• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemetaan Status Hara C-Organik Tanah Sawah Di Desa Sei Bamban Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pemetaan Status Hara C-Organik Tanah Sawah Di Desa Sei Bamban Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

PEMETAAN STATUS HARA C-ORGANIK TANAH SAWAH DI DESA SEI BAMBAN, KECAMATAN SEI BAMBAN

KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

SKRIPSI

OLEH :

GUNTUR P. OMPUSUNGGU 090301234

ILMU TANAH

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

PEMETAAN STATUS HARA C-ORGANIK TANAH SAWAH DI DESA SEI BAMBAN, KECAMATAN SEI BAMBAN

KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

SKRIPSI

OLEH :

GUNTUR P. OMPUSUNGGU 090301234

ILMU TANAH

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara Medan

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Judul Penelitian : Pemetaan Status Hara C-Organik Tanah Sawah Di Desa Sei Bamban Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai

Nama : Guntur Parlindungan Ompusunggu

NIM : 090301234

Program Studi : Agroekoteknologi Minat Studi : Ilmu Tanah

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Ir. Hardy Guchi, MP) (Ir. Razali, MP

NIP. 19560812 198603 1 001 NIP. 19680707 200501 1 001 )

Mengetahui :

Ketua Program Studi Agroekoteknologi

(Prof. Ir. T. Sabrina, M.Agr.Sc., Ph.D. NIP. 196406201998032001

(4)

ABSTRACT

This research was held to know sprending of C-organic on paddy soil land at Village of Sei Bamban Subdistric of Sei Bamban Distric of Serdang Bedagai. This research was executed in Village of Sei Bamban Subdistric of Sei Bamban Distric of Serdang Bedagai on May until August 2015. Samples were taked with method Survey Free Grid of storey level semi detail survey. Parameter which was measured is C organic and analysed with Walkley and Black methods.

The results of from this research obtain four status criteria of hara C-organic that is very low, low, medium and high. At very low criteria have wide equal to 901,66 Ha. At low criteria have wide equal to 196,34 Ha. At medium have wide equal to 140,10 Ha. At high criteria have wide equal to 0,74 Ha.

(5)

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penyebaran C-organik tanah pada lahan sawah di Desa Sei Bamban Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sei Bamban Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai pada bulan Mei hingga Agustus 2015. . Pengambilan sampel dilakukan dengan metode survey grid bebas dengan tingkat survey semi detail. Parameter yang diukur adalah C-organik dan dianalisis dengan metode Walkley and Black.

Hasil dari penelitian ini diperoleh empat kriteria status hara C-organik yaitu sangat rendah, rendah, sedang dan tinggi. Pada kriteria sangat rendah memiliki luas sebesar 901,66 Ha. Pada kriteria rendah memiliki luas sebesar 196,34 Ha. Pada kriteria sedang memiliki luas sebesar 140,10 Ha. Pada kriteria tinggi memiliki luas sebesar 0,74 Ha.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis Bernama Guntur Parlindungan Ompusunggu, lahir di Medan pada tanggal 28 Februari 1991. Merupakan anak keempat dari enam bersaudara dari ayah Parlaungan Ompusunggu dan ibu Joida Rajagukguk.

Adapun pendidikan yang pernah dijalani penulis yaitu SD Free Methodist II Medan lulus tahun 2002, SMP Free Methodist II Medan lulus tahun 2005. SMAN 12 Medan lulus tahun 2008. Terdaftar sebagai mahasiswa program studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara pada tanggal 10 Agustus 2009. Selama mengikuti perkuliahan penulis mengikuti organisasi Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi dan Ikatan Mahasiswa Ilmu Tanah.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Adapun judul skripsi ini adalah “Pemetaan Status Hara C-organik Tanah Sawah di Desa Sei Bamban Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu yang selalu mendukung dan mendoakan serta kepada Bapak Ir. Hardy Guchi, M.P. selaku ketua dan Bapak Ir.Razali, M.P. selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberi ilmu, bimbingan dan saran sehingga skripsi ini dapat selesai.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga penelitian ini bermanfaat.

Medan, September 2015

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Kegunaan Penulisan ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Survey dan Pemetaan ... 4

Tanah Sawah ... 6

C Organik ... 8

Kondisi Umum Wilayah Penelitian ... 12

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu ... 13

Bahan dan Alat ... 13

Metode Penelitian ... 13

Tahap Persiapan ... 14

Tahap Kegiatan di Lapangan ... 14

Analisis Laboratorium ... 14

Pengolahan Data ... 15

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 16

Pembahasan ... 20

KESIMPULAN DAN SARAN ... 23 DAFTAR PUSTAKA

(9)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal.

1. Peta Lokasi Desa Sei Bamban ... 26

2. Peta Jenis Tanah Desa Sei Bamban... 27

3. Peta Penggunaan Lahan Desa Sei Bamban ... 28

4. Peta Titik Pengambilan Sampel ... 29

(11)

ABSTRACT

This research was held to know sprending of C-organic on paddy soil land at Village of Sei Bamban Subdistric of Sei Bamban Distric of Serdang Bedagai. This research was executed in Village of Sei Bamban Subdistric of Sei Bamban Distric of Serdang Bedagai on May until August 2015. Samples were taked with method Survey Free Grid of storey level semi detail survey. Parameter which was measured is C organic and analysed with Walkley and Black methods.

The results of from this research obtain four status criteria of hara C-organic that is very low, low, medium and high. At very low criteria have wide equal to 901,66 Ha. At low criteria have wide equal to 196,34 Ha. At medium have wide equal to 140,10 Ha. At high criteria have wide equal to 0,74 Ha.

(12)

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penyebaran C-organik tanah pada lahan sawah di Desa Sei Bamban Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sei Bamban Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai pada bulan Mei hingga Agustus 2015. . Pengambilan sampel dilakukan dengan metode survey grid bebas dengan tingkat survey semi detail. Parameter yang diukur adalah C-organik dan dianalisis dengan metode Walkley and Black.

Hasil dari penelitian ini diperoleh empat kriteria status hara C-organik yaitu sangat rendah, rendah, sedang dan tinggi. Pada kriteria sangat rendah memiliki luas sebesar 901,66 Ha. Pada kriteria rendah memiliki luas sebesar 196,34 Ha. Pada kriteria sedang memiliki luas sebesar 140,10 Ha. Pada kriteria tinggi memiliki luas sebesar 0,74 Ha.

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Survei tanah adalah mendeskripsikan karakteristik tanah-tanah di suatu daerah, mengklasifikasikannya menurut sistem klasifikasi baku, memplot jenis dan ketersediaan hara tanah pada peta dan membuat prediksi tentang sifat tanah. Perbedaan penggunaan tanah dan bagaimana tanggapan pengelolaan mempengaruhi tanah itulah yang terutama perlu diperhatikan (dalam merencanakan dan melakukan survei tanah). Informasi yang dikumpulkan dalam survei tanah membantu pengembangan rencana penggunaan lahan dan sekaligus mengevaluasi dan memprediksi pengaruh penggunaan lahan terhadap lingkungan. (Rayes, 2007).

Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan semua jenis senyawa organik yang terdapat di dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air, dan bahan organik yang stabil atau humus. Bahan organik memiliki peran penting dalam menentukan kemampuan tanah untuk mendukung tanaman, sehingga jika kadar bahan organik tanah menurun, kemampuan tanah dalam mendukung produktivitas tanaman juga menurun.

(14)

saluran-saluran drainase. Sawah yang airnya berasal dari irigasi disebut sawah irigasi, sedang yang menerima langsung dari air hujan disebut sawah tadah hujan. Di daerah pasang surut ditemukan sawah surut, sedangkan yang dikembangkan daerah rawa-rawa lebak disebut sawah lebak (Hardjowigeno danRayes, 2005).

Wilayah Kecamatan Sei Bamban luasnya 72,26 km2 atau 7.226 Ha. Kecamatan Sei Bamban terdiri dari 10 desa dan 82 dusun. Luas lahan sawah yang diusahakan untuk pertanian di Kecamatan Sei Bambantahun 2011 sebanyak 6.803 Ha, terdiri dari sawah irigasi 1/2 teknis seluas 5.461 Ha, danirigasi sederhana (PU) seluas 1.342 Ha. Kecamatan Sei Bamban beriklim tropis dengan suhu maximum 350C. Curah hujan yang paling menonjol pada Bulan September dan Desember. Sedangkan musim kemarau terjadi pada Bulan Januari s/d Agustus (BPS, 2012).

Luas lahan sawah yang diusahakan untuk pertanian di Kecamatan Sei Bamban tahun 2011 sebanyak 6.803 Ha, terdiri dari sawah irigasi 1/2 teknis seluas 5.461 Ha, dan irigasi sederhana (PU) seluas 1.342 Ha. Lahan sawah dengan irigasi 1/2 teknis terluas terdapat di Desa Sei Bamban yaitu seluas 1.750 Ha (32,04 persen), diikuti oleh Desa SeiBelutu seluas 1.197 Ha (21,92 persen). Selebihnya seluas 2.514 Ha (46,04 persen) tersebar pada desa-desa lainnya di Kecamatan Sei Bamban kecuali Desa Sei Bamban Estate dan Desa Sei Rampah Estate tidak memiliki lahan sawah dengan irigasi 1/2 teknis karena merupakan perkebunan (BPS, 2012).

(15)

optimum pada daerah itu disebabkan juga karena pemupukan yang kurang efektif, karena para petani tidak mengetahui status hara pada lahan sawah di Desa Sei Bamban Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian untuk mengetahui penyebaran c-organik tanah di Desa Sei Bamban pada Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai.

Kegunaan Penelitian

- Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Survei dan Pemetaan

Survei dan pemetaan tanah merupakan suatu kesatuan yang saling melengkapi dan saling memberi manfaat bagi peningkatan kegunaannya. Kegiatan survei dan pemetaan tanah menghasilkan laporan dan peta-peta. Laporan survei berisikan uraian secara terperinci tentang tujuan survei, keadaan fisik dan lingkungan lokasi survei, keadaan tanah, klasifikasi dan interpretasi kemampuan lahan serta saran/rekomendasi (Sutanto, 2005).

Tujuan utama dari survei tanah adalah :

1. membuat semua informasi spesifik yang penting tentang tiap-tiap macam tanah terhadap penggunaannya dan sifat-sifat lainnya sehingga ditentukan pengelolaannya

2. menyajikan uraian satuan peta sedemikian rupa sehingga dapat diinterpretasikan oleh orang-orang yang memerlukan fakta-fakta mendasar tentang tanah

(Rayes, 2007).

(17)

mudahnya diolah, permeabilitas subsoil, drainase permukaan, drainase internal profil tanah, kemiringan, derajat erosi, dan bahaya erosi bila tanah diolah. Disamping itu, semua tanah-tanah pertanian perlu diuji kesuburan, reaksi tanah, dan kondisi alkalinitas/ salinitasnya sehingga dapat diprediksi kesesuaian lahan bagi komoditas pertanian dengan kriteria kelas kesesuaian lahan dari yang paling sesuai (S1), cukup sesuai (S2), sesuai marginal (S3) sampai yang tidak sesuai (N) (Raden dkk, 2010).

Menurut Rayes (2007) dalam survei tanah dikenal 3 macam metode survei, yaitu metode grid (menggunakan prinsip pendekatan sintetik), metode fisiografi dengan bantuan interpretasi foto udara (menggunakan prinsip amalitik), dan metode grid bebas yang merupakan penerapan gabungan dari kedua metode survey. Biasanya dalam metode grid bebas, pemeta ‘bebas’ memilih lokasi titik pengamatan dalam mengkonfirmasi secara sistematis menarik batas dan menentukan komposisi satuan peta.

Interpretasi terhadap hasil survei tanah bagi pengembang sampai saat ini meliputi :

1. Pendugaan potensi produksi jenis-jenis tanaman utama pada setiap tipe tanah di bawah tingkat pengelolaan tertentu.

2. Kebutuhan masukan (input) bagi setiap jenis tanaman, yakni sebesar input yang perlu bagi setiap level produksi yang diinginkan atau setiap tipe tanah tertentu.

(18)

5. Pendugaan respon terhadap penggunaan pupuk dan kapur yang banyak dikonsumsi oleh sifat-sifat tanah yang permanen berdasarkan tingkat kesuburan yang ditunjukkan oleh uji tanah

(Hakim dkk, 1986).

Dengan teknologi ini, umumnya tutupan tanah (maupun sumber daya lahan lainnya) dipersepsikan sebagai bidang spasial (yaitu dengan menentukan nilai pada masing – masing titik sehingga secara kontiniu terjadi keragaman dalam ruang) yang berbeda dengan satuan peta yang digunakan dalam survei tradisional. (Rayes, 2007).

Tanah Sawah

Tanah sawah adalah tanah yang digunakan untuk bertanam padi sawah, baik terus-menerus sepanjang tahun maupun bergiliran dengan tanaman palawija. Istilah tanah sawah bukan merupakan istilah taksonomi, tetapi merupakan istilah umum seperti halnya tanah hutan, tanah perkebunan, tanah pertanian dan sebagainya. Segala macam jenis tanah dapat disawahkan asalkan air cukup tersedia. Kecuali itu padi sawah juga ditemukan pada berbagai macam iklim yang jauh lebih beragam dibandingkan dengan jenis tanaman lain. Karena itu tidak mengherankan bila sifat tanah sawah sangat beragam sesuai dengan sifat tanah asalnya (Hardjowigeno, 2003).

(19)

bahan organik. Tanah-tanah yang ber pH awal rendah akan ditingkatkan setelah penggenangan dan tanah ber pH tinggi akan diturunkan nilai akhir pH menuju netral. Pemberian pupuk kompos ternyata memperlihatkan sangat nyata terhadap kandungan (%) K2O pada pengamatan I (tanpa pupuk) dan II (100 kg Urea/Ha+50

kg TSP/Ha+25 kg KCl/Ha) sedang pada pengamatan III (200 kg Urea/Ha+100 kg TSP/Ha+50 kg KCl/Ha) hanya memperlihatkan perbedaan nyata bila dibandingkan dengan tanpa pupuk kompos. Bahan organik dapat memperkaya N, P, dan K. Penurunan K2O dapat diperkirakan antara lain disebabkan oleh

pencucian air, diserap tanaman terangkut panen dan teradsorbsi terfiksasi liat (Sitanggang, 1996).

Faktor penting dalam proses pembentukan profil tanah sawah adalah genangan air di permukaan, dan penggenangan serta pengeringan yang bergantian. Proses pembentukan profil tanah sawah meliputi berbagai proses, yaitu:

1. proses utama berupa pengaruh kondisi reduksi-oksidasi (redoks) yang bergantian

2. penambahan dan pemindahan bahan kimia atau partikel tanah

3. perubahan sifat fisik, kimia, dan mikrobiologi tanah, akibat penggenangan pada tanah kering yang disawahkan, atau perbaikan drainase pada tanah rawa yang disawahkan.

(Hardjowigeno, 2003).

(20)

setelah 10–12 tahun penyawahan. Setelah 50 tahun terlihat jelas, dan setelah 200 tahun, lapisan tapak bajak sudah berkembang dengan baik (Hardjowigeno, 2003).

Penggenangan pada sistem usaha tani tanah sawah secara nyata akan mempengaruhi perilaku unsur hara esensial dan pertumbuhan serta hasil padi. Perubahan kimia yang disebabkan oleh penggenangan tersebut sangat mempengaruhi dinamika dan ketersediaan hara padi. Transformasi kimia yang terjadi berkaitan erat dengan kegiatan mikroba tanah yang menggunakan oksigen sebagai sumber energinya dalam proses respirasi (Hardjowigeno, 2003).

Tanah sawah mempunyai persentase pasir dalam jumlah besar kurang baik untuk tanaman padi. Pada tanah sawah dituntut adanya lumpur, yang mengandung butir-butir tanah halus yang seluruhnya diselubungi air. Padi dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang ketebalan lapisan atas antara 18-22 cm terutama tanah muda dengan pH antara 4-7 sedangkan lapisan olah tanah sawah dengan kedalaman 18 cm (AAK, 1993).

(21)

C-organik

Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem kompleks dan dinamis, yang bersumber dari sisa tanaman dan atau binatang yang terdapat di dalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan bentuk, karena dipengaruhi oleh faktor biologi, fisika, dan kimia. Bahan organik tanah adalah semua jenis senyawa organik yang terdapat di dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air, dan bahan organik yang stabil atau humus (Stevenson, 1994).

Hasil proses fotosintesis merupakan sumber utama bahan organik tanah, yaitu bagian atas tanaman seperti daun, duri, serta sisa tanaman termasuk rerumputan, gulma dan limbah pasca panen ( Sutanto, 2005).

Bahan organik umumnya ditemukan di permukaan tanah. Jumlahnya tidak besar hanya sekitar 3 – 5%, tetapi pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah besar sekali. Adapun pengaruh bahan organik terhadap sifat tanah dan akibatnya juga terhadap pertumbuhan tanaman adalah :

- Sebagai granulator yaitu memperbaiki struktur tanah - Sumber unsur hara N, P, S, unsur mikro lainnya

- Manambah kemampuan tanah untuk menahan unsur-unsur hara (kapasitas tukar kation menjadi tinggi)

- Sumber energi bagi mikroorganisme - Menambah kemampuan tanah (Hardjowigeno, 2003).

(22)

penggunaan faktor koreksi tertentu. Faktor yang selama beberapa tahun ini digunakan adalah faktor Van bemmelen yaitu 1.724 dan didasarkan pada asumsi bahwa bahan organik mengandung 58 % karbon (Mukhlis, 2007).

Perhitungan kadar C organik adalah

C-organik (%)= ppm kurva x ml ekstrak 1.000 ml-1 x 100 mg contoh-1 x fk = ppm kurva x 100 1.000-1 x 100 500-1 x fk

= ppm kurva x 10 500-1 x fk

Keterangan dari perhitungan kadar C organik ialah:

ppm kurva adalah kadar contoh yang didapat dari kurva hubungan antara kadar deret standar dengan pembacaannya setelah dikoreksi blanko.

100 adalah konversi ke %

fk = faktor koreksi kadar air = 100/(100 – % kadar air) (Balit Tanah, 2005).

(23)

tanah yang digunakan sebagai mulsa untuk tanaman semangka dan menjadi sumber bahan organik (BPTP Sumatera Barat, 2010).

Bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah mengandung karbon yang tinggi. Pengaturan jumlah karbon di dalam tanah meningkatkan produktivitas tanaman dan keberlanjutan umur tanaman karena dapat meningkatkan kesuburan tanah dan penggunaan hara secara efisien. Selain itu juga perlu diperhatikan bahwa ketersediaan hara bagi tanaman tergantung pada tipe bahan yang termineralisasi dan hubungan antara karbon dan nutrisi lain (misalnya rasio antara C/N, C/P, dan C/S) (Departemen Pertanian, 2008).

Kandungan bahan organik lahan pertanian di Indonesia secara umum termasuk rendah, disebabkan oleh masih rendahnya kesadaran petani untuk mengembalikan limbah panen ke dalam tanah. Katagorisasi tingkat kandungan bahan organik tanah menurut Balai Besar Penelitian Sumber Daya Lahan Pertanian (BBSDLP) adalah rendah apabila kurang dari 2%, sedang apabila kandungan bahan organik tanah 2-3%, dan tinggi apabila lebih dari 3%. Laporan Las dan Tim (2008) menyebutkan bahwa 73% lahan pertanian Indonesia memiliki kandungan bahan organik yang rendah, 23% sedang, dan hanya 4% yang berstatus tinggi (Suwarno dkk, 2009).

Hairah et al. (2000) mengemukakan beberapa cara untuk mendapatkan bahan organik:

(24)

2. Pemberian pupuk kandang. Pupuk kandang yang berasal dari kotoran hewan peliharaan seperti sapi, kambing, kerbau dan ayam, atau bisa juga dari hewan liar seperti kelelawar atau burung dapat dipergunakan untuk menambah kandungan bahan organik tanah. Pengadaan atau penyediaan kotoran hewan seringkali sulit dilakukan karena memerlukan biaya transportasi yang besar.

(25)

Kondisi Umum Wilayah Penelitian

(26)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sei Bamban, Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai dengan luas 1862 ha dan ketinggian tempat ± 14 m dari permukaan laut. Disamping itu penelitian juga dilakukan di Laboratorium Sistem Informasi Geografis, dan Laboratorium Sentral, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Februari 2015 sampai selesai.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta lokasi penelitian skala 1 : 50000, sampel tanah yang diambil dari daerah penelitian, serta bahan – bahan kimia untuk analisis tanah.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Global Position System

(GPS) untuk mengetahui titik koordinat dan ketinggian tempat, bor tanah untuk mengambil sampel tanah, meteran untuk mengukur kedalaman tanah, pisau untuk mengambil tanah dari bor tanah, kamera untuk mendokumentasikan kegiatan di lapangan, kantong plastik sebagai tempat sampel tanah, karet gelang untuk mengikat sampel tanah dalam kantong plastik, label untuk menandai sampel tanah, dan alat tulis serta peralatan analisis tanah di laboratorium.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Survey Grid

Bebas tingkat survei semi detail (kerapatan pengamatan 1 sampel tiap 25 Ha) dan analisis data C-Organik tanah metode Walkley and Black % ,yang terdiri dari

(27)

Tahap Persiapan

Sebelum kegiatan penelitian dilakukan maka terlebih dahulu diadakan rencana penelitian, konsultasi dengan dosen pembimbing, telaah pustaka, penyusunan usulan penelitian, pengadaan peta-peta yang dibutuhkan, dan persiapan alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini.

Pengumpulan data iklim untuk Desa Sei Bamban selama 10 tahun (2002-2012) diperoleh dari Stasiun Klimatologi meliputi data: temperatur dan kelembaban udara.

Tahap Kegiatan di Lapangan

Pekerjaan dimulai dengan survei pendahuluan, yaitu dengan mengadakan orientasi lapangan penelitian seperti pengambilan titik koordinat. Setelah survei pendahuluan, dilanjutkan dengan pelaksanaan survei utama dengan tujuan utamanya adalah pengambilan contoh tanah komposit.

Pelaksanaan pengambilan contoh tanah dengan menggunakan metode acak tersebar pada jarak tertentu sesuai dengan luasan yang telah ditentukan dengan berpedoman pada peta dasar. Kemudian dilakukan pengambilan sampel tanah menggunakan bor tanah pada kedalaman 0 - 20 cm. Dari tiap pengambilan contoh tanah tersebut, maka dicatat hasil pembacaan koordinat pada GPS.

Setelah diperoleh sampel tanah dari pengeboran, maka diambil ± 2 Kg untuk setiap contoh tanah dan dianalisis C-Organik.

Analisis Laboratorium

(28)

dilakukan analisis laboratorium C-Organik dengan metode Walkley and Black, % C-Organik x 1.724

Pengolahan Data

(29)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

[image:29.595.108.519.393.741.2]

Penelitian dilakukan di Desa Sei Bamban, Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai dengan luas 1862 ha dan ketinggian tempat ± 14 m dari permukaan laut sehingga di peroleh 86 titik pengambilan sampel .Sampel yang diperoleh di analisis dengan metode Walkley and Black % sehingga di dapat data kandungan C-organik tanah pada Tabel berikut :

Tabel 1. Hasil Analisis C-organik

No Lapangan Titik koordinat Parameter (C-organik %)

BPPM (1982) Bujur

Timur

Lintang Utara

1 517939 387198 0,30 Sangat rendah

2 518173 387178 0,54 Sangat rendah

3 517816 386769 0,82 Sangat rendah

4 518271 386749 0,15 Sangat rendah

5 518661 386613 0,57 Sangat rendah

6 517549 386340 0,63 Sangat rendah

7 517790 386334 1,09 Rendah

8 518284 386373 0,88 Sangat rendah

(30)

10 517783 385898 0,42 Sangat rendah

11 518160 385989 0,51 Sangat rendah

12 518791 385833 0,86 Sangat rendah

13 519135 385645 2,33 Sedang

14 518004 385417 2,54 Sedang

15 518388 385365 2,85 Sedang

16 518791 385326 3,08 Tinggi

17 519181 385274 2,62 Sedang

18 518524 385034 2,51 Sedang

19 518843 384930 2,85 Sedang

20 519365 384897 1,50 Rendah

21 519642 384729 2,51 Sedang

22 519492 384378 2,81 Sedang

23 519778 384313 2,51 Sedang

24 519505 384014 2,93 Sedang

25 519778 383903 2,63 Sedang

26 520201 383754 1,35 Rendah

27 519427 383351 0,08 Sangat rendah

(31)

29 520240 383331 0,08 Sangat rendah

30 518999 382831 0,19 Sangat rendah

31 519330 382870 0,30 Sangat rendah

32 519824 382922 0,81 Sangat rendah

33 520266 382876 0,67 Sangat rendah

34 520688 382812 0,91 Sangat rendah

35 519362 382474 0,74 Sangat rendah

36 519772 382415 0,91 Sangat rendah

37 520311 382389 0,21 Sangat rendah

38 520792 382396 0,67 Sangat rendah

39 521177 382241 0,25 Sangat rendah

40 519507 382057 0,42 Sangat rendah

41 519852 381973 0,77 Sangat rendah

42 520345 381930 0,63 Sangat rendah

43 520818 381902 1,16 Rendah

44 521920 381874 0,14 Sangat rendah

45 520395 381444 0,60 Sangat rendah

46 520825 381416 0,49 Sangat rendah

47 521360 381423 1,12 Rendah

(32)

49 522080 381289 0,46 Sangat rendah

50 520888 381000 0,39 Sangat rendah

51 521516 381099 0,28 Sangat rendah

52 521882 380979 1,07 Rendah

53 522277 380810 1,07 Rendah

54 521431 380302 0,70 Sangat rendah

55 521833 380471 0,60 Sangat rendah

56 522270 380570 1,25 Rendah

57 521487 380091 0,37 Sangat rendah

58 521685 380154 0,92 Sangat rendah

59 516581 382707 0,40 Sangat rendah

60 516385 382768 0,37 Sangat rendah

61 516612 382524 0,07 Sangat rendah

62 516275 382389 0,22 Sangat rendah

63 515969 382340 0,59 Sangat rendah

64 516110 381900 0,55 Sangat rendah

65 515914 381820 1,04 Rendah

66 516110 381312 0,97 Sangat rendah

67 515829 381386 0,81 Sangat rendah

68 516740 380884 0,89 Sangat rendah

(33)

Berdasarkan hasil analisis contoh tanah yang dapat di lihat pada Tabel 1 maka kandungan C- organik yang tertinggi dengan nilai 3,08 % pada sampel 16 dan terendah sebesar 0, 07 % pada sampel 61.

70 515657 381049 0,66 Sangat rendah

71 515223 380927 1,81 Rendah

72 515180 381324 1,12 Rendah

73 515357 381857 1,58 Rendah

74 514911 381043 0,62 Sangat rendah

75 514666 381465 1,58 Rendah

76 514684 381863 1,04 Rendah

77 514397 381771 0,27 Sangat rendah

78 514641 382352 0,50 Sangat rendah

79 514617 382793 1,35 Rendah

80 513564 383735 0,62 Sangat rendah

81 513344 383460 0,62 Sangat rendah

82 513320 382921 0,27 Sangat rendah

83 513338 382316 0,66 Sangat rendah

84 513338 381893 0,66 Sangat rendah

85 513405 381545 0,89 Sangat rendah

(34)

Menurut kriteria Staf Pusat Penelitian Tanah (1983) dan BPP Medan (1982), maka hasil analisis data tanah pada daerah penelitian dapat digolongkan menjadi 4 golongan status hara yaitu sangat rendah, rendah, sedang dan tinggi.

[image:34.595.108.494.252.451.2]

Data luas wilayah untuk status hara disajikan pada Tabel 2 sebagai berikut:

Tabel 2. Sebaran Luas Wilayah Status Hara C-organik

Status hara Luas (Ha) Luas (%)

Tinggi 0.74 0.06

Sedang 140.10 11.31

Rendah 196.34 15.85

Sangat Rendah 901.66 72.78

Total 1238.84 100.00

(35)

Gambar 1. Peta Penyebaran C-organik

Pembahasan

Pengambilan sampel tanah dilakukan dengan metode survey grid bebas dengan luas 25 ha tiap grid. Dari luas maka di peroleh sampel tanah sebanyak 86 sampel. Sampel yang diperoleh di analisis dengan metode Walkley and Black % sehingga di peroleh data hasil dan di lakukan pengolahan data spasial dari hasil pengukuran C-organik (%). Tanah dipetakan dengan menggunakan bantuan Sistem Informasi Geografis dengan mengunakan metode interpolasi.

Berdasarkan peta penyebaran status hara C-organik, status hara sangat rendah lebih dominan atau memiliki luasan yang sangat besar berarti tanah pada lokasi penelitian tergolong memiliki kandungan ketersediaan C-organik yang rendah bagi tanaman hal ini mungkin disebabkan kebiasaan petani yang

(36)

jerami padi merupakan sumber bahan organik bagi tanah, namun jerami padi yang dihasilkan langsung dibakar oleh petani. Hal ini yang menyebabkan bahan organik pada tanah berkurang. Hal ini sesuai dengan literatur Suwarno dkk, 2009 yang menyatakan Jerami padi yang sebenarnya dapat dipergunakan untuk menambah kandungan bahan organik tanah, yang oleh petani lebih sering dibakar setelah panen karena singkatnya turn around time (waktu antara panen sampai tanam padi musim berikutnya). Hal tersebut berakibat pada penurunan kandungan bahan organik tanah sawah.

Berdasarkan peta penyebaran status hara C-organik, status hara sedang dan status hara tinggi memiliki luasan yang lebih sempit daripada status hara sangat rendah, ini dikarenakan pada sebagian wilayah penelitian para petani melakukan rotasi tanaman padi dengan tanaman semusim lainnya yang dapat membantu memperbaiki tanah dan menambah kandungan bahan organik tanah. Rotasi tanaman tersebutlah yang menyebabkan kandungan status hara pada lokasi penelitian berbeda. Hal ini sesuai dengan literatur BPTP Sumatera Barat (2010) yang menyatakan bahwa rotasi tanaman padi dengan tanaman semusim lainnya pada tanah sawah dapat membantu memperbaiki tanah dan menambah kandungan bahan organik tanah.

(37)

dalam tanah mengandung karbon, pengaturan jumlah karbon dalam tanah dapat meningkatkan produktivitas tanaman dan keberlanjutan umur tanaman karena dapat meningkatkan kesuburan tanah dan penggunaan hara secara efisien. Hal ini sesuai dengan literatur Departemen Pertanian (2008) yang menyatakan pengaturan jumlah karbon di dalam tanah meningkatkan produktivitas tanaman dan

keberlanjutan umur tanaman karena dapat meningkatkan kesuburan tanah dan penggunaan hara secara efisien. Untuk meningkatkan kandungan C-organik perlu ditambahkan penambahan bahan organik dengan beberapa cara misalnya:

pengembalian sisa sisa panen, pemberian pupuk kandang dan pemberian pupuk hijau. Hal ini sesuai dengan literatur Brady (1990) yang menyatakan bahwa beberapa cara untuk mendapatkan bahan organik: dengan melakukan

(38)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Sebaran luas wilayah status hara C-organik dengan luas wilayah 1238.844 Ha dengan penyebaran sangat rendah 901,664 Ha (72,78%), rendah 196,342 Ha (15,85%), sedang 140,099 Ha (11,31%) dan tinggi 0,739 Ha (0,06%).

2. Kandungan C- organik yang tertinggi dengan nilai 3,08 % pada sampel 16 dan terendah sebesar 0, 07 % pada sampel 61.

Saran

(39)

DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1993. Budidaya Tanaman Padi. Kanisius. Yogyakarta.

Balai Penelitian Tanah. 2005. Petunjuk Teknis Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air dan Pupuk. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian, Bogor.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Barat. 2010. Pesisir Selatan Berpeluang Kembangkan Semangka Setelah Padi Sawah. Balai pengkajian Teknologi Pertanian. Sumatera Barat, Indonesia.

BPS. 2012. Kecamatan Sei Bamban Dalam Angka. Badan Pusat Statistika Kabupaten Serdang Bedagai.

Brady, N.C. (1990) The Nature and Properties of Soil. Mac Millan Publishing Co., New York

Damanik M.M., B. E Hasibuan., Fauzi., Sarifuddin dan H. Hanum, 2010. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. Universitas Sumatera Utara Press. Medan

Departemen Pertanian, 2008. Pedoman Teknik Reklamasi Lahan Sawah Berbahan Organik Rendah Tahun 2008. Direktorat Pengolahan Lahan. Direktorat Pengelolaan Lahan dan Air. Jakarta.

Hakim, N., M. Y., Nyakpa, A. M. Lubis, S. G. Nugroho, M. A. Diha, G. B. Hong, H. H. Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Ultisol. Universitas Lampung, Lampung.

Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademi Pressindo, Jakarta. 286 p.

Hardjowigeno. S dan L. Rayes. 2005. Tanah Sawah. Bayumedia. Malang. Muhklis. 2007. Analisis Tanah Tanaman. USU Press. Medan.

Raden, I., Thamrin, Syarif, S.F., Fadli dan Darmi. 2010. Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Padi dan Padi Ladang Di Desa Bila Talang Kecamatan Tabang Kabupaten Kutai Kartanegara. Pertanian UNIKARTA, Kartanegara..

Rayes, M.L, 2007, Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan, Penerbit Andi, Yogyakarta.

(40)

Stevenson, F. J. 1994. Humus Chemistry: Genesis, Composition, Reactions. 2th ed. John Wiley & Sons, Inc. New York.

Sutanto, R.2005. Dasar Dasar Ilmu Tanah. Konsep dan Kenyataan. Kanisius. Yogyakarta.

Gambar

Tabel 1. Hasil Analisis C-organik
Tabel 2. Sebaran Luas Wilayah Status Hara C-organik

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahun pertama penelitian ini akan menghasilkan model pendidikan karakter yang dilengkapi dengan 5 karya sastra anak berupa Buku Cerita Bergambar (BCB) sebagai media

The decision to partition the Indian Department costs into a land component and a military com- ponentÐwhich presumably comprised everything elseÐmay have convinced British

Tetap ada dengan jumlah jam pelajaran yang lebih banyak (bertambah) Tetap ada dengan jumlah jam pelajaran yang lebih sedikit (berkurang) Belum diketahui (Perkiraan jumlah jam :

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XL-5/W4, 2015 3D Virtual Reconstruction and Visualization of

Izin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK) Klasifikasi Usaha Non Kecil (M / B) yang dikeluar kan oleh Pemer intah Daer ah domisili peser ta yang masih ber laku, dengan

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XL-5/W4, 2015 3D Virtual Reconstruction and Visualization of

Begitu banyak kesalahan atau penyimpangan dalam pemakaian berbahasa Indonesia.Termasuk bahasa Indonesia ragam ilmiah, sering dijumpai penyimpangan dari kaidah yang berlaku

The SIFT (Lowe, 2004) algorithm was applied for searching for and matching the tie points. This algorithm was implemented in the OpenCV function library, with default