STUDI PERENCANAAN PROGRAM INTERPRETASI ALAM PADA
JALUR TREKKING HUTAN PENDIDIKAN USU
TAMAN HUTAN RAYA BUKIT BARISAN KABUPATEN KARO
SKRIPSI
Oleh: Devita Saragih
081201033/ Manajemen Hutan
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
STUDI PERENCANAAN PROGRAM INTERPRETASI ALAM PADA
JALUR TREKKING HUTAN PENDIDIKAN USU
TAMAN HUTAN RAYA BUKIT BARISAN KABUPATEN KARO
SKRIPSI
Oleh: Devita Saragih
081201033/ Manajemen Hutan
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Studi Perencanaan Program Interpretasi Alam Pada Jalur Trekking Hutan Pendidikan USU, Taman Hutan Raya Bukit Barisan Kabupaten Karo
Nama : Devita Saragih
NIM : 081201033
Program Studi : Kehutanan
Disetujui Oleh Komisi Pembimbing
Pindi Patana S.Hut, M.Sc Rahmawaty, S.Hut, M.Sc, Ph.D NIP. 19750525 200003 1 001 NIP. 19740721 200112 2 001
Ketua Anggota
Mengetahui,
ABSTRAK
DEVITA SARAGIH: Studi Perencanaan Program Interpretasi Alam pada Jalur Trekking Hutan Pendidikan USU, Taman Hutan Raya Bukit Barisan, Kabupaten Karo, dibimbing oleh PINDI PATANA dan RAHMAWATY.
Hutan Pendidikan USU memiliki banyak objek-objek menarik namun belum ada kegiatan pengembangan yang dapat mendukung Hutan Pendidikan USU sebagai kawasan ekowisata. Untuk itu sebuah penelitian tentang program interpretasi alam telah dilakukan pada jalur trekking Hutan Pendidikan USU pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2012. Penelitian ini dilakukan dengan mendeskripsikan setiap objek menarik yang terdapat di dalam kawasan dan menentukan faktor pendorong dan faktor penghambat yang mempengaruhi pemanfaatan Hutan Pendidikan USU sebagai kawasan ekowisata.
Potensi ekowisata yang terdapat di Hutan Pendidikan USU terdiri atas potensi keindahan alam, flora dan fauna. Potensi tersebut membutuhkan fasilitas interpretasi berupa gapura selamat datang, pusat informasi, shelter, papan penunjuk arah, papan nama objek dan beberapa fasilitas pendukung. Hutan Pendidikan USU memerlukan strategi yang matang dari pengelola agar berkembang menjadi kawasan ekowisata yang menarik.
ABSTRACT
DEVITA SARAGIH: Study of Nature Interpretation Programme Design at Track of Educational Forest of North Sumatera University, Bukit Barisan Large Forest Garden, Regency of Karo, under the supervision of PINDI PATANA and RAHMAWTY.
Educational Forest of North Sumatera has many interesting objects in spite of it have not had development activity yet that can support Educational Forest of North Sumatera University as a ecotourism region. Therefore, a research about nature interpretation programme had been conducted at track of Educational Forest of USU in July – Agustus 2012. The research is conducted by explaining each interesting object and to decide forward factors and obstacle factors that have influence at Educational Forest of USU.
Ecotourism potencies of Educational Forest of USU are the beauty of nature, flora and fauna. These ecotourism potencies need interpretation facilities such as welcome arch, information center, shelter, direction board, interpretation board and stuff. Educational Forest of USU needs a great strategy from the administrator to be an interesting ecotourism region.
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Devita Saragih, dilahirkan di Desa Dolok Masango pada
tanggal 16 Desember 1990 anak dari ayah Jatiaman Saragih dan ibu Rospitauli
Situmeang. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara.
Penulis menyelesaikan pendidikan di SD Negeri 106201 Dolok Masango
pada tahun 2002, menyelesaikan pendidikan di SMP N 1 Kotarih pada tahun 2005
dan pada tahun 2008 penulis menyelesaikan pendidikan dari SMA Katolik Budi
Murni 1 Medan. Pada tahun 2008 penulis melanjutkan pendidikan di Perguruan
Tinggi Negeri Universitas Sumatera Utara pada Jurusan Manajemen Hutan,
Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian melalui seleksi Ujian Masuk
Bersama Perguruan Tinggu Negeri (UMB-PTN).
Selama masa studi, penulis mengikuti kegiatan organisasi kampus seperti
Himpunan Mahasiswa Silva USU dan Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian
Mahasiswa Kristen USU. Penulis melaksanakan kegiatan Praktek Pengenalan
Ekosistem Hutan (PEH) di Lau Kawar Gunung Sinabung dan Taman Wisata
Alam (TWA) Deleng Lancuk yang terletak di Desa Kuta Gugung Kecamatan
Namenteran Kabupaten Karo, Sumatera Utara serta kegiatan Praktek Kerja
Lapangan (PKL) di Taman Nasional Ujung Kulon, Pandeglang, Banten dari
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Studi perencanaan Program Interpretasi Alam pada Jalur Trekking
Hutan Pendidikan USU Tahura Bukit Barisan, Kabupaten Karo”
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesarnya
kepada kedua orang tua penulis yang telah membesarkan, memelihara dan
mendidik penulis selama ini. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
bapak Pindi Patana S. Hut, M.Sc dan ibu Rahmawaty, S. Hut, M.Si, Ph. D selaku
ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan
berbagai masukan berharga kepada penulis dari mulai menetapkan judul,
melakukan penelitian, sampai pada ujian akhir.
Di samping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf
pengajar dan pegawai di Program Studi Kehutanan, serta semua rekan mahasiswa
yang tidak dapat disebutkan satu per satu di sini yang telah banyak membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat.
Medan, Desember 2012
DAFTAR ISI
Sosial Budaya Masyarakat ... 9
METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian... 11
Bahan dan Alat ... 11
Jenis Data yang Dikumpulkan ... 11
Metode Pengumpulan Data... 12
Analisis Data ... 13
Keindaan Alam ... 15
Potensi Flora ... 21
Potensi Fauna ... 29
Fasilitas Pendukung Interpretasi ... 34
Pengunjung ... 34
Karakteristik Pengunjung... 36
Tujuan dan Pola Kunjungan ... 37
Pengetahuan Potensi Ekowisata ... 39
Kebutuhan Fasilitas ... 41
Potensi Pengembangan Jalur Trekking Hutan Pendidikan USU ... 42
Pengelolaan Kawasan... 43
Analisis Kekuatan Medan (Force Field Analysis) ... 45
Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat ... 45
Strategi Pengembangan Pemanfaatan Hutan Pendidikan USU ... 46
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 51
Saran ... 51
DAFTAR PUSTAKA ... 52
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Fasilitas interpretasi yang dapat dikembangkan di Hutan Pendidikan USU .. 15
2. Potensi flora jalur trekking Hutan Pendidikan USU ... 21
3. Fasilitas pendukung yang dapat dikembangkan di Hutan Pendidikan USU... 34
4. Karakteristik Pengunjung di Tahura Bukit Barisan ... 36
5. Tujuan dan Pola Kunjungan pengunjung di Tahura Bukit Barisan... 38
6. Pengetahuan pengunjung terhadap potensi wisata di kawasan Tahura Bukit Barisan... 39
7. Harapan pengunjung terhadap ketersediaan fasilitas di kawasan Tahura Bukit barisan ... 41
8. Kesadaran pengunjung terhadap potensi pengembangan jalur trekking Hutan Pendidikan USU ... 42
9. Faktor pendukung dan faktor penghambat pemanfaatan Hutan Pendidikan USU ... 45
10.Strategi untuk memperkuat faktor pendukung dan melemahkan faktor
DAFTAR GAMBAR
5. Contoh papan interpretasi yang dapat dikembangkan di Hutan Pendidikan USU ... 19
6. Contoh papan interpretasi yang dapat dikembangkan di lokasi air terjun Hutan Pendidikan USU ... 19
7. Contoh papan interpretasi jalur trekking Hutan Pendidikan USU ... 20
8. Contoh papan interpretasi untuk Eukaliptus (Eucalyptus urophylla) ... 22
9. Contoh papan interpretasi untuk markisa hutan (Passiflora edulis) ... 22
10.Contoh papan interpretasi untuk daun singkut (Curculigo latifolia) ... 23
11.Contoh papan interpretasi untuk harimonting (Rhodomyrtus tomentosa) .... 23
12.Contoh papan interpretasi untuk bunga pacar air (Impatiens balsamina) .... 24
13.Contoh papan interpretasi untuk rotan (Calamus irop) ... 24
14.Contoh papan interpretasi untuk arbei (Rubus refexus)... 25
15.Contoh papan interpretasi untuk pandan (Pandanus tectorius) ... 25
16.Contoh papan interpretasi untuk tumbuhan jarak (Ricinus communis) ... 26
17.Contoh papan interpretasi untuk pinus (Pinus merkusii) ... 26
18.Contoh papan interpretasi untuk cekala (Etlingera elatior) ... 27
19.Contoh papan interpretasi untuk anggrek hutan (Cymbidium canaliculatum) ... 27
21.Contoh papan interpretasi untuk mengkudu (Morinda citrifolia)... 28
22.Contoh papan interpretasi untuk burung kolibri (Colibri thalassinus)... 30
23.Contoh papan interpretasi untuk musang luwak (Paradoxurus hermaphroditus)... 30
24.Contoh papan interpretasi untuk monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) ... 31
25.Contoh papan interpretasi untuk burung kucica hutan (Copsychus malabaricus) ... 31
26.Contoh papan interpretasi untuk tupai ekor sikat (Ptilocercus lowii) ... 32
27.Contoh papan interpretasi untuk burung pipit dada putih (Lonchura leucogastroides) ... 32
28.Contoh papan interpretasi untuk burung cucak kuning (Pycnonotus melanicterus) ... 33
29.Contoh papan interpretasi untuk burung perenjak (Prinia familiaris) ... 33
30.Rekapitulasi pengunjung Tahura Bukit Barisan tahun 2011 ... 35
31.Pengambilan data pengunjung di Tahura Bukit Barisan ... 35
32.Grafik faktor pendukung ... 46
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Peta potensi wisata alam pada jalur trekking I Hutan Pendidikan USU ... 54
2. Peta potensi wisata alam pada jalur trekking II Hutan Pendidikan USU ... 54
3. Kuisioner untuk pengunjung Tahura Bukit Barisan ... 56
4. Kuisioner untuk pengunjung Hutan Pendidikan USU ... 59
5. Daftar pertanyaan untuk pengelola Tahura Bukit Barisan ... 60
6. Daftar pertanyaan untuk pengelola Hutan Pendidikan USU ... 61
7. Rekapitulasi karakteristik responden di Tahura Bukit Barisan ... 62
ABSTRAK
DEVITA SARAGIH: Studi Perencanaan Program Interpretasi Alam pada Jalur Trekking Hutan Pendidikan USU, Taman Hutan Raya Bukit Barisan, Kabupaten Karo, dibimbing oleh PINDI PATANA dan RAHMAWATY.
Hutan Pendidikan USU memiliki banyak objek-objek menarik namun belum ada kegiatan pengembangan yang dapat mendukung Hutan Pendidikan USU sebagai kawasan ekowisata. Untuk itu sebuah penelitian tentang program interpretasi alam telah dilakukan pada jalur trekking Hutan Pendidikan USU pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2012. Penelitian ini dilakukan dengan mendeskripsikan setiap objek menarik yang terdapat di dalam kawasan dan menentukan faktor pendorong dan faktor penghambat yang mempengaruhi pemanfaatan Hutan Pendidikan USU sebagai kawasan ekowisata.
Potensi ekowisata yang terdapat di Hutan Pendidikan USU terdiri atas potensi keindahan alam, flora dan fauna. Potensi tersebut membutuhkan fasilitas interpretasi berupa gapura selamat datang, pusat informasi, shelter, papan penunjuk arah, papan nama objek dan beberapa fasilitas pendukung. Hutan Pendidikan USU memerlukan strategi yang matang dari pengelola agar berkembang menjadi kawasan ekowisata yang menarik.
ABSTRACT
DEVITA SARAGIH: Study of Nature Interpretation Programme Design at Track of Educational Forest of North Sumatera University, Bukit Barisan Large Forest Garden, Regency of Karo, under the supervision of PINDI PATANA and RAHMAWTY.
Educational Forest of North Sumatera has many interesting objects in spite of it have not had development activity yet that can support Educational Forest of North Sumatera University as a ecotourism region. Therefore, a research about nature interpretation programme had been conducted at track of Educational Forest of USU in July – Agustus 2012. The research is conducted by explaining each interesting object and to decide forward factors and obstacle factors that have influence at Educational Forest of USU.
Ecotourism potencies of Educational Forest of USU are the beauty of nature, flora and fauna. These ecotourism potencies need interpretation facilities such as welcome arch, information center, shelter, direction board, interpretation board and stuff. Educational Forest of USU needs a great strategy from the administrator to be an interesting ecotourism region.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hutan mempunyai banyak manfaat bagi kehidupan manusia. Salah satu
manfaatnya adalah kegiatan ekowisata karena memiliki potensi objek wisata
seperti keindahan alam yang unik dan objek-objek yang menarik lainnya.
Kekayaan akan flora dan fauna yang beragam juga merupakan salah satu daya
tarik yang banyak diminati oleh masyarakat luas.
Hutan Pendidikan Universitas Sumatera Utara merupakan suatu kawasan
yang berada di dalam kawasan Taman Hutan Raya Bukit Barisan yang
diperuntukkan bagi kegiatan pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan,
khususnya di bidang kehutanan. Taman Hutan Raya sendiri sebagaimana dalam
UU No. 5 Tahun 1990 merupakan kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi
tumbuhan dan atau satwa yang alami atau buatan, jenis asli dan atau bukan asli,
yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,
menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi.
Kawasan hutan pendidikan USU merupakan kawasan yang memiliki
berbagai objek-objek menarik yang berpotensi sebagai objek wisata namun belum
begitu berkembang karena baru ditetapkannya kawasan sebagai hutan pendidikan.
Hutan Pendidikan USU memiliki beberapa jalur trekking namun belum terdapat
program interpretasi yang dapat menunjang pengembangan kawasan sebagai
kawasan ekowisata. Oleh karena itu diperlukan suatu penelitian tentang studi
perencanaan program interpretasi yang dapat mengungkapkan potensi-potensi
Unsur interpretasi dalam ekowisata merupakan hal yang amat penting,
Kegiatan interpretasi yang memadai akan menciptakan pengalaman ekowisata
yang bermakna dan meningkatkan pengetahuan, kesadaran, serta penghargaan
pengunjung terhadap lingkungan dan budaya, sehingga ikut merasakan pentingnya
kelestarian lingkungan bahkan ikut berperan dalam menjaga kelestarian sumber
daya alam yang dikunjunginya.
Tujuan Penelitian
1. Menyusun perencanaan program interpretasi alam pada jalur trekking di
kawasan hutan pendidikan USU Taman Hutan Raya Bukit Barisan.
2. Mengevaluasi potensi pemanfaatan jalur trekking untuk kegiatan ekowisata di
Hutan Pendidikan USU Taman Hutan Raya Bukit Barisan dan strategi
pengembangannya.
Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan bagi pihak pengelola kawasan Taman Hutan Raya
dalam perencanaan program interpretasi.
2. Memberikan model interpretasi bagi pengelola yang bermanfaat bagi
pengunjung sehingga memiliki pengetahuan, kesadaran serta penghargaan
TINJAUAN PUSTAKA
Taman Hutan Raya
Istilah taman hutan raya (Tahura) di Indonesia dikenal sejak tahun 1985,
saat diresmikan taman Hutan Raya Ir. Juanda seluas 590 Ha yang berlokasi di
Bandung Jawa Barat dan merupakan Taman Hutan Raya pertama di Indonesia
(Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara, 2012).
Menurut UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya, Taman Hutan Raya adalah kawasan pelestarian alam
untuk tujuan koleksi tumbuhan dan/atau satwa alami atau buatan, jenis asli dan
atau bukan asli yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan,
pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi.
Kawasan taman hutan raya dikelola oleh pemerintah dan dikelola dengan
upaya pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta
ekosistemnya. Suatu kawasan taman hutan raya dikelola berdasarkan satu rencana
pengelolaan yang disusun berdasarkan kajian aspek-aspek ekologi, teknis,
ekonomis dan sosial budaya. Upaya pengawetan kawasan taman hutan raya
dilaksanakan dalam bentuk kegiatan: perlindungan dan pengamanan, inventarisasi
potensi kawasan, penelitian dan pengembangan yang menunjang pengelolaan dan
pembinaan dan pengembangan tumbuhan dan atau satwa (Purnomo, 2012).
Interpretasi Alam
Defenisi Interpretasi
Interpretasi adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari
pengunjung yang datang ke kawasan tersebut, sehingga dapat memberikan
kepuasan dan pengetahuan baru yang dapat menggugah pemikiran untuk
mengetahui, menyadari dan menarik minat pengunjung untuk ikut menjaga,
melestarikan serta mempelajari lebih lanjut, karena cara paling langsung bagi
masyarakat umum untuk mempelajari kawasan yang dilindungi adalah melihatnya
sendiri (MacKinnon et al dalam Satyatama, dkk, 2010).
Interpretasi alam adalah suatu kegiatan bina cinta alam yang khusus
ditujukan untuk pengunjung kawasan konservasi alam yang merupakan kombinasi
dari pelayanan informasi, pelayanan pemanduan, pendidikan, hiburan dan promosi
(Satyatama, 2008).
Tujuan Interpretasi
Program interpretasi ditujukan untuk menjelaskan pengertian dan apresiasi
suatu fenomena alam yang penting, nilai historis, nilai geologis, dan sebagainya
kepada pengunjung agar mereka memahami dan mengerti akan nilai-nilai serta
makna dari materi yang mereka lihat dan amati (WF, 2000).
Interpretasi akan membantu pengunjung untuk lebih dengan kesadaran
mengenal dan mengerti kondisi kawasan yang dikunjungi dengan flora dan
faunanya. Interpretasi akan membuka pikiran dan penghargaan pengunjung
terhadap alam yang dilintasi, dan inilah yang akan membantu manajemen dalam
melestarikan kawasan dilindungi. Interpretasi dapat mengurangi dampak manusia
pada lingkungan alam, dengan cara mengalihkan pengunjung dari kawasan rapuh
ke kawasan yang lebih baik untuk mendapat kunjungan yang lebih intensif.
Interpretasi juga dapat meningkatkan apresiasi mengenai rencana manajemen
udara terbuka dan bersih. Dapat diharapkan bahwa dengan interpretasi yang baik,
pengunjung akan mencintai kawasan yang dilindungi, tidak mengotori, merusak,
mencorat-coret batu dan menggores pohon (Hadinoto, 1996).
Unsur-Unsur Interpretasi
1. Pengunjung
Pengunjung merupakan unsur utama interpretasi. Pelaksanaan di lapangan
harus melibatkan pengunjung karena pengunjung merupakan sasaran dari
perencanaan interpretasi (Sitepu, 2003).
2. Pemandu wisata alam
Ekowisata memerlukan pemandu khusus yang mampu menginterpretasikan
unsur lingkungan alam. Hal ini sangat penting untuk menimbulkan kepuasan
bernilai tinggi bagi pengunjung (Hadinoto, 1996).
3. Objek interpretasi yang bersangkutan
Objek interpretasi adalah segala sesuatu yang berada dalam kawasan wisata
alam, yang dipilih untuk diinterpretasikan kepada pengunjung.
Jalur Interpretasi
Jalur interpretasi dapat berupa jalur mobil, jalur bersepeda, dan jalur
pejalan kaki. Jalur interpretasi diharapkan dapat merupakan suatu rangkaian besar
yang berkesinambungan mengenai suatu objek sehingga dapat memberikan
pengertian mengenai objek tersebut di dalam suatu ruang (WF, 2000).
Karakteristik jalur yang baik untuk kegiatan trekking adalah
(Sitepu, 2003):
1. Mengarahkan pada pemandangan yang menyenangkan dan spektakuler seperti
2. jalur yang diperuntukkan untuk berjalan-jalan, tidak licin, tidak curam dan tidak
berlumpur atau tergenang.
3. Menghindarkan pengunjung dari ketegangan. Daya tarik khusus ditempatkan
tidak terlalu jauh dari jalur tersebut.
4. Memudahkan pengunjung dan dilengkapi petunjuk arah.
5. Menghindarkan pengunjung dari lokasi yang berbahaya dan kawasan yang
sensitif seperti komunitas tumbuhan rapuh dan satwa yang mudah terganggu.
Program Interpretasi
Program interpretasi adalah suatu tuntunan atau panduan yang disusun
oleh interpreter untuk melaksanakan kegiatan interpretasi. Beberapa hal yang
perlu dilakukan untuk menyiapkan program interpretasi adalah sebagai berikut
(WF, 2000):
1. Menetapkan point of interest, sebagai sumber informasi untuk program
pendidikan dan interpretasi, serta menentukan target group dan memilih cara
pendekatan serta fasilitas pendukung yang diperlukan.
2. Menetapkan dan membuat jalur-jalur interpretasi untuk mengarahkan
pengunjung ke tempat-tempat yang memiliki objek geologis, sejarah,
tumbuhan, binatang serta kebudayaan yang menarik.
3. Memasang papan-papan petunjuk/pemandu yang ditujukan untuk memberikan
kemudahan kepada pengunjung ketika masuk ke dalam kawasan.
4. Membuat pusat informasi yang dapat memberikan gambaran bagi pengunjung
mengenai apa saja yang dapat dilihat, diketahui, dan dipelajari di kawasan
tersebut.
Kondisi Umum Tahura Bukit Barisan
Letak dan Luas
Tahura Bukit Barisan ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Presiden
Republik Indonesia No. 48 Tahun 1988 dengan luas ± 51.600 Ha yang secara geografis terletak pada 001’16"-019’37" Lintang Utara dan 9812’16"-9841’00"
Bujur Timur (Dephut, 2007).
Kawasan Tahura Bukit Barisan meliputi wilayah Pemerintah Kabupaten
Karo seluas 19.805 hektar, Deli Serdang terdapat 17.150 hektar, Langkat 13.000
hektar dan Simalungun 1045 hektar. Seluruh kawasan ini berasal dari hutan
lindung 38.273 hektar (74,17%), Taman Nasional 13.000 hektar (25,20%), Bumi
Perkemahan Pramuka Sibolangit 200 hektar (0,39%), Cagar Alam Sibolangit 120
hektar (0,23%) ,dan taman wisata Lau Debuk-debuk 7 hektar (0,01%)
(Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara, 2012).
Sejarah Kawasan
Tahura Bukit Barisan merupakan Tahura ketiga di Indonesia yang
ditetapkan oleh Presiden dengan Surat Keputusan Presiden R.I. No. 48 Tahun
1988 tanggal 19 Nopember 1988. Pembangunan Tahura ini sebagai upaya
konservasi sumber daya alam dan pemanfaatan lingkungan melalui peningkatan
fungsi dan peranan hutan. Tahura Bukit Barisan adalah unit pengelolaan yang
berintikan kawasan hutan lindung dan kawasan konservasi denga luas seluruhnya
51.600 Ha. Sebagian besar merupakan hutan lindung berupa hutan alam
pegunungan yang ditetapkan sejak jaman Belanda, meliputi Hutan Lindung
Sibayak I dan Simancik I, Hutan Lindung Sibayak II dan Simancik II serta Hutan
Sibolangit, SM. Langkat Selatan TW. Lau Debuk-debuk dan Bumi Perkemahan
Pramuka Sibolangit (Dephut, 2002).
Universitas Sumatera Utara bekerjasama dengan Dinas Kehutanan
Provinsi Sumatera Utara melakukan peresmian Hutan Pendidikan USU di wilayah
Tahura Bukit Barisan seluas 1.000 Ha tepatnya di Desa Tongkoh Kecamatan
Dolat Rakyat Kabupaten Karo pada tanggal 25 Mei 2011
(Universitas Sumatera Utara, 2011).
Topografi dan Hidrologi
Pada umumnya keadaan topografi lapangan Tahura Bukit Barisan
sebagian datar, curam dan berbukit-bukit. Di beberapa tempat terdapat
pegunungan dan puncak tertinggi yaitu Gunung Sibayak dengan ketinggian 1.430
sampai 2.200 m dpl. Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson Tahura Bukit
Barisan termasuk ke dalam klasifikasi tipe B dengan curah hujan rata-rata
pertahun 2.000 s/d 2.500 mm. Suhu udara minimum 13C dan maksimum 25C
dengan kelembaban rata-rata berkisar antara 90-100% (Dephut, 2007).
Flora dan Fauna
Kawasan hutan ini didominasi oleh jenis-jenis pohon pegunungan baik
jenis lokal maupun yang berasal dari luar. Beberapa jenis tersebut antara lain:
Pinus Merkusii, Altingia exelsa, Schima wallichii, Podocarpus sp, Toona surei
dan jenis yang lain seperti Durian, Dadap, Rambutan, Pulai, Aren, Rotan, dan
lain-lain. Jenis tanaman yang berasal dari luar diantaranya: Pinus caribeae, pinus
khasia, Pinus insularis, Eucalyptus sp, Agathis sp, dan lain-lain. Beberapa fauna
siamang, babi hutan, ular, elang, kijang, treggiling, kolibri, dan burung hantu
(Dephut, 2002).
Sosial Budaya Masyarakat
Masyarakat yang bermukim di sekitar kawasan Tahura Bukit Barisan
umumnya Suku Karo, Melayu, Aceh dan Batak. Mata pencaharian penduduk
umumnya petani dengan produksi utama jenis-jenis holtikultura seperti
buah-buahan dan sayur-sayuran, juga berbagai bunga hias serta hasil perkebunan
lainnya. Sebagian kecil masyarakatnya sebagai pedagang dan pengusaha.
Budaya masyarakat cukup beranekaragam dengan atraksi-atraksi yang
sangat menarik perhatian terutama bagi wisatawan asing. Disamping itu juga
dijumpai beberapa objek peninggalan sejarah atau adat, antara lain: di Lingga
S
u
mb
e
r:
S
it
u
mo
ran
g
(
2
0
1
2
)
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada jalur trekking hutan pendidikan USU
Taman Hutan Raya Bukit Barisan Kabupaten Karo pada bulan Juli sampai dengan
Agustus 2012.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan untuk
pengunjung dan daftar pertanyaan untuk pengelola.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis dan kamera
digital.
Jenis Data yang Dikumpulkan
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan
sekunder. Data primer meliputi potensi objek wisata seperti sumber daya alam
(flora, fauna), karakteristik pengunjung dan pengelolaan kawasan. Sedangkan data
sekunder meliputi peta lokasi penelitian, kondisi umum lokasi penelitian dan data
jumlah pengunjung.
Data yang dikumpulkan adalah:
1. Potensi Ekowisata
a. Keindahan alam
b. Flora
1) Jenis-jenis flora yang banyak dijumpai
2) Deskripsi jenis-jenis flora tersebut
2) Jenis-jenis satwa yang dijumpai pada saat pengamatan
3) Deskripsi jenis-jenis satwa tersebut
2. Pengunjung
a. Karakteristik pengunjung
b. Tujuan dan pola kunjungan
c. Pengetahuan pengunjung terhadap potensi wisata
d. Respon dan harapan pengunjung terhadap ketersediaan fasilitas
e. Tingkat kesadaran pengunjung terhadap potensi pengembangan wisata
alam
3. Pengelolaan Kawasan
a. Tujuan pengelolaan
b. Rencana pengelolaan
c. Program atau perencanaan interpretasi yang ada
d. Permasalahan dalam pengembangan ekowisata
Metode Pengumpulan Data
1. Wawancara dengan pengunjung
Pengunjung yang dijadikan responden ditentukan dengan metode random
sampling yaitu pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama
untuk diambil kepada setiap elemen populasi. Jika populasi dalam jumlah yang
besar dapat diambil sampel antara 10-15% tergantung kepada kemampuan peneliti
dilihat dari waktu, tenaga dan dana (Arikunto, 2002).
Jumlah pengunjung yang dijadikan sebagai responden adalah 109
responden (10% dari jumlah pengunjung terbanyak selama tahun 2011 yaitu pada
Bukit Barisan dilakukan pada hari Sabtu, Minggu dan hari libur. Untuk analisis
kekuatan medan (Force Field Analysis) pengambilan sampel dilakukan secara
purposive sampling yaitu sebanyak 20 orang yang sudah pernah berkunjung dan
mengetahui kondisi Hutan Pendidikan USU.
2. Wawancara dengan pengelola
Pengelola yang dijadikan sebagai responden ditentukan dengan metode
purposive sampling. Menurut Sinulingga (2011) metode purposive sampling
adalah pengumpulan data atas dasar pertimbangan pribadi peneliti. Pengelola
yang akan dijadikan responden adalah pihak penanggungjawab Hutan Pendidikan
USU dan pihak Taman Hutan Raya Bukit Barisan.
3. Observasi di lapangan
Observasi di lapangan dilakukan dengan melihat langsung potensi
sumberdaya alam (vegetasi, satwa, dan sumberdaya alam lain) di sepanjang jalur
trekking. Situmorang (2012) dan Saragih (2012) telah melakukan identifikasi
objek wisata di Hutan Pendidikan USU. Observasi dilakukan di sepanjang jalur
trekking yang sudah dihasilkan dari penelitian ini.
4. Studi literatur
Studi literatur dilakukan untuk mengetahui kondisi umum, deskripsi dari
setiap potensi ekowisata berdasarkan data-data yang sudah ada, peta lokasi
penelitian dan data jumlah pengunjung.
Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan:
1. Analisis deskriptif yaitu teknik analisis data dengan mendeskripsikan atau
mengambil kesimpulan tertentu berdasarkan semua data yang telah terkumpul
(Sinulingga, 2011). Kegiatan analisis yang dilakukan adalah mendeskripsikan
semua data potensi objek wisata, keinginan pengunjung dan rencana
pengembangan pengelola.
2. Analisis Force Field (Analisis Kekuatan Medan) yaitu metode untuk
menganalisis berbagai kekuatan/faktor yang mempengaruhi suatu perubahan,
mengetahui sumber kekuatannya, dan memahami apa yang dapat dilakukan
terhadap faktor-faktor/kekuatan tersebut. Haslindah (2012) menjelaskan
tahap-tahap yang harus dilakukan dalam analisis Force Field adalah:
a. Menentukan semua faktor pendorong yang mendorong terjadinya perubahan.
b. Menentukan faktor penghambat terjadinya perubahan.
c. Memberi nilai pada setiap faktor tersebut, yang menunjukkan seberapa besar
kekuatannya pada target.
d. Menganalisis seberapa besar kemampuan untuk melemahkan faktor
penghambat dan menguatkan faktor pendorong yang menunjukkan seberapa
besar kemampuan dalam mengubah faktor-faktor tersebut.
e. Kategori nilai/kekuatan yang diberikan pada faktor pendorong dan penghambat
yang ditemukan di lapangan adalah:
1 = Tidak kuat
2 = Kurang kuat
3 = Cukup kuat
4 = Kuat
HASIL DAN PEMBAHASAN
Potensi Ekowisata
Keindahan Alam
Hutan pendidikan USU merupakan hutan yang masih alami dan belum
terdegradasi oleh manusia karena statusnya yang merupakan kawasan hutan
lindung dan merupakan kawasan hutan pelestarian alam karena fungsinya. Hutan
lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai
perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah
banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan
tanah dan kawasan hutan pelestarian alam adalah hutan dengan ciri khas tertentu,
yang mempunyai fungsi pokok perlindungan sistem penyangga kehidupan,
pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara
lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya (UURI No 41 Tahun 1999).
Berdasarkan penelitian Situmorang (2012) dan Saragih (2012), keindahan alam
yang dapat dinikmati di kawasan hutan pendidikan USU adalah camping ground,
sungai, dan air terjun. Beberapa fasilitas interpretasi yang dapat dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan di Hutan pendidikan USU dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Fasilitas interpretasi yang dapat dikembangkan di Hutan Pendidikan
USU
No. Fasilitas Interpretasi Jumlah Unit 1 Gapura selamat datang 2
2 Pusat informasi 1
3 Shelter (Tempat pemberhentian) 8
1. Gapura
Gapura diletakkan di kedua pintu masuk jalur trekking menuju air terjun.
Gapura ini berfungsi sebagai penanda dan pembeda antara pintu masuk jalur
trekking I dan pintu masuk jalur trekking II. Gapura dapat dibuat dengan
menggunakan batu bata dan semen sebagai pondasi, kayu sebagai tiang dan ijuk
sebagai atap gapura. Bentuk gapura yang dapat dikembangkan di Hutan
Pendidikan USU dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Contoh gapura pintu masuk jalur trekking
2. Pusat Informasi
Pusat informasi merupakan tempat pengunjung memperoleh informasi
sebelum memasuki kawasan Hutan Pendidikan USU. Beberapa kebutuhan
informasi tersebut dapat berupa: 1) peta potensi ekowisata Hutan Pendidikan
USU lengkap dengan posisi setiap potensi di sepanjang jalur trekking, 2) maket
fasilitas interpretasi di sepanjang jalur trekking Hutan Pendidikan USU, 3)
foto-foto atau gambar tentang potensi wisata yang terdapat di dalam kawasan disertai
dengan herbarium dari jenis-jenis yang menarik, 4) informasi tentang tumbuhan
beracun yang tidak boleh disentuh lengkap dengan gambarnya, dan 5) informasi
lainnya sehingga pengunjung akan lebih mudah mengenali potensi yang ada pada
memberikan pendidikan konservasi sehingga pengunjung dapat memahami
pentingnya mempertahankan keberadaan Hutan Pendidikan USU beserta
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya.
Pusat informasi tersebut hingga saat ini masih belum tersedia di Hutan
Pendidikan USU. Pusat informasi ini sebaiknya dibangun di sekitar kawasan
Hutan Pendidikan USU yaitu di dekat gerbang masuk kawasan dan dapat dibuat
dengan bentuk yang sesuai dengan kebudayaan masyarakat setempat sehingga
memberikan kesan yang menarik bagi para pengunjung.
3. Shelter (Tempat Pemberhentian)
Shelter (tempat pemberhentian) dibutuhkan oleh pengunjung sebagai
tempat untuk beristirahat pada saat melakukan perjalanan di dalam Hutan
Pendidikan USU. Manfaat lain adanya shelter adalah membantu pengunjung agar
tidak kelelahan saat melakukan kegiatan trekking. Shelter yang akan
dikembangkan di Hutan Pendidikan USU sebaiknya dibuat sesuai dengan
kebudayaan lokal masyarakat setempat misalnya dengan atap dari ijuk yang
berasal dari tumbuhan aren, dengan tiang kayu dan alas papan atau semen. Bentuk
shelter yang dapat dikembangkan di Hutan Pendidikan USU dapat dilihat pada
4. Papan Penunjuk Arah
Papan penunjuk arah membantu pengunjung agar dapat mengikuti jalur
yang ada dan tidak tersesat saat di dalam Hutan Pendidikan USU. Papan penunjuk
arah dibuat sesingkat dan sejelas mungkin dengan warna yang mudah dilihat baik
pada siang hari maupun malam hari sehingga pengunjung akan lebih mudah
mengenalinya. Papan penunjuk arah dapat dibuat dengan bahan seng agar tidak
mudah rusak. Papan penunjuk arah diletakkan di tempat yang mudah dilihat
dibeberapa tempat di sepanjang jalur trekking dengan jarak sekitar 50 meter antar
setiap papan penunjuk arah melihat kondisi jalur trekking yang tidak terlalu
berkelok-kelok. Papan penunjuk arah juga dapat diletakkan pada percabangan
jalur agar pengunjung lebih mudah menentukan jalur yang akan dilalui. Bentuk
papan penunjuk arah yang dapat dikembangkan di Hutan Pendidikan USU dapat
dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Contoh papan penunjuk arah.
5. Papan nama objek
Papan nama objek atau papan interpretasi dibuat di lokasi-lokasi yang
mempunyai objek yang menarik untuk memudahkan pengunjung mengetahui
deskripsi objek tersebut. Papan nama objek dibuat semenarik mungkin sehingga
menarik perhatian pengunjung untuk membaca keseluruhan deskripsi dari setiap
Potensi keindahan alam yang dapat dikembangkan sebagai objek
interpretasi adalah camping ground dan air terjun. Bentuk interpretasi yang dapat
dikembangkan dapat dilihat pada Gambar 5 dan Gambar 6.
Gambar 5. Contoh papan interpretasi yang dapat dikembangkan di Hutan Pendidikan USU.
&
Potensi Flora
Situmorang (2012) dan Saragih (2012) menjelaskan bahwa potensi flora
yang terdapat di Hutan Pendidikan USU digolongkan kedalam tumbuhan obat dan
bahan pangan, tumbuhan hias, tumbuhan penghasil kayu (jenis pohon) dan
tumbuhan penghasil non kayu. Potensi flora yang terdapat di sepanjang jalur
trekking Hutan Pendidikan USU dapat dilihat dalam Tabel 2.
Tabel 2. Potensi flora jalur trekking Hutan Pendidikan USU
No. Nama Spesies Keterangan 1 Eukaliptus (Eucalyptusurophylla) Jenis pohon
2 Markisa Hutan (Passiflora edulis) Bahan pangan 3 Kembang Sepatu (Hibiscus rosasinensis) Tumbuhan hias 4 Kayu Garuga (Dipterocarpus hasseltii) Jenis pohon 5 Daun Singkut (Curculigo latifolia) Tumbuhan hias 6 Harimonting (Rhodomyrtus tomentosa) Tumbuhan obat
7 Bunga Pacar Air (Impatens balsamina) Tumbuhan hias, tumbuhan obat 8 Pulai (Alstonia scholaris) Jenis pohon
9 Rotan (Calamus irop) Penghasil non-kayu 10 Bambu (Gigantochola apus) Penghasil non-kayu 11 Suren (Toona sureni) Jenis pohon
12 Arbei (Rubus reflexus) Bahan pangan, tumbuhan obat 13 Keladi Hias (Caladium bicolor) Tumbuhan hias
14 Rasamala (Altingia excelsa) Jenis pohon 15 Bunga Terompet (Mandevillasanderi) Tumbuhan hias 16 Pandan hutan (Pandanus tectories) Bahan pangan 17 Pakis Hutan (Alsophilaglauca) Tumbuhan hias 18 Tanaman Jarak (Jatropha curcas) Tumbuhan obat 19 Simartelu (Schimawalichii) Jenis pohon 20 Pinus (Pinus merkusiii) Jenis pohon
21 Cekala (Etlingera elatior) Bahan pangan, tumbuhan obat 22 Medang (Cinnamomum porrectum) Jenis pohon, tumbuhan obat 23 Anggrek Hutan (Cymbidiumcanaliculatum) Tumbuhan hias
24 Gondang (Ficus fariegata) Jenis pohon 25 Meranti (Shorea platyclados) Jenis pohon
26 Aren (Arenga pinnata) Bahan pangan, tumbuhan obat 27 Sirih Hutan (Piper sarmentosum) Tumbuhan obat
28 Ketapang (Terminalia catappa) Jenis pohon 29 Kenikir (Cosmos caudatus) Tumbuhan obat 30 Mengkudu (Morinda citrifolia) Tumbuhan obat 31 Tembusu (Fagraea fagrans) Tumbuhan hias 32 Congkok (Curciligo cavitulata) Tumbuhan hias 33 Ganitri (Elaeocarpus sphaericus) Tumbuhan obat Sumber: Situmorang (2012) dan Saragih (2012).
Bentuk interpretasi yang dapat dikembangkan untuk memudahkan
berupa papan nama objek/papan interpretasi. Berikut ini jenis-jenis potensi yang
dapat dikembangkan sebagai objek interpretasi dan contoh model papan
interpretasinya.
1. Eukaliptus (Eucalyptusurophylla)
Gambar 8. Contoh papan interpretasi untuk Eukaliptus (Eucalyptus urophylla).
2. Markisa Hutan (Passiflora edulis)
3. Daun singkut (Curculigo latifolia)
Gambar 10. Contoh papan interpretasi untuk Daun singkut (Curculigo latifolia)
4. Harimonting (Rhodomyrtus tomentosa)
5. Bunga pacar air (Impatiens balsamina)
Gambar 12. Contoh papan interpretasi untuk Bunga pacar air (Impatiens balsamina).
6. Rotan (Calamus irop)
7. Arbei (Rubus reflexus)
Gambar 14. Contoh papan interpretasi untuk Arbei (Rubus reflexus).
8. Pandan (Pandanus tectorius)
9. Tumbuhan Jarak (Ricinus communis)
Gambar 16. Contoh papan interpretasi untuk Tumbuhan Jarak (Ricinus communis).
10.Pinus (Pinus merkusii)
11.Cekala (Etlingeraelatior)
Gambar 18. Contoh papan interpretasi untuk Cekala (Etlingera elatior).
13.Sirih Hutan (Piper sarmentosum)
Gambar 20. Contoh papan interpretasi untuk Sirih hutan (Piper sarmentosum).
14.Mengkudu (Morinda citrifolia)
Potensi Fauna
Menurut Dephut (2002), beberapa fauna yang hidup di kawasan Tahura
Bukit Barisan antara lain: monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), harimau
sumatera (Panthera tigris sumatrana), siamang (Hylobates muelleri), babi hutan
(Sus barbatus), ular (Naja sp), elang (Ictinaetus malayensis), kijang (Muntiacus
muntjak), treggiling (Manis javanica), kolibri (Colibri thalassinus), dan burung
hantu (Bubo sumatranus). Selama kegiatan observasi di sepanjang jalur trekking
hutan pendidikan USU hanya terdengar suara dari beberapa burung kecil. Sulit
untuk mengidentifikasi jenis dan jumlah burung yang ditemui disepanjang jalur
trekking karena burung tidak terlihat dan hanya terdengar suaranya. Menurut
Situmorang (2012), jenis burung yang paling sering terlihat di sepanjang jalur
trekking adalah burung gereja (Passer montanus) dan burung kolibri (Colibri
thalassinus). Berdasarkan hasil inventarisasi satwa pada kegiatan PEH
(Pengenalan Ekosistem Hutan) tahun 2012 di Hutan Pendidikan USU ditemukan
beberapa jenis satwa lain yaitu musang luwak (Paradoxurus hermaphroditus),
monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), burung kucica hutan (Copsychus
malabaricus), tupai ekor sikat (Ptilocercus lowii), burung pipit dada putih
(Lonchura leucogastroides), burung cucak kuning (Pycnonotus melanicterus), dan
burung perenjak (Prinia familiaris).
Bentuk interpretasi yang dapat dikembangkan untuk dapat menikmati
potensi satwa yang ada di Hutan Pendidikan USU adalah papan interpretasi yang
mendeskripsikan jenis satwa yang sering ditemui di jalur trekking. Jenis-jenis
1. Burung Kolibri (Colibri thalassinus)
Gambar 22. Contoh papan interpretasi untuk Burung Kolibri (Colibri thalassinus).
2. Musang Luwak (Paradoxurus hermaphroditus)
Gambar 23. Contoh papan interpretasi untuk musang luwak (Paradoxurus
3. Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis)
Gambar 24. Contoh papan interpretasi untuk monyet ekor panjang (Macaca fascicularis).
4. Burung Kucica Hutan (Copsychus malabaricus)
Gambar 25. Contoh papan interpretasi untuk burung kucica hutan (Copsychus
5. Tupai ekor sikat (Ptilocercus lowii)
Gambar 26. Contoh papan interpretasi untuk tupai ekor sikat (Ptilocercus lowii).
6. Burung pipit dada putih (Lonchura leucogastroides)
Gambar 27. Contoh papan interpretasi untuk burung pipit dada putih (Lonchura
7. Burung cucak kuning (Pycnonotus melanicterus)
Gambar 28. Contoh papan interpretasi untuk burung cucak kuning (Pycnonotus
melanicterus).
8. Burung Perenjak (Prinia familiaris)
Fasilitas Pendukung Interpretasi
Menurut Hadinoto (1996), interpretasi merupakan alat vital dalam
memberikan kepuasan kunjungan serta sangat penting untuk memberi pengertian
mengenai perlunya dan caranya melestarikan lingkungan alam. Agar tujuan
interpretasi dapat tercapai dengan baik diperlukan fasilitas-fasilitas pendukung
yang dapat dikembangkan di Hutan Pendidikan USU.
Tabel 3. Fasilitas pendukung yang dapat dikembangkan di Hutan Pendidikan USU
No. Fasilitas pendukung interpretasi Ketersediaan di Hutan Pendidikan USU
4 Penyediaan peralatan trekking √
5 Penyediaan tenaga interpreter √
6 Penyediaan fasilitas untuk keperluan pribadi (toilet)
√
Pengunjung
Sebagai gambaran pengunjung di Hutan Pendidikan USU digunakan
pengunjung kawasan Tahura Bukit Barisan yang ramai dukunjungi pada hari
Sabtu, Minggu dan hari libur. Pengunjung didominasi oleh pengunjung lokal
dengan berbagai tujuan berkunjung seperti rekreasi, penelitian, praktik lapangan,
acara hiburan, inagurasi maupun camping, dan ada juga beberapa pengunjung
yang berasal dari luar negeri. Data pengunjung ini berdasarkan data pengunjung
Gambar 30. Rekapitulasi pengunjung Tahura Bukit Barisan tahun 2011
Data mengenai pengunjung diperoleh dari penyebaran kuisioner kepada
109 pengunjung yang datang ke Tahura Bukit Barisan untuk mengetahui
karakteristik, tujuan dan pola kunjungan, pengetahuan tentang potensi ekowisata,
kebutuhan pengunjung akan fasilitas serta kesadaran pengunjung tentang potensi
pengembangan kawasan Tahura Bukit Barisan kawasan ekowisata. Data
pengunjung di Tahura Bukit Barisan digunakan sebagai acuan perencanaan
program interpretasi pada jalur trekking Hutan Pendidikan USU. Kegiatan
perencanaan interpretasi harus melibatkan pengunjung karena pengunjung
merupakan unsur dan sasaran utama dari perencanaan interpretasi.
Gambar 31. Pengambilan data pengunjung: (a) pengunjung dalam negeri dan (b)
0
Bulan Kunjungan tahun 2011
Karakteristik Pengunjung
Pengunjung dalam suatu kawasan memiliki karakteristik yang
berbeda-beda mulai dari umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan hingga asal
pengunjung. Karakteristik pengunjung Taman Hutan Raya Bukit Barisan dapat
dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Karakteristik pengunjung di Tahura Bukit Barisan
Selama penelitian berlangsung, perbandingan pengunjung Tahura Bukit
Barisan berdasarkan jenis kelamin yang dijadikan sebagai responden tidak
berbeda jauh yaitu 53,21 % laki-laki dan 46,79 % perempuan yang didominasi
oleh rentang usia antara 15 – 25 tahun yang mencapai 62,40 % yang sebagian
besar terdiri dari mahasiswa. Banyaknya mahasiswa yang berkunjung dikarenakan
pengambilan data pengunjung dilakukan pada masa liburan. Hal ini menunjukkan
bahwa nantinya program interpretasi yang akan direncanakan ditujukan untuk
anak muda mengingat kondisi fisik yang masih baik untuk mengikuti kegiatan
penjelajahan jalur trekking dan penggunaan keterangan-keterangan ilmiah pada
program interpretasi lebih mudah dimengerti mengingat tingkat pendidikan
pengunjung yang tinggi yaitu sebagian besar sedang mengikuti pendidikan di
perguruan tinggi (34,86 %) dan sebesar 69,72 % adalah tamatan SMA.
Pengunjung di Tahura Bukit Barisan sebagian besar berasal dari Medan
yaitu sebanyak 51,38 % dan beberapa dari daerah sekitar kawasan Tahura Bukit
Barisan seperti Kabanjahe dan Berastagi. Ada juga beberapa pengunjung yang
berasal agak jauh dari kawasan Tahura Bukit Barisan seperti Sidikalang, Tiga
Panah, Pakpak Bharat dan Swiss. Hal tersebut menunjukkan bahwa kawasan
Tahura Bukit Barisan masih memiliki potensi wisata yang dapat dinikmati oleh
masyarakat luas.
Tujuan dan Pola Kunjungan
Setiap pengunjung yang datang ke suatu kawasan memiliki tujuan dan
pola kunjungan yang berbeda-beda. Tujuan dan pola kunjungan pengunjung di
Tabel 5. Tujuan dan pola kunjungan pengunjung di Tahura Bukit Barisan
No. Tujuan dan pola kunjungan Jumlah responden (orang) Presentase (%) 1 Tujuan utama datang ke Tahura Bukit
Barisan
a. Menikmati keindahan alam 53 48,62 b. Melihat tumbuhan dan satwa 18 16,51 c. Berjalan-jalan di hutan
(trekking)
15 13,76
d. Berkemah 1 0,92
e. Pendidikan/penelitian 19 17,43
f. Lainnya 3 2,76 3 Kedatangan ke Tahura Bukit Barisan
a. Sendiri 7 6,42
Berdasarkan data pengunjung yang diperoleh selama penelitian, tujuan
utama pengunjung datang ke kawasan Tahura Bukit Barisan adalah untuk
menikmati keindahan alam disekitar kawasan yaitu sebesar 48,62 %, disamping
melihat tumbuhan dan satwa (monyet) dan penelitian. Hal ini menunjukkan bahwa
kawasan Hutan Pendidikan USU juga memiliki peluang besar untuk
dikembangkan sebagai kawasan ekowisata karena terdapat banyak potensi yang
tersimpan di dalamnya baik berupa keindahan alam (air terjun), flora dan fauna
yang masih hidup alami di dalam hutan dengan udara yang masih terjaga
kesejukannya melihat 58,71 % pengunjung menyukai kesejukan udara.
Sebagian besar pengunjung datang bersama teman/kelompok dan keluarga
yang ideal untuk mengikuti kegiatan penjelajahan jalur trekking di Hutan
Pendidikan USU, dimana waktu yang ditempuh untuk sampai ke pemandangan
alam berupa air terjun adalah ±45 menit. 22,94 % pengunjung yang menghabiskan waktu 1 – 6 hari di kawasan Tahura Bukit Barisan memungkinkan untuk membuat
tenda dan menginap di dalam hutan selain menikmati kondisi hutan yang masih
alami dimana di Hutan Pendidikan USU juga terdapat beberapa areal yang dapat
dijadikan sebagai areal campingground.
Pengetahuan Potensi Ekowisata
Pengetahuan dan keingintahuan pengunjung terhadap keberadaan suatu
kawasan ekowisata sangat penting peranannya dalam upaya pengembangan suatu
program interpretasi alam. Respon pengunjung terhadap potensi ekowisata yang
terdapat di Taman Hutan Raya Bukit Barisan dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Pengetahuan pengunjung terhadap potensi wisata di kawasan Tahura Bukit Barisan
No. Pengetahuan tentang potensi wisata Jumlah responden (orang) Persentase (%) 1 Potensi yang disukai di Tahura Bukit
Barisan
a. Tumbuh-tumbuhan 42 27,27
b. Binatang 25 16,23
c. Hutan dan kegunaannya 66 42,86 d. Jalur trekking 18 11,69
e. Lainnya 3 1,95
Total 154 100
2 Keingintahuan tentang potensi wisata yang ada di kawasan Tahura Bukit
4 Keberadaan Tahura Bukit Barisan
a. Perlu dipertahankan 109 100 b. Tidak perlu dipertahankan 0 0
42,86 % pengunjung yang datang ke Tahura Bukit Barisan menyatakan
bahwa dirinya menyukai kondisi hutan dan kegunaannya disamping
tumbuh-tumbuhan (27,27 %), binatang (16,23 %) dan jalur trekking (11,69 %). Pernyataan
ini menambah peluang besar bagi Hutan Pendidikan USU untuk dimanfaatkan
bukan hanya untuk keperluan penelitian, tetapi juga dapat dinikmati sebagai
kawasan ekowisata karena terdapat tumbuh-tumbuhan, binatang dan jalur
trekking. Kegiatan ekowisata akan lebih bermakna jika terdapat program
interpretasi didalamnya karena selain menambah pengetahuan pengunjung, juga
akan mendorong pengunjung untuk tetap menjaga kawasan yang dikunjunginya
sehingga kawasan tetap terjaga.
Pengembangan papan interpretasi yang memuat deskripsi setiap objek
yang ada menjadi hal yang sangat berpotensi melihat 85,32 % pengunjung yang
menjadi responden memiliki keingintahuan tentang potensi-potensi yang ada di
kawasan Tahura Bukit Barisan. Hal ini menjadi dasar pentingnya program
interpretasi direncanakan di jalur trekking Hutan Pendidikan USU.
Sebanyak 54,13 % pengunjung menyatakan bahwa dirinya belum pernah
menerima informasi sebelumnya tentang potensi yang ada di Kawasan Tahura
Bukit Barisan. Hal ini menjadi pertimbangan besar untuk nantinya menerapkan
sistem pemberian informasi (promosi) kepada masyarakat luas tentang
potensi-potensi yang terdapat di Hutan Pendidikan USU agar kawasan ini semakin
berkembang dan lestari. Seluruh responden juga menyadari bahwa Tahura Bukit
Barisan penting untuk tetap dipertahankan. Hal ini menunjukkan masih tingginya
pengetahuan dan kepedulian masyarakat akan mafaat kawasan hutan bagi
Kebutuhan Fasilitas
Setiap pengunjung memiliki tanggapan yang berbeda untuk setiap bentuk
fasilitas yang perlu disediakan untuk menikmati suatu kawasan ekowisata.
Kebutuhan dan harapan pengunjung terhadap ketersediaan fasilitas di Taman
Hutan Raya Bukit Barisan dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Harapan pengunjung terhadap ketersedian fasilitas di kawasan Tahura Bukit Barisan
No. Kebutuhan pengunjung Jumlah responden (orang) Persentase (%) 1 Ketersediaan sarana di Tahura Bukit
2 Fasilitas yang perlu ditambah
a. Papan petunjuk arah 53 30,81 b. Tempat sampah 64 37,21
c. Shelter (tempat pemberhentian) 29 16,86
d. Toko souvenir 26 15,12
Total 172 100
3 Yang dibutuhkan untuk lebih menikmati potensi yang ada di kawasan Tahura informasi, papan informasi ataupun selebaran disediakan
a. Ya 108 99,08
b. Tidak 1 0,92
Total 109 100
Ketersedian sarana juga masih dianggap kurang oleh 50,46 % pengunjung
Tahura Bukit Barisan, melihat kondisi terbatasnya fasilitas air bersih untuk
pengunjung dan tempat sampah yang masih minim. Pengunjung juga
mengharapakan fasilitas berupa papan penunjuk arah, pusat informasi dan papan
nama objek untuk membantu pengunjung lebih menikmati potensi yang ada di
diterapkan di Hutan Pendidikan USU agar pengunjung dapat menikmati kegiatan
ekowisatanya dan pengunjung juga dapat memperoleh penjelasan setiap objek
yang ada yang sebelumnya belum pernah ia dapatkan.
Potensi Pengembangan Jalur Trekking Hutan Pendidikan USU
Potensi pengembangan jalur trekking Hutan Pendidikan USU berdasarkan
tingkat kesadaran dan tanggapan pengunjung di Taman Hutan Raya Bukit Barisan
dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Kesadaran pengunjung terhadap potensi pengembangan jalur trekking Hutan Pendidikan USU
No. Potensi pengembangan jalur trekking Jumlah responden (orang) Persentase (%) 1 Minat mengikuti kegiatan penjelajahan
jalur trekking di Hutan Pendidikan USU
a. Ya 83 76,15
b. Tidak 26 23,85
Total 109 100
2 Fasilitas yang diharapkan untuk mendukung kegiatan penjelajahan jalur
trekking di Hutan Pendidikan USU
a. Papan petunjuk arah 82 43,85
b. Shelter (tempat pemberhentian) 32 17,11
c. Papan interpretasi 37 19,79
d. Camping ground 36 19,25
Berdasarkan data pengunjung yang diperoleh selama penelitian, 76,15 %
pengunjung memiliki minat yang besar untuk mengikuti kegiatan penjelajahan
jalur trekking di Hutan Pendidikan USU jika sudah tersedia kondisi jalur yang
papan interpretasi dan camping ground. Hal ini dikarenakan sebagian besar
responden masih berusia tergolong muda yaitu 15 – 25 tahun sehingga masih
memiliki minat yang besar terhadap kegiatan - kegiatan yang lebih membutuhkan
tenaga untuk menikmati keindahan alam. Hal ini merupakan peluang besar bagi
Hutan Pendidikan USU untuk menyediakan sarana jalur trekking yang memadai
dengan program interpretasi yang bertujuan membantu pengunjung.
Pengunjung juga memiliki kesadaran yang besar untuk membayar lebih
jika disediakan fasilitas yang memang dengan kondisi baik dan memadai untuk
kegiatan penjelajahan jalur trekking di Hutan Pendidikan USU yaitu sebanyak
89,91 %.
Pengelolaan Kawasan
Hutan Pendidikan USU seluas 1000 ha merupakan kawasan yang termasuk
kedalam kawasan Tahura Bukit Barisan yang merupakan kerjasama antara pihak
Universitas Sumatera Utara dan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara
berdasarkan Memorandum of Understanding (MoU) yang ditetapkan pada tanggal
26 April 2011 dengan nomor 522.4/3745 (Dinas Kehutanan Propinsi Sumatera
Utara) dan 2764/H.1.R/KPM/2011 (Universitas Sumatera Utara). Pengelolaan
Hutan Pendidikan USU sepenuhnya diserahkan kepada pihak USU, tetapi tetap
ada batasan-batasannya yaitu tidak akan menyebabkan terjadinya perubahan
fungsi hutan ataupun kerusakan hutan akibat tindakan pengelolaan.
Tujuan pengelolaan Hutan Pendidikan USU adalah untuk mendorong
kecintaan mahasiswa secara khusus dan masyarakat secara umum akan program
konservasi dan pelestarian hutan, mensosialisasikan manfaat hutan sebagai
bagi kesehatan masyarakat, serta mendukung program pemerintah tentang
pengawasan dan penjagaan kawasan hutan dalam memenuhi fungsinya untuk
menjaga daya dukung hutan bagi keseimbangan ekosistem di sekitarnya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak Universitas Sumatera Utara
yang diwakilkan oleh Pembantu Rektor III, perencanaan pengembangan di Hutan
Pendidikan USU digolongkan kedalam blok pemanfaatan dan blok inventarisasi
hutan. Blok pemanfaatan akan difokuskan pada kawasan yang memiliki
aksebilitas yang mudah, serta areal yang akan difungsikan bagi pengembangan
wisata alam dengan beberapa rencana penyediaan fasilitas seperti kandang
penangkaran rusa, camping ground, pembangunan shelter di jalur lintasan
ekowisata, fasilitas out bond, pemindahan museum adat karo, pengolahan air
minum, kebun persemaian, botanical garden, pembuatan dan pengerasan jalan
masuk sepanjang 1 km, pembuatan stasiun riset dan ruang hall Hutan pendidikan
USU, serta kebun tanaman obat.
Bentuk perencanaan yang mendukung pengembangan jalur trekking adalah
berupa pembuatan camping ground yang dilengkapi dengan fasilitas kamar mandi
dan shelter serba guna, pembangunan shelter pada jalur wisata yaitu jalur menuju
air terjun, serta pembuatan dan pengerasan jalan sepanjang 1 km menuju air
terjun.
Permasalahan dan hambatan yang dialami pihak USU sebagai pengelola
Hutan Pendidikan USU adalah status USU yang merupakan perguruan tinggi
negeri yang bergerak dalam usaha keuangan non-profitable institusi sehingga
memiliki anggaran yang terbatas untuk dapat mengembangkan Hutan Pendidikan
Dengan kondisi anggaran dana yang terbatas bagi USU untuk
mengembangkan Hutan Pendidikan USU, solusi yang dapat dilakukan adalah
merencanakan sebuah proyek pengembangan Hutan Pendidikan USU kemudian
mempublikasikannya kepada pihak-pihak yang bersedia untuk bekerjasama dalam
upaya pengembangan Hutan Pendidikan USU baik dari segi teknis maupun biaya.
Pihak-pihak tersebut dapat berupa pihak pemerintah maupun pihak swasta yang
bergerak di dalam pengembangan kawasan konservasi sebagai kawasan
ekowisata.
Analisis Kekuatan Medan (Force Field Analysis)
Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat
Analisis kekuatan medan (Force Field Analysis) dilakukan untuk
mengevaluasi potensi pemanfaatan jalur trekking untuk kegiatan ekowisata di
Hutan Pendidikan USU guna menyusun strategi untuk memperkuat faktor
pendukung dan melemahkan faktor penghambat yang mempengaruhi pemanfaatan
potensi-potensi yang terdapat di Hutan Pendidikan USU.
Tabel 9. Faktor pendukung dan faktor penghambat pemanfaatan Hutan Pendiidkan USU
Faktor Pendukung Faktor Penghambat
Adanya air terjun dengan ketinggian ±10m
dengan air yang jernih yang merupakan objek
utama dalam kegiatan penjelajahan jalur
trekking di kawasan Hutan Pendidikan USU
Berkurangnya debit air terjun pada saat
musim kemarau
Jalur trekking yang bersih dari sampah anorganik sehingga menambah keasrian dari
Hutan Pendidikan USU
Sebagian jalur trekking menuju air
terjun Hutan Pendidikan USU yang
masih curam
Udara yang sejuk didalam hutan yang
menarik pengunjung untuk datang kedalam
kawasn Hutan Pendidikan USU
Belum adanya sarana dan prasarana
yang tersedia di Hutan Pendidikan
Tabel 9. Lanjutan
Banyaknya jenis flora dan fauna yang
terdapat di kawasan Hutan Pendidikan USU
dan masih hidup dengan alami
Masih minimnya kegiatan
pengembangan kawasan Hutan
Pendidikan USU
Kondisi hutan alam yang masih alami dan
belum mengalami kerusakan oleh tangan
manusia
Kawasan yang masih baru ditetapkan
sebagai hutan pendidikan sehingga
informasi tentang potensinya masih
minim
Strategi Pengembangan Pemanfaatan Hutan Pendidikan USU
Untuk menentukan strategi pengembangan pemanfaatan Hutan Pendidikan
USU, terlebih dahulu faktor pendukung dan faktor penghambat dianalisis dengan
menggunakan analisis kekuatan medan. Analisis ini dilakukan dengan
memberikan nilai terhadap faktor pendukung dan faktor penghambat mulai dari
faktor terkuat hingga faktor tidak kuat yang diambil dari 20 orang responden yang
sudah pernah berkunjung ke kawasan Hutan Pendidikan USU dengan berbagai
jenis tujuan berkunjung yang berbeda. Penilaian atas faktor pendukung dan faktor
penghambat dari responden dapat dilihat pada Gambar 32 dan Gambar 33.
Gambar 32. Grafik faktor pendukung.
0
Keterangan: Nilai 1= tidak kuat, Nilai 2= kurang kuat, Nilai 3= cukup kuat, Nilai 4= kuat dan Nilai 5= sangat kuat
Gambar 33. Grafik faktor penghambat.
Gambar 32 dan Gambar 33 memperlihatkan bahwa penilaian faktor
pendukung dan faktor penghambat mulai dari sangat kuat hingga tidak kuat adalah
dengan memberi nilai 5 hingga 1 yang disesuaikan dengan grafik. Dapat dilihat
bahwa faktor pendukung yang memiliki pengaruh paling kuat terhadap
pemanfaatan Hutan Pendidikan USU adalah faktor pendukung yang memiliki skor
5 yaitu kesejukan udara di dalam kawasan hutan. Faktor pendukung yang
berpengaruh kuat terhadap pemanfaatan Hutan Pendidikan USU adalah faktor
pendukung dengan skor 4 yaitu jalur trekking yang bersih dari sampah anorganik,
flora dan fauna yang terdapat di dalam kawasan hutan yang masih hidup dengan
alami dan kondisi hutan alam yang masih alami dan belum terusak oleh tangan
manusia. Air terjun yang terdapat di dalam kawasan hutan mendapat skor 3 yaitu
cukup kuat pengaruhnya terhadap pemanfaatan Hutan Pendidikan USU.
0
Pada faktor penghambat, tidak ada faktor yang berpengaruh sangat kuat
terhadap pemanfaatan Hutan Pendidikan USU. Faktor penghambat yang
berpengaruh kuat adalah faktor yang memiliki skor 4 yaitu belum adanya sarana
yang tersedia di Hutan Pendidikan USU, masih minimnya kegiatan
pengembangan kawasan Hutan Pendidikan USU dan kondisi kawasan yang masih
baru ditetapkan sebagai hutan pendidikan sehingga informasi tentang
potensi-potensi yang terdapat didalamnya mash minim. Sebagian jalur trekking yang
curam dan berkurangnya debit air terjun pada saat musim kemarau juga memiliki
skor 3 yaitu cukup kuat pengaruhnya terhadap pemanfaatan Hutan Pendidikan
USU.
Dari analisis tersebut kemudian dapat diambil kesimpulan berupa strategi
bagaimana faktor pendukung dapat diperkuat dan faktor penghambat dapat
dilemahkan. Faktor pendukung merupakan hal yang diharapakan dapat memicu
peningkatan pemanfaatan Hutan Pendidikan USU, untuk itu diperlukan suatu
perencanaan strategi untuk meningkatkan faktor tersebut. Faktor penghambat
merupakan hal yang menjadi kendala dalam meningkatkan pemanfaatan Hutan
Pendidikan USU, sehingga diperlukan perencanaan strategi untuk
melemahkannya. Faktor pendukung, faktor penghambat dan strategi untuk
memperkuat faktor pendukung dan melemahkan faktor penghambat dapat dilihat
Tabel 10. Strategi untuk memperkuat faktor pendukung dan melemahkan faktor penghambat
Faktor pendukung Faktor penghambat Strategi untuk memperkuat faktor pendukung dan
Jalur trekking yang bersih dari sampah anorganik
Sebagian jalur trekking
yang masih curam
Perlu adanya tindakan perbaikan jalur trekking yang curam seperti pembentukan anak tangga
Udara di dalam hutan yang sejuk yang dapat menarik
Jenis flora dan fauna yang masih hidup dengan alami potensi yang ada di kawasan dan peningkatan informasi ke masyarakat luas
Tabel 10 menjelaskan bagaimana strategi untuk meningkatkan
pemanfaatan Hutan Pendidikan USU. Strategi terpenting yang perlu direncanakan
adalah perencanaan yang matang dari pihak pengelola Hutan Pendidikan USU
untuk lebih memberikan informasi dan menyediakan sarana yang memadai
sehingga mampu menarik pengunjung untuk datang ke dalam kawasan sehingga
masyarakat lebih dapat merasakan manfaat dari kawasan hutan bagi mereka.
tertarik untu ikut serta melestarikannya. Dengan demikian fungsi kawasan ini
akan semakin besar dirasakan yaitu selain sebagai kawasan ekowisata yang
bersifat lestari juga sebagai kawasan pelestarian alam. Menurut UU No. 41 tahun
1999, kawasan hutan pelestarian alam adalah hutan dengan cirri khas tertentu,
yang mempunyai fungsi pokok perlindungan sistem penyangga kehidupan,
pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara