• Tidak ada hasil yang ditemukan

# þ b b d b b b b b b & \

&

\

# þ

b

d

N

PUSAT PEMBELAJARAN KONSERVASI

(CONSERVATION LEARNING CENTER)

HUTAN PENDIDIKAN UNIVERSITAS

SUMATERA UTARA

Gapura Pusat Informasi

Shelter (tempat pemberhentian)

Air Terjun

Gambar 7. Contoh papan interpretasi jalur trekking Hutan Pendidikan USU Jalur trekking Hutan Pendidikan USU

Potensi Flora

Situmorang (2012) dan Saragih (2012) menjelaskan bahwa potensi flora yang terdapat di Hutan Pendidikan USU digolongkan kedalam tumbuhan obat dan bahan pangan, tumbuhan hias, tumbuhan penghasil kayu (jenis pohon) dan tumbuhan penghasil non kayu. Potensi flora yang terdapat di sepanjang jalur trekking Hutan Pendidikan USU dapat dilihat dalam Tabel 2.

Tabel 2. Potensi flora jalur trekking Hutan Pendidikan USU

No. Nama Spesies Keterangan 1 Eukaliptus (Eucalyptusurophylla) Jenis pohon

2 Markisa Hutan (Passiflora edulis) Bahan pangan 3 Kembang Sepatu (Hibiscus rosasinensis) Tumbuhan hias 4 Kayu Garuga (Dipterocarpus hasseltii) Jenis pohon 5 Daun Singkut (Curculigo latifolia) Tumbuhan hias 6 Harimonting (Rhodomyrtus tomentosa) Tumbuhan obat

7 Bunga Pacar Air (Impatens balsamina) Tumbuhan hias, tumbuhan obat 8 Pulai (Alstonia scholaris) Jenis pohon

9 Rotan (Calamus irop) Penghasil non-kayu 10 Bambu (Gigantochola apus) Penghasil non-kayu 11 Suren (Toona sureni) Jenis pohon

12 Arbei (Rubus reflexus) Bahan pangan, tumbuhan obat 13 Keladi Hias (Caladium bicolor) Tumbuhan hias

14 Rasamala (Altingia excelsa) Jenis pohon 15 Bunga Terompet (Mandevillasanderi) Tumbuhan hias 16 Pandan hutan (Pandanus tectories) Bahan pangan 17 Pakis Hutan (Alsophilaglauca) Tumbuhan hias 18 Tanaman Jarak (Jatropha curcas) Tumbuhan obat 19 Simartelu (Schimawalichii) Jenis pohon 20 Pinus (Pinus merkusiii) Jenis pohon

21 Cekala (Etlingera elatior) Bahan pangan, tumbuhan obat 22 Medang (Cinnamomum porrectum) Jenis pohon, tumbuhan obat 23 Anggrek Hutan (Cymbidiumcanaliculatum) Tumbuhan hias

24 Gondang (Ficus fariegata) Jenis pohon 25 Meranti (Shorea platyclados) Jenis pohon

26 Aren (Arenga pinnata) Bahan pangan, tumbuhan obat 27 Sirih Hutan (Piper sarmentosum) Tumbuhan obat

28 Ketapang (Terminalia catappa) Jenis pohon 29 Kenikir (Cosmos caudatus) Tumbuhan obat 30 Mengkudu (Morinda citrifolia) Tumbuhan obat 31 Tembusu (Fagraea fagrans) Tumbuhan hias 32 Congkok (Curciligo cavitulata) Tumbuhan hias 33 Ganitri (Elaeocarpus sphaericus) Tumbuhan obat Sumber: Situmorang (2012) dan Saragih (2012).

Bentuk interpretasi yang dapat dikembangkan untuk memudahkan pengunjung menikmati potensi flora yang ada di Hutan Pendidikan USU dapat

berupa papan nama objek/papan interpretasi. Berikut ini jenis-jenis potensi yang dapat dikembangkan sebagai objek interpretasi dan contoh model papan interpretasinya.

1. Eukaliptus (Eucalyptusurophylla)

Gambar 8. Contoh papan interpretasi untuk Eukaliptus (Eucalyptus urophylla). 2. Markisa Hutan (Passiflora edulis)

3. Daun singkut (Curculigo latifolia)

Gambar 10. Contoh papan interpretasi untuk Daun singkut (Curculigo latifolia) 4. Harimonting (Rhodomyrtus tomentosa)

5. Bunga pacar air (Impatiens balsamina)

Gambar 12. Contoh papan interpretasi untuk Bunga pacar air (Impatiens balsamina). 6. Rotan (Calamus irop)

7. Arbei (Rubus reflexus)

Gambar 14. Contoh papan interpretasi untuk Arbei (Rubus reflexus). 8. Pandan (Pandanus tectorius)

9. Tumbuhan Jarak (Ricinus communis)

Gambar 16. Contoh papan interpretasi untuk Tumbuhan Jarak (Ricinus communis). 10.Pinus (Pinus merkusii)

11.Cekala (Etlingeraelatior)

Gambar 18. Contoh papan interpretasi untuk Cekala (Etlingera elatior). 12.Anggrek Hutan (Cymbidium canaliculatum)

13.Sirih Hutan (Piper sarmentosum)

Gambar 20. Contoh papan interpretasi untuk Sirih hutan (Piper sarmentosum). 14.Mengkudu (Morinda citrifolia)

Potensi Fauna

Menurut Dephut (2002), beberapa fauna yang hidup di kawasan Tahura Bukit Barisan antara lain: monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), harimau sumatera (Panthera tigris sumatrana), siamang (Hylobates muelleri), babi hutan (Sus barbatus), ular (Naja sp), elang (Ictinaetus malayensis), kijang (Muntiacus muntjak), treggiling (Manis javanica), kolibri (Colibri thalassinus), dan burung hantu (Bubo sumatranus). Selama kegiatan observasi di sepanjang jalur trekking hutan pendidikan USU hanya terdengar suara dari beberapa burung kecil. Sulit untuk mengidentifikasi jenis dan jumlah burung yang ditemui disepanjang jalur trekking karena burung tidak terlihat dan hanya terdengar suaranya. Menurut Situmorang (2012), jenis burung yang paling sering terlihat di sepanjang jalur trekking adalah burung gereja (Passer montanus) dan burung kolibri (Colibri thalassinus). Berdasarkan hasil inventarisasi satwa pada kegiatan PEH (Pengenalan Ekosistem Hutan) tahun 2012 di Hutan Pendidikan USU ditemukan beberapa jenis satwa lain yaitu musang luwak (Paradoxurus hermaphroditus), monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), burung kucica hutan (Copsychus malabaricus), tupai ekor sikat (Ptilocercus lowii), burung pipit dada putih (Lonchura leucogastroides), burung cucak kuning (Pycnonotus melanicterus), dan burung perenjak (Prinia familiaris).

Bentuk interpretasi yang dapat dikembangkan untuk dapat menikmati potensi satwa yang ada di Hutan Pendidikan USU adalah papan interpretasi yang mendeskripsikan jenis satwa yang sering ditemui di jalur trekking. Jenis-jenis potensi fauna yang dapat dikembangkan sebagai objek interpretasi adalah:

1. Burung Kolibri (Colibri thalassinus)

Gambar 22. Contoh papan interpretasi untuk Burung Kolibri (Colibri thalassinus). 2. Musang Luwak (Paradoxurus hermaphroditus)

Gambar 23. Contoh papan interpretasi untuk musang luwak (Paradoxurus hermaphroditus).

3. Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis)

Gambar 24. Contoh papan interpretasi untuk monyet ekor panjang (Macaca fascicularis). 4. Burung Kucica Hutan (Copsychus malabaricus)

Gambar 25. Contoh papan interpretasi untuk burung kucica hutan (Copsychus malabaricus).

5. Tupai ekor sikat (Ptilocercus lowii)

Gambar 26. Contoh papan interpretasi untuk tupai ekor sikat (Ptilocercus lowii). 6. Burung pipit dada putih (Lonchura leucogastroides)

Gambar 27. Contoh papan interpretasi untuk burung pipit dada putih (Lonchura leucogastroides).

7. Burung cucak kuning (Pycnonotus melanicterus)

Gambar 28. Contoh papan interpretasi untuk burung cucak kuning (Pycnonotus melanicterus).

8. Burung Perenjak (Prinia familiaris)

Fasilitas Pendukung Interpretasi

Menurut Hadinoto (1996), interpretasi merupakan alat vital dalam memberikan kepuasan kunjungan serta sangat penting untuk memberi pengertian mengenai perlunya dan caranya melestarikan lingkungan alam. Agar tujuan interpretasi dapat tercapai dengan baik diperlukan fasilitas-fasilitas pendukung yang dapat dikembangkan di Hutan Pendidikan USU.

Tabel 3. Fasilitas pendukung yang dapat dikembangkan di Hutan Pendidikan USU No. Fasilitas pendukung interpretasi Ketersediaan di Hutan Pendidikan

USU

Ada Tidak ada

1 Karcis masuk bagi pengunjung √

2 Selebaran dan buku panduan untuk kegiatan trekking

3 Pelayanan informasi di pusat informasi

4 Penyediaan peralatan trekking

5 Penyediaan tenaga interpreter √

6 Penyediaan fasilitas untuk keperluan pribadi (toilet)

Pengunjung

Sebagai gambaran pengunjung di Hutan Pendidikan USU digunakan pengunjung kawasan Tahura Bukit Barisan yang ramai dukunjungi pada hari Sabtu, Minggu dan hari libur. Pengunjung didominasi oleh pengunjung lokal dengan berbagai tujuan berkunjung seperti rekreasi, penelitian, praktik lapangan, acara hiburan, inagurasi maupun camping, dan ada juga beberapa pengunjung yang berasal dari luar negeri. Data pengunjung ini berdasarkan data pengunjung Tahura Bukit Barisan tahun 2011 yang mencapai 5.777 orang.

Gambar 30. Rekapitulasi pengunjung Tahura Bukit Barisan tahun 2011

Data mengenai pengunjung diperoleh dari penyebaran kuisioner kepada 109 pengunjung yang datang ke Tahura Bukit Barisan untuk mengetahui karakteristik, tujuan dan pola kunjungan, pengetahuan tentang potensi ekowisata, kebutuhan pengunjung akan fasilitas serta kesadaran pengunjung tentang potensi pengembangan kawasan Tahura Bukit Barisan kawasan ekowisata. Data pengunjung di Tahura Bukit Barisan digunakan sebagai acuan perencanaan program interpretasi pada jalur trekking Hutan Pendidikan USU. Kegiatan perencanaan interpretasi harus melibatkan pengunjung karena pengunjung merupakan unsur dan sasaran utama dari perencanaan interpretasi.

Gambar 31. Pengambilan data pengunjung: (a) pengunjung dalam negeri dan (b)

0 200 400 600 800 1000 1200 Ja n u a ri F eb ru a ri Ma ret A p ri l Mei Jun i Ju li A g u st u s S ep tem b er O k to b e r N o vem b er D esem b er

Bulan Kunjungan tahun 2011

(a) (b) Ju m la h P en g u n ju n g

Karakteristik Pengunjung

Pengunjung dalam suatu kawasan memiliki karakteristik yang berbeda-beda mulai dari umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan hingga asal pengunjung. Karakteristik pengunjung Taman Hutan Raya Bukit Barisan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Karakteristik pengunjung di Tahura Bukit Barisan

No. Komposisi pengunjung Jumlah responden (orang) Persentase (%) 1 Umur (tahun) 15 – 25 68 62,40 26 – 35 14 12,84 36 – 45 19 17,43 46 – 60 8 7,34 Total 109 100 2 Jenis kelamin Laki-laki 58 53,21 Perempuan 51 46,79 Total 109 100 3 Pekerjaan Petani 9 8,26 Mahasiswa 38 34,86 Pelajar SMA 9 8,26 Karyawan 2 1,83 PNS 5 4,59 Wiraswasta 27 24,77 Lainnya 19 17,43 Total 109 100 4 Pendidikan terakhir SD 1 0,92 SMP 16 14,68 SMA 76 69,72 D-III 3 2,75 S-1 12 11,01 S-2 1 0,92 Total 109 100 5 Asal responden Medan 56 51,38 Berastagi 15 13,76 Sidikalang 3 2,75 Pancur batu 2 1,84 Kabanjahe 12 11,01 Binjai 3 2,75 Tiga panah 3 2,75 Swiss 2 1,84 Pakpak Bharat 3 2,75 Lainnya 10 9,17 Total 109 100

Selama penelitian berlangsung, perbandingan pengunjung Tahura Bukit Barisan berdasarkan jenis kelamin yang dijadikan sebagai responden tidak berbeda jauh yaitu 53,21 % laki-laki dan 46,79 % perempuan yang didominasi oleh rentang usia antara 15 – 25 tahun yang mencapai 62,40 % yang sebagian besar terdiri dari mahasiswa. Banyaknya mahasiswa yang berkunjung dikarenakan pengambilan data pengunjung dilakukan pada masa liburan. Hal ini menunjukkan bahwa nantinya program interpretasi yang akan direncanakan ditujukan untuk anak muda mengingat kondisi fisik yang masih baik untuk mengikuti kegiatan penjelajahan jalur trekking dan penggunaan keterangan-keterangan ilmiah pada program interpretasi lebih mudah dimengerti mengingat tingkat pendidikan pengunjung yang tinggi yaitu sebagian besar sedang mengikuti pendidikan di perguruan tinggi (34,86 %) dan sebesar 69,72 % adalah tamatan SMA.

Pengunjung di Tahura Bukit Barisan sebagian besar berasal dari Medan yaitu sebanyak 51,38 % dan beberapa dari daerah sekitar kawasan Tahura Bukit Barisan seperti Kabanjahe dan Berastagi. Ada juga beberapa pengunjung yang berasal agak jauh dari kawasan Tahura Bukit Barisan seperti Sidikalang, Tiga Panah, Pakpak Bharat dan Swiss. Hal tersebut menunjukkan bahwa kawasan Tahura Bukit Barisan masih memiliki potensi wisata yang dapat dinikmati oleh masyarakat luas.

Tujuan dan Pola Kunjungan

Setiap pengunjung yang datang ke suatu kawasan memiliki tujuan dan pola kunjungan yang berbeda-beda. Tujuan dan pola kunjungan pengunjung di Taman Hutan Raya Bukit Barisan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Tujuan dan pola kunjungan pengunjung di Tahura Bukit Barisan

No. Tujuan dan pola kunjungan Jumlah responden (orang) Presentase (%) 1 Tujuan utama datang ke Tahura Bukit

Barisan

a. Menikmati keindahan alam 53 48,62 b. Melihat tumbuhan dan satwa 18 16,51 c. Berjalan-jalan di hutan (trekking) 15 13,76 d. Berkemah 1 0,92 e. Pendidikan/penelitian 19 17,43 f. Lainnya 3 2,76 Total 109 100 2 Yang disukai dari Tahura Bukit

Barisan a. Kondisi hutan 16 14,68 b. Pemandangan alam 28 25,69 c. Kesejukan udara 64 58,71 d. Lainnya 1 0,92 Total 109 100 3 Kedatangan ke Tahura Bukit Barisan

a. Sendiri 7 6,42 b. Kelompok 60 55,05 c. Keluarga 42 38,53 Total 109 100 4 Lama kunjungan a. 1 – 5 jam 69 63,30 b. 1 – 6 hari 25 22,94 c. 1 – 15 minggu 15 13,76 Total 109 100

Berdasarkan data pengunjung yang diperoleh selama penelitian, tujuan utama pengunjung datang ke kawasan Tahura Bukit Barisan adalah untuk menikmati keindahan alam disekitar kawasan yaitu sebesar 48,62 %, disamping melihat tumbuhan dan satwa (monyet) dan penelitian. Hal ini menunjukkan bahwa kawasan Hutan Pendidikan USU juga memiliki peluang besar untuk dikembangkan sebagai kawasan ekowisata karena terdapat banyak potensi yang tersimpan di dalamnya baik berupa keindahan alam (air terjun), flora dan fauna yang masih hidup alami di dalam hutan dengan udara yang masih terjaga kesejukannya melihat 58,71 % pengunjung menyukai kesejukan udara.

Sebagian besar pengunjung datang bersama teman/kelompok dan keluarga dengan lama kunjungan terbanyak adalah 1 - 5 jam (63,30 %). Ini adalah waktu

yang ideal untuk mengikuti kegiatan penjelajahan jalur trekking di Hutan Pendidikan USU, dimana waktu yang ditempuh untuk sampai ke pemandangan alam berupa air terjun adalah ±45 menit. 22,94 % pengunjung yang menghabiskan waktu 1 – 6 hari di kawasan Tahura Bukit Barisan memungkinkan untuk membuat

tenda dan menginap di dalam hutan selain menikmati kondisi hutan yang masih alami dimana di Hutan Pendidikan USU juga terdapat beberapa areal yang dapat dijadikan sebagai areal campingground.

Pengetahuan Potensi Ekowisata

Pengetahuan dan keingintahuan pengunjung terhadap keberadaan suatu kawasan ekowisata sangat penting peranannya dalam upaya pengembangan suatu program interpretasi alam. Respon pengunjung terhadap potensi ekowisata yang terdapat di Taman Hutan Raya Bukit Barisan dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Pengetahuan pengunjung terhadap potensi wisata di kawasan Tahura Bukit Barisan

No. Pengetahuan tentang potensi wisata Jumlah responden (orang) Persentase (%) 1 Potensi yang disukai di Tahura Bukit

Barisan

a. Tumbuh-tumbuhan 42 27,27

b. Binatang 25 16,23

c. Hutan dan kegunaannya 66 42,86 d. Jalur trekking 18 11,69

e. Lainnya 3 1,95

Total 154 100

2 Keingintahuan tentang potensi wisata yang ada di kawasan Tahura Bukit barisan

a. Ya 93 85,32

b. Tidak 16 14,68

Total 109 100

3 Perolehan informasi tentang potensi di kawasan Tahura Bukit barisan

a. Sudah pernah 50 45,87 b. Belum pernah 59 54,13

Total 109 100

4 Keberadaan Tahura Bukit Barisan

a. Perlu dipertahankan 109 100 b. Tidak perlu dipertahankan 0 0

42,86 % pengunjung yang datang ke Tahura Bukit Barisan menyatakan bahwa dirinya menyukai kondisi hutan dan kegunaannya disamping tumbuh-tumbuhan (27,27 %), binatang (16,23 %) dan jalur trekking (11,69 %). Pernyataan ini menambah peluang besar bagi Hutan Pendidikan USU untuk dimanfaatkan bukan hanya untuk keperluan penelitian, tetapi juga dapat dinikmati sebagai kawasan ekowisata karena terdapat tumbuh-tumbuhan, binatang dan jalur trekking. Kegiatan ekowisata akan lebih bermakna jika terdapat program interpretasi didalamnya karena selain menambah pengetahuan pengunjung, juga akan mendorong pengunjung untuk tetap menjaga kawasan yang dikunjunginya sehingga kawasan tetap terjaga.

Pengembangan papan interpretasi yang memuat deskripsi setiap objek yang ada menjadi hal yang sangat berpotensi melihat 85,32 % pengunjung yang menjadi responden memiliki keingintahuan tentang potensi-potensi yang ada di kawasan Tahura Bukit Barisan. Hal ini menjadi dasar pentingnya program interpretasi direncanakan di jalur trekking Hutan Pendidikan USU.

Sebanyak 54,13 % pengunjung menyatakan bahwa dirinya belum pernah menerima informasi sebelumnya tentang potensi yang ada di Kawasan Tahura Bukit Barisan. Hal ini menjadi pertimbangan besar untuk nantinya menerapkan sistem pemberian informasi (promosi) kepada masyarakat luas tentang potensi-potensi yang terdapat di Hutan Pendidikan USU agar kawasan ini semakin berkembang dan lestari. Seluruh responden juga menyadari bahwa Tahura Bukit Barisan penting untuk tetap dipertahankan. Hal ini menunjukkan masih tingginya pengetahuan dan kepedulian masyarakat akan mafaat kawasan hutan bagi kehidupan manusia.

Kebutuhan Fasilitas

Setiap pengunjung memiliki tanggapan yang berbeda untuk setiap bentuk fasilitas yang perlu disediakan untuk menikmati suatu kawasan ekowisata. Kebutuhan dan harapan pengunjung terhadap ketersediaan fasilitas di Taman Hutan Raya Bukit Barisan dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Harapan pengunjung terhadap ketersedian fasilitas di kawasan Tahura Bukit Barisan

No. Kebutuhan pengunjung Jumlah responden (orang) Persentase (%) 1 Ketersediaan sarana di Tahura Bukit

Barisan

a. Kurang 55 50,46

b. Cukup 35 32,11

c. Baik 19 17,43

Total 109 100

2 Fasilitas yang perlu ditambah

a. Papan petunjuk arah 53 30,81 b. Tempat sampah 64 37,21

c. Shelter (tempat pemberhentian) 29 16,86

d. Toko souvenir 26 15,12

Total 172 100

3 Yang dibutuhkan untuk lebih menikmati potensi yang ada di kawasan Tahura Bukit Barisan

a. Pusat informasi 52 47,71 b. Papan informasi untuk setiap

objek

53 48,62

c. Selebaran 4 3,67

Total 109 100

4 Keinginan membaca jika pusat informasi, papan informasi ataupun selebaran disediakan

a. Ya 108 99,08

b. Tidak 1 0,92

Total 109 100

Ketersedian sarana juga masih dianggap kurang oleh 50,46 % pengunjung Tahura Bukit Barisan, melihat kondisi terbatasnya fasilitas air bersih untuk pengunjung dan tempat sampah yang masih minim. Pengunjung juga mengharapakan fasilitas berupa papan penunjuk arah, pusat informasi dan papan nama objek untuk membantu pengunjung lebih menikmati potensi yang ada di kawasan Tahura Bukit Barisan. Hal ini juga menjadi pertimbangan untuk nantinya

diterapkan di Hutan Pendidikan USU agar pengunjung dapat menikmati kegiatan ekowisatanya dan pengunjung juga dapat memperoleh penjelasan setiap objek yang ada yang sebelumnya belum pernah ia dapatkan.

Potensi Pengembangan Jalur Trekking Hutan Pendidikan USU

Potensi pengembangan jalur trekking Hutan Pendidikan USU berdasarkan tingkat kesadaran dan tanggapan pengunjung di Taman Hutan Raya Bukit Barisan dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Kesadaran pengunjung terhadap potensi pengembangan jalur trekking Hutan Pendidikan USU

No. Potensi pengembangan jalur trekking Jumlah responden (orang) Persentase (%) 1 Minat mengikuti kegiatan penjelajahan

jalur trekking di Hutan Pendidikan USU

a. Ya 83 76,15

b. Tidak 26 23,85

Total 109 100

2 Fasilitas yang diharapkan untuk mendukung kegiatan penjelajahan jalur

trekking di Hutan Pendidikan USU

a. Papan petunjuk arah 82 43,85

b. Shelter (tempat pemberhentian) 32 17,11

c. Papan interpretasi 37 19,79

d. Camping ground 36 19,25

Total 109 100

3 Harga tiket memasuki kawasan Tahura Bukit Barisan

a. Murah 74 67,89

b. Sedang 33 30,28

c. Mahal 2 1,83

Total 109 100

4 Kesediaan membayar lebih jika tersedia fasilitas yang lebih baik di Hutan Pendidikan USU

a. Ya 98 89,91

b. Tidak 11 10,09

Total 109 100

Berdasarkan data pengunjung yang diperoleh selama penelitian, 76,15 % pengunjung memiliki minat yang besar untuk mengikuti kegiatan penjelajahan jalur trekking di Hutan Pendidikan USU jika sudah tersedia kondisi jalur yang memadai lengkap dengan papan petunjuk arah, shelter (tempat pemberhentian),

papan interpretasi dan camping ground. Hal ini dikarenakan sebagian besar responden masih berusia tergolong muda yaitu 15 – 25 tahun sehingga masih memiliki minat yang besar terhadap kegiatan - kegiatan yang lebih membutuhkan tenaga untuk menikmati keindahan alam. Hal ini merupakan peluang besar bagi Hutan Pendidikan USU untuk menyediakan sarana jalur trekking yang memadai dengan program interpretasi yang bertujuan membantu pengunjung.

Pengunjung juga memiliki kesadaran yang besar untuk membayar lebih jika disediakan fasilitas yang memang dengan kondisi baik dan memadai untuk kegiatan penjelajahan jalur trekking di Hutan Pendidikan USU yaitu sebanyak 89,91 %.

Pengelolaan Kawasan

Hutan Pendidikan USU seluas 1000 ha merupakan kawasan yang termasuk kedalam kawasan Tahura Bukit Barisan yang merupakan kerjasama antara pihak Universitas Sumatera Utara dan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara berdasarkan Memorandum of Understanding (MoU) yang ditetapkan pada tanggal 26 April 2011 dengan nomor 522.4/3745 (Dinas Kehutanan Propinsi Sumatera Utara) dan 2764/H.1.R/KPM/2011 (Universitas Sumatera Utara). Pengelolaan Hutan Pendidikan USU sepenuhnya diserahkan kepada pihak USU, tetapi tetap ada batasan-batasannya yaitu tidak akan menyebabkan terjadinya perubahan fungsi hutan ataupun kerusakan hutan akibat tindakan pengelolaan.

Tujuan pengelolaan Hutan Pendidikan USU adalah untuk mendorong kecintaan mahasiswa secara khusus dan masyarakat secara umum akan program konservasi dan pelestarian hutan, mensosialisasikan manfaat hutan sebagai pengembangan ilmu pengetahuan, fungsi ekologis, sosial maupun dampaknya

bagi kesehatan masyarakat, serta mendukung program pemerintah tentang pengawasan dan penjagaan kawasan hutan dalam memenuhi fungsinya untuk menjaga daya dukung hutan bagi keseimbangan ekosistem di sekitarnya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak Universitas Sumatera Utara yang diwakilkan oleh Pembantu Rektor III, perencanaan pengembangan di Hutan Pendidikan USU digolongkan kedalam blok pemanfaatan dan blok inventarisasi hutan. Blok pemanfaatan akan difokuskan pada kawasan yang memiliki aksebilitas yang mudah, serta areal yang akan difungsikan bagi pengembangan wisata alam dengan beberapa rencana penyediaan fasilitas seperti kandang penangkaran rusa, camping ground, pembangunan shelter di jalur lintasan ekowisata, fasilitas out bond, pemindahan museum adat karo, pengolahan air minum, kebun persemaian, botanical garden, pembuatan dan pengerasan jalan masuk sepanjang 1 km, pembuatan stasiun riset dan ruang hall Hutan pendidikan USU, serta kebun tanaman obat.

Bentuk perencanaan yang mendukung pengembangan jalur trekking adalah berupa pembuatan camping ground yang dilengkapi dengan fasilitas kamar mandi dan shelter serba guna, pembangunan shelter pada jalur wisata yaitu jalur menuju air terjun, serta pembuatan dan pengerasan jalan sepanjang 1 km menuju air terjun.

Permasalahan dan hambatan yang dialami pihak USU sebagai pengelola Hutan Pendidikan USU adalah status USU yang merupakan perguruan tinggi negeri yang bergerak dalam usaha keuangan non-profitable institusi sehingga memiliki anggaran yang terbatas untuk dapat mengembangkan Hutan Pendidikan USU sesuai dengan perencanaan.

Dengan kondisi anggaran dana yang terbatas bagi USU untuk mengembangkan Hutan Pendidikan USU, solusi yang dapat dilakukan adalah merencanakan sebuah proyek pengembangan Hutan Pendidikan USU kemudian mempublikasikannya kepada pihak-pihak yang bersedia untuk bekerjasama dalam upaya pengembangan Hutan Pendidikan USU baik dari segi teknis maupun biaya. Pihak-pihak tersebut dapat berupa pihak pemerintah maupun pihak swasta yang bergerak di dalam pengembangan kawasan konservasi sebagai kawasan ekowisata.

Analisis Kekuatan Medan (Force Field Analysis) Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat

Analisis kekuatan medan (Force Field Analysis) dilakukan untuk mengevaluasi potensi pemanfaatan jalur trekking untuk kegiatan ekowisata di Hutan Pendidikan USU guna menyusun strategi untuk memperkuat faktor pendukung dan melemahkan faktor penghambat yang mempengaruhi pemanfaatan potensi-potensi yang terdapat di Hutan Pendidikan USU.

Tabel 9. Faktor pendukung dan faktor penghambat pemanfaatan Hutan Pendiidkan USU

Faktor Pendukung Faktor Penghambat Adanya air terjun dengan ketinggian ±10m

dengan air yang jernih yang merupakan objek utama dalam kegiatan penjelajahan jalur

trekking di kawasan Hutan Pendidikan USU

Berkurangnya debit air terjun pada saat musim kemarau

Jalur trekking yang bersih dari sampah anorganik sehingga menambah keasrian dari Hutan Pendidikan USU

Sebagian jalur trekking menuju air terjun Hutan Pendidikan USU yang masih curam

Udara yang sejuk didalam hutan yang menarik pengunjung untuk datang kedalam kawasn Hutan Pendidikan USU

Belum adanya sarana dan prasarana yang tersedia di Hutan Pendidikan USU

Tabel 9. Lanjutan

Banyaknya jenis flora dan fauna yang terdapat di kawasan Hutan Pendidikan USU dan masih hidup dengan alami

Masih minimnya kegiatan pengembangan kawasan Hutan Pendidikan USU

Kondisi hutan alam yang masih alami dan belum mengalami kerusakan oleh tangan manusia

Kawasan yang masih baru ditetapkan sebagai hutan pendidikan sehingga informasi tentang potensinya masih minim

Strategi Pengembangan Pemanfaatan Hutan Pendidikan USU

Untuk menentukan strategi pengembangan pemanfaatan Hutan Pendidikan USU, terlebih dahulu faktor pendukung dan faktor penghambat dianalisis dengan menggunakan analisis kekuatan medan. Analisis ini dilakukan dengan memberikan nilai terhadap faktor pendukung dan faktor penghambat mulai dari faktor terkuat hingga faktor tidak kuat yang diambil dari 20 orang responden yang sudah pernah berkunjung ke kawasan Hutan Pendidikan USU dengan berbagai jenis tujuan berkunjung yang berbeda. Penilaian atas faktor pendukung dan faktor penghambat dari responden dapat dilihat pada Gambar 32 dan Gambar 33.

Gambar 32. Grafik faktor pendukung.

0 2 4 6 8 10 12

Air terjun Jalur trekking Udara sejuk Jenis flora dan fauna Kondisi hutan alam Nilai 1 Nilai 2 Nilai 3 Nilai 4 Nilai 5

Keterangan: Nilai 1= tidak kuat, Nilai 2= kurang kuat, Nilai 3= cukup kuat, Nilai 4= kuat dan Nilai 5= sangat kuat

Gambar 33. Grafik faktor penghambat.

Gambar 32 dan Gambar 33 memperlihatkan bahwa penilaian faktor pendukung dan faktor penghambat mulai dari sangat kuat hingga tidak kuat adalah dengan memberi nilai 5 hingga 1 yang disesuaikan dengan grafik. Dapat dilihat bahwa faktor pendukung yang memiliki pengaruh paling kuat terhadap pemanfaatan Hutan Pendidikan USU adalah faktor pendukung yang memiliki skor 5 yaitu kesejukan udara di dalam kawasan hutan. Faktor pendukung yang berpengaruh kuat terhadap pemanfaatan Hutan Pendidikan USU adalah faktor pendukung dengan skor 4 yaitu jalur trekking yang bersih dari sampah anorganik, flora dan fauna yang terdapat di dalam kawasan hutan yang masih hidup dengan alami dan kondisi hutan alam yang masih alami dan belum terusak oleh tangan manusia. Air terjun yang terdapat di dalam kawasan hutan mendapat skor 3 yaitu cukup kuat pengaruhnya terhadap pemanfaatan Hutan Pendidikan USU.

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Berkurangnya debit air terjun

Jalur trekking yang curam

Dokumen terkait