• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Dari hasil sidik ragam diketahui bahwa pemberian vermikompos belum berpengaruh nyata terhadap semua peubah yang diamati. Varietas berbeda nyata terhadap peubah tinggi tanaman 2, 3, 5 MST, jumlah cabang pada batang utama, umur berbunga, jumlah bunga, umur panen, jumlah polong terbentuk, bobot biji per-sampel, produksi per-plot, bobot 100 biji dan belum berbeda nyata terhadap peubah tinggi tanaman 4 MST, persentase polong hampa, persentase polong terbentuk. Interaksi antara varietas dengan pemberian vermikompos belum berbeda nyata terhadap seluruh peubah yang diamati.

Tinggi Tanaman (cm)

Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 7, 9, 11 dan 13 dapat diketahui bahwa perlakuan pemberian vermikompos belum berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 2 sampai 5 MST, varietas berbeda nyata terhadap tinggi tanaman 2, 3, dan 5 MST dan interaksi antara perlakuan pemberian vermikompos dengan varietas belum berbeda nyata terhadap peubah tinggi tanaman.

Pengaruh varietas dan pemberian vermikompos terhadap tinggi tanaman (cm) 5 MST dari tingkat pemberian vermikompos pada lima varietas kedelai hitam dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Pengaruh varietas dan pemberian vermikompos terhadap tinggi tanaman 5 MST (cm)

Perlakuan Vermikompos (kg/plot)

Rataan Varietas 0 0.8 1.6 2.4 Detam-1 26.03 26.68 28.40 34.18 28.82a Detam-2 20.91 25.89 25.49 24.31 24.15ab Cikuray 18.75 24.56 22.86 23.33 22.38b Merapi 22.22 25.01 20.40 24.81 23.11b Malikka 21.17 21.47 21.44 19.64 20.93b Rataan 21.82 24.72 23.72 25.25 23.88

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%

Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa tinggi tanaman tertinggi terdapat pada varietas Detam-1 (28.82) yang berbeda tidak nyata terhadap varietas Detam-2 (24.15) sedangkan yang terendah terdapat pada varietas Malikka (20.93) yang berbeda tidak nyata terhadap varietas Merapi (23.11) dan Cikuray (22.38).

Jumlah Cabang Pada Batang Utama (cabang)

Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 16 dapat diketahui bahwa perlakuan pemberian vermikompos belum berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang pada batang utama, varietas berbeda nyata terhadap jumlah cabang pada batang utama dan interaksi antara perlakuan pemberian vermikompos dengan varietas belum berbeda nyata terhadap peubah jumlah cabang pada batang utama. Pengaruh varietas dan pemberian vermikompos terhadap jumlah cabang pada batang utama dari tingkat pemberian vermikompos pada lima varietas kedelai hitam dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Pengaruh varietas dan pemberian vermikompos terhadap jumlah cabang pada batang utama (cabang)

Perlakuan Vermikompos (kg/plot)

Rataan Varietas 0 0.8 1.6 2.4 Detam-1 1.47 1.39 1.53 1.93 1.58b Detam-2 1.37 1.37 1.49 1.32 1.39b Cikuray 1.32 1.73 1.85 1.85 1.69ab Merapi 2.19 2.12 1.60 2.04 1.99a Malikka 1.71 1.55 1.75 1.78 1.70ab Rataan 1.61 1.63 1.64 1.78 1.67

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa jumlah cabang pada batang utama tertinggi pada varietas Merapi (1.99) yang berbeda tidak nyata dengan varietas Malikka (1.70) dan Cikuray (1.69), sedangkan yang terendah terdapat pada varietas Detam-2 (1.39) yang berbeda tidak nyata terhadap varietas Detam-1 (1.59), Cikuray (1.69) dan Malikka (1.70).

Umur Berbunga (HST)

Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 18 dapat diketahui bahwa perlakuan pemberian vermikompos belum berpengaruh nyata terhadap umur berbunga, varietas berbeda nyata terhadap umur berbunga dan interaksi antara perlakuan pemberian vermikompos dengan varietas belum berbeda nyata terhadap peubah umur berbunga.

Pengaruh varietas dan pemberian vermikompos terhadap umur berbunga dari tingkat pemberian vermikompos pada lima varietas kedelai hitam dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Pengaruh varietas dan pemberian vermikompos terhadap umur berbunga (HST)

Perlakuan Vermikompos (kg/plot)

Rataan Varietas 0 0.8 1.6 2.4 Detam-1 35.75 36.00 36.33 36.08 36.04b Detam-2 37.67 36.92 38.33 37.67 37.65ab Cikuray 38.33 35.33 37.33 37.67 37.17ab Merapi 37.00 37.33 36.75 37.42 37.13ab Malikka 39.00 37.67 39.00 38.33 38.50a Rataan 37.55 36.65 37.55 37.43 37.30

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%

Dari Tabel 6 dapat dilihat umur berbunga paling cepat pada varietas Detam-1 (36.04 HST) yang berbeda tidak nyata terhadap varietas Detam-2 (37.62), Cikuray (37.17), dan Merapi (37.13) sedangkan umur berbunga paling lama terdapat pada varietas Malika (38.50 HST) yang berbeda tidak nyata terhadap varietas Detam-2 (37.62), Cikuray (37.17), dan Merapi (37.13).

Jumlah Bunga persampel (bunga)

Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 20 dapat diketahui bahwa perlakuan pemberian vermikompos belum berpengaruh nyata terhadap jumlah bunga, varietas berbeda nyata terhadap jumlah bunga dan interaksi antara perlakuan pemberian vermikompos dengan varietas belum berbeda nyata terhadap peubah jumlah bunga.

Pengaruh varietas dan pemberian vermikompos terhadap jumlah bunga dari tingkat pemberian vermikompos pada lima varietas kedelai hitam dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Pengaruh varietas dan pemberian vermikompos terhadap jumlah bunga persampel (bunga)

Perlakuan Vermikompos (kg/plot)

Rataan Varietas 0 0.8 1.6 2.4 Detam-1 71.92 69.08 85.33 112.67 84.75c Detam-2 85.50 83.92 118.25 114.25 100.48abc Cikuray 87.33 87.25 90.67 67.92 83.29c Merapi 138.00 142.08 111.67 134.17 131.48ab Malikka 123.33 101.92 159.08 148.83 133.29a Rataan 101.22 96.85 113.00 115.57 106.66

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa jumlah bunga paling banyak terdapat pada varietas Malikka (133.29 bunga) yang berbeda tidak nyata terhadap varietas Merapi (131.48) dan Detam-2 (100.48) sedangkan jumlah bunga paling sedikit terdapat pada varietas Cikuray (83.29 bunga) yang berbeda tidak nyata terhadap varietas Detam-1 (84.75) dan varietas Detam-2 (100.48).

Umur Panen (HST)

Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 22 dapat diketahui bahwa perlakuan pemberian vermikompos belum berpengaruh nyata terhadap umur panen, varietas berbeda nyata terhadap umur panen dan interaksi antara perlakuan pemberian vermikompos dengan varietas belum berbeda nyata terhadap peubah umur panen.

Pengaruh varietas dan pemberian vermikompos terhadap umur panen dari tingkat pemberian vermikompos pada lima varietas kedelai hitam dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Pengaruh varietas dan pemberian vermikompos terhadap umur panen (HST)

Perlakuan Vermikompos (kg/plot)

Rataan Varietas 0 0.8 1.6 2.4 Detam-1 92.00 92.33 94.00 93.00 92.83ab Detam-2 93.00 94.00 93.00 92.00 93.00ab Cikuray 84.33 86.67 81.67 81.67 83.58b Merapi 92.00 94.00 93.00 87.67 91.67ab Malikka 94.00 93.00 94.00 94.00 93.75a Rataan 91.07 92.00 91.13 89.67 90.97

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%

Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa umur panen paling cepat terdapat pada varietas Cikuray (83.58 HST) sedangkan umur panen paling lama terdapat pada Malika (93.75 HST) yang berbeda tidak nyata terhadap varietas Merapi (91.67), Detam-1 (92.83) dan Detam-2 (93.00).

Jumlah Polong persampel (polong)

Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 24 dapat diketahui bahwa perlakuan pemberian vermikompos belum berpengaruh nyata terhadap jumlah polong persampel, varietas berbeda nyata terhadap jumlah polong persampel dan interaksi antara perlakuan pemberian vermikompos dengan varietas belum berbeda nyata terhadap peubah jumlah polong persampel.

Pengaruh varietas dan pemberian vermikompos terhadap jumlah polong persampel dari tingkat pemberian vermikompos pada lima varietas kedelai hitam dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Pengaruh varietas dan pemberian vermikompos terhadap jumlah polong persampel (polong)

Perlakuan Vermikompos (kg/plot)

Rataan Varietas 0 0.8 1.6 2.4 Detam-1 47.58 49.50 59.83 79.33 59.06b Detam-2 62.17 58.67 88.92 82.67 73.10ab Cikuray 66.75 62.25 64.92 49.25 60.79b Merapi 98.33 102.67 77.00 96.00 93.50ab Malikka 90.50 75.17 111.67 111.08 97.10a Rataan 73.07 69.65 80.47 83.67 76.71

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%

Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa jumlah polong terbentuk paling banyak pada varietas Malika (97.10 polong) berbeda tidak nyata terhadap varietas Merapi (93.50) dan Detam-2 (73.10) sedangkan jumlah polong paling sedikit terdapat pada varietas Detam-1 (59.06 polong) yang berbeda tidak nyata terhadap varietas Cikuray (60.79), Detam-2 (73.10) dan Merapi (93.50).

Persentase Polong Hampa (%)

Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 26 dapat diketahui bahwa perlakuan pemberian vermikompos belum berpengaruh nyata terhadap persentase polong hampa, demikian pula dengan varietas belum berbeda nyata terhadap persentase polong hampa dan interaksi antara perlakuan pemberian vermikompos dengan varietas belum berbeda nyata terhadap peubah persentase polong hampa.

Pengaruh varietas dan pemberian vermikompos terhadap persentase polong hampa dari tingkat pemberian vermikompos pada lima varietas kedelai hitam dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Pengaruh varietas dan pemberian vermikompos terhadap persentase polong hampa (%)

Perlakuan Vermikompos (kg/plot)

Rataan Varietas 0 0.8 1.6 2.4 Detam-1 1.18 0.68 2.38 3.06 1.83 Detam-2 2.13 1.47 10.02 5.03 4.66 Cikuray 1.82 6.05 4.85 2.19 3.73 Merapi 1.93 4.86 1.65 2.08 2.63 Malikka 5.33 5.33 4.33 3.78 4.69 Rataan 2.48 3.68 4.65 3.23 3.51

Persentase Polong Terbentuk per sampel (%)

Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 28 dapat diketahui bahwa perlakuan pemberian vermikompos belum berpengaruh nyata terhadap persentase polong terbentuk per sampel, demikian pula dengan varietas belum berbeda nyata terhadap persentase polong terbentuk persampel dan interaksi antara perlakuan pemberian vermikompos dengan varietas belum berbeda nyata terhadap peubah persentase polong terbentuk per sampel.

Pengaruh varietas dan pemberian vermikompos terhadap persentase polong terbentuk per sampel dari tingkat pemberian vermikompos pada lima varietas kedelai hitam dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Pengaruh varietas dan pemberian vermikompos terhadap persentase polong terbentuk persampel (%)

Perlakuan Vermikompos (kg/plot)

Rataan Varietas 0 0.8 1.6 2.4 Detam-1 62.32 70.26 71.22 68.17 67.99 Detam-2 72.84 67.17 73.92 71.58 71.38 Cikuray 75.16 71.32 70.64 72.11 72.31 Merapi 72.22 72.24 65.73 71.51 70.42 Malikka 72.69 71.63 71.04 74.69 72.51 Rataan 71.05 70.52 70.51 71.61 70.92

Bobot Biji per-Sampel (g)

Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 30 dapat diketahui bahwa perlakuan pemberian vermikompos belum berpengaruh nyata terhadap bobot biji per-sampel, varietas berbeda nyata terhadap bobot biji per-sampel dan interaksi antara perlakuan pemberian vermikompos dengan varietas belum berbeda nyata terhadap peubah bobot biji per-sampel.

Pengaruh varietas dan pemberian vermikompos terhadap bobot biji per-sampel dari tingkat pemberian vermikompos pada lima varietas kedelai hitam dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Pengaruh varietas dan pemberian vermikompos terhadap bobot biji persampel (g)

Perlakuan Vermikompos (kg/plot)

Rataan Varietas 0 0.8 1.6 2.4 Detam-1 11.30 11.68 14.79 20.76 14.63a Detam-2 13.71 12.79 15.58 15.93 14.50a Cikuray 13.53 12.06 12.62 9.14 11.84b Merapi 19.97 20.08 15.33 18.17 18.38a Malikka 17.03 14.58 21.93 19.67 18.30a Rataan 15.11 14.24 16.05 16.73 15.53

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%

Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa bobot biji per-sampel paling tinggi terdapat pada varietas Merapi (18.38 g) yang berbeda tidak nyata terhadap varietas Malikka (18.30 g), Detam-1 (14.63 g) dan Detam-2 (14.50 g) sedangkan bobot biji per-sampel paling rendah terdapat pada varietas Cikuray (11.84 g). Produksi per-Plot (g)

Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 32 dapat diketahui bahwa perlakuan pemberian vermikompos belum berpengaruh nyata terhadap produksi per-plot, demikian pula dengan varietas belum berbeda nyata terhadap produksi per-plot

dan interaksi antara perlakuan pemberian vermikompos dengan varietas belum berbeda nyata terhadap peubah produksi per-plot.

Pengaruh varietas dan pemberian vermikompos terhadap produksi per-plot dari tingkat pemberian vermikompos pada lima varietas kedelai hitam dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Pengaruh varietas dan pemberian vermikompos terhadap produksi perplot (g)

Perlakuan Vermikompos (kg/plot)

Rataan Varietas 0 0.8 1.6 2.4 Detam-1 150.10 223.27 259.30 348.23 245.23 Detam-2 224.90 246.17 193.43 292.18 239.17 Cikuray 205.50 248.97 235.57 219.60 227.41 Merapi 278.60 280.47 236.40 317.47 278.23 Malikka 297.37 255.53 265.87 341.60 290.09 Rataan 231.29 250.88 238.11 303.82 256.03 Bobot 100 Biji (g)

Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 34 dapat diketahui bahwa perlakuan pemberian vermikompos belum berpengaruh nyata terhadap bobot 100 biji, varietas berbeda nyata terhadap bobot 100 biji dan interaksi antara perlakuan pemberian vermikompos dengan varietas belum berbeda nyata terhadap peubah bobot 100 biji.

Pengaruh varietas dan pemberian vermikompos terhadap bobot 100 biji dari tingkat pemberian vermikompos pada lima varietas kedelai hitam dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Pengaruh varietas dan pemberian vermikompos terhadap bobot 100 biji (g)

Perlakuan Vermikompos (kg/plot)

Rataan Varietas 0 0.8 1.6 2.4 Detam-1 12.13 12.44 13.53 13.07 12.79a Detam-2 10.20 9.83 10.07 10.30 10.10b Cikuray 10.60 10.43 10.93 9.77 10.43b Merapi 10.20 9.20 10.00 10.03 9.86b Malikka 9.83 9.97 9.70 9.63 9.78b Rataan 10.59 10.37 10.85 10.56 10.59

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%

Dari Tabel 14 dapat dilihat bahwa bobot 100 biji paling tinggi pada varietas Detam-1 (12.79 g) dan paling rendah pada Malika (9.78 g) yang berbeda tidak nyata terhadap varietas Merapi (9.86 g), Detam-2 (10.10 g) dan Cikuray (10.43 g).

Untuk mengetahui apakah bobot 100 biji hasil penelitian berbeda nyata atau tidak berbeda nyata dengan deskripsi maka dilakukan uji-t, dapat dilihat pada table 15.

Tabel 15. Uji t Bobot 100 Biji (g) antara hasil penelitian dengan deskripsi Varietas Bobot 100 biji X1-X22-SŶ1 t.hit t.05 Penelitian (X1) Deskripsi (X2) Detam-1 (V1) 12.79 14.84 -2.05 0.39 -5.29* 2.03 Detam-2 (V2) 10.10 13.54 -3.44 -8.88* Cikuray (V3) 10.43 12.00 -1.57 -4.05* Merapi (V4) 9.86 8.00 1.86 4.80* Malikka (V5) 9.78 10.00 -0.22 -0.56 Keterangan : * = nyata

Dari tabel 15 diketahui bahwa bobot 100 biji hasil penelitian lebih rendah daripada deskripsi yaitu pada varietas Detam-1, Detam-2, Cikuray dan Malikka. Sedangkan varietas Merapi lebih tinggi dibandingkan dengan deskripsi.

Heritabilitas

Nilai duga heritabilitas dari berbagai peubah pengamatan memiliki kriteria rendah sampai tinggi.

Nilai duga heritabilitas dari setiap peubah dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Nilai heritabilitas dari berbagai peubah

No Peubah Heritabilitas Kriteria

1 Umur panen 0.65 Tinggi

2 Bobot 100 biji 0.63 Tinggi

3 Jumlah cabang pada batang utama 0.30 Sedang

4 Jumlah bunga 0.30 Sedang

5 Jumlah polong terbentuk 0.29 Sedang

6 Tinggi tanaman 0.27 Sedang

7 Umur berbunga 0.26 Sedang

8 Bobot biji per-sampel 0.17 Rendah

9 Persentase polong hampa 0.06 Rendah

10 Produksi per-plot 0.04 Rendah

11 Persentase polong terbentuk 0.03 Rendah

Pembahasan

Pengaruh Varietas Terhadap Karakteristik Tanaman

Dari hasil analisis statistik dapat diketahui bahwa varietas berbeda nyata terhadap karakter vegetatif pada peubah tinggi tanaman 2, 3, 5 MST, jumlah cabang pada batang utama. Pada tinggi tanaman, varietas Detam-1 berbeda nyata terhadap varietas Cikuray, Merapi, Malikka dan berbeda tidak nyata terhadap varietas Detam-2. Pada peubah jumlah cabang pada batang utama varietas Merapi berbeda nyata terhadap varietas Detam-1, Detam-2 dan berbeda tidak nyata terhadap varietas Cikuray dan Malikka. Pada karakter generatif varietas berbeda nyata pada peubah umur berbunga, jumlah bunga persampel, umur panen, jumlah polong persampel, bobot biji per-sampel dan bobot 100 biji. Pada peubah umur berbunga varietas Detam-1 berbeda nyata terhadap varietas Malikka dan berbeda tidak nyata terhadap varietas Detam-2, Cikuray dan Merapi. Pada peubah jumlah

bunga persampel, varietas Malikka berbeda nyata terhadap varietas Cikuray dan Detam-1 dan berbeda tidak nyata terhadap verietas Detam-2 dan Merapi. Untuk umur panen, varietas Cikuray berbeda nyata terhadap varietas Detam-1, Detam-2, Merapi dan Malikka. Pada peubah jumlah polong persampel, varietas Malikka berbeda nyata terhadap verietas Cikuray dan Detam-1 dan berbeda tidak nyata terhadap varietas Detam-2 dan Merapi. Untuk bobot biji per-sampel, varietas Merapi, Malikka, Detam-1 dan Detam-2 berbeda nyata terhadap varietas Cikuray. Pada peubah bobot 100 biji, varietas Detam-1 berbeda nyata terhadap varietas Detam-2, Cikuray, Merapi dan Malikka. Hal ini dapat kita lihat pada tabel rataan masing-masing peubah amatan. Adanya perbedaan penampilan fenotip dari kelima varietas yang diuji disebabkan oleh adanya perbedaan genotip dari masing-masing varietas serta adanya interaksi antara genotip dengan lingkungan sekitar yang mempengaruhi karakter vegetatif serta generatif dari masing-masing varietas. Hal ini sesuai dengan literatur Gani (2000) yang menyatakan besarnya produksi tanaman ditentukan oleh interaksi faktor genetis dengan lingkungan tumbuhnya seperti kesuburan tanah, ketersediaan air, dan pengelolaan tanaman. Potensi hasil varietas unggul dapat saja lebih tinggi atau lebih rendah pada lokasi tertentu dengan penggunaan masukan dan pengelolaan tertentu pula. Agar memperoleh hasil yang optimal di atas rata-rata dalam deskripsi maka perolehan varietas unggul harus sesuai.

Dari analisis statistik diketahui bahwa pada peubah bobot 100 biji varietas Merapi berbeda nyata positif terhadap deskripsi dan varietas Detam-1, Detam-2, Cikuray dan Malikka berbeda nyata negatif terhadap deskripsi. Adanya varietas yang lebih rendah dari deskripsi diduga disebabkan oleh tanah pada penelitian

adalah tanah masam dan kekurangan unsur hara yang mengakibatkan tanaman tidak dapat tumbuh dengan optimal. Hal ini berdasarkan hasil analisis tanah yang

menunjukkan pH 5.49 yang tergolong jenis tanah masam Hal ini berdasarkan literatur Deptan (2005) bahwa kriteria 4.6-5.5 termasuk tanah masam. Tanah masam dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur Damanik, dkk, (2010) yang menyatakan bahwa setiap tanaman memiliki tingkat adaptasi yang berbeda pada tanah masam. Beberapa tanaman mampu beradaptasi pada tanah ber-pH rendah tetapi sebagian besar tanaman akan tumbuh baik pada pH diatas 5.5. Terhambatnya pertumbuhan tanaman di tanah masam berkaitan erat dengan beberapa permasalahan kesuburan tanah yang ditemui antara lain; keracunan Al dan Mn, dan kekurangan unsur P, K, Ca, Mg dan Mo.

Dari hasil analisis statistik dapat kita ketahui bahwa varietas Merapi dan Malikka merupakan varietas yang dapat ditanam pada tanah masam. Hal ini dapat kita lihat pada peubah amatan jumlah cabang, jumlah bunga persampel, jumlah polong persampel, dan bobot biji persampel dimana varietas Merapi dan Malikka merupakan varietas yang lebih toleran dibandingkan dengan varietas Detam-1, Detam-2 dan Cikuray. Hal ini disebabkan varietas Detam-1, Detam-2 dan Cikuray yang kurang toleran ditanam pada tanah masam atau lingkungan yang tidak sesuai yang mengakibatkan faktor lingkungan lebih mempengaruhi karakteristik tanaman dibandingkan dengan faktor genotip. Hal ini sesuai dengan pernyataan Allard (2005) yang menyatakan bahwa gen-gen tidak dapat menyebabkan berkembangnya karakter terkecuali jika mereka berada pada lingkungan yang sesuai, dan sebaliknya tidak ada pengaruh terhadap berkembangnya karakteristik dengan mengubah

disadari bahwa keragaman yang diamati terhadap sifat-sifat yang terutama disebabkan oleh perbedaan gen yang dibawa oleh individu yang berlainan dan terhadap variabilitas didalam sifat yang lain, pertama-tama disebabkan oleh perbedaan lingkungan dimana individu berada.

Pengaruh Vermikompos Terhadap Karakteristik Tanaman

Dari hasil analisis statistik dapat kita ketahui bahwa aplikasi vermikompos tidak berpengaruh nyata terhadap semua peubah amatan dikarenakan kandungan unsur hara yang rendah. Hal ini dapat kita lihat pada analisis tanah dan vermikompos dimana pada analisis tanah pH (H2O) (5.49), pH (KCl) (4.37), % N (0.20), P-Bray (15.21) ppm, K-tukar (0.467) me/100, Ca-tukar (1.512) me/100, Mg-tukar (0.260) me/100 dan pada analisis vermikompos % N (0.18), P-Bray (14.73) ppm, K-tukar (0.640) me/100, Ca-tukar (2.130) me/100, Mg-tukar (0.437) me/100 yang hanya memenuhi sedikit kebutuhan unsur hara tanaman kedelai sedangkan tanah memiliki pH yang masam dan kekurangan unsur hara. Hal ini sesuai dengan pernyataan Setyorini, dkk (2006) yang menyatakan bahwa adapun kandungan hara vermikompos adalah sebagai berikut pH (6.5-6.75), C-organik (20,43-30.31%), N (1.8-2.05), P (1.32-1.93%), C/N (14-15:1), Ca (3.0-4.5%), Mg

(0.4-0.7%). Pada saat penelitian terjadi curah hujan yang tinggi yang mengakibatkan

terjadinya proses pencucian (leaching) yang mengakibatkan tidak tersedianya unsur hara bagi tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur Hairiah, dkk (2002) yang menyatakan bahwa hara tersedia yang berada di dalam larutan tanah dapat terangkut oleh pergerakan air tanah keluar dari jangkauan perakaran tanaman sehingga menjadi tidak tersedia bagi tanaman. Dengan kata lain hara tersebut telah mengalami pencucian (leaching). Beberapa hara terutama dalam bentuk

anion sangat lemah diikat oleh partikel liat dan memiliki tingkat mobilitas tinggi (misalnya nitrat), sehingga hara ini mudah mengalami pencucian.

Interaksi Varietas dan Pemberian Vermikompos Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kedelai

Dari hasil analisis statistik dapat kita ketahui bahwa interaksi antara varietas dan aplikasi vermikompos berbeda tidak nyata terhadap semua peubah amatan. Hal ini disebabkan kondisi lingkungan seperti curah hujan yang mempengaruhi ketersediaan unsur hara didalam tanah. Dimana setelah aplikasi vermikompos curah hujan sangat tinggi sehingga terjadinya leaching yang mengakibatkan tidak tersedianya unsur hara karena telah terbawa oleh air. Hal ini sesuai dengan literatur Lehmann and Schroth, (2003) yang menyatakan bahwa pencucian hara (leaching) adalah pergerakan ke bawah dari nutrisi terlarut kedalam profil tanah yang dibawa oleh air resapan. Nutrisi yang tercuci dibawah zona perakaran vegetasi setidaknya untuk sementara hilang dari sistem, meskipun mereka mungkin didaur ulang jika akar tumbuh lebih dalam. Secara umum, transportasi air di bawah zona perakaran mensyaratkan bahwa kadar air tanah melebihi kapasitas lapangan dan keseimbangan air positif, yang berarti input air dengan curah hujan (dan irigasi) melebihi evapotranspirasi. Oleh karena itu, kehilangan unsur hara melalui pencucian umumnya lebih tinggi didaerah dengan iklim lembab daripada iklim kering.

Nilai Duga Heritabilitas

Dari tabel 16 dapat kita ketahui bahwa heritabilitas bernilai dari rendah sampai ke tinggi. Heritabilitas bernilai tinggi pada peubah amatan umur panen (0.65) dan bobot 100 biji (0.63). Nilai heritabilitas sedang terdapat pada peubah

berbunga (0.26), jumlah bunga (0.30) dan jumlah polong terbentuk (0.29). Nilai heritabilitas rendah terdapat pada peubah amatan persentase polong hampa (0.06), persentase polong terbentuk (0.03), bobot biji sampel (0.17) dan produksi per-plot (0.04).

Tingginya nilai heritabilitas dapat diartikan bahwa faktor genetik lebih banyak mempengaruhi penampilan fenotip daripada faktor lingkungan. Demikian juga sebaliknya, jika nilai heritabilitas rendah, maka pengaruh lingkungan lebih besar dibandingkan dengan faktor genetiknya. Hal ini sesuai dengan literatur Sudarmadji (2007) yang menyatakan bahwa semakin tinggi nilai heritabilitas suatu sifat semakin besar pengaruh genetiknya dibanding lingkungan. Untuk sifat yang memiliki nilai heritabilitas sedang, menunjukkan bahwa sifat ini tidak dapat digunakan sebagai kriteria seleksi pada awal, seleksi pada sifat tersebut lebih baik dilakukan pada generasi selanjutnya.

Dokumen terkait