• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Perencanaan Program Interpretasi Alam Pada Jalur Trekking Hutan Pendidikan USU, Taman Hutan Raya Bukit Barisan Kabupaten Karo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Studi Perencanaan Program Interpretasi Alam Pada Jalur Trekking Hutan Pendidikan USU, Taman Hutan Raya Bukit Barisan Kabupaten Karo"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI PERENCANAAN PROGRAM INTERPRETASI ALAM PADA

JALUR TREKKING HUTAN PENDIDIKAN USU

TAMAN HUTAN RAYA BUKIT BARISAN KABUPATEN KARO

SKRIPSI

Oleh: Devita Saragih

081201033/ Manajemen Hutan

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

STUDI PERENCANAAN PROGRAM INTERPRETASI ALAM PADA

JALUR TREKKING HUTAN PENDIDIKAN USU

TAMAN HUTAN RAYA BUKIT BARISAN KABUPATEN KARO

SKRIPSI

Oleh: Devita Saragih

081201033/ Manajemen Hutan

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Studi Perencanaan Program Interpretasi Alam Pada Jalur Trekking Hutan Pendidikan USU, Taman Hutan Raya Bukit Barisan Kabupaten Karo

Nama : Devita Saragih

NIM : 081201033

Program Studi : Kehutanan

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

Pindi Patana S.Hut, M.Sc Rahmawaty, S.Hut, M.Sc, Ph.D NIP. 19750525 200003 1 001 NIP. 19740721 200112 2 001

Ketua Anggota

Mengetahui,

(4)

ABSTRAK

DEVITA SARAGIH: Studi Perencanaan Program Interpretasi Alam pada Jalur Trekking Hutan Pendidikan USU, Taman Hutan Raya Bukit Barisan, Kabupaten Karo, dibimbing oleh PINDI PATANA dan RAHMAWATY.

Hutan Pendidikan USU memiliki banyak objek-objek menarik namun belum ada kegiatan pengembangan yang dapat mendukung Hutan Pendidikan USU sebagai kawasan ekowisata. Untuk itu sebuah penelitian tentang program interpretasi alam telah dilakukan pada jalur trekking Hutan Pendidikan USU pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2012. Penelitian ini dilakukan dengan mendeskripsikan setiap objek menarik yang terdapat di dalam kawasan dan menentukan faktor pendorong dan faktor penghambat yang mempengaruhi pemanfaatan Hutan Pendidikan USU sebagai kawasan ekowisata.

Potensi ekowisata yang terdapat di Hutan Pendidikan USU terdiri atas potensi keindahan alam, flora dan fauna. Potensi tersebut membutuhkan fasilitas interpretasi berupa gapura selamat datang, pusat informasi, shelter, papan penunjuk arah, papan nama objek dan beberapa fasilitas pendukung. Hutan Pendidikan USU memerlukan strategi yang matang dari pengelola agar berkembang menjadi kawasan ekowisata yang menarik.

(5)

ABSTRACT

DEVITA SARAGIH: Study of Nature Interpretation Programme Design at Track of Educational Forest of North Sumatera University, Bukit Barisan Large Forest Garden, Regency of Karo, under the supervision of PINDI PATANA and RAHMAWTY.

Educational Forest of North Sumatera has many interesting objects in spite of it have not had development activity yet that can support Educational Forest of North Sumatera University as a ecotourism region. Therefore, a research about nature interpretation programme had been conducted at track of Educational Forest of USU in July – Agustus 2012. The research is conducted by explaining each interesting object and to decide forward factors and obstacle factors that have influence at Educational Forest of USU.

Ecotourism potencies of Educational Forest of USU are the beauty of nature, flora and fauna. These ecotourism potencies need interpretation facilities such as welcome arch, information center, shelter, direction board, interpretation board and stuff. Educational Forest of USU needs a great strategy from the administrator to be an interesting ecotourism region.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Devita Saragih, dilahirkan di Desa Dolok Masango pada

tanggal 16 Desember 1990 anak dari ayah Jatiaman Saragih dan ibu Rospitauli

Situmeang. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan di SD Negeri 106201 Dolok Masango

pada tahun 2002, menyelesaikan pendidikan di SMP N 1 Kotarih pada tahun 2005

dan pada tahun 2008 penulis menyelesaikan pendidikan dari SMA Katolik Budi

Murni 1 Medan. Pada tahun 2008 penulis melanjutkan pendidikan di Perguruan

Tinggi Negeri Universitas Sumatera Utara pada Jurusan Manajemen Hutan,

Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian melalui seleksi Ujian Masuk

Bersama Perguruan Tinggu Negeri (UMB-PTN).

Selama masa studi, penulis mengikuti kegiatan organisasi kampus seperti

Himpunan Mahasiswa Silva USU dan Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian

Mahasiswa Kristen USU. Penulis melaksanakan kegiatan Praktek Pengenalan

Ekosistem Hutan (PEH) di Lau Kawar Gunung Sinabung dan Taman Wisata

Alam (TWA) Deleng Lancuk yang terletak di Desa Kuta Gugung Kecamatan

Namenteran Kabupaten Karo, Sumatera Utara serta kegiatan Praktek Kerja

Lapangan (PKL) di Taman Nasional Ujung Kulon, Pandeglang, Banten dari

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena

atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Studi perencanaan Program Interpretasi Alam pada Jalur Trekking

Hutan Pendidikan USU Tahura Bukit Barisan, Kabupaten Karo”

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesarnya

kepada kedua orang tua penulis yang telah membesarkan, memelihara dan

mendidik penulis selama ini. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada

bapak Pindi Patana S. Hut, M.Sc dan ibu Rahmawaty, S. Hut, M.Si, Ph. D selaku

ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan

berbagai masukan berharga kepada penulis dari mulai menetapkan judul,

melakukan penelitian, sampai pada ujian akhir.

Di samping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf

pengajar dan pegawai di Program Studi Kehutanan, serta semua rekan mahasiswa

yang tidak dapat disebutkan satu per satu di sini yang telah banyak membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Medan, Desember 2012

(8)

DAFTAR ISI

Sosial Budaya Masyarakat ... 9

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian... 11

Bahan dan Alat ... 11

Jenis Data yang Dikumpulkan ... 11

Metode Pengumpulan Data... 12

Analisis Data ... 13

(9)

Keindaan Alam ... 15

Potensi Flora ... 21

Potensi Fauna ... 29

Fasilitas Pendukung Interpretasi ... 34

Pengunjung ... 34

Karakteristik Pengunjung... 36

Tujuan dan Pola Kunjungan ... 37

Pengetahuan Potensi Ekowisata ... 39

Kebutuhan Fasilitas ... 41

Potensi Pengembangan Jalur Trekking Hutan Pendidikan USU ... 42

Pengelolaan Kawasan... 43

Analisis Kekuatan Medan (Force Field Analysis) ... 45

Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat ... 45

Strategi Pengembangan Pemanfaatan Hutan Pendidikan USU ... 46

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 51

Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 52

(10)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Fasilitas interpretasi yang dapat dikembangkan di Hutan Pendidikan USU .. 15

2. Potensi flora jalur trekking Hutan Pendidikan USU ... 21

3. Fasilitas pendukung yang dapat dikembangkan di Hutan Pendidikan USU... 34

4. Karakteristik Pengunjung di Tahura Bukit Barisan ... 36

5. Tujuan dan Pola Kunjungan pengunjung di Tahura Bukit Barisan... 38

6. Pengetahuan pengunjung terhadap potensi wisata di kawasan Tahura Bukit Barisan... 39

7. Harapan pengunjung terhadap ketersediaan fasilitas di kawasan Tahura Bukit barisan ... 41

8. Kesadaran pengunjung terhadap potensi pengembangan jalur trekking Hutan Pendidikan USU ... 42

9. Faktor pendukung dan faktor penghambat pemanfaatan Hutan Pendidikan USU ... 45

10.Strategi untuk memperkuat faktor pendukung dan melemahkan faktor

(11)

DAFTAR GAMBAR

5. Contoh papan interpretasi yang dapat dikembangkan di Hutan Pendidikan USU ... 19

6. Contoh papan interpretasi yang dapat dikembangkan di lokasi air terjun Hutan Pendidikan USU ... 19

7. Contoh papan interpretasi jalur trekking Hutan Pendidikan USU ... 20

8. Contoh papan interpretasi untuk Eukaliptus (Eucalyptus urophylla) ... 22

9. Contoh papan interpretasi untuk markisa hutan (Passiflora edulis) ... 22

10.Contoh papan interpretasi untuk daun singkut (Curculigo latifolia) ... 23

11.Contoh papan interpretasi untuk harimonting (Rhodomyrtus tomentosa) .... 23

12.Contoh papan interpretasi untuk bunga pacar air (Impatiens balsamina) .... 24

13.Contoh papan interpretasi untuk rotan (Calamus irop) ... 24

14.Contoh papan interpretasi untuk arbei (Rubus refexus)... 25

15.Contoh papan interpretasi untuk pandan (Pandanus tectorius) ... 25

16.Contoh papan interpretasi untuk tumbuhan jarak (Ricinus communis) ... 26

17.Contoh papan interpretasi untuk pinus (Pinus merkusii) ... 26

18.Contoh papan interpretasi untuk cekala (Etlingera elatior) ... 27

19.Contoh papan interpretasi untuk anggrek hutan (Cymbidium canaliculatum) ... 27

(12)

21.Contoh papan interpretasi untuk mengkudu (Morinda citrifolia)... 28

22.Contoh papan interpretasi untuk burung kolibri (Colibri thalassinus)... 30

23.Contoh papan interpretasi untuk musang luwak (Paradoxurus hermaphroditus)... 30

24.Contoh papan interpretasi untuk monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) ... 31

25.Contoh papan interpretasi untuk burung kucica hutan (Copsychus malabaricus) ... 31

26.Contoh papan interpretasi untuk tupai ekor sikat (Ptilocercus lowii) ... 32

27.Contoh papan interpretasi untuk burung pipit dada putih (Lonchura leucogastroides) ... 32

28.Contoh papan interpretasi untuk burung cucak kuning (Pycnonotus melanicterus) ... 33

29.Contoh papan interpretasi untuk burung perenjak (Prinia familiaris) ... 33

30.Rekapitulasi pengunjung Tahura Bukit Barisan tahun 2011 ... 35

31.Pengambilan data pengunjung di Tahura Bukit Barisan ... 35

32.Grafik faktor pendukung ... 46

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Peta potensi wisata alam pada jalur trekking I Hutan Pendidikan USU ... 54

2. Peta potensi wisata alam pada jalur trekking II Hutan Pendidikan USU ... 54

3. Kuisioner untuk pengunjung Tahura Bukit Barisan ... 56

4. Kuisioner untuk pengunjung Hutan Pendidikan USU ... 59

5. Daftar pertanyaan untuk pengelola Tahura Bukit Barisan ... 60

6. Daftar pertanyaan untuk pengelola Hutan Pendidikan USU ... 61

7. Rekapitulasi karakteristik responden di Tahura Bukit Barisan ... 62

(14)

ABSTRAK

DEVITA SARAGIH: Studi Perencanaan Program Interpretasi Alam pada Jalur Trekking Hutan Pendidikan USU, Taman Hutan Raya Bukit Barisan, Kabupaten Karo, dibimbing oleh PINDI PATANA dan RAHMAWATY.

Hutan Pendidikan USU memiliki banyak objek-objek menarik namun belum ada kegiatan pengembangan yang dapat mendukung Hutan Pendidikan USU sebagai kawasan ekowisata. Untuk itu sebuah penelitian tentang program interpretasi alam telah dilakukan pada jalur trekking Hutan Pendidikan USU pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2012. Penelitian ini dilakukan dengan mendeskripsikan setiap objek menarik yang terdapat di dalam kawasan dan menentukan faktor pendorong dan faktor penghambat yang mempengaruhi pemanfaatan Hutan Pendidikan USU sebagai kawasan ekowisata.

Potensi ekowisata yang terdapat di Hutan Pendidikan USU terdiri atas potensi keindahan alam, flora dan fauna. Potensi tersebut membutuhkan fasilitas interpretasi berupa gapura selamat datang, pusat informasi, shelter, papan penunjuk arah, papan nama objek dan beberapa fasilitas pendukung. Hutan Pendidikan USU memerlukan strategi yang matang dari pengelola agar berkembang menjadi kawasan ekowisata yang menarik.

(15)

ABSTRACT

DEVITA SARAGIH: Study of Nature Interpretation Programme Design at Track of Educational Forest of North Sumatera University, Bukit Barisan Large Forest Garden, Regency of Karo, under the supervision of PINDI PATANA and RAHMAWTY.

Educational Forest of North Sumatera has many interesting objects in spite of it have not had development activity yet that can support Educational Forest of North Sumatera University as a ecotourism region. Therefore, a research about nature interpretation programme had been conducted at track of Educational Forest of USU in July – Agustus 2012. The research is conducted by explaining each interesting object and to decide forward factors and obstacle factors that have influence at Educational Forest of USU.

Ecotourism potencies of Educational Forest of USU are the beauty of nature, flora and fauna. These ecotourism potencies need interpretation facilities such as welcome arch, information center, shelter, direction board, interpretation board and stuff. Educational Forest of USU needs a great strategy from the administrator to be an interesting ecotourism region.

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hutan mempunyai banyak manfaat bagi kehidupan manusia. Salah satu

manfaatnya adalah kegiatan ekowisata karena memiliki potensi objek wisata

seperti keindahan alam yang unik dan objek-objek yang menarik lainnya.

Kekayaan akan flora dan fauna yang beragam juga merupakan salah satu daya

tarik yang banyak diminati oleh masyarakat luas.

Hutan Pendidikan Universitas Sumatera Utara merupakan suatu kawasan

yang berada di dalam kawasan Taman Hutan Raya Bukit Barisan yang

diperuntukkan bagi kegiatan pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan,

khususnya di bidang kehutanan. Taman Hutan Raya sendiri sebagaimana dalam

UU No. 5 Tahun 1990 merupakan kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi

tumbuhan dan atau satwa yang alami atau buatan, jenis asli dan atau bukan asli,

yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,

menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi.

Kawasan hutan pendidikan USU merupakan kawasan yang memiliki

berbagai objek-objek menarik yang berpotensi sebagai objek wisata namun belum

begitu berkembang karena baru ditetapkannya kawasan sebagai hutan pendidikan.

Hutan Pendidikan USU memiliki beberapa jalur trekking namun belum terdapat

program interpretasi yang dapat menunjang pengembangan kawasan sebagai

kawasan ekowisata. Oleh karena itu diperlukan suatu penelitian tentang studi

perencanaan program interpretasi yang dapat mengungkapkan potensi-potensi

(17)

Unsur interpretasi dalam ekowisata merupakan hal yang amat penting,

Kegiatan interpretasi yang memadai akan menciptakan pengalaman ekowisata

yang bermakna dan meningkatkan pengetahuan, kesadaran, serta penghargaan

pengunjung terhadap lingkungan dan budaya, sehingga ikut merasakan pentingnya

kelestarian lingkungan bahkan ikut berperan dalam menjaga kelestarian sumber

daya alam yang dikunjunginya.

Tujuan Penelitian

1. Menyusun perencanaan program interpretasi alam pada jalur trekking di

kawasan hutan pendidikan USU Taman Hutan Raya Bukit Barisan.

2. Mengevaluasi potensi pemanfaatan jalur trekking untuk kegiatan ekowisata di

Hutan Pendidikan USU Taman Hutan Raya Bukit Barisan dan strategi

pengembangannya.

Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi pihak pengelola kawasan Taman Hutan Raya

dalam perencanaan program interpretasi.

2. Memberikan model interpretasi bagi pengelola yang bermanfaat bagi

pengunjung sehingga memiliki pengetahuan, kesadaran serta penghargaan

(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Taman Hutan Raya

Istilah taman hutan raya (Tahura) di Indonesia dikenal sejak tahun 1985,

saat diresmikan taman Hutan Raya Ir. Juanda seluas 590 Ha yang berlokasi di

Bandung Jawa Barat dan merupakan Taman Hutan Raya pertama di Indonesia

(Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara, 2012).

Menurut UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam

Hayati dan Ekosistemnya, Taman Hutan Raya adalah kawasan pelestarian alam

untuk tujuan koleksi tumbuhan dan/atau satwa alami atau buatan, jenis asli dan

atau bukan asli yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan,

pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi.

Kawasan taman hutan raya dikelola oleh pemerintah dan dikelola dengan

upaya pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta

ekosistemnya. Suatu kawasan taman hutan raya dikelola berdasarkan satu rencana

pengelolaan yang disusun berdasarkan kajian aspek-aspek ekologi, teknis,

ekonomis dan sosial budaya. Upaya pengawetan kawasan taman hutan raya

dilaksanakan dalam bentuk kegiatan: perlindungan dan pengamanan, inventarisasi

potensi kawasan, penelitian dan pengembangan yang menunjang pengelolaan dan

pembinaan dan pengembangan tumbuhan dan atau satwa (Purnomo, 2012).

Interpretasi Alam

Defenisi Interpretasi

Interpretasi adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari

(19)

pengunjung yang datang ke kawasan tersebut, sehingga dapat memberikan

kepuasan dan pengetahuan baru yang dapat menggugah pemikiran untuk

mengetahui, menyadari dan menarik minat pengunjung untuk ikut menjaga,

melestarikan serta mempelajari lebih lanjut, karena cara paling langsung bagi

masyarakat umum untuk mempelajari kawasan yang dilindungi adalah melihatnya

sendiri (MacKinnon et al dalam Satyatama, dkk, 2010).

Interpretasi alam adalah suatu kegiatan bina cinta alam yang khusus

ditujukan untuk pengunjung kawasan konservasi alam yang merupakan kombinasi

dari pelayanan informasi, pelayanan pemanduan, pendidikan, hiburan dan promosi

(Satyatama, 2008).

Tujuan Interpretasi

Program interpretasi ditujukan untuk menjelaskan pengertian dan apresiasi

suatu fenomena alam yang penting, nilai historis, nilai geologis, dan sebagainya

kepada pengunjung agar mereka memahami dan mengerti akan nilai-nilai serta

makna dari materi yang mereka lihat dan amati (WF, 2000).

Interpretasi akan membantu pengunjung untuk lebih dengan kesadaran

mengenal dan mengerti kondisi kawasan yang dikunjungi dengan flora dan

faunanya. Interpretasi akan membuka pikiran dan penghargaan pengunjung

terhadap alam yang dilintasi, dan inilah yang akan membantu manajemen dalam

melestarikan kawasan dilindungi. Interpretasi dapat mengurangi dampak manusia

pada lingkungan alam, dengan cara mengalihkan pengunjung dari kawasan rapuh

ke kawasan yang lebih baik untuk mendapat kunjungan yang lebih intensif.

Interpretasi juga dapat meningkatkan apresiasi mengenai rencana manajemen

(20)

udara terbuka dan bersih. Dapat diharapkan bahwa dengan interpretasi yang baik,

pengunjung akan mencintai kawasan yang dilindungi, tidak mengotori, merusak,

mencorat-coret batu dan menggores pohon (Hadinoto, 1996).

Unsur-Unsur Interpretasi

1. Pengunjung

Pengunjung merupakan unsur utama interpretasi. Pelaksanaan di lapangan

harus melibatkan pengunjung karena pengunjung merupakan sasaran dari

perencanaan interpretasi (Sitepu, 2003).

2. Pemandu wisata alam

Ekowisata memerlukan pemandu khusus yang mampu menginterpretasikan

unsur lingkungan alam. Hal ini sangat penting untuk menimbulkan kepuasan

bernilai tinggi bagi pengunjung (Hadinoto, 1996).

3. Objek interpretasi yang bersangkutan

Objek interpretasi adalah segala sesuatu yang berada dalam kawasan wisata

alam, yang dipilih untuk diinterpretasikan kepada pengunjung.

Jalur Interpretasi

Jalur interpretasi dapat berupa jalur mobil, jalur bersepeda, dan jalur

pejalan kaki. Jalur interpretasi diharapkan dapat merupakan suatu rangkaian besar

yang berkesinambungan mengenai suatu objek sehingga dapat memberikan

pengertian mengenai objek tersebut di dalam suatu ruang (WF, 2000).

Karakteristik jalur yang baik untuk kegiatan trekking adalah

(Sitepu, 2003):

1. Mengarahkan pada pemandangan yang menyenangkan dan spektakuler seperti

(21)

2. jalur yang diperuntukkan untuk berjalan-jalan, tidak licin, tidak curam dan tidak

berlumpur atau tergenang.

3. Menghindarkan pengunjung dari ketegangan. Daya tarik khusus ditempatkan

tidak terlalu jauh dari jalur tersebut.

4. Memudahkan pengunjung dan dilengkapi petunjuk arah.

5. Menghindarkan pengunjung dari lokasi yang berbahaya dan kawasan yang

sensitif seperti komunitas tumbuhan rapuh dan satwa yang mudah terganggu.

Program Interpretasi

Program interpretasi adalah suatu tuntunan atau panduan yang disusun

oleh interpreter untuk melaksanakan kegiatan interpretasi. Beberapa hal yang

perlu dilakukan untuk menyiapkan program interpretasi adalah sebagai berikut

(WF, 2000):

1. Menetapkan point of interest, sebagai sumber informasi untuk program

pendidikan dan interpretasi, serta menentukan target group dan memilih cara

pendekatan serta fasilitas pendukung yang diperlukan.

2. Menetapkan dan membuat jalur-jalur interpretasi untuk mengarahkan

pengunjung ke tempat-tempat yang memiliki objek geologis, sejarah,

tumbuhan, binatang serta kebudayaan yang menarik.

3. Memasang papan-papan petunjuk/pemandu yang ditujukan untuk memberikan

kemudahan kepada pengunjung ketika masuk ke dalam kawasan.

4. Membuat pusat informasi yang dapat memberikan gambaran bagi pengunjung

mengenai apa saja yang dapat dilihat, diketahui, dan dipelajari di kawasan

tersebut.

(22)

Kondisi Umum Tahura Bukit Barisan

Letak dan Luas

Tahura Bukit Barisan ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Presiden

Republik Indonesia No. 48 Tahun 1988 dengan luas ± 51.600 Ha yang secara geografis terletak pada 001’16"-019’37" Lintang Utara dan 9812’16"-9841’00"

Bujur Timur (Dephut, 2007).

Kawasan Tahura Bukit Barisan meliputi wilayah Pemerintah Kabupaten

Karo seluas 19.805 hektar, Deli Serdang terdapat 17.150 hektar, Langkat 13.000

hektar dan Simalungun 1045 hektar. Seluruh kawasan ini berasal dari hutan

lindung 38.273 hektar (74,17%), Taman Nasional 13.000 hektar (25,20%), Bumi

Perkemahan Pramuka Sibolangit 200 hektar (0,39%), Cagar Alam Sibolangit 120

hektar (0,23%) ,dan taman wisata Lau Debuk-debuk 7 hektar (0,01%)

(Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara, 2012).

Sejarah Kawasan

Tahura Bukit Barisan merupakan Tahura ketiga di Indonesia yang

ditetapkan oleh Presiden dengan Surat Keputusan Presiden R.I. No. 48 Tahun

1988 tanggal 19 Nopember 1988. Pembangunan Tahura ini sebagai upaya

konservasi sumber daya alam dan pemanfaatan lingkungan melalui peningkatan

fungsi dan peranan hutan. Tahura Bukit Barisan adalah unit pengelolaan yang

berintikan kawasan hutan lindung dan kawasan konservasi denga luas seluruhnya

51.600 Ha. Sebagian besar merupakan hutan lindung berupa hutan alam

pegunungan yang ditetapkan sejak jaman Belanda, meliputi Hutan Lindung

Sibayak I dan Simancik I, Hutan Lindung Sibayak II dan Simancik II serta Hutan

(23)

Sibolangit, SM. Langkat Selatan TW. Lau Debuk-debuk dan Bumi Perkemahan

Pramuka Sibolangit (Dephut, 2002).

Universitas Sumatera Utara bekerjasama dengan Dinas Kehutanan

Provinsi Sumatera Utara melakukan peresmian Hutan Pendidikan USU di wilayah

Tahura Bukit Barisan seluas 1.000 Ha tepatnya di Desa Tongkoh Kecamatan

Dolat Rakyat Kabupaten Karo pada tanggal 25 Mei 2011

(Universitas Sumatera Utara, 2011).

Topografi dan Hidrologi

Pada umumnya keadaan topografi lapangan Tahura Bukit Barisan

sebagian datar, curam dan berbukit-bukit. Di beberapa tempat terdapat

pegunungan dan puncak tertinggi yaitu Gunung Sibayak dengan ketinggian 1.430

sampai 2.200 m dpl. Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson Tahura Bukit

Barisan termasuk ke dalam klasifikasi tipe B dengan curah hujan rata-rata

pertahun 2.000 s/d 2.500 mm. Suhu udara minimum 13C dan maksimum 25C

dengan kelembaban rata-rata berkisar antara 90-100% (Dephut, 2007).

Flora dan Fauna

Kawasan hutan ini didominasi oleh jenis-jenis pohon pegunungan baik

jenis lokal maupun yang berasal dari luar. Beberapa jenis tersebut antara lain:

Pinus Merkusii, Altingia exelsa, Schima wallichii, Podocarpus sp, Toona surei

dan jenis yang lain seperti Durian, Dadap, Rambutan, Pulai, Aren, Rotan, dan

lain-lain. Jenis tanaman yang berasal dari luar diantaranya: Pinus caribeae, pinus

khasia, Pinus insularis, Eucalyptus sp, Agathis sp, dan lain-lain. Beberapa fauna

(24)

siamang, babi hutan, ular, elang, kijang, treggiling, kolibri, dan burung hantu

(Dephut, 2002).

Sosial Budaya Masyarakat

Masyarakat yang bermukim di sekitar kawasan Tahura Bukit Barisan

umumnya Suku Karo, Melayu, Aceh dan Batak. Mata pencaharian penduduk

umumnya petani dengan produksi utama jenis-jenis holtikultura seperti

buah-buahan dan sayur-sayuran, juga berbagai bunga hias serta hasil perkebunan

lainnya. Sebagian kecil masyarakatnya sebagai pedagang dan pengusaha.

Budaya masyarakat cukup beranekaragam dengan atraksi-atraksi yang

sangat menarik perhatian terutama bagi wisatawan asing. Disamping itu juga

dijumpai beberapa objek peninggalan sejarah atau adat, antara lain: di Lingga

(25)

S

u

mb

e

r:

S

it

u

mo

ran

g

(

2

0

1

2

)

(26)

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada jalur trekking hutan pendidikan USU

Taman Hutan Raya Bukit Barisan Kabupaten Karo pada bulan Juli sampai dengan

Agustus 2012.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan untuk

pengunjung dan daftar pertanyaan untuk pengelola.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis dan kamera

digital.

Jenis Data yang Dikumpulkan

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan

sekunder. Data primer meliputi potensi objek wisata seperti sumber daya alam

(flora, fauna), karakteristik pengunjung dan pengelolaan kawasan. Sedangkan data

sekunder meliputi peta lokasi penelitian, kondisi umum lokasi penelitian dan data

jumlah pengunjung.

Data yang dikumpulkan adalah:

1. Potensi Ekowisata

a. Keindahan alam

b. Flora

1) Jenis-jenis flora yang banyak dijumpai

2) Deskripsi jenis-jenis flora tersebut

(27)

2) Jenis-jenis satwa yang dijumpai pada saat pengamatan

3) Deskripsi jenis-jenis satwa tersebut

2. Pengunjung

a. Karakteristik pengunjung

b. Tujuan dan pola kunjungan

c. Pengetahuan pengunjung terhadap potensi wisata

d. Respon dan harapan pengunjung terhadap ketersediaan fasilitas

e. Tingkat kesadaran pengunjung terhadap potensi pengembangan wisata

alam

3. Pengelolaan Kawasan

a. Tujuan pengelolaan

b. Rencana pengelolaan

c. Program atau perencanaan interpretasi yang ada

d. Permasalahan dalam pengembangan ekowisata

Metode Pengumpulan Data

1. Wawancara dengan pengunjung

Pengunjung yang dijadikan responden ditentukan dengan metode random

sampling yaitu pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama

untuk diambil kepada setiap elemen populasi. Jika populasi dalam jumlah yang

besar dapat diambil sampel antara 10-15% tergantung kepada kemampuan peneliti

dilihat dari waktu, tenaga dan dana (Arikunto, 2002).

Jumlah pengunjung yang dijadikan sebagai responden adalah 109

responden (10% dari jumlah pengunjung terbanyak selama tahun 2011 yaitu pada

(28)

Bukit Barisan dilakukan pada hari Sabtu, Minggu dan hari libur. Untuk analisis

kekuatan medan (Force Field Analysis) pengambilan sampel dilakukan secara

purposive sampling yaitu sebanyak 20 orang yang sudah pernah berkunjung dan

mengetahui kondisi Hutan Pendidikan USU.

2. Wawancara dengan pengelola

Pengelola yang dijadikan sebagai responden ditentukan dengan metode

purposive sampling. Menurut Sinulingga (2011) metode purposive sampling

adalah pengumpulan data atas dasar pertimbangan pribadi peneliti. Pengelola

yang akan dijadikan responden adalah pihak penanggungjawab Hutan Pendidikan

USU dan pihak Taman Hutan Raya Bukit Barisan.

3. Observasi di lapangan

Observasi di lapangan dilakukan dengan melihat langsung potensi

sumberdaya alam (vegetasi, satwa, dan sumberdaya alam lain) di sepanjang jalur

trekking. Situmorang (2012) dan Saragih (2012) telah melakukan identifikasi

objek wisata di Hutan Pendidikan USU. Observasi dilakukan di sepanjang jalur

trekking yang sudah dihasilkan dari penelitian ini.

4. Studi literatur

Studi literatur dilakukan untuk mengetahui kondisi umum, deskripsi dari

setiap potensi ekowisata berdasarkan data-data yang sudah ada, peta lokasi

penelitian dan data jumlah pengunjung.

Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan:

1. Analisis deskriptif yaitu teknik analisis data dengan mendeskripsikan atau

(29)

mengambil kesimpulan tertentu berdasarkan semua data yang telah terkumpul

(Sinulingga, 2011). Kegiatan analisis yang dilakukan adalah mendeskripsikan

semua data potensi objek wisata, keinginan pengunjung dan rencana

pengembangan pengelola.

2. Analisis Force Field (Analisis Kekuatan Medan) yaitu metode untuk

menganalisis berbagai kekuatan/faktor yang mempengaruhi suatu perubahan,

mengetahui sumber kekuatannya, dan memahami apa yang dapat dilakukan

terhadap faktor-faktor/kekuatan tersebut. Haslindah (2012) menjelaskan

tahap-tahap yang harus dilakukan dalam analisis Force Field adalah:

a. Menentukan semua faktor pendorong yang mendorong terjadinya perubahan.

b. Menentukan faktor penghambat terjadinya perubahan.

c. Memberi nilai pada setiap faktor tersebut, yang menunjukkan seberapa besar

kekuatannya pada target.

d. Menganalisis seberapa besar kemampuan untuk melemahkan faktor

penghambat dan menguatkan faktor pendorong yang menunjukkan seberapa

besar kemampuan dalam mengubah faktor-faktor tersebut.

e. Kategori nilai/kekuatan yang diberikan pada faktor pendorong dan penghambat

yang ditemukan di lapangan adalah:

1 = Tidak kuat

2 = Kurang kuat

3 = Cukup kuat

4 = Kuat

(30)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Potensi Ekowisata

Keindahan Alam

Hutan pendidikan USU merupakan hutan yang masih alami dan belum

terdegradasi oleh manusia karena statusnya yang merupakan kawasan hutan

lindung dan merupakan kawasan hutan pelestarian alam karena fungsinya. Hutan

lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai

perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah

banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan

tanah dan kawasan hutan pelestarian alam adalah hutan dengan ciri khas tertentu,

yang mempunyai fungsi pokok perlindungan sistem penyangga kehidupan,

pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara

lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya (UURI No 41 Tahun 1999).

Berdasarkan penelitian Situmorang (2012) dan Saragih (2012), keindahan alam

yang dapat dinikmati di kawasan hutan pendidikan USU adalah camping ground,

sungai, dan air terjun. Beberapa fasilitas interpretasi yang dapat dikembangkan

sesuai dengan kebutuhan di Hutan pendidikan USU dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Fasilitas interpretasi yang dapat dikembangkan di Hutan Pendidikan

USU

No. Fasilitas Interpretasi Jumlah Unit 1 Gapura selamat datang 2

2 Pusat informasi 1

3 Shelter (Tempat pemberhentian) 8

(31)

1. Gapura

Gapura diletakkan di kedua pintu masuk jalur trekking menuju air terjun.

Gapura ini berfungsi sebagai penanda dan pembeda antara pintu masuk jalur

trekking I dan pintu masuk jalur trekking II. Gapura dapat dibuat dengan

menggunakan batu bata dan semen sebagai pondasi, kayu sebagai tiang dan ijuk

sebagai atap gapura. Bentuk gapura yang dapat dikembangkan di Hutan

Pendidikan USU dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Contoh gapura pintu masuk jalur trekking

2. Pusat Informasi

Pusat informasi merupakan tempat pengunjung memperoleh informasi

sebelum memasuki kawasan Hutan Pendidikan USU. Beberapa kebutuhan

informasi tersebut dapat berupa: 1) peta potensi ekowisata Hutan Pendidikan

USU lengkap dengan posisi setiap potensi di sepanjang jalur trekking, 2) maket

fasilitas interpretasi di sepanjang jalur trekking Hutan Pendidikan USU, 3)

foto-foto atau gambar tentang potensi wisata yang terdapat di dalam kawasan disertai

dengan herbarium dari jenis-jenis yang menarik, 4) informasi tentang tumbuhan

beracun yang tidak boleh disentuh lengkap dengan gambarnya, dan 5) informasi

lainnya sehingga pengunjung akan lebih mudah mengenali potensi yang ada pada

(32)

memberikan pendidikan konservasi sehingga pengunjung dapat memahami

pentingnya mempertahankan keberadaan Hutan Pendidikan USU beserta

kekayaan alam yang terkandung di dalamnya.

Pusat informasi tersebut hingga saat ini masih belum tersedia di Hutan

Pendidikan USU. Pusat informasi ini sebaiknya dibangun di sekitar kawasan

Hutan Pendidikan USU yaitu di dekat gerbang masuk kawasan dan dapat dibuat

dengan bentuk yang sesuai dengan kebudayaan masyarakat setempat sehingga

memberikan kesan yang menarik bagi para pengunjung.

3. Shelter (Tempat Pemberhentian)

Shelter (tempat pemberhentian) dibutuhkan oleh pengunjung sebagai

tempat untuk beristirahat pada saat melakukan perjalanan di dalam Hutan

Pendidikan USU. Manfaat lain adanya shelter adalah membantu pengunjung agar

tidak kelelahan saat melakukan kegiatan trekking. Shelter yang akan

dikembangkan di Hutan Pendidikan USU sebaiknya dibuat sesuai dengan

kebudayaan lokal masyarakat setempat misalnya dengan atap dari ijuk yang

berasal dari tumbuhan aren, dengan tiang kayu dan alas papan atau semen. Bentuk

shelter yang dapat dikembangkan di Hutan Pendidikan USU dapat dilihat pada

(33)

4. Papan Penunjuk Arah

Papan penunjuk arah membantu pengunjung agar dapat mengikuti jalur

yang ada dan tidak tersesat saat di dalam Hutan Pendidikan USU. Papan penunjuk

arah dibuat sesingkat dan sejelas mungkin dengan warna yang mudah dilihat baik

pada siang hari maupun malam hari sehingga pengunjung akan lebih mudah

mengenalinya. Papan penunjuk arah dapat dibuat dengan bahan seng agar tidak

mudah rusak. Papan penunjuk arah diletakkan di tempat yang mudah dilihat

dibeberapa tempat di sepanjang jalur trekking dengan jarak sekitar 50 meter antar

setiap papan penunjuk arah melihat kondisi jalur trekking yang tidak terlalu

berkelok-kelok. Papan penunjuk arah juga dapat diletakkan pada percabangan

jalur agar pengunjung lebih mudah menentukan jalur yang akan dilalui. Bentuk

papan penunjuk arah yang dapat dikembangkan di Hutan Pendidikan USU dapat

dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Contoh papan penunjuk arah.

5. Papan nama objek

Papan nama objek atau papan interpretasi dibuat di lokasi-lokasi yang

mempunyai objek yang menarik untuk memudahkan pengunjung mengetahui

deskripsi objek tersebut. Papan nama objek dibuat semenarik mungkin sehingga

menarik perhatian pengunjung untuk membaca keseluruhan deskripsi dari setiap

(34)

Potensi keindahan alam yang dapat dikembangkan sebagai objek

interpretasi adalah camping ground dan air terjun. Bentuk interpretasi yang dapat

dikembangkan dapat dilihat pada Gambar 5 dan Gambar 6.

Gambar 5. Contoh papan interpretasi yang dapat dikembangkan di Hutan Pendidikan USU.

(35)

&

(36)

Potensi Flora

Situmorang (2012) dan Saragih (2012) menjelaskan bahwa potensi flora

yang terdapat di Hutan Pendidikan USU digolongkan kedalam tumbuhan obat dan

bahan pangan, tumbuhan hias, tumbuhan penghasil kayu (jenis pohon) dan

tumbuhan penghasil non kayu. Potensi flora yang terdapat di sepanjang jalur

trekking Hutan Pendidikan USU dapat dilihat dalam Tabel 2.

Tabel 2. Potensi flora jalur trekking Hutan Pendidikan USU

No. Nama Spesies Keterangan 1 Eukaliptus (Eucalyptusurophylla) Jenis pohon

2 Markisa Hutan (Passiflora edulis) Bahan pangan 3 Kembang Sepatu (Hibiscus rosasinensis) Tumbuhan hias 4 Kayu Garuga (Dipterocarpus hasseltii) Jenis pohon 5 Daun Singkut (Curculigo latifolia) Tumbuhan hias 6 Harimonting (Rhodomyrtus tomentosa) Tumbuhan obat

7 Bunga Pacar Air (Impatens balsamina) Tumbuhan hias, tumbuhan obat 8 Pulai (Alstonia scholaris) Jenis pohon

9 Rotan (Calamus irop) Penghasil non-kayu 10 Bambu (Gigantochola apus) Penghasil non-kayu 11 Suren (Toona sureni) Jenis pohon

12 Arbei (Rubus reflexus) Bahan pangan, tumbuhan obat 13 Keladi Hias (Caladium bicolor) Tumbuhan hias

14 Rasamala (Altingia excelsa) Jenis pohon 15 Bunga Terompet (Mandevillasanderi) Tumbuhan hias 16 Pandan hutan (Pandanus tectories) Bahan pangan 17 Pakis Hutan (Alsophilaglauca) Tumbuhan hias 18 Tanaman Jarak (Jatropha curcas) Tumbuhan obat 19 Simartelu (Schimawalichii) Jenis pohon 20 Pinus (Pinus merkusiii) Jenis pohon

21 Cekala (Etlingera elatior) Bahan pangan, tumbuhan obat 22 Medang (Cinnamomum porrectum) Jenis pohon, tumbuhan obat 23 Anggrek Hutan (Cymbidiumcanaliculatum) Tumbuhan hias

24 Gondang (Ficus fariegata) Jenis pohon 25 Meranti (Shorea platyclados) Jenis pohon

26 Aren (Arenga pinnata) Bahan pangan, tumbuhan obat 27 Sirih Hutan (Piper sarmentosum) Tumbuhan obat

28 Ketapang (Terminalia catappa) Jenis pohon 29 Kenikir (Cosmos caudatus) Tumbuhan obat 30 Mengkudu (Morinda citrifolia) Tumbuhan obat 31 Tembusu (Fagraea fagrans) Tumbuhan hias 32 Congkok (Curciligo cavitulata) Tumbuhan hias 33 Ganitri (Elaeocarpus sphaericus) Tumbuhan obat Sumber: Situmorang (2012) dan Saragih (2012).

Bentuk interpretasi yang dapat dikembangkan untuk memudahkan

(37)

berupa papan nama objek/papan interpretasi. Berikut ini jenis-jenis potensi yang

dapat dikembangkan sebagai objek interpretasi dan contoh model papan

interpretasinya.

1. Eukaliptus (Eucalyptusurophylla)

Gambar 8. Contoh papan interpretasi untuk Eukaliptus (Eucalyptus urophylla).

2. Markisa Hutan (Passiflora edulis)

(38)

3. Daun singkut (Curculigo latifolia)

Gambar 10. Contoh papan interpretasi untuk Daun singkut (Curculigo latifolia)

4. Harimonting (Rhodomyrtus tomentosa)

(39)

5. Bunga pacar air (Impatiens balsamina)

Gambar 12. Contoh papan interpretasi untuk Bunga pacar air (Impatiens balsamina).

6. Rotan (Calamus irop)

(40)

7. Arbei (Rubus reflexus)

Gambar 14. Contoh papan interpretasi untuk Arbei (Rubus reflexus).

8. Pandan (Pandanus tectorius)

(41)

9. Tumbuhan Jarak (Ricinus communis)

Gambar 16. Contoh papan interpretasi untuk Tumbuhan Jarak (Ricinus communis).

10.Pinus (Pinus merkusii)

(42)

11.Cekala (Etlingeraelatior)

Gambar 18. Contoh papan interpretasi untuk Cekala (Etlingera elatior).

(43)

13.Sirih Hutan (Piper sarmentosum)

Gambar 20. Contoh papan interpretasi untuk Sirih hutan (Piper sarmentosum).

14.Mengkudu (Morinda citrifolia)

(44)

Potensi Fauna

Menurut Dephut (2002), beberapa fauna yang hidup di kawasan Tahura

Bukit Barisan antara lain: monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), harimau

sumatera (Panthera tigris sumatrana), siamang (Hylobates muelleri), babi hutan

(Sus barbatus), ular (Naja sp), elang (Ictinaetus malayensis), kijang (Muntiacus

muntjak), treggiling (Manis javanica), kolibri (Colibri thalassinus), dan burung

hantu (Bubo sumatranus). Selama kegiatan observasi di sepanjang jalur trekking

hutan pendidikan USU hanya terdengar suara dari beberapa burung kecil. Sulit

untuk mengidentifikasi jenis dan jumlah burung yang ditemui disepanjang jalur

trekking karena burung tidak terlihat dan hanya terdengar suaranya. Menurut

Situmorang (2012), jenis burung yang paling sering terlihat di sepanjang jalur

trekking adalah burung gereja (Passer montanus) dan burung kolibri (Colibri

thalassinus). Berdasarkan hasil inventarisasi satwa pada kegiatan PEH

(Pengenalan Ekosistem Hutan) tahun 2012 di Hutan Pendidikan USU ditemukan

beberapa jenis satwa lain yaitu musang luwak (Paradoxurus hermaphroditus),

monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), burung kucica hutan (Copsychus

malabaricus), tupai ekor sikat (Ptilocercus lowii), burung pipit dada putih

(Lonchura leucogastroides), burung cucak kuning (Pycnonotus melanicterus), dan

burung perenjak (Prinia familiaris).

Bentuk interpretasi yang dapat dikembangkan untuk dapat menikmati

potensi satwa yang ada di Hutan Pendidikan USU adalah papan interpretasi yang

mendeskripsikan jenis satwa yang sering ditemui di jalur trekking. Jenis-jenis

(45)

1. Burung Kolibri (Colibri thalassinus)

Gambar 22. Contoh papan interpretasi untuk Burung Kolibri (Colibri thalassinus).

2. Musang Luwak (Paradoxurus hermaphroditus)

Gambar 23. Contoh papan interpretasi untuk musang luwak (Paradoxurus

(46)

3. Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis)

Gambar 24. Contoh papan interpretasi untuk monyet ekor panjang (Macaca fascicularis).

4. Burung Kucica Hutan (Copsychus malabaricus)

Gambar 25. Contoh papan interpretasi untuk burung kucica hutan (Copsychus

(47)

5. Tupai ekor sikat (Ptilocercus lowii)

Gambar 26. Contoh papan interpretasi untuk tupai ekor sikat (Ptilocercus lowii).

6. Burung pipit dada putih (Lonchura leucogastroides)

Gambar 27. Contoh papan interpretasi untuk burung pipit dada putih (Lonchura

(48)

7. Burung cucak kuning (Pycnonotus melanicterus)

Gambar 28. Contoh papan interpretasi untuk burung cucak kuning (Pycnonotus

melanicterus).

8. Burung Perenjak (Prinia familiaris)

(49)

Fasilitas Pendukung Interpretasi

Menurut Hadinoto (1996), interpretasi merupakan alat vital dalam

memberikan kepuasan kunjungan serta sangat penting untuk memberi pengertian

mengenai perlunya dan caranya melestarikan lingkungan alam. Agar tujuan

interpretasi dapat tercapai dengan baik diperlukan fasilitas-fasilitas pendukung

yang dapat dikembangkan di Hutan Pendidikan USU.

Tabel 3. Fasilitas pendukung yang dapat dikembangkan di Hutan Pendidikan USU

No. Fasilitas pendukung interpretasi Ketersediaan di Hutan Pendidikan USU

4 Penyediaan peralatan trekking

5 Penyediaan tenaga interpreter √

6 Penyediaan fasilitas untuk keperluan pribadi (toilet)

Pengunjung

Sebagai gambaran pengunjung di Hutan Pendidikan USU digunakan

pengunjung kawasan Tahura Bukit Barisan yang ramai dukunjungi pada hari

Sabtu, Minggu dan hari libur. Pengunjung didominasi oleh pengunjung lokal

dengan berbagai tujuan berkunjung seperti rekreasi, penelitian, praktik lapangan,

acara hiburan, inagurasi maupun camping, dan ada juga beberapa pengunjung

yang berasal dari luar negeri. Data pengunjung ini berdasarkan data pengunjung

(50)

Gambar 30. Rekapitulasi pengunjung Tahura Bukit Barisan tahun 2011

Data mengenai pengunjung diperoleh dari penyebaran kuisioner kepada

109 pengunjung yang datang ke Tahura Bukit Barisan untuk mengetahui

karakteristik, tujuan dan pola kunjungan, pengetahuan tentang potensi ekowisata,

kebutuhan pengunjung akan fasilitas serta kesadaran pengunjung tentang potensi

pengembangan kawasan Tahura Bukit Barisan kawasan ekowisata. Data

pengunjung di Tahura Bukit Barisan digunakan sebagai acuan perencanaan

program interpretasi pada jalur trekking Hutan Pendidikan USU. Kegiatan

perencanaan interpretasi harus melibatkan pengunjung karena pengunjung

merupakan unsur dan sasaran utama dari perencanaan interpretasi.

Gambar 31. Pengambilan data pengunjung: (a) pengunjung dalam negeri dan (b)

0

Bulan Kunjungan tahun 2011

(51)

Karakteristik Pengunjung

Pengunjung dalam suatu kawasan memiliki karakteristik yang

berbeda-beda mulai dari umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan hingga asal

pengunjung. Karakteristik pengunjung Taman Hutan Raya Bukit Barisan dapat

dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Karakteristik pengunjung di Tahura Bukit Barisan

(52)

Selama penelitian berlangsung, perbandingan pengunjung Tahura Bukit

Barisan berdasarkan jenis kelamin yang dijadikan sebagai responden tidak

berbeda jauh yaitu 53,21 % laki-laki dan 46,79 % perempuan yang didominasi

oleh rentang usia antara 15 – 25 tahun yang mencapai 62,40 % yang sebagian

besar terdiri dari mahasiswa. Banyaknya mahasiswa yang berkunjung dikarenakan

pengambilan data pengunjung dilakukan pada masa liburan. Hal ini menunjukkan

bahwa nantinya program interpretasi yang akan direncanakan ditujukan untuk

anak muda mengingat kondisi fisik yang masih baik untuk mengikuti kegiatan

penjelajahan jalur trekking dan penggunaan keterangan-keterangan ilmiah pada

program interpretasi lebih mudah dimengerti mengingat tingkat pendidikan

pengunjung yang tinggi yaitu sebagian besar sedang mengikuti pendidikan di

perguruan tinggi (34,86 %) dan sebesar 69,72 % adalah tamatan SMA.

Pengunjung di Tahura Bukit Barisan sebagian besar berasal dari Medan

yaitu sebanyak 51,38 % dan beberapa dari daerah sekitar kawasan Tahura Bukit

Barisan seperti Kabanjahe dan Berastagi. Ada juga beberapa pengunjung yang

berasal agak jauh dari kawasan Tahura Bukit Barisan seperti Sidikalang, Tiga

Panah, Pakpak Bharat dan Swiss. Hal tersebut menunjukkan bahwa kawasan

Tahura Bukit Barisan masih memiliki potensi wisata yang dapat dinikmati oleh

masyarakat luas.

Tujuan dan Pola Kunjungan

Setiap pengunjung yang datang ke suatu kawasan memiliki tujuan dan

pola kunjungan yang berbeda-beda. Tujuan dan pola kunjungan pengunjung di

(53)

Tabel 5. Tujuan dan pola kunjungan pengunjung di Tahura Bukit Barisan

No. Tujuan dan pola kunjungan Jumlah responden (orang) Presentase (%) 1 Tujuan utama datang ke Tahura Bukit

Barisan

a. Menikmati keindahan alam 53 48,62 b. Melihat tumbuhan dan satwa 18 16,51 c. Berjalan-jalan di hutan

(trekking)

15 13,76

d. Berkemah 1 0,92

e. Pendidikan/penelitian 19 17,43

f. Lainnya 3 2,76 3 Kedatangan ke Tahura Bukit Barisan

a. Sendiri 7 6,42

Berdasarkan data pengunjung yang diperoleh selama penelitian, tujuan

utama pengunjung datang ke kawasan Tahura Bukit Barisan adalah untuk

menikmati keindahan alam disekitar kawasan yaitu sebesar 48,62 %, disamping

melihat tumbuhan dan satwa (monyet) dan penelitian. Hal ini menunjukkan bahwa

kawasan Hutan Pendidikan USU juga memiliki peluang besar untuk

dikembangkan sebagai kawasan ekowisata karena terdapat banyak potensi yang

tersimpan di dalamnya baik berupa keindahan alam (air terjun), flora dan fauna

yang masih hidup alami di dalam hutan dengan udara yang masih terjaga

kesejukannya melihat 58,71 % pengunjung menyukai kesejukan udara.

Sebagian besar pengunjung datang bersama teman/kelompok dan keluarga

(54)

yang ideal untuk mengikuti kegiatan penjelajahan jalur trekking di Hutan

Pendidikan USU, dimana waktu yang ditempuh untuk sampai ke pemandangan

alam berupa air terjun adalah ±45 menit. 22,94 % pengunjung yang menghabiskan waktu 1 – 6 hari di kawasan Tahura Bukit Barisan memungkinkan untuk membuat

tenda dan menginap di dalam hutan selain menikmati kondisi hutan yang masih

alami dimana di Hutan Pendidikan USU juga terdapat beberapa areal yang dapat

dijadikan sebagai areal campingground.

Pengetahuan Potensi Ekowisata

Pengetahuan dan keingintahuan pengunjung terhadap keberadaan suatu

kawasan ekowisata sangat penting peranannya dalam upaya pengembangan suatu

program interpretasi alam. Respon pengunjung terhadap potensi ekowisata yang

terdapat di Taman Hutan Raya Bukit Barisan dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Pengetahuan pengunjung terhadap potensi wisata di kawasan Tahura Bukit Barisan

No. Pengetahuan tentang potensi wisata Jumlah responden (orang) Persentase (%) 1 Potensi yang disukai di Tahura Bukit

Barisan

a. Tumbuh-tumbuhan 42 27,27

b. Binatang 25 16,23

c. Hutan dan kegunaannya 66 42,86 d. Jalur trekking 18 11,69

e. Lainnya 3 1,95

Total 154 100

2 Keingintahuan tentang potensi wisata yang ada di kawasan Tahura Bukit

4 Keberadaan Tahura Bukit Barisan

a. Perlu dipertahankan 109 100 b. Tidak perlu dipertahankan 0 0

(55)

42,86 % pengunjung yang datang ke Tahura Bukit Barisan menyatakan

bahwa dirinya menyukai kondisi hutan dan kegunaannya disamping

tumbuh-tumbuhan (27,27 %), binatang (16,23 %) dan jalur trekking (11,69 %). Pernyataan

ini menambah peluang besar bagi Hutan Pendidikan USU untuk dimanfaatkan

bukan hanya untuk keperluan penelitian, tetapi juga dapat dinikmati sebagai

kawasan ekowisata karena terdapat tumbuh-tumbuhan, binatang dan jalur

trekking. Kegiatan ekowisata akan lebih bermakna jika terdapat program

interpretasi didalamnya karena selain menambah pengetahuan pengunjung, juga

akan mendorong pengunjung untuk tetap menjaga kawasan yang dikunjunginya

sehingga kawasan tetap terjaga.

Pengembangan papan interpretasi yang memuat deskripsi setiap objek

yang ada menjadi hal yang sangat berpotensi melihat 85,32 % pengunjung yang

menjadi responden memiliki keingintahuan tentang potensi-potensi yang ada di

kawasan Tahura Bukit Barisan. Hal ini menjadi dasar pentingnya program

interpretasi direncanakan di jalur trekking Hutan Pendidikan USU.

Sebanyak 54,13 % pengunjung menyatakan bahwa dirinya belum pernah

menerima informasi sebelumnya tentang potensi yang ada di Kawasan Tahura

Bukit Barisan. Hal ini menjadi pertimbangan besar untuk nantinya menerapkan

sistem pemberian informasi (promosi) kepada masyarakat luas tentang

potensi-potensi yang terdapat di Hutan Pendidikan USU agar kawasan ini semakin

berkembang dan lestari. Seluruh responden juga menyadari bahwa Tahura Bukit

Barisan penting untuk tetap dipertahankan. Hal ini menunjukkan masih tingginya

pengetahuan dan kepedulian masyarakat akan mafaat kawasan hutan bagi

(56)

Kebutuhan Fasilitas

Setiap pengunjung memiliki tanggapan yang berbeda untuk setiap bentuk

fasilitas yang perlu disediakan untuk menikmati suatu kawasan ekowisata.

Kebutuhan dan harapan pengunjung terhadap ketersediaan fasilitas di Taman

Hutan Raya Bukit Barisan dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Harapan pengunjung terhadap ketersedian fasilitas di kawasan Tahura Bukit Barisan

No. Kebutuhan pengunjung Jumlah responden (orang) Persentase (%) 1 Ketersediaan sarana di Tahura Bukit

2 Fasilitas yang perlu ditambah

a. Papan petunjuk arah 53 30,81 b. Tempat sampah 64 37,21

c. Shelter (tempat pemberhentian) 29 16,86

d. Toko souvenir 26 15,12

Total 172 100

3 Yang dibutuhkan untuk lebih menikmati potensi yang ada di kawasan Tahura informasi, papan informasi ataupun selebaran disediakan

a. Ya 108 99,08

b. Tidak 1 0,92

Total 109 100

Ketersedian sarana juga masih dianggap kurang oleh 50,46 % pengunjung

Tahura Bukit Barisan, melihat kondisi terbatasnya fasilitas air bersih untuk

pengunjung dan tempat sampah yang masih minim. Pengunjung juga

mengharapakan fasilitas berupa papan penunjuk arah, pusat informasi dan papan

nama objek untuk membantu pengunjung lebih menikmati potensi yang ada di

(57)

diterapkan di Hutan Pendidikan USU agar pengunjung dapat menikmati kegiatan

ekowisatanya dan pengunjung juga dapat memperoleh penjelasan setiap objek

yang ada yang sebelumnya belum pernah ia dapatkan.

Potensi Pengembangan Jalur Trekking Hutan Pendidikan USU

Potensi pengembangan jalur trekking Hutan Pendidikan USU berdasarkan

tingkat kesadaran dan tanggapan pengunjung di Taman Hutan Raya Bukit Barisan

dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Kesadaran pengunjung terhadap potensi pengembangan jalur trekking Hutan Pendidikan USU

No. Potensi pengembangan jalur trekking Jumlah responden (orang) Persentase (%) 1 Minat mengikuti kegiatan penjelajahan

jalur trekking di Hutan Pendidikan USU

a. Ya 83 76,15

b. Tidak 26 23,85

Total 109 100

2 Fasilitas yang diharapkan untuk mendukung kegiatan penjelajahan jalur

trekking di Hutan Pendidikan USU

a. Papan petunjuk arah 82 43,85

b. Shelter (tempat pemberhentian) 32 17,11

c. Papan interpretasi 37 19,79

d. Camping ground 36 19,25

Berdasarkan data pengunjung yang diperoleh selama penelitian, 76,15 %

pengunjung memiliki minat yang besar untuk mengikuti kegiatan penjelajahan

jalur trekking di Hutan Pendidikan USU jika sudah tersedia kondisi jalur yang

(58)

papan interpretasi dan camping ground. Hal ini dikarenakan sebagian besar

responden masih berusia tergolong muda yaitu 15 – 25 tahun sehingga masih

memiliki minat yang besar terhadap kegiatan - kegiatan yang lebih membutuhkan

tenaga untuk menikmati keindahan alam. Hal ini merupakan peluang besar bagi

Hutan Pendidikan USU untuk menyediakan sarana jalur trekking yang memadai

dengan program interpretasi yang bertujuan membantu pengunjung.

Pengunjung juga memiliki kesadaran yang besar untuk membayar lebih

jika disediakan fasilitas yang memang dengan kondisi baik dan memadai untuk

kegiatan penjelajahan jalur trekking di Hutan Pendidikan USU yaitu sebanyak

89,91 %.

Pengelolaan Kawasan

Hutan Pendidikan USU seluas 1000 ha merupakan kawasan yang termasuk

kedalam kawasan Tahura Bukit Barisan yang merupakan kerjasama antara pihak

Universitas Sumatera Utara dan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara

berdasarkan Memorandum of Understanding (MoU) yang ditetapkan pada tanggal

26 April 2011 dengan nomor 522.4/3745 (Dinas Kehutanan Propinsi Sumatera

Utara) dan 2764/H.1.R/KPM/2011 (Universitas Sumatera Utara). Pengelolaan

Hutan Pendidikan USU sepenuhnya diserahkan kepada pihak USU, tetapi tetap

ada batasan-batasannya yaitu tidak akan menyebabkan terjadinya perubahan

fungsi hutan ataupun kerusakan hutan akibat tindakan pengelolaan.

Tujuan pengelolaan Hutan Pendidikan USU adalah untuk mendorong

kecintaan mahasiswa secara khusus dan masyarakat secara umum akan program

konservasi dan pelestarian hutan, mensosialisasikan manfaat hutan sebagai

(59)

bagi kesehatan masyarakat, serta mendukung program pemerintah tentang

pengawasan dan penjagaan kawasan hutan dalam memenuhi fungsinya untuk

menjaga daya dukung hutan bagi keseimbangan ekosistem di sekitarnya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak Universitas Sumatera Utara

yang diwakilkan oleh Pembantu Rektor III, perencanaan pengembangan di Hutan

Pendidikan USU digolongkan kedalam blok pemanfaatan dan blok inventarisasi

hutan. Blok pemanfaatan akan difokuskan pada kawasan yang memiliki

aksebilitas yang mudah, serta areal yang akan difungsikan bagi pengembangan

wisata alam dengan beberapa rencana penyediaan fasilitas seperti kandang

penangkaran rusa, camping ground, pembangunan shelter di jalur lintasan

ekowisata, fasilitas out bond, pemindahan museum adat karo, pengolahan air

minum, kebun persemaian, botanical garden, pembuatan dan pengerasan jalan

masuk sepanjang 1 km, pembuatan stasiun riset dan ruang hall Hutan pendidikan

USU, serta kebun tanaman obat.

Bentuk perencanaan yang mendukung pengembangan jalur trekking adalah

berupa pembuatan camping ground yang dilengkapi dengan fasilitas kamar mandi

dan shelter serba guna, pembangunan shelter pada jalur wisata yaitu jalur menuju

air terjun, serta pembuatan dan pengerasan jalan sepanjang 1 km menuju air

terjun.

Permasalahan dan hambatan yang dialami pihak USU sebagai pengelola

Hutan Pendidikan USU adalah status USU yang merupakan perguruan tinggi

negeri yang bergerak dalam usaha keuangan non-profitable institusi sehingga

memiliki anggaran yang terbatas untuk dapat mengembangkan Hutan Pendidikan

(60)

Dengan kondisi anggaran dana yang terbatas bagi USU untuk

mengembangkan Hutan Pendidikan USU, solusi yang dapat dilakukan adalah

merencanakan sebuah proyek pengembangan Hutan Pendidikan USU kemudian

mempublikasikannya kepada pihak-pihak yang bersedia untuk bekerjasama dalam

upaya pengembangan Hutan Pendidikan USU baik dari segi teknis maupun biaya.

Pihak-pihak tersebut dapat berupa pihak pemerintah maupun pihak swasta yang

bergerak di dalam pengembangan kawasan konservasi sebagai kawasan

ekowisata.

Analisis Kekuatan Medan (Force Field Analysis)

Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat

Analisis kekuatan medan (Force Field Analysis) dilakukan untuk

mengevaluasi potensi pemanfaatan jalur trekking untuk kegiatan ekowisata di

Hutan Pendidikan USU guna menyusun strategi untuk memperkuat faktor

pendukung dan melemahkan faktor penghambat yang mempengaruhi pemanfaatan

potensi-potensi yang terdapat di Hutan Pendidikan USU.

Tabel 9. Faktor pendukung dan faktor penghambat pemanfaatan Hutan Pendiidkan USU

Faktor Pendukung Faktor Penghambat

Adanya air terjun dengan ketinggian ±10m

dengan air yang jernih yang merupakan objek

utama dalam kegiatan penjelajahan jalur

trekking di kawasan Hutan Pendidikan USU

Berkurangnya debit air terjun pada saat

musim kemarau

Jalur trekking yang bersih dari sampah anorganik sehingga menambah keasrian dari

Hutan Pendidikan USU

Sebagian jalur trekking menuju air

terjun Hutan Pendidikan USU yang

masih curam

Udara yang sejuk didalam hutan yang

menarik pengunjung untuk datang kedalam

kawasn Hutan Pendidikan USU

Belum adanya sarana dan prasarana

yang tersedia di Hutan Pendidikan

(61)

Tabel 9. Lanjutan

Banyaknya jenis flora dan fauna yang

terdapat di kawasan Hutan Pendidikan USU

dan masih hidup dengan alami

Masih minimnya kegiatan

pengembangan kawasan Hutan

Pendidikan USU

Kondisi hutan alam yang masih alami dan

belum mengalami kerusakan oleh tangan

manusia

Kawasan yang masih baru ditetapkan

sebagai hutan pendidikan sehingga

informasi tentang potensinya masih

minim

Strategi Pengembangan Pemanfaatan Hutan Pendidikan USU

Untuk menentukan strategi pengembangan pemanfaatan Hutan Pendidikan

USU, terlebih dahulu faktor pendukung dan faktor penghambat dianalisis dengan

menggunakan analisis kekuatan medan. Analisis ini dilakukan dengan

memberikan nilai terhadap faktor pendukung dan faktor penghambat mulai dari

faktor terkuat hingga faktor tidak kuat yang diambil dari 20 orang responden yang

sudah pernah berkunjung ke kawasan Hutan Pendidikan USU dengan berbagai

jenis tujuan berkunjung yang berbeda. Penilaian atas faktor pendukung dan faktor

penghambat dari responden dapat dilihat pada Gambar 32 dan Gambar 33.

Gambar 32. Grafik faktor pendukung.

0

Keterangan: Nilai 1= tidak kuat, Nilai 2= kurang kuat, Nilai 3= cukup kuat, Nilai 4= kuat dan Nilai 5= sangat kuat

(62)

Gambar 33. Grafik faktor penghambat.

Gambar 32 dan Gambar 33 memperlihatkan bahwa penilaian faktor

pendukung dan faktor penghambat mulai dari sangat kuat hingga tidak kuat adalah

dengan memberi nilai 5 hingga 1 yang disesuaikan dengan grafik. Dapat dilihat

bahwa faktor pendukung yang memiliki pengaruh paling kuat terhadap

pemanfaatan Hutan Pendidikan USU adalah faktor pendukung yang memiliki skor

5 yaitu kesejukan udara di dalam kawasan hutan. Faktor pendukung yang

berpengaruh kuat terhadap pemanfaatan Hutan Pendidikan USU adalah faktor

pendukung dengan skor 4 yaitu jalur trekking yang bersih dari sampah anorganik,

flora dan fauna yang terdapat di dalam kawasan hutan yang masih hidup dengan

alami dan kondisi hutan alam yang masih alami dan belum terusak oleh tangan

manusia. Air terjun yang terdapat di dalam kawasan hutan mendapat skor 3 yaitu

cukup kuat pengaruhnya terhadap pemanfaatan Hutan Pendidikan USU.

0

(63)

Pada faktor penghambat, tidak ada faktor yang berpengaruh sangat kuat

terhadap pemanfaatan Hutan Pendidikan USU. Faktor penghambat yang

berpengaruh kuat adalah faktor yang memiliki skor 4 yaitu belum adanya sarana

yang tersedia di Hutan Pendidikan USU, masih minimnya kegiatan

pengembangan kawasan Hutan Pendidikan USU dan kondisi kawasan yang masih

baru ditetapkan sebagai hutan pendidikan sehingga informasi tentang

potensi-potensi yang terdapat didalamnya mash minim. Sebagian jalur trekking yang

curam dan berkurangnya debit air terjun pada saat musim kemarau juga memiliki

skor 3 yaitu cukup kuat pengaruhnya terhadap pemanfaatan Hutan Pendidikan

USU.

Dari analisis tersebut kemudian dapat diambil kesimpulan berupa strategi

bagaimana faktor pendukung dapat diperkuat dan faktor penghambat dapat

dilemahkan. Faktor pendukung merupakan hal yang diharapakan dapat memicu

peningkatan pemanfaatan Hutan Pendidikan USU, untuk itu diperlukan suatu

perencanaan strategi untuk meningkatkan faktor tersebut. Faktor penghambat

merupakan hal yang menjadi kendala dalam meningkatkan pemanfaatan Hutan

Pendidikan USU, sehingga diperlukan perencanaan strategi untuk

melemahkannya. Faktor pendukung, faktor penghambat dan strategi untuk

memperkuat faktor pendukung dan melemahkan faktor penghambat dapat dilihat

(64)

Tabel 10. Strategi untuk memperkuat faktor pendukung dan melemahkan faktor penghambat

Faktor pendukung Faktor penghambat Strategi untuk memperkuat faktor pendukung dan

Jalur trekking yang bersih dari sampah anorganik

Sebagian jalur trekking

yang masih curam

Perlu adanya tindakan perbaikan jalur trekking yang curam seperti pembentukan anak tangga

Udara di dalam hutan yang sejuk yang dapat menarik

Jenis flora dan fauna yang masih hidup dengan alami potensi yang ada di kawasan dan peningkatan informasi ke masyarakat luas

Tabel 10 menjelaskan bagaimana strategi untuk meningkatkan

pemanfaatan Hutan Pendidikan USU. Strategi terpenting yang perlu direncanakan

adalah perencanaan yang matang dari pihak pengelola Hutan Pendidikan USU

untuk lebih memberikan informasi dan menyediakan sarana yang memadai

sehingga mampu menarik pengunjung untuk datang ke dalam kawasan sehingga

masyarakat lebih dapat merasakan manfaat dari kawasan hutan bagi mereka.

(65)

tertarik untu ikut serta melestarikannya. Dengan demikian fungsi kawasan ini

akan semakin besar dirasakan yaitu selain sebagai kawasan ekowisata yang

bersifat lestari juga sebagai kawasan pelestarian alam. Menurut UU No. 41 tahun

1999, kawasan hutan pelestarian alam adalah hutan dengan cirri khas tertentu,

yang mempunyai fungsi pokok perlindungan sistem penyangga kehidupan,

pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara

Gambar

Gambar 2. Contoh gapura pintu masuk jalur trekking
Gambar 3.
Gambar 4. Contoh papan penunjuk arah.
Gambar 6. Contoh papan interpretasi yang dapat dikembangkan di lokasi air terjun Hutan Pendidikan USU
+7

Referensi

Dokumen terkait

Persepsi yang paling banyak dikemukakan oleh masyarakat penelitian sebesar 28 %, yaitu bahwa Tahura Bukit Barisan adalah kawasan yang memiliki manajemen pengelolaan yang buruk

Dalam melakukan pengamatan di lapangan terhadap jumlah individu klampiau ( Hylobates muelleri ) di jalur Interpretasi Bukit Baka dalam kawasan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya

Observasi di lapangan dilakukan dengan melihat langsung potensi sumberdaya alam (vegetasi, satwa dan sumberdaya alam lainnya) or pendukung dan faktor penghambat

Berikut ini data mengenai komposisi jenis dan jumlah Individu dari setiap jenis tumbuhan bawah yang diperoleh pada lokasi penelitian di Kawasan Deleng Macik Taman Hutan Raya

Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai tingkat keanekaragaman masing-masing potensi alam Hutan Lindung Sibayak II Tahura Bukit Barisan mulai dari flora, fauna

Observasi di lapangan dilakukan dengan melihat langsung potensi sumberdaya alam (vegetasi, satwa dan sumberdaya alam lainnya) or pendukung dan faktor penghambat

Penelitian mengenai Komposisi dan Struktur Sapling di Kawasan Deleng Macik Taman Hutan Raya Bukit Barisan Kabupaten Karo Sumatera Utara telah dilaksanakan pada

pemerintah (Departemen Kehutanan), melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan, SK.419/MENHUT- II/2004 sebagai kawasan konservasi Tahura Bukit Soeharto meliputi kawasan