Gambaran Umum Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) di Daerah Penelitian
Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai) sangat berpotensi untuk berswasembada pangan. Hal ini dapat dilihat dari luas lahan pertanian di daerah ini cukup memadai. Kabupaten Serdang Bedagai memiliki areal pertanian seluas 41.981 hektar (sawah beririgasi 35.546 hektar dan tidak beririgasi 6.453 hektar), merupakan daerah penghasil beras terbesar keempat di Provinsi Sumatera Utara setelah Kabupaten Simalungun, Langkat dan Deli Serdang.
Potensi Sergai untuk pengembangan sektor pertanian cukup besar yang didukung agroklimat, topografi dan jumlah penduduk yang bermata pencahariannya kurang lebih 60 persen berusaha di bidang pertanian (agribisnis).
Untuk itu perlu sumberdaya manusia penyuluh yang berkualitas agar dapat merubah dan meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap petani sehingga tahu, mau dan mampu menggali potensi pertanian yang ada.
Pendekatan penyelenggaraan penyuluhan pertanian di Kabupaten Serdang Bedagai sesuai dengan pendekatan pembangunan pertanian yaitu agribisnis yang berorientasi pada ketahanan pangan yang terpadu dan berkelanjutan serta pendekatan berbasis sumberdaya pertanian yang diselaraskan dengan aspirasi dan dukungan kegiatan petani dan kontak tani serta memperhatikan sumberdaya daerah, sumberdaya manusia dan agroekosistem.
Program P2T3 mempunyai 7 komponen inovasi yaitu : pengolahan tanah, pemilihan benih, penanaman, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, panen, dan pasca panen. Dimana dari keseluruhan komponen inovasi petani
diharapkan tahu, mau dan mampu menerapkannya sesuai dengan anjuran yang diberikan PPL. Untuk itu PPL juga dituntut agar mampu menghimbau dan mensosialisasikan inovasi P2T3 dengan baik dan tepat sehingga petani mau menerapkan inovasi tersebut. Setelah inovasi P2T3 yang dianjurkan PPL diterapkan petani maka diharapkan tujuan program penyuluhan (target) dapat tercapai yaitu peningkatan produksi, peningkatan produktivitas, pengetahuan petani bertambah, penurunan hama dan penyakit serta terkoordinirnya tanaman.
Walaupun program penyuluhan pertanian tersebut telah disusun, namun dalam pelaksanaanya tidak semua program berhasil dilaksanakan, karena kondisi alam, kurangnya modal petani, PPL yang belum kompak dengan petani juga disebabkan petani kurang berpartipasi dalam kegiatan tersebut. Bahkan ada sebagian petani yang beranggapan bahwa tidak ada kerja nyata dari penyuluh pertanian lapangan (PPL) serta masih ada petani yang belum menyadari adanya kegiatan penyuluhan pertanian di desa mereka.
Adapun bentuk pola tanam yang diterapkan di Desa Sei Belutu yaitu sistem pergiliran tanaman (crop rotation), dimana jenis tanaman kedua (semangka) langsung ditanam setelah tanaman pertama (padi) selesai dipanen yang lahannya telah diistirahatkan selama beberapa minggu, demikian seterusnya hingga diusahakan agar lahan tidak pernah kosong, dengan Indeks Pertanaman (IP) 3 yaitu bahwa dalam jangka waktu satu tahun lahan diusahakan sebanyak 3 kali untuk memperoleh produksi. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2 berikut :
Apr Mei Jun Jul Agus Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar
Padi Padi
Semangka
IP Lahan Sawah = IP 3
Gambar 2 : Pola Tanam dan Tertib Tanam di Desa Sei Belutu, Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai Musim Tanam 2009/2010 Sebenarnya Penyuluhan Pertanian P2T3 di Desa Sei Belutu, Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai sudah lama ada tetapi instruksi pihak pemerintah tersebut tidak secara langsung disampaikan kepada petani melalui perantara PPL, tetapi biasanya PPL menjumpai kepala desa dan memberikan anjuran jadwal tanam/tertib tanam yang harus dilakukan oleh petani yang ada di daerah tersebut setelah itu kepala desa menyampaikan tertib tanam yang harus dilakukan di desa tersebut melalui warta jemaat di setiap gereja yang ada di desa Sei Belutu melalui perantara majelis gereja.
Namun pada tahun 2007 program tersebut mulai disosialisasikan dengan serius kepada petani yaitu PPL menjumpai langsung setiap petani yang mereka temui dan biasanya di warung yang dianggap banyak petani beristirahat. Dengan seriusnya PPL dalam mensosialisasikan P2T3 banyak perubahan yang diperoleh dari segi teknis. Pertama tama petani ragu menerapkan anjuran yang diberikan PPL tetapi dengan keseriusan dan kerja keras PPL mampu meyakinkan petani untuk melaksanakan anjuran. Namun setelah petani mau menerapkannya mereka
merasa dengan adanya program tersebut produksi padi mereka menjadi meningkat serta populasi hama dan penyakit semakin berkurang.
Untuk melihat pelaksanaan program penyuluhan pertanian P2T3 selama 3 tahun terakhir di Desa Sei Belutu dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Pelaksanaan Inovasi Program Penyuluhan Pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3).
N0. Inovasi Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3
Persentase Petani Yang Melaksanakan Anjuran Program Penyuluhan Pertanian P2T3 (%) Pertambahan (%) 2007 2008 2009 Rataan 1 2 3 4 5 6 7 Pengolahan Tanah Pemilihan Benih Penanaman Pemupukan Pengendalian Hama dan Penyakit Panen Pasca Panen 80 50 50 50 66,67 90 80 90 70 53,33 50 70 93,33 83,33 90 70 56,67 56,67 70 96,67 83,33 5 10 3,33 3.33 1.66 3,33 1,66
Sumber : PPL Desa Sei Belutu
Dari Tabel 14 diketahui bahwa Pelaksanaan Inovasi Program Penyuluhan Pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) pada tahun 2007-2009 mengalami pertambahan. Untuk pengolahan tanah dari 80% menjadi 90%, pemilihan benih dari 50% menjadi 70%, penanaman dari 50% menjadi 56,67%, pemupukan dari 50% menjadi 56,67%, pengendalian hama dan penyakit dari 66,67% menjadi 70%, panen dari 90% menjadi 96,67% dan pasca panen dari 80% menjadi 83,33%.
Keberhasilan Program Penyuluhan Pertanian P2T3
Keberhasilan program penyuluhan pertanian dapat diketahui dari petani bersedia melaksanakan anjuran yang diberikan PPL dan tercapainya target yang telah ditetapkan setelah menerapkan anjuran yaitu peningkatan produksi, peningkatan produktivitas, pengetahuan petani bertambah, penurunan hama dan penyakit serta terkoordinirnya tanaman.
Suatu inovasi yang dianjurkan PPL dalam Program Penyuluhan Pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) adalah sebagai berikut :
1. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah yang dianjurkan oleh PPL di Desa Sei Belutu yaitu pengolahan dilakukan 3 minggu-1 bulan sebelum tanam, dengan menggunakan traktor tangan, kedalaman 20-30 cm sampai terbentuk struktur lumpur, permukaan tanah diratakan untuk mempermudah mengontrol dan mengendalikan air.
Sebagian besar petani padi sawah di Desa Sei Belutu menerapkan anjuran yang diberikan PPL mengenai pengolahan tanah pada program P2T3, hal ini dikarenakan anjuran yang diberikan mempunyai persamaan atau sesuai kebiasaan petani dalam pengolahan tanah jadi mereka tidak mempunyai kesulitan dalam melaksanakannya. Dari data yang dikumpulkan maka diperoleh hasil bahwa keberhasilan petani dalam melaksanakan pengolahan tanah sesuai dengan anjuran adalah 90% (27 kk), sedangkan petani yang melakukan pengolahan tanah tidak sesuai anjuran adalah 10% (3 kk). Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Jumlah dan Persentase Petani yang Melaksanakan Pengolahan Tanah Sesuai dengan Anjuran.
Uraian Tidak Sesuai
Anjuran Sesuai Anjuran Total Jumlah (kk) Persentase (%) 3 10 27 90 30 100
Sumber : Diolah dari Lampiran 2
2. Pemilihan Benih
Dalam pemilihan benih, anjuran yang diberikan oleh PPL yaitu petani harus menggunakan benih unggul yang bersertifikat serta menggunakan satu jenis benih pada satu lahan yang diusahakan
Pemilihan benih yang diterapkan oleh petani padi sawah di daerah penelitian pada umumnya menggunakan benih unggul bersertifikat yang diberikan pihak pemerintah kepada para petani tetapi ada juga petani yang menggunakan benih sendiri yang dihasilkan dari hasil panen sebelumnya.
Dari data yang dikumpulkan diperoleh hasil bahwa petani yang menggunakan benih sesuai dengan anjuran yaitu 70% (21 kk) dan yang menggunakan benih tidak sesuai anjuran yaitu 30% (9 kk). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Jumlah dan Persentase Petani yang Melaksanakan Pemilihan Benih Sesuai dengan Anjuran.
Uraian Tidak Sesuai
Anjuran Sesuai Anjuran Total Jumlah (kk) Persentase (%) 9 30 21 70 30 100
Sumber : Diolah dari Lampiran 2
3. Penanaman
Anjuran yang diberikan PPL dalam penanaman yaitu keseragaman/tertib tanam dan pengaturan pola tanam yaitu padi-semangka-padi, pengaturan jarak
tanam (antara 18 x 18 cm, 18 x 20 cm, 20 x 20 cm), bibit ditanam pada kedalaman 3-5 cm, penanaman bibit 3-4 batang/lubang, tanam bibit muda umur 15-20 hari, serta tanam sistem legowo.
Dari hasil wawancara yang disertai dengan pengamatan ternyata petani di daerah penelitian masih mengandalkan tradisi penanaman yang sudah dijalankan turun temurun yaitu penanaman sembarang jarak, disebabkan petani menganggap penanaman yang dianjurkan oleh PPL memerlukan waktu dan tenaga yang banyak serta keterampilan yang tinggi. Khususnya tanam sistem legowo, masih ada petani bertanam padi sawah yang tidak menggunakan sistem legowo karena ada anggapan bahwa sistem legowo hanya akan membuat penggunaan pupuk yang tidak efisien yaitu pupuk yang digunakan cenderung banyak terbuang karena tidak terserap padi melainkan sebagian pupuk diserap rumput disekitar tanaman. Dalam penyemprotan obat obatan petani juga mengalami kesulitan.
Dari data yang dikumpulkan diperoleh hasil bahwa petani yang melakukan penanaman sesuai dengan anjuran yaitu 56,67% (17 kk) dan yang tidak melakukan penanaman sesuai dengan anjuran yaitu 43,33% (13 kk). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Jumlah dan Persentase Petani yang Melaksanakan Penanaman Sesuai dengan Anjuran.
Uraian Tidak Sesuai
Anjuran Sesuai Anjuran Total Jumlah (kk) Persentase (%) 13 43,33 17 56,67 30 100
Sumber : Diolah dari Lampiran 2
4. Pemupukan
Dalam hal pemupukan PPL menganjurkan petani agar melaksanakan pemakaian pupuk berimbang yaitu : (Urea sebanyak 200 kg/ha, SP36 sebanyak
150 kg/ha, KCl sebanyak 100 kg/ha, ZA sebanyak 75 kg/ha sehingga total keseluruhan adalah 525 kg/ha), pemakaian pupuk tersebut dapat dicampurkan bersamaan, pemakaian pupuk tersebut harus disesuaikan dengan kondisi perkembangan tanaman dan keadaan fisik tanah, penggunaan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) dan Penggunaan Pupuk Cair (PPC)
Proses pemupukan sebaiknya dilakukan dengan berpedoman pada prinsip tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu, tepat cara, dan tepat tempat. Tepat jenis adalah jenis pupuk yang digunakan sesuai dengan kebutuhan tanaman. Tepat jumlah berarti jumlah masing masing pupuk yang digunakan sesuai dengan dosis yang ditentukan.
Dari hasil wawancara dan observasi ternyata pemupukan tanaman padi sawah sungguh memprihatinkan, dimana kebutuhan pupuk terhadap tanaman yang diusahakan sangat tergantung pada kapasitas keuangan petani yang bersangkutan, akhirnya pemupukan yang dilakukan tidak sesuai dengan anjuran dan tidak terkontrol.
Tepat waktu dimaksudkan pemupukan dilakukan pada awal pertumbuhan dan saat perkembangan tanaman saat itu juga tanaman memerlukan unsur hara yang lebih tinggi. Tepat cara merupakan mekanisme dan tata cara pemberian pupuk harus sesuai dengan karakteristik pupuk dan sifat tanaman. Tepat tempat merupakan peran pendukung dalam proses pemupukan yaitu mulai dari letak peyimpanan pupuk, letak pencampuran/pengadukan pupuk jaraknya dengan areal persawahan yang bersangkutan.
Dari data yang dikumpulkan diperoleh hasil bahwa petani yang melakukan pemupukan sesuai dengan anjuran yaitu 56,67% (17 kk) dan yang tidak
melakukan pemupukan sesuai dengan anjuran yaitu 43,33% (13 kk). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Jumlah dan Persentase Petani yang Melaksanakan Pemupukan Sesuai dengan Anjuran.
Uraian Tidak Sesuai
Anjuran Sesuai Anjuran Total Jumlah ( kk) Persentase (%) 13 43,33 17 56,67 30 100
Sumber : Diolah dari Lampiran 2
5. Pengendalian Hama dan Penyakit
Dalam hal pengendalian hama dan penyakit PPL memberikan anjuran kepada petani yaitu dengan pengendalian jasad pengganggu tanaman secara terpadu, pengendalian berbagai jenis hama dan penyakit yang akan terjadi pada padi sawah adalah lebih mengandalkan cara pencegahan dibanding pengobatan yaitu dengan cara pemilihan benih yang bersertifikat dengan mutu yang terjamin, menggunakan pestisida dan racun lainnya apabila populasi hama dan penyakit diatas ambang kewajaran, pengendalian dan pemberantasan hama dan penyakit menggunakan racun harus sesuai dengan dosis, jenis, cara, tempat dan waktu yang tepat.
Pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan petani di daerah penelitian sebagian masih tidak melakukannya sesuai dengan anjuran dikarenakan petani masih berpegang pada pengalaman, mengandalkan cara sendiri dan dibatasi atas kesanggupan dalam pembelian pestisida akibatnya banyak tanaman yang terabaikan pertumbuhannya dan akhirnya berdampak pada produksi padi.
Dari data yang dikumpulkan diperoleh hasil bahwa petani yang melakukan pengendalian hama dan penyakit sesuai dengan anjuran yaitu 70% (21 kk) dan
yang tidak melakukan pengendalian hama dan penyakit sesuai dengan anjuran yaitu 30% (9 kk). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19. Jumlah dan Persentase Petani yang Melaksanakan Pengendalian Hama dan Penyakit Sesuai dengan Anjuran.
Uraian Tidak Sesuai
Anjuran Sesuai Anjuran Total Jumlah (kk) Persentase (%) 9 30 21 70 30 100
Sumber : Diolah dari Lampiran 2
6. Panen
Pemanenan yang dianjurkan yaitu apabila butir gabah menguning mencapai sekitar 80% dan tangkainya sudah menunduk, pemanenan dapat dilakukan 100-115 sesuai jenis benihnya, menggunakan sabit pemotong, perontokan dilakukan dengan power thresser (alat mesin perontok) yang diberi alas berupa terpal untuk meminimalisasi gabah banyak terbuang.
Dalam hal pemanenan, petani tidak terlalu mempunyai kendala menerapkan anjuran asalkan cuaca yang mendukung serta tersedianya tenaga kerja pada saat akan dilakukannya pemanenan.
Dari data yang dikumpulkan diperoleh hasil bahwa petani yang melakukan pemanenan sesuai dengan anjuran yaitu 96,67% (29 kk) dan yang tidak melakukan pemanenan sesuai dengan anjuran yaitu 3,33% (1 kk). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 20. Jumlah dan Persentase Petani yang Melaksanakan Panen Sesuai dengan Anjuran.
Uraian Tidak Sesuai
Anjuran Sesuai Anjuran Total Jumlah (kk) Persentase (%) 1 3,33 29 96,67 30 100
7. Pasca Panen
Anjuran yang diberikan oleh PPL kepada para petani dalam hal pasca panen yaitu dilakukan pengeringan dibawah sinar matahari sekitar 1-3 hari tergantung intensitas cahaya matahari agar gabah tahan lama disimpan, dilakukan penggilingan dengan mesin alat penggiling, penyimpanan beras dilakukan setelah pengemasan dalam karung plastik.
Dalam hal pasca panen masih ada petani yang tidak melaksanakan anjuran dimana setelah panen hampir semua hasil panennya dijual tanpa melalui proses pengeringan dan penggilingan sehingga hanya sedikit yang di simpan sebagai stok.
Dari data yang dikumpulkan diperoleh hasil bahwa petani yang melakukan pasca panen sesuai dengan anjuran yaitu 83,33% (25 kk) dan yang tidak melakukan pasca panen sesuai dengan anjuran yaitu 16,67% (5 kk). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 21.
Tabel 21. Jumlah dan Persentase Petani yang Melaksanakan Pasca Panen Tanah Sesuai dengan Anjuran.
Uraian Tidak Sesuai
Anjuran Sesuai Anjuran Total Jumlah (kk) Persentase (%) 5 16,67 25 83,33 30 100
Sumber : Diolah dari Lampiran 2
Dari uraian diatas dapat dikatakan secara ringkas petani yang melaksanakan inovasi Program Penyuluhan Pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) sesuai anjuran pada Tabel 22.
Tabel 22. Persentase Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) Sesuai dengan Anjuran Pada Petani Padi Sawah di Desa Sei Belutu, Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai
No Inovasi Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3 Anjuran Persentase petani yang melaksanakan anjuran. 1 Pengolahan Tanah - Pengolahan dilakukan 3 minggu-1 bulan sebelum tanam
- Dengan menggunakan traktor tangan
- Kedalaman 20-30 cm, sampai terbentuk struktur lumpur
- Permukaan tanah diratakan untuk mempermudah mengontrol dan mengendalikan air.
90% (27 kk)
2 Pemilihan Benih - Menggunakan benih unggul yang bersertifikat
- Menggunakan satu jenis benih pada satu lahan yang diusahakan
70% (21 kk)
3 Penanaman - Keseragaman/tertib tanam dan pengaturan pola tanam yaitu padi- semangka-padi - Pengaturan jarak tanam,
yaitu antara : a) 18 x 18 cm b) 18 x 20 cm c) 20 x 20 cm - Bibit ditanam pada
kedalaman 3-5 cm - Penanaman bibit 3-4
batang/lubang
- Tanam bibit muda umur 15-20 hari
- Tanam sistem legowo
Lanjutan Tabel 22…
4 Pemupukan - Pemakaian pupuk berimbang yaitu : a) Urea = 200 kg/ha b) SP36 = 150 kg/ha c) KCl = 100 kg/ha d) ZA = 75 kg/ha Jumlah = 525 kg/ha - Pemakaian pupuk tersebut
dapat dicampurkan bersamaan.
- Pemakaian pupuk tersebut harus disesuaikan dengan kondisi perkembangan tanaman dan keadaan fisik tanah.
- Penggunaan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) dan Penggunaan Pupuk Cair (PPC) 56,67% (17 kk) 5 Pengendalian Hama dan Penyakit - Pengendalian jasad
pengganggu tanaman secara terpadu
- Pengendalian berbagai jenis hama dan penyakit yang akan terjadi pada padi sawah adalah lebih mengandalkan cara pencegahan dibanding pengobatan, yaitu dengan cara pemilihan benih yang bersertifikat dengan mutu yang terjamin.
- menggunakan pestisida dan racun lainnya apabila populasi hama dan penyakit diatas ambang kewajaran. - Pengendalian dan
pemberantasan hama dan penyakit menggunakan racun harus sesuai dengan dosis, jenis, cara,tempat dan waktu yang tepat.
Lanjutan Tabel 22…
6 Panen - Butir gabah menguning mencapai sekitar 80% dan tangkainya sudah menunduk - Pemanenan dapat dilakukan
100-115 sesuai jenis benihnya
- Menggunakan sabit pemotong
- Perontokan dilakukan dengan power thresser (alat mesin Perontok) yang diberi alas berupa terpal untuk meminimalisasi gabah banyak terbuang.
96,67% (29 kk)
7 Pasca Panen - Dilakukan pengeringan dibawah sinar matahari sekitar 1-3 hari tergantung intensitas cahaya matahari agar gabah tahan lama disimpan.
- Dilakukan penggilingan dengan mesin alat panggiling - Penyimpanan beras
dilakukan setelah
pengemasan dalam karung plastik.
83,33% (25 kk)
Pada Tabel 22 diperoleh hasil bahwa keberhasilan petani yang melaksanakan anjuran yang tertinggi adalah panen 96,67% (29 kk), pengolahan tanah 90% (27 kk), pemilihan benih serta pengendalian hama dan penyakit 70% (21 kk), pasca panen 83,337% (25 kk), dan yang terendah adalah penanaman dan pemupukan masing masing 56,67% (17 kk).
Program penyuluhan pertanian P2T3 di Desa Sei Belutu berhasil dapat diketahui bahwa dari 30 sampel sebagai responden ternyata yang melaksanakan anjuran adalah 29 sampel (96,67%) dan yang tidak melaksanakan anjuran adalah 1 sampel (3,33%), tingginya petani yang melaksanakan anjuran dikarenakan inovasi P2T3 yang diberikan PPL kepada petani mempunyai kesamaan dengan
kebiasaan sehingga petani tidak terlalu mempunyai kesulitan dalam menerapkannya, petani hanya butuh penyesuaian dan penyempurnaan agar semua anjuran dapat diterapkan sehingga target yang telah ditentukan dapat tercapai.
Setelah anjuran yang diberikan PPL dilaksanakan maka selanjutnya yang harus dievaluasi yaitu sejauh mana tujuan program (target) dapat tercapai untuk mengetahui keberhasilan program P2T3.
Adapun tujuan program (target yang ingin dicapai) yaitu peningkatan produksi, peningkatan produktivitas, pengetahuan petani bertambah, penurunan hama dan penyakit serta terkoordinirnya tanaman. Skor keberhasilan penyuluhan pertanian ditetapkan melalui pencapaian target yang telah ditetapkan. Persentase petani yang berhasil mencapai target setelah menerapkan anjuran pada petani padi sawah di Desa Sei Belutu, Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai dapat dilihat pada Tabel 23.
Tabel 23. Persentase Petani Yang Berhasil Mencapai Target Setelah Menerapkan Anjuran Pada Petani Padi Sawah di Desa Sei Belutu, Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai
No. Target yang Dicapai Setelah Menerapkan Anjuran
Persentase petani yang berhasil mencapai target 1 2 3 4 5 Peningkatan produksi Peningkatan produktivitas Pengetahuan petani bertambah Penurunan hama dan penyakit Terkoordinirnya tanaman 90% (27 kk) 90% (27 kk) 46,67% (14 kk) 63,33% (19 kk) 60% (18 kk)
Sumber : Diolah dari lampiran 3
Pada Tabel 23 diperoleh hasil bahwa persentase petani yang berhasil mencapai target yang tertinggi adalah peningkatan produksi dan peningkatan produktivitas masing masing 90% (27 kk), penurunan hama dan penyakit 63,33% (19 kk), terkoordinirnya tanaman 60% (18 kk) dan yang terendah adalah pengetahuan petani bertambah 46,67% (14 kk).
Program penyuluhan pertanian P2T3 di Desa Sei Belutu berhasil dapat diketahui bahwa dari 30 sampel sebagai responden ternyata yang berhasil mencapai target adalah 29 sampel (96,67%) dan yang tidak mencapai target adalah 1 sampel (3,33%), dengan asumsi bahwa apabila petani mau dan mampu menerapkan inovasi yang diberikan PPL sesuai dengan anjuran serta didukung oleh faktor alam dan modal petani maka tujuan program (target) akan tercapai dan dapat dipastikan terhindar dari gagal panen.
Hubungan antara Karakteristik Sosial Ekonomi Petani dengan Keberhasilan Program Penyuluhan Pertanian P2T3 di Daerah Penelitian
Adapun Karakteristik sosial ekonomi petani yang dibahas dalam penelitian ini adalah umur, tingkat pendidikan, lamanya berusahatani, frekuensi mengikuti penyuluhan, jumlah tanggungan keluarga, luas lahan, produksi dan produktivitas.
Keberhasilan program penyuluhan pertanian dapat diketahui dari petani bersedia melaksanakan anjuran yang diberikan PPL sehingga tercapai target yang telah ditetapkan yaitu peningkatan produksi, peningkatan produktivitas, pengetahuan petani bertambah, penurunan hama dan penyakit serta terkoordinirnya tanaman.
Hubungan antara Umur dengan Keberhasilan Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3.
Pada penelitian ini di duga bahwa ada hubungan antara umur dengan keberhasilan pelaksanaan suatu penyuluhan pertanian dengan asumsi bahwa semakin tinggi umur petani maka respon petani untuk melaksanakan anjuran dari penyuluh pertanian lapangan semakin berkurang. Dari hasil analisis diperoleh
hasil bahwa tidak ada hubungan antara umur dengan keberhasilan pelaksanaan program P2T3, lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 24.
Tabel 24. Hubungan antara Umur dengan Keberhasilan Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3.
Uraian Umur Keberhasilan Pelaksanaan
Program Penyuluhan Pertanian P2T3 Range Rerata Rs 27-61 44 0,259 7-14 12,23 Signifikansi = 0,166 α = 0,05
Sumber : Diolah dari Lampiran 4
Hubungan umur petani dengan keberhasilan pelaksanaan program penyuluhan P2T3 diuji dengan uji korelasi Rank Spearman. Berdasarkan hasil analisis statistik diperoleh nilai Rs = 0,259 artinya korelasi antara umur dengan keberhasilan pelaksanaan program adalah sebesar 25,9% sedangkan 74,1% diterangkan faktor lain, dan nilai signifikansi = 0,166 > α = 0,05 berarti H0 terima dan H1 tidak terima, artinya tidak ada hubungan antara umur petani dengan keberhasilan pelaksanaan program penyuluhan pertanian P2T3. Rata rata umur petani di daerah penelitian yaitu 44 tahun. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi sesuai dengan kondisi dilapangan diperoleh hasil bahwa hal tersebut terjadi karena petani yang tergolong berumur muda lebih bersemangat untuk ingin tahu apa yang belum mereka ketahui sehingga mereka berusaha untuk lebih cepat melakukan adopsi inovasi tetapi disamping itu petani yang tergolong tua lebih berpengalaman sehingga petani yang tergolong tua lebih selektif dalam memilih/menerapkan inovasi dan lebih mengetahui mana yang terbaik untuk dirinya dan biasanya lebih mengerti dalam menerapkan inovasi yang mau diterapkan karena petani yang lebih tua lebih mengetahui keadaan lahan
pertaniaannya sehingga dia tahu menyesuaikan program tersebut dengan kondisi lapangan setempat.
Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Keberhasilan Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3.
Pada penelitian ini di duga bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan keberhasilan pelaksanaan suatu penyuluhan pertanian dengan asumsi bahwa petani dengan tingkat pendidikannya yang rendah cenderung lambat mengadopsi inovasi baru dan mempertahankan kebiasaan kebiasaan lama, sedangkan seorang yang berpendidikan tinggi tergolong lebih cepat dalam mengadopsi inovasi baru. Dari hasil analisis diperoleh hasil bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan keberhasilan pelaksanaan program P2T3, lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 25.
Tabel 25. Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Keberhasilan Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3.
Uraian Tingkat Pendidikan Keberhasilan Pelaksanaan