EVALUASI PROGRAM PENYULUHAN PERTANIAN
PENGATURAN POLA TANAM DAN TERTIB TANAM (P2T3)
PADA PETANI PADI SAWAH
(Desa Sei Belutu, Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai)
SKRIPSI
OLEH :
WILLIAM HERMAN SIMANJUNTAK
060309011
SEP – PKP
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
EVALUASI PROGRAM PENYULUHAN PERTANIAN
PENGATURAN POLA TANAM DAN TERTIB TANAM (P2T3)
PADA PETANI PADI SAWAH
(Desa Sei Belutu, Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai)
SKRIPSI
OLEH :
WILLIAM HERMAN SIMANJUNTAK
060309011
SEP – PKP
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan
Disetujui oleh :
Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
(Ir. H. Hasman Hasyim, Msi) (Ir.Hj. Lily Fauzia, Msi)
NIP : 195411111981031001 NIP : 196303822198832003
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
i
ABSTRAK
William Herman Simanjuntak. Nomor Induk Mahasiswa 060309011/Program Studi Agribisnis. “ Evaluasi Program Penyuluhan Pertanian Pengaturan Pola Tanam dan
Tertib Tanam (P2T3) pada Petani Padi Sawah” (Studi Kasus :Desa Sei Belutu, Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai). Dengan Ketua Komisi
Pembimbing Ir. H. Hasman Hasyim, MSi dan Anggota Komisi Pembimbing Ir. Hj. Lily Fauzia, Msi.
Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi Program Penyuluhan Pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) pada petani padi sawah. Penelitian ini dilakukan di Desa Sei Belutu, Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai yang ditentukan secara purposive dengan pertimbangan memiliki lahan sawah terluas dari 7 WKPP yang ada di Kecamatan Sei Bamban serta telah melaksanakan program P2T3 selama 3 tahun terakhir. Sampel dipilih secara stratified random sampling ditentukan secara proporsional berdasarkan luas lahan yaitu <1Ha dan ≥1Ha dengan 30 jumlah sampel.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyuluhan pertanian mengalami perkembangan yang dapat di lihat dari keterbukaan petani dalam menerapkan inovasi yang dianjurkan PPL sehingga petani menjadi mudah dalam mencapai target setelah melaksanakan anjuran yang diberikan PPL selama tiga tahun terakhir. Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3 di daerah penelitian berhasil yang dilihat dari meningkatnya persentase petani yang menerapkan anjuran inovasi Program Penyuluhan Pertanian P2T3 yang telah terbukti dengan adaya program tersebut meningkatnya pencapaian target yaitu terciptanya peningkatan produksi, peningkatan produktivitas, pengetahuan petani bertambah, penurunan hama dan penyakit serta terkoordinirnya tanaman. Karakteristik sosial ekonomi petani dengan keberhasilan pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3 mempunyai hubungan yang signifikan adalah lamanya berusahatani, luas lahan dan produksi. Masalah masalah yang dihadapi petani dalam pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3 di Desa Sei Belutu yaitu : keterbatasan modal, pola tanam yang tidak sesuai dengan anjuran, mahalnya upah tenaga kerja mulai dari pengolahan hingga panen, faktor cuaca yang tidak mendukung, lahan yang selalu tergenang, saluran irigasi yang belum memadai. Upaya upaya yang dilakukan petani untuk mengatasi masalah masalah dalam pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3 di Desa Sei Belutu yaitu : peminjaman modal, memanfaatkan lahan seoptimal dengan menyesuaikan tanaman yang sesuai dengan kondisi lahan, negosiasi harga, menyesuaikan jadwal tanam/tertib tanam sesuai dengan keadaan cuaca di daerah tersebut, melakukan pengapuran, dan perbaikan saluran irigasi.
ii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Sei Belutu, Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai pada tanggal 23 Januari 1988 dari Ayahanda Drs. H. Simanjuntak dan Ibunda N.Br.Sianturi, anak ke 4 dari 5 bersaudara. Adapun Riwayat pendidikan yang pernah ditempuh :
1. Tamat dari SD HKBP Desa Sei Belutu, Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai pada tahun 2000.
2. Tamat dari SLTP Negeri 1 Tebing Tinggi pada tahun 2003. 3. Tamat dari SMA Negeri 4 Tebing Tinggi pada tahun 2006.
4. Tahun 2006 diterima di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur SPMB.
5. Bulan Juni - Juli 2010 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Rante Besi, Kecamatan Gunung Sitember, Kabupaten Dairi.
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena rahmatnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul“ Evaluasi Program Penyuluhan
Pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) pada Petani Padi Sawah”
(Studi Kasus :Desa Sei Belutu, Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai).
Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua penulis : Ayahanda tercinta Drs. H. Simanjuntak dan Ibunda tercinta N. Br. Sianturi yang telah banyak memberikan doa, bantuan dan semangat kepada penulis baik moral dan materi sehingga penulis termotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini, juga Kakanda Alessandro, Erich Newington, Isabella, dan adinda tersayang Gretha.
Penulis selama masa perkuliahan hingga penulisan skripsi ini telah banyak mendapat bimbingan, nasihat, dan dorongan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini :
1. Bapak Ir. H. Hasman Hasyim, MSi selaku ketua komisi pembimbing yang telah begitu sabar dalam memberikan banyak bimbingan, arahan, saran, kritik dalam penulisan skripsi ini.
2. Ibu Hj. Lily Fauzia, MSi selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, saran, kritik dalam penulisan skripsi ini.
3. Ibu Dr.Ir. Salmiah, MS selaku Ketua Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
iv
5. Teman-teman kampus penulis : Rikki, Lungguk, Pagar, Khoirunisa, Rais, Mika Jayanti, dan semua teman teman PKP dan Agribisnis angkatan 2006
6. Teman-teman kos “Rejoice Camp, Jl. Abdul Hakim, Susuk V no.25, Medan” terima kasih buat dukungannya.
7. Orang-orang yang kenal dengan penulis yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu. Terimakasih untuk semangat, dorongan, nasihat dan doanya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang dapat meningkatkan kualitas skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis selanjutnya. Semoga Tuhan selalu membimbing dan menyertai setiap langkah kita. Amin.
Medan, Mei 2011 Penulis
v
DAFTAR ISI
Hal
ABSTRAK ... i
RIWAYAT HIDUP ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Identifikasi Masalah ... 4
Tujuan Penelitian ... 4
Kegunaan Penelitian... 5
Hipotesis Penelitian ... 5
TINJAUAN PUSTAKA ... 7
Landasan Teori ... 10
Kerangka Pemikiran ... 18
METODE PENELITIAN ... 22
Metode Penentuan Wilayah Penelitian ... 22
Metode Pengambilan Sampel ... 24
Metode Pengumpulan Data ... 25
Metode Analisis Data ... 26
Defenisi dan Batasan Operasional ... 33
Defenisi ... 33
Batasan Operasional... 35
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK DAERAH PENELITIAN ... 36
Deskripsi Daerah Penelitan ... 36
Luas dan Topografi Desa ... 36
Tata Guna Tanah ... 37
Keadaan Penduduk ... 37
Sarana dan Prasarana ... 41
Karakteristik Petani Sampel ... 42
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 43
vi
Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) di Daerah Penelitian ... 43
Keberhasilan Program Penyuluhan Pertanian P2T3 ... 47
Hubungan Antara Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Dengan Keberhasilan Program Penyuluhan Pertanian P2T3di Daerah penelitian ... 58
Hubungan antara umur dengan Keberhasilan Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3 ... 58
Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Keberhasilan Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3 ... 60
Hubungan antara Lamanya Berusahatani dengan Keberhasilan Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3 ... 61
Hubungan antara Frekuensi Mengikuti Penyuluhan dengan Keberhasilan Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3 ... 62
Hubungan antara Jumlah Tanggungan Keluarga dengan Keberhasilan Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3 ... 64
Hubungan antara Luas Lahan dengan Keberhasilan Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3 ... 65
Hubungan antara Produksi dengan Keberhasilan Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3 ... 66
Hubungan antara Produktivitas dengan Keberhasilan Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3 ... 67
Masalah masalah yang dihadapi petani dalam pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3 di Desa Sei Belutu ... 69
Upaya upaya yang dilakukan petani untuk mengatasi masalah masalah dalam pelaksanaan Program penyuluhan pertanian P2T3 di Desa Sei Belutu ... 70
KESIMPULAN DAN SARAN ... 72
Kesimpulan ... 72
Saran ... 74
DAFTAR PUSTAKA
vii
DAFTAR TABEL
No Judul Hal
1. Daftar Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi Sawah
Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009 ... 22
2. Daftar Luas lahan/WKPP Kecamatan Sei Bamban Tahun 2009 ... 23
3. Jumlah Populasi dan Sampel ... 24
4. Spesifikasi Pengumpulan Data ... 25
5. Skor Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) Sesuai dengan Anjuran Pada Petani Padi Sawah di Desa Sei Belutu, Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai ... 27
6. Skor Target yang Dicapai Setelah Menerapkan Anjuran Pada Petani Padi Sawah di Desa Sei Belutu, Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai ... 30
7. Distribusi Penduduk menurut Jenis Kelamin di Desa Sei Belutu Tahun 2009... 37
8. Distribusi Penduduk menurut Umur di Desa Sei Belutu Tahun 2009 ... 38
9. Distribusi Penduduk menurut Mata Pencaharian di Desa Sei Belutu Tahun 2009 ... 39
10.Distribusi Penduduk menurut Agama yang Dianut di Desa Sei Belutu Tahun 2009 ... 39
11.Distribusi Penduduk menurut Tingkat Pendidikan di Desa Sei Belutu Tahun 2009 ... 40
12.Sarana dan Prasarana di Desa Sei Belutu Tahun 2009 ... 41
13.Karakteristik Sosial Ekonomi Petani di Desa Sei Belutu Tahun 2009 ... 42
14.Pelaksanaan Inovasi Program Penyuluhan Pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) ... 46
15.Jumlah dan Persentase Petani yang Melaksanakan Pengolahan Tanah Sesuai dengan Anjuran ... 47
viii 17.Jumlah dan Persentase Petani yang Melaksanakan
Penanaman Sesuai dengan Anjuran ... 49 18.Jumlah dan Persentase Petani yang Melaksanakan
Pemupukan Sesuai dengan Anjuran... 51 19.Jumlah dan Persentase Petani yang Melaksanakan
Pengendalian Hama dan Penyakit Sesuai dengan Anjuran... 52 20.Jumlah dan Persentase Petani yang Melaksanakan
Panen Sesuai dengan Anjuran ... 52 21.Jumlah dan Persentase Petani yang Melaksanakan
Pasca Panen Tanah Sesuai dengan Anjuran... 53 22.Persentase Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian
Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) Sesuai dengan Anjuran Pada Petani Padi Sawah
di Desa Sei Belutu, Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai ... 54 23.Persentase Petani yang Berhasil Mencapai Target Setelah Menerapkan
Anjuran Pada Petani Padi Sawah di Desa Sei Belutu,
Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai ... 57 24.Hubungan antara Umur dengan Keberhasilan Pelaksanaan
Program Penyuluhan Pertanian P2T3 ... 59 25.Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Keberhasilan
Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3 ... 60 26.Hubungan antara Lamanya Berusahatani dengan Keberhasilan
Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3 ... 61 27.Hubungan antara Frekuensi Mengikuti Penyuluhan dengan Keberhasilan
Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3 ... 63 28.Hubungan antara Jumlah Tanggungan Keluarga dengan
Keberhasilan Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3 ... 64 29.Hubungan antara Luas Lahan dengan Keberhasilan
Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3 ... 65 30.Hubungan antara Produksi dengan Keberhasilan Pelaksanaan Program
Penyuluhan Pertanian P2T3 ... 66 31.Hubungan antara Produktivitas dengan Keberhasilan
ix
DAFTAR GAMBAR
No Judul Hal
1. Skema Kerangka Pemikiran Evaluasi Program Penyuluhan Pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3)
pada Petani Padi Sawah ... 21 2. Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) di Desa Sei Belutu,
Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai
x
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul
1 Karakteristik sosial Ekonomi Petani Sampel Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai
2 Skor Keberhasilan Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3 Sesuai dengan Anjuran
3 Skor Keberhasilan Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3 Berdasarkan Target yang Tercapai
i
ABSTRAK
William Herman Simanjuntak. Nomor Induk Mahasiswa 060309011/Program Studi Agribisnis. “ Evaluasi Program Penyuluhan Pertanian Pengaturan Pola Tanam dan
Tertib Tanam (P2T3) pada Petani Padi Sawah” (Studi Kasus :Desa Sei Belutu, Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai). Dengan Ketua Komisi
Pembimbing Ir. H. Hasman Hasyim, MSi dan Anggota Komisi Pembimbing Ir. Hj. Lily Fauzia, Msi.
Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi Program Penyuluhan Pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) pada petani padi sawah. Penelitian ini dilakukan di Desa Sei Belutu, Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai yang ditentukan secara purposive dengan pertimbangan memiliki lahan sawah terluas dari 7 WKPP yang ada di Kecamatan Sei Bamban serta telah melaksanakan program P2T3 selama 3 tahun terakhir. Sampel dipilih secara stratified random sampling ditentukan secara proporsional berdasarkan luas lahan yaitu <1Ha dan ≥1Ha dengan 30 jumlah sampel.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyuluhan pertanian mengalami perkembangan yang dapat di lihat dari keterbukaan petani dalam menerapkan inovasi yang dianjurkan PPL sehingga petani menjadi mudah dalam mencapai target setelah melaksanakan anjuran yang diberikan PPL selama tiga tahun terakhir. Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3 di daerah penelitian berhasil yang dilihat dari meningkatnya persentase petani yang menerapkan anjuran inovasi Program Penyuluhan Pertanian P2T3 yang telah terbukti dengan adaya program tersebut meningkatnya pencapaian target yaitu terciptanya peningkatan produksi, peningkatan produktivitas, pengetahuan petani bertambah, penurunan hama dan penyakit serta terkoordinirnya tanaman. Karakteristik sosial ekonomi petani dengan keberhasilan pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3 mempunyai hubungan yang signifikan adalah lamanya berusahatani, luas lahan dan produksi. Masalah masalah yang dihadapi petani dalam pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3 di Desa Sei Belutu yaitu : keterbatasan modal, pola tanam yang tidak sesuai dengan anjuran, mahalnya upah tenaga kerja mulai dari pengolahan hingga panen, faktor cuaca yang tidak mendukung, lahan yang selalu tergenang, saluran irigasi yang belum memadai. Upaya upaya yang dilakukan petani untuk mengatasi masalah masalah dalam pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3 di Desa Sei Belutu yaitu : peminjaman modal, memanfaatkan lahan seoptimal dengan menyesuaikan tanaman yang sesuai dengan kondisi lahan, negosiasi harga, menyesuaikan jadwal tanam/tertib tanam sesuai dengan keadaan cuaca di daerah tersebut, melakukan pengapuran, dan perbaikan saluran irigasi.
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada masa pembangunan pertanian sekarang ini persaingan disektor pertanian semakin tidak lagi ditentukan oleh kepemilikan sumber daya alam, tetapi juga ditentukan oleh kualitas dari sumber daya manusianya. Oleh sebab itu diperlukan berbagai upaya yang dilakukan baik oleh instansi terkait maupun lembaga swadaya masyarakat. Departemen pertanian melalui badan pendidikan dan pelatihan pertanian dalam meningkatkan sumber daya manusia pertanian dapat dilakukan penyelenggaraan kegiatan pendidikan dan latihan dalam bentuk kegiatan yaitu pendidikan, pelatihan dan penyuluhan (Supriaman, 2003).
Kegiatan penyuluhan pertanian yang dilakukan pada petani hendaknya dapat menyampaikan pesan pesan yang mengubah perilaku petani kearah ciri ciri manusia modern atau setidaknya mendekati ciri ciri dari manusia modern, seperti berpikiran positif terhadap perubahan, bersifat rasional, mempunyai wawasan yang luas, optimis dan berani mengambil resiko (Sinar Tani, 2001).
Penyusunan program penyuluhan pertanian didasarkan pada Undang Undang No. 16 Tahun 2006 yaitu bahwa program penyuluh terdiri atas program penyuluh desa/kelurahan atau unit kerja lapangan, program penyuluh propinsi dan program penyuluh nasional. Inti dari Program Penyuluhan Pertanian Lapangan (PPL) Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian (Desa) Sei Belutu kanan dan kiri adalah Rencana Kegiatan penyuluh pertanian yang disusun melalui sebuah lokakarya partisipatif berdasarkan potensi Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian Sei Belutu
terkait. Isi dari program ini adalah kegiatan utama dalam penyuluh pertanian yang akan dilaksanakan di Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian Lapangan Desa Sei Belutu, dengan prosedur penyusunan Rencana Kegiatan Penyuluh Desa (RKPD) yaitu mengidentifikasi potensi wilayah desa, menyusun profil keluarga dan Rencana Usaha Keluarga (RUK), merekap dan merengking masalah dan upaya pemecahannya serta menyusun rencana kegiatan desa (Widodo dan Husni, 2009).
Pada tahun 1970 sampai dengan 1980 produk padi meningkat, karena adanya sistem Latihan dan Kunjungan (LAKU). Pada tahun 1995 Bank Dunia melakukan evaluasi kelemahan penyuluhan di Indonesia yaitu (1) kurangnya partisipasi, (2) kesalahan menetapkan fokus penyuluhan, (3) mekanisme top-down dan (4) kurangnya koordinasi antar sektor (Departemen Pertanian, 2007).
Tanaman produksi pertanian yang kini banyak terkena penyakit atau serangan hama, terutama pada tanaman padi, salah satu penyebabnya adalah akibat pola tanam yang tidak teratur. Oleh karena itu, perlu adanya pengaturan pola tanam yang secara bersamaan. Tentunya hal ini butuh peraturan yang bisa dibuat oleh pemerintah desa, sehingga diharapkan nanti masyarakat petani akan mengikuti aturan tersebut.
Masalah dan hambatan yang sering terjadi dalam pelaksanaan program penyuluhan pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) adalah masalah pelaksanaan tugas yaitu sikap petani terhadap inovasi yang disampaikan oleh PPL, ada beberapa masyarakat yang dapat menerima akan adanya perubahan yang dibawakan oleh penyuluh pertanian tetapi ada juga masyarakat yang menolaknya.
Karakteristik sosial ekonomi petani yaitu umur, tingkat pendidikan, lamanya berusahatani, frekuensi mengikuti penyuluhan, jumlah tanggungan keluarga, luas lahan, produksi dan produktivitas secara tidak langsung mempengaruhi keberhasilan penyuluhan pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3), oleh karena itu pentingnya program penyuluhan pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) di Kabupaten Serdang Bedagai terutama dalam hal meningkatkan produktivitas tanaman padi sawah dalam usaha membangun perekonomian rakyat khususnya di Kecamatan Sei Bamban.
terkendalinya serangan hama serta terciptanya kesejahteraan petani setelah adanya program penyuluhan pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) sampai saat ini.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut : Bagaimana gambaran umum pelaksanaan program penyuluhan pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) di daerah penelitian, bagaimana keberhasilan program penyuluhan pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) di daerah penelitian, apakah terdapat hubungan antara karakteristik sosial ekonomi petani dengan keberhasilan program penyuluhan pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) di daerah penelitian, dan masalah masalah apa saja yang dihadapi dalam pelaksanaan program penyuluhan pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) di daerah penelitian, serta upaya upaya apa saja yang dilakukan untuk mengatasi masalah masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan program penyuluhan pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) di daerah penelitian?
Tujuan Penelitian
dan Tertib Tanam (P2T3) di daerah penelitian, untuk mengetahui hubungan antara karakteristik sosial ekonomi petani terhadap keberhasilan program penyuluhan pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) di daerah penelitian, dan untuk mengetahui masalah masalah apa saja yang dihadapi dalam pelaksanaan program penyuluhan pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) di daerah penelitian, serta untuk mengetahui upaya upaya apa saja yang dilakukan untuk mengatasi masalah masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan program penyuluhan pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) di daerah penelitian.
Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitan ini adalah sebagai berikut yaitu : Memberi masukan bagi pengambil keputusan dalam evaluasi program penyuluhan pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) pada petani padi sawah, memberi masukan bagi pihak pihak yang membutuhkan baik untuk kepentingan akademis maupun non akademis, sebagai bahan informasi dan referensi bagi peneliti lainnya yang berhubungan dengan evaluasi program penyuluhan pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3).
Hipotesis Penelitian
7
TINJAUAN PUSTAKA
Penyuluhan pertanian adalah kegiatan non formal yang mencakup masalah masalah pertanian, mulai dari teknis agronomis sampai pada aspek sosial ekonominya. Tenaga penyuluhan dalam bidang agronomi diharapkan mempunyai dan mampu menularkan ilmu pengetahuan praktisnya, seperti tentang cara usaha tani, pasca panen dan sebagainya, sedangkan dalam aspek sosial ekonominya para penyuluh pertanian sangat diharapkan mampu memberikan bimbingan tentang suasana pasar, suasana permintaan dan penawaran, suasana teknologi dan informasi serta hal lain yang erat hubungannya dengan pasar dan bidang agronomis sehingga suatu saat nanti petani akan dapat merasakan kehidupan yang lebih baik (Sastraatmadja, 1993).
Program penyuluhan pertanian seringkali tidak dilaksanakan sesuai dengan rencana, mungkin terbentur karena masalah pengangkutan, kerusakan peralatan, keterlambatan penyerahan bahan bahan penyuluhan, atau akibat sistem penghargaan yang mendorong penyuluhan berperilaku tidak selayaknya. Manajemen penyuluhan seharusnya memperoleh informasi mengenai masalah ini agar mereka tanggap dengan cepat, dengan cara memecahkan masalahnya begitu masalah timbul, atau melakukan penyesuaian rencana agar lebih realistis sesuai dengan kenyataan (Van Den Ban dan Hawkins, 1999).
penting untuk mengantisipasi gagal panen akibat curah hujan yang terlalu tinggi ataupun kekeringan apabila masuk musim kemarau (Sinar Tani, 2001).
Pola tanam padi bisa dibuatkan peraturan desa, sehingga pola tanam akan berjalan secara teratur dan secara bersamaan. Kalau pengaturan pola tanam secara bersamaan bisa dilakukan, maka nantinya akan berpengaruh terhadap hasil produksi padi yang juga akan terus mengalami peningkatan. Sebab dengan pola tanam yang secara teratur tanaman padi akan jauh dari serangan penyakit atau serangan hama. Hama dan penyakit pada tanaman padi itu muncul karena petani tidak menerapkan pola tanam dengan secara teratur (Salmiah, 1992).
Evaluasi program yang baik diperlukan langkah yang sistematis, terarah dan konsisten. Program yang telah selesai dilaksanakan perlu dievaluasi untuk mengetahui apakah program yang telah dilaksakan itu sudah tepat. Evaluasi program bertujuan : (a) mempertanggungjawabkan keberhasilan program kepada masyarakat atau instansi yang membiayai program yang bersangkutan, dan (b) keberhasilan maupun ketidakberhasilan program ini selanjutnya dapat digunakan untuk pengambilan keputusan oleh mereka yang berwenang (Kunarjo, 2002).
Kualifikasi evaluasi yang baik yaitu memiliki tujuan yang jelas dan spesifik, menggunakan instrumen yang tepat dan teliti, memberikan gambaran yang jelas tentang perubahan perilaku sasarannya, praktis dan objektif (Mardikanto,1993).
diperlukan, timbulnya rasa aman bagi pegawai yang melaksanakan pekerjaannya dengan baik, evaluasi menyeluruh yang baik merupakan landasan yang terbaik bagi hubungan masyarakat, tumbuhnya sikap profesional diantara sesama penyuluh pertanian yang menggunakan teknik evaluasi ilmiah. Tujuan Evaluasi adalah untuk menentukan relevansi, efisiensi, efektivitas, dan dampak dari kegiatan serta menyempurnakan kegiatan yang sedang berjalan, membantu perencanaan, penyusunan program, dan pengambilan keputusan di masa depan (Sinar Tani, 2001).
Landasan Teori
Penyuluhan merupakan kegiatan yang melakukan proses perubahan perilaku manusia dalam hal ini adalah petani, yang dilakukan melalui suatu sistem pendidikan. Perubahan perilaku ini dapat kita lihat pada :
1. Perubahan perubahan pelaksanaan kegiatan bertani yang mencakup macam dan jumlah sarana produksi serta peralatan/mesin yang digunakan, maupun cara cara atau teknik bertaninya.
2. Perubahan perubahan tingkat produktivitas dan pendapatannya.
3. Perubahan perubahan dalam pengelolaan usahatani (perorangan, kelompok, koperasi), serta pengelolaan pendapatan yang diperoleh dari usahataninya.
Kegiatan penyuluhan pertanian merupakan salah satu dari sekian banyak variabel yang menyebabkan terjadinya perubahan perilaku pada petani dan perubahan yang terjadi menjadi tujuan akhir dari penyuluhan pertanian (Mardikanto, 1993).
Variabel variabel karakteristik sosial ekonomi petani yang mempengaruhi terhadap keberhasilan suatu penyuluhan pertanian yaitu :
1. Umur
Petani yang berusia lanjut berumur sekitar 50 tahun keatas, biasanya fanatik terhadap tradisi dan sulit untuk diberikan pengertian pengertian yang dapat mengubah cara berpikir, cara kerja, dan cara hidupnya. Mereka ini bersikap apatis terhadap adanya teknologi baru. Kondisi seperti ini dipandang sangat menghambat proses pengambilan keputusan atas inovasi yang ditawarkan (Kartasapoetra, 1991).
Makin muda petani biasanya lebih semangat untuk ingin tahu apa yang belum mereka ketahui, sehingga mereka berusaha untuk lebih cepat melakukan adopsi inovasi (Negara, 2000).
Umur petani adalah salah satu faktor yang berkaitan erat dengan kemampuan kerja dalam melaksanakan kegiatan usahatani, umur dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam melihat aktivitas seseorang dalam bekerja dimana dengan kondisi umur yang masih produktif maka kemungkinan besar seseorang dapat bekerja dengan baik dan maksimal (Hasyim, 2006).
2. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan petani sering disebut sebagai faktor penyebab rendahnya tingkat produktivitas usahatani. Dengan tingkat pendidikan yang rendah maka petani akan lambat mengadopsi inovasi baru dan mempertahankan kebiasaan kebiasaan lama, sedangkan seorang yang berpendidikan tinggi tergolong lebih cepat dalam mengadopsi inovasi baru (Soekartawi, 2002).
Tingkat pendidikan petani cenderung mempengaruhi tingkat penghasilan secara positif, makin tinggi tingkat pendidikan maka penghasilannya cenderung makin meningkat. Hal ini didukung oleh keinginan petani muda untuk melanjutkan sekolah terutama dengan sistem pembelajaran jarak jauh sehingga tidak meninggalkan usahatani, tidak mengganggu waktu kerja dapat mengatur jadwal sendiri, lebih terjangkau dan dapat bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga sambil sekolah (Azhari, 2002).
Tingkat pendidikan formal yang dimiliki petani akan menunjukkan tingkat pengetahuan serta wawasan yang luas untuk petani menerapkan apa yang diperolehnya untuk peningkatan usahataninya (Hasyim, 2006).
3. Lamanya Berusahatani
Petani yang sudah lebih lama bertani akan lebih mudah menerapkan inovasi dari pada petani pemula, karena pengalaman yang lebih banyak sehingga dapat membuat perbandingan dalam mengambil keputusan yang tepat dan benar (Soekartawi, dkk.1986).
Lamanya berusahatani untuk setiap orang berbeda beda, oleh karena itu lamanya berusahatani dapat dijadikan bahan pertimbangan agar tidak melakukan kesalahan yang sama sehingga dapat melakukan hal hal yang baik untuk waktu waktu berikutnya (Hasyim, 2006).
4. Frekuensi Mengikuti Penyuluhan
Petani yang aktif atau sering melakukan kunjungan aktivitas penyuluhan akan semakin tanggap untuk dapat menerapkan suatu inovasi terhadap lahan pertaniannya (Soekartawi, 1986).
Semakin tinggi frekuensi mengikuti penyuluhan maka keberhasilan penyuluhan pertanian yang disampaikan semakin tinggi pula. Frekuensi petani dalam mengikuti penyuluhan yang meningkat disebabkan karena penyampaian yang menarik dan tidak membosankan serta yang disampaikan benar benar bermanfaat bagi petani untuk usahataninya (Hasyim, 2003).
5. Jumlah Tanggungan Keluarga
Petani yang memiliki jumlah tanggungan keluarga yang banyak akan lebih sulit dalam menerapkan teknologi baru karena biaya untuk mencukupi kebutuhan keluarga sangat tinggi, sehingga mereka sulit menerima resiko yang besar jika nantinya inovasi tersebut tidak berhasil (Soekartawi, 2002).
Menurut Hasyim (2006) jumlah tanggungan keluarga adalah salah satu faktor ekonomi yang perlu perhatikan dalam menentukan pendapatan dalam memenuhi kebutuhannya.
6. Luas lahan
Kedudukan lahan dalam usahatani adalah khusus. Selain merupakan unsur produksi yang berdiri sendiri, ia dapat juga digolongkan kedalam unsur modal. Jelas kiranya untuk memperoleh lahan pertanian biasanya diperlukan pengorbanan, baik dalam bentuk jasa maupun keuangan yang merupakan investasi modal. Namun demikian dalam menganggap unsur lahan sebagai modal, pengertiannya harus dibedakan dari jenis jenis modal lainnya, seperti bangunan dan alat alat (Tjakrawiralaksana dan Soeriatmadja, 1983).
Petani yang mempunyai luas lahan yang lebih luas akan lebih mudah menerapkan inovasi dibandingkan dengan petani berlahan sempit. Hal ini dikarenakan keefektifan dan efisiensi dalam penggunaan sarana produksi. Besarnya luasan usahatani menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat petani, dengan semakin luasnya lahan sehingga semakin tinggi produksi dan pendapatan yang diterima (Soekartawi, 2002).
7. Produksi
Produksi yang rendah umumnya disebabkan oleh faktor sosial ekonomi misalnya tingkat pendidikan, umur, luas garapan, modal yang dimiliki dalam mengelola usahatani, jumlah tanggungan keluarga dan dukungan dari keluarga dalam berusahatani (Soekartawi, 1986).
efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan output yang melebihi input. Pengertian efisiensi sangat relatif, efisiensi diartikan sebagai penggunaan input sekecil kecilnya untuk mendapatkan produksi yang sebesar besarnya (Soekartawi, 2002).
8. Produktivitas
Clayton (1964) berpendapat bahwa produktivitas dan hasil pertanian yang lebih tinggi dapat dicapai melalui cara yaitu: memperbaiki alokasi sumber daya yang dimiliki petani, termasuk penggunaan tanah dan tenaga kerja serta penyempurnaan kombinasi cabang usahatani dan memperkenalkan sumber daya baru dalam bentuk modal, tenaga kerja dan teknologi cara cara baru.
Menurut soekartawi (1986) produktivitas petani umumnya masih rendah. Pada umumnya pengetahuan petani kecil itu terbatas, sehingga mengusahakan kebunnya secara tradisional, kemampuan permodalannya juga terbatas dan bekerja dengan alat sederhana. Dengan demikian produktivitas dan produksinya rendah.
Dengan adanya program P2T3 ini diharapkan nantinya akan memberikan manfaat bagi petani dalam hal :
1. Menjamin stabilitas sistem dan perluasan dasar struktur produksi dan mengurangi resiko kegagalan pertanaman.
2. Membuka peluang peningkatan intensitas pertanaman penganekaragaman pengusahaan komoditas, guna menjamin keseimbangan dan perluasan sumber penghasilan petani.
3. Membuka kesempatan dan lapangan pekerjaan.
4. Pergiliran tanaman membuka peluang memperbaiki kesuburan tanah serta memotong (menekan) siklus hama dan penyakit dari pertanaman musim yang lalu.
5. Membuka diversifikasi makanan.
6. Puncak pertanaman dan panen, membuka peluang pengembangan agroindustri (pra panen, panen, pasca panen dan processing)
7. Membuka peluang pengembangan berbagai lembaga pelayanan sistem agribisnis.
8. Memudahkan manajemen pembangunan pertanian (perencanaan, pengorganisasian dan pengendalian).
9. Meningkatkan kualitas hidup petani dan keluarganya dengan memiliki tujuan, sasaran program kerja (tahunan, musiman, bulanan, mingguan dan harian).
Sistem perencanaan mengharuskan adanya evaluasi atau penilaian hasil pelaksanaannya, yang kemudian dapat dipergunakan sebagai masukan balik (feedback) guna memperbaiki atau merencanakan kembali. Masukan kembali dapat dibentuk laporan laporan resmi yaitu melalui daftar daftar isian atau formulir yang telah disusun sebelumnya, berita acara dan sebagainya atau dapat berbentuk cara cara yang lebih santai (informal) melalui rapat rapat staf berkala dimana dibicarakan dan diadakan pertukaran pikiran mengenai apa yang gagal dan yang tidak berhasil dicapai. Dalam evaluasi atau penilaian dicoba untuk mendapatkan informasi dan mencapai hasil suatu program atau dampak dari suatu kegiatan, bagaimana keadaan sebelum dan sesudah dilaksanakan suatu program. Disamping mencari informasi mengenai apa, juga dicari jawaban dari mengapa atau sebabnya hal hal positif maupun negatif telah terjadi. Evaluasi dapat berhubungan dengan pengawasan (Reksopoetranto, 1992).
Berdasarkan pengamatan Ibrahim ternyata ada 3 (tiga) masalah utama yang penting dalam penyuluhan pertanian, yaitu :
1. Masalah yang menyangkut dengan fasilitas yang belum berfungsi sebagaimana mestinya.
2. Kurang adanya keseimbangan antara fasilitas dengan tugas tugas yang di kerjakan.
terlibat dalam pelasanaan program tersebut merasa ikut bertanggung jawab terhadap keberhasilan program yang telah dirumuskan, jika program tersebut terlaksanakan.
Kerangka Pemikiran
Penyuluhan pertanian dilakukan dengan maksud dan tujuan terciptanya perubahan pada setiap petani dan keluarganya yaitu perubahan sikap, perilaku, dan keterampilan petani. Berhubungan dengan masalah masalah sosial ekonomi petani dan termasuk menjadi ruang lingkup penyuluhan pertanian yaitu berusahatani lebih baik (better farming), berusahatani yang lebih menguntungkan (better business), kehidupan keluarga yang lebih layak (better living), terjalinnya
keadaan lingkungan yang lebih harmonis (better environment), dan masyarakat yang lebih makmur dan sejahtera (better community).
Penyuluh dalam menjalankan tugasnya haruslah memiliki acuan yang menjadi pedoman dalam melaksanakan tugasnya dilapangan. Acuan yang menjadi pedoman ini disusun secara sistematis dan memiliki tujuan, baik itu tujuan jangka panjang yaitu terciptanya kesejahteraan petani maupun tujuan jangka pendek yaitu meningkatnya pengetahuan, keterampilan dan sikap petani yang akan dicapai setiap pelaksanaan tugasnya. Acuan sistematis yang menjadikan pedoman inilah yang selanjutnya disebut dengan program penyuluhan pertanian.
pertanian juga terlaksana atas peran aktif dari penyuluh, tokoh masyarakat dan pemerintah di Kabupaten Serdang Bedagai.
Program Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) merupakan suatu program pemerintah daerah yang diberikan kepada petani melalui bantuan PPL dengan maksud supaya petani menjadi terbiasa dalam bercocok tanam, sehingga tidak ada lahan yang menganggur, dengan demikian penggunaan potensi sumber daya alam dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin, menetapkan pola tanam yang serentak dengan jadwal tanam yang sama disamping usaha meningkatkan produksi juga untuk mencegah timbulnya hama wereng batang coklat dan hama lainnya dengan cara memotong siklus hidupnya yang merupakan salah satu usaha dalam pengendalian hama terpadu.
Program P2T3 mempunyai 7 komponen inovasi yaitu : pengolahan tanah, pemilihan benih, penanaman, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, panen, dan pasca panen. Dimana dari keseluruhan komponen inovasi petani diharapkan tahu, mau dan mampu menerapkannya sesuai dengan anjuran yang diberikan PPL. Untuk itu PPL juga dituntut agar mampu menghimbau dan mensosialisasikan inovasi P2T3 dengan baik dan tepat sehingga petani mau menerapkan inovasi tersebut.
Program
- Tingkat pendidikan - Lamanya berusaha
tani
- Frekuensi mengikuti penyuluhan
- Jumlah tanggungan keluarga
22
METODE PENELITIAN
Metode Penentuan Wilayah Penelitian
Penentuan daerah sampel dilakukan secara purposive, yaitu di Desa Sei Belutu, Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai. Memilih Kecamatan Sei Bamban sebagai daerah penelitian dengan alasan Kecamatan ini memiliki luas panen terluas serta produksi padi sawah terbesar untuk tingkat Kecamatan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Daftar Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Padi Sawah Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009
No Kecamatan Luas panen
Kabupaten Serdang Bedagai terdiri dari 17 Kecamatan, 273 Desa dan 6 Kelurahan. Dari Tabel 1 dapat dilihat Kecamatan Sei Bamban luas panen sebesar 13.077 ha, produktivitas 45,93 kw/ha, dan produksi padi sawah sebesar 60.059 Ton. Memilih WKPP Sei Belutu sebagai daerah penelitian karena WKPP Sei Belutu memiliki lahan sawah terluas dari 7 WKPP yang ada di Kecamatan Sei Bamban yaitu 1532 ha dan telah menjalankan program P2T3, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Daftar Luas Lahan/ WKPP Kecamatan Sei Bamban Tahun 2009
NO KECAMATAN
Metode Pengambilan Sampel
Dari populasi 1040 kepala keluarga (kk) petani padi sawah di Desa Sei Belutu, Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai, dipilih 30 kk sebagai sampel berdasarkan stratified random sampling ditentukan secara proporsional dengan luas lahan yaitu <1ha dan ≥1 h a, dengan demikian setiap petani didaerah penelitian ini memiliki peluang yang sama untuk dijadikan sampel. Sampel penelitian dihitung dengan persamaan Soepomo (1997) yaitu :
Spl = × Js
Dimana :
Spl = Sampel
n = Jumlah Petani Berdasarkan Strata Luas Lahan N = Total Populasi
Js = Besar Sampel (30 orang)
Spl I = × Js Spl II = × Js
= × 30 = 15,57 ≈ 16 = × 30 = 14,42 ≈ 14
Tabel 3. Jumlah Populasi dan Sampel
No Strata Luas Lahan (ha) Populasi Sampel
1 2
I II
<1
≥1 540 500
16 14
Jumlah 1040 30
Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui hasil wawancara langsung yang dilakukan terhadap petani yang berasal dari WKPP Sei Belutu dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah disiapkan sebelumnya, sedangkan data sekunder diperoleh dari Dinas Pertanian Serdang Bedagai, kantor BPS Sumatera Utara, kantor BP4K Serdang Bedagai, kantor Kepala Desa Sei Belutu, dan PPL yang bertugas didaerah penelitian, serta instansi terkait lainnya. Spesifikasi pengumpulan data yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Spesifikasi Pengumpulan Data
No
. Jenis Data Sumber
Metode
Wawancara Observasi 1
Program Penyuluhan Pertanian P2T3
Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3 Umur
Tingkat Pendidikan Lamanya Berusahatani
Frekuensi Mengikuti Penyuluhan Jumlah Tanggungan Keluarga Luas Lahan
Produksi
Produktivitas
Masalah masalah yang Dihadapi dalam Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3 Upaya upaya yang Dilakukan dalam Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3
Metode Analisis Data
Data primer yang telah diperoleh terlebih dahulu ditabulasikan, kemudian dianalisis dengan uji statistik yang sesuai.
Untuk menguji hipotesis pelaksanaan program penyuluhan pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) didaerah penelitian mengalami perkembangan dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif, dimana semakin seriusnya PPL dalam mensosialisasikan inovasi kepada petani serta semakin terbukanya para petani dalam menerapkan inovasi yang diberikan oleh PPL selama tiga tahun terakhir.
Tabel 5. Skor Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) Sesuai dengan Anjuran Pada Petani Padi Sawah di Desa Sei Belutu, Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai.
No
Anjuran Pengukuran Skor
1 Pengolahan Tanah
- Pengolahan dilakukan 3 minggu-1 bulan sebelum tanam
- Dengan menggunakan traktor tangan
- Kedalaman 20-30 cm, sampai terbentuk struktur lumpur - Permukaan tanah
diratakan untuk mempermudah mengontrol dan mengendalikan air.
1. Melakukan inovasi
pengolahan tanah sesuai dengan anjuran
2. Tidak melakukan inovasi
- Menggunakan benih unggul yang
bersertifikat
- Menggunakan satu jenis benih pada satu lahan yang diusahakan
1. Melakukan inovasi pemilhan benih sesuai dengan anjuran 2. Tidak melakukan
inovasi pemilhan benih sesuai dengan anjuran
2
1
3 Penanaman - Keseragaman/tertib tanam dan pengaturan pola tanam yaitu padi- semangka-padi
- Pengaturan jarak tanam, yaitu antara :
a) 18 x 18 cm b) 18 x 20 cm c) 20 x 20 cm - Bibit ditanam pada
kedalaman 3-5 cm - Penanaman bibit 3-4
batang/lubang
- Tanam bibit muda umur 15-20 hari
- Tanam sistem legowo
1. Melakukan inovasi
penanaman sesuai dengan anjuran 2. Tidak melakukan
inovasi
penanaman sesuai dengan anjuran
2
Lanjutan Tabel 5…
4 Pemupukan - Pemakaian pupuk berimbang yaitu :
a) Urea = 200 Kg/Ha b) SP36 = 150 Kg/Ha c) KCl = 100 Kg/Ha d) ZA = 75 Kg/Ha Jumlah = 525 Kg/Ha - Pemakaian pupuk tersebut
dapat dicampurkan bersamaan.
- Pemakaian pupuk tersebut harus disesuaikan dengan kondisi perkembangan tanaman dan keadaan fisik tanah.
- Penggunaan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) dan Penggunaan Pupuk Cair (PPC)
5 Pengendalian Hama dan
Penyakit
- Pengendalian jasad pengganggu tanaman secara terpadu
- Pengendalian berbagai jenis hama dan penyakit yang akan terjadi pada padi sawah adalah lebih mengandalkan cara pencegahan dibanding pengobatan, yaitu dengan cara pemilihan benih yang bersertifikat dengan mutu yang terjamin.
- Menggunakan pestisida dan racun lainnya apabila populasi hama dan penyakit diatas ambang kewajaran.
- Pengendalian dan
Lanjutan Tabel 5…
6 Panen - Butir gabah menguning mencapai sekitar 80% dan tangkainya sudah
menunduk
- Pemanenan dapat
dilakukan 100-115 sesuai jenis benihnya
- Menggunakan sabit pemotong
- Perontokan dilakukan dengan power thresser (alat mesin perontok) yang diberi alas berupa terpal untuk meminimalisasi gabah banyak terbuang.
1. Melakukan
7 Pasca Panen - Dilakukan pengeringan dibawah sinar matahari sekitar 1-3 hari tergantung intensitas cahaya matahari agar gabah tahan lama disimpan.
- Dilakukan penggilingan dengan mesin alat penggiling
- Penyimpanan beras dilakukan setelah
pengemasan dalam karung plastik.
Sumber : BP4K Kabupaten Serdang Bedagai
Dari Tabel 5 dikemukakan bahwa jumlah skor dalam mengevaluasi pelaksanaan inovasi program P2T3 adalah apabila skor:
Dampak setelah petani menerapkan anjuran yang diberikan PPL yaitu tercapainya target yang telah ditetapkan, adapun tujuan program (target yang ingin dicapai) yaitu peningkatan produksi, peningkatan produktivitas, pengetahuan petani bertambah, penurunan hama dan penyakit serta terkoordinirnya tanaman. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Skor Target Yang Dicapai Setelah Menerapkan Anjuran Pada Petani Padi Sawah di Desa Sei Belutu, Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai
No. Target yang Dicapai Setelah Menerapkan Anjuran
Pengukuran Skor
1 Peningkatan produksi 1. Terjadinya peningkatan produksi
2. Produksi sama dengan hasil sebelumnya (tetap)
3. Produksi menurun
3 2 1 2 Peningkatan produktivitas 1. Terjadinya peningkatan
produktivitas
2. produktivitas sama dengan hasil sebelumnya (tetap) 3. Produktivitas menurun
3 2 1 3 Pengetahuan petani bertambah 1. Pengetahuan petani menjadi
bertambah
2. Pengetahuan petani tetap 3. Pengetahuan petani
berkurang
3 2 1 4 Penurunan hama dan penyakit 1. Terjadinya Penurunan
hama dan penyakit
2. Tidak ada Penurunan hama dan penyakit ( tetap)
3. Populasi hama dan penyakit semakin banyak
3 2 1 5 Terkoordinirnya tanaman 1. Tanaman semakin mudah
dikoordinir
2. Tidak ada pengaruh (tetap) 3. Semakin sulitnya
mengkoordinir tanaman
3 2 1
Dari Tabel 6 dikemukakan bahwa jumlah skor dalam mengevaluasi program P2T3 berdasarkan target yang dicapai setelah menerapkan anjuran adalah apabila skor: ≤ 10 dapat disimpulkan bahwa program P2T3 tidak berhasil
11-15 dapat disimpulkan bahwa program P2T3 berhasil
Untuk hipotesis terdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik sosial ekonomi petani dengan tingkat keberhasilan program penyuluhan pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) didaerah penelitian dianalisis dengan menggunakan metode Korelasi Rank Spearman dengan bantuan Statistical Product and Service Solution (SPSS) 18.
Dengan kriteria uji sebagai berikut :
H0 terima dan H1 tidak terima jika signifikansi ≥ α H1 terima dan H0 tidak terima jika signifikansi < α
Dapat juga diketahui dengan cara manual yaitu dengan rumus:
Rs = 1 –
dimana range Rs = -1≤0≥1 Keterangan:
Rs = koefisien korelasi Rank Spearman
di = selisih antara peringkat faktor sosial ekonomi dengan keberhasilan penyuluhan
N = jumlah sampel α = tingkat kepercayaan db = derajat bebas
dan diuji dengan uji signifikansi sebagai berikut :
Dengan kriteria uji sebagai berikut :
Jika t hitung ≤ t tabel maka H0 terima dan H1 tidak terima
Yaitu tidak ada hubungan antara karakteristik sosial ekonomi (umur, tingkat pendidikan, lamanya berusahatani, frekuensi mengikuti penyuluhan pertanian, jumlah tanggungan keluarga, luas lahan, produksi dan produktivitas) petani dengan keberhasilan penyuluhan.
Jika t hitung > t tabel maka H0 tidak terima dan H1 terima
Yaitu ada hubungan antara karakteristik sosial ekonomi (umur, tingkat pendidikan, lamanya berusahatani, frekuensi mengikuti penyuluhan pertanian, jumlah tanggungan keluarga, luas lahan, produksi dan produktivitas) petani dengan keberhasilan penyuluhan (Sudjana,1992).
Defenisi dan Batasan Operasional
Untuk menjelaskan dan menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini maka dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut :
Defenisi
1. Evaluasi adalah kegiatan pengamatan serta penilaian terhadap suatu keadaan yang sedang berjalan ataupun yang telah selesai.
2. Program adalah pernyataan tertulis tentang keadaan, masalah, tujuan dan cara mencapai tujuan yang disusun dalam bentuk dan sistematika yang teratur. 3. Program penyuluhan pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam
(P2T3) merupakan suatu program pemerintah daerah yang diberikan kepada petani melalui bantuan PPL dengan maksud supaya petani terbiasa dalam bercocok tanam, sehingga tidak ada lahan yang menganggur, dengan demikian penggunaan potensi sumber daya alam dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin.
4. Evaluasi program adalah evaluasi yang dilakukan mengkaji kembali draft atau usulan program yang sudah direncanakan dan dilaksanakan apakah berhasil atau tidak untuk keberlanjutan program tersebut.
5. Dalam penelitian ini yang dievaluasi adalah program penyuluhan pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) pada petani padi sawah. 6. Sampel dalam penelitian ini adalah setiap petani padi sawah yang sudah
7. Karakteristik sosial ekonomi petani adalah sifat sifat khas yang dimiliki oleh setiap individu petani didaerah penelitian.
8. Karakteristik sosial ekonomi petani yang diteliti adalah umur, tingkat pendidikan, lamanya berusahatani, frekuensi mengikuti penyuluhan, jumlah tanggungan keluarga, luas lahan, produksi dan produktivitas.
9. Umur (X1) adalah lama waktu hidup responden (tahun) dari lahir hingga ketika dilakukan penelitian.
10.Tingkat pendidikan (X2) adalah tingkat jenjang pendidikan yang telah ditempuh oleh responden untuk memperoleh pengajaran dibangku sekolah (pendidikan formal).
11.Lama berusahatani (X3) adalah lamanya (tahun) responden bekerja sebagai petani padi sawah.
12.Frekuensi mengikuti penyuluhan (X4) adalah banyaknya (kali) kegiatan penyuluhan yang diikuti oleh responden.
13.Jumlah tanggungan keluarga (X5) adalah jumlah seluruh anggota keluarga yang belum berpenghasilan dan menjadi tanggungjawab responden.
14.Luas lahan (X6) adalah luasnya (ha) areal pertanaman padi sawah yang diusahakan oleh responden.
15.Produksi (X7) adalah hasil panen yang diperoleh petani dari usahataninya (ton).
16.Produktivitas (X8) adalah hasil persatuan luas lahan (ton/ha).
peningkatan produktivitas, pengetahuan petani bertambah, penurunan hama dan penyakit serta terkoordinirnya tanaman.
Batasan Operasional
1. Lokasi penelitian adalah Desa Sei Belutu, Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai.
2. Adapun pola tanam yang dianjurkan di Desa Sei Belutu yaitu : padi-semangka-padi.
3. Waktu penelitian adalah pada bulan November sampai dengan Desember tahun 2010.
36
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN
DAN KARAKTERISTIK DAERAH PENELITIAN
Deskripsi Daerah Penelitian
Luas dan Tofografi Desa
Desa Sei Belutu berada di Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara. Tofografi daerah umumnya datar, ketinggian tempat berkisar 14 m diatas permukaan laut dan desa Sei Belutu mempunyai luas wilayah 1626 ha. Secara geografis desa Sei Belutu terdiri dari wilayah dataran rendah dengan suhu 30-33 °C, curah hujan tinggi pada bulan September sampai Desember sedangkan musim kemarau pada bulan Januari sampai Agustus dan sebagai daerah pertanian tanaman pangan yang cukup subur ditanami padi sepanjang tahun. Jumlah penduduk desa Sei Belutu yaitu 4627 jiwa dengan jumlah kepala keluarga 1040 kk.
Secara administratif, batas batas daerah penelitian ini adalah sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan : Desa Bakaran Batu
- Sebelah Selatan berbatasan dengan : Kecamatan Dolok Masihul - Sebelah Barat bertasan dengan : Desa Gempolan
Tata Guna Tanah
Desa Sei Belutu yang memiliki luas wiayah 1626 ha dimana penggunaan lahan terluas adalah persawahan yaitu 1532 ha, ladang 13,5 ha, pekarangan 10 ha dan selebihnya yaitu 70,5 ha adalah untuk pemukiman dan prasarana lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Desa Sei Belutu pada umumnya mayoritas bertanam padi sawah.
Keadaan Penduduk
Desa Sei Belutu memilki penduduk sebanyak 4627 jiwa dengan jumlah kepala keluarga 1040 kk. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Distribusi Penduduk menurut Jenis Kelamin di Desa Sei Belutu Tahun 2009
No. Jenis Kelamin Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1
2
Laki laki Perempuan
2118 2509
45,8 54,2
Jumlah 4627 100
Sumber : Kantor Kepala Desa Sei Belutu Tahun 2009
Dari data yang diperoleh keadaan penduduk menurut umur di Desa Sei Belutu dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Distribusi Penduduk menurut Umur di Desa Sei Belutu Tahun 2009
No Kelompok Umur (tahun) Jumlah Penduduk (jiwa) Persentase (%) 1
Sumber : Kantor Kepala Desa Sei Belutu Tahun 2009
Keadaan penduduk menurut mata pencaharian di Desa Sei Belutu dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Distribusi Penduduk menurut Mata Pencaharian di Desa Sei Belutu Tahun 2009.
No. Mata Pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1
Sumber : Kantor Kepala Desa Sei Belutu Tahun 2009
Berdasarkan Tabel 9, bahwa sebagian besar penduduk Desa Sei Belutu bermata pencaharian petani yaitu 2000 jiwa (43,22%), PNS 296 jiwa (6,40%), POLRI/TNI 44 jiwa (0,95%), wiraswasta 95 jiwa (2,05%), buruh 42 jiwa (0,91%), karyawan 25 jiwa (0,54%), jasa 28 jiwa (0,61%), pedagang 84 jiwa (1,81%) dan lain lain sebanyak 2013 jiwa (43,51%).
Keadaan penduduk menurut agama yang dianut di Desa Sei Belutu dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Distribusi Penduduk menurut Agama yang Dianut di Desa Sei Belutu Tahun 2009.
No Agama yang dianut Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1
Berdasarkan Tabel 10, diketahui bahwa penduduk Desa Sei Belutu mayoritas menganut agama Kristen Protestan yaitu sebanyak 3942 jiwa (85,19%), Kristen Katolik 613 jiwa (13,25%), dan Islam 72 jiwa (1,56%).
Keadaan penduduk menurut Tingkat Pendidikan di Desa Sei Belutu dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Distribusi Penduduk menurut Tingkat Pendidikan di Desa Sei Belutu Tahun 2009.
No Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1
Sumber : Kantor Kepala Desa Sei Belutu Tahun 2009
Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang tersedia di Desa Sei Belutu akan mempengaruhi perkembangan dan kemajuan masyarakat desa. Semakin baik sarana dan prasarana pendukung maka akan semakin mudah desa tersebut dijangkau maka otomatis akan mempercepat laju perkembangan desa. Sarana dan prasarana dapat dikatakan baik apabila dari segi ketersediaan dan pemanfaatannya sudah sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat sehingga dapat mempermudah masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya.
Adapun sarana dan prasarana yang terdapat di Desa Sei Belutu dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Sarana dan Prasarana di Desa Sei Belutu Tahun 2009.
No Sarana dan Prasarana Jumlah (unit)
1
Sumber : Kantor Kepala Desa Sei Belutu Tahun 2009
Karakteristik Petani Sampel
Petani sampel yang dimaksud yaitu petani yang mengusahakan padi sawahnya dan telah mengetahui adanya sosialisasi penyuluhan pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) di Desa Sei Belutu, dan yang menjadi subjek karakteristik petani yang menjadi sampel dalam penelitian meliputi umur, tingkat pendidikan, lamanya berusaha tani, frekuensi mengikuti penyuluhan, jumlah tanggungan keluarga, luas lahan, produksi, dan produktivitas.
Tabel 13. Karakteristik Sosial Ekonomi Petani di Desa Sei Belutu Tahun 2009.
No Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Satuan Range Rata rata 1 Lamanya berusaha tani
Frekuensi mengikuti penyuluhan Jumlah tanggungan keluarga Luas lahan
Sumber : Diolah dari Lampiran 1
43
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) di Daerah Penelitian
Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai) sangat berpotensi untuk berswasembada pangan. Hal ini dapat dilihat dari luas lahan pertanian di daerah ini cukup memadai. Kabupaten Serdang Bedagai memiliki areal pertanian seluas 41.981 hektar (sawah beririgasi 35.546 hektar dan tidak beririgasi 6.453 hektar), merupakan daerah penghasil beras terbesar keempat di Provinsi Sumatera Utara setelah Kabupaten Simalungun, Langkat dan Deli Serdang.
Potensi Sergai untuk pengembangan sektor pertanian cukup besar yang didukung agroklimat, topografi dan jumlah penduduk yang bermata pencahariannya kurang lebih 60 persen berusaha di bidang pertanian (agribisnis).
Untuk itu perlu sumberdaya manusia penyuluh yang berkualitas agar dapat merubah dan meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap petani sehingga tahu, mau dan mampu menggali potensi pertanian yang ada.
Pendekatan penyelenggaraan penyuluhan pertanian di Kabupaten Serdang Bedagai sesuai dengan pendekatan pembangunan pertanian yaitu agribisnis yang berorientasi pada ketahanan pangan yang terpadu dan berkelanjutan serta pendekatan berbasis sumberdaya pertanian yang diselaraskan dengan aspirasi dan dukungan kegiatan petani dan kontak tani serta memperhatikan sumberdaya daerah, sumberdaya manusia dan agroekosistem.
diharapkan tahu, mau dan mampu menerapkannya sesuai dengan anjuran yang diberikan PPL. Untuk itu PPL juga dituntut agar mampu menghimbau dan mensosialisasikan inovasi P2T3 dengan baik dan tepat sehingga petani mau menerapkan inovasi tersebut. Setelah inovasi P2T3 yang dianjurkan PPL diterapkan petani maka diharapkan tujuan program penyuluhan (target) dapat tercapai yaitu peningkatan produksi, peningkatan produktivitas, pengetahuan petani bertambah, penurunan hama dan penyakit serta terkoordinirnya tanaman.
Walaupun program penyuluhan pertanian tersebut telah disusun, namun dalam pelaksanaanya tidak semua program berhasil dilaksanakan, karena kondisi alam, kurangnya modal petani, PPL yang belum kompak dengan petani juga disebabkan petani kurang berpartipasi dalam kegiatan tersebut. Bahkan ada sebagian petani yang beranggapan bahwa tidak ada kerja nyata dari penyuluh pertanian lapangan (PPL) serta masih ada petani yang belum menyadari adanya kegiatan penyuluhan pertanian di desa mereka.
Apr Mei Jun Jul Agus Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar
Padi Padi
Semangka
IP Lahan Sawah = IP 3
Gambar 2 : Pola Tanam dan Tertib Tanam di Desa Sei Belutu, Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai Musim Tanam 2009/2010
Sebenarnya Penyuluhan Pertanian P2T3 di Desa Sei Belutu, Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai sudah lama ada tetapi instruksi pihak pemerintah tersebut tidak secara langsung disampaikan kepada petani melalui perantara PPL, tetapi biasanya PPL menjumpai kepala desa dan memberikan anjuran jadwal tanam/tertib tanam yang harus dilakukan oleh petani yang ada di daerah tersebut setelah itu kepala desa menyampaikan tertib tanam yang harus dilakukan di desa tersebut melalui warta jemaat di setiap gereja yang ada di desa Sei Belutu melalui perantara majelis gereja.
merasa dengan adanya program tersebut produksi padi mereka menjadi meningkat serta populasi hama dan penyakit semakin berkurang.
Untuk melihat pelaksanaan program penyuluhan pertanian P2T3 selama 3 tahun terakhir di Desa Sei Belutu dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Pelaksanaan Inovasi Program Penyuluhan Pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3).
N0.
Persentase Petani Yang Melaksanakan Anjuran Program Penyuluhan Pertanian P2T3 (%)
Pertambahan (%)
Sumber : PPL Desa Sei Belutu
Keberhasilan Program Penyuluhan Pertanian P2T3
Keberhasilan program penyuluhan pertanian dapat diketahui dari petani bersedia melaksanakan anjuran yang diberikan PPL dan tercapainya target yang telah ditetapkan setelah menerapkan anjuran yaitu peningkatan produksi, peningkatan produktivitas, pengetahuan petani bertambah, penurunan hama dan penyakit serta terkoordinirnya tanaman.
Suatu inovasi yang dianjurkan PPL dalam Program Penyuluhan Pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) adalah sebagai berikut :
1. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah yang dianjurkan oleh PPL di Desa Sei Belutu yaitu pengolahan dilakukan 3 minggu-1 bulan sebelum tanam, dengan menggunakan traktor tangan, kedalaman 20-30 cm sampai terbentuk struktur lumpur, permukaan tanah diratakan untuk mempermudah mengontrol dan mengendalikan air.
Tabel 15. Jumlah dan Persentase Petani yang Melaksanakan Pengolahan Tanah Sesuai dengan Anjuran.
Uraian Tidak Sesuai
Anjuran Sesuai Anjuran Total Jumlah (kk)
Sumber : Diolah dari Lampiran 2
2. Pemilihan Benih
Dalam pemilihan benih, anjuran yang diberikan oleh PPL yaitu petani harus menggunakan benih unggul yang bersertifikat serta menggunakan satu jenis benih pada satu lahan yang diusahakan
Pemilihan benih yang diterapkan oleh petani padi sawah di daerah penelitian pada umumnya menggunakan benih unggul bersertifikat yang diberikan pihak pemerintah kepada para petani tetapi ada juga petani yang menggunakan benih sendiri yang dihasilkan dari hasil panen sebelumnya.
Dari data yang dikumpulkan diperoleh hasil bahwa petani yang menggunakan benih sesuai dengan anjuran yaitu 70% (21 kk) dan yang menggunakan benih tidak sesuai anjuran yaitu 30% (9 kk). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Jumlah dan Persentase Petani yang Melaksanakan Pemilihan Benih Sesuai dengan Anjuran.
Uraian Tidak Sesuai
Anjuran Sesuai Anjuran Total Jumlah (kk)
Sumber : Diolah dari Lampiran 2
3. Penanaman
tanam (antara 18 x 18 cm, 18 x 20 cm, 20 x 20 cm), bibit ditanam pada kedalaman 3-5 cm, penanaman bibit 3-4 batang/lubang, tanam bibit muda umur 15-20 hari, serta tanam sistem legowo.
Dari hasil wawancara yang disertai dengan pengamatan ternyata petani di daerah penelitian masih mengandalkan tradisi penanaman yang sudah dijalankan turun temurun yaitu penanaman sembarang jarak, disebabkan petani menganggap penanaman yang dianjurkan oleh PPL memerlukan waktu dan tenaga yang banyak serta keterampilan yang tinggi. Khususnya tanam sistem legowo, masih ada petani bertanam padi sawah yang tidak menggunakan sistem legowo karena ada anggapan bahwa sistem legowo hanya akan membuat penggunaan pupuk yang tidak efisien yaitu pupuk yang digunakan cenderung banyak terbuang karena tidak terserap padi melainkan sebagian pupuk diserap rumput disekitar tanaman. Dalam penyemprotan obat obatan petani juga mengalami kesulitan.
Dari data yang dikumpulkan diperoleh hasil bahwa petani yang melakukan penanaman sesuai dengan anjuran yaitu 56,67% (17 kk) dan yang tidak melakukan penanaman sesuai dengan anjuran yaitu 43,33% (13 kk). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Jumlah dan Persentase Petani yang Melaksanakan Penanaman Sesuai dengan Anjuran.
Uraian Tidak Sesuai
Anjuran Sesuai Anjuran Total Jumlah (kk)
Persentase (%)
13 43,33
17 56,67
30 100
Sumber : Diolah dari Lampiran 2
4. Pemupukan
150 kg/ha, KCl sebanyak 100 kg/ha, ZA sebanyak 75 kg/ha sehingga total keseluruhan adalah 525 kg/ha), pemakaian pupuk tersebut dapat dicampurkan bersamaan, pemakaian pupuk tersebut harus disesuaikan dengan kondisi perkembangan tanaman dan keadaan fisik tanah, penggunaan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) dan Penggunaan Pupuk Cair (PPC)
Proses pemupukan sebaiknya dilakukan dengan berpedoman pada prinsip tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu, tepat cara, dan tepat tempat. Tepat jenis adalah jenis pupuk yang digunakan sesuai dengan kebutuhan tanaman. Tepat jumlah berarti jumlah masing masing pupuk yang digunakan sesuai dengan dosis yang ditentukan.
Dari hasil wawancara dan observasi ternyata pemupukan tanaman padi sawah sungguh memprihatinkan, dimana kebutuhan pupuk terhadap tanaman yang diusahakan sangat tergantung pada kapasitas keuangan petani yang bersangkutan, akhirnya pemupukan yang dilakukan tidak sesuai dengan anjuran dan tidak terkontrol.
Tepat waktu dimaksudkan pemupukan dilakukan pada awal pertumbuhan dan saat perkembangan tanaman saat itu juga tanaman memerlukan unsur hara yang lebih tinggi. Tepat cara merupakan mekanisme dan tata cara pemberian pupuk harus sesuai dengan karakteristik pupuk dan sifat tanaman. Tepat tempat merupakan peran pendukung dalam proses pemupukan yaitu mulai dari letak peyimpanan pupuk, letak pencampuran/pengadukan pupuk jaraknya dengan areal persawahan yang bersangkutan.
melakukan pemupukan sesuai dengan anjuran yaitu 43,33% (13 kk). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Jumlah dan Persentase Petani yang Melaksanakan Pemupukan Sesuai dengan Anjuran.
Uraian Tidak Sesuai
Anjuran Sesuai Anjuran Total Jumlah ( kk)
Persentase (%)
13 43,33
17 56,67
30 100
Sumber : Diolah dari Lampiran 2
5. Pengendalian Hama dan Penyakit
Dalam hal pengendalian hama dan penyakit PPL memberikan anjuran kepada petani yaitu dengan pengendalian jasad pengganggu tanaman secara terpadu, pengendalian berbagai jenis hama dan penyakit yang akan terjadi pada padi sawah adalah lebih mengandalkan cara pencegahan dibanding pengobatan yaitu dengan cara pemilihan benih yang bersertifikat dengan mutu yang terjamin, menggunakan pestisida dan racun lainnya apabila populasi hama dan penyakit diatas ambang kewajaran, pengendalian dan pemberantasan hama dan penyakit menggunakan racun harus sesuai dengan dosis, jenis, cara, tempat dan waktu yang tepat.
Pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan petani di daerah penelitian sebagian masih tidak melakukannya sesuai dengan anjuran dikarenakan petani masih berpegang pada pengalaman, mengandalkan cara sendiri dan dibatasi atas kesanggupan dalam pembelian pestisida akibatnya banyak tanaman yang terabaikan pertumbuhannya dan akhirnya berdampak pada produksi padi.
yang tidak melakukan pengendalian hama dan penyakit sesuai dengan anjuran yaitu 30% (9 kk). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19. Jumlah dan Persentase Petani yang Melaksanakan Pengendalian Hama dan Penyakit Sesuai dengan Anjuran.
Uraian Tidak Sesuai
Anjuran Sesuai Anjuran Total Jumlah (kk)
Sumber : Diolah dari Lampiran 2
6. Panen
Pemanenan yang dianjurkan yaitu apabila butir gabah menguning mencapai sekitar 80% dan tangkainya sudah menunduk, pemanenan dapat dilakukan 100-115 sesuai jenis benihnya, menggunakan sabit pemotong, perontokan dilakukan dengan power thresser (alat mesin perontok) yang diberi alas berupa terpal untuk meminimalisasi gabah banyak terbuang.
Dalam hal pemanenan, petani tidak terlalu mempunyai kendala menerapkan anjuran asalkan cuaca yang mendukung serta tersedianya tenaga kerja pada saat akan dilakukannya pemanenan.
Dari data yang dikumpulkan diperoleh hasil bahwa petani yang melakukan pemanenan sesuai dengan anjuran yaitu 96,67% (29 kk) dan yang tidak melakukan pemanenan sesuai dengan anjuran yaitu 3,33% (1 kk). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 20. Jumlah dan Persentase Petani yang Melaksanakan Panen Sesuai dengan Anjuran.
Uraian Tidak Sesuai
Anjuran Sesuai Anjuran Total Jumlah (kk)
7. Pasca Panen
Anjuran yang diberikan oleh PPL kepada para petani dalam hal pasca panen yaitu dilakukan pengeringan dibawah sinar matahari sekitar 1-3 hari tergantung intensitas cahaya matahari agar gabah tahan lama disimpan, dilakukan penggilingan dengan mesin alat penggiling, penyimpanan beras dilakukan setelah pengemasan dalam karung plastik.
Dalam hal pasca panen masih ada petani yang tidak melaksanakan anjuran dimana setelah panen hampir semua hasil panennya dijual tanpa melalui proses pengeringan dan penggilingan sehingga hanya sedikit yang di simpan sebagai stok.
Dari data yang dikumpulkan diperoleh hasil bahwa petani yang melakukan pasca panen sesuai dengan anjuran yaitu 83,33% (25 kk) dan yang tidak melakukan pasca panen sesuai dengan anjuran yaitu 16,67% (5 kk). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 21.
Tabel 21. Jumlah dan Persentase Petani yang Melaksanakan Pasca Panen Tanah Sesuai dengan Anjuran.
Uraian Tidak Sesuai
Anjuran Sesuai Anjuran Total Jumlah (kk)
Persentase (%)
5 16,67
25 83,33
30 100
Sumber : Diolah dari Lampiran 2