• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lansekap Potensi Alam Hutan Lindung Sibayak II Taman Hutan Raya Bukit Barisan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Lansekap Potensi Alam Hutan Lindung Sibayak II Taman Hutan Raya Bukit Barisan"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

LANSEKAP POTENSI ALAM HUTAN LINDUNG SIBAYAK II

TAHURA BUKIT BARISAN

SKRIPSI

Oleh : GEBY RHEVIA

091201081/MANAJEMEN HUTAN

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

LANSEKAP POTENSI ALAM HUTAN LINDUNG SIBAYAK II

TAHURA BUKIT BARISAN

SKRIPSI

Oleh : GEBY RHEVIA

091201081/MANAJEMEN HUTAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

ABSTRACT

Geby Rhevia: Natural Resources Potency Landscape of Sibayak II Forest Area Taman Hutan Raya Bukit Barisan . Supervised by Oding Affandi and Rahmawaty.

Sibayak II forest area is one of Taman Hutan Raya Bukit Barisan conservation areal which strategic located and surrounded by lot of tourism potency , natural resources potency and hydrological function. The purpose of this research were to know the distribution of natural resources potency, type of land using and analysed the development strategy of Sibayak II forest area management. This research did in April until June 2013 using ground exploration method with GIS (Geographic Information System) application and SWOT matrix to know the development plan strategy of Sibayak II forest area. The Result of this research showed that Sibayak II forest area has natural resources potency like flora, fauna, bamboo and water resources which distributed almost all of forest are. SWOT analyze showed that Sibayak II forest is in third quadran, which means present management is weak but has a lot of opportunity. The strategic recommendation that suggested is by change the old strategic management in case the development of Sibayak II forest area become optimal.

(4)

ABSTRAK

Geby Rhevia: Lansekap Potensi Alam Hutan Lindung Sibayak II Taman Hutan Raya Bukit Barisan. Di bawah bimbingan Oding Affandi dan Rahmawaty.

Hutan lindung Sibayak II merupakan kawasan konservasi Taman Hutan Raya Bukit Barisan yang letaknya strategis dengan dikelilingi oleh banyak objek wisata dan memiliki banyak potensi sumberdaya alam serta fungsi hidrologis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran potensi alam, jenis pengunaan lahan yang ada serta analisis rencana pengembangan pengelolaan hutan lindung Sibayak II. Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai Juni 2013. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah eksplorasi kelapangan dengan mengaplikasikan program SIG (Sistem Informasi Geografis) dan matriks SWOT untuk mengetahui strategi rencana pengembangan pengelolaan hutan lindung Sibayak II. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa hutan lindung Sibayak II memiliki potensi alam berupa flora, fauna, bambu dan sumber mata air yang tersebar hampir diseluruh bagian hutan. Analisis SWOT yang dilakukan menunjukan bahwa pengelolaan hutan lindung Sibayak II berada pada kuadran III, dimana pengelolaan saat ini lemah namun memiliki peluang yang sangat besar. Rekomendasi strategis yang disarankan adalah dengan mengubah strategi pengelolaan agar pengembangan hutan lindung Sibayak II menjadi optimal.

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pekanbaru pada tanggal 4 Maret 1991 dari Bapak Kasmir Koto dan Ibu Yusnawati. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.

Pada tahun 2003 Penulis lulus dari SD Negeri 002 Pekanbaru, tahun 2006 lulus dari SMP Negeri 04 Pekanbaru, dan tahun 2009 lulus dari SMA Negeri 8 Pekanbaru. Pada tahun 2009 Penulis melanjutkan kuliah di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan sebagai mahasiswi di Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian melalu jalur Ujian Masuk Bersama (UMB).

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan segala berkat dan karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Lansekap Potensi Alam Hutan Lindung Sibayak II Tahura Bukit Barisan” berhasil diselesaikan dengan baik. Skripsi ini merupakan suatu aplikasi ilmu yang didapat dari pembelajaran di ruang perkuliahan dan syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kehutanan (S.Hut).

Terima kasih disampaikan kepada Oding Affandi, S.Hut.,M.P. dan Rahmawaty, S.Hut., M.Si., Ph.D. selaku komisi pembimbing yang telah banyak mengarahkan dan memberi saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih juga ditujukan kepada BUMN PT. Angkasa Pura II yang telah memberikan bantuan Beasiswa Peduli Pendidikan kepada penulis selama menjalani kuliah dari tahun 2009 hingga tahun 2013. Tidak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih kepada kedua orangtua, saudara-saudara serta teman-teman yang telah mendukung, membantu dan mendoakan penulis dalam skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis menerima kritikan dan saran yang membangun dari pembaca untuk menyempurnakannya dimasa yang akan datang. Semoga skripsi ini bermanfaat dan memberi kontribusi yang baru khususnya dalam bidang kehutanan dan bidang pendidikan dalam penelitian-penelitian ilmiah.

Medan, September 2013

(7)

DAFTAR TABEL ...viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Manfaat Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Kawasan konservasi ... 4

Taman Hutan Raya Bukit Barisan ... 5

Potensi Taman Hutan Raya Bukit Barisan ... 7

Masyarakat Sekitar Taman Hutan Raya Bukit Barisan ... 9

Bentuk Pemanfaatan Sumber Daya Alam Tahura Bukit Barisan ... 11

Tutupan Lahan ... 11

Sistem Informasi Geografis ... 12

Analisis SWOT ... 13

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ... 15

Bahan dan Alat Penelitian ... 15

Prosedur Penelitian ... 15

Pengumpulan data sebaran potensi alam ... 15

Identifikasi penggunaan lahan ... 17

Pembuatan peta sebaran potensi alam ... 17

Analisis Rencana Pengembangan Pengelolaan Hutan ... 19

HASIL DAN PEMBAHASAN Sebaran Potensi Alam Hutan Lindung Sibayak II ... 27

Penggunaan Lahan di Hutan Lindung Sibayak II ... 45

Analisis Rencana Pengembangan Pengelolaan Hutan ... 50

Identifikasi faktor internal dan eksternal... 50

Pendekatan kualitatif matriks SWOT... 52

Pendekatan kuantitatif matriks SWOT ... 56

(8)

Saran ... 61

(9)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Data Sekunder yang diperlukan dalam penelitian... 17

2. Matriks SWOT Kearns ... 21

3. Skoring dan Pembobotan Faktor Internal ... 23

4. Skoring dan Pembobotan Faktor Eksternal ... 23

5. Matriks Metodologi Penelitian ... 27

6. Potensi Alam Flora dan Fauna di Jalur TW Lau Debuk-Debuk ... 30

7. Potensi Alam Flora dan Fauna di Jalur Aspal Sibayak II ... 32

8. Potensi Alam Flora dan Fauna di Jalur Deleng Singkut ... 36

9. Pemanfaatan lahan oleh Masyarakat ... 41

10. Faktor-faktor internal hutan Sibayak II ... 46

11.Faktor-faktor eksternal hutan Sibayak II... 47

12.Matriks SWOT ... 49

13.Skoring pendapat faktor internal ... 52

(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Peta lokasi penelitian ... 15

2. Alur proses pemetaan ... 18

3. Kuadran Analisis SWOT... 23

4. Salah satu kolam pemandian air panas di TW Lau Debuk-Debuk ... 26

5. Bambu yang tumbuh disepanjang pinggiran Hutan Sibayak II ... 28

6. Tanaman Sintrong ... 29

7. Burung Kacer di salah satu rumah warga Desa Doulu ... 30

8. Sebaran Potensi Alam Flora dan Fauna di Jalur TW Lau Debuk-Debuk 31 9. Flora yang dijumpai di jalur jalan aspal G. Sibayak ... 34

10. Saluran air ... 35

11. Burung di jalur jalan aspal G. Sibayak... 35

12. Sebaran Potensi Alam Flora dan Fauna di Jalur Aspal Sibayak II ... 36

13. Flora di jalur Deleng Singkut ... 38

14. Kupu-kupu yang ditemui di Hutan Sibayak II Jalur Deleng Singkut ... 39

15. Salah satu burung kacer yang terdapat di jalur Deleng Singkut ... 40

16. Spot panorama yang terletak di Deleng Singkut, Hutan Sibayak II ... 40

17. Sebaran Potensi Alam Flora dan Fauna di Jalur Deleng Singkut ... 44

18. Salah satu budidaya bambu di Hutan Sibayak II ... 42

19. Bambu yang dibuat keranjang oleh warga desa Doulu ... 42

20. Kebun/ladang miliki warga yang berada dikawasan hutan Sibayak II .... 44

21. Lahan yang dirambah di jalur TW Lau Debuk-Debuk ... 45

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

(12)

ABSTRACT

Geby Rhevia: Natural Resources Potency Landscape of Sibayak II Forest Area Taman Hutan Raya Bukit Barisan . Supervised by Oding Affandi and Rahmawaty.

Sibayak II forest area is one of Taman Hutan Raya Bukit Barisan conservation areal which strategic located and surrounded by lot of tourism potency , natural resources potency and hydrological function. The purpose of this research were to know the distribution of natural resources potency, type of land using and analysed the development strategy of Sibayak II forest area management. This research did in April until June 2013 using ground exploration method with GIS (Geographic Information System) application and SWOT matrix to know the development plan strategy of Sibayak II forest area. The Result of this research showed that Sibayak II forest area has natural resources potency like flora, fauna, bamboo and water resources which distributed almost all of forest are. SWOT analyze showed that Sibayak II forest is in third quadran, which means present management is weak but has a lot of opportunity. The strategic recommendation that suggested is by change the old strategic management in case the development of Sibayak II forest area become optimal.

(13)

ABSTRAK

Geby Rhevia: Lansekap Potensi Alam Hutan Lindung Sibayak II Taman Hutan Raya Bukit Barisan. Di bawah bimbingan Oding Affandi dan Rahmawaty.

Hutan lindung Sibayak II merupakan kawasan konservasi Taman Hutan Raya Bukit Barisan yang letaknya strategis dengan dikelilingi oleh banyak objek wisata dan memiliki banyak potensi sumberdaya alam serta fungsi hidrologis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran potensi alam, jenis pengunaan lahan yang ada serta analisis rencana pengembangan pengelolaan hutan lindung Sibayak II. Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai Juni 2013. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah eksplorasi kelapangan dengan mengaplikasikan program SIG (Sistem Informasi Geografis) dan matriks SWOT untuk mengetahui strategi rencana pengembangan pengelolaan hutan lindung Sibayak II. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa hutan lindung Sibayak II memiliki potensi alam berupa flora, fauna, bambu dan sumber mata air yang tersebar hampir diseluruh bagian hutan. Analisis SWOT yang dilakukan menunjukan bahwa pengelolaan hutan lindung Sibayak II berada pada kuadran III, dimana pengelolaan saat ini lemah namun memiliki peluang yang sangat besar. Rekomendasi strategis yang disarankan adalah dengan mengubah strategi pengelolaan agar pengembangan hutan lindung Sibayak II menjadi optimal.

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Taman Hutan Raya (Tahura) Bukit Barisan merupakan Tahura ketiga di Indonesia yang ditetapkan oleh Presiden dengan Surat Keputusan Presiden R.I. No. 48 Tahun 1988 tanggal 19 November 1988. Pembangunan Taman Hutan Raya Bukit Barisan ini sebagai upaya konservasi sumber daya alam dan pemanfaatan lingkungan melalui peningkatan fungsi dan peranan hutan. Taman Hutan Raya Bukit Barisan adalah unit pengelolaan yang berintikan kawasan hutan

lindung dan kawasan konservasi dengan luas seluruhnya 51.600 Ha (Pusat Inventarisasi dan Statistik Kehutanan, 2002).

Tahura Bukit Barisan sebagian besarnya merupakan hutan lindung berupa hutan alam pegunungan yang ditetapkan sejak jaman Belanda, meliputi Hutan Lindung Sibayak I dan Simancik I, Hutan Lindung Sibayak II dan Simancik II serta Hutan Lindung Sinabung. Bagian lain kawasan Tahura ini terdiri dari Cagar Alam (CA)/ Taman Wisata (TW) Sibolangit, Suaka Margasatwa (SM) Langkat

Selatan, TW Lau Debuk-debuk dan Bumi Perkemahan Pramuka Sibolangit (Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara, 2005).

(15)

masyarakat karena memiliki banyak tempat wisata seperti Gunung Sibayak dan Taman Wisata Alam Lau Debuk-Debuk. Apabila Hutan Lindung Sibayak II dikembangkan secara tepat maka pemanfaatan kawasan tersebut dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan fungsi-fungsinya yang telah ditetapkan, sehingga perlu dilakukan analisis terhadap upaya pembangunan Hutan Sibayak II agar perencanaan terhadap pengembangan hutan ini optimal.

Kawasan Hutan Lindung Sibayak sendiri secara umum telah dipetakan oleh Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH). Potensi dan kelayakan usaha Tahura secara garis besar juga sudah di bukukan oleh Dinas Kehutanan di tahun 2005. Termasuk didalamnya potensi umum kawasan hutan lindung Sibayak yang telah ada. Namun, pemetaan sebaran potensi alam di hutan lindung Sibayak II belum ada. Padahal potensi wilayah ini sangat baik, dapat dikembangkan menjadi PHBM (Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat) untuk areal pemanfaatan yang bersinggungan dengan desa-desa, pemanfaatan wisata dan rekreasi dan pemanfaatan hasil hutan non kayu. Hal inilah yang mendasari penelitian mengenai bagaimana sebaran potensi alam hutan lindung Sibayak II baik yang sudah ada maupun yang belum teridentifikasi perlu dilakukan, sehingga didapat bagaimana lansekap penggunaan lahan pemanfataan hutan lindung Sibayak II dan dapat dikembangkan rencana pengembangan kawasan tersebut.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

1. Memetakan sebaran potensi alam hutan lindung Sibayak II.

2. Mengidentifikasi penggunaan lahan hutan lindung Sibayak II yang telah ada. 3. Menganalisis rencana pengembangan hutan lindung Sibayak II.

(16)

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi mengenai sebaran potensi alam hutan lindung Sibayak II dan penggunaan lahan yang telah dilakukan masyarakat sekitar hutan lindung Sibayak II. Serta diharapkan dapat memberi masukan bagi pihak Balai Tahura Bukit Barisan untuk pengembangan kawasan hutan lindung Sibayak II selanjutnya.

(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Kawasan Konservasi

Dari segi fungsi, hutan berfungsi sebagai pelindung (hutan lindung), konservasi (hutan konservasi), dan fungsi produksi (hutan produksi). Walaupun demikian fungsi hutan tidak lepas sebagai penyelenggara keseimbangan oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2), mempertahankan kesuburan tanah, keseimbang

tata air wilayah dan kelestarian daerah dari erosi (Arief,1994).

Kawasan konservasi berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Ekosistemnya adalah kawasan yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai kawasan suaka alam yaitu cagar alam dan suaka margasatwa, kawasan pelestarian alam yaitu taman nasional, taman wisata alam, taman hutan raya dan taman buru. Selain itu hutan konservasi merupakan hutan dengan ciri khas tertentu yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya.

Kawasan Taman Hutan Raya adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli dan atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi (Zain, 1995).

Adapun kriteria penunjukan dan penetapan suatu daerah sebagai kawasan taman hutan raya adalah :

(18)

3. Mempunyai luas yang cukup yang memungkinkan untuk pembangunan koleksi tumbuhan dan atau satwa baik jenis asli dan atau bukan asli.

Kawasan taman hutan raya dikelola oleh pemerintah dan dikelola dengan upaya pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya. Suatu kawasan taman wisata alam dikelola berdasarkan satu rencana pengelolaan yang disusun berdasarkan kajian aspek-aspek ekologi, teknis, ekonomis dan sosial budaya (Gintera dan Pika, 2009).

Khusus untuk kegiatan kepariwisataan dan rekreasi, Pemerintah berdasarkan UU Konservasi dapat memberikan hak pengusahaan pada zona kawasan pemanfaatan di Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata dengan mengikutsertakan rakyat. Kegiatan pengusahaan ditujukan bagi peningkatan pendapatan dan devisa negara serta peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dasar pemberian Izin Pengusahaan di Kawasan Pelestarian Alam diatur di dalam Kepmen Kehutanan RI Nomor 68/Kpts-II/1989 tentang Pengusahaan hutan Wisata, Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Laut.

Taman Hutan Raya Bukit Barisan

(19)

tempat terdapat pegunungan dan puncak tertinggi yaitu Gunung Sibayak dengan ketinggian 1.430 sampai 2.200 m dpl.

Areal kawasan Taman Hutan Raya yang hutannya lebat ini meliputi wilayah Pemerintah Kabupaten Karo seluas 19.805 hektar, Deli terdapat 17.150 hektar, Langkat 13.000 hektar dan Simalungun 1045 hektar. Seluruh kawasan ini yang luasnya 51.600 hektar ini berasal dari hutan lindung 38.273 hektar (74,17%), Taman Nasional 13.000 hektar (25,20%), Bumi Perkemahan Pramuka Sibolangit 200 hektar (0,39%), Cagar Alam Sibolangit 120 hektar (0,23%), dan Taman wisata Lau Debuk-debuk 7 hektar (0,01%).

Pembangunan Tahura ini sebagai upaya konservasi sumber daya alam dan pemanfaatan lingkungan melalui peningkatan fungsi dan peranan hutan. Tahura Bukit Barisan adalah unit pengelolaan yang berintikan kawasan hutan lindung dan kawasan konservasi dengan luas seluruhnya 51.600 Ha. Sebagian besar merupakan hutan lindung berupa hutan alam pegunungan yang ditetapkan sejak jaman Belanda, meliputi Hutan Lindung Sibayak I dan Simancik I, Hutan Lindung Sibayak II dan Simancik II serta Hutan Lindung Sinabung. Bagian lain kawasan Tahura ini terdiri dari CA/TW. Sibolangit, SM. Langkat Selatan TW. Lau Debuk-debuk dan Bumi Perkemahan Pramuka Sibolangit.

(20)

indah, sumber air dan danau Toba serta budaya yang memikat (Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara, 2005).

Potensi Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh

Hutan Lindung Sibayak merupakan hutan lindung yang berada pada kawasan Taman Hutan Raya di Kabupaten Karo, Sumatera Utara dengan luas 70.030 ha. Termasuk Gunung Sibayak yang merupakan bagian dari Hutan Lindung Sibayak yang memiliki ketinggian 2.094 mdpl. Sebagaimana fungsinya sebagai sistem penyangga Hutan Lindung Sibayak memiliki tingkat biodiversitas yang tinggi karena kondisi ekosistemnya yang masih terjaga mulai dari fauna, tanaman obat, tanaman racun, termasuk tumbuhan bawah. Salah satu potensinya adalah jamur makroskopis. Jumlah spesies jamur beracun yang ditemukan di Hutan Lindung Sibayak ditemukan 30 jenis spesies jamur. Spesies jamur beracun yang ditemukan pada penelitian ini terbagi ke dalam 2 Divisi, 4 Kelas, 6 Ordo dan 15 Famili. Jamur beracun yang ditemukan terdiri dari divisi Ascomycota dan Basidiomycota (Tambunan, 2013).

Tanaman obat yang paling banyak ditemukan di Tahura Bukit Barisan yaitu tanaman obat yang berasal dari ordo Lamiales dan ordo Asterales. Adapun ciri khas ordo Asterales yaitu memiliki bunga yang berbentuk sekumpulan bunga kecil yang berkarang pada satu bongkol bunga. Ordo Asterales memiliki habitus yang terdiri dari pohon, semak dan herba Tanaman ini tumbuh pesat dan liar di kawasan lereng gunung, lapangan maupun di pinggir jalan yang yang berhawa sejuk. Adapun ciri khas ordo Lamiales yaitu tumbuhan berbunga dikotiledon yang memiliki bunga dengan mahkota yang sederhana. Ordo Lamiales memiliki habitus yang terdiri dari pohon, perdu dan herba (Sembiring, 2012).

(21)

Adanya daya tarik yang ditawarkan suatu lokasi merupakan alasan utamapengunjung untuk datang ke lokasi tersebut untuk melakukan kegiatan wisata. Tahura Bukit Barisan memiliki begitu banyak daya tarik yang cukup kuat untuk bisa menarik minat wisatawan. Daya tarik tersebut dapat berupa sumber daya alam yang menonjol misalnya flora ataupun fauna, gejala alam seperti batuan, kegiatan yang dapat dilakukan di lokasi wisata misalnya kegiatan berkemah, olahraga dan lain-lain, daya tarik berupa kebersihan, keamanan dan juga kenyamanan lokasi wisata (Ginting dkk, 2013).

Sebagai taman hutan raya, Taman Hutan Raya Bukit Barisan memiliki potensi sebagai berikut:

a. Sumber plasma nutfah flora dan fauna. b. Fungsi hutan lindung.

h. Area penelitian. i. Area penyuluhan.

j. Tempat pendidikan dan pelatihan. k. Pembinaan cinta alam.

l. Sarana rekreasi dan wisata alam.

Adapun tempat wisata pada Taman Hutan Raya Bukit Barisan yang sudah dapat dipromosikan dan memiliki kelayakan usaha bila dikelola dengan baik adalah sebagai berikut:

a. Taman Wisata dan Bumi Perkemahan Sibolangit. b. Danau Lau Kawar.

c. Air Terjun Sikulikap.

d. Pemandian Air Panas Lau Debuk-debuk.

(22)

e. Gunung Sibayak. f. Gunung Sinabung.

g. Area Koleksi Satwa di Kaki Gunung Sibayak. h. Kawasan Suaka Margasatwa Langkat Selatan. i. Semangat Gunung/Raja Beureuh.

j. Tongkoh.

Wisata sebagian dari kawasan taman hutan raya, terutama sekitar Tongkoh dan Brastagi telah berkembang menjadi salah satu daerah tujuan wisata yang penting di Sumatera Utara. Faktor penunjang utama sebagai obyek wisata adalah udara yang sejuk, vegetasi alam yang baik dan pemandangan alam yang indah, sumber air dan budaya lokal yang memikat.

Untuk sarana penelitian, Taman Hutan Raya Bukit Barisan merupakan tempat bagus untuk meneliti flora dan fauna, hidrologi dan sosial budaya. Sarana akomodasi dan penginapan sudah tersebar disekitar, mulai dari Sibolangit sampai Brastagi baik berupa penginapan sederhana maupun hotel berbintang taraf internasional. Tongkoh merupakan jantung utama Taman Hutan Raya Bukit Barisan (Satrio, 2012).

Masyarakat Sekitar Taman Hutan Raya Bukit Barisan

Masyarakat lokal, terutama penduduk asli yang bermukim di kawasan wisata, menjadi salah satu pemain kunci dalam pariwisata, karena sesungguhnya merekalah yang akan menyediakan sebagian besar atraksi sekaligus menentukan produk wisata. Pengelolaan lahan pertanian secara tradisional seperti di Bali, upacara adat, kerajinan tangan dan kebersihan merupakan beberapa contoh peran yang memberikan daya tarik bagi wisatawan (Damanik dan Weber, 2006).

(23)

Pembangunan kepariwisataan memiliki tiga fungsi, yaitu: menggalakkan kegiatan ekonomi, memelihara kepribadian bangsa dan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan mutu lingkungan hidup, dan memupuk rasa cinta tanah air dan bangsa, serta menanamkan jiwa semangat dan nilai-nilai luhur bangsa dalam rangka memperkukuh persatuan dan kesatuan nasional (Fandeli, 2001).

Keterlibatan masyarakat desa dalam pengelolaan Tahura Bukit Barisan berdasarkan penelitian Damanik (2013), yaitu sebanyak 62 responden bersedia terlibat atau dilibatkan dalam mengelola Tahura Bukit Barisan karena masyarakat tersebut memiliki persepsi bahwa hutan sangat penting untuk dijaga dan dilestarikan karena menganggap hutan sebagai sumber kehidupan. Namun ada juga 14 responden yang kadang-kadang bersedia dan 14 responden yang tidak bersedia dilibatkan dalam pengelolaan Tahura Bukit Barisan disebabkan oleh beberapa faktor antara lain umur yang tidak memungkinkan lagi untuk ikut serta terlibat atau dilibatkan dalam pengelolaan Tahura Bukit Barisan dan adanya aktivitas lain dan pekerjaan yang menyebabkan kurangnya waktu untuk ikut serta dalam mengelola hutan.

Sedangkan partisipasi masyarakat dalam tahap kegiatan pelaksanaan dalam pengelolaan hutan yaitu berupa kegiatan penanaman beberapa bibit pohon yaitu ingul (Toona sureni), pinus (Pinus merkusii), rasamala (Altingia excelsa), puspa (Schima wallichii), hapas-hapas (Exbucklandia populnea), sampinur (Dacrydium junghuhnii), bibit MPTS (Multi Purpose Tree Species) yaitu durian (Durio zibethinus), alpokat (Perseae fructus), kemiri (Aleurites moluccana), aren (Arenga pinnata), dan bambu (Bamboo sp.) yang ditanam di sekitar sumber mata air.

(24)

Bentuk Pemanfaatan Sumberdaya Alam Kawasan Tahura Bukit Barisan

Bentuk pemanfaatan sumberdaya alam kawasan Tahura Bukit Barisa oleh masyarakat Dusun III Tongkoh yang dikemukakan oleh responden dibagi dalam 3 jenis. Jenis pemanfaatan tersebut meliputi : pemanfaatan lahan, pemanfaatan hasil hutan kayu dan pemanfaatan hasil hutan non-kayu.

Pemanfaatan lahan yang dilakukan oleh masyarakat Dusun III Tongkoh adalah sebagai lahan pertanian. Kawasan Tahura Bukit Barisan yang dimanfaatkan sebagai lahan pertanian adalah lahan kosong yang ada di tepi jalan. Pemanfaatan hasil hutan non-kayu yang dimanfaatkan oleh masyarakat Dusun III Tongkoh berupa humus, rotan, tanaman obat, kupu-kupu, anggrek dan kawasan wisata. Pemanfaatan hasil hutan kayu yaitu berupa pengambilan ranting-ranting kayu untuk dijadikan kayu bakar.

Masyarakat Dusun III Tongkoh menginginkan kerjasama dengan UPT Pengelola Tahura Bukit Barisan dalam hal pemanfaatan lahan sebagai lahan pertanian. Pemanfaatan lahan kosong ditepi jalan diharapkan diperbolehkan oleh UPT Pengelola Tahura Bukit Barisan bila diurus perizinannya. Namun, masyarakat Dusun III Tongkoh tidak boleh menebang pohon untuk membuka lahan baru ( Rahmawaty, dkk, 2006).

Tutupan Lahan

Dalam perencanaan dan pegembangan suatu wilayah, diperlukan antara lain peta tutupan lahan. Dalam pembuatan peta tutupan lahan dapat dilakukan dengan memanfaatkan teknologi penginderaan jauh, misalnya dengan menganalisa citra satelit Landsat. Dalam melakukan analisa tersebut, diperlukan perangkat lunak pengolah citra (Situmorang, 2010).

(25)

Dalam pembangunan, diperlukan data gambaran kawasan suatu wilayah. Gambaran biasanya didapat melalui pemetaan. Kegiatan pemetaan biasanya dimulai dengan menggambarkan lokasi (tempat) secara umum mudah dikenali dan diidentifikasi masyarakat atau tipe lansekap dan wilayah yang penting seperti jalan desa/dusun, sungai, rumah ibadah, sekolah, rumah kepala dusun, hutan dan pegunungan utama, sawah, ladang, dan lain-lain (Djohani, 1996).

Tutupan lahan hutan kering primer Kabupaten Karo mengalami perubahan ke lahan belukar/semak sebesar 152.886 Ha. Untuk hutan tanaman mengalami perubahan ke dalam pertanian lahan kering sebesar 137.41 Ha. Pertanian lahan kering mengalami perubahan luas dan fungsi menjadi sawah sebesar 1738.283 Ha, menjadi lahan belukar sebesar 286.142 Ha dan menjadi pemukiman sebesar 368.617 Ha. Tutupan lahan sawah menjadi lahan pertanian lahan kering sebesar 66.707 Ha. Untuk lahan belukar mengalami perubahan ke lahan pertanian lahan kering sebesar 33.038 Ha dan menjadi lahan tanah kosong sebesar 157.607 Ha. Adapun tutupan lahan yang tidak mengalami perubahan luas maupun fungsi dalam periode ini adalah Perkebunan, Pemukiman, Tanah kosong dan Badan air (Ginting dkk, 2012).

Sistem Informasi Geografis

(26)

masalah lingkungan. GIS juga mempunyai kemampuan untuk melakukan teknik analisis spasial misalnya buffering, overlaying, dan lain-lain.

Aplikasi GIS telah banyak digunakan untuk melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian yang berbasiskan wilayah geografi. Pada umumnya aplikasi GIS telah banyak digunakan dalam melakukan pengolahan sumberdaya alam, penataan umum tata ruang, perencanaan tata guna lahan, pengaturan infrastruktur dan dalam bidang pariwisata. Allen, et al., menggunakan GIS untuk melakukan integrasi sistem dan tolls analisis guna menilai dan melakukan memprediksi parcel-based land use change, dimana hal ini penting untuk sebagai sumber data alternatif dalam melakukan analisis perubahan, khususnya area tujuan pariwisata. Lebih jauh dikatakan bahwa GIS memliki keunggulan lebih dibandingkan dengan metode konvesional dalam mengintegrasi berbagai data sources, melakukan analisis spatial, pemetaan hasil dalam studi pengembangan pemanfaatan lahan. Berdasarkan pemahaman diatas, maka nampaklah bahwa GIS sangat diperlukan untuk mendukung pengembangan kepariwisataan. GIS memiliki peranan dalam melakukan pemetaan potensi geografi sumber daya pariwisata, terutama dalam melakukan visualisasi potensi pariwisata.

Analisis SWOT

Analisis SWOT digunakan untuk mengidentifikasikan strategi yang perlu dikembangkan dalam rangka pengusahaan ekowisata. Dalam penyusunannya dipertimbangkan berbagai kondisi internal lokasi, yaitu strength dan weakness serta kondisi eksternal, yaitu opportunity dan threat. Analisis SWOT ini dirumuskan berdasarkan hasil studi pustaka, wawancara dan pengamatan langsung

(27)

dilapangan. Selanjutnya hasil analisis ini dipakai sebagai dasar untuk menyusun strategi dan operasionalisasi pengusahaan ekowisata.

Dalam mengusahakan ekowisata di suatu tempat perlu dilakukan analisis SWOT. Yang sangat penting dikenali adalah keadaan (keindahan, daya tarik) yang spesifi atau unik dan obyek wisata yang bersangkutan. Selanjutnya prasarana apa yang tersedia ; lancar/tidak lancar, nyaman/,tidak nyaman, sudah lengkap/masih harus diadakan atau dilengkapkan dan sebagainya. Tersedianya sumberdaya manusia yang terlatih maupun yang dapat dilatih, berhubungan dengan tingkat pendidikan dan budaya masyarakatnya (Latifah, 2004).

Strategi pengembangan lokasi wisata TWA Sibolangit yang merupakan salah satu kawasan Tahura Bukit Barisan diperoleh dengan menggunakan Analisis SWOT dimana digunakan untuk mengidentifikasi relasi-relasi sumberdaya ekowisata dengan sumberdaya yang lain. Jadi kekuatan dan kelemahan sumberdaya tersebut perlu ditegaskan sejak awal. Agak berbeda dengan studi kelayakan, analisis sumberdaya ekowisata sudah harus menghasilkan sintesis yang akan dijadikan basis proyek. Bahkan hasil analisis ini merupakan produk akhir untuk menyimpulkan apakah proyek ekowisata dapat dilakukan atau tidak. Oleh karena itu semua pihak, khususnya masyarakat lokal, perlu mengetahui apa kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh kawasan dan objek wisata tersebut .

Dalam analisis SWOT, kawasan TWA Sibolangit berada pada kuadran I yang berarti bahwa kawasan wisata ini berada pada situasi yang menguntungkan dimana TWA Sibolangit memiliki kekuatan dari segi internalnya dan peluang dari segi eksternalnya. Strategi yang dapat dilakukan adalah memanfaatkan peluang yang ada untuk pengembangannya (Ginting dkk, 2013).

(28)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Hutan Lindung Sibayak II, Taman Hutan Raya Bukit Barisan, Sumatera Utara (Gambar 1). Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2013 – Juni 2013.

Gambar 1. Peta lokasi penelitian

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah GPS, Laptop, software ArcView 3.3, software DNR Garmin, kamera digital dan alat tulis.

(29)

Prosedur Penelitian

Pengumpulan data sebaran potensi alam

Objek penelitian adalah Hutan Lindung Sibayak II Tahura Bukit Barisan dengan luas 6.350 Ha (Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara, 2005). Dimana terdapat 5 desa yang bersinggungan dan berinteraksi langsung dengan batas kawasan hutan yaitu Desa Lau Gumba (Kecamatan Berastagi), Desa Raja Berneh dan Desa Jarang Uda (Kecamatan Merdeka), Desa Doulu (Kecamatan Doulu) dan Desa Dolat Rayat (Kecamatan Dolat Rayat). Hal pertama yang dilakukan adalah mendata potensi alam yang ada di kawasan hutan lindung Sibayak II.

Data primer

Data primer diperoleh melalui interview guide dengan informan kunci pada masing-masing desa yang bersinggungan dengan hutan lindung Sibayak II dan eksplor singkat ke dalam kawasan hutan lindung yang memungkinkan untuk dijelajah untuk mendapatkan titik koordinat dengan menggunakan GPS dan data potensi alam berupa flora, fauna dan alam. Pengamatan potensi flora, fauna, dan alam dilakukan secara bersamaan pada bagian kiri dan kanan lokasi yang dilalui/ dijelajah. Terdapat 3 jalur yang dieksplor yaitu jalur Taman Wisata Alam (TWA) Lau Debuk-Debuk, Jalur jalan aspal menuju Gunung Sibayak dan jalur Deleng Singkut.

Titik koordinat flora yang diambil merupakan jenis flora yang memiliki daya tarik, keunikan ataupun manfaat khusus dibandingkan dengan jenis flora lain pada lokasi yang sama. Titik koordinat fauna yang diambil merupakan titik dimana fauna tersebut dapat dilihat ataupun titik jejak yang ditinggalkan. Potensi flora dan fauna yang ditemukan kemudian ditabulasikan ke dalam tally sheet.

(30)

Untuk wilayah yang tidak memungkinkan untuk dijangkau, akan digunakan peta tutupan lahan Tahura Bukit Barisan untuk mengetahui penggunaan lahan dan tutupan lahannya.

Data sekunder

Data sekunder yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah: Tabel 1. Data Sekunder yang diperlukan dalam penelitian

No. Data Sumber Tahun

Peta Tutupan Lahan Tahura Peta Administrasi Kabupaten Karo Peta Jalan Kabupaten Karo

Peta Desa Kabupaten Karo

Citra landsat Tahura Bukit Barisan Dokumen Anggaran Satuan Kerja Tahura

Permenhut No. P.48/ Menhut II/ 2010 Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1994

Upaya mengetahui pemanfaatan lahan apa yang sudah dimanfaatkan masyarakat desa di sekitar kawasan pemanfaatan hutan lindung Sibayak II, maka perlu dilakukan identifikasi terhadap pemanfaatan lahan tersebut. Metode yang digunakan adalah melalui interview guide dengan bertanya langsung pada informan kunci di masing-masing desa yang bersinggungan dengan kawasan

hutan lindung Sibayak II tentang apa saja jenis pemanfaatan lahan yang telah ada di sekitar kawasan pemanfaatan hutan lindung Sibayak II serta melakukan ground check langsung kelapangan untuk melihat kebenarannya.

Pembuatan Peta Sebaran Potensi Alam

(31)

titik koordinat flora, fauna dan potensi wisata yang diperoleh di lapangan diolah dengan menggunakan software ArcView 3.3. Adapun alur proses pemetaan dapat dilihat pada Gambar 2.

Keterangan Gambar 2 : Tracking dan eksplorasi

Sebelum mendapatkan data titik koordinat, awalnya peneliti akan terjun langsung ke lapangan untuk mendapatkan titik awal/ titik start penelitian dengan cara mengikuti jalur track untuk wisata dan eksplor singkat ke dalam hutan untuk mengambil titik koordinat potensi alam.

Tracking dan Eksplorasi

Record koordinat

Transfer data ke komputer

Edit attribute peta Hitung Luas wilayah/Jumlah unit

Overlay Peta dan Auto label

Peta Potensi Alam Gambar 2. Alur proses pemetaan

(32)

Record koordinat

Record koordinat atau perekaman titik koordinat baik itu potensi alam dan

wisata maupun posisi hutan menggunakan GPS Garmin. Perekaman akan menggunakan point bila lokasi hanya membutuhkan titik koordinat dan akan menggunakan track bila potensi merupakan suatu jalur dan luasan wilayah.

Transfer data ke komputer

Transfer atau pemindahan hasil record koordinat dari GPS ke komputer

menggunakan software DNR Garmin. Setelah seluruh data dipindahkan kemudian baru dibuka pada software pengolahan peta arcview 3.3.

Edit attribute dan luas wilayah

Selurah record yang ada kemudian diedit dan diolah attribute nya sesuai dengan keterangan lapangan yang ada. Serta apabila ada kawasan yang memiliki luasan maka dihitung luasan daerah tersebut.

Overlay peta dan auto label

Ketika proses editing selesai maka peta akan dioverlay dengan Peta Tahura Bukit Barisan. Setelah diberi auto label dan dibuat layout sehingga di dapat peta sebaran potensi alam hutan lindung Sibayak II.

Analisis Rencana Pengembangan Pengelolaan Hutan

Berdasarkan status kawasan hutan dari Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH) tahun 2005, hutan lindung Sibayak II dikelola oleh UPT Pengelola Tahura Bukit Barisan. Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan hutan lindung Sibayak II mengacu pada pengelolaan hutan konservasi. Rencana pengembangan pengelolaan hutan lindung Sibayak II ini nantinya akan disesuaikan dengan

(33)

ketentuan Permenhut No. P.48/ Menhut II/ 2010 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam dan Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam.

Rencana pengembangan pengelolaan hutan lindung Sibayak II ini

dianalisis melalui analisis SWOT. Analisis SWOT menurut Pearce dan Robinson (1991) dalam Rangkuti (1997) didasarkan pada asumsi bahwa suatu strategi yang efektif memaksimumkan kekuatan dan peluang, dan meminimumkan kelemahan dan ancaman. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal dengan faktor internal, yang didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan

kekuatan dan peluang, namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman.

Analisis ini akan memudahkan untuk mengetahui posisi perencanaan mengambil keputusan tentang pengelolaan apa yang cocok untuk dikembangkan di kawasan pemanfaatan hutan lindung Sibayak II. Tahapan analisis SWOT adalah sebagai berikut :

1. Listing Faktor-faktor Internal dan Eksternal

Pihak yang terlibat (UPT Pengelola Balai Tahura) diminta untuk menyampaikan sekitar 5-10 (disesuaikan) hal yang dianggap sebagai unsur Strength (kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunity (peluang) dan Threat

(tantangan) dari hutan lindung Sibayak II. Kemudian list tersebut ditabulasikan kedalam tabel.

(34)

2. Pendekatan Kualitatif Matriks SWOT

Hasil identifikasi faktor internal dan eksternal selanjutnya dianalisis kedalam matriks SWOT yang dikembangkan Kearns (1992) dalam Rangkuti (1997) yang menggambarkan keterkaitan satu sam lain .

Tabel 2. Matriks SWOT Kearns

(Sumber : Rangkuti (1997) Keterangan :

a. Strategi mengoptimalkan kekuatan untuk memanfaatkan peluang;

b. Strategi menggunakan kekuatan untuk mencegah dan mengatasi ancaman/tantangan;

c. Strategi mengurangi kelemahan untuk memanfaatkan peluang;

d. Strategi mengurangi kelemahan untuk mencegah/mengatasi ancaman/tantangan.

Strategis WO (c) Strategis WT (d)

(35)

3. Pendekatan Kuantitatif analisis SWOT

Data SWOT kualitatif Matriks Kearns di atas dapat dikembangkan secara kuantitatif melalui perhitungan yang telah dimodifikasi dari Analisis SWOT yang dikembangkan Pearce dan Robinson (1988). Pengembangan ini dimaksudkan agar dapat diketahui secara pasti posisi organisasi yang sesungguhnya.

Perhitungan yang dimaksud adalah melalui tiga tahap berikut.

(1) Melakukan perhitungan skor (a) dan bobot (b) poin faktor serta jumlah total perkalian skor dan bobot (c = a x b) pada setiap Faktor S-W-O-T;

Menghitung skor (a) masing-masing poin faktor dilakukan secara saling bebas. Saling bebas mengandung maksud bahwa penilaian terhadap sebuah poin faktor tidak boleh dipengaruhi atau mempengaruhi penilaian terhadap poin faktor yang lainnya. Pilihan rentang besaran skor sangat menentukan akurasi penilaian. Untuk memudahkan penilaian dan penghitungan, dapat digunakan rentang skor 1 hingga 5 atau 10, dengan asumsi nilai 1 berarti skor yang paling rendah dan nilai 5 atau 10 berarti skor yang paling tinggi.

Sementara, menghitung bobot (b) masing-masing poin faktor dilaksanakan secara saling berketergantungan. Artinya, penilaian terhadap satu poin faktor adalah dengan membandingkan tingkat kepentingannya dengan poin faktor lainnya. Dengan demikian, formulasi perhitungannya adalah nilai yang telah didapat (dengan rentang nilainya maksimal sama dengan banyaknya jumlah poin faktor) dibagi dengan banyaknya jumlah poin faktor.

(2) Melakukan pengurangan antara jumlah total faktor S dengan W (d = S-W) dan faktor O dengan T (e = O-T) ; Perolehan angka (d = x) selanjutnya

(36)

menjadi nilai atau titik pada sumbu X, sementara perolehan angka (e = y) selanjutnya menjadi nilai atau titik pada sumbu Y.

Tabel 3. Skoring dan Pembobotan Faktor Internal

NO. KEKUATAN (STRENGTH) SKOR (a) BOBOT (b) TOTAL (c) 1.

2. dst.

Total Kekuatan S

NO. KELEMAHAN (WEAKNESS) SKOR BOBOT TOTAL 1.

2. dst.

Total Kelemahan W

Selisih Total Kekuatan – Total Kelemahan = S - W = x Tabel 4. Skoring dan Pembobotan Faktor Eksternal

NO. PELUANG (OPPORTUNITY) SKOR BOBOT TOTAL 1.

Total Tantangan T

Selisih Total Peluang – Total Tantangan = O – T = y

(3) Mencari posisi organisasi yang ditunjukkan oleh titik (x,y) pada kuadran SWOT.

Melalui kuadran SWOT, Pearce dan Robinson (1988) memberikan empat kemungkinan posisi yang ditempati oleh suatu organisasi.

(37)

Keterangan Gambar 3. Kuadran Analisis SWOT

Kuadran I : Menandakan organisasi sebagai kuat dan berpeluang. Rekomendasi strategis yang diberikan adalah Progresif, artinya organisasi dalam kondisi prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal.

Kuadran II : Menandakan organisasi sebagai kuat namun menghadapi tantangan besar. Rekomendasi strategis yang diberikan adalah Diversifikasi Strategi, artinya organisasi dalam kondisi mantap namun menghadapi sejumlah tantangan berat, sehingga diperkirakan roda organisasi akan mengalami kesulitan untuk terus berputar bila hanya bertumpu pada strategi sebelumnya. Oleh karenanya, organisasi disarankan untuk segera memperbanyak ragam strategi taktisnya. Kuadran III : Menandakan organisasi sebagai lemah namun sangat berpeluang.

Rekomendasi strategis yang diberikan adalah ubah strategi, artinya organisasi disarankan untuk mengubah strategi sebelumnya. Sebab, ditengarai dengan strategi lama sangat sulit untuk dapat menangkap peluang yang ada sekaligus memperbaiki kinerja organisasi.

Kuadran IV :Menandakan organisasi sebagai lemah dan menghadapi tantangan besar. Rekomendasi strategis yang diberikan adalah Strategi Bertahan, artinya kondisi internal organisasi yang lemah yang dihadapkan pada situasi eksternal yang sulit menyebabkan organisasi berada pada pilihan dilematis. Karena itu organisasi disarankan untuk menggunakan strategi bertahan, mengendalikan

(38)

kinerja internal agar tidak semakin terperosok. Strategi ini dipertahankan sambil terus berupaya membenahi diri.

(39)

Tabel 5. Matriks Metodologi Penelitian

No. Tujuan Penelitian Data Kunci Sumber dan Metode

Hasil yang Diharapkan 1. Mengetahui sebaran

potensi alam hutan Sibayak II yang telah

ada. 3. Menganalisis rencana

(40)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hutan Lindung Sibayak II dikelilingi oleh tempat-tempat wisata dimana terdapat 3 jalan aspal yang mengitari hutan sibayak II, yaitu jalan aspal menuju Taman Wisata Alam (TWA) Lau Debuk-Debuk, jalan aspal menuju puncak Gunung Sibayak yang dimulai dari Desa Jaranguda, serta jalan aspal Deleng Singkut. Hutan ini merupakan hutan konservasi yang saat ini dikelola sebagai tempat penyimpanan plasma nutfah, lokasi penelitian dan pelestarian sumber air. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa hutan lindung Sibayak II memiliki potensi alam yang sangat banyak dan sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai ekowisata.

Sebaran Potensi Alam Hutan Lindung Sibayak II

Jalur Lau Debuk-Debuk

Taman Wisata Lau Debuk-Debuk merupakan tempat pemandian air panas dengan luas 7 Ha. Lau Debuk-Debuk sangat ramai didatangi oleh wisatawan baik domestik maupun mancanegara karena dikenal oleh kolam air panas yang mengandung belerang yang baik untuk kesehatan.

(41)

Jalan menuju Taman Wisata Lau Debuk-Debuk merupakan perbatasan Hutan Lindung Sibayak II karena berdampingan langsung dengan tanaman bambu Hutan Lindung Sibayak II yang rimbun. Secara tidak langsung, pengunjung yang datang ke Taman Wisata Lau Debuk-Debuk dapat menikmati potensi flora dan fauna khas Hutan Lindung Sibayak II. Berdasarkan hasil yang didapat dari penelitian di lapangan didapat potensi flora dan fauna khas Sibayak II di jalur TW Lau Debuk-Debuk yang disajikan pada Tabel 6.

No. Potensi

1.

- Bambu betung (Dendrocalamus asper)

- Pisang (Musa paradisiaca)

- Sintrong (Crassocephalum crepidioides)

2. - Aren (Arenga piñata)

- Bambu betung (Dendrocalamus asper)

3.

- Bambu betung (Dendrocalamus asper)

- Burung Walet (Aerodramus fuciphagus)

- Sigadaungdueng (Symingtonia populnea)

4. - Bambu betung (Dendrocalamus asper)

- Sigadaungdueng (Symingtonia populnea)

5. - Bambu betung (Dendrocalamus asper)

6. - Bambu betung (Dendrocalamus asper)

7. - Bambu betung (Dendrocalamus asper)

8.

- Burung Walet (Aerodramus fuciphagus)

- Sigadaungdueng (Symingtonia populnea)

- Pisang (Musa paradisiaca) - Aren (Arenga pinnata)

9. - Bambu betung (Dendrocalamus asper)

10.

- Pisang (Musa paradisiaca)

- Bambu betung (Dendrocalamus asper)

- Puspa (Schima wallichii)

11. - Aren (Arenga piñata)

- Bambu betung (Dendrocalamus asper)

12. - Bambu betung (Dendrocalamus asper)

- Burung Kacer (Copsychus Saularis)

13. - Aren (Arenga piñata)

- Bambu betung (Dendrocalamus asper)

14. - Sintrong (Crassocephalum crepidioides)

15.

- Burung Kacer (Copsychus Saularis)

- Bambu betung (Dendrocalamus asper)

- Puspa (Schima wallichii) 16.

- Monyet (Macaca fascicularis) - Puspa (Schima wallichii)

- Sintrong (Crassocephalum crepidioides)

Tabel 6. Potensi Alam Flora dan Fauna di Jalur TW Lau Debuk-Debuk

(42)

Tabel 6 menunjukkan bahwa disepanjang jalur TWS Lau Debuk-Debuk, flora yang paling dominan adalah bambu. Hal ini terlihat jelas dari rimbunnya bambu yang tumbuh disepanjang pinggir jalan menuju TWS Lau Debuk-Debuk yang berada disebelah kiri badan jalan. Bambu yang tumbuh kebanyakan bambu petung (Dendrocalamus asper) dan tumbuh liar hingga kurang-lebih 20 – 30 m kedalam Hutan Sibayak II. Bambu yang tumbuh di pinggiran Hutan Sibayak ini berjejer mulai dari persimpangan jalan masuk TWS Lau debuk-Debuk hingga persimpangan jalan menuju puncak Gunung Sibayak. Sesuai dengan penelitian Purba (2013) yang menyebutkan bahwa bambu merupakan hasil hutan non kayu yang melimpah tumbuh di kawasan Hutan Sibayak. Hal ini disebabkan banyaknya sumber air yang terkandung di Hutan Sibayak serta ketinggian yang tepat untuk habitat bambu.

Gambar 5. Bambu yang tumbuh disepanjang pinggiran Hutan Sibayak II

(43)

warga desa setempat. Selain itu untuk tumbuhan bawah, yang sangat banyak dijumpai adalah tanaman obat sintrong (Crassocephalum crepidioides) .

Gambar 6. Tanaman sintrong

Tanaman obat memang sangat terkenal banyak terdapat di Hutan Sibayak II. Masyarakat sekitar hutan sering memanfaatkan tanaman obat untuk digunakan secara pribadi yang mereka ambil dari Hutan Sibayak II. Berdasarkan interview guide dengan informan kunci desa Doulu dan Desa Raja Berneh diketahui bahwa

tanaman obat yang mereka manfaatkan dari pinggir jalan Hutan Sibayak II adalah tanaman sintrong (sebagai obat luka), pinus (nyeri sendi) dan kayu manis (obat flu). Hal ini sesuai dengan penelitian Sembirirng (2012) yang menyebutkan bahwa tanaman obat jenis Lamiales dan ordo Asterales banyak dijumpai di Tahura Bukit Barisan. Tanaman ini tumbuh pesat dan liar di kawasan lereng gunung, lapangan maupun di pinggir jalan yang yang berhawa sejuk.

Fauna yang khas dijumpai pada jalur ini adalah jenis burung dan monyet. Dari tabel 6 diatas dapat dilihat beberapa jenis burung diketahui tinggal di sisi Hutan Sibayak Jalur TWS Lau Debuk-Debuk. Diantaranya adalah burung kacer dan adalah burung walet. Masyarakat desa, yakni masyarakat Desa Doulu dan Desa Raja Berneh yang berbatasan langsung dengan Hutan Sibayak II, berdasarkan hasil interview guide dengan informan kunci diketahui sering masuk

(44)

ke hutan untuk menangkap burung-burung ini. Kebanyakan untuk dijual, namun bagi sebagian masyarakat burung-burung tersebut dipelihara. Burung yang sering di tangkap adalah burung kacer. Seperti yang ada dirumah salah satu warga desa dibawah ini.

Gambar 7. Burung Kacer di salah satu rumah warga Desa Doulu

Untuk potensi wisatanya sendiri, Lau Debuk-Debuk telah lama menjadi daya tarik karena sembari pengunjung menikmati kolam air panas, pengunjung yang datang juga dapat menikmati indahnya pemandangn Hutan Sibayak II yang berada tepat didepan TWS Lau Debuk-Debuk. Sarana dan prasarana TWS Lau Debuk-Debuk juga sudah cukup baik dimana ada pos retribusi, tempat ibadah, tempat makan, penginapan, serta pusat oleh-oleh berupa buah-buahan dan sayuran segar hasil panen warga setempat.

Dari tabel 6 diatas dibuat peta sebaran potensi alam Hutan Sibayak II Jalur TWS Lau Debuk-Debuk.

(45)

(46)

Berdasarkan Gambar 8, dapat dilihat bahwa sebaran potensi alam menyebar di sepanjang kiri jalur yang dilakukan eksplorasi. Dapat dilihat pula bahwa disepanjang pinggiran hutan Sibayak II dikelilingi oleh bambu. Desa yang bersinggungan dengan pinggiran hutan Sibayak II, yakni Desa Doulu dan Desa Raja Berneh menurut keterangan informan kunci mendapatkan banyak sekali manfaat dari keberadaan hutan Lindung tersebut, terutama dibidang lingkungan dan wisata.

Seperti pernyaataan Ginting (2013) yang menyebutkan adanya daya tarik yang ditawarkan suatu lokasi merupakan alasan utama pengunjung untuk datang ke lokasi tersebut untuk melakukan kegiatan wisata. Tahura Bukit Barisan memiliki begitu banyak daya tarik yang cukup kuat untuk bisa menarik minat wisatawan. Daya tarik tersebut dapat berupa sumber daya alam yang menonjol misalnya flora ataupun fauna, gejala alam seperti batuan, kegiatan yang dapat dilakukan di lokasi wisata misalnya kegiatan berkemah, olahraga dan lain-lain, daya tarik berupa kebersihan, keamanan dan juga kenyamanan lokasi wisata. Hal inilah yang dapat meningkatkan kesejahteraaan masyarakat desa karena mereka dapat membuat lapangan pekerjaan dengan adanya wisatawan yang berkunjung ke kawasan Hutan Lindung Sibayak II.

Jalur Jalan Aspal Gunung Sibayak

Jalur ini bila ditelusuri hingga ujung akan sampai ke jalan setapak puncak Gunung Sibayak. Pada penelitian ini, jalur yang di eksplor hanya sampai persimpangan tiga jalan karena merupakan batas antara hutan Sibayak I dengan Hutan Sibayak II dan Puncak Gunung Sibayak merupakan wilayah Hutan

(47)

Lindung Sibayak I. Banyak pengunjung dan pecinta alam yang datang dan mendaki Gunung Sibayak yang memiliki ketinggian 2.094 m ini. Gunung yang puncaknya sudah porak-poranda akibat masih aktifnya kawah gunung ini tetap ramai dikunjungi pengunjung karena untuk mendaki gunung ini tidaklah sulit karena telah disediakan jalur trek hingga menuju puncak. Dari puncak Gunung Sibayak ini pengunjung dapat melihat keindahan hutan terutama pemandangan indah dari Hutan Sibayak II.

Disepanjang jalur ini, di bagian kiri dan kanan adalah kawasan Hutan Lindung Sibayak II Tahura Bukit Barisan, sehingga merupakan trek yang bagus untuk mewakili pengunjung melihat potensi flora, fauna dan wisata Hutan Sibayak II yang dapat dinikmati oleh pengunjung secara langsung dengan menyusuri jalan aspal ini. Berdasarkan hasil eksplorasi di jalur ini, didapatkan potensi flora dan fauna khas yang ada di Hutan Sibayak II pada tabel 7 berikut.

Tabel 7. Potensi Alam Flora dan Fauna di Jalur Aspal Sibayak II

No. Potensi

1.

- Burung Kutilang (Pycnonotus aurigaster) - Rasamala (Altingia excelsa)

- Sigadaungdueng (Symingtonia populnea)

2.

- Burung Kacer (Copsychus saulari)

- Kenari (Canarium indicum)

- Sigadaungdueng (Symingtonia populnea)

- Cemara gunung (Casuarina junghuhniana)

3.

- Sigadaungdueng ( Symingtonia populnea)

- Aren (Arenga piñata) - Rasamala (Altingia excelsa)

4. - Bambu (Dendrocalamus asper)

5.

- Rasamala (Altingia excelsa)

- Cemara gunung (Casuarina junghuhniana)

- Pandan (Pandanus sp.)

6. - Bambu betung (Dendrocalamus asper)

- Kenari (Canarium indicum)

7.

- Aren (Arenga piñata)

- Bambu (Dendrocalamus asper)

- Sigadaungdueng (Symingtonia populnea)

- Burung Kutilang (Pycnonotus aurigaster)

8. - Jamur Beracun (Russula xerampelina)

- Kenari (Canarium indicum)

9. - Kenari (Canarium indicum)

(48)

10.

- Saluran Air

- Rasamala (Altingia excelsa)

- Sigadaungdueng (Symingtonia populnea)

- Bambu betung (Dendrocalamus asper)

- Puspa (Schima wallichii)

- Sampinur (Dacrydium junghuhnii)

11.

- Pandan (Pandanus sp.)

- Cemara gunung (Casuarina junghuhniana)

- Sigadaungdueng (Symingtonia populnea)

12.

- Aren (Arenga piñata) - Rasamala (Altingia excelsa)

- Bambu (Dendrocalamus asper)

13. - Sigadaungdueng (Symingtonia populnea)

14. - Bambu (Dendrocalamus asper)

15.

- Cemara gunung (Casuarina junghuhniana)

- Burung Kutilang (Pycnonotus aurigaster)

- Kenari (Canarium indicum)

Dari Tabel 7 diatas dapat dilihat bahwa flora yang paling banyak dijumpai di sepanjang jalur adalah jenis Sigadaungdueng (Symingtonia populnea). Selain itu bambu juga masih dijumpai di sepanjang jalur namun tidak sebanyak jalur TWS Lau Debuk-Debuk. Flora lain seperi rasamala, aren, pandan, jamur beracun jenis Russula xerampelina dan cemara gunung juga dapat ditemui disini. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Tambunan (2013) yang menyatakan bahwa sebagaimana fungsinya sebagai sistem penyangga Hutan Lindung Sibayak memiliki tingkat biodiversitas yang tinggi karena kondisi ekosistemnya yang masih terjaga mulai dari fauna, tanaman obat, tanaman racun, termasuk tumbuhan bawah. Salah satu potensinya adalah jamur makroskopis. Jumlah spesies jamur beracun yang ditemukan di Hutan Lindung Sibayak ditemukan 30 jenis spesies jamur, salah satunya jenis Russula xerampelina yang juga ditemukan pada titik koordinat yang sama yaitu pada sumbu X : 3.22295 dan Y : 98.49480 dengan ketinggian 1687.25. Jamur ini tumbuh diantara pohon kenari dan tumbuh berkelompok disana.

(49)

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 9. Flora yang dijumpai di jalur jalan aspal G. Sibayak (a) Sigadaungdueng, (b) Cemara gunung, (c) Pandanus sp., (d) Jamur Russula xerampelina Bambu betung banyak dijumpai di Hutan Sibayak II karena hutan ini memiliki sumber mata air yang berlimpah. Seperti diketahui bahwa bambu sangat subur tumbuh didaerah yang kaya akan air. Dari kroscek lapangan dan interview dengan informan kunci didapatkan data bahwa terdapat sumber mata air ditengah hutan Sibayak II yang mana sumber mata air ini kemudian menjadi sumber air bagi masyarakat setempat. Warga membuat saluran air untuk mengaliri ladang dan sumber air untuk kebutuhan warga sehari-hari. Gambar saluran air yang dibuat oleh masyarakat dapat dilihat pada Gambar 10.

(50)

(a) (b)

Gambar 10. (a) Pipa saluran air, (b) Tampungan mata air yang dibuat warga didalam hutan

Jenis fauna yang dijumpai pada jalur ini juga masih didominasi oleh jenis burung. Burung yang dijumpai antara lain burung kacer dan burung kutilang. Burung kacer dan kutilang merupakan burung khas Tahura Bukit Barisan. Namun saat ini jumlahnya tidak sebanyak dulu karena banyak warga lokal bahkan warga dari daerah lain yang menangkap burung ini secara illegal untuk dijual. Selain itu monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) juga dijumpai bergelantungan mencari makan disepanjang pinggiran jalur.

(a) (b)

Gambar 11. (a) Burung kutilang, (c) Monyet ekor panjang

Berdasarkan Tabel 7, maka dapat dibuat peta sebaran potensi alam pada jalur jalan aspal Gunung Sibayak.

(51)

(52)

Berdasarkan Gambar 12 dapat kita lihat sebaran potensi alam hutan lindung Sibayak II baik dalam bentuk trek maupun titik koordinat. Sebaran potensi ini mengumpul di masing-masing titik dan ada juga yang tersebar. Dari trek yang dilewati, setiap pengunjung yang datang melewati jalan ini akan dengan mudah dapat melihat potensi-potensi yang telah didata, baik itu flora maupun fauna.

Jalur Deleng Singkut

Jalur terakhir yang di eksplor adalah jalur Deleng Singkut. Deleng Singkut adalah bukit yang masih ditumbuhi hutan yang asri dan penuh kekayaan alam. Jalan Deleng Singkut ini dimulai dari belakang areal camping ground Tahura Bukit Barisan hingga persimpang-tigaan desa Jaranguda. Dari hasil ground check kelapangan, dijumpai potensi flora, fauna dan wisata jalur Deleng Singkut yang dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Potensi Alam Flora dan Fauna di Jalur Deleng Singkut

No. Potensi

1.

- Bambu betung (Dendrocalamus asper)

- Sigadaungdueng (Symingtonia populrea)

- Paku pohon (Cyatheales)

- Pandan (Pandanus sp.)

2.

- Kupu-Kupu (Papilionidae) - Petai cina (Parkia scipiosa) - Pinus (Pinus sp.)

3.

- Sigadaungdueng (Symingtonia populrea)

- Bambu betung (Dendrocalamus asper)

- Cemara gunung (Casuarina junghuhniana)

- Kapas (Bucklandia populnea)

- Kacer (Copsychus saularis) 4.

- Puspa (Schima wallichii) - Kupu-Kupu (Papilionidae)

- Sigadaungdueng (Symingtonia populrea)

5.

- Paku pohon (Cyatheales)

- Kenari (Canarium indicum)

- Pinus (Pinus sp.)

6. - Kupu-Kupu (Papilionidae)

- Pinus (Pinus sp.)

7. - Sigadaungdueng (Symingtonia populrea)

8.

- Pandan (Pandanus sp.) - Rasamala (Altingia excelsa)

- Bambu betung (Dendrocalamus asper)

(53)

9. - Cemara gunung (Casuarina junghuhniana)

10. - Pinus (Pinus sp.)

11. - Rasamala (Altingia excelsa)

12.

- Kapas (Bucklandia populnea)

- Pete cina (Parkia scipiosa) - Monyet (Macaca fascicularis)

13. - Kenari (Canarium indicum)

- Bambu betung (Dendrocalamus asper)

14. - Sigadaungdueng (Symingtonia populrea)

15. - Kupu-Kupu (Papilionidae)

16. - Bambu betung (Dendrocalamus asper)

17. - Eukaliptus (Ecalyptus sp.)

18. - Sigadaungdueng (Symingtonia populrea)

- Sintrong (Crassocephalum crepidioides)

19. - Puspa (Schima wallichii)

- Monyet (Macaca fascicularis) 20.

- Kacer (Copsychus saularis) - Rasamala (Altingia excelsa)

- Bambu betung (Dendrocalamus asper)

21.

- Kupu-kupu (Papilionidae)

- Sigadaungdueng (Symingtonia populrea)

- Eukaliptus (Ecalyptus sp.) 22. - Pete cina (Parkia scipiosa)

- Kacer (Copsychus saularis)

23. - Pinus (Pinus sp.)

24. - Petai cina (Parkia scipiosa) - Kacer (Copsychus saularis)

25.

- Burung walet (Aerodramus fuciphagus)

- Kapas (Bucklandia populnea)

- Pete cina (Parkia scipiosa) - Monyet (Macaca fascicularis)

Berdasarkan Tabel 8 diatas, dapat dilihat bahwa jenis flora di Deleng Singkut lebih beragam bila dibandingkan 2 jalur lain. Flora khas yang dijumpai antara lain rasamala, puspa, Sigadaungdueng, pinus, eukaliptus, kapas, kenari, paku pohon dan juga bambu betung. Hal ini sesuai dengan keterangan Dinas Kehutanan ( 2005) yang menyebutkan bahawa keadaan biotik flora Tahura Bukit Barisan didominasi oleh jenis-jenis pohon pegunungan baik jenis lokal maupun yang berasal dari luar. Beberapa jenis pohon lokal antara lain : Pinus merkusii, Altingia excels, Schima wallichii, Bucklandia populnea, manglietia glauca,

(54)

Casuarina spp, Palqium spp, dan lain-lain. Sedangkan jenis dari luar antara lain :

Pinus caribeae, Pinus khasia, Pinus massoniana, Pinus insularis, Eucalyptus spp,

Cupresus spp, Agathis sp, dan lain-lain

(a) (b)

(c) (d) (e)

Gambar 13. Flora di jalur Deleng Singkut (a) Eucalyptus sp., (b) Pinus sp, (c) Schima wallichii (d) Paku pohon , (e) Petai Cina

Tingginya keanekaragaman flora di jalur Deleng Singkut ini dipengaruhi oleh melimpahnya sumber mata air sehingga tumbuhan dapat tumbuh subur disini. Ekosistem yang masih asri juga menjadi indikator bahwa flora disini menjadi tetap terjaga.

Fauna yang ada dijalur ini juga cukup unik. Berdasarkan hasil yang didapat dilapangan, banyak ditemui kupu-kupu dengan beraneka ragam warna dan

(55)

spesies. Kupu-kupu ini bahkan dapat ditemui dengan mudah di pinggir jalan aspal maupun didalam hutan.

(a) (b) (c)

(d) (e) (f)

Gambar 14. Kupu-kupu yang ditemui di Hutan Sibayak II Jalur Deleng Singkut Keberadaan kupu-kupu ini juga didukung oleh keterangan dari informan kunci Desa Jaranguda yang menyebutkan bahwa ada banyak sekali jenis kupu-kupu baik yang ssedang maupun yang langka yang daapat dijumpai di Tahura Bukit Barisan. Selain kupu-kupu, jenis burung kacer juga banyak dijumpai di jalur ini. Hal ini membuktikan bahwa burung kacer adalah fauna khas Hutan Sibayak II karena hampir di setiap sisi Hutan Sibayak II dijumpai burung yang berwarna biru ini. Namun, populasi burung kacer kini menjadi semakin menurun menurut keterangan salah satu informan kunci dari Desa Dolat Rayat, yaitu Bapak Alex. Berdasarkan keterangan, akibat aktivitas warga yang secara illegal menangkap burung ini setiap harinya, populasi burung ini pun menjadi semakin berkurang.

(56)

Hal ini dapat dikarenakan kurangnya polhut yang berpatroli akibat minimnya SDM balai Tahura.

Gambar 15 Salah satu burung kacer yang terdapat di jalur Deleng Singkut

Selain potensi flora dan fauna, potensi wisata juga ditemui di jalur Deleng Singkut, Hutan Sibayak II. Dari pinngiran Hutan Sibayak II, dijumpai suatu spot lahan terbuka yang juga terdeteksi oleh peta penutupan lahan Tahura BB tahun 2005. Pada lahan terbuka ini, dapat menjadi spot dimana kita dapat melihat keindahan kota Berastagi, ladang perkebunan warga dan pemandangan Gunung Sinabung.

Gambar 16. Spot panorama yang terletak di Deleng Singkut, Hutan Sibayak II Berdasarkan Tabel 8, dapat dibuat peta sebaran potensi di jalur Deleng singkut yang dapat dilihat pada Gambar 17.

(57)

(58)

Gambar 17 menunjukkan sebaran potensi alam di jalur ini lebih beragam. Belum ada penelitian lebih lanjut tentang wilayah Deleng Singkut ini padahal disepanjang jalan ini banyak masyarakat yang memanfaatkan hasil hutan lindung Sibayak II baik kayu maupun non kayu karena kelimpahan potensi alamnya.

Penggunaan Lahan di Hutan Sibayak II

Hutan Sibayak II berdasarkan statusnya merupakan hutan konservasi, dimana harus ada izin jika ingin masuk kedalamnya apalagi memanfaatkan hasil hutannya. Sesuai dengan Kepmen Kehutanan RI Nomor 68/Kpts-II/1989 tentang Pengusahaan hutan Wisata, Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Laut yang menyebutkan khusus untuk kegiatan kepariwisataan dan rekreasi, Pemerintah berdasarkan UU Konservasi dapat memberikan hak pengusahaan pada zona kawasan pemanfaatan di Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata dengan mengikutsertakan rakyat. Kegiatan pengusahaan ditujukan bagi peningkatan pendapatan dan devisa negara serta peningkatan kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan data yang diambil dilapangan, ditemui jenis penggunaan dan pemanfaatan lahan yang telah ada maupun yang belum teridentifikasi oleh pihak UPT Pengelolaa Tahura Bukit Barisan yang dpat dilihat pada Tabel 10.

(59)

Tabel 9. Pemanfaatan lahan oleh Masyarakat

Jenis Pemanfaatan Koordinat X Koordinat Y Ketinggian Luas (Ha) Budidaya Bambu I 3.22296 98.53680 1305.13 0.675 Kebun Kopi dan Cokelat 1 3.22226 98.53545 1311.86 0.084 Kebun Kopi dan Cokelat

2 3.22148 98.53475 1316.66

0.072 Kebun Kopi dan Cokelat

2 3.21836 98.52299 1321.47

0.274 Budidaya Bambu II 3.21808 98.52213 1325.80 2.872 Budidaya Pisang dan

Bambu III 3.22633 98.50046 1483.93

0.219 Kebun Kopi 3.22708 98.50016 1498.35 0.282 Perambahan I 3.23397 98.49345 1607.94 0.933 Budidaya Bambu IV 3.22899 98.49196 1704.55 0.768 Saluran Mata Air Jalur

Aspal Sibayak 3.22038 98.53018 1307.05

- Saluran Mata Air Deleng

Singkut 3.20874 98.51918 1540.00

-

Dari Tabel 9 diatas, dapat dilihat bahwa terdapat pemanfaatan lahan sebagai tempat budidaya bambu sebanyak 4 titik yang dimanfaatkan oleh warga desa Doulu dan Raja Berneh. Bambu yang dibudidayakan ada 2 spesies yaitu bambu betung dan bambu talang. Setelah dilakukan konfirmasi kepada balai Tahura, maka didapat keterangan bahwa pembudidayaan bambu tersebut diizinkan, karena masyarakat tidak hanya memanen bambu namun mereka membudidayakan kembali serta menanam kembali bambu yang telah mereka ambil. Budidaya bambu ini ditemukan di Jalur TWS lau Debuk-Debuk, seperti sebagaimana telah dibahas sebelumnya bahwa pada jalur tersebut, bambu tumbuh membentang disepanjang pinggir Hutan Sibayak II.

(60)

Gambar 18. Salah satu budidaya bambu di Hutan Sibayak II

Warga desa, salah satunya warga desa Doulu mengambil bambu dan memanfaatkannya untuk membuat keranjang buah dan sayuran. Keranjang-keranjang ini kemudian dijual untuk menambah penghasilan mereka. Selain itu bambu juga dimanfaatkan untuk membuat talang dan tusukan makanan ringan. Hal ini sesuai dengan penelitian Siregar (2013) yang menyebutkan bahwa pemanfaatan bambu di Desa Doulu sangat maju dan sesuai dengan syarat lingkungan.

(a) (b)

Gambar 19.(a) Bambu yang dibuat keranjang oleh warga desa Doulu (b) Potongan bambu hasil panen

(61)

Tidak hanya desa Doulu dan desa Raja Berneh saja yang memanfaatkan bambu, namun masyarakat desa Jaranguda juga ada yang mengambil bambu dari dalam hutan Sibayak II. Namun bambu yang mereka ambil tidak mereka budidayakan seperti desa Doulu dan Raja Berneh, mereka hanya mengambil dan hanya sebagian yang menanam kembali bambu yang sudah mereka ambil.

Selain penggunaan lahan sebagai tempat budidaya bambu, di desa Doulu juga dijumpai beberapa kebun/ladang warga yang posisinya berada di hutan Sibayak II. Setelah dilakukan cek kelapangan dan overlay peta pada software Arcview 3.3 dijumpai bahwa lahan tersebut berada di kawasan hutan Sibayak II.

Status kebun/ladang tersebut belum jelas dan belum ada konfirmasi dari pihak UPT Balai Tahura Bukit Barisan. Lahan Tersebut ditanami oleh kopi, cokelat, bahkan ada juga yang menanamnya dengan cabe, alpukat, kol dan pisang.

(a) (b)

Gambar 20. Kebun/ladang miliki warga yang berada dikawasan hutan Sibayak II Kasus serupa ternyata juga pernah dijumpai di kawasan Hutan Sibayak II lainnya yaitu di pinggir hutan Desa Dolat Rayat (Tongkoh). Dimana berdasarkan penelitian Rahmawaty dkk (2006) menyebutkan bahwa pemanfaatan lahan yang dilakukan oleh masyarakat Dusun III Tongkoh adalah sebagai lahan pertanian. Kawasan Tahura Bukit Barisan yang dimanfaatkan sebagai lahan pertanian adalah

(62)

lahan kosong yang ada di tepi jalan. Pemanfaatan hasil hutan non-kayu yang dimanfaatkan oleh masyarakat Dusun III Tongkoh berupa humus, rotan, tanaman obat, kupu-kupu, anggrek dan kawasan wisata. Pemanfaatan hasil hutan kayu yaitu berupa pengambilan ranting-ranting kayu untuk dijadikan kayu bakar.

Dilapangan tidak hanya dijumpai kebun/ladang yang telah ditanami namun juga dijumpai perambahan lahan dengan menebang pohon dan membakar hutan. Sejauh ini belum jelas siapa yang melakukannya namun pihak UPT Pengelola Tahura Bukit Barisan sendiripun belum mengetahui hal ini. Perambahan lahan ini berlokasi di di pinggiran jalan setelah Pertamina Geothermal. Hal ini mungkin disebabkan oleh minimnya pengawasan dari berbagai pihak terkait.

Gambar 21. Lahan yang dirambah di jalur TW Lau Debuk-Debuk

Berdasarkan interview guide dengan UPT Pengelola Tahura Bukit Barisan, pihak pengelola memperbolehkan pemanfaatan lahan dengan syarat tidak boleh menebang pohon dan merusaknya. Kegiatan seperti budidaya bambu, pemanfaatan tanaman obat dan pengambilan air masih diperbolehkan selama meminta izin terlebih dahuklu dengan UPT Pengelola Tahura Bukit Barisan.

Gambar

Gambar 2. Alur proses pemetaan
Tabel 3. Skoring dan Pembobotan Faktor Internal
Tabel 5. Matriks Metodologi Penelitian
Gambar 4. Salah satu kolam pemandian air panas di TW Lau Debuk-Debuk
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kandungan kimia yang terkandung di dalam delapan tumbuhan beracun yang diteliti antara lain adalah senyawa golongan Tanin yang hanya tidak terkandung di dalam bunga

Penelitian ini untuk mengetahui komposisi jenis tegakan dan potensi karbon tersimpan di Taman Hutan Raya Bukit Barisan Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara

Eva Juniati Natasha : Kajian Pengembangan Daerah Penyangga Kawasan Hutan Lindung Sibayak I Dan…, 2000 USU Repository © 2008... Eva Juniati Natasha : Kajian Pengembangan

Identifikasi dan Pemetaan Potensi Wisata Alam di Hutan Pendidikan USU Taman Hutan Raya Bukit Barisan Kabupaten Karo [skripsi].. Program Studi

Produksi serasah daun Homalanthus populneus dan Macaranga hypoleuca (g/m 2 /minggu) di Deleng Macik, Taman Hutan Raya Bukit Barisan Kabupaten Karo Sumatera

Eksplorasi Tumbuhan Beracun Sebagai Biopestisida pada Kawasan Hutan Lindung Sibayak I di Taman Hutan Raya Bukit Barisan.. Universitas

pemerintah (Departemen Kehutanan), melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan, SK.419/MENHUT- II/2004 sebagai kawasan konservasi Tahura Bukit Soeharto meliputi kawasan

Beberapa jenis tumbuhan beracun mengandung dua atau lebih senyawa racun yang berbeda komponen kimianya satu dengan lainnya. Hanenson (1980) menyatakan bahwa