EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN PADI SAWAH (Oryzasativa L.) DI DESA BAKARAN BATU KECAMATAN SEI BAMBAN
KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
SKRIPSI
OLEH :
KOKO TAMPUBOLON 100301250
AGROEKOTEKNOLOGI - ILMU TANAH
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN PADI SAWAH (Oryzasativa L.) DI DESA BAKARAN BATU KECAMATAN SEI BAMBAN
KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
SKRIPSI
OLEH :
KOKO TAMPUBOLON 100301250
AGROEKOTEKNOLOGI - ILMU TANAH
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Di Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
Judul Penelitian : Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Padi Sawah
(Oryza sativa L.) Di Desa Bakaran Batu
Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai
Nama : Koko Tampubolon
NIM : 100301250
Program Studi : Agroekoteknologi Minat Studi : Ilmu Tanah
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
(Ir. Razali, MP) (Ir. Hardy Guchi, MP NIP. 19680707 200501 1 001 NIP. 19560812 198603 1 001
)
Mengetahui :
Ketua Program Studi Agroekoteknologi
ABSTRAK
KOKO TAMPUBOLON : Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Padi Sawah
(Oryza sativa L.) Di Desa Bakaran Batu Kecamatan Sei Bamban Kabupaten
Serdang Bedagai. Dibimbing oleh Ir. Razali, MP dan Ir. Hardy Guchi, MP.
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bakaran Batu Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai, Laboratorium Sistem Informasi Geografis dan di Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan pada bulan April - Agustus 2014. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat kelas kesesuaian lahan tanaman padi sawah (Oryza sativa L.) di Desa Bakaran Batu Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai. Penelitian ini dilakukan dengan metode survei yang mengacu pada besarnya tingkat faktor pembatas dari karakteristik lahan. Data hasil pengamatan dilapangan (kondisi fisik lingkungan) dan data hasil analisis laboratorium dicocokkan (matching) dengan kriteria kelas kesesuaian lahan padi sawah. Parameter yang diukur adalah tekstur tanah, drainase, kedalaman tanah, kapasitas tukar kation, kejenuhan basa, pH tanah, C-organik tanah, alkalinitas, lereng, bahaya erosi, genangan dan batuan dipermukaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor pembatas pada lahan padi sawah di Desa Bakaran Batu Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai adalah tekstur tanah, kejenuhan basa dan C-organik tanah. Tekstur tanah tidak dapat diperbaiki sedangkan kejenuhan basa dan C-organik tanah dapat diperbaiki dengan penambahan pupuk yang mengandung K+, Ca2+, Mg2+, Na+ misalnya pupuk KCl, CaCO3, MgSO4 danpenambahan bahan organik
ABSTRACT
KOKO TAMPUBOLON: Land Suitability Evaluation for Rice (Oryza sativa L.) In Bakaran Batu village Sei Bamban sub district Serdang Bedagai regency. Guided by Ir. Razali, MP and Ir. Hardy Guchi, MP.
The research was conducted In Bakaran Batu village Sei Bamban sub district Serdang Bedagai regency and Geographic Information Systems Laboratory and Laboratory for Research and Technology Faculty of Agriculture, University of North Sumatra Medan in April to August 2014. This study aims to determine the level of the land suitability class of lowland rice In Bakaran Batu village Sei Bamban sub district Serdang Bedagai regency. This study was conducted using a survey that refers to the level of the limiting factors of land characteristics. Field observation data (physical environmental conditions) and the data matched the results of laboratory analysis (matching) with the criteria of rice land suitability classes. Parameters measured were soil texture, drainage, soil depth, cation exchange capacity, base saturation, soil pH, soil organic C, alkalinity, slope, erosion, flooding and rock surface.
The results showed that the limiting factor in the rice In Bakaran Batu village Sei Bamban sub district Serdang Bedagai regency is soil texture, base saturation and soil organic C. Soil texture can not be repaired while the base saturation and soil organic C can be improved with the addition of fertilizers containing K+, Ca2+, Mg2+, Na+ for example KCl, CaCO3, MgSO4, and the
addition of organic matter
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jatian pada tanggal 26 Januari 1991 dari Ayah Lontang Oskar Tampubolon dan Ibu Santa Siahaan. Penulis merupakan anak kedelapan dari delapan bersaudara.
Tahun 2008 penulis lulus dari SMK Negeri 1 Raya dan pada tahun 2010 masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui ujian Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis memilih Program Studi Agroekoteknologi minat studi Ilmu Tanah.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis mengikuti kegiatan organisasi Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi (HIMAGROTEK). Penulis juga peserta Pekan Ilmiah Mahasiswa Ilmu Tanah Nasional dan Juara III Lomba Karya Tulis Ilmiah pada tanggal 6 - 11 Mei 2013 di Universitas Sriwijaya, Palembang serta Juara harapan II Lomba Karya Tulis Ilmiah kategori mahasiswa dalam Apresiasi Program Pembangunan Pertanian Tahun 2013 dari Kementerian Pertanian. Penulis juga sebagai asisten praktikum di Laboratorium Evaluasi Kesesuaian Lahan Tahun Ajaran Ganjil 2013/2014 & Ganjil 2014/2015, Laboratorium Perbanyakan Vegetatif Tanaman Tahun Ajaran Genap 2012/2013 & Genap 2013/2014, Laboratorium Teknologi Budidaya Tanaman Hortikultura Tahun Ajaran Ganjil 2013/2014, Laboratorium Perancangan Percobaan Tahun Ajaran Ganjil 2013/2014.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat kasih dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.
Adapun judul dari skripsi ini adalah “Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Padi Sawah (Oryza sativa L.) Di Desa Bakaran Batu, Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana pertanian di Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yang telah membesarkan, memelihara, dan
mendidik penulis selama ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ir. Razali, MP selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ir. Hardy Guchi, MP selaku
Anggota Komisi Pembimbing yang telah membimbing penulis selama menulis skripsi ini. Di samping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua
staf pengajar dan pegawai di Program Studi Agroekoteknologi, Kakanda Yenny Raya Tampubolon dan adinda Fransisca Natalia Sihombing yang
sudah membantu penulis baik berupa semangat, dukungan dan motivasi kepada penulis.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, November 2014
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 3
Kegunaan Penelitian ... 3
TINJAUAN PUSTAKA Survei Tanah ... 4
Evaluasi Lahan ... 5
Karakteristik Lahan ... 10
Sifat Fisika Tanah Iklim ... 13
Drainase Tanah ... 14
Topografi ... 16
Bahaya Erosi ... 17
Kedalaman Tanah ... 17
Tekstur Tanah ... 18
Bahaya Banjir ... 18
Batuan Permukaan ... 19
Sifat Kimia Tanah Kapasitas Tukar Kation (KTK) ... 20
Kejenuhan Basa ... 21
pH Tanah ... 22
C-Organik Tanah ... 23
Karakteristik Tanah Sawah ... 24
Syarat Tumbuh Tanaman Padi Sawah ... 25
METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 27
Bahan dan Alat ... 27
Metode Penelitian ... 27
Tahap Persiapan ... 28
Tahap Kegiatan di Lapangan ... 28
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil ... 31 Pembahasan... 38 KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ... 40 Saran ... 40 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
1. Karakteristik kesesuaian lahan untuk tanaman 12 padi sawah (Oryza sativa L.)
2. Data Curah Hujan Kecamatan Sei Bamban 31 Kabupaten Serdang Bedagai pada 9 Tahun Terakhir
3. Data Rataan Temperatur Kecamatan Sei Bamban 32 Kabupaten Serdang Bedagai pada 9 Tahun Terakhir
4. Data Rataan Kelembaban Kecamatan Sei Bamban 32 Kabupaten Serdang Bedagai pada 9 Tahun Terakhir
5. Kesesuaian Lahan SPL (Satuan Peta Lahan) 1 Desa 36 Bakaran Batu Kecamatan Sei Bamban Kabupaten
Serdang Bedagai untuk Padi Sawah (Oryza sativa L.)
6. Kesesuaian Lahan SPL (Satuan Peta Lahan) 2 Desa 37 Bakaran Batu Kecamatan Sei Bamban Kabupaten
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
1. Peta Jenis Tanah Desa Bakaran Batu Kecamatan Sei Bamban 33
2. Peta Tekstur Tanah Desa Bakaran Batu 34
ABSTRAK
KOKO TAMPUBOLON : Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Padi Sawah
(Oryza sativa L.) Di Desa Bakaran Batu Kecamatan Sei Bamban Kabupaten
Serdang Bedagai. Dibimbing oleh Ir. Razali, MP dan Ir. Hardy Guchi, MP.
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bakaran Batu Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai, Laboratorium Sistem Informasi Geografis dan di Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan pada bulan April - Agustus 2014. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat kelas kesesuaian lahan tanaman padi sawah (Oryza sativa L.) di Desa Bakaran Batu Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai. Penelitian ini dilakukan dengan metode survei yang mengacu pada besarnya tingkat faktor pembatas dari karakteristik lahan. Data hasil pengamatan dilapangan (kondisi fisik lingkungan) dan data hasil analisis laboratorium dicocokkan (matching) dengan kriteria kelas kesesuaian lahan padi sawah. Parameter yang diukur adalah tekstur tanah, drainase, kedalaman tanah, kapasitas tukar kation, kejenuhan basa, pH tanah, C-organik tanah, alkalinitas, lereng, bahaya erosi, genangan dan batuan dipermukaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor pembatas pada lahan padi sawah di Desa Bakaran Batu Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai adalah tekstur tanah, kejenuhan basa dan C-organik tanah. Tekstur tanah tidak dapat diperbaiki sedangkan kejenuhan basa dan C-organik tanah dapat diperbaiki dengan penambahan pupuk yang mengandung K+, Ca2+, Mg2+, Na+ misalnya pupuk KCl, CaCO3, MgSO4 danpenambahan bahan organik
ABSTRACT
KOKO TAMPUBOLON: Land Suitability Evaluation for Rice (Oryza sativa L.) In Bakaran Batu village Sei Bamban sub district Serdang Bedagai regency. Guided by Ir. Razali, MP and Ir. Hardy Guchi, MP.
The research was conducted In Bakaran Batu village Sei Bamban sub district Serdang Bedagai regency and Geographic Information Systems Laboratory and Laboratory for Research and Technology Faculty of Agriculture, University of North Sumatra Medan in April to August 2014. This study aims to determine the level of the land suitability class of lowland rice In Bakaran Batu village Sei Bamban sub district Serdang Bedagai regency. This study was conducted using a survey that refers to the level of the limiting factors of land characteristics. Field observation data (physical environmental conditions) and the data matched the results of laboratory analysis (matching) with the criteria of rice land suitability classes. Parameters measured were soil texture, drainage, soil depth, cation exchange capacity, base saturation, soil pH, soil organic C, alkalinity, slope, erosion, flooding and rock surface.
The results showed that the limiting factor in the rice In Bakaran Batu village Sei Bamban sub district Serdang Bedagai regency is soil texture, base saturation and soil organic C. Soil texture can not be repaired while the base saturation and soil organic C can be improved with the addition of fertilizers containing K+, Ca2+, Mg2+, Na+ for example KCl, CaCO3, MgSO4, and the
addition of organic matter
PENDAHULUAN Latar Belakang
Salah satu tantangan dalam pembangunan pertanian adalah adanya kecenderungan menurunnya produktivitas lahan. Disisi lain sumber daya alam terus menurun sehingga perlu diupayakan untuk tetap menjaga kelestariannya. Demikian pula dalam usaha tani padi, agar usaha tani padi dapat berkelanjutan, maka teknologi yang diterapkan harus memperhatikan faktor lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Jumlah penduduk Indonesia terus meningkat, sehingga kebutuhan pangan terus bertambah. Sebaliknya luas lahan produktif relatif tetap atau bahkan menyusut (Pujiharti, dkk., 2008).
Data iklim, tanah, dan sifat fisik lingkungan lainnya yang berpengaruh
terhadap pertumbuhan tanaman serta terhadap aspek manajemennya perlu
diidentifikasi melalui kegiatan survei dan pemetaan sumber daya lahan. Data
sumber daya lahan ini diperlukan terutama untuk kepentingan perencanaan
pembangunan dan pengembangan pertanian. Data yang dihasilkan dari kegiatan
survei dan pemetaan sumber daya lahan masih sulit untuk dapat dipakai oleh
pengguna (users) untuk suatu perencanaan tanpa dilakukan interpretasi bagi
keperluan tertentu. Evaluasi lahan merupakan suatu pendekatan atau cara untuk
menilai potensi sumber daya lahan. Hasil evaluasi lahan akan memberikan
informasi dan/atau arahan penggunaan lahan yang diperlukan, dan akhirnya nilai
harapan produksi yang kemungkinan akan diperoleh (Djaenudin, dkk., 2011).
Evaluasi lahan adalah suatu proses penilaian sumber daya lahan untuk tujuan tertentu dengan menggunakan suatu pendekatan atau cara yang sudah
penggunaan lahan sesuai dengan keperluan. Kesesuaian lahan adalah tingkat
kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan tertentu. Kesesuaian lahan tersebut
dapat dinilai untuk kondisi saat ini (kesesuaian lahan aktual) atau setelah diadakan
perbaikan (kesesuaian lahan potensial) (Ritung, dkk., 2007).
Kecamatan Sei Bamban merupakan daerah pertanian dan perkebunan, yang merupakan salah satu lumbung beras di Kabupaten Serdang Bedagai.
Kecamatan Sei Bamban terdiri dari 10 desa dan 82 dusun dengan luas ± 72,26 Km2 atau 7.226 ha. Kecamatan Sei Bamban beriklim tropis dengan suhu maksimum 320C. Curah hujan yang paling menonjol pada Bulan September dan Desember. Sedangkan musim kemarau terjadi pada
Bulan Januari s/d Agustus. Luas lahan sawah yang diusahakan untuk pertanian di Kecamatan Sei Bamban tahun 2011 sebanyak 6.803 ha, terdiri dari sawah irigasi
½ teknis seluas 5.461 ha, dan irigasi sederhana (PU) seluas 1.342 ha (Badan Pusat Statistik, 2012).
Pada tahun 2011 produksi padi sawah di Kecamatan Sei Bamban
mengalami penurunan dibandingkan tahun 2010 yaitu sebesar 5,04 persen.
Produksi padi sawah mencapai 62.099 ton di tahun 2011 menurun dari
65.246 ton pada tahun 2010 dengan rata-rata produksi 49,96 kw/ha
(Badan Pusat Statistik, 2012).
Desa Bakaran Batu merupakan salah satu daerah dengan sentra pertanian
pangan yang banyak mengusahakan tanaman padi. Namun produksi padi di
Kecamatan Sei Bamban ini hanya menghasilkan rata-rata 49,96 kw/ha.
Rendahnya produksi padi di daerah ini dikhawatirkan tidak dapat memenuhi
kebutuhan manusia kedepannya. Untuk itu perlu dilakukan evaluasi lahan
di Desa Bakaran Batu untuk mengetahui tingkat kelas kesesuaian lahan sehingga
lahan tersebut dilakukan usaha-usaha perbaikan agar berpotensi meningkatkan
produksi tanaman padi sawah.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan tingkat kelas
kesesuaian lahan tanaman padi sawah (Oryza sativa L.) di Desa Bakaran Batu Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai.
Kegunaan Penelitian
- Sebagai bahan informasi kepada petani di Desa Bakaran Batu Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai tentang kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah (Oryza saiva L.).
- Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas
TINJAUAN PUSTAKA Survei Tanah
Survei tanah dapat didefinisikan sebagai penelitian tanah di lapangan dan di laboratorium, yang dilakukan secara sistematis dengan metode-metode tertentu terhadap suatu daerah (areal) tertentu, yang ditunjang oleh informasi dari sumber-sumber lain yang relevan (SCSA, 1982). Survei tanah adalah pengamatan yang dilakukan secara sistematis, disertai dengan mendeskripsikan, mengklasifikasikan dan memetakan tanah di suatu daerah tertentu (Brady and Weil, 2002). Survei tanah adalah proses menentukan pola tutupan tanah, menentukan karakteristik tanah dan menyajikannya dalam bentuk yang dapat dipahami dan diinterpretasi oleh beberapa kalangan pengguna (Rossiter, 2000 dalam Rayes, 2007).
Menurut Rayes (2007) dalam survey tanah dikenal 3 macam metode survey, yaitu metode grid (menggunakan prinsip pendekatan sintetik), sistem fisiografi dengan bantuan interpretasi foto udara (menggunakan prinsip pendekatan analitik), dan grid bebas yang merupakan penerapan gabungan dari kedua pendekatan. Menurut Boul, et al (1981) dalam Saragih (2009) meyatakan bahwa survey yang dilakukan mempunyai dua kegunaan yakni : (1) sebagai ilmu pengetahuan tentang asal dan genesis dari suatu tanah; dan (2) sebagai dasar pelayanan untuk mengaplikasikan teknologi dalam pertanian.
penggunaan lahan, (4) perencanan penelitian tanah, (5) pendidikan umum yang menyangkut sumber daya alam.
Dalam melaksanakan survei tanah, ada 3 tahapan kegiatan yang perlu dilakukan agar survei tanah dapat berjalan lancar, sistematis, dan efektif, yaitu : 1. Tahap persiapan
2. Tahap survei lapangan yang dibedakan atas : a. Pra-survei
b. Survei utama
3. Analisis data dan pembuatan peta dan laporan. (Rayes, 2007).
Evaluasi Lahan
Evaluasi lahan merupakan suatu proses pendugaan potensi sumber daya lahan untuk berbagai penggunaan. Proses klasifikasi lahan pada dasarnya dapat dilakukan dengan dua pendekatan atau metode, yaitu metode faktor pembatas dan
metode parametrik. Pada metode faktor pembatas, setiap sifat-sifat lahan atau kualitas lahan disusun berurutan mulai dari yang terbaik (yang memiliki
pembatas yang paling rendah) hingga yang terburuk atau yang terbesar
penghambatnya. Masing-masing kelas disusun tabel kriteria untuk penggunaan tertentu demikian rupa, sehingga faktor pembatas terkecil untuk kelas
terbaik dan faktor pembatas terbesar jatuh ke kelas terburuk. Contoh evaluasi
Evaluasi lahan memerlukan sifat-sifat fisik lingkungan suatu wilayah yang dirinci ke dalam kualitas lahan (land qualities), dan setiap kualitas lahan biasanya terdiri atas satu atau lebih karakteristik lahan (land characteristics). Beberapa karakteristik lahan umumnya mempunyai hubungan satu sama lainnya di dalam pengertian kualitas lahan dan akan berpengaruh terhadap jenis penggunaan dan/atau pertumbuhan tanaman dan komoditas lainnya yang berbasis lahan (peternakan, perikanan, kehutanan) (Djaenudin, dkk., 2011).
Menurut FAO dapat dipakai untuk klasifikasi kuantitatif maupun kualitatif, tergantung dari data yang tersedia. Kerangka dari sistem klasifikasi kesesuaian lahan ini mengenal 4 (empat) kategori, yaitu :
Ordo : menunjukkan apakah suatu lahan sesuai atau tidak sesuai untuk penggunaan tertentu.
Kelas : menunjukkan tingkat kesesuaian suatu lahan
Sub-kelas : menunjukkan jenis pembatas atau macam perbaikan yang harus dijalankan dalam masing-masing kelas
unit : menunjukkan perbedaan-perbedaan besarnya faktor penghambat yang berpengaruh dalam pengelolaan suatu sub-kelas
(Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007).
tentang tekstur tanah lapisan atas, tekstur tanah lapisan bawah, kedalaman solum dan subsoil, warna tanah lapisan atas, struktur tanah, keadaan batuan, mudahnya diolah, permeabilitas subsoil, drainase permukaan, drainase internal profil tanah, kemiringan, derajat erosi, dan bahaya erosi bila tanah diolah. Disamping itu, semua tanah-tanah pertanian perlu diuji kesuburan, reaksi tanah, dan kondisi alkalinitas/ salinitasnya sehingga dapat diprediksi kesesuaian lahan bagi komoditas pertanian dengan kriteria kelas kesesuaian lahan dari yang paling sesuai (S1), cukup sesuai (S2), sesuai marginal (S3) sampai yang tidak sesuai (N) (Raden, dkk., 2010).
Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007) pada tingkat ordo ditunjukkan, apakah suatu lahan sesuai atau tidak sesuai untuk suatu jenis penggunaan lahan tertentu. Dikenal ada 2 (dua) ordo, yaitu :
1. Ordo S (Sesuai)
Lahan yang termasuk ordo ini adalah lahan yang dapat digunakan dalam jangka waktu yang tidak terbatas untuk suatu tujuan yang telah dipertimbangkan. Keuntungan dari hasil pengelolaan lahan itu akan memuaskan setelah dihitung dengan masukan yang diberikan. Tanpa atau sedikit resiko kerusakan terhadap sumberdaya lahannya.
2. Ordo N (tidak sesuai)
fisik (lereng sangat curam, berbatu-batu, dan sebagainya) atau secara ekonomi (keuntungan yang didapat lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan).
Kelas kesesuaian lahan adalah pembagian lebih lanjut dari ordo dan menunjukkan tingkat kesesuaian dari ordo tersebut. Kelas diberi nomor urut yang ditulis dibelakang simbol ordo, dimana nomor ini menunjukkan tingkat kelas yang makin jelek bila makin tinggi nomornya. Banyaknya kelas setiap ordo sebetulnya tidak terbatas, akan tetapi dianjurkan hanya memakai tiga sampai lima kelas dalam ordo S dan dua kelas dalam ordo N. Jumlah kelas tersebut harus didasarkan kepada keperluan minimum untuk mencapai tujuan-tujuan penafsiran. Jika tiga kelas yang dipakai dalam ordo S dan dua kelas yang dipakai dalam ordo N, maka pembagian serta defenisinya secara kualitatif adalah sebagai berikut : 1. Kelas S1 : sangat sesuai (Highly suitable)
Lahan tidak mempunyai pembatas yang berat untuk suatu penggunaan secara lestari atau hanya mempunyai pembatas yang tidak berarti berpengaruh secara nyata terhadap produksinya serta tidak akan menaikkan masukan dari apa yang telah bisa diberikan.
2. Kelas S2 : cukup sesuai (Moderately suitable)
Lahan yang mempunyai pembatas-pembatas agak berat untuk suatu usaha penggunaan yang lestari. Pembatas akan mengurangi produktifitas dan keuntungan, perlu meningkatkan masukan yang diperlukan.
3. Kelas S3 : sesuai marginal (Marginally suitable)
4. Kelas N1 : tidak sesuai pada saat ini (Currently not suitable)
Lahan mempunyai pembatas yang sangat berat, tetapi masih memungkinkan untuk diatasi, hanya tidak dapat diperbaiki dengan tingkat pengetahuan sekarang ini dengan biaya yang rasional.
5. Kelas N2 : tidak sesuai permanen (Permanently not suitable)
Lahan mempunyai pembatas yang sangat berat sehingga tidak memungkinkan untuk digunakan bagi suatu penggunaan yang lestari
(Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007).
Subkelas adalah keadaan tingkatan dalam kelas kesesuaian lahan. Kelas
kesesuaian lahan dibedakan menjadi subkelas berdasarkan kualitas dan
karakteristik lahan (sifat-sifat tanah dan lingkungan fisik lainnya) yang menjadi
faktor pembatas terberat, misal Subkelas S3rc, sesuai marginal dengan pembatas
kondisi perakaran (rc=rooting condition) (Ritung, dkk., 2007).
Unit adalah keadaan tingkatan dalam subkelas kesesuaian lahan, yang
didasarkan pada sifat tambahan yang berpengaruh dalam pengelolaannya. Contoh
kelas S3rc1 dan S3rc2, keduanya mempunyai kelas dan subkelas yang sama
dengan faktor penghambat sama yaitu kondisi perakaran terutama faktor
kedalaman efektif tanah, yang dibedakan ke dalam unit 1 dan unit 2. Unit 1
kedalaman efektif sedang (50-75 cm), dan Unit 2 kedalaman efektif dangkal (<50
cm). Dalam praktek evaluasi lahan, kesesuaian lahan pada kategori unit ini jarang
digunakan (Ritung, dkk., 2007).
Dalam kesesuaian lahan dikenal kesesuaian lahan aktual yaitu kesesuaian lahan berdasarkan data sifat biofisiktanah atau sumber daya lahan sebelum lahan
Data biofisik tersebut berupa karakteristik tanah dan iklim yang berhubungan
dengan persyaratan tumbuh tanaman yang dievaluasi. Kesesuaian lahan potensial
menggambarkan kesesuaian lahan yang akan dicapai apabila dilakukan
usaha-usaha perbaikan. Lahan yang dievaluasi dapat berupa hutan konversi, lahan
terlantar atau tidak produktif, atau lahan pertanian yang produktivitasnya kurang
memuaskan tetapi masih memungkinkan untuk dapat ditingkatkan bila
komoditasnya diganti dengan tanaman yang lebih sesuai (Ritung, dkk., 2007).
Karakteristik Lahan
Menurut Djaenudin, dkk., (2003) menyatakan bahwa karakteristik lahan yang digunakan adalah: temperatur udara, curah hujan, lamanya masa kering, kelembaban udara, drainase, tekstur, bahan kasar, kedalaman tanah, kapasitas tukar kation liat, kejenuhan basa, pH H2O, C-organik, salinitas, alkalinitas,
kedalaman bahan sulfidik, lereng, bahaya erosi, genangan, batuan di permukaan, dan singkapan batuan.
Temperatur udara : merupakan temperatur udara tahunan dan dinyatakan dalam °C
Curah hujan : merupakan curah hujan rerata tahunan dan dinyatakan dalam mm
Kelembaban udara : merupakan kelembaban udara rerata tahunan dan dinyatakan dalam %
Drainase : merupakan pengaruh laju perkolasi air ke dalam tanah terhadap aerasi udara dalam tanah
Bahan kasar : menyatakan volume dalam % dan adanya bahan kasar dengan ukuran > 2 mm
Kedalaman tanah : menyatakan dalamnya lapisan tanah dalam cm yang dapat dipakai untuk perkembangan perakaran dari tanaman yang dievaluasi
KTK liat : menyatakan kapasitas tukar kation dari fraksi liat
Kejenuhan basa : jumlah basa-basa (NH4OAc) yang ada dalam 100 g contoh tanah.
Reaksi tanah (pH) : nilai pH tanah di lapangan. Pada lahan kering dinyatakan dengan data laboratorium atau pengukuran lapangan, sedang pada tanah basah diukur di lapangan
C-organik : kandungan karbon organik tanah.
Alkalinitas : kandungan natrium dapat ditukar
Lereng : menyatakan kemiringan lahan diukur dalam %
Bahaya erosi : bahaya erosi diprediksi dengan memperhatikan adanya erosi lembar permukaan (sheet erosion), erosi alur (reel erosion), dan erosi parit (gully erosion), atau dengan memperhatikan permukaan tanah yang hilang (rata-rata) per tahun
Genangan : jumlah lamanya genangan dalam bulan selama satu tahun
Batuan di permukaan : volume batuan (dalam %) yang ada di permukaan tanah/lapisan olah
Tabel 1. Karakteristik kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah (Oryza sativa L.) Persyaratan
Penggunaan/Karakteristik Lahan
Kelas Kesesuaian Lahan
S1 S2 S3 N
Temperatur (tc)
Temperatur rata-rata (0C) Curah hujan (mm/tahun) Kelembaban (%)
24 - 29 > 1500 33 – 90
22 - 24 29 - 32 1200-1500
30 - 33
18 - 22 32 - 35 800 - 1200
< 30, > 90
< 18 > 35 < 800
- Media Perakaran (rc)
Drainase
Tekstur
Bahan kasar (%) Kedalaman tanah (cm)
Agak terhambat, sedang Halus, agak halus < 3 > 50 Terhambat, baik Sedang
3 - 15 40 - 50
Sangat terhambat, agak cepat
Agak kasar 15 - 35 25 - 40
Cepat
Kasar > 35 < 25 Retensi Hara (nr)
KTK liat (cmol) Kejenuhan basa (%) pH H2O
C-organik (%)
> 16 > 50 5,5 - 8,2
> 1,5
≤ 16 35 - 50 4,5 - 5,5 8,2 - 8,5 0,8 – 1,5
- < 35 < 4,5 > 8,5 < 0,8 - - - - Toksisitas (xc)
Salinitas (dS/m) < 2 2 - 4 4 - 6 > 6
Sodisitas (xn)
Alkalinitas/ESP (%) < 20 20 - 30 30- 40 > 40 Bahaya Sulfidik (xs)
Kedalaman Sulfidik (cm) > 100 75 - 100 40 - 75 < 40 Bahaya Erosi (eh)
Lereng (%) Bahaya erosi
< 3 Sangat rendah
3 - 5 Rendah
5 - 8 Sedang
> 8 Berat Bahaya Banjir (fh)
Genangan F0,F11,F12,
F21, F23, F31, F32 F13, F22, F33, F41, F42, F43 F14, F24, F34, F44 F15, F25, F35, F45 Penyiapan Lahan (lp)
Batuan di permukaan (%) Singkapan batuan (%)
< 5 < 5
5 - 15 5 - 15
15 - 40 15 - 25
Sifat Fisika Tanah Iklim
Ada dua komponen iklim yang paling mempengaruhi kemampuan lahan, yaitu temperatur dan curah hujan. Di daerah tropis, faktor yang mempengaruhi temperatur udara adalah elevasi (ketinggian tempat dari permukaan laut). Braak (1928) dalam Mohr et. al. (1972) berdasarkan hasil penelitiannya di Indonesia memprediksi suhu menggunakan persamaan berikut :
T = 26,3 0C - 0,61 h Keterangan:
T : Rata-rata temperatur
26,3°C : Rata-rata suhu daerah tropis
0,61 : Konstanta temperatur (penurunan temperatur tiap naik 100 meter) h : Ketinggian tempat dalam meter
(Rayes, 2007).
Data curah hujan diperoleh dari hasil pengukuran stasiun penakar hujan
yang ditempatkan pada suatu lokasi yang dianggap dapat mewakili suatu wilayah
tertentu. Pengukuran curah hujan dapat dilakukan secara manual dan otomatis.
Secara manual biasanya dicatat besarnya jumlah curah hujan yang terjadi selama
1(satu) hari, yang kemudian dijumlahkan menjadi bulanan dan seterusnya tahunan
(Ritung, dkk., 2007).
Untuk keperluan penilaian kesesuaian lahan biasanya dinyatakan dalam
jumlah curah hujan tahunan, jumlah bulan kering dan jumlah bulan basah.
Oldeman (1975) mengelompokkan wilayah berdasarkan jumlah bulan basah dan
bulan kering berturut-turut. Bulan basah adalah bulan yang mempunyai curah
Kriteria ini lebih diperuntukkan bagi tanaman pangan, terutama untuk padi.
Berdasarkan kriteria Schmidt & Ferguson (1951) membuat klasifikasi iklim
berdasarkan curah hujan yang berbeda, yakni bulan basah (>100 mm) dan bulan
kering (<60 mm). Kriteria yang terakhir lebih bersifat umum untuk pertanian dan
biasanya digunakan untuk penilaian tanaman tahunan (Ritung, dkk., 2007).
Drainase Tanah
Drainase tanah menunjukkan kecepatan meresapnya air dari tanah atau
keadaan tanah yang menunjukkan lamanya dan seringnya jenuh air. Drainase itu suatu proses menghilangnya air yang berkelebihan secepat mungkin dari profil tanah, terutama dari lapisan permukaan dan subsoil bagian atas. Kalau drainase dari rawa – rawa dan daerah – daerah yang tergenang air merupakan suatu hal yang penting, drainase tanah yang sudah diolah kerap kali jauh lebih penting.Boleh dikatakan, bahwa drainase tanah pertanian ialah yang paling penting dalam setiap masyarakat, bahkan di daerah kering, terutama dimana irigasi dilaksanakan (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007).
Kelas drainase tanah dibedakan dalam tujuh kelas sebagai berikut :
1. Cepat, tanah mempunyai konduktivitas hidrolik tinggi sampai sangat tinggi dan daya menahan air rendah. Tanah demikian tidak cocok untuk tanaman tanpa irigasi. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan aluminium serta warna gley (reduksi).
berwarna homogeny tanpa bercak atau karatan besi dan aluminium serta warna gley (reduksi).
3. Baik, tanah mempunyai konduktivitas hidrolik sedang dan daya menahan air sedang, lembab, tapi tidak cukup basah. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogeny tanpa bercak atau karatan besi dan atau mangan serta warna gley (reduksi) pada lapisan sampai ≥ 100 cm.
4. Agak baik, tanah mempunyai konduktivitas hidrolik sedang sampai agak rendah dan daya menahan air rendah, tanah basah dekat ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk berbagai tanaman. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogeny tanpa bercak atau karatan besi dan atau mangan serta warna gley (reduksi) pada lapisan sampai ≥ 50 cm.
5. Agak terhambat, tanah mempunyai konduktivitas hidrolik agak rendah dan daya menahan air rendah sampai sangat rendah, tanah basah sampai ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk padi sawah dan sebagian kecil tanaman lainnya. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan atau mangan serta warna gley (reduksi) pada lapisan sampai ≥ 25 cm.
7. Sangat terhambat, tanah dengan konduktivitas hidrolik sangat rendah dan daya menahan air sangat rendah, tanah basah secara permanen dan tergenang untuk waktu yang cukup lama sampai ke permukaan. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah mempunyai warna gley (reduksi) permanen sampai pada lapisan permukaan
(Djaenudin, dkk., 2003). Topografi
Topografi yang dipertimbangkan dalam evaluasi lahan adalah bentuk
wilayah (relief) atau lereng dan ketinggian tempat di atas permukaan laut. Relief
erat hubungannya dengan faktor pengelolaan lahan dan bahaya erosi. Sedangkan
faktor ketinggian tempat di atas permukaan laut berkaitan dengan persyaratan
tumbuh tanaman yang berhubungan dengan temperatur udara dan radiasi matahari
(Ritung, dkk., 2007).
Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka, (2007) mengklasifikasikan kemiringan lereng sebagai berikut :
l0 = 0 - 3 % : datar
l1 = 3 - 8 % : landai/berombak
l2 = 8 - 15 % : agak miring/bergelombang
l3 = 15 - 30% : miring/berbukit
l4 = 30 - 45 % : agak curam
l5 = 45 - 65% : curam
l6 = > 65 % : sangat curam
Kecuraman lereng, panjang lereng dan bentuk lereng dapat mempengaruhi
peta tanah. Panjang dan bentuk lereng tidak tercatat pada peta tanah, akan tetapi
lereng sering kali dapat menjadi petunjuk jenis tanah tertentu dan pengaruhnya
pada penggunaan dan pengelolaan tanah dapat dievaluasi sebagai bagian satuan
peta. Jika data hasil penelitian tentang besarnya erosi dibawah sistem pengelolaan
tertentu atau kepekaan tanah (nilai K) tersedia, maka data tersebut dapat
digunakan untuk mengelompokkan tanah pada tingkat kelas (Rayes, 2007).
Bahaya Erosi
Tingkat bahaya erosi dapat diprediksi berdasarkan kondisi lapangan, yaitu
dengan cara memperhatikan adanya erosi lembar permukaan (sheet erosion), erosi
alur (rill erosion), dan erosi parit (gully erosion). Pendekatan lain untuk
memprediksi tingkat bahaya erosi yang relatif lebih mudah dilakukan adalah
dengan memperhatikan permukaan tanah yang hilang (rata-rata) pertahun,
dibandingkan tanah yang tidak tererosi yang dicirikan oleh masih adanya
horizon A (Ritung, dkk., 2007).
Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka, (2007) mengklasifikasikan kelas erosi sebagai berikut :
e0 : tidak ada erosi : - %
e1 : ringan : < 25% lapisan atas hilang
e2 :sedang : 25 – 75% lapisan atas hilang
e3 :berat : > 75% lapisan atas hilang, < 25% lapisan bawah hilang
e4 :sangat berat : > 75% lapisan atas hilang, > 25% lapisan bawah hilang
Kedalaman Tanah
oleh akar tanaman. Lapisan tersebut dapat berupa lapisan kontak lithik, lapisan padas keras, padas liat, padas rapuh atau lapisan phlintit (Rayes, 2007).
Menurut Ritung, dkk., (2007) mengklasifikasikan kelas kedalaman tanah dibedakan menjadi :
k0 : sangat dangkal : < 20 cm
k1 :dangkal : 20 – 50 cm
k2 : sedang : 50 – 75 cm
k3 :dalam : > 75 cm
Tekstur Tanah
Tekstur merupakan komposisi partikel tanah halus (diameter 2 mm) yaitu
pasir, debu dan liat. Tekstur tanah mempengaruhi kapasitas tanah untuk menahan
air dan permeabilitas tanah serta berbagai sifat fisik dan kimia tanah lainnya.
Definisi kelas tekstur tanah mengacu pada sistem USDA (Rayes, 2007).
Menurut Ritung, dkk., (2007) mengklasifikasikan kelas tekstur yang digunakan adalah :
t1 : halus : liat berpasir, liat, liat berdebu.
t2 : agak halus : lempung berliat, lempung liat berpasir, lempung liat berdebu.
t3 : sedang : lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung berdebu,
t4 : agak kasar : lempung berpasir, pasir berlempung.
t5 : kasar : pasir.
t6 : sangat halus : liat (tipe mineral 2 : 1)
Bahaya Banjir
tanaman. Menurut Rayes (2007), bahaya banjir dapat dikelompokkan sebagai berikut :
O0 = tidak pernah (dalam periode satu tahun tanah tidak pernah kebanjiran
selama > 24 jam).
O1 = kadang-kadang (tanah kebanjiran > 24 jam dan terjadinya tidak teratur
dalam periode < satu bulan).
O2 = selama waktu satu bulan dalam setahun tanah secara teratur kebanjiran
untuk selama > 24 jam).
O3 = selama 2 – 5 bulan dalam setahun secara teratur selalu dilanda banjir
yang lamanya lebih dari 24 jam).
O4 = selama ≥ 6 bulan tanah selalu dilanda banjir secara teratur yang
lamanya lebih dari 24 jam). Batuan Permukaan
Batu diatas permukaan tanah ada dua macam, yaitu batuan lepas yang terletak diatas permukaan tanah dan batuan tersingkap yang berada diatas permukaan tanah yang merupakan bagian dari batuan besar yang terbenam didalam tanah. Batuan lepas adalah batuan yang tersebar diatas permukaan tanah dan berdiameter > 25 cm (berbentuk bulat) atau bersumbu memanjang lebih dari 40 cm (berbentuk pipih). Menurut Rayes (2007), batuan permukaan dapat dikelompokkan sebagai berikut :
b0 = tidak ada ( < 0,01 % dari luas areal)
b1 = sedikit ( 0,01 % - 3 % permukaan tanah tertutup), pengolahan tanah
b2 = sedang ( 3 % - 15 % permukaan tanah tertutup), pengolahan tanah mulai
agak sulit dan luas areal produktif agak berkurang.
b3 = banyak ( 15% - 90 % permukaan tanah tertutup), pengolahan tanah dan
penanaman menjadi sangat sulit.
b4 = sangat banyak ( > 90 % permukaan tanah tertutup), tanah sama sekali
tidak dapat digunakan untuk produksi pertaniaan. Sifat Kimia Tanah
Kapasitas Tukar Kation (KTK)
Kapasitas tukar kation (KTK) adalah kapasitas atau kemampuan tanah menjerap dan melepaskan kation yang dinyatakan sebagai total kation yang dapat dipertukarkan per 100 gram tanah yang dinyatakan dalam milliequivalen disingkat me/100 g atau dalam satuan internasionalnya Cmolc/kg. Tanah-tanah yang
mempunyai kadar liat/koloid lebih tinggi dan / atau kadar bahan organik tinggi mempunyai KTK lebih tinggi dibandingkan tanah yang mempunyai kadar liat rendah (tanah pasiran) dan kadar bahan organik rendah. Demikian juga apabila tanah mempunyai tipe liat 2 : 1 (montmorilonit) akan mempunyai KTK lebih tinggi apabila dibandingkan tanah yang mempunyai tipe liat 1 : 1 (kaolinit) atau 2 : 1 : 1 (klorit) (Winarso, 2005).
Koloid tanah (mineral liat dan humus) bermuatan negatif, sehingga dapat menyerap kation-kation. Kation-kation dapat ditukar (dd) (Ca2+, Mg2+, K+ dan Na+) dalam kompleks jerapan tanah ditukar dengan kation NH4+ dari pengekstrak
dan dapat diukur. Untuk penetapan KTK tanah, kelebihan kation penukar dicuci dengan etanol 96%. NH4+ yang terjerap diganti dengan kation Na+ dari larutan
Proses pertukaran kation ini sangat penting untuk dipahami oleh ahli pertanian karena sangat terkait dengan pengelolaan tanah dalam hubungannya dengan pemupukan dan pengapuran serta proses serapan unsur hara oleh akar. Pemupukan yang tepat, sehingga dikenal dengan 5 tepat pemupukan yaitu tepat macam, tepat dosis, tepat cara, tepat waktu dan tepat metode, akan sangat penting untuk mendapatkan hasil pertanian yang menguntungkan dan menjaga kesehatan dan kualitas tanah (Winarso, 2005).
Kejenuhan Basa (KB)
Kejenuhan basa menunjukkan perbandingan antara jumlah kation-kation basa dengan jumlah semua kation-kation (kation basa dan kation asam) yang terdapat dalam kompleks jerapan tanah. Jumlah maksimum kation yang dapat diserap tanah menunjukkan besarnya nilai kapasitas tukar kation tanah tersebut. Kejenuhan basa (KB) merupakan sifat yang berhubungan dengan KTK, yang dapat didefenisikan sebagai berikut :
% KB = ����−���������
��� ���� %
Kation-kation basa umumnya merupakan unsur hara yang diperlukan tanaman.
Disamping itu basa-basa umumnya mudah tercuci sehingga tanah dengan kejenuhan basa tinggi menunjukkan bahwa tanah tersebut belum banyak mengalami pencucian dan merupakan tanah yang subur (Winarso, 2005).
dianggap sangat subur jika kejenuhan basanya ≥ 80%, berkesuburan sedang jika kejenuhan basanya antara 50 dan 80%, dan tidak subur jika kejenuhan basanya ≤ 50% (Mukhlis, dkk., 2011).
pH Tanah
Kemasaman (pH) tanah secara sederhana merupakan ukuran aktivitas H+ dan dinyatakan sebagai – log10 [H+]. Secara praktikal ukuran logaritma aktivitas
atau konsentrasi H+ ini berarti setiap perubahan satu unit pH tanah berarti terjadi perubahan 10 kali dari jumlah kemasaman atau kebasahan. Pada tanah yang mempunyai pH 6,0 berarti tanah tersebut mempunyai H+ aktif sebanyak 10 kali dibandingkan dengan tanah yang mempunyai pH 7,0 (Winarso, 2005).
Menurut Ritung, dkk., (2007) mengklasifikasikan kelas kemasaman tanah sebagai berikut :
pH < 4,5 (sangat masam) pH 4,5 – 5,5 (masam) pH 5,6 – 6,5 (agak masam) pH 6,6 – 7,5 (netral)
pH 7,6 – 8,5 (agak alkalis) pH > 8,5 (alkalis)
Peranan pH tanah, antara lain :
a. Mempengaruhi ketersediaan unsur hara tanaman
b. Mempengaruhi nilai kapasitas tukar kation (KTK), terutama kejenuhan basa (KB) suatu tanah
c. Mempengaruhi keterikatan unsur P
e. Mempengaruhi perubahan muatan listrik pada permukaan kompleks liat atau humus
(Winarso, 2005). C-Organik Tanah
Pengaruh bahan organik terhadap kesuburan kimia tanah antara lain terhadap kapasitas pertukaran kation, kapasitas pertukaran anion, pH tanah, daya sangga tanah dan terhadap keharaan tanah. Penambahan bahan organik akan meningkatkan muatan negatif sehingga akan meningkatkan kapasitas pertukaran kation (KPK). Bahan organik memberikan konstribusi yang nyata terhadap KPK tanah. Sekitar 20 – 70 % kapasitas pertukaran tanah pada umumnya bersumber pada koloid humus (contoh: Molisol), sehingga terdapat korelasi antara bahan organik dengan KPK tanah (Stevenson, 1982). Dilaporkan bahwa penambahan jerami 10 ton/ha pada Ultisol mampu meningkatkan 15,18 % KPK tanah dari 17,44 menjadi 20,08 cmol (+) /kg (Cahyani, 1996 dalam Atmojo, 2003).
Bahan organik umumnya ditemukan di permukaan tanah. Jumlahnya tidak besar hanya sekitar 3 – 5%, tetapi pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah besar sekali. Adapun pengaruh bahan organik terhadap sifat tanah dan akibatnya juga terhadap pertumbuhan tanaman adalah :
− Sebagai granulator yaitu memperbaiki struktur tanah − Sumber unsur hara N, P, S, unsur mikro lainnya
− Menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur-unsur hara (kapasitas
tukar kation menjadi tinggi)
− Sumber energi bagi mikroorganisme
Karakteristik Tanah Sawah
Tanah sawah adalah tanah yang digunakan untuk bertanam padi sawah, baik terus-menerus sepanjang tahun maupun bergiliran dengan tanaman palawija. Istilah tanah sawah bukan merupakan istilah taksonomi, tetapi merupakan istilah umum seperti halnya tanah hutan, tanah perkebunan dan sebagainya. Tanah sawah dapat berasal dari tanah kering yang diairi kemudian disawahkan, atau dari tanah rawa-rawa yang ”dikeringkan” dengan membuat saluran-saluran drainase (Hardjowigeno, dkk., 2004).
Menurut data yang dikemukakan oleh Biro Pusat Statistik (BPS, 2001), luas lahan sawah di Indonesia pada tahun 2000 adalah 7.787.339 ha. Dari luasan tersebut, sebagian besar berada di Pulau Jawa, yaitu 3,34 juta ha (42,9 % dari luas total lahan sawah Indonesia), kemudian Sumatera 2,11 juta ha (27,1 %), Kalimantan 0,97 juta ha (12,4 %), dan Sulawesi 0,96 juta ha (12,4 %). Sebaran lahan sawah di Pulau Sumatera yang terluas terdapat di Sumatera Utara
(0,52 juta ha) diikuti oleh Sumatera Selatan (0,43 juta ha), Nanggroe Aceh Darussalam (0,30 juta ha), Lampung (0,29 juta ha) dan Sumatera Barat
(0,23 juta ha). Luas lahan sawah di Provinsi Jambi, Riau, dan Bengkulu berturut-turut adalah 0,14 juta ha, 0,12 juta ha, dan 0,08 juta ha. Di Bangka Belitung luas lahan sawah hanya sekitar 2.440 ha (Hardjowigeno dan Rayes, 2005).
Menurut Greenland (1997) karakteristik utama tanah sawah yang menentukan keberlanjutan sistem budidaya padi sawah sebagai berikut:
2. Kondisi permukaan tanah sawah memungkinkan hara tercuci lebih cenderung tertampung kembali ke lahan bawahnya daripada keluar dari sistem tanah. 3. Fosfor lebih mudah tersedia bagi padi sawah
4. Populasi aktif mikroorganisme penambat nitrogen mempertahankan oksigen organik.
Faktor penting dalam pembentukan profil tanah sawah adalah genangan air di permukaan, penggenangan dan pengeringan yang bergantian. Proses pembentukan tanah sawah meliputi berbagai proses, yaitu (a) proses utama berupa pengaruh reduksi-oksidasi (redoks) yang bergantian; (b) penambahan dan pemindahan bahan kimia atau partikel tanah; (c) perubahan sifat fisik, kimia dan mikrobiologi tanah akibat penggenangan pada tanah kering yang disawahkan, atau perbaikan drainase pada tanah rawa yang disawahkan (Prasetyo, dkk., 2004).
Perubahan-perubahan kimia tanah sawah ini berkaitan erat dengan proses oksidasi-reduksi (redoks) dan aktifitas mikroba tanah sangat menentukan tingkat ketersediaan hara dan produktifitas tanah sawah. Perubahan kimia yang disebabkan oleh penggenangan tanah sawah sangat mempengaruhi dinamika dan ketersediaan hara padi. Keadaan reduksi akibat penggenangan akan merubah aktifitas mikroba tanah dimana mikroba aerob akan digantikan oleh mikroba anaerob yang menggunakan sumber energi dari senyawa teroksidasi yang mudah direduksi yang berperan sebagai elektron seperti ion NO3-, SO43-, Fe3+, dan Mn4+
(Prasetyo, dkk., 2004).
Syarat Tumbuh Tanaman Padi Sawah
200 mm/bulan atau lebih, dengan distibusi selama 4 bulan. Sedangkan curah hujan yang dikehendaki per tahun sekitar 1500 - 2000 mm. Tanaman padi dapat tumbuh pada dataran rendah sampai dataran tinggi. Di dataran rendah padi dapat tumbuh pada ketinggian 0 – 650 m dpl dengan temperatur 22,50C – 26,50C sedangkan di dataran tinggi padi dapat tumbuh baik pada ketinggian antara 650 – 1.500 m dpl dan membutuhkan temperatur berkisar 18,70C – 22,50C (AAK, 1990).
Tanaman padi dapat tumbuh pada pH tanah berkisar antara 4,5 - 8,2. Nilai pH tanah yang optimum untuk tanaman padi berkisar antara 5,5 - 7,5. Permeabilitas tanah pada subhorizon kurang dari 0,5 cm/jam. Tanaman padi termasuk tanaman yang peka terhadap salinitas tanah (DHL). Nilai DHL sebesar 2 dS/m dianggap optimal, tetapi jika mencapai 4-6 dS/m tergolong marginal (Hardjowigeno dan Rayes, 2005).
METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu Percobaan
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bakaran Batu, Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai (3023’30”-3025’30” LU dan 9907’30”-9909’30” BT) dengan luas 728 ha dan ketinggian tempat 14 - 35 meter diatas permukaan laut. Disamping itu penelitian juga dilakukan di Laboratorium Sistem Informasi Geografis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Riset dan Teknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dilakukan dari bulan April 2014 sampai dengan Agustus 2014.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel tanah yang diambil dari lokasi penelitian, bahan-bahan kimia untuk menganalisa tanah, kriteria kesesuaian lahan tanaman padi sawah, peta administrasi.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Global Position System
(GPS) untuk mengetahui titik koordinat dan ketinggian tempat, bor tanah untuk mengambil sampel tanah, meteran untuk mengukur kedalaman tanah, pisau untuk mengambil tanah dari bor tanah, kamera untuk mendokumentasikan kegiatan di lapangan, kantong plastik sebagai tempat sampel tanah, karet gelang untuk mengikat sampel tanah dalam kantong plastik, label untuk menandai sampel tanah, dan alat tulis serta peralatan analisis tanah di laboratorium.
Metode Penelitian
Tahap Persiapan
Sebelum kegiatan penelitian dilakukan maka terlebih dahulu diadakan rencana penelitian, konsultasi dengan dosen pembimbing, telaah pustaka, penyusunan usulan penelitian, pengadaan peta-peta yang dibutuhkan, dan persiapan alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini.
Pengumpulan data iklim untuk Desa Bakaran Batu selama 9 tahun (2004-2012) diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) meliputi data: curah hujan, temperatur, dan kelembaban udara.
Perolehan Satuan Peta Lahan (SPL) ditentukan dengan survei tanah dengan kedalaman 0-20 cm dan 20-40 cm berdasarkan tekstur tanah. Hal ini dilakukan karena faktor topografi dan iklim yang homogen.
Tahap Kegiatan di Lapangan
- Pengamatan karakteristik lahan pada setiap Satuan Peta Lahan (SPL) di lapangan.
- Pengambilan sampel tanah di setiap Satuan Peta Lahan (SPL) dilakukan secara zig-zag pada kedalaman 20-40 cm lalu dikompositkan dari beberapa lokasi pada SPL yang sama. Kemudian dimasukkan sampel tanah tersebut ke dalam plastik dengan berat tanah + 2 kg serta diberi label lapangan.
Tahap Pengolahan Data
Djaenudin, dkk., (2011). Karakteristik lahan yang digunakan sebagai parameter dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Temperatur (tc)
o Rata-rata suhu tahunan dan kelembaban (%) serta curah hujan (mm/tahun)
yang diambil dari Badan Pusat Statistik Medan untuk Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai.
2. Media Perakaran (rc)
o Bahan kasar (%) o Drainase
o Kedalaman tanah (cm)
o Tekstur dengan metode hydrometer 3. Retensi Hara (nr)
o KTK (me/100g) metode ekstraksi NH
4OAc pH 7 o pH H2O metode elektrometri (1:2,5)
o Kejenuhan basa (%) NH
4-asetat 1N pH 7 o C-organik (%) metode Walkey and Black 4. Toksitas
o Salinitas (ds/m) 5. Sodisitas
o Alkalinitas / ESP (%) 6. Bahaya sulfidik
o Kedalaman sulfidik (cm) 7. Bahaya erosi
o Tingkat bahaya erosi 8. Bahaya Banjir
o Genangan
9. Penyiapan Lahan (lp)
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
a. Iklim
[image:44.595.109.515.320.485.2]Data iklim yang diperoleh dari BPS (Badan Pusat Statistik) yang mencakup kawasan Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai yaitu, curah hujan, temperatur, dan kelembaban untuk interval waktu 9 tahun terakhir (2004 – 2012) dapat dilihat dari Tabel 2, 3 dan 4.
Tabel 2. Data Curah Hujan Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai pada 9 Tahun Terakhir
Curah Hujan (mm)
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nov Des Total
2004 30 65 39 56 96 68 79 64 340 238 200 124 1400
2005 73 30 34 106 118 147 279 141 243 299 270 343 2083
2006 120 159 123 322 248 236 140 206 331 313 166 310 2674
2007 212 14 11 104 339 179 331 172 308 428 450 184 2732
2008 53 15 121 153 121 62 219 257 247 438 233 194 2113
2009 203 10 176 184 266 49 208 190 346 272 213 65 2181
2010 131 66 27 47 68 197 129 181 148 144 248 219 1605
2011 88 18 128 51 144 115 80 110 66 122 134 53 1109
2012 112 78 149 262 264 121 123 138 244 297 214 161 2163
Rata-Rata 114 51 90 143 185 130 176 162 253 283 237 184 2007
Curah hujan kawasan Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai pada 9 tahun terakhir (2004-2012) adalah 2007 mm/tahun. Menurut kriteria kesesuaian lahan untuk padi sawah oleh Djaenuddin, dkk., (2011), bahwa curah hujan yang dibutuhkan untuk tanaman padi sawah adalah > 1500 mm/tahun, sehingga curah hujan di Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai adalah 2007 mm/tahun tergolong S1 / sangat sesuai ( > 1500 mm/tahun).
Tabel 3. Data Rataan Temperatur Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai pada 9 Tahun Terakhir
Temperatur (0C)
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sept Okt Nov Des Rata-Rata
2004 27,4 27,9 28,5 28,5 28,7 28,9 28,4 27,9 27,5 27,4 27,5 27,6 28,0
2005 27,6 28,1 28,8 29,1 28,8 28,8 28,2 28,4 28,1 27,2 27,3 26,9 28,1
2006 27,2 27,8 33,2 28,3 28,2 28,0 28,1 27,7 27,6 27,5 27,5 27,0 28,2
2007 26,6 27,2 28,4 28,7 28,5 28,4 27,9 27,9 27,6 27,3 27,1 27,0 27,7
2008 27,6 27,3 27,4 28,1 28,3 27,9 27,9 27,6 27,7 26,9 27,5 26,9 27,6
2009 26,9 27,5 27,9 28,5 28,5 28,7 28,4 28,0 27,8 27,6 27,5 27,6 27,9
2010 27,5 28,7 28,9 29,3 29,9 28,7 28,3 28,3 28,0 28,4 27,5 27,0 28,4
2011 27,0 27,7 27,8 27,9 28,2 28,7 28,5 27,4 28,1 27,9 27,5 27,1 27,8
2012 27,4 27,9 28,2 28,1 28,3 28,6 28,1 27,9 28,0 27,7 27,8 27,7 28,0
Rata-Rata 27,2 27,8 28,8 28,5 28,6 28,5 28,2 27,9 27,8 27,5 27,5 27,2 28,0
Rataan temperatur kawasan Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai pada 9 tahun terakhir (2004-2012) adalah 280C. Menurut kriteria kesesuaian lahan untuk padi sawah oleh Djaenuddin, dkk., (2011), bahwa temperatur rata-rata yang dibutuhkan untuk tanaman padi sawah adalah 24-290C, sehingga temperatur rata-rata di Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai adalah 280C tergolong S1 / sangat sesuai (24-290C).
Data rataan kelembaban yang mencakup Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai pada 9 tahun terakhir, dapat diihat pada Tabel 4 . Tabel 4. Data Rataan Kelembaban Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang
Bedagai pada 9 Tahun Terakhir
Kelembaban (%)
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nov Des Rata-Rata
2004 85 81 82 80 83 78 82 83 83 87 83 87 82,83
2005 81 82 81 82 78 82 81 80 78 82 81 81 80,75
2006 79 84 78 79 81 78 76 79 70 81 81 82 79,00
2007 81 70 75 82 86 82 84 80 85 86 87 86 82,00
2008 83 82 85 82 82 83 85 85 85 86 87 87 84,33
2009 85 83 83 84 84 81 82 85 85 86 85 85 84,00
2010 86 83 80 81 80 84 84 84 84 83 86 86 83,42
2011 85 83 84 84 83 81 82 84 84 84 86 86 83,83
2012 84 82 80 83 83 79 80 82 83 95 83 84 83,17
[image:45.595.112.512.134.304.2] [image:45.595.110.514.572.734.2]Kelembaban kawasan Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai pada 9 tahun terakhir (2004-2012) adalah 83%. Menurut kriteria kesesuaian lahan untuk padi sawah oleh Djaenuddin, dkk., (2011), bahwa kelembaban yang dibutuhkan untuk tanaman padi sawah adalah 33-90%, sehingga kelembaban rata-rata di Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai adalah 83% tergolong S1 / sangat sesuai (33-90%).
b. Kemiringan Lereng (Topografi)
Dari hasil pengamatan dilapangan diperoleh bahwa kondisi kemiringan lereng Di Desa Bakaran Batu Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai tergolong datar (0-3%).
c. Jenis Tanah
[image:46.595.148.473.516.725.2]Berdasarkan Jenis Tanah yang diperoleh dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai (gambar 1) diketahui untuk Desa Bakaran Batu Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai adalah homogen sehingga dapat dilihat perbedaannya dari lapangan berdasarkan tekstur tanah.
Faktor topografi dan iklim yang homogen di Desa Bakaran Batu Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai sehingga penyebaran jenis tanah dapat dibedakan dilapangan berdasarkan pengamatan karakteristik tanah (tekstur tanah) sebagai acuan dalam pembuatan SPL sebagai berikut :
Gambar 2. Peta Tekstur Tanah Desa Bakaran Batu
Desa Bakaran Batu Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai memiliki luas lahan sawah yang diusahakan untuk pertanian sebanyak 728 ha pada tahun 2011. Pengambilan titik sampel dilakukan pada setiap perbedaan tekstur tanah (gambar 3) sebagai berikut :
[image:47.595.150.470.529.732.2]d. Satuan Peta Lahan (SPL)
Hasil pengamatan dilapangan dan dilaboratorium terhadap karakteristik lahan SPL 1 untuk kesesuaian lahan tanaman padi sawah (Oryza sativa L.) pada Tabel 5.
Tabel 5. Kesesuaian Lahan SPL (Satuan Peta Lahan) 1 Desa Bakaran Batu Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai untuk Padi Sawah (Oryza sativa L.)
Karakteristik Lahan Data
Kelas Kesesuaian Aktual Kelas Kesesuaian Potensial Temperatur (tc)
Temp. Rata-rata (oC) 28 S1 S1
Ketersediaan air (wa) 2007 S1 S1
Kelembaban (%) 83 S1 S1
Media Perakaran (rc)
Drainase Terhambat S2 S1
Tekstur Lempung Berpasir S3 S3
Bahan Kasar (%) < 3 S1 S1
Kedalaman Tanah (cm) 54 S1 S1
Retensi Hara (nr)
KTK (me/100 gr) 9,20 S2 S1
Kejenuhan Basa (%) 24,49 S3 S2
pH H20 5,20 S2 S1
C-Organik (%) 0,69 S3 S1
Toksisitas (xc)
Salinitas (dS/m) - - -
Sodisitas (xn)
Alkalinitas/ESP (%) 1,65 S1 S1
Bahaya Sulfidik (xs)
Kedalaman Sulfidik (cm) - - -
Bahaya Erosi (eh)
Lereng (%) 0-3 S1 S1
Bahaya Erosi Sangat Rendah S1 S1
Bahaya Banjir (fh)
Genangan F22 S2 S1
Penyiapan lahan (lp)
Batuan di permukaan (%) < 5 S1 S1
Singkapan batuan (%) < 5 S1 S1
Kesesuaian Lahan aktual S3 rc, nr
Kesesuaian Lahan potensial S3 rc
Hasil pengamatan dilapangan dan dilaboratorium terhadap karakteristik lahan SPL 2 untuk kesesuaian lahan tanaman padi sawah (Oryza sativa L.) pada Tabel 6.
Tabel 6. Kesesuaian Lahan SPL (Satuan Peta Lahan) 2 Desa Bakaran Batu Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai untuk Padi Sawah (Oryza sativa L.)
Karakteristik Lahan Data
Kelas Kesesuaian Aktual Kelas Kesesuaian Potensial Temperatur (tc)
Temp. Rata-rata (oC) 28 S1 S1
Ketersediaan air (wa) 2007 S1 S1
Kelembaban (%) 83 S1 S1
Media Perakaran (rc)
Drainase Agak Terhambat S1 S1
Tekstur Lempung Berliat S1 S1
Bahan Kasar (%) < 3 S1 S1
Kedalaman Tanah (cm) 68 S1 S1
Retensi Hara (nr)
KTK (me/100 gr) 10,40 S2 S1
Kejenuhan Basa (%) 20,65 S3 S2
pH H20 5,49 S2 S1
C-Organik (%) 0,52 S3 S1
Toksisitas (xc)
Salinitas (dS/m) - - -
Sodisitas (xn)
Alkalinitas/ESP (%) 1,89 S1 S1
Bahaya Sulfidik (xs)
Kedalaman Sulfidik (cm) - - -
Bahaya Erosi (eh)
Lereng (%) 0-3 S1 S1
Bahaya Erosi Sangat Rendah S1 S1
Bahaya Banjir (fh)
Genangan F11 S1 S1
Penyiapan lahan (lp)
Batuan di permukaan (%) < 5 S1 S1
Singkapan batuan (%) < 5 S1 S1
Kesesuaian Lahan aktual S3 nr
Kesesuaian Lahan potensial S2 nr
Pembahasan
Kesesuaian Lahan Satuan Peta Lahan (SPL) 1
Berdasarkan hasil pencocokan karakteristik lahan dengan kriteria kesesuaian lahan untuk padi sawah Djaenuddin, dkk., (2011), maka kelas kesesuaian lahan aktual untuk tanaman padi sawah pada SPL 1 adalah sesuai marginal / S3 rc, nr. Faktor pembatasnya adalah media perakaran berupa tekstur tanah, dan retensi hara berupa kejenuhan basa dan C-organik tanah. Tekstur tanah bersifat permanen sehingga tidak dapat diperbaiki. Kejenuhan basa dapat diperbaiki dengan penambahan pupuk yang mengandung K+, Ca2+, Mg2+, Na+ misalnya pupuk KCl, CaCO3, MgSO4 sedangkan C-organik tanah dapat diperbaiki
dengan cara pemberian bahan organik dan pengomposan jerami padi. Hal ini didukung Adiningsih, 1984 dalam Setyorini, dkk., (2004) yang menyatakan jerami dapat meningkatkan kadar C-organik, K-dapat ditukar, Mg-dapat ditukar, kapasitas tukar kation (KTK) tanah, Si tersedia dan stabilitas agregat tanah.
Dengan adanya usaha perbaikan lahan maka kelas kesesuaian lahan potensial untuk tanaman padi sawah pada SPL 1 adalah sesuai marginal / S3 rc. Faktor pembatasnya adalah tekstur tanah. Tekstur tanah tidak dapat diperbaiki, sehingga kesesuaian lahan potensialnya sesuai marginal / S3 rc.
Kesesuaian Lahan Satuan Peta Lahan (SPL) 2
Berdasarkan hasil pencocokan karakteristik lahan dengan kriteria kesesuaian lahan untuk padi sawah Djaenuddin, dkk., (2011), maka kelas kesesuaian lahan aktual untuk tanaman padi sawah pada SPL 2 adalah sesuai marginal / S3 nr. Faktor pembatasnya adalah retensi hara berupa kejenuhan basa dan C-organik tanah. Kejenuhan basa dapat diperbaiki dengan penambahan pupuk yang mengandung K+, Ca2+, Mg2+, Na+ misalnya pupuk KCl, CaCO3, MgSO4
sedangkan C-organik tanah dapat diperbaiki dengan cara pemberian bahan organik dan pupuk kandang serta melakukan pengomposan jerami padi dengan bantuan mikroba tanah. Hal ini didukung Adiningsih, 1984 dalam Setyorini, dkk., (2004) yang menyatakan jerami dapat meningkatkan kadar C-organik, K-dapat ditukar, Mg-dapat ditukar, kapasitas tukar kation (KTK) tanah, Si tersedia dan stabilitas agregat tanah.
Dengan adanya usaha perbaikan lahan maka kelas kesesuaian lahan potensial untuk tanaman padi sawah pada SPL 2 adalah cukup sesuai / S2 nr. Faktor pembatasnya adalah kejenuhan basa tanah. Kejenuhan basa dapat diperbaiki dengan penambahan pupuk yang mengandung K+, Ca2+, Mg2+, Na+ misalnya pupuk KCl, CaCO3, MgSO4.
Setelah dilakukan pencocokan dan penilaian terhadap SPL 1 dan SPL 2 terdapat faktor pembatas yang sama antara SPL yaitu retensi hara (nr). Hal tersebut mungkin disebabkan oleh faktor pemupukan di daerah tersebut yang berbeda atau jumlah pupuk yang diberikan berbeda sehingga produksi padi yang dihasilkan juga berbeda.
Berdasarkan responden (n=16) dari setiap SPL (Lampiran 4) maka dapat
disimpulkan bahwa rata-rata produksi tanaman Padi Sawah di SPL 1 Desa Bakaran Batu Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai sebesar
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
1. Kelas kesesuaian lahan aktual untuk tanaman padi sawah pada SPL 1 adalah sesuai marginal / S3 rc, nr. Kelas kesesuaian lahan potensial untuk tanaman padi sawah pada SPL 1 adalah sesuai marginal / S3 rc. Faktor pembatasnya adalah tekstur tanah yang bersifat permanen sehingga tidak dapat diperbaiki 2. Kelas kesesuaian lahan aktual untuk tanaman padi sawah pada SPL 2 adalah
sesuai marginal / S3 nr. Kelas kesesuaian lahan potensial untuk tanaman padi sawah pada SPL 2 adalah cukup sesuai / S2 nr. Faktor pembatasnya adalah C-Organik dan kejenuhan basa tanah yang dapat diperbaiki dengan :
a. Penambahan pupuk yang mengandung K+, Ca2+, Mg2+, Na+ misalnya pupuk KCl, CaCO3, MgSO4
b. Pemberian bahan organik dan pengomposan jerami padi dengan bantuan mikroba tanah.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
AAK. 1990. Budidaya Tanaman Padi. Kanisius, Yogyakarta
Abdullah, T. S, 1993. Survei Tanah dan Evaluasi Lahan. Penebar Swadaya, Jakarta
Atmojo, S. W. 2003. Peranan Bahan Organik Terhadap Kesuburan Tanah dan Upaya Pengelolaannya. Sebelas Maret University Press, Surakarta
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai. 2006. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2006-2016. Kabupaten Serdang Bedagai, Sei Rampah
Badan Pusat Statistik. 2012. Kecamatan Sei Bamban Dalam Angka 2012. Badan Pusat Statistik Kabupaten Serdang Bedagai, Sei Rampah
Djaenudin, D., Marwan, H., Subagjo, H., dan A. Hidayat. 2003. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan Untuk Komoditas Pertanian. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan Litbang Pertanian, Bogor. 36p. _______________________________________________. 2011. Petunjuk Teknis
Evaluasi Lahan Untuk Komoditas Pertanian. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan Litbang Pertanian, Bogor. 165p. Greenland, D. J. 1997. The Sustainability of Rice Farming. CAB International,
New York. 273p
Hardjowigeno, S. dan M. L. Rayes. 2005. Tanah Sawah : Karakteristik, Kondisi, dan Permasalahan Tanah Sawah di Indonesia. Bayumedia Publishing, Malang
Hardjowigeno, S., H. Subagyo, dan M. L. Rayes. 2004. Morfologi dan Klasifikasi Tanah Sawah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat (Puslitbangtanak), Bogor
Hardjowigeno, S dan Widiatmaka. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan & Perencanaan Tataguna Lahan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Mukhlis, Sarifuddin, dan H. Hanum. 2011. Kimia Tanah : Teori dan Aplikasi. USU Press, Medan
Pujiharti, Y., J. Barus, dan B. Wijayanto. 2008. Teknologi Budidaya Padi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor
Raden, I., Thamrin., S. Syarif F., Fadli., dan Darmis. 2010. Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Padi Dan Padi Ladang Di Desa Bila Talang Kecamatan Tabang Kabupaten Kutai Kartanegara. Jurnal Berkala Fakultas Pertanian, Universitas Kutai Kartanegara, Tanggerang
Rayes, M. L. 2007. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. Penerbit Andi, Yogyakarta
Ritung, S., Wahyunto., F. Agus., dan H. Hidayat. 2007. Panduan Evaluasi Kesesuaian Lahan Dengan Contoh Peta Arahan Penggunaan Lahan Kabupaten Aceh Barat. Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry Centre (ICRAF), Bogor, Indonesia
Saragih, R. 2009. Survey dan Pemetaan Tanah Detail Di Kebun Sukaluwei PT. NV Perimex Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang. Skripsi Universitas Sumatera Utara, Medan
Setyorini, D., L. R. Widowati., dan S. Rochayati. 2004. Teknologi Pengelolaan Hara Lahan Sawah Intensifikasi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat (Puslitbangtanak), Bogor
Sulaeman, Suparto dan Eviati. 2005. Petunjuk Teknis Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air, dan Pupuk. Balai Penelitian Tanah, Bogor
Suprayono dan A. Setyono. 1997. Mengatasi Permasalahan Budidaya Padi. Penebar swadaya, Jakarta