggi

Jenis tumbuhan beracun yang dominan pada ketinggian 1300 mdpl adalah Mussaenda glabra Vahl, pada ketinggian 1400 mdpl adalah Eupatorium odaratum L, pada ketinggian 1500

Untuk menyelesaikan studi di Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara, Penulis melaksanakan penelitian dengan judul “Eksplorasi Tumbuhan