Hasil
Kondisi Umum Wilayah Penelitian
Penelitian ini dilakukan di perkebunan kelapa sawit PT. PD. PATI yang memiliki luas 920, 15 ha terletak di desa Seumadam, kecamatan Kejuruan Muda, kabupaten Aceh Tamiang, Provinsi Aceh. Lokasi penelitian ini berjarak 122 km dari kota Medan dan letak geografis 03053’’ 18 - 04032” 56,76” Lintang Utara sampai 97043,41 - 980 13,45’41” Bujur Timur. Dari kegiatan survei di lapangan dan hasil analisis di laboratorium diperoleh data berupa intensitas serangan penyakit busuk pangkal batang (Ganoderma sp.), ketinggian tempat, kelembaban tanah, kandungan karbon organik (C-org) tanah, persentase pasir, dan persentase liat (Lampiran 1). Data diolah dengan menggunakan program statistika SPSS ver.20 untuk mendapatkan nilai rataan (mean), nilai maximum, minimum, standar deviasi (sd) dan koefisen variasi seperti yang tersaji pada tabel 2 berikut ini. Tabel 2. Data Umum Sampel Tanah dengan Beberapa Parameter Pengamatan dan Analisis Laboratorium
Variabel Pengamatan
Mean Maximum Minimum Standart Deviasi Koef. Variasi Ketinggian Tempat (m) 26.83 40 18 5.47 29.92 C-Organik (%) 1.62 3.43 0.00 0.77 0.55 Kelembaban Tanah (%) 12.63 21.80 8.20 2.89 8.38 Persentase Liat (%) 44.93 76.00 26.00 13.36 178.75 Persentase Pasir (%) 16.80 44.00 0.00 11.38 129.68 Persentase Debu(%) 20.08 48.00 0.00 12.78 163.471 Int.Penyakit 1.38 4.00 0.00 1.31 1.72
Dari tabel 2 diatas, diketahui bahwa lokasi penelitian berada pada ketinggian rata-rata 26.83 m dpl. Kandungan karbon tanah pada lokasi ini tergolong rendah ( rata-rata 1.62 %). Persentase kelembaban tanah rata-rata 12.63%.Kandungan fraksi tanah lebih dominan fraksi liat dengan nilai rata-rata 44.93% dan nilai rata-rata intensitas penyakit busuk pangkal batang 1.38.
Kandungan Karbon Organik (C-org) Tanah
Berdasarkan hasil analisis karbon organik tanah diperoleh sebaran kriteria kandungan karbon organik tanah seperti yang tersaji pada Gambar 2 berikut. Gambar 2. Peta Sebaran Karbon Organik Tanah di Kebun PT. PD. PATI
Balitan 2005 (Lampiran 4 ) menggolongkan tingkat kandungan C-organik tanah menjadi 5 status, yaitu : sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Penggolongan kandungan karbon organik di lokasi penelitian disajikan pada Tabel 3 berikut ini.
Tabel 3. Data Luas Wilayah Kandungan Karbon Organik Tanah di Kebun PT.PD.PATI Status Luas ---ha--- % Sangat Rendah 20.19 21.28 Rendah 40.37 42.55 Sedang 30.28 31.91 Tinggi 4.04 4.26 Total 94.88 100
Dari tabel 3 diatas, diketahui bahwa areal lokasi pengambilan sampel memiliki kriteria karbon organik yang rendah ( 42.55%) dengan luasan daerah mencapai 40.37 ha.
Kelembaban Tanah
Berdasarkan hasil analisis kelembaban tanah di lapangan, diperoleh persentase distribusi kelembaban tanah yang disajikan pada Gambar 3 berikut ini. Gambar 3. Peta Persentase Kelembaban Tanah di Kebun PT. PD. PATI
Berdasarkan Gambar 3 diatas diperoleh luasan daerah untuk masing-masing kriteria persentase kelembaban tanah seperti yang tersaji pada Tabel 4 berikut ini.
Tabel 4. Data Luas Wilayah Persentase Kelembaban Tanah di Kebun PT.PD.PATI Status Luas ---ha--- % 9-12% 40.37 42.55 12-15% 34.32 36.17 15-18% 18.17 19.15 >18% 2.02 2.13 Total 94.88 100
Dari Tabel 4 diatas diketahui bahwa wilayah lokasi penelitian ini memiliki tingkat kelembaban 9-12% dengan luas areal sebesar 40.37 ha (42.55%).
Persentase Fraksi Liat Tanah
Berdasarkan hasil analisis tekstur diperoleh sebaran persentase kandungan fraksi liat tanah yang tersaji pada Gambar 4 berikut ini.
Berdasarkan Gambar 4 diatas, dapat dilihat besarnya areal lahan untuk masing-masing kriteria persentase fraksi liat tanah seperti pada Tabel 5 berikut ini.
Tabel 5. Data Luas Wilayah Sebaran Persentase Fraksi Liat di Kebun PT.PD.PATI Status Luas ---ha--- % 26-38% 38.35 40.42 38-50% 28.26 29.79 50-63% 16.15 17.02 63-75% 12.11 12.77 Total 94.88 100
Dari Tabel 5 diatas diketahui bahwa kebun PT.PD.PATI memiliki tingkat persentase liat 26-38% dengan lahan seluas 38.35 ha (40.41%).
Kandungan Fraksi Pasir Tanah
Berdasarkan hasil analisis tekstur diperoleh sebaran persentase fraksi pasir yang tersaji pada Gambar 5 berikut ini.
Berdasarkan Gambar 5 diatas, dapat dilihat luasan persentase fraksi pasir di kebun PT. PD. PATI seperti pada tabel 6 berikut ini.
Tabel 6. Data Luas Wilayah Sebaran Persentase Fraksi Pasir di Kebun PT.PD.PATI Status Luas ---ha--- % 0.058-0.080% 22.20 23.40 0.080-0.140% 28.26 29.79 0.140-0.290% 28.26 29.79 0.290-0.439% 16.14 17.02 Total 94.88 100
Dari tabel 6 diatas diketahui bahwa kebun ini memiliki sebaran persentase fraksi liat tanah sebesar 8-43% dengan luas areal 56.52 ha lahan.
Hubungan Karbon Organik (C-org), Persentase Pasir, Persentase Liat dan Kelembaban Tanah Terhadap Intensitas Penyakit Ganoderma di Kebun PT. PD. PATI Kabupaten Aceh Tamiang
Uji Asumsi
Setelah dilakukan analisis data dilapangan dan laboratorium, maka data yang diperoleh diuji dengan menggunakan beberapa uji data asumsi klasik (Lampiran 5-7) seperti uji data outlier, uji data normalitas dan uji data linearitas untuk memperoleh data yang sesuai untuk analisis korelasi dan regresi (Lampiran 8-9).
Berdasarkan analisis statistik yang telah dilakukan dengan menggunakan metode Uji Outlier pada parameter pengamatan diketahui bahwa ada data yang masuk dalam kategori outlier (Lampiran 5) yaitu pada data persentase pasir dan kelembaban tanah.Kedua parameter pengamatan tersebut memiliki data yang berada diluar boxsplot.Data yang berada di luar boxsplot ini kemudian dilakukan transformasi.Untuk parameter kelembaban tanah (Rh) dilakukan transformasi
logaritma dan data tidak mengalami outlier.Parameter persentase pasir dilakukan transformasi logaritma, namun data outlier tetap ada.
Berdasarkan dari uji outlier diketahui bahwa untuk data kandungan karbon organik (C-org) tanah, persentase liat tanah, dan intensitas penyakit busuk pangkal batang (Ganoderma sp.) tidak ada data yang mengalami outlier (Lampiran 5). Uji Normalitas dan Liniearitas Data
Berdasarkan analisis data statistik yang telah dilakukan dengan menggunakan uji normalitas (Lampiran 6) diketahui bahwa ada data yang memiliki angka signifikansi dibawah 0.05, data tersebut adalah data persen pasir, persen liat dan kelembaban tanah.Hal ini menunjukkan bahwa data tersebut tidak dapat dikatakan normal dan tidak bisa dilakukan uji lanjutan.Oleh karena itu, dilakukan transformasi pada beberapa data yang tidak normal dengan menggunakan transformasi logaritma untuk data persentase liat dan kelembaban tanah, sedangkan untuk data persentase pasir dilakukan transformasi akar.
Tabel 7. Uji Normalitas Data pada Variabel Pengamatan Setelah dilakukan Uji Transformasi Data
Variabel Pengamatan Sign. (0.05) Karbon Organik (C-org) 0.96
Kelembaban Tanah 0.75
Persentase Pasir 0.02
Persentase Liat 0.13
Berdasarkan Tabel 7 diatas diketahui bahwa setelah data persen pasir, persen liat dan kelembaban tanah dilakukan transformasi data kemudian dilakukan uji normalitas data, hampir semua nilai variabel pengamatan memiliki nilai signifikansi diatas 0.05 yang menandakan bahwa data tersebut telah terdistribusi normal.
Setelah dilakukan uji data outlier dan uji data normalitas pada data kandungan karbon organik tanah, persentase liat dan persentase pasir pada tanah, serta kelembaban tanah, maka dilanjutkan dengan uji linearitas (Lampiran 7) seperti pada Tabel 8 berikut ini.
Tabel 8. Uji Data Linearitas Beberapa Sifat Fisik Tanah Terhadap Intensitas Penyakit Busuk Pangkal Batang (Ganoderma sp.)
Linearitas Data R2
Kandungan C-org Tanah 0.00
Persentase Pasir 0.012
Persentase Liat 0.005
Kelembaban Tanah 0.204
Dari Tabel 8 diatas diketahui bahwa hasil uji linieritas kelembaban tanah terhadap intensitas penyakit busuk pangkal batang (Ganoderma sp.) menunjukkan hubungan yang linier dan memiliki hubungan keeratan sebesar 0.204.
Sejalan dengan analisis liniearitas data, maka data dilakukan transformasi data lainnya yang sesuai dengan uji asumsi klasik maka data analisis dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini.
Tabel 9. Uji Asumsi Klasik Parameter Pengamatan
Data Outlier Normalitas Liniearitas Kandungan
Karbon Organik Tanah
---- --- ---
Persentase Liat --- Transformasi logaritma
--- Persentase Pasir Transformasi
logaritma Transformasi akar --- Kelembaban Tanah Transformasi logaritma --- ---
Analisis Regresi Linier Sederhana
Dari hasil pengolahan data statistik mengenai korelasi beberapa variabel bebas terhadap intensitas penyakit Busuk Pangkal Batang (Ganoderma sp.), diketahui bahwa hanya variabel kelembaban tanah yang menunjukkan korelasi
sangat nyata terhadap intensitas penyakit.Oleh karena itu, dalam analisis regresi linier berganda dengan menggunakan metode stepwise dimana hanya variabel kelembaban tanah yang dapat dilakukan uji lanjutan, sementara variabel lainnya dieliminasi.Hasil uji regresi dapat dilihat pada Grafik 1 dibawah ini.
Grafik 1. Hasil Uji Regresi Kelembaban Tanah Terhadap Intensitas Penyakit
Dari Grafik 1 diatas diperoleh persamaan seperti berikut.
Y = -5.416 + 6.247X1 (4.1)
Dari hasil analisis persamaan regresi tersebut diketahui bahwa nilai R = 0.457 dan r2 = 0.208 dan signifikansi = 0.001. Hal ini menunjukkan adanya signifikansi yang nyata dimana nilai signifikansi 0.004 ≤ 0.005. Selain itu nilai r 2
sebesar 0.208 menunjukkan adanya hubungan kedua variabel namun tergolong pada kriteria rendah (Lampiran 9).
Analisis Korelasi
Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan metode analisis korelasi yang telah dilakukan (Lampiran 8), maka hubungan (korelasi) antara intensitas penyakit busuk pangkal batang (Ganoderma sp.) dengan kandungan karbon
y = 6,247x - 5,416 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 0 0,5 1 1,5 kelembaban tanah
organik, persentase pasir, persentase liat dan kelembaban tanah dapat dilihat pada Tabel 10 berikut ini.
Tabel 10. Hubungan Korelasi antara Intensitas Penyakit Ganoderma dengan Kandungan C-organik, Persentase Pasir dan Liat, serta Kelembaban Tanah Korelasi Intensitas Penyakit Kandungan C-organik Persentase Pasir Persentase Liat Kelembaban Tanah Intensitas Penyakit 0.917 0.468 0.653 0.001** Kandungan C-organik 0.305 0.98 0.592 Persentase Pasir 0.00** 0.046* Persentase Liat 0.025* Kelembaban Tanah
Keterangan : * korelasi signifikan pada taraf 0.05% ** korelasi signifikan pada taraf 0.01%
Berdasarkan Tabel 10 diatas diperoleh bahwa antara intensitas penyakit busuk pangkal batang terhadap kelembaban tanah memiliki korelasi yang sangat nyata dengan nilai signifikansi sebesar 0.001 dimana nilai signifikansi dibawah 0.05.
Berdasarkan Tabel 10 diatas diperoleh informasi bahwa antara intensitas penyakit busuk pangkal batang (Ganoderma sp.) terhadap kandungan karbon tanah, persentase pasir dan liat tanah tidak memiliki korelasi yang nyata.Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansinya diatas 0.05.
Pembahasan
Perkebunan PT.PD.PATI merupakan perkebunan kelapa sawit yang telah mengalami 2 kali replanting tanaman kelapa sawit. Replanting pertama dilakukan pada tahun 1990-an dan replanting kedua dilakukan pada tahun 2005. Dengan kata lain, tanaman kelapa sawit yang ada di perkebunan PT.PD.PATI saat ini
adalah generasi ketiga. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sugiyanto (2013) yang menyatakan bahwa Ganoderma telah menjadi salah satu alasan masalah paling serius dalam budidaya kelapa sawit terutama pada satu atau lebih dari dua generasi tanam. Selain itu, Ganoderma saat ini menjadi masalah serius pada kelapa sawit generasi tua.Kejadian penyakit busuk pangkal batang (Ganoderma sp.)berkorelasi positif dengan generasi kebun kelapa sawit.
Menurut riwayat vegetasi kebun PT.PD.PATI, perusahaan yang telah berdiri selama 33 tahun itu sebelumnya menanami areal perkebunan dengan tanaman kakao. Namun, seiring dengan berjalannya waktu dan meningkatnya kebutuhan akan minyak kelapa sawit, pihak perusahaan kemudian mengganti seluruh areal kakao menjadi tanaman kelapa sawit. Dalam hal ini, riwayat vegetasi yaitu tanaman kakao juga berperan dalam meningkatkan kejadian intensitas penyakit busuk pangkal batang (Ganoderma sp.) seperti yang saat ini dialami oleh pihak perkebunan. Spesies Ganoderma memiliki kisaran inang yang cukup luas, dimana lebih dari 44 spesies dari 34 genus tanaman telah diidentifikasi sebagai inang yang potensial (Venkatarayan, 1936 in Naher, et. al. 2013). Dalam hal ini termasuk juga tanaman kakao, kelapa, dan kelapa sawit ( Hasan and Turner, 1998
in Naher et. al., 2013).
Berdasarkan hasil uji korelasi kelembaban tanah terhadap intensitas penyakit busuk pangkal batang (Ganoderma sp.)diketahui bahwa nilai signifikansi sebesar 0.001, nilai ini lebih kecil dari 0.005 yang menandakan bahwa terdapat hubungan yang sangat nyata antara kelembaban tanah dengan intensitas penyakit busuk pangkal batang (Ganoderma sp.). Menurut Apriastika dkk., (2015) bahwa kelembaban tanah memiliki hubungan yang positif dengan
persentase penyakit tanaman, begitu pula sebaliknya penurunan kelembaban tanah akan menurunkan persentase penyakit. Pada kelembaban yang rendah daya hidup (viabilitas) dari spora sangat pendek, selain itu suhu juga sangat mempengaruhi viabilitas spora, proses infeksi, perkecambahan spora, dan perkembangan penyakit (Suhardi, 2009).
Parameter kelembaban tanah sebagai salah satu parameter untuk mengetahui tingkat kejadian penyakit busuk pangkal batang (Ganoderma sp.) berhubungan kandungan air di dalam tanah. Menurut Hanafia, dkk., (2009) air merupakan faktor ekologi yang berpengaruh terhadap senyawa-senyawa penting yang dibutuhkan oleh makhluk hidup, khususnya tanaman. Air secara tidak langsung mempengaruhi pertukaran gas sambil mengangkut substrat energy yang larut dalam air (asam amino, karbohidrat dari serasah, dll) dan juga sel-sel mikrobia. Menurut Hartley (1967), Ganoderma sebagai agen penyebab penyakit busuk pangkal batang pada tanaman kelapa sawit merupakan cendawan/jamur tular tanah yang memiliki kisaran inang cukup luas. Di Malaysia, gejala tanaman yang terserang penyakit ini dapat dilihat pada bagian pangkal batang terdapat tubuh buah jamur yang berwarna cokelat kehitaman yang membentuk pasak cukup besar. Kemudian misellium putih dari jamur ini ditemukan disekitaran jaringan korteks tanaman kelapa sawit yang akan berubah menjadi spora. Tanaman akan lebih mudah tumbang dan mati.
Berdasarkan hasil uji korelasi persentase pasir dengan kelembaban tanah memiliki nilai signifikansi sebesar 0.046.Nilai signifikansi ini lebih kecil dari 0.05 yang berarti antara persentase pasir dengan kelembaban tanah memiliki korelasi nyata. Menurut Hanafiah, dkk., (2009) tanah berpasir menyimpan sedikit air,
karena ukuran butirnya yang besar sehingga luas permukaan spesifiknya kecil, dengan perkataan lain tanah berpasir mempunyai ruang pori lebih besar dari tanah liat, tetapi total porositas tanah berpasir lebih kecil dari tanah liat karena luas permukaan spesifiknya kecil.
Berdasarkan hasil uji korelasi antara persentase liat terhadap kelembaban tanah diperoleh nilai signifikansi sebesar 0.025.Nilai signifikansi ini lebih kecil dari 0.05 yang menunjukkan adanya korelasi nyata pada kedua variabel tersebut, dan adanya hubungan yang linier antar kedua variabel. Menurut Hillel (1997), fraksi liat memiliki ukuran partikel berkisar dari 2 µm dan lebih kecil, memiliki luas permukaan per satuan massa lebih besar dan aktifitas fisika-kimia yang aktif, dan berperan sebagi fraksi penentu sifat tanah. Partikel liat mengisap dan mengikat air, hingga menyebabkan tanah mengembang saat pembasahan dan menyusut saat kering. Pernyataan lain dari aktifitas permukaan adalah panas yang terjadi secara perlahan bila liat kering dibasahi, yang disebut panas pembasahan. Selain itu, menurut Lubis (2015), peningkatan kandungan air tanah juga memperbaiki kontak antara partikel tanah dan meningkatkan konduktifitas panas.
Berdasarkan hasil uji korelasi antara persentase pasir dengan persentase liat, diketahui bahwa nilai signifikansi sebesar 0.00.Nilai ini memiliki signifikansi dibawah 0.05 Meskipun memiliki korelasi antar kedua variabel, namun tidak menunjukkan adanya hubungan yang linier diantara kedua variabel tersebut. Sifat fraksi pasir dan liat yang bertolak belakang menjadi salah satu alasan kedua variabel tersebut tidak memiliki hubungan yang linier, namun kedua fraksi tersebut saling berkaitan dalam menyusun sifat tanah sebagai system tiga fase dan segala reaksi yang terjadi di dalam tanah (fisika, kimia, maupun biologi).
Berdasarkan hasil uji regresi dengan menggunakan metode stepwise, dimana hanya variabel yang memiliki korelasi yang sangat nyata saja yang akan di lakukan pengujian regresi, sementara variabel lainnya dihilangkan sehingga diperoleh nilai koefisien regresi (r2) sebesar 0.208 (Lampiran 10). Hal ini menunjukkan ada korelasi yang nyata antara kelembaban tanah dengan intensitas penyakit busuk pangkal batang (Ganoderma sp). Berdasarkan persamaan (4.1) didapat persamaan regresi linier Y = -5.416 + 6.247X1, dan hal ini menunjukkan setiap kenaikan 1% kelembaban tanah, maka akan meningkatkan intensitas penyakit busuk pangkal batang sebesar 6.247 %.
Berdasarkan hasil uji korelasi kandungan karbon organik terhadap intensitas penyakit busuk pangkal batang (Ganoderma sp.) menunjukkan nilai korelasi sebesar -0.016, angka ini lebih kecil dari nilai tabel korelasi ttabel (0.288). Hal ini menunjukkan bahwa tidak adanya korelasi (t0<ttabel ) dan hubungannya tidak linier. Berdasarkan hasil penelitian Mih and Kinge (2015), korelasi yang negatif secara signifikan dari hasil observasi antara kejadian penyakit busuk pangkal batang dan rasio C/N. Tanah-tanah dengan C/N rendah cenderung cepat melepaskan nutrisi. Nutrisi-nutrisi ini lebih mudah tercuci pada tanah dengan kondisi kapasitas menahan air yang rendah, kemudian tanaman akan kekurangan hara dan patogen ini akan menyerang tanaman. Kondisi tanah yang tidak sesuai dengan pertumbuhan tanaman muncul dari kekurangan bahan organik di dalam tanah. Tingginya dekomposisi bahan organik berasosiasi dengan tingginya aktifitas mikrobia yang menolak keberadaan populasi Ganoderma .
BAB V