• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. Metode Pengumpulan Data

IV. HASIL, PEMBAHASAN dan EVALUASI A. Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan analisis data diketahui bahwa terdapat perbedaan kematangan karir antara kelompok ekperimen yang mengikuti pelatihan perencanaan karir dengan kelompok kontrol yang tidak mengikuti pelatihan perencanaan karir. Kelompok eksperimen yang telah diberikan pelatihan perencanaan karir mengalami peningkatan kematangan karir bila dibandingkan dengan kelompok kontrol yang tidak mengikuti pelatihan perencanaan karir. Peningkatan kematangan karir pada kelompok eksperimen setelah pelatihan diperkuat dengan terpenuhinya syarat validitas internal penelitian, yaitu pertama sebelum penelitian dilakukan pengukuran awal (pretest) pada kedua kelompok dan diperoleh rerata skor kematangan karir yang sama yaitu berada pada kategori sedang dan rendah. Kedua, peneliti mengacak urutan aitem dalam skala kematangan karir yang disajikan dalam pre-test dan post-test agar dapat meminimalisir proses belajar pada saat subjek mengisi dua kali skala kematangan karir. Ketiga, alat ukur yang digunakan dalam penelitian memiliki reabilitas yang tinggi.

Peserta pelatihan perencanaan karir dibimbing untuk membuat sebuah keputusan karir yang realistik dan obyektif serta menyusun langkah-langkah pencapaian tujuan karir setelah terlebih dahulu mempertimbangkan potensi diri, minat, ketrampilan, pengalaman dengan rencana karirnya, dukungan keluarga, dukungan lingkungan sekitar (guru, teman dan lain-lain) menemukan masalah karir yang dihadapi serta pemecahan masalah.

Hasil uji perbedaan kematangan karir antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada pre test dan post test menunjukkan adanya perbedaan dalam kematangan karir yang sangat signifikan. Siswa yang masuk dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebelum pelatihan mempunyai skor kematangan karir yang rendah dan sedang berdasarkan data empiris. Mean skor kematangan karir anggota kelompok eksperimen sebesar 41,56 dan kelompok kontrol sebesar 40,28. Selisih rerata kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol adalah 1.28 sehingga tidak menunjukkan perbedaan yang cukup berarti dan berdasarkan uji normalitas dapat dikatakan bahwa kedua kelompok mempunyai kondisi yang sama.

Materi pelatihan perencanaan karir diberikan dengan tujuan untuk membantu peserta pelatihan agar memiliki kemampuan dalam proses pengambilan keputusan karir dan ketrampilan dalam mengambil keputusan karir. Hal ini sesuai dengan pendapat Crites (1986) bahwa kematangan karir sebagai sebuah konstruk memiliki dua dimensi, yakni dimensi afektif (digambarkan oleh sikap terhadap proses pengambilan keputusan karir) dan dimensi kognitif (digambarkan dengan ketrampilan mengambil keputusan karir). Materi wawasan karir, mengenali diri (pemahaman diri I, pemahaman diri II, pemahaman diri III, pemahaman diri IV, pemahaman diri V) membantu peserta dalam melakukan analisa potensi diri dengan melakukan penilaian diri sendiri berkaitan dengan kondisi diri internal (kelemahan, kelebihan, kepribdian, kemampuan, fisik, ketrampilan minat dan pengalaman) serta kondisi diri eksternal (dukungan keluarga, informasi tentang karir, dukungan guru, teman dll) sehingga siswa dalam mengambil

setiap keputusan lebih realistik dan objektif, menemukan masalah karir dalam mencapai tujuan karir serta berusaha mencari pemecahannya. Selain itu, peserta pelatihan dibimbing menyusun rencana tindakan terhadap pilihan karirnya. Hal tersebut menyebabkan skor kematangan karir pada anggota kelompok eksperimen mengalami peningkatan skor yang cukup besar sehingga menunjukkan perubahan yang cukup berarti (rerata mean dimensi kognitif pre test = 22.06 dan rerata mean dimensi kognitif post test = 32,67 sedangkan rerata mean dimensi afektif pre test = 19,50 dan rerata mean dimensi afektif post test = 25,06). Hal ini menunjukkan peningkatan yang terjadi pada kelompok eksperimen cukup tinggi. Dapat disimpulkan (berdasarkan materi yang diberikan dalam pelatihan) bahwa pelatihan perencanaan karir mampu meningkatkan kematangan karir bagi siswa SMK.   Siswa SMK kelas XII yang tidak mengikuti pelatihan perencanaan karir mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan terhadap pilihan karirnya karena bingung, ragu-ragu dan belum mantap, sehingga kematangan karirnya tidak meningkat. Hal tersebut menyebabkan skor kematangan karir pada anggota kelompok kontrol, walaupun ada mengalami peningkatan skor, namun tidak mengalami perubahan yang berarti.

Hasil uji perbedaan kematangan karir antara kelompok eksperimen dan kontrol pada pre test dan post test menunjukkan adanya perbedaan dalam kematangan karir yang sangat signifikan. Perbedaan tersebut disebabkan karena adanya efek pelatihan. Siswa SMK kelas XII yang tidak mengikuti pelatihan perencanaan karir ada yang mengalami peningkatan dalam kematangan karirnya (meskipun tidak terlalu menonjol) dan ada pula yang

tidak mengalami peningkatan sama sekali. Siswa yang tidak mengikuti pelatihan perencanaan karir tidak melakukan penilaian diri untuk mengambil pilihan karirnya, sehingga kematangan karirnya tidak meningkat. Anggota kelompok kontrol sama sekali belum mempunyai rencana tindakan berkaitan dengan perencanaan karirnya sehingga menyebabkan skor kematangan karirnya tidak mengalami peningkatan, tetapi justru mengalami penurunan. Pengaruh pelatihan menurut Salas dan Cannon-Bowers (2001) dipengaruhi oleh kondisi awal peserta pelatihan, kesungguhan peserta dalam mengikuti pelatihan, partisipasi aktif peserta dalam pelatihan, materi pelatihan, metode pelatihan, media pelatihan, karakteristik situasional serta karakteristik trainer, kesungguhan dan keaktifan peserta pelatihan dapat dilihat dari keikutsertaan peserta dalam semua sesi pelatihan serta seluruh rangkaian kegiatan pelatihan dari mulai focus group discussion, pre test, pra pelatihan, pelatihan sampai dengan post test. Seluruh peserta pelatihan diwajibkan mengikuti semua rangkaian kegiatan pelatihan, sehingga semua peserta memiliki pengalaman yang sama. Selain itu, kesungguhan dan keaktifan peserta pelatihan dapat dilihat dari kesungguhan peserta dalam mengerjakan lembar kerja pelatihan, keaktifan peserta dalam membaca handout pelatihan, keaktifan peserta dalam diskusi kelompok besar maupun kelompok kecil, keaktifan peserta dalam memberikan tanggapan atau sanggahan tentang materi pelatihan dan keaktifan dalam memberikan umpan balik.

Peserta pelatihan memiliki semangat dan mempunyai motivasi tinggi dalam mengikuti pelatihan, nampak aktif dalam kegiatan pelatihan. Selama

trainer menyampaikan materi, peserta yang aktif tampak memiliki inisiatif tinggi, mengajukan pertanyaan ataupun menyampaikan pendapat. Peserta yang aktif terlihat bersemangat mengerjakan lembar kerja, walaupun lembar kerja yang diisi cukup banyak, peserta berusaha menyelesaikannya sampai akhir. Selama kegiatan diskusi dalam kelompok kecil, peserta yang aktif selalu membuka diri mempersentasikan deskripsi dirinya kepada teman-teman kelompoknya dan bersedia memberikan umpan balik kepada orang lain, baik dengan menyampaikan ide, pendapat maupun tanggapan.

Jika dilihat dari perubahan skor dalam pre test dan post test dalam skala kematangan karir, peserta yang aktif dalam kegiatan pelatihan menunjukkan peningkatan skor cukup tinggi. Hal tersebut terlihat dari 12 orang subjek yang mengalami peningkatan skor antara 17 sampai dengan 26. Selama pelatihan berlangsung, mereka menunjukkan keaktifan dalam mengikuti rangkaian kegiatan pelatihan. Peserta yang kurang aktif dalam pelatihan, kurang bersemangat dalam mengikuti aktifitas pelatihan berjumlah 6 orang subjek dengan kenaikan skor hanya berkisar 9 sampai dengan 15.

Perbedaan kenaikan skor peserta pelatihan dalam pre test dan post test antara peserta yang aktif dengan peserta yang kurang aktif dalam kegiatan pelatihan dijelaskan melalui teori experiential learning. Experiential learning (Johnson & Johnson, 2001) menyatakan bahwa metode pelatihan merupakan metode yang cukup efektif untuk menambah keahlian dan keterampilan peserta dalam domain yang spesifik. Pelatihan merupakan metode belajar yang sangat efektif untuk mengubah struktur kognitif, memodifikasi sikap, dan mengubah keterampilan peserta karena melibatkan

proses belajar yang aktif. Semakin seseorang berpartisipasi aktif dalam kegiatan pelatihan, semakin banyak keterampilan dan keahlian baru yang dimilikinya, semakin banyak informasi yang diperoleh dan peserta mampu berlatih untuk menerapkan keterampilan secara langsung.

Usaha yang dilakukan untuk mengoptimalkan hasil pelatihan antara lain, subjek penelitian dipilih berdasarkan karakteristik yang sama, yaitu siswa yang memiliki kematangan karir rendah dan sedang, memberikan tugas-tugas yang bersifat terapan (misalnya dengan memberikan kasus dan ilustrasi yang hampir sesuai dengan yang dialami oleh siswa), memberikan modeling dengan menampilkan tokoh-tokoh sukses di bidangnya, seperti seseorang yang mempunyai keterbatasan fisik, tetapi bisa sukses di bidang marketing. Selain itu, peserta pelatihan diberikan lembar pelaporan diri tiap– tiap sesi dengan tujuan untuk melihat informasi dari tiap-tiap sesi yang diberikan.

Pelatihan perencanaan karir ini memberikan pengetahuan baru dan keterampilan baru bagi peserta. Hal ini dapat dicermati dari hasil evaluasi pengetahuan mengenai karir yang menunjukkan bahwa peserta yang mengikuti pelatihan perencanaan karir, mengalami peningkatan pengetahuan dari sebelum mengikuti pelatihan. Selain itu, hasil wawancara dengan beberapa orang peserta pelatihan mengindikasikan bahwa pelatihan ini bermanfaat untuk meningkatkan rasa percaya diri, siswa menjadi lebih memahami kelebihan dan kekurangannya, sehingga dalam mengambil keputusan (berkaitan dengan karir yang akan ditekuni) lebih objektif dan realistik karena sesuai dengan kepribadiannya. Peserta lainnya berpendapat

bahwa setelah mengikuti pelatihan ini lebih percaya diri, lebih mantap dalam mengambil keputusan tentang karir, info mengenai bidang pekerjaan menjadi bertambah, serta memiliki tujuan yang lebih jelas setelah lulus sekolah akan bekerja di mana. Peneliti juga melakukan wawancara dengan guru BK mengenai siswa yang telah mengikuti pelatihan. Guru BK mengatakan bahwa siswa sangat senang dapat mengikuti pelatihan karena mempunyai banyak manfaatnya dan memberi informasi yang tidak mereka peroleh dari bangku sekolah. Peserta pelatihan perencanaan karir telah mengalami banyak perubahan, seperti lebih mantap dan percaya diri dalam mengambil keputusan berkaitan dengan pekerjaan yang akan dipilih, siswa mempunyai perencanaan karir, baik jangka pendek maupun jangka panjang.

B. Evaluasi

Dalam penelitian ini terdapat beberapa “batasan’ kelemahan yang dapat dijadikan sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya. Pertama, tidak adanya isolasi antara kelompok eksperimen dan kontrol, hal ini memungkinkan terjadinya kebocoran pengetahuan tentang perlakuan pada kelompok eksperimen. Kedua, penelitian ini hanya melakukan pengukuran terhadap perubahan variabel kematangan karir sampai satu minggu setelah perlakuan diberikan. Situasi ini menyebabkan tidak adanya data yang mengungkap perkembangan kematangan karir pada periode selanjutnya, sehingga perlu dilakukan pengukuran dalam jangka waktu yang lebih lama. Ketiga, dalam penelitian ini, peneliti telah mengontrol variabel-variabel yang mungkin dapat mempengaruhi validitas internal penelitian, meskipun terdapat faktor-faktor eksternal yang mampu mempengaruhi subjek penelitian dan tidak

dapat dikontrol oleh peneliti sehingga mempengaruhi hasil penelitian. Faktor eksternal tersebut meliputi faktor-faktor internal dan eksternal yang ada di sekitar subjek penelitian, misalnya tipe kepribadian, kondisi lingkungan sosial (pengaruh keluarga, teman, guru dll, dan kondisi lingkungan fisik). Keempat, kondisi ruangan yang agak panas sehingga menyebabkan peserta kurang konsentrasi. Keempat, materi pelatihan perencanaan karir dalam penelitian ini menggunakan tokoh-tokoh sukses yang berasal dari dunia hiburan, sehingga sebaiknya menggunakan tokoh-tokoh sukses yang bersekolah di SMK.

V. KESIMPULAN dan SARAN

Dokumen terkait