• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.1Hasil

Pengolahan dari data yang telah didapatkan di lapangan menghasilkan nilai persen tumbuh dan persen kesehatan tanaman seperti yang tersaji pada Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1 Nilai daya tumbuh tanaman

Data Plot ke- Rata-rata

I II III IV V

Persen tumbuh (%) 94,44 69,23 74,07 70,83 88,00 79,31

Persen kesehatan

tanaman (%) 64,71 77,77 75,00 58,82 81,82 71,62

Hasil perhitungan persen tumbuh dan persen kesehatan tanaman yang disajikan pada Tabel 1 menunjukkan bahwa plot I memiliki persen tumbuh tertinggi dari kelima plot yang diukur dengan besar persen tumbuh 94,44% dan plot II memiliki nilai persen tumbuh tanaman terendah, yaitu sebesar 69,23%. Nilai persen tumbuh tanaman didapatkan dengan membandingkan antara jumlah tanaman yang hidup dengan jumlah tanaman yang ditanam pada plot contoh sedangkan nilai persen kesehatan tanaman didapatkan dengan membandingkan antara jumlah tanaman yang tumbuh sehat dengan jumlah tanaman yang tumbuh pada plot contoh. Plot V merupakan plot dengan nilai persen kesehatan tanaman tertinggi dan plot IV merupakan plot dengan persen kesehatan terendah dengan nilai masing-masing sebesar 81,82% dan 58,82%.

Nilai rata-rata yang didapatkan untuk kedua parameter masih di bawah 80%, yaitu 79,31% untuk rata-rata persen tumbuh tanaman dan 71,62% untuk nilai rata-rata persen kesehatan tanaman. Diagram hasil perhitungan persen tumbuh dan persen kesehatan tanaman pada masing-masing plot ditunjukkan pada Gambar 2 dan 3 berikut ini.

Gambar 2 Nilai persentase tumbuh tanaman pada setiap plot contoh

Gambar 3 Nilai persentase kesehatan tanaman pada setiap plot contoh Pengambilan data selain menghitung jumlah tanaman, juga melakukan pengukuran diameter dan tinggi dari masing-masing tanaman pada setiap plot contoh. Hasil pengukuran rata-rata diameter dan tinggi tanaman menunjukkan bahwa plot V memiliki rata-rata diameter tanaman sehat tertinggi, yaitu sebesar 4,25 cm dan plot I memiliki rata-rata diameter tanaman sehat terendah, yaitu 2,75 cm. Rata-rata tinggi tanaman sehat tertinggi dan terendah masing-masing terdapat pada plot IV dan plot I dengan nilai sebesar 4,16 cm dan 2,35 cm. Hasil rata-rata diameter dan tinggi tanaman disajikan pada Tabel 2 di bawah ini.

94.44 69.23 74.07 70.83 88 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 1 2 3 4 5 P er sen tu m b u h ( %)

Nomor plot ke-

64.71 77.77 75 58.82 81.82 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 1 2 3 4 5 P er sen k eseh atan tan am an ( %)

Tabel 2 Data performa rata-rata diameter dan tinggi tanaman

Data Plot ke- Rata-rata

I II III IV V Rata-rata diameter (cm) Tanaman sehat 2,75 3,82 3,51 3,22 4,25 3,60 Tanaman tidak sehat 1,29 1,31 1,26 1,32 2,00 1,40 Rata-rata tinggi (m) Tanaman sehat 2,35 2,74 2,91 4,16 3,05 3,00 Tanaman tidak sehat 1,22 1,28 1,14 1,20 1,78 1,29

Nilai rata-rata diameter dan tinggi tanaman antara tanaman A. mangium

yang tumbuh sehat dan tidak sehat memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Diagram batang pada Gambar 4 dan 5 di bawah ini menunjukkan perbedaan antara rata-rata diameter dan tinggi tanaman A. mangium yang tumbuh sehat dan tidak sehat. Rata-rata diameter dan tinggi tanaman yang tumbuh sehat dan tidak sehat memiliki selisih nilai hingga 50%.

Gambar 4 Nilai rata-rata diameter tanaman A. mangium pada setiap plot contoh

2.75 3.82 3.51 3.22 4.25 1.29 1.31 1.26 1.32 2.00 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 1 2 3 4 5 R ata -r ata d iam eter ( cm )

Nomor plot ke-

Tanaman sehat

Tanaman tidak sehat

Gambar 5 Nilai rata-rata tinggi tanaman A. mangium pada setiap plot contoh Selain keempat parameter di atas, juga dilakukan analisis sampel tanah pada areal Blok Q3 East elevasi 60. Hasil analisis pH tanah menunjukkan bahwa pH tanah di Blok Q3 East elevasi 60 tergolong sangat masam. Kriteria tanah yang digolongkan sangat masam berdasarkan kriteria sifat kimia tanah yaitu tanah dengan nilai pH di bawah 4,5. Nilai pH tanah pada titik Q3A di kedalaman 0–30 cm dan 30–60 cm yaitu 2,4 dan 3,5, sedangkan pada titik Q3B yaitu 3,6 untuk kedalaman 0–30 cm dan 2,7 untuk kedalaman 30–60 cm.

Tekstur tanah ditunjukkan oleh kandungan pasir, debu, dan liat pada tanah. Hasil analisis tektur tanah menunjukkan tanah pada lokasi penelitian bertekstur lempung berliat. Berikut hasil analisis tekstur tanah yang disajikan pada Tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3 Hasil analisis tekstur tanah

Sifat tanah Hasil analisis

A B C D Clay (%) 37 35 38 32 Silt (%) 40 35 34 36 Sand (%) 23 30 28 32 Tekstur Lempung berliat Lempung berliat Lempung berliat Lempung berliat

A: kedalaman 0-30 cm di titik Q3A, B: kedalaman 30-60 cm di titik Q3A, C: kedalaman 0-30 cm di titik Q3B,

D: kedalaman 30-60 cm di titik Q3B

Karakteristik sifat tanah yang dilakukan analisis selain nilai pH dan tekstur tanah, juga dilakukan analisis terhadap sifat kimia tanah lainnya seperti KTK,

2.35 2.74 2.91 4.16 3.05 1.22 1.28 1.14 1.20 1.78 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 1 2 3 4 5 R ata -r ata tin g g i (m )

Nomor plot ke-

Tanaman sehat

Tanaman tidak sehat

kejenuhan Al, dan kandungan beberapa unsur hara pada tanah. Hasil analisis sifat kimia tanah lainnya disajikan pada Tabel 4 di bawah ini.

Tabel 4 Hasil analisis sifat kimia tanah

Sifat tanah Hasil analisis

A B C D KTK (meq/100 g) 14 (rendah) 13 (rendah) 13 (rendah) 12 (rendah) Kejenuhan Al (%) 74 (sangat tinggi) 48 (tinggi) 15 (rendah) 58 (tinggi) Nitrogen (N) (%) 0,14 (rendah) 0,11 (rendah) 0,06 (sangat rendah) 0,09 (sangat rendah) Fosfor (P) (ppm) 9 (sangat rendah) 8 (sangat rendah) 24 (sedang) 20 (sedang) Kalsium (Ca) (meq/100 g) 1,48 (sangat rendah) 2,90 (rendah) 3,49 (rendah) 2,48 (rendah) Magnesium (Mg) (meq/100 g) 3,30 (tinggi) 5,22 (tinggi) 6,13 (tinggi) 3,46 (tinggi)

A: kedalaman 0-30 cm di titik Q3A, B: kedalaman 30-60 cm di titik Q3A, C: kedalaman 0-30 cm di titik Q3B,

D: kedalaman 30-60 cm di titik Q3B

Tabel 4 menunjukkan hasil analisis sampel tanah Blok Q3 East elevasi 60 terhadap nilai KTK tanah, kejenuhan Al, dan kandungan fosfor (P), nitrogen (N), kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) pada tanah. Nilai KTK tanah yang terdapat pada Tabel 4 tergolong rendah bila dibandingkan dengan kriteria sifat kimia tanah dengan kisaran nilai antara 5-16 meq/100 g di kedua titik pengambilan sampel tanah. Kejenuhan Al menunjukkan nilai rendah–sangat tinggi dengan nilai hingga di atas 60%. Tingginya kejenuhan Al pada tanah menunjukkan bahwa tanah telah terkontaminasi Al.

Kandungan N pada tanah juga tergolong rendah–sangat rendah dengan kisaran nilai hingga di bawah 0,1%. Fosfor yang tersedia dalam tanah tergolong sedang–sangat rendah dengan kisaran nilai kurang dari 10 ppm. Dua kondisi tersebut sangat menunjukkan bahwa telah terjadi kekahatan N dan P pada tanaman.

Unsur hara lain selain unsur hara primer yang dibutuhkan tanaman juga terdapat unsur hara sekunder yang juga sangat dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang cukup banyak, yaitu di antaranya unsur kalsium (Ca) dan magnesium (Mg). Kandungan Ca dalam tanah berdasarkan hasil analisis menunjukkan nilai rendah– sangat rendah dengan nilai hingga kurang dari 2 meq/100 g, sedangkan unsur Mg pada tanah tergolong tinggi dengan nilai di antara 2,1–8,0 meq/100 g. Hasil analisis dari kedua unsur tersebut menunjukkan bahwa telah terjadi kekahatan

unsur Ca terhadap tanaman. Kandungan Ca pada tanah yang normal seharusnya lebih besar bila dibandingkan dengan Mg (Setiadi 2012). Hasil analisis menunjukkan bahwa telah terjadi ketidakseimbangan jumlah Ca dan Mg pada tanah.

5.2Pembahasan

5.2.1 Persentase tumbuh tanaman

Nilai persentase tumbuh tanaman sangat dipengaruhi oleh jumlah tanaman yang hidup di setiap plot contoh yang diukur. Rata-rata persen tumbuh tanaman pada Blok Q3 East yang didapatkan mendekati 80%, yaitu sebesar 79,31%. Sesuai dengan Permenhut Nomor 60 Tahun 2009, kegiatan revegetasi pada lokasi pengamatan dinilai belum berhasil. Nilai persen tumbuh tanaman menunjukkan kemampuan adaptasi tanaman terhadap lokasi tempat tumbuh. Dapat dikatakan bahwa kemampuan adaptasi tanaman A. mangium terhadap lokasi tumbuh belum berjalan dengan baik dilihat dari nilai rata-rata persen tumbuh di lokasi penelitian.

Plot contoh dengan nilai persen tumbuh terendah yaitu plot II dengan nilai persen tumbuh sebesar 69,23%. Hal ini dapat terjadi karena pada plot II terdapat banyak tanaman yang mengalami kematian. Pengamatan yang dilakukan di lapangan memperlihatkan banyaknya sisa ajir tanaman dan batang tanaman A. mangium yang telah mati.

Gambar 6 Sisa ajir tanaman A. mangium yang mengalami kematian (a) dan sisa batang tanaman mati (b)

Salah satu faktor penyebab dari kematian tanaman A. mangium yang tampak di lapangan yaitu karena adanya bentukan aliran dan bekas genangan air

di luar saluran drainase yang telah dibuat. Aliran atau genangan air dapat terbentuk pada tanah yang mengalami pemadatan. Perkembangan akar menjadi terganggu akibat buruknya sistem tata air (water infiltration and percolation) dan peredaran udara (aerasi) yang disebabkan oleh kondisi tanah yang kompak. Akar tidak dapat berkembang dengan sempurna dan fungsinya sebagai alat absorpsi unsur hara akan terganggu, akibatnya tanaman tidak dapat berkembang dengan normal bahkan mengalami kematian. Meskipun tanaman A. mangium merupakan tanaman yang dapat tubuh pada tanah yang miskin hara dan memiliki pH yang rendah, namun tanaman ini tidak toleran terhadap genangan air.

Gambar 7 Aliran air yang terdapat pada lokasi tumbuh tanaman di luar saluran drainase yang telah dibuat

Nilai rata-rata persen tumbuh tanaman pada lokasi penelitian yaitu sebesar 79,31%. Nilai ini menunjukkan bahwa jika dilihat dari daya tumbuh tanaman, maka status keberhasilan revegetasi di lokasi penelitian tergolong belum berhasil sebagaimana yang tercantum dalam Permenhut Nomor 60 Tahun 2009 yang menyatakan bahwa status keberhasilan revegetasi akan dikatakan berhasil apabila nilai persen tumbuh tanaman lebih dari 80%. Salah satu kegiatan perbaikan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan persen tumbuh tanaman adalah dengan cara menyulam tanaman yang mengalami kematian.

5.2.2 Persen kesehatan tanaman

Besarnya nilai persentase kesehatan tanaman dipengaruhi oleh jumlah tanaman yang dapat tumbuh dengan sehat dari total jumlah tanaman yang hidup dalam plot contoh yang dinilai. Sama halnya dengan nilai persen tumbuh tanaman,

status keberhasilan revegetasi dilihat dari rata-rata persen kesehatan tanaman juga harus di atas 80% untuk dikatakan berhasil. Nilai rata-rata persen kesehatan tanaman di Blok Q3 East juga hampir mendekati standar keberhasilan revegetasi, yaitu sebesar 71,62%. Nilai tersebut menunjukkan bahwa status keberhasilan revegetasi Blok Q3 East dilihat dari performa tanamannya masih dikatakan belum berhasil.

Tanaman yang mampu hidup pada lokasi tanam belum tentu memiliki kondisi kesehatan yang baik. Kondisi ini banyak dialami oleh tanaman pada semua plot pengamatan terutama pada plot I dan IV. Plot I memiliki nilai persentase tumbuh yang paling besar dari kelima plot contoh, namun dari seluruh tanaman yang hidup dalam plot tersebut sebagian besar tanaman tergolong tidak sehat atau mengalami stagnasi pertumbuhan. Hal ini didukung oleh nilai persentase kesehatan tanaman plot I sebesar 64,71%. Begitu pula yang terjadi pada tanaman di plot IV yang merupakan plot contoh dengan nilai persentase kesehatan terendah dari kelima plot contoh yang diamati. Nilai persentase kesehatan tanaman pada plot IV yaitu sebesar 58,82%. Kondisi yang tampak di lapangan menunjukkan pada plot IV terjadi retakan pada tanah atau erosi yang dapat menyebabkan perkembangan akar tanaman menjadi terganggu.

Keberadaan tanaman stagnan pada setiap plot contoh juga dapat diakibatkan oleh karakteristik tanah yang kurang cocok bagi pertumbuhan tanaman A. mangium. Tanaman A. mangium tidak memiliki persyaratan tumbuh yang tinggi, dapat tumbuh pada lahan miskin hara dan tidak subur serta dapat tumbuh pada tanah yang memiliki pH rendah sampai dengan 4,2. Jika dilihat dari hasil analisis tanah Blok Q3 East pada Tabel 3, nilai pH tanah pada blok tersebut tergolong sangat masam dengan nilai pH 2,4–3,6.

5.2.3 Performa tanaman kaitannya dengan sifat fisik dan kimia tanah

Gambar 4 dan 5 menunjukkan rata-rata diameter dan tinggi tanaman A. mangium dengan kondisi sehat dan tidak sehat. Terdapat perbedaan yang cukup signifikan pada masing-masing parameter. Rata-rata diameter dan tinggi tanaman yang tidak sehat memiliki selisih 50% lebih rendah bahkan lebih jika dibandingkan dengan tanaman yang sehat. Kondisi tanaman dengan diameter kecil dapat disebabkan oleh pemadatan tanah. Setiadi (2012) menyatakan bahwa

tanah padat dapat terjadi karena kandungan liat dan debu lebih dari 60%. Hal ini seringkali menyebabkan genangan air, buruknya aerasi, dan kematian tanaman, karena akar membusuk.

Hasil analisis tanah di Blok Q3 East menunjukkan kandungan debu dan liat yang lebih dari 60%. Keadaan ini selain mengakibatkan terjadinya genangan saat hujan juga menghambat perkembangan akar. Akar menjadi sulit menembus ke dalam tanah pada tanah yang kompak dan menjadi sulit mengambil air dan unsur hara yang dibutuhkan tanaman.

Sifat kemasaman tanah (pH tanah) juga menjadi penyebab munculnya tanaman stagnan selain faktor pemadatan tanah. Nilai pH tanah pada Blok Q3 East tergolong sangat masam dengan nilai pH 2,4–3,6. Ada beberapa permasalahan penting terkait dengan ketersediaan unsur-unsur hara di dalam tanah yang muncul akibat tingginya tingkat kemasaman pada tanah, di antaranya adalah keracunan Al, kekahatan fosfor (P) dan nitrogen (N) serta kekahatan kation basa seperti kalsium (Ca) dan magnesium (Mg).

Kondisi pH tanah yang sangat masam pada Blok Q3 East menyebabkan terjadinya kejenuhan Al di atas 60%. Tingginya nilai kejenuhan Al tersebut menimbulkan keracunan pada tanaman. Kennedy (1992) dalam Munawar A (2011) menyatakan bahwa keracunan Al merupakan faktor pembatas pertumbuhan tanaman pada tanah-tanah masam. Gejala keracunan tanaman oleh Al antara lain ujung akar membengkak, akar kerdil dan keropos, jumlah akar rambut sedikit, serta serapan hara dan air terhambat. Setiadi (2012) menyatakan bahwa kandungan Al tanah di atas 3 meq/100 g atau kejenuhan Al di atas 60% dapat menyebabkan akar yang keriting (root curling).

Kondisi tanah yang masam selain menimbulkan keracunan Al juga menyebabkan kekahatan beberapa unsur hara. Kekahatan adalah kondisi dimana tanaman mengalami kekurangan pasokan hara (Munawar 2011). Telah terjadi kekahatan unsur P pada lokasi penelitian dengan nilai kandungan P yang tergolong sedang–sangat rendah. Salah satu penyebab terjadinya kekahatan P pada tanah yaitu telah terjadinya fiksasi P. Secara prinsip, fiksasi merupakan perubahan bentuk P dari P larut di dalam larutan tanah menjadi P yang diikat oleh

partikel tanah, sehingga menjadi bentuk yang kurang larut dan tidak mudah tersedia bagi tanaman (Munawar 2011).

Fosfor paling banyak tersedia pada rentang pH antara 5,5 dan 6,5 (Prasad dan Power 1997 dalam Munawar 2011). Fiksasi P terjadi pada tanah-tanah masam dimana fosfat akan bereaksi dengan Al membentuk senyawa Al-fosfat yang relatif kurang larut, sehingga tidak dapat diserap oleh tanaman. Tingginya kandungan Al pada tanah di Blok Q3 East sangat memungkinkan terjadinya fiksasi P sehingga tanaman menjadi kekurangan unsur P.

Fosfor merupakan unsur hara primer yang dibutuhkan oleh tanaman. Fungsi yang paling penting adalah keterlibatannya dalam penyimpanan dan transfer energi di dalam tanaman (Harvin et al. 2005 dalam Munawar 2011). Kekahatan P akan mengahambat proses-proses seperti pembelahan sel, pengembangan sel, respirasi dan fotosintesis. Tanaman yang kekurangan P akan menunjukkan gejala seperti pertumbuhan terhambat (kerdil) dan daun-daun menjadi ungu atau coklat dimulai dari ujung daun. Gejala kekurangan P akan tampak jelas pada tanaman yang masih muda.

Unsur hara primer yang juga dibutuhkan tanaman adalah nitrogen (N). Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa kandungan N pada tanah tergolong rendah–sangat rendah. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi kekahatan unsur N. Nitrogen merupakan unsur bagian dari klorofil yang sangat berperan dalam fotosintesis. Nitrogen membantu pertumbuhan tanaman, peningkatan produksi biji dan buah, dan meningkatkan kualitas daun dan pakan ternak (Munawar 2011). Tanaman yang tumbuh pada tanah yang cukup N akan berwarna lebih hijau, sedangkan pada kondisi kekurangan N, tanaman akan menunjukkan gejala kerdil, pertumbuhan akar yang terbatas dan warna daun yang kuning dan gugur yang biasanya ditunjukkan pertama kali oleh daun-daun tua. Berikut adalah contoh penampakan tanaman yang kekurangan unsur P dan N pada lokasi penelitian.

Gambar 8 Gejala tanaman yang mengalami kekahatan fosfor (P) dan nitrogen (N) Hasil analisis tanah pada Tabel 4 juga menunjukkan terjadinya kekahatan kalsium (Ca) pada tanah. Nilai Ca pada tanah tergolong rendah–sangat rendah hingga mencapai nilai di bawah 2 meq/100 g. Kalsium merupakan salah satu unsur hara sekunder yang berfungsi sebagai penyusun dinding sel tanaman, berperan dalam pembelahan sel dan untuk tumbuh. Tanaman yang kekurangan Ca akan menunjukkan gejala seperti tunas dan akar yang tidak dapat tumbuh dengan baik (tidak berkembang) karena pembelahan sel terhambat.

Terjadi ketidakseimbangan antara ketersediaan Ca dan Mg pada tanah dari hasil analisis tanah yang didapatkan. Kandungan Mg pada tanah di lokasi penelitian tergolong tinggi. Setiadi (2012) menyatakan bahwa pada lahan yang normal biasanya rasio Ca lebih tinggi dari Mg. Keadaan rasio Mg yang lebih besar daripada Ca menyebabkan molekul Mg akan lebih dulu diserap oleh tanaman. Penyerapan Mg dalam jumlah yang banyak oleh tanaman akan mengakibatkan tertutupnya titik masuk molekul Ca pada akar. Berkurangnya penyerapan Ca oleh akar tanaman menyebabkan pertumbuhan apikal dominan pada tanaman juga akan terhambat sehingga tanaman akan mengalami stagnasi. Berikut penampakan gejala kekurangan Ca pada tanaman di lokasi penelitian.

Gambar 9 Gejala tanaman stagnan akibat kekurangan unsur Ca (a) dan penampakan apikal tanaman yang tidak berkembang (b)

Kandungan pirit pada tanah di Blok Q3 East di atas ambang batas terjadinya keracunan pirit yaitu di atas 1,4%. Nilai kandungan pirit di lokasi penelitian berkisar antara 1,80% sampai 2,13%. Mineral pirit memang banyak dijumpai pada tambang batubara. Apabila bahan berpirit terbuka ke udara dan air, mineral pirit ini akan teroksidasi menghasilkan asam sulfat, sehingga menyebabkan kemasaman yang sangat tinggi pada air drainase dan tanah pasca tambang. Keadaan inilah yang dikenal dengan air asam tambang. Tingginya tingkat kemasaman pada tanah akan meningkatkan kelarutan logam-logam yang nantinya akan berpotensi sebagai racun bagi tanaman. Keberadaan pirit yang tinggi pada tanah dapat menyebabkan tanaman tumbuh kerdil. Hal ini yang diduga menjadi penyebab banyaknya tanaman kerdil di Blok Q3 East dengan rata-rata tinggi yang jauh berbeda dengan tanaman disekitarnya yang sehat.

Faktor lain yang menjadi penyebab munculnya tanaman stagnan selain sifat fisik dan kimia tanah, yaitu keberadaan gulma yang melilit batang utama tanaman. Kondisi ini terjadi pada beberapa tanaman di Blok Q3 East seperti pada gambar di bawah ini.

Gambar 10 Tanaman A. mangium yang mengalami gangguan pertumbuhan akibat gulma

Lilitan gulma pada batang utama tanaman A. mangium menghambat pertumbuhan tanaman inang. Tipe interaksi yang terjadi antara tanaman A. mangium dengan gulma termasuk ke dalam tipe parasitisme. Tanaman A. mangium menjadi dirugikan karena terjadinya pengambilan makanan oleh gulma. Organisme yang disebut parasit pada asosisasi parasitisme sesungguhnya tidak bermaksud membunuh inangnya. Meskipun demikian, lambat laun inang akan mati karena organisme parasit selalu memanfaatkan sumber pakan yang berasal dari tubuh inangnya (Indriyanto 2008).

5.2.4 Rekomendasi Perbaikan Lahan dan Tanaman

Pembahasan di atas menunjukkan bahwa penyebab utama ketidakberhasilan revegetasi di Blok Q3 East elevasi 60 Site Lati PT Berau Coal, yaitu sifat tanah yang tidak mendukung bagi pertumbuhan tanaman A. mangium. Tanaman A. mangium meskipun termasuk ke dalam jenis tanaman yang dapat tumbuh pada areal yang miskin hara atau bersifat masam, namun pada kondisi yang ekstrim, tanaman A. mangium tidak dapat tumbuh dengan optimal.

Kondisi lahan yang ekstrim seharusnya diperbaiki dengan melakukan perombakan tanah di Blok Q3 East. Tanah yang baru harus dianalisis sifat fisik dan kimia tanahnya untuk mengetahui apabila tanah tersebut perlu dilakukan

pembenahan tanah, namun kegiatan perombakan tersebut akan membutuhkan dana yang tidak sedikit. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan pembenahan tanah yang diikuti dengan penyulaman tanaman stagnan dan tanaman yang mengalami kematian. Penyulaman dilakukan dengan menggunakan tanaman yang tahan terhadap kondisi tanah yang masam dan memiliki kandungan Al yang tinggi, misalnya tembesu (Fragraea fragrans) dan harendong (Melastoma malabathricum) (Setiadi 2012).

Kemasaman tanah pada lahan pasca tambang biasanya disebabkan oleh tidak cukupnya material NAF (Non Acid Forming) untuk menutupi material PAF (Potentially Acid Forming). Pemisahan terhadap material NAF dan PAF yang dilakukan dengan baik akan mengurangi kemungkinan munculnya kontaminasi asam pada tanah. Pengawasan terhadap kontraktor yang melakukan penataan lahan juga harus dilakukan agar lahan yang dijadikan lokasi penanaman sesuai dengan syarat tempat tumbuh tanaman.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1Kesimpulan

a. Status keberhasilan revegetasi tanaman Acacia mangium pada Blok Q3 East elevasi 60 Site Lati PT Berau Coal dikatakan belum berhasil dilihat dari rata- rata persentase tumbuh dan persentase kesehatan tanaman yang memiliki nilai di bawah 80%. Nilai rata-rata persentase tumbuh dan persentase kesehatan tanaman di Blok Q3 East elevasi 60 Site Lati PT Berau Coal masing-masing sebesar 79,31% dan 71,62%.

b. Penyebab utama dari ketidakberhasilan revegetasi di Blok Q3 East elevasi 60 Site Lati PT Berau Coal, yaitu sifat fisik dan kimia tanah yang tidak mendukung bagi pertumbuhan tanaman. Kondisi tekstur tanah di lokasi penelitian mengalami kekompakan sehingga mengganggu pertumbuhan akar tanaman. Sifat kimia tanah yang menjadi penyebab ketidakberhasilan revegetasi di lokasi penelitian, antara lain nilai pH tanah yang tergolong sangat masam, rendahnya nilai KTK tanah, tingginya kejenuhan Al tanah, dan kekahatan beberapa unsur tanah yang dibutuhkan tanaman. Gangguan gulma juga dapat menjadi penyebab ketidaknormalan pertumbuhan Acacia mangium

di lokasi penelitian.

c. Kerusakan tanah yang terjadi pada lokasi penelitian dapat diperbaiki dengan pembenahan tanah. Tanaman yang mengalami stagnasi pertumbuhan dapat diatasi dengan cara penyulaman menggunakan tanaman yang tahan terhadap tanah masam dan kandungan Al yang tinggi.

6.2Saran

Rekomendasi yang dapat diberikan terkait hasil penelitian yang telah dilakukan, antara lain sebagai berikut :

1. Melakukan pemisahan material NAF (Non Acid Forming) dan PAF (Potentially Acid Forming) secara jelas agar tidak terjadi kontaminasi asam serta memastikan bahan penutup berupa NAF tersedia dalam jumlah yang lebih banyak daripada material PAF. Pengawasan terhadap kontraktor yang

melakukan penataan lahan juga perlu dilakukan agar areal revegetasi telah sesuai dengan syarat tempat tumbuh tanaman.

2. Melakukan analisis tanah terhadap lahan revegetasi sebelum penanaman agar dapat diketahui pembenah tanah (soil amendment) yang dibutuhkan sehingga

Dokumen terkait