• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Karakter Vegetatif Dan Generatif Beberapa Varietas Kedelai Hitam ( Glycine max ( L ) Merrill )Terhadap Pemberian Vermikompos Pada Tanah Masam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Evaluasi Karakter Vegetatif Dan Generatif Beberapa Varietas Kedelai Hitam ( Glycine max ( L ) Merrill )Terhadap Pemberian Vermikompos Pada Tanah Masam"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI KARAKTER VEGETATIF DAN GENERATIF BEBERAPA VARIETAS KEDELAI HITAM (Glycine max (L) Merrill) TERHADAP

PEMBERIAN VERMIKOMPOS PADA TANAH MASAM

SKRIPSI

OLEH :

CHANDRI LIDYA PUTRI NASUTION 080307022/ PEMULIAAN TANAMAN

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(2)

EVALUASI KARAKTER VEGETATIF DAN GENERATIF BEBERAPA VARIETAS KEDELAI HITAM (Glycine max (L) Merrill) TERHADAP

PEMBERIAN VERMIKOMPOS PADA TANAH MASAM

SKRIPSI

Oleh :

CHANDRI LIDYA PUTRI NASUTION 080307022/ PEMULIAAN TANAMAN

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Judul : Evaluasi Karakter Vegetatif Dan Generatif Beberapa Varietas Kedelai Hitam ( Glycine max ( L ) Merrill ) Terhadap Pemberian Vermikompos Pada Tanah Masam

Nama : Chandri Lidya Putri Nasution

NIM : 080307022

Program Studi : Agroekoteknologi

Minat : Pemuliaan Tanaman

Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing

Luthfi A. M. Siregar, SP. MSc. Ph.D Ir. Syafruddin Ilyas

Ketua Anggota

Mengetahui

(4)

ABSTRACT

CHANDRI LIDYA PUTRI NASUTION : Evaluation of vegetative and

generative character of some varieties of black soybeans (Glycine max (L.) Merrill)

for the provision of vermicompost on acid soils. supervised by LUTHFI AZIZ MAHMUD SIREGAR and SYAFRUDDIN ILYAS.

The objective of the research was to know the difference of vegetative and generative character of some varieties of black soybeans (Glycine max (L.) Merrill) for the provision of vermicompost on acid soils. The experiment was conducted in the Public Land, Pasar I, Tanjung Sari, Medan, with altitude ± 25 meters above sea level from July to October 2012.Using a factorial randomized block design with the first factor application of vermicompost (0, 0.8, 1.6 and 2.4 kg/m²) and the second varieties (Detam-1, Detam-2, Cikuray, Merapi, Malikka) with three replications.

The result showed that the application of vermicompost insignificanly affected to all of parametric in the research. The variety significantly affected the plant height at 2, 3, and 5 MST, the number of branches on the main stem, age of flowering, number of flowers, age of harvesting, formed pods, the weight of seed per- sample and weight of 100 seeds. The combine between application of vermicompost and soybean varieties were insignificanly to all of parametric in the research.

(5)

ABSTRAK

CHANDRI LIDYA PUTRI NASUTION : Evaluasi karakter vegetatif dan

generatif beberapa varietas kedelai hitam (Glycine max (L.) Merrill) terhadap pemberian vermikompos pada tanah masam. Dibimbing oleh LUTHFI AZIZ MAHMUD SIREGAR dan SYAFRUDDIN ILYAS.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan karakter vegetatif dan generatif beberapa varietas kedelai hitam (Glycine max (L.) Merril) terhadap pemberian vermikompos pada tanah masam. Penelitian dilaksanakan di Lahan Masyarakat, Pasar I, Tanjung Sari, Medan, dengan ketinggian ± 25 meter di atas permukaan laut, dari bulan Juli sampai Oktober 2012. Menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dengan faktor pertama aplikasi vermikompos (0, 0.8, 1.6, dan 2.3 kg/m²) dan faktor kedua varietas (Detam-1, Detam-2, Cikuray, Merapi, Malikka) dengan tiga ulangan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi vermikompos tidak berpengaruh nyata pada semua peubah yang diamati. Varietas berbeda nyata pada peubah tinggi tanaman 2, 3, dan 5 MST, jumlah cabang pada batang utama, umur berbunga, jumlah bunga, umur panen, jumlah polong terbentuk, bobot biji per-sampel dan bobot 100 biji. Interaksi antara aplikasi vermikompos dengan varietas belum berpengaruh nyata pada semua peubah yang diamati.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Chandri Lidya Putri Nasution dilahirkan di Tebing Tinggi, 18 November 1990. Anak ketiga dari tiga bersaudara, putri dari pasangan Drs. Ruslin Nasution dan Eldiana Siregar, S.Pd.

Penulis menamatkan pendidikan SD di SD Negeri 102062 di

Bangun Bandar tahun 2002, SMP Negeri 1 Dolok Masihul tahun 2005, SMA Negeri 1 Dolok Masihul 2008. Kemudian melanjutkan pendidikan di Universitas Sumatera Utara, Medan pada Fakultas Pertanian program studi

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat, karunia dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Judul penelitian ini adalah ”Evaluasi Karakter Vegetatif dan Generatif Beberapa Varietas Kedelai Hitam (Glycine max (L.) Merril) terhadap Pemberian Vermikompos pada Tanah Masam” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua penulis ayahanda Drs. Ruslin Nasution dan Ibunda Eldiana Siregar, S.Pd. yang selalu menyayangi dan memotivasi penulis. Dalam kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada bapak Luthfi A. M. Siregar, SP. MSC. PhD, selaku ketua komisi pembimbing, dan bapak Ir. Syafrudin Ilyas, selaku anggota komisi yang telah banyak memberikan saran dan bimbingan selama masa penelitian dan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini dan kepada teman-teman yang telah banyak memberikan bantuan dan saran.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Medan, Februari 2013

(8)

DAFTAR ISI Tempat dan Waktu Penelitian ... 17

Bahan dan Alat ... 17

(9)

Panen ... 23

Peubah Amatan ... 23

Tinggi tanaman (cm) ... 23

Jumlah cabang pada batang utama (cabang) ... 23

Umur mulai berbunga (HST) ... 23

Jumlah bunga per sampel (bunga) ... 23

Umur panen (HST) ... 24

Jumlah polong per sampel (polong) ... 24

Persentase polong hampa (%) ... 24

Persentase polong terbentuk persampel (%) ... 24

Bobot biji per sampel (g) ... 24

Jumlah cabang pada batang utama (cabang) ... 27

Umur mulai berbunga (HST) ... 28

Jumlah bunga per sampel (bunga) ... 29

Umur panen (HST) ... 30

Jumlah polong persampel (polong) ... 31

Persentase polong hampa (%) ... 32

Persentase polong terbentuk persampel(%) ... 33

(10)

DAFTAR TABEL

1. Kandungan hara vermikompos ... 10 2. Kriteria pengukuran pH tanah ... 12 3. Model sidik ragam dengan nilai kuadrat tengah ... 20 4. Pengaruh varietas dan pemberian vermikompos terhadap tinggi

tanaman 5 MST (cm) ... 27 5. Pengaruh varietas dan pemberian vermikompos terhadap jumlah

cabang pada batang utama (cabang) ... 28 6. Pengaruh varietas dan pemberian vermikompos terhadap umur

berbunga (HST) ... 29 7. Pengaruh varietas dan pemberian vermikompos terhadap jumlah

bunga persampel (bunga) ... 30 8. Pengaruh varietas dan pemberian vermikompos terhadap umur

panen (HST) ... 31 9. Pengaruh varietas dan pemberian vermikompos terhadap jumlah

polong persampel (polong) ... 32 10. Pengaruh varietas dan pemberian vermikompos terhadap

persentase polong hampa (%) ... 33 11. Pengaruh varietas dan pemberian vermikompos terhadap

persentase polong terbentuk persampel (%) ... 33 12. Pengaruh varietas dan pemberian vermikompos terhadap bobot biji persampel (g) ... 34 13. Pengaruh varietas dan pemberian vermikompos terhadap produksi per-plot ... 35 14. Pengaruh varietas dan pemberian vermikompos terhadap bobot

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Deskripsi Varietas ... 47

2. Karakteristik pertumbuhan tanaman kedelai fase vegetatif dan fase generatif ... 52

3. Bagan Percobaan ... 54

4. Plot percobaan ... 55

5. Jadwal kegiatan penelitian ... 56

6. Data pengamatan tinggi tanaman 2 MST (cm) ... 57

7. Tabel sidik ragam tinggi tanaman 2 MST (cm) ... 57

8. Data pengamatan tinggi tanaman 3 MST (cm) ... 58

9. Tabel sidik ragam tinggi tanaman 3 MST (cm) ... 58

10 Data pengamatan tinggi tanaman 4 MST (cm) ... 59

11. Tabel sidik ragam tinggi tanaman 4 MST (cm) ... 59

12. Data pengamatan tinggi tanaman 5 MST (cm) ... 60

13. Tabel sidik ragam tinggi tanaman 5 MST (cm) ... 60

14. Data pengamatan jumlah cabang pada batang utama (cabang) ... 61

16. Transformasi jumlah cabang (Y’=√ ) ... 62

17. Daftar sidik ragam transformasi jumlah cabang pada batang utama ... 62

18. Data pengamatan umur berbunga (HST) ... 63

19. Tabel sidik ragam umur berbunga (HST) ... 63

20. Data pengamatan jumlah bunga (bunga) ... 64

21. Tabel sidik ragam jumlah bunga (bunga) ... 64

22. Data pengamatan umur panen (HST)... 65

(12)

24. Data pengamatan jumlah polong terbentuk (buah) ... 66

25. Tabel sidik ragam jumlah polong terbentuk (buah) ... 66

26. Data pengamatan persentase polong hampa (%) ... 67

27. Tabel sidik ragam persentase polong hampa (%) ... 67

28. Data pengamatan persentase polong terbentuk (%) ... 68

29. Tabel sidik ragam persentase polong terbentuk (%) ... 68

30. Data pengamatan bobot biji persampel (g) ... 69

31. Tabel sidik ragam bobot biji persampel (g) ... 69

32. Data pengamatan produksi perplot (g) ... 70

33. Tabel sidik ragam produksi perplot (g) ... 70

34. Data pengamatan bobot 100 biji (g) ... 71

35. Tabel sidik ragam bobot 100 biji (g) ... 71

36. Gambar polong ... 72

37. Gambar biji ... 74

38. Foto supervisi ... 77

39. Hasil analisis tanah dan vermikompos ... 78

(13)

ABSTRACT

CHANDRI LIDYA PUTRI NASUTION : Evaluation of vegetative and

generative character of some varieties of black soybeans (Glycine max (L.) Merrill)

for the provision of vermicompost on acid soils. supervised by LUTHFI AZIZ MAHMUD SIREGAR and SYAFRUDDIN ILYAS.

The objective of the research was to know the difference of vegetative and generative character of some varieties of black soybeans (Glycine max (L.) Merrill) for the provision of vermicompost on acid soils. The experiment was conducted in the Public Land, Pasar I, Tanjung Sari, Medan, with altitude ± 25 meters above sea level from July to October 2012.Using a factorial randomized block design with the first factor application of vermicompost (0, 0.8, 1.6 and 2.4 kg/m²) and the second varieties (Detam-1, Detam-2, Cikuray, Merapi, Malikka) with three replications.

The result showed that the application of vermicompost insignificanly affected to all of parametric in the research. The variety significantly affected the plant height at 2, 3, and 5 MST, the number of branches on the main stem, age of flowering, number of flowers, age of harvesting, formed pods, the weight of seed per- sample and weight of 100 seeds. The combine between application of vermicompost and soybean varieties were insignificanly to all of parametric in the research.

(14)

ABSTRAK

CHANDRI LIDYA PUTRI NASUTION : Evaluasi karakter vegetatif dan

generatif beberapa varietas kedelai hitam (Glycine max (L.) Merrill) terhadap pemberian vermikompos pada tanah masam. Dibimbing oleh LUTHFI AZIZ MAHMUD SIREGAR dan SYAFRUDDIN ILYAS.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan karakter vegetatif dan generatif beberapa varietas kedelai hitam (Glycine max (L.) Merril) terhadap pemberian vermikompos pada tanah masam. Penelitian dilaksanakan di Lahan Masyarakat, Pasar I, Tanjung Sari, Medan, dengan ketinggian ± 25 meter di atas permukaan laut, dari bulan Juli sampai Oktober 2012. Menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dengan faktor pertama aplikasi vermikompos (0, 0.8, 1.6, dan 2.3 kg/m²) dan faktor kedua varietas (Detam-1, Detam-2, Cikuray, Merapi, Malikka) dengan tiga ulangan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi vermikompos tidak berpengaruh nyata pada semua peubah yang diamati. Varietas berbeda nyata pada peubah tinggi tanaman 2, 3, dan 5 MST, jumlah cabang pada batang utama, umur berbunga, jumlah bunga, umur panen, jumlah polong terbentuk, bobot biji per-sampel dan bobot 100 biji. Interaksi antara aplikasi vermikompos dengan varietas belum berpengaruh nyata pada semua peubah yang diamati.

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Menurut para ahli botani, kedelai merupakan tanaman yang berasal dari Manchuria dan sebagian Cina, di mana terdapat banyak jenis kedelai liar. Kemudian menyebar ke daerah-daerah tropika dan subtropika. Kedelai merupakan komoditas pertanian yang sangat penting, karena memiliki multiguna. Kedelai dapat dikonsumsi langsung dan dapat juga digunakan sebagai bahan baku agroindustri seperti tempe, tahu, tauco, kecap, susu kedelai dan untuk keperluan industri pakan ternak (Uransyah dan Madya, 2011).

Dunia industri pengolahan makan maupun konsumen memberi perhatian besar terhadap kedelai hitam karena selain kaya protein dan serat juga kaya akan antioksidan seperti isoflavone dan anthocyanin yang banyak dikaitkan dengan pengobatan atau pencegahan penyakit kanker, penumpukan koresterol, penumpukan kulit dan sebagainya. Resep pengobatan tradisional China mengarahkan kedelai hitam sebagai obat sakit kepala, artiristis dan gangguan menopause (Sinar Tani, 2008).

Pada skala nasional, produksi kedelai tahun 2011 juga mengalami penurunan sebesar 55.74 ribu ton (6,15 persen). Penurunan produksi kedelai secara nasional terjadi karena penurunan luas panen sebesar 55.56 ribu hektar (8,93 persen), sedangkan produktivitasnya masih mengalami kenaikan sebesar 0,08 kuintal/hektar (0.58 persen) (BPS, 2012).

(16)

menurunkan volume impor kedelai, pemerintah terus berupaya meningkatkan produksi kedelai terutama dengan memanfaatkan lahan masam (Notohardiprawiro, 1983).

Masalah yang umum dijumpai pada lahan masam adalah kemasaman

tanah rendah, keracunan Al, kekahatan hara seperti N, P, K, Ca, Mg, dan Mo, serta kekurangaktifan mikroba tanah. Keracunan Al ditandai dengan

terhambatnya pertumbuhan akar sebagai akibat terhambatnya pemanjangan sel (Mariska, dkk, 2004).

Salah satu upaya untuk mengatasi kemasaman tanah adalah pemberian bahan organik. Menurut Damanik, dkk, (2010) untuk menangani masalah kemasaman tanah dapat dilakukan dengan cara pengapuran, pengikatan Al dengan penambahan pupuk P yang banyak dan penambahan bahan organik.

Vermikompos adalah kompos yang diperoleh dari hasil perombakan bahan-bahan organik yang dilakukan oleh cacing tanah. Vemikompos merupakan campuran kotoran cacing tanah (casting) dengan sisa media atau pakan dalam budidaya cacing tanah. Oleh karena itu vermikompos merupakan pupuk organik yang ramah lingkungan dan memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan dengan kompos lain yang kita kenal selama ini (BPPP, 2001).

(17)

menambah hara ke dalam tanah atau vermikompos dapat meningkatkan kesuburan tanah (Mulat, 2005).

Penggunaan varietas unggul merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi tanaman kedelai. Namun, suatu tanaman akan berproduksi tinggi bila ditanam pada kondisi yang sesuai. Keragaman penampilan tanaman akibat perbedaan susunan genetik selalu mungkin terjadi sekalipun bahan tanaman yang digunakan berasal dari bahan tanaman yang sama (Sitompul dan Guritno, 1995).

Adanya perbedaan respon genotipe terhadap lingkungan menyebabkan timbulnya perbedaan fenotipe pada setiap tanaman. Dari penampilan fenotipe tersebut suatu perbedaan sifat karakter dapat diketahui apakah di pengaruhi oleh genetik atau lingkungan. Sehingga dapat memudahkan pemulia untuk melakukan proses seleksi setiap genotipe untuk mengetahui genotipe yang lebih baik pada suatu daerah (Welsh, 2005).

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian guna mengetahui karakter vegetatif dan generatif dan heritabilitas dari beberapa varietas kedelai hitam terhadap pemberian vermikompos pada tanah masam.

Tujuan Penelitian

(18)

Hipotesis Percobaan

Ada pengaruh vermikompos dan varietas serta interaksi antara vermikompos dan varietas terhadap karakter vegetatif dan generatif.

Kegunaan Penelitian

(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Menurut Sharma (1993), tanaman kedelai diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae , Divisio : Spermatophyta, Subdivisio : Angiospermae, Class : Dicotyledoneae, Ordo : Fabales, Family : Fabaceae, Genus : Glycine, Species : Glycine max (L.) Merrill.

Kedelai mempunyai susunan genom diploid (2n) dengan 20 pasang kromosom, beberapa jenis liar kedelai juga mempunyai 20 pasang kromosom. (Departemen Pertanian, 1990).

Sistem perakaran kedelai adalah akar tunggang yang terdiri dari akar utama dan akar cabang. Selain sebagai penyerap unsur hara dan penyangga tanaman, pada perakaran kedelai ini adalah merupakan tempat terbentuknya

bintil/nodul akar yang berfungsi sebagai tempat bakteri Rhizobium (Rahman dan Tambas, 1986).

(20)

Daun primer sederhana berbentuk telur (oval) berupa daun tunggal (unifoliate) dan bertangkai sepanjang 1-2 cm, terletak bersebrangan pada buku pertama di atas kotiledon. Daun-daun berikutnya yang terbetuk pada batang utama dan pada cabang ialah daun bertiga (trifoliate), namun adakalanya terbentuk daun berempat atau daun berlima. Bentuk anak daun beragam, dari bentuk telur hingga lancip (Hidayat, 1985).

Kedelai adalah tanaman yang subur dan biasanya menyerbuk sendiri. Bunga mekar pada pagi hari dan serbuk sari jatuh sebelum atau pada saat mekar dan jatuh langsung ke stigma. Bunga-bunga dikunjungi oleh lebah dan serangga lain, sehingga penyerbukan silang dapat terjadi, tetapi ini biasanya lebih kurang dari 1 persen (Purseglove, 1987).

Buah kedelai berbentuk polong, jumlah biji sekitar 1-4 tiap polong. Polong berbulu berwarna kuning kecoklat-coklatan atau abu-abu. Dalam proses pematangan warna polong berubah menjadi lebih tua, warna hijau menjadi kehitaman, keputihan atau kecoklatan (Departemen Pertanian,1990).

(21)

Syarat Tumbuh Iklim

Pertumbuhan optimum tercapai pada suhu 20–25ºC. Suhu 12–20ºC adalah suhu yang sesuai bagi sebagian besar proses pertumbuhan tanaman, tetapi dapat

menunda proses perkecambahan benih dan pemunculan kecambah, serta pembungaan dan pertumbuhan biji. Pada suhu yang lebih tinggi dari 30ºC, fotorespirasi cenderung mengurangi hasil fotosintesis (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Curah hujan yang cukup selama pertumbuhan dan berkurang saat pembungaan dan menjelang pemasakan buah akan meningkatkan hasil kedelai. Untuk panen yang baik curah hujan 500 mm per musim. Curah hujan optimal 100-200 mm/ bulan. Gangguan kekeringan selama masa pembungaan akan mengurangi pembentukan polong, tetapi pengurangan produksi lebih terasa pada tahap pengisian polong dari pada tahap pembungaan (Tindall, 1983).

(22)

Tanah

Kedelai termasuk tanaman yang mampu beradaptasi terhadap agroklimat, menghendaki tanah yang cukup gembur, tekstur lempung berpasir dan liat. Tanaman kedelai dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang mengandung bahan organik dan pH antara 5,5-7. Tanah hendaknya mengandung cukup air tapi tidak sampai tergenang (Departemen Pertanian, 1990).

Tanaman kedelai umumnya mampu beradaptasi dengan baik pada berbagai jenis tanah. Tanaman kedelai umumnya menyukai tanah yang bertekstur ringan hingga sedang, serta memiliki saluran drainase yang memadai atau baik untuk pertanaman dan juga tanaman kedelai peka terhadap kondisi tanah salin (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Vermikompos

Cacing tanah peranannya cukup besar dalam meningkatkan kesuburan tanah. Sebagai fauna yang membuat liang, maka cacing tanah memakan tanah dan menghaluskan bahan organik. Hasil kegiatan cacing tanah meningkatkan ketersediaan hara karena lebih banyak mengandung hara Ca, Mg dan K daripada tanah di sekitarnya. Ketersediaan P mencapai 4-10 kali lipat daripada tanah di sekitarnya (Sutanto, 2002)

Beberapa jenis cacing pengkompos yang dapat dipilih, antara lain:

1) Eisena fetida. Jenis cacing ini juga dikenal sebagai tiger worm, merupakan jenis cacing pengkompos yang mempunyai rentang toleransi terhadap suhu, kemasaman, dan kelembaban yang cukup tinggi.

(23)

bereproduksi secara seksual dengan jumlah 2-3 cocon/cacing/minggu, umur dewasa 2,5-3 bulan.

Selain kedua jenis cacing tersebut di atas, cacing Perionyx excavatus (blue worm), Eudrilus eugeniae (african night crawler) dan Phretima sp mempunyai potensi untuk dibudidayakan. Namun karena kecenderungan jenis cacing ini untuk meninggalkan tempat pemeliharaannya maka budidayanya sedikit sulit (Suharyanto, 2009).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengomposan antara lain : kelembaban, konsentarasi oksigen, temperatur, perbandingan C/N, derajat keasaman (pH), ukuran bahan. Kelembaban yang dibutuhkan sekitar 40-60%. Kondisi tersebut perlu dijaga agar cacing dapat bekerja secara optimal. Kebutuhan oksigen dalam pembuatan vermikompos yakni berkisar antara 10-18%. Temperatur optimum yang dibutuhkan untuk merombak bahan adalah 35-55°C. Perbandingan C/N yang optimum untuk proses pengomposan adalah berkisar antara 25-25. Derajat keasaman yang terbaik untuk proses pengomposan adalah pada kondisi pH netral yakni berkisar antara 6-8 ( Cahaya dan Nugroho, 2008).

Kelebihan vermikompos tidak hanya komposisi hara yang lebih baik, tapi juga perannya dalam meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan hama. Misalnya tanaman kangkung yang ditanam tanpa menggunakan vermikompos

mendapat serangan serangga sehingga daunnya berlubang-lubang, namun setelah dipupuk dengan vermikompos berangsur-angsur serangan serangga

(24)

Adapun kandungan hara vermikompos dapat dilihat pada tabel berikut :

Aluminium (ppm) Traces to 0,071

Kobalt, Molibdenum (ppm) -

(Setyorini, dkk, 2006).

(25)

mempertahankan kelembaban. Tanaman hanya dapat mengkonsumsi nutrisi dalam bentuk terlarut. Cacing tanah berperan mengubah nutrisi yang tidak larut menjadi bentuk terlarut. yaitu dengan bantuan enzim-enzim yang terdapat dalam alat pencernaannya. Nutrisi tersebut terdapat di dalam vermikompos, sehingga

dapat diserap oleh akar tanaman untuk dibawa ke seluruh bagian tanaman (BPPP, 2001)

Kandungan Nitrogen vermikompos berasal dari perombakan bahan organik yang kaya Nitrogen dan perkembangan mikroba yang bercampur dengan tanah dalam sistem pencernaan cacing tanah. Peningkatan kandungan Nitrogen dalam bentuk vermikompos selain disebabkan adanya proses perombakan bahan organik yang kaya akan mineral dari cacing tanah yang telah mati, juga oleh urin (cairan dan kotoran) yang dihasilkan, dan proses pencernaan bahan organik dari tubuhnya yang kaya Nitrogen (PPLH, 2007).

Tanah Masam

Reaksi tanah dapat berupa asam, basa maupun netral, bergantung pada konsentrasi ion H⁺ dan OHˉ dalam tanah. Pada tanah dengan kemasaman tinggi konsentrasi ion H⁺ lebih tinggi dibandingkan ion OHˉ. Pada tanah dengan pH=8 menggambarkan kondisi tanah yang bersifat basa, pH=6 merupakan pH ideal dengan persentase kandungan hara tersedia lebih tinggi dibandingkan pada nilai pH lainnya. Derajat kemasaman yang lebih kecil dari 5 menggambarkan kondisi tanah kritis dengan kemasaman yang tinggi (Hanum, 2009).

(26)

dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti : (1) penggunaan pupuk komersial, khususnya pupuk NH4+ yang menghasilkan H+ selama nitrifikasi; (2) pengambilan

kation-kation oleh tanaman melalui pertukaran dengan H+ ; (3) pencucian kation-kation yang digantikan oleh H+ dan Al3+ ; dan (4) dekompisisi residu organik (Damanik, dkk, 2010).

Kriteria pengukuran pH dapat kita lihat pada tabel berikut : Tabel 2. Kriteria Pengukuran pH Tanah

Sifat Kimia Tanah

Kriteria Pengukuran Tanah

Sangat Masam Masam Agak Masam Netral

pH 4,5 4,6-5,5 5,6-6,5 6,6-7,5

(www.deptan.go.id, 2005).

Penghambatan pertumbuhan pada tanah masam disebabkan oleh keracunan dan atau kekurangan unsur hara mineral. Selain itu juga adanya aluminium bebas dan aluminium dapat ditukar (Aldd) yang berlebihan, keracunan

(27)

mengalami pencucian. Di lain pihak hara dalam bentuk kation (misalnya kalium), gerakannya sangat ditentukan oleh kapasitas pertukaran (Hairiah, dkk, 2002).

Setiap tanaman memiliki tingkat adaptasi yang berbeda pada tanah masam. Beberapa tanaman mampu beradaptasi pada tanah ber-pH rendah tetapi sebagian besar tanaman akan tumbuh baik pada pH diatas 5.5. Terhambatnya pertumbuhan tanaman di tanah masam berkaitan erat dengan beberapa permasalahan kesuburan tanah yang ditemui antara lain; keracunan Al dan Mn, dan kekurangan unsur P, K, Ca, Mg dan Mo (Damanik, dkk, 2010).

Pencucian hara (leaching) adalah pergerakan ke bawah dari nutrisi terlarut kedalam profil tanah yang dibawa oleh air resapan. Nutrisi yang tercuci dibawah zona perakaran vegetasi setidaknya untuk sementara hilang dari sistem, meskipun mereka mungkin didaur ulang jika akar tumbuh lebih dalam. Secara umum, transportasi air di bawah zona perakaran mensyaratkan bahwa kadar air tanah melebihi kapasitas lapangan dan keseimbangan air positif, yang berarti input air dengan curah hujan (dan irigasi) melebihi evapotranspirasi. Oleh karena itu, kehilangan unsur hara melalui pencucian umumnya lebih tinggi didaerah dengan iklim lembab daripada iklim kering (Lehmann and Schroth, 2003)

Varietas

Varietas adalah kelompok tanaman dalam jenis atau spesies tertentu yang dapat dibedakan dari kelompok lain berdasarkan suatu sifat atau sifat-sifat tertentu (Nurhayati, 2005).

(28)

lingkungan. Lingkungan terbagi dua yaitu lingkungan mikro dan makro. Lingkungan mikro adalah lingkungan dekat disekitar tanaman, dapat berupa kesuburan tanah pada tempat tumbuh individu tanaman, suhu, kelembaban, kandungan karbon dioksida, sinar matahari dalam pertanaman, hama penyakit dan persaingan antar tanaman. Lingkungan makro termasuk lingkungan karena lokasi, musim dan tahun. Sedang sebagai objek studi tidak hanya individu tanaman juga kelompok atau populasi tanaman (Poespodarsono, 1988).

Pada umumnya suatu daerah memiliki kondisi lingkungan yang berbeda terhadap genotif. Varietas atau klon introduksi perlu diuji adaptabilitasnya pada suatu lingkungan untuk mendapatkan genotif unggul pada lingkungan tersebut. Respon genotif terhadap faktor lingkungan ini biasanya terlihat dalam penampilan fenotipe dari tanaman bersangkutan (Darliah dkk, 2001).

Gen-gen tidak dapat menyebabkan berkembangnya karakter terkecuali jika mereka berada pada lingkungan yang sesuai, dan sebaliknya tidak ada pengaruh terhadap berkembangnya karakteristik dengan mengubah tingkat keadaan lingkungan terkecuali jika gen yang diperlukan ada. Namun, harus disadari bahwa keragaman yang diamati terhadap sifat-sifat yang terutama disebabkan oleh perbedaan gen yang dibawa oleh individu yang berlainan dan terhadap variabilitas didalam sifat yang lain, pertama-tama disebabkan oleh perbedaan lingkungan dimana individu berada (Allard, 2005).

(29)

tertentu pula. Agar memperoleh hasil yang optimal di atas rata-rata dalam deskripsi maka perolehan varietas unggul harus sesuai 6 tepat (tepat varietas, jumlah, mutu, waktu, lokasi, dan tepat harga) (Gani, 2000).

Hasil maksimum akan dapat dicapai apabila suatu kultivar unggul menerima respons terhadap kombinasi optimum dari air, pupuk dan praktek budidaya lainnya. Semua kombinasi in put ini penting dalam mencapai produktivitas tinggi (Nasir, 2002).

Heritabilitas

Heritabilitas dapat diartikan sebagai proporsi keragaman teramati yang disebabkan oleh sifat menurun. Nilai heritabilitas berkisar antara 0 dan 1. Heritabilitas dengan nilai 0 berarti bahwa keragaman penotipa hanya disebabkan lingkungan, sedang heritabilitas dengan nilai 1 berarti keragaman penotipa hanya disebabkan oleh genotipa. Makin mendekati 1 dinyatakan heritabilitasnya makin tinggi, sebaliknya makin mendekati 0, heritabilitasnya makin rendah (Poespodarsono, 1988).

Semakin tinggi nilai heritabilitas suatu sifat semakin besar pengaruh genetiknya dibanding lingkungan. Untuk sifat yang meniliki nilai heritabilitas sedang, menunjukkan bahwa sifat ini tidak dapat digunakan sebagai kriteria seleksi pada awal, seleksi pada sifat tersebut lebih baik dilakukan pada generasi selanjutnya (Sudarmadji, 2007).

(30)

heritabilitas dibutuhkan untuk mengetahui proporsi penampilan yang diakibatkan oleh pengaruh genetik yang diwariskan kepada keturunannya. Nilai duga Heritabilitas berkisar antara 0,0 – 1,0, nilai duga heritabilitas sebesar 1,0 menunjukkan bahwa semua variasi penampilan tanaman yang ditimbulkan disebabkan oleh faktor genetik sedangkan nilai duga heritabilitas 0,0 menunjukkan bahwa tidak satupun dari variasi tanaman yang muncul dalam populasi tersebut disebabkan oleh faktor genetik (Babas, 2012).

(31)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini di laksanakan di lahan masyarakat, Pasar I Tanjung Sari dengan ketinggian ± 60 meter di atas permukaan laut, yang di mulai dari bulan Mei sampai dengan Oktober.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah lima varietas kedelai biji hitam yaitu Detam-1, Detam-2, Cikuray, Merapi dan Malikka dan vermikompos sebagai perlakuan, insektisida dengan bahan aktif Deltamethrin 25 g/liter untuk mengendalikan hama, fungisida dengan bahan akif Mankozeb 80% untuk mengendalikan jamur.

Alat yang digunakan adalah cangkul, parang, pacak sampel, handsprayer sebagai alat aplikasi insektisida dan fungisida, timbangan analitik, gembor, meteran untuk mengukur luas lahan dan tinggi tanaman, tali plastik, alat tulis, kalkulator, kertas label dan stapler.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor yaitu :

Faktor I : Vermikompos (K) terdiri dari 4 taraf yaitu: K0 : 0 ton/ha = 0 kg/plot

K1 : 8 ton/ha = 0,8 kg/plot

K2 : 16 ton/ha = 1,6 kg/plot

(32)

Faktor II : Varietas kedelai yang terdiri dari 5 Varietas (V) yaitu : V1 : Varietas Detam-1

V2 : Varietas Detam-2

V3 : Varietas Cikuray

V4 : Varietas Merapi

V5 : Varietas Malikka

Sehingga diperoleh 20 kombinasi perlakuan: K0V1 K1V1 K2V1 K3V1

K0V2 K1V2 K2V2 K3V2

K0V3 K1V3 K2V3 K3V3

K0V4 K1V4 K2V4 K3V4

K0V5 K1V5 K2V5 K3V5

Kombinasi perlakuan : 20 Kombinasi Jumlah ulangan : 3 ulangan Jumlah Plot : 60 Plot

Ukuran Plot : 100 x 100 cm

(33)

Data yang diperoleh, dianalisis dengan sidik ragam linier sebagai berikut : Yijk= μ + ρi + αj + βk + (αβ)jk+ εijk

i = 1,2,3 j = 1,2,3,4 k = 1,2,3,4,5 Yijk = Hasil pengamatan pada blok ke-i dengan pemberian vermikompos

pada taraf ke-j dan varietas pada taraf ke-k. μ = Nilai tengah

ρi = Efek blok ke-i

αj = Efek pemberian Vermikompos pada taraf ke-j βk = Efek varietas pada faktor ke-k

(αβ)jk = Efek interaksi antara pemberian vermikompos pada taraf ke-j dan varietas pada faktor ke - k

εijk = Efek galat pada blok ke-i yang disebabkan pemberian Vermikompos pada faktor ke-j dan varietas pada faktor ke-k.

Jika perlakuan yang diperoleh menunjukkan pengaruh dan berbeda nyata pada analisis sidik ragam, maka dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5% ( Steel dan Torrie, 1993 ).

Heritabilitas

Untuk menganalisis apakah hasil peubah amatan merupakan keragaman fenotip disebabkan lingkungan atau genotip, maka nilai heritabilitas ditentukan dengan rumus sebagai berikut :

Dimana :

(34)

: KT Error

Menurut Stansfield (1991) kriteria nilai heritabilitas adalah sebagai berikut:

H tinggi > 0,5 H sedang = 0,2 – 0,5 H rendah < 0,2

Untuk mengetahui varian fenotif ( ) dan varian genotif ( ) disajikan model sidik ragam dengan nilai kuadrat tengah sebagai berikut:

Tabel. 3. Model sidik ragam dengan nilai kuadrat tengah Sumber

Keragaman DB JK KT EKT

Blok (r-1) JKB KTB

Vermikompos (K) (k-1) JKV KTV

Varietas (V) (v-1) JKP KTP

Interaksi V x K (k-1)(v-1) JKV x K KTV x K

Error (kv-1)(r-1) JKE KTE

Total kvr-1 JKT

(35)

PELAKSANAAN PENELITIAN

Pembuatan Vermikompos

Pembuatan vermikompos dilakukan di rumah kompos (compost centre) di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Pembuatan Vermikompos dilakukan dengan cara mencacah jerami padi, daun mahoni, tandan kosong kelapa sawit dengan alat pencacah. Setelah dicacah, jerami padi, daun mahoni dan tandan kosong di inkubasi selama 1 minggu dengan menambahkan EM4. Setelah 1 minggu dimasukkan cacing vermikompos lalu siramkan kotoran sapi yang telah dicampurkan dengan air. Lakukan penyiraman setiap hari selama satu minggu. Biarkan selama 2 minggu dan setelah 2 minggu vermikompos siap digunakan. Persiapan Lahan

Areal pertanaman yang akan digunakan dibersihkan dari gulma kemudian dibuat plot percobaan dengan ukuran 100 cm x 100 cm. Dibuat parit antar plot dengan jarak 50 cm dan jarak antar blok 50 cm.

Aplikasi Vermikompos

Aplikasi vermikompos dilakukan 1 minggu setelah pengolahan tanah. Vermikompos diaplikasikan pada setiap plot dengan jumlah yang sesuai dengan perlakuan.

Penanaman

Penanaman dilakukan dengan sistem baris, dengan jarak tanam 20 x 30 cm, 20 cm jarak individu dalam baris dan 30 cm jarak antar baris, ditanam

(36)

Pemeliharaan Tanaman Penyiraman

Penyiraman dilakukan setiap hari jika tidak turun hujan. Penyiraman dilakukan sore atau pagi hari.

Pemupukan

Pemupukan dilakukan setengah dosis anjuran kebutuhan pupuk kedelai yaitu Urea 50 kg/ha (0,1 g/tanaman), TSP 100 kg / ha (0,2 g/tanaman), dan KCl 50 kg/ha (0,1 g/tanaman). Pemupukan Urea dilakukan 1 tahap yaitu pada saat awal penanaman sebanyak setengah dosis anjuran, sedangkan pupuk TSP dan KCl diberikan pada saat pengolahan tanah.

Penjarangan dan Penyulaman

Penjarangan tanaman dilakukan ketika tanaman berumur 1 MST (Minggu Setelah Tanam) dan setiap lubang tanam ditinggalkan sebanyak 1 tanaman yang tumbuh baik. Penyulaman dilakukan apabila dalam satu lubang tanam tidak ada benih yang tumbuh.

Penyiangan

Untuk menghindari persaingan antara gulma dengan tanaman, maka dilakukan penyiangan. Penyiangan gulma dilakukan secara manual atau menggunakan cangkul dengan membersihkan gulma yang ada didalam plot dan daerah di sekitar plot. Penyiangan dilakuakan sesuai dengan kondisi di lapangan. Pengendalian Hama dan Penyakit

(37)

penyemprotan fungisida dengan bahan aktif Mankozeb 80 %. Masing-masing disemprotkan pada tanaman yang terkena serangan yaitu pada 3 dan 7 MST. Panen

Panen dilakukan dengan cara dipetik satu persatu untuk polong yang lebih dahulu tua dan dengan momotong batang atau mencabut tanaman sekaligus saat polong sudah berwarna coklat pada 13 MST dengan menggunakan tangan atau menggunakan pisau yang tajam.

Parameter Pengamatan Tinggi Tanaman (cm)

Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dari pangkal batang hingga titik tumbuh tanaman dengan menggunakan meteran. Pengukuran mulai dilakukan sejak dari 2 MST hingga 5 MST.

Jumlah Cabang pada Batang Utama (cabang)

Jumlah cabang pada batang utama dihitung pada 5 MST dan 12 MST. Cabang yang dihitung adalah cabang yang berasal dari batang utama pada tiap tanaman.

Umur berbunga (HST)

Umur berbunga dihitung saat bunga pertama sudah muncul dalam satu tanaman yaitu pada 5 MST.

Jumlah bunga per sampel (bunga)

(38)

Umur panen (HST)

Umur panen dihitung mulai dari penaman benih hingga tanaman siap untuk di panen dengan menunjukkan kriteria panen yakni daun menguning dan kecoklat-coklatan.

Jumlah polong per sampel (polong)

Jumlah polong dihitung dengan cara menghitung polong yang tumbuh sempurna. Jumlah polong dapat diketahui dengan menghitung semua polong yang terbentuk pada setiap tanaman. Pengamatan dilakukan pada saat panen.

Persentase polong hampa (%)

Persentase polong hampa diamati dengan menghitung seluruh polong yang hampa setiap tanaman, dengan rumus:

Persentase polong terbentuk per sampel (%)

Persentase polong diamati dengan menghitung seluruh polong yang terbetuk setiap tanaman, dengan rumus:

Bobot biji per sampel (g)

Perhitungan produksi per sampel dilakukan dengan cara menimbang bobot buah per tanaman tanaman setiap perlakuan dengan menggunakan timbangan analitik.

Produksi per plot (g)

(39)

Bobot 100 biji (g)

Penimbangan dilakukan dengan menimbang 100 biji dari masing-masing perlakuan. Untuk tanaman yang tidak mencapai 100 biji, maka dikonversikan dengan menggunakan rumus :

(40)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Dari hasil sidik ragam diketahui bahwa pemberian vermikompos belum berpengaruh nyata terhadap semua peubah yang diamati. Varietas berbeda nyata terhadap peubah tinggi tanaman 2, 3, 5 MST, jumlah cabang pada batang utama, umur berbunga, jumlah bunga, umur panen, jumlah polong terbentuk, bobot biji per-sampel, produksi per-plot, bobot 100 biji dan belum berbeda nyata terhadap peubah tinggi tanaman 4 MST, persentase polong hampa, persentase polong terbentuk. Interaksi antara varietas dengan pemberian vermikompos belum berbeda nyata terhadap seluruh peubah yang diamati.

Tinggi Tanaman (cm)

Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 7, 9, 11 dan 13 dapat diketahui bahwa perlakuan pemberian vermikompos belum berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 2 sampai 5 MST, varietas berbeda nyata terhadap tinggi tanaman 2, 3, dan 5 MST dan interaksi antara perlakuan pemberian vermikompos dengan varietas belum berbeda nyata terhadap peubah tinggi tanaman.

(41)

Tabel 4. Pengaruh varietas dan pemberian vermikompos terhadap tinggi tanaman

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%

Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa tinggi tanaman tertinggi terdapat pada varietas Detam-1 (28.82) yang berbeda tidak nyata terhadap varietas Detam-2 (24.15) sedangkan yang terendah terdapat pada varietas Malikka (20.93) yang berbeda tidak nyata terhadap varietas Merapi (23.11) dan Cikuray (22.38).

Jumlah Cabang Pada Batang Utama (cabang)

(42)

Tabel 5. Pengaruh varietas dan pemberian vermikompos terhadap jumlah cabang

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa jumlah cabang pada batang utama tertinggi pada varietas Merapi (1.99) yang berbeda tidak nyata dengan varietas Malikka (1.70) dan Cikuray (1.69), sedangkan yang terendah terdapat pada varietas Detam-2 (1.39) yang berbeda tidak nyata terhadap varietas Detam-1 (1.59), Cikuray (1.69) dan Malikka (1.70).

Umur Berbunga (HST)

Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 18 dapat diketahui bahwa perlakuan pemberian vermikompos belum berpengaruh nyata terhadap umur berbunga, varietas berbeda nyata terhadap umur berbunga dan interaksi antara perlakuan pemberian vermikompos dengan varietas belum berbeda nyata terhadap peubah umur berbunga.

(43)

Tabel 6. Pengaruh varietas dan pemberian vermikompos terhadap umur

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%

Dari Tabel 6 dapat dilihat umur berbunga paling cepat pada varietas Detam-1 (36.04 HST) yang berbeda tidak nyata terhadap varietas Detam-2 (37.62), Cikuray (37.17), dan Merapi (37.13) sedangkan umur berbunga paling lama terdapat pada varietas Malika (38.50 HST) yang berbeda tidak nyata terhadap varietas Detam-2 (37.62), Cikuray (37.17), dan Merapi (37.13).

Jumlah Bunga persampel (bunga)

Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 20 dapat diketahui bahwa perlakuan pemberian vermikompos belum berpengaruh nyata terhadap jumlah bunga, varietas berbeda nyata terhadap jumlah bunga dan interaksi antara perlakuan pemberian vermikompos dengan varietas belum berbeda nyata terhadap peubah jumlah bunga.

(44)

Tabel 7. Pengaruh varietas dan pemberian vermikompos terhadap jumlah bunga

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa jumlah bunga paling banyak terdapat pada varietas Malikka (133.29 bunga) yang berbeda tidak nyata terhadap varietas Merapi (131.48) dan Detam-2 (100.48) sedangkan jumlah bunga paling sedikit terdapat pada varietas Cikuray (83.29 bunga) yang berbeda tidak nyata terhadap varietas Detam-1 (84.75) dan varietas Detam-2 (100.48).

Umur Panen (HST)

Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 22 dapat diketahui bahwa perlakuan pemberian vermikompos belum berpengaruh nyata terhadap umur panen, varietas berbeda nyata terhadap umur panen dan interaksi antara perlakuan pemberian vermikompos dengan varietas belum berbeda nyata terhadap peubah umur panen.

(45)

Tabel 8. Pengaruh varietas dan pemberian vermikompos terhadap umur

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%

Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa umur panen paling cepat terdapat pada varietas Cikuray (83.58 HST) sedangkan umur panen paling lama terdapat pada Malika (93.75 HST) yang berbeda tidak nyata terhadap varietas Merapi (91.67), Detam-1 (92.83) dan Detam-2 (93.00).

Jumlah Polong persampel (polong)

Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 24 dapat diketahui bahwa perlakuan pemberian vermikompos belum berpengaruh nyata terhadap jumlah polong persampel, varietas berbeda nyata terhadap jumlah polong persampel dan interaksi antara perlakuan pemberian vermikompos dengan varietas belum berbeda nyata terhadap peubah jumlah polong persampel.

(46)

Tabel 9. Pengaruh varietas dan pemberian vermikompos terhadap jumlah polong

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%

Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa jumlah polong terbentuk paling banyak pada varietas Malika (97.10 polong) berbeda tidak nyata terhadap varietas Merapi (93.50) dan Detam-2 (73.10) sedangkan jumlah polong paling sedikit terdapat pada varietas Detam-1 (59.06 polong) yang berbeda tidak nyata terhadap varietas Cikuray (60.79), Detam-2 (73.10) dan Merapi (93.50).

Persentase Polong Hampa (%)

Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 26 dapat diketahui bahwa perlakuan pemberian vermikompos belum berpengaruh nyata terhadap persentase polong hampa, demikian pula dengan varietas belum berbeda nyata terhadap persentase polong hampa dan interaksi antara perlakuan pemberian vermikompos dengan varietas belum berbeda nyata terhadap peubah persentase polong hampa.

(47)

Tabel 10. Pengaruh varietas dan pemberian vermikompos terhadap persentase

Persentase Polong Terbentuk per sampel (%)

Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 28 dapat diketahui bahwa perlakuan pemberian vermikompos belum berpengaruh nyata terhadap persentase polong terbentuk per sampel, demikian pula dengan varietas belum berbeda nyata terhadap persentase polong terbentuk persampel dan interaksi antara perlakuan pemberian vermikompos dengan varietas belum berbeda nyata terhadap peubah persentase polong terbentuk per sampel.

Pengaruh varietas dan pemberian vermikompos terhadap persentase polong terbentuk per sampel dari tingkat pemberian vermikompos pada lima varietas kedelai hitam dapat dilihat pada Tabel 11.

(48)

Bobot Biji per-Sampel (g)

Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 30 dapat diketahui bahwa perlakuan pemberian vermikompos belum berpengaruh nyata terhadap bobot biji per-sampel, varietas berbeda nyata terhadap bobot biji per-sampel dan interaksi antara perlakuan pemberian vermikompos dengan varietas belum berbeda nyata terhadap peubah bobot biji per-sampel.

Pengaruh varietas dan pemberian vermikompos terhadap bobot biji per-sampel dari tingkat pemberian vermikompos pada lima varietas kedelai hitam dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Pengaruh varietas dan pemberian vermikompos terhadap bobot biji persampel (g)

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%

Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa bobot biji per-sampel paling tinggi terdapat pada varietas Merapi (18.38 g) yang berbeda tidak nyata terhadap varietas Malikka (18.30 g), Detam-1 (14.63 g) dan Detam-2 (14.50 g) sedangkan bobot biji per-sampel paling rendah terdapat pada varietas Cikuray (11.84 g). Produksi per-Plot (g)

(49)

dan interaksi antara perlakuan pemberian vermikompos dengan varietas belum berbeda nyata terhadap peubah produksi per-plot.

Pengaruh varietas dan pemberian vermikompos terhadap produksi per-plot dari tingkat pemberian vermikompos pada lima varietas kedelai hitam dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Pengaruh varietas dan pemberian vermikompos terhadap produksi perplot (g)

Perlakuan Vermikompos (kg/plot)

Rataan

Varietas 0 0.8 1.6 2.4

Detam-1 150.10 223.27 259.30 348.23 245.23

Detam-2 224.90 246.17 193.43 292.18 239.17

Cikuray 205.50 248.97 235.57 219.60 227.41

Merapi 278.60 280.47 236.40 317.47 278.23

Malikka 297.37 255.53 265.87 341.60 290.09

Rataan 231.29 250.88 238.11 303.82 256.03

Bobot 100 Biji (g)

Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 34 dapat diketahui bahwa perlakuan pemberian vermikompos belum berpengaruh nyata terhadap bobot 100 biji, varietas berbeda nyata terhadap bobot 100 biji dan interaksi antara perlakuan pemberian vermikompos dengan varietas belum berbeda nyata terhadap peubah bobot 100 biji.

(50)

Tabel 14. Pengaruh varietas dan pemberian vermikompos terhadap bobot 100

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%

Dari Tabel 14 dapat dilihat bahwa bobot 100 biji paling tinggi pada varietas Detam-1 (12.79 g) dan paling rendah pada Malika (9.78 g) yang berbeda tidak nyata terhadap varietas Merapi (9.86 g), Detam-2 (10.10 g) dan Cikuray (10.43 g).

Untuk mengetahui apakah bobot 100 biji hasil penelitian berbeda nyata atau tidak berbeda nyata dengan deskripsi maka dilakukan uji-t, dapat dilihat pada table 15.

Tabel 15. Uji t Bobot 100 Biji (g) antara hasil penelitian dengan deskripsi

Varietas

(51)

Heritabilitas

Nilai duga heritabilitas dari berbagai peubah pengamatan memiliki kriteria rendah sampai tinggi.

Nilai duga heritabilitas dari setiap peubah dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Nilai heritabilitas dari berbagai peubah

No Peubah Heritabilitas Kriteria

1 Umur panen 0.65 Tinggi

2 Bobot 100 biji 0.63 Tinggi

3 Jumlah cabang pada batang utama 0.30 Sedang

4 Jumlah bunga 0.30 Sedang

5 Jumlah polong terbentuk 0.29 Sedang

6 Tinggi tanaman 0.27 Sedang

7 Umur berbunga 0.26 Sedang

8 Bobot biji per-sampel 0.17 Rendah

9 Persentase polong hampa 0.06 Rendah

10 Produksi per-plot 0.04 Rendah

11 Persentase polong terbentuk 0.03 Rendah

Pembahasan

Pengaruh Varietas Terhadap Karakteristik Tanaman

(52)

bunga persampel, varietas Malikka berbeda nyata terhadap varietas Cikuray dan Detam-1 dan berbeda tidak nyata terhadap verietas Detam-2 dan Merapi. Untuk umur panen, varietas Cikuray berbeda nyata terhadap varietas Detam-1, Detam-2, Merapi dan Malikka. Pada peubah jumlah polong persampel, varietas Malikka berbeda nyata terhadap verietas Cikuray dan Detam-1 dan berbeda tidak nyata terhadap varietas Detam-2 dan Merapi. Untuk bobot biji per-sampel, varietas Merapi, Malikka, Detam-1 dan Detam-2 berbeda nyata terhadap varietas Cikuray. Pada peubah bobot 100 biji, varietas Detam-1 berbeda nyata terhadap varietas Detam-2, Cikuray, Merapi dan Malikka. Hal ini dapat kita lihat pada tabel rataan masing-masing peubah amatan. Adanya perbedaan penampilan fenotip dari kelima varietas yang diuji disebabkan oleh adanya perbedaan genotip dari masing-masing varietas serta adanya interaksi antara genotip dengan lingkungan sekitar yang mempengaruhi karakter vegetatif serta generatif dari masing-masing varietas. Hal ini sesuai dengan literatur Gani (2000) yang menyatakan besarnya produksi tanaman ditentukan oleh interaksi faktor genetis dengan lingkungan tumbuhnya seperti kesuburan tanah, ketersediaan air, dan pengelolaan tanaman. Potensi hasil varietas unggul dapat saja lebih tinggi atau lebih rendah pada lokasi tertentu dengan penggunaan masukan dan pengelolaan tertentu pula. Agar memperoleh hasil yang optimal di atas rata-rata dalam deskripsi maka perolehan varietas unggul harus sesuai.

(53)

adalah tanah masam dan kekurangan unsur hara yang mengakibatkan tanaman tidak dapat tumbuh dengan optimal. Hal ini berdasarkan hasil analisis tanah yang

menunjukkan pH 5.49 yang tergolong jenis tanah masam Hal ini berdasarkan literatur Deptan (2005) bahwa kriteria 4.6-5.5 termasuk tanah masam. Tanah masam dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur Damanik, dkk, (2010) yang menyatakan bahwa setiap tanaman memiliki tingkat adaptasi yang berbeda pada tanah masam. Beberapa tanaman mampu beradaptasi pada tanah ber-pH rendah tetapi sebagian besar tanaman akan tumbuh baik pada pH diatas 5.5. Terhambatnya pertumbuhan tanaman di tanah masam berkaitan erat dengan beberapa permasalahan kesuburan tanah yang ditemui antara lain; keracunan Al dan Mn, dan kekurangan unsur P, K, Ca, Mg dan Mo.

Dari hasil analisis statistik dapat kita ketahui bahwa varietas Merapi dan Malikka merupakan varietas yang dapat ditanam pada tanah masam. Hal ini dapat kita lihat pada peubah amatan jumlah cabang, jumlah bunga persampel, jumlah polong persampel, dan bobot biji persampel dimana varietas Merapi dan Malikka merupakan varietas yang lebih toleran dibandingkan dengan varietas Detam-1, Detam-2 dan Cikuray. Hal ini disebabkan varietas Detam-1, Detam-2 dan Cikuray yang kurang toleran ditanam pada tanah masam atau lingkungan yang tidak sesuai yang mengakibatkan faktor lingkungan lebih mempengaruhi karakteristik tanaman dibandingkan dengan faktor genotip. Hal ini sesuai dengan pernyataan Allard (2005) yang menyatakan bahwa gen-gen tidak dapat menyebabkan berkembangnya karakter terkecuali jika mereka berada pada lingkungan yang sesuai, dan

(54)

disadari bahwa keragaman yang diamati terhadap sifat-sifat yang terutama disebabkan

oleh perbedaan gen yang dibawa oleh individu yang berlainan dan terhadap variabilitas

didalam sifat yang lain, pertama-tama disebabkan oleh perbedaan lingkungan dimana

individu berada.

Pengaruh Vermikompos Terhadap Karakteristik Tanaman

Dari hasil analisis statistik dapat kita ketahui bahwa aplikasi vermikompos tidak berpengaruh nyata terhadap semua peubah amatan dikarenakan kandungan unsur hara yang rendah. Hal ini dapat kita lihat pada analisis tanah dan vermikompos dimana pada analisis tanah pH (H2O) (5.49), pH (KCl) (4.37), % N

(0.20), P-Bray (15.21) ppm, K-tukar (0.467) me/100, Ca-tukar (1.512) me/100, Mg-tukar (0.260) me/100 dan pada analisis vermikompos % N (0.18), P-Bray (14.73) ppm, K-tukar (0.640) me/100, Ca-tukar (2.130) me/100, Mg-tukar (0.437) me/100 yang hanya memenuhi sedikit kebutuhan unsur hara tanaman kedelai sedangkan tanah memiliki pH yang masam dan kekurangan unsur hara. Hal ini sesuai dengan pernyataan Setyorini, dkk (2006) yang menyatakan bahwa adapun kandungan hara vermikompos adalah sebagai berikut pH (6.5-6.75), C-organik (20,43-30.31%), N (1.8-2.05), P (1.32-1.93%), C/N (14-15:1), Ca (3.0-4.5%), Mg

(0.4-0.7%). Pada saat penelitian terjadi curah hujan yang tinggi yang mengakibatkan

(55)

anion sangat lemah diikat oleh partikel liat dan memiliki tingkat mobilitas tinggi (misalnya nitrat), sehingga hara ini mudah mengalami pencucian.

Interaksi Varietas dan Pemberian Vermikompos Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kedelai

Dari hasil analisis statistik dapat kita ketahui bahwa interaksi antara varietas dan aplikasi vermikompos berbeda tidak nyata terhadap semua peubah amatan. Hal ini disebabkan kondisi lingkungan seperti curah hujan yang mempengaruhi ketersediaan unsur hara didalam tanah. Dimana setelah aplikasi vermikompos curah hujan sangat tinggi sehingga terjadinya leaching yang mengakibatkan tidak tersedianya unsur hara karena telah terbawa oleh air. Hal ini sesuai dengan literatur Lehmann and Schroth, (2003) yang menyatakan bahwa pencucian hara (leaching) adalah pergerakan ke bawah dari nutrisi terlarut kedalam profil tanah yang dibawa oleh air resapan. Nutrisi yang tercuci dibawah zona perakaran vegetasi setidaknya untuk sementara hilang dari sistem, meskipun mereka mungkin didaur ulang jika akar tumbuh lebih dalam. Secara umum, transportasi air di bawah zona perakaran mensyaratkan bahwa kadar air tanah melebihi kapasitas lapangan dan keseimbangan air positif, yang berarti input air dengan curah hujan (dan irigasi) melebihi evapotranspirasi. Oleh karena itu, kehilangan unsur hara melalui pencucian umumnya lebih tinggi didaerah dengan iklim lembab daripada iklim kering.

Nilai Duga Heritabilitas

(56)

berbunga (0.26), jumlah bunga (0.30) dan jumlah polong terbentuk (0.29). Nilai heritabilitas rendah terdapat pada peubah amatan persentase polong hampa (0.06), persentase polong terbentuk (0.03), bobot biji sampel (0.17) dan produksi per-plot (0.04).

(57)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Perbedaan varietas kedelai hitam menunjukkan pertumbuhan karakter vegetatif dan generatif yang baik seperti pada tinggi tanaman, jumlah cabang pada batang utama, umur berbunga, jumlah bunga, umur panen, jumlah polong terbentuk, bobot biji per-sampel dan bobot 100 biji.

2. Aplikasi vermikompos belum menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap karakter vegetatif dan generatif pada tanaman kedelai hitam.

3. Interaksi antara varietas dengan aplikasi vermikompos belum memberikan pengaruh yang nyata terhadap produksi dan pertumbuhan.

4. Varietas Merapi dan Malikka menunjukkan respon yang baik terhadap tanah masam dibandingkan dengan varietas Detam-1, Detam-2 dan Cikuray.

Saran

(58)

DAFTAR PUSTAKA

Allard, R. W., 2005. Principles of Plant Breeding. Jhon Wiley and Sons, New York.

Babas, 2012. Realized heritabilitas. Diakses dari http://ba2s-breeder.blogspot.com pada tanggal 14 Maret 2012. http://www.bps.go.id/brs_file/aram_2jul12.pdf. diakses tanggal 5 Maret 2013.

Baharsjah, J.S., D. Suardi, dan I. Las, 1985, dalam Somaatmadja, S., M. Isumarno, M. Syam, S. O. Manurung, Yuswadi, 1985. Kedelai. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor.

Cahaya, A., dan D. A. Nugroho, 2008. Pembuatan Kompos Dengan Menggunakan Limbah Padat Organik (Sampah Sayuran dan Ampas Tebu). Universitas Diponegoro. Semarang.

Damanik, M.M., B.E. Hasibuan., Fauzi., Sarifuddin., dan H. Hanum, 2010. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. USU Press. Medan.

Darliah, I. Suprihatin, D. P. Devries, W. Handayati, T. Hermawati dan Sutater., 2001. Variabilitas Genetik, Heritabilitas dan Penampilan Fenotipik 18 Klon Mawar. Cipanas. Zuriat 3 No 11

Departemen Pertanian, 1990. Upaya Peningkatan Produksi Kedelai. Balai Informasi Pertanian Sumatera Utara, Medan.

Edwards, C.A. and E. F. Neuhauser. 1988. Earthworms in waste and environmental management. SPB Academic Publishing. The Hague, The Netherlands.

Elrod, S.L., dan W.D. Stansfield, 2002. Teori dan Soal-soal Genetika, Edisi keempat. Erlangga, Jakarta.

Gani, J. A., 2000. Kedelai Varietas Unggul Baru. Penerbit Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Mataram, Mataram

(59)

Hanum, C., 2009. Ekologi Tanaman. USU Press. Medan

Hidayat, O.O., 1985. dalam Somaatmadja, S., M. Ismunadji, Sumarno, M. Syam, S.O. Manurung dan Yuswadi, 1985. Morfologi Tanaman Kedelai. Balai Penelitian Tanaman Pangan, Bogor.

Lehmann, J., and G. Schroth, 2003. Trees, Crops, and Soil Fertility. CAB International, New York.

Mariska, I., E. Sjamsudin., D. Sopandie., S. Hutami., A. Husni., M. Kosmiatin., dan A. Vivi N., 2004. Peningkatan Ketahanan Tanaman Kedelai Terhadap Aluminium Melalui Kultur In-vitro. Jurnal Litbang Pertanian. Bogor. Marschner, H. 1995. Mineral nutrition of higher plants. Academic Press.

Nasir, M., 2002. Bioteknologi Molekuler Teknik Rekayasa Genetik Tanaman. Citra Aditya Bakti, Bandung.

Notohadiprawiro, T., 1983. Persoalan Tanah Masam dalam Pembangunan Pertanian di Indonesia. Buletin Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada.

Nurhayati, T. K., 2005. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Eska Media, Jakarta Poespadarsono, S., 1988. Dasar-dasar Ilmu Pemuliaan Tanaman. ITB. Bogor. Purseglove, J.W., 1987. Tropical Crops Dicotyledons. Longman Scientific &

Technical. New York (265-273).

Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH), 2007. Vrmikompos, peran dari cacing. PPLH Seloliman, Mojokerto.

Rubatzky, V. E., dan M. Yamaguchi, 1998. Sayuran Dunia 2 Prinsip Produksi dan Gizi. Jilid Kedua. Penterjemah Catur Herison. Penerbit ITB, Bandung. Salunkhe, D. K., S.S. Kadam, and J.K. Chavan., 1985. Postharvest Biotechnology

of Food Legumes. CRC Press. Florida (7-10).

Setyorini, D., Riah S. dan E. K. Anwar, 2006. Kompos; Pupuk Organik dan Pupuk Hayati Organic Fertilizer and Biofertilizer. Editor: Simanungkalit, R.D.M., Didi A. S., Rasti S.,Diah S., dan W. Hartatik. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jawa Barat.

Sharma, O. P., 1993. Plant Taxonomy. Tata McGraw Hill Poblishing Company Limited, New Delhi.

(60)

Steel, R.G.D. dan J.H. Torrie, 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Stansfield, W.D. 1991. Genetika. Erlangga, Jakarta.

Sudarmadji, R. Mardjono dan H. Sudarmono., 2007. Variasi Genetik, Heritabilitas dan Korelasi Genotipik Sfat-Sifat Penting Tanaman Wijen (Sesamun indicum L.). Balai Penelitian Tembakau dan Serat. Jurnal Litri Vol. 13 No. 3: 88-92 [14 Maret 2010].

Suharyanto, 2009. Vermikompos. Diakses dari :

http://suharyanto.files.wordpress.com/2009/11/jadi-vermikompos.pdfv. diakses tanggal 15 Maret 2012.

Sutanto, 2002. Suatu Sistem Produksi Pertanaman yang Berazaskan Daur Ulang Hara Secara Hayati. Diakses Dari :

http://diperta.jabarprov.go.id/assets/data/menu/12.2_PERTANIAN_ORGA NIK_.pdf pada tanggal 10 April 2012.

Tindall. H.D., 1983. Vegetabels In The Tropics. The macmillan Press. London Tri Mulat. 2003. Membuat dan Memanfaatkan Kascing : Pupuk Organik

Berkualitas. Agromedia Pustaka. Depok. Jakarta. 77 hlm.

Uransyah., Ir. MP., dan W. Madya, 2011. Manfaat Kedelai. Balai Besar Pelatihan Pertanian Binuang. Kalimantan Selatan

(61)

Lampiran 1. Deskripsi Varietas Varietas Detam-1

Dilepas tahun : 2008Nomor galur:9837/K-D-8-185

Asal : Seleksi persilangan galur introduksi 9837 dengan Kawi

Tipe tumbuh : Determinit

Kecerahan kulit biji : Mengkilap

(62)

Varietas Detam- 2

Nomor galur : 9837/W-D-5-211

Asal : Seleksi persilangan galur introduksi 9837dengan Wilis

(63)

Varietas Cikuray

Varietas : Cikuray

Tanggal Pelepasan : 616/kpts/Tp.240/11/92

Nomor galur : 630/1343-4-1

Asal : hasil seleksi keturunan persilangan kedelai NO. 630 dan

NO. 1343 (Orba)

Warna biji : Hitam mengkilat

Warna kulit polong : coklat tua

Warna hilium biji : putih

Tipe tumbuh : determinate, bentuk daun lebar

Umur berbunga : 35 hari

Ketahanan terhadap : Toleran terhadap penyakit karat daun

Keterangan : polong masak tidak mudah pecah, beradaptasi baik di dataran rendah, juga cocok di tanam didataran tinggi, cukup baik di tanam di musim hujan maupun musim kemarau

(64)

Varietas Merapi

Tahun Pelepasan : 1938

Nomor Induk : 520

Asal : Seleksi varietas lokal Jawa Timur

Hasil rata-rata : 1,0 ton/ha

Warna hipokotil : Hijau

Warna daun : Hijau

Warna bulu : Hijau

Warna Bunga : Putih

Warna polong tua : Coklat tua

Warna kulit biji : Hitam

Warna Hilium : Hitam

Tipe tumbuh : Determinit

Umur berbunga : ± 35 hari

Umur matang : ± 85 hari

Tinggi tanaman : ± 60 cm

Bobot 100 biji : ± 8 gr

Kadar protein : 41%

Kadar lemak : 7,5%

Sifat lain-lain : - Polong tua mudah Pecah

(65)

Varietas Malikka

Nama Calon Varietas : Mallika

Asal : Seleksi varietas lokal asal Bantul Tipe pertumbuhan : Indeterminet

Warna hipokotil : Ungu

- Hama : Toleran terhadap ulat jengkal maupun ulat grayak - Penyakit : -

Daerah sebaran : Beradaptasi baik pada daerah dataran rendah sampai tinggi baik di musim hujan maupun kemarau

Sifat-sifat lain : - Polong lebat, muncul dari nodia pertama - Polong masak tidak mudah pecah

(66)

Pengusul : Fakultas Pertanian, Universitas Gajah Mada

Lampiran 2. Karakteristik Pertumbuhan Tanaman Kedelai Fase Vegetatif dan Fase Generatif.

Tabel 16. Karakteristik Pertumbuhan Fase Vegetatif pada tanaman kedelai

Sandi Fase Fase Pertumbuhan Keterangan

Ve Kecambah Tanaman baru muncul di atas tanah

Vc Kotiledon Daun keping (kotiledon) terbuka dan dua

daun tunggal di atasnya juga mulai terbuka

V1 Buku kesatu

Daun tunggal pada buku pertama telah berkembang penuh, dan daun berangkai tiga pada buku di atasnya telah terbuka

V2 Buku kedua

Tabel 17. Karakteristik Pertumbuhan Fase Generatif pada tanaman kedelai

Sandi Fase Fase Pertumbuhan Keterangan

R1 Mulai berbunga Terdapat satu bunga mekar pada batang

(67)

penuh 2 cm atau lebih

R5 Polong mulai berisi Polong pada batang utama berisi biji dengan ukuran 2 mm x 1 mm

R6 Biji penuh

Polong pada batang utama berisi biji berwarna hijau atau biru yang telah memenuhi rongga polong (besar biji mencapai maksimum)

R7

Polong mulai kuning, coklat,

matang

Satu polong pada batang utama menunjukkan warna matang (berwarna abu-abu atau kehitaman)

R8 Polong matang

penuh

(68)
(69)

1 m

2 1 m 30 cm

15 cm

20 cm

20 cm 20 cm

Lampiran 4. Plot Percobaan

Jarak tanam = 20 cm x 30 cm Luas Lahan = 6 x 30.5 m

x x x x

x X X x

x X X x

x x x x

(70)

Lampiran 5. Jadwal Kegiatan Penelitian

No Kegiatan Minggu

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

1 Pembuatan Vermikompos X

(71)

Lampiran 6. Data Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) 2 MST

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

Lampiran 7. Sidik Ragam Tinggi Tanaman (cm) 2 MST

(72)

Lampiran 8. Data Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) 3 MST

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

Lampiran 9. Sidik Ragam Tinggi Tanaman (cm) 3 MST

(73)

Lampiran 10. Data Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) 4 MST

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

Lampiran 11. Sidik Ragam Tinggi Tanaman (cm) 4 MST

(74)

Lampiran 12. Data Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) 5 MST

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

Lampiran 13. Sidik Ragam Tinggi Tanaman (cm) 5 MST

(75)

Lampiran 14. Data Pengamatan Jumlah Cabang Pada Batang Utama (cabang)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

K0V1 2.75 1.75 0.75 5.25 1.75

K0V2 1.75 1.75 0.75 4.25 1.42

K0V3 2.00 1.75 0.25 4.00 1.33

K0V4 3.75 3.75 5.50 13.00 4.33

K0V5 2.00 2.75 2.50 7.25 2.42

K1V1 0.75 1.25 2.50 4.50 1.50

K1V2 1.75 0.75 1.75 4.25 1.42

K1V3 2.50 3.00 2.00 7.50 2.50

K1V4 4.00 3.75 4.25 12.00 4.00

K1V5 2.25 0.75 3.00 6.00 2.00

K2V1 3.25 1.00 1.50 5.75 1.92

K2V2 3.00 0.25 2.50 5.75 1.92

K2V3 1.75 4.25 3.00 9.00 3.00

K2V4 3.50 0.25 3.25 7.00 2.33

K2V5 2.50 3.00 2.25 7.75 2.58

K3V1 1.75 4.75 3.50 10.00 3.33

K3V2 1.00 1.75 1.00 3.75 1.25

K3V3 3.00 4.25 1.75 9.00 3.00

K3V4 2.50 3.25 5.50 11.25 3.75

K3V5 3.00 2.50 2.50 8.00 2.67

Total 48.75 46.50 50.00 145.25

Gambar

Tabel 1. Kandungan hara vermikompos
Tabel. 3. Model sidik ragam dengan nilai kuadrat tengah
Tabel 4. Pengaruh varietas dan pemberian vermikompos terhadap tinggi tanaman  5 MST (cm)
Tabel 5. Pengaruh varietas dan pemberian vermikompos terhadap jumlah cabang pada batang utama (cabang)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari data di atas, heritabilitas pada Varietas Wilis diketahui bahwa parameter yang memiliki kriteria nilai heritabilitas yang tinggi adalah tinggi tanaman, jumlah cabang, berat

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan varietas (V) dan konsentrasi pupuk organik cair NASA memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap jumlah polong total per

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah cabang produktif, jumlah polong per sampel, jumlah polong

Diduga ada beberapa varietas kedelai yang toleran terhadap cekaman aluminium dan memiliki keragaman vegetatif dan generatif yang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah cabang produktif, jumlah polong per sampel, jumlah polong berisi per

Hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan varietas dan perlakuan pengapuran dan pemberian belerang belum memberikan pengaruh

Jumlah Polong per Tanaman polong Tabel 3 menunjukkan rata-rata jumlah polong per tanaman 5 varietas kedelai yang diuji yaitu V2 Detap 1 memiliki polong terbanyak dan berbeda nyata

HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk hayati dan perlakuan beberapa varietas kedelai berbiji besar berpengaruh nyata sampai sangat