• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Basa-Basa Tukar

Kalium

Kalium tukar pada tanah yang di aplikasi limbah cair pabrik kelapa sawit disajikan secara kualitatif pada tabel 1. Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa kadar kalium tukar secara horizontal menunjukkan peningkatan. Dimana pada rorak terlihat kalium tukar paling tinggi, pada sela tanaman mengalami penurunan, dan kadar kalium terendah terlihat pada sampel tanah kontrol.

Secara vertikal dapat dilihat fluktuasi kadar kalium pada tiap taraf kedalaman. Pada rorak aplikasi kadar kalium tukar mengalami peningkatan dari kedalaman 0-20cm hingga kedalaman 20-40cm, dari kedalaman 20-40cm hingga kedalaman 60-80cm terdapat kadar kalium tukar yang stabil pada nilai 12me/10gr. Namun peningkatan kembali terjadi pada kedalaman 80-100cm, kemudian terjadi penurunan di kedalaman 100-120cm.

Tabel 1. Rataan Kalium Tukar di Tiap Titik Sampel di Berbagai Taraf Kedalaman

Kedalaman …..cm…..

Kontrol Sela Rorak

Rataan ..me/100gr.. Kriteria*) Rataan ..me/100gr.. Kriteria*) Rataan ..me/100gr.. Kriteria*) 0-20 0.44 S 0.78 T 3.75 ST 20-40 0.44 S 1.06 ST 4.24 ST 40-60 0.45 S 0.91 T 4.23 ST 60-80 0.41 S 1.39 ST 4.31 ST 80-100 0.38 S 1.20 ST 4.34 ST 100-120 0.26 R 1.30 ST 3.43 ST

Dari tabel 1 dapat disimpulkan bahwa kadar kalium tukar pada tanah secara umum berada dalam kriteria sangat tinggi. Pada ketiga lokasi sampel kecuali pada sampel kontrol di kedalaman 100-120cm terlihat kriteria tinggi. Hal ini menunjukkan pada tanah tersedia kalium tukar yang melimpah. Namun demikian aplikasi limbah cair pabrik kelapa sawit tetap saja memberikan pengaruh yang nyata terhadap peningkatan kadar kalium tukar pada tanah seperti yang ditunjukkan pada tabel analisis uji t (tabel 2).

Hasil analisis secara kuantitatif yakni dengan menggunakan uji t (tabel 2) untuk parameter kalium menunjukkan bahwa aplikasi limbah cair pabrik kelapa sawit memberikan peningkatan kadar kalium tukar secara nyata di rorak aplikasi untuk setiap kedalaman. Namun pada sela tanaman, peningkatan secara nyata hanya terlihat pada kedalaman 40-80cm.

Tabel 2. Hasil analisis uji t terhadap parameter kalium tukar tanah pada tiap titik sampel K vs S K vs R S vs R 0-20 tn * * 20-40 tn * * 40-60 * * * 60-80 * * * 80-100 tn * * 100-120 tn * * F-tabel 5% : 4,303 *) : nyata tn : tidak nyata

Dari tabel analisis uji t untuk parameter kalium tukar yakni tabel 2, juga dapat kita lihat peningkatan kadar kalium tukar yang nyata di rorak aplikasi jika dibandingkan dengan sela tanaman. Oleh karena perbandingan kontrol dengan sela tanaman tidak menunjukkan peningkatan kadar kalium tukar pada tanah di kedalaman 0-40cm dan 80-120cm, maka dapat dikatakan bahwa mobilisasi hara

dari rorak ke sela tanaman kurang mobil, sebab di sela tanaman terdapat kalium yang jauh lebih rendah dibandingkan di rorak aplikasi.

Natrium

Aplikasi Limbah cair pabrik kelapa sawit meningkatkan jumlah natrium tukar di rorak aplikasi dan di sela tanaman. Dari data pada tabel 3 menunjukkan hal tersebut. Namun demikian peningkatan ini tidak mengubah kriteria natrium tukar pada tanah dari kriteria sangat rendah

Jika dibandingkan natrium tukar di tiap taraf kedalaman pada tabel 3 (secara horizontal), dapat dilihat pada rorak aplikasi, di sela tanaman, dan di lahan kontrol, natrium tukar tidak menunjukkan perbedaan yang cukup berarti. Sehingga dapat dikatakan bahwa aplikasi LCPKS pada lahan tidak memberikan peningkatan terhadap hara natrium tukar tanah pada tiap taraf kedalaman.

Dari tabel 3 diatas, dapat dilihat perbandingan antar tiap taraf kedalaman (secara vertikal), kadar natrium tukar berfluktuasi dengan bertambahnya kedalaman. Pada lokasi kontrol, dari kedalaman 0-20cm ke 20-40cm terjadi penurunan, tapi meningkat kembali di kedalaman 40-60cm, hingga kedalaman 120cm, terjadi penurunan dan peningkatan secara bergantian tiap selang 20cm. Tabel 3. Rataan Natrium Tukar di Tiap Titik Sampel di Berbagai Taraf

Kedalaman

Kedalaman …..cm…..

Kontrol Sela Rorak

Rataan ..me/100gr.. Kriteria*) Rataan ..me/100gr.. Kriteria*) Rataan ..me/100gr.. Kriteria*) 0-20 0.05 SR 0.04 SR 0.04 SR 20-40 0.05 SR 0.04 SR 0.05 SR 40-60 0.03 SR 0.05 SR 0.06 SR 60-80 0.04 SR 0.04 SR 0.05 SR 80-100 0.11 SR 0.05 SR 0.07 SR 100-120 0.10 SR 0.04 SR 0.09 SR *) SR: Sangat rendah

Uji statistik yang disajikan pada tabel 4 menunjukkan bahwa pada rorak aplikasi dan sela tanaman terlihat perbedaan yang tidak nyata akan peningkatan kadar natrium tukar dalam tanah akibat aplikasi limbah cair pabrik kelapa sawit. Dimana dapat kita lihat, perbandingan natrium tukar antara kontrol dengan sela menunjukkan perbedaan yang tidak nyata. Begitu juga pada perbandingan kontrol dengan rorak, dan perbandingan sela dengan rorak aplikasi.

Tabel 4. Hasil analisis uji t terhadap parameter natrium tukar tanah pada tiap titik sampel K vs S K vs R S vs R 0-20 tn tn tn 20-40 tn tn tn 40-60 tn tn tn 60-80 tn tn tn 80-100 tn tn tn 100-120 tn tn tn F-tabel 5% : 4,303 *) : nyata tn : tidak nyata

Jika kita perhatikan tabel 4 di atas dapat disimpulkan bahwa limbah cair pabrik kelapa sawit tidak mengandung natrium tukar yang tinggi. Bahkan pada kriteria sangat rendah, sehingga perbedaan tidak terlihat pada ketiga perbandingan tersebut, yakni kontrol, sela, dan rorak aplikasi.

Kalsium

Kalsium tukar pada tanah yang diaplikasi limbah cair pabrik kelapa sawit memiliki kadar yang bervariasi pada tiap taraf kedalaman jika dibandingkan secara horizontal. Yang berarti tidak seperti kalium dan natrium tukar tanah, yang cenderung lebih tinggi di rorak aplikasi dari pada di sela tanaman dan juga di kontrol. Hal ini ditunjukkan pada tabel 5, dimana pada rorak lebih tinggi dibandingkan di sela tanaman di semua taraf kedalaman, tetapi pada kedalaman

80-120cm justru lebih tinggi di lokasi kontrol dari pada di rorak aplikasi. Pada sela tanaman di kedalaman 0-40cm dan 60-80cm, lebih tinggi dibandingkan di kontrol, namun pada kedalaman 40-60cm dan 80-120cm, justru di kontrol lebih tinggi kadar kalsium tukarnya.

Perbandingan kalsium tukar antara kedalaman di lokasi sampel yang sama (secara vertikal), menunjukkan hal yang sama, yakni fluktuasi penurunan dan peningkatan. Hal ini juga dapat dilihat pada tabel 5. Pada titik sampel kontrol, di kedalaman 0-20cm hingga 20-60cm terjadi penurunan, 40-60cm hingg 80-100cm terjadi peningkatan, dan 80-100cm ke 100-120cm terjadi lagi penurunan. Pada sela tanaman, peningkatan terjadi dari 0-20 ke 40-60cm dan 60-120cm.

Tabel 5. Rataan Kalsium Tukar di Tiap Titik Sampel di Berbagai Taraf Kedalaman

Kedalaman …..cm…..

Kontrol Sela Rorak

Rataan ..me/100gr.. Kriteria*) Rataan ..me/100gr.. Kriteria*) Rataan ..me/100gr.. Kriteria*) 0-20 1.54 SR 1.95 SR 5.96 S 20-40 0.91 SR 1.33 SR 1.52 SR 40-60 0.91 SR 0.74 SR 2.08 S 60-80 1.24 SR 1.28 SR 1.76 R 80-100 1.57 SR 0.98 SR 1.48 SR 100-120 1.46 SR 0.87 SR 1.20 SR

*) SR: Sangat rendah; R: Rendah; S: Sedang;

Dari tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa pemberian limbah cair pabrik kelapa sawit tidak mengubah kriteria kalsium tukar pada sela tanaman. Dimana pada kontrol terdapat kriteria kalsium tukar sangat rendah, begitu juga pada sela tanaman. Di rorak aplikasi pemberian LCPKS mengubah kriteria kalsium tukar menjadi kriteria sedang pada kedalaman 0-20cm, dan rendah pada kedalaman 40-60cm, namun di kedalaman 20-40cmdan 60-120cm masih pada kriteria sangat rendah.

Analisis uji t yang dilakukan (tabel 6) menunjukkan beda nyata kalsium tukar tanah hanya pada kedalaman 0-20cm, yaitu perbandingan antara kontrol dan rorak aplikasi dan juga pada perbandingan antara sela dan rorak aplikasi.

Tabel 6. Hasil analisis uji t terhadap parameter kalsium tukar tanah pada tiap titik sampel K vs S K vs R S vs R 0-20 tn * * 20-40 tn tn tn 40-60 tn tn tn 60-80 tn tn tn 80-100 tn tn tn 100-120 tn tn tn F-tabel 5% : 4,303 *) : nyata tn : tidak nyata

Dari tabel 6 di atas juga dapat dilihat bahwa pada sela tanaman, pemberian LCPKS tidak menunjukkan beda nyata terhadap kadar kalsium tukar tanah. Begitu juga di rorak aplikasi di kedalaman 20-120cm. Hal yang sama juga terjadi pada perbandingan sela tanaman dengan rorak aplikasi, dimana pada rorak aplikasi di kedalaman 20-120cm tidak menunjukkan perbedaan yang nyata.

Magnesium

Magnesium tukar di rorak aplikasi lebih tinggi dari pada di sela tanaman dan juga di lokasi kontrol. Pada tabel 7 ditunjukkan bahwa pada tiap taraf kedalaman, magnesium meningkat dari kontrol ke sela tanaman dan dari sela ke rorak aplikasi.

Kajian terhadap magnesium tukar dari tabel 7 secara vertikal dari tiap taraf kedalaman memiliki fluktuasi. Peningkatan dan penurunan dari tiap taraf kedalaman tanah yang diteliti terjadi tiap selang 20cm, hal ini terjadi di kontrol. Pada lokasi sela tanaman, dari kedalaman 0-20cm hingga kedalaman 40-60cm

terjadi penurunan, tetapi meningkat di kedalaman 60-80cm, dan menurun kembali hingga kedalaman 120cm. Di rorak aplikasi terlihat pola yang jelas tentang kadar magnesium tukar tanah yang semakin menurun dengan bertambahnya kedalaman, yaitu dari kedalaman 0-120c m tanah yang diteliti.

Tabel 7. Rataan Magnesium Tukar di Tiap Titik Sampel di Berbagai Taraf Kedalaman

Kedalaman …..cm…..

Kontrol Sela Rorak

Rataan ..me/100gr.. Kriteria*) Rataan ..me/100gr.. Kriteria*) Rataan ..me/100gr.. Kriteria*) 0-20 0.36 SR 0.67 R 5.74 T 20-40 0.19 SR 0.60 R 3.75 T 40-60 0.22 SR 1.17 SR 3.37 T 60-80 0.17 SR 2.22 R 3.17 T 80-100 0.18 SR 1.72 R 2.62 T 100-120 0.15 SR 1.39 R 1.76 S

*) SR: Sangat rendah; R: Rendah; S: Sedang; T: Tinggi

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pada lokasi kontrol, magnesium tukar berada pada kriteria sangat rendah. Di sela tanaman aplikasi LCPKS meningkatkan magnesium tukar tanah menjadi kriteria rendah di kedalaman 0-40cm dan 60-120cm, tetapi di kedalaman 40-60cm tetap dengan kriteria sangat rendah. Di rorak aplikasi, kriteria magnesium tukar tanah di kedalaman 0-100cm berada pada kriteria tinggi dan di kedalaman 100-120cm menjadi kriteria sedang. Tabel 8. Hasil analisis uji t terhadap parameter magnesium tukar tanah pada tiap

titik sampel K vs S K vs R S vs R 0-20 tn * * 20-40 tn * * 40-60 tn * * 60-80 * * * 80-100 tn * * 100-120 tn * * F-tabel 5% : 4,303 *) : nyata tn : tidak nyata

Analisis uji t yang disajikan pada tabel 8, untuk parameter magnesium tukar tanah menunjukkan aplikasi LCPKS meningkatkan magnesium tukar tanah

berbeda nyata di rorak aplikasi dibandingkan dengan kontrol. Sedangkan di sela tanaman berbeda nyata hanya pada kedalaman 60-80cm. perbandingan magnesium tukar antara sela tanaman dengan di rorak aplikasi juga menunjukkan perbedaan yang nyata di rorak aplikasi pada tiap taraf kedalaman.

Dari tabel 8 di atas dapat dikaji lebih lanjut dimana aplikasi LCPKS tidak meningkatkan kadar magnesium tukar tanah di sela tanaman. Dimana hanya pada satu taraf kedalaman saja, yakni pada kedalaman 60-80 cm yang meningkat secara nyata. Perbedaan yang nyata pada perbandingan kontrol dengan rorak juga antara sela dengan rorak, mengartikan bahwa magnesium tukar menumpuk di rorak aplikasi (Mg-dd belum sampai ke sela tanaman dari rorak aplikasi).

Kapasitas Tukar Kation

Dari tabel 9 dapat dilihat perbandingan kapasitas tukar kation tanah yang diteliti akibat aplikasi limbah cair pabrik kelapa sawit (perbandingan secara horizontal), dimana di rorak aplikasi lebih tinggi dari pada sela tanaman, dan di sela tanaman lebih tinggi dari pada di lokasi kontrol. Perbedaan ini terjadi di tiap taraf kedalaman, dari 0-20cm hingga taraf kedalaman 100-120cm.

Tabel 9. Rataan Kapasitas Tukar Kation Tanah di Tiap Titik Sampel di Berbagai Taraf Kedalaman

Kedalaman …..cm…..

Kontrol Sela Rorak

Rataan ..me/100gr.. Kriteria*) Rataan ..me/100gr.. Kriteria*) Rataan ..me/100gr.. Kriteria*) 0-20 9.37 R 11.87 R 16.85 R 20-40 8.27 R 10.53 R 11.96 R 40-60 7.87 R 9.20 R 10.37 R 60-80 7.96 R 8.42 R 11.08 R 80-100 7.84 R 8.36 R 10.21 R 100-120 7.17 R 7.57 R 12.93 R

*) SR: Sangat rendah; R: Rendah; S: Sedang; T: Tinggi; ST: Sangat tinggi

Tabel 9 juga menunjukkan kapasitas tukar kation yang menurun secara vertikal sesuai dengan bertambahnya kedalaman. Hal ini terjadi di ketiga lokasi

sampel, yaitu di lokasi kontrol, sela tanaman, dan juga di rorak aplikasi. Penurunan ini terlihat perlahan-lahan dengan berbedanya kedalaman berselang 20cm.

Dari kriteria kapasitas tukar kation tanah yang diaplikasi limbah cair pabrik kelapa sawit pada tabel 9 di atas, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa peningkatan kapasitas tukar kation tanah akibat aplikasi limbah cair pabik kelapa sawit tidak meningkatkan kriterianya. Diamana pada lokasi kontrol, sela tanaman, dan juga pada rorak aplikasi berada dalam kriteria rendah untuk tiap taraf kedalaman.

Kajian kuantitatif untuk parameter kapasitas tukar kation dengan menggunakan uji t disajikan pada tabel 10. Pada tabel 10 di bawah memperlihatkan bahwa pada perbandingan kapasitas tukar kation di kontrol dengan sela tanaman, hanya perbedaan nyata pada kedalaman 0-20cm. Dapat juga dilihat bahwa perbedaan nyata kapasitas tukar kation tanah di rorak aplikasi yakni pada kedalaman 0-20cm, 40-60cm, dan 80-100cm, terlihat selang-seling perbedaan nayta dan tidak nyata tiap perbedaan kedalaman 20cm.

Tabel 10. Hasil analisis uji t terhadap parameter kapasitas tukar kation tanah pada tiap titik sampel

K vs S K vs R S vs R 0-20 * * tn 20-40 tn tn tn 40-60 tn * tn 60-80 tn tn * 80-100 tn * tn 100-120 tn tn tn F-tabel 5% : 4,303 *) : nyata tn : tidak nyata

Dari tabel 10 di atas, dapat kita lihat perbandingan sela tanaman dengan rorak aplikasi. Dimana pada rorak aplikasi perbedaan yang nyata pada kapasitas

tukar kation akibat aplikasi LCPKS hanya terjadi pada kedalaman 60-80cm. Pada taraf kedalaman 0-60cm dan 80-120cm tidak menunjukkan perbedaan yang nyata

Pembahasan

Basa-basa Tukar Kalium

Secara kuantitatif, nilai kalium tukar pada rorak dan sela tanaman lebih tinggi dibanding pada kontrol. Nilai kalium tukar pada rorak nyata lebih tinggi dibandingkan dengan di sela tanaman. Hal ini disebabkan oleh karena limbah cair pabrik kelapa sawit mengandung kalium tukar sangat tinggi, namun kalium tukar ini tidak termobilisasi pada tanah hingga ke sela tanaman, yakni sejauh 2,5 meter dari rorak aplikasi. Sehingga terjadi penumpukan kalium tukar di rorak aplikasi secara nyata dibandingkan dengan di sela tanaman. Hal ini diakibatkan kurangnya mobilisasi kalium tukar dari rorak aplikasi ke sela tanaman (mobilisasi secara horizontal).

Ketersediaan kalium tukar dalam tanah yang diaplikasi limbah cair pabrik kelapa sawit dipengaruhi oleh pH tanah. Pada lampiran 17 (ratan pH pada tiap titik sampel) ditunjukkan bahwa pada kontrol dan sela tanaman nilai pH berada pada tingkat masam hingga sangat masam, dan pada rorak aplikasi hingga kedalaman 100cm berada pada kondisi netral dan pada 120cm berada pada kondisi agak masam.

Keterkaitan antara ketersediaan kalium tukar dengan pH tanah menunjukkan suatu hubungan yang berbanding lurus, artinya pH yang semakin rendah, ketersediaan kalium tukar semakin rendah dan juga sebaliknya.

Dalam Musa dkk (2006) dijelaskan bahwa ketersediaan unsur hara tanaman dalam tanah secara umum dipengaruhi oleh kemasaman tanah. Ketersediaan maksimum unsur hara makro, dalam hal ini adalah kalium, terjadi pada pH antara 6,5-7,5. Selanjutnya juga dikatakan bahwa pada kemasaman pH yang tinggi tanah kekurangan unsur hara kalium.

Jika dilihat pada kondisi lapangan, bahwa pada rorak aplikasi berada pada kondisi basah, dimana pada kondisi basah terjadi pencucian hara kalium. Namun dari data yang didapat justru terjadi peningkatan yang nyata di rorak aplikasi. Hal ini dijelaskan oleh Foth (1994) yang mengatakan bahwa di kawasan basah sebagian kalium tercuci dari tanah, namun terjaganya kadar kalium tukar walaupun dalam kondisi basah ini dapat diduga karena adanya horizon argilik dengan kapasitas yang cukup untuk mengikat kalium pada kompleks pertukaran. Jadi dapat diduga bahwa horizon argilik inilah yang mempertahankan kalium tukar dalam tanah berada dalam kondisi yang sangat tinggi meskipun dalam kondisi basah. Walaupun belum ada data yang diketahui tentang adanya argilik di horizon tanah pada lokasi penelitian namun dugaan akan keberadaan argilik ini diperkuat oleh data tekstur tanah di lokasi penelitian (Ketaren, 2010) yang mana pada tiap taraf kedalaman bertekstur liat, dan akumulasi liat terlihat khususnya pada kedalaman 40cm (lampiran 19).

Kondisi di rorak aplikasi , kalium tukar mengalami peningkatan hingga kedalaman 100cm dan menurun pada kedalaman 120cm. Hal ini disebabkan oleh tercucinya sebagian kalium tukar ke bawah hingga 100cm dan pada 120cm mengalami penurunan akibat kedalaman yang diperkirakan telah mencapai bahan induk tanah sehingga tidak lagi dapat terjadi mobilisasi hara yang intensif. Seperti

yang disebutkan pada Kartasapoetra dan Mulyani (1987) yang mengatakan bahwa sifat kalium yaitu mudah larut dan terbawa hanyut dan mudah pula terfiksasi dalam tanah. Di sela tanaman terjadi fluktuasi meningkat dan menurun antara tiap taraf kedalaman yang diakibatkan oleh tidak meratanya mobilisasi hara di tiap horizon tanah. Sehingga kondisi di rorak aplikasi yang meningkat sesuai taraf kedalaman berbeda dengan di sela tanaman yang cenderung berfluktuasi. Sedangkan pada kontrol peningkatan terjadi hingga kedalaman 60cm namun 60-120cm terjadi penurunan. Hal ini diakibatkan oleh adanya penahanan terhadap kalium yang tercuci ke bawah di kedalaman 60cm. Horizon argilik di kedalaman 60cm diperkirakan menjadi salah satu penyebab tertahannya kalium tukar ini seperti telah disebutkan di atas.

Natrium

Analisis secara kuantitatif, nilai natrium dapat tukar tidak dipengaruhi oleh aplikasi limbah cair pabrik kelapa sawit. Sebab tidak ada perbedaan kriteria antara kontrol, sela, dan rorak aplikasi. Juga nilai-nilai natrium tukar pada kontrol, sela, dan rorak menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan, bahkan perbedaan yang sangat kecil tersebut dapat diabaikan.

Secara umum, terdapat nilai Natrium tukar yang merata pada tiap taraf kedalaman pada ketiga lokasi sampel yakni kontrol, sela, dan rorak aplikasi yang berada pada kriteria sangat rendah. Dari kriteria Natrium tukar yang sangat rendah ini menunjukkan bahwa tanah tidak memiliki potensi resiko keracunan/toksik Natrium bagi tanaman akibat aplikasi LCPKS. Sebab Natrium merupakan unsur toksik. Hanafiah (2004) mengatakan akumulasi Natrium atau nisbah Natrium dengan kation-kation lain terlalu tinggi akan menyebabkan terganggunya adaptasi

filogenik tanaman terhadap Natrium sehingga pertumbuhan tanaman juga terganggu.

Kalsium dan Magnesium

Di dalam tanah kalsium dan magnesium memiliki banyak karakter yang sama. Kalsium dan magnesium selalu dihubungkan dengan efek kemasaman tanah karena ionnya dapat mengurangi kemasaman tanah. Dari faktor kehilangan di dalam tanah, kalsium dan magnesium sama-sama mudah tercuci bersama larutan tanah.

Analisis secara kuantitatif, nilai kalsium tukar di rorak aplikasi lebih tinggi pada kedalaman 0-80cm dibandingkan dengan sela tanaman, dan di sela tanaman lebih tinggi dibandingkan di kontrol kecuali di kontrol dengan kedalaman 80-120cm yang justru lebih tinggi dari pada rorak aplikasi. Hal ini disebabkan oleh karena limbah cair pabrik kelapa sawit yang diaplikasikan mengandung kalsium tukar. Sehingga terlihat peningkatan pada rorak aplikasi, sebagian kalsium tukar di rorak aplikasi mengalami peresapan/mobilisasi hingga ke sela tanaman sehingga di sela tanaman lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol.

Selain karena faktor penambahan kalsium oleh aplikasi LCPKS ini, perbedan kalsium tukar pada tanah juga dipengaruhi oleh pH pada tiap taraf kedalaman tanah yang diteliti. Korelasi antara kalsium tukar dengan pH tanah terlihat sangat jelas. Dimana pada tiap kenaikan dan penurunan pH, kalsium tukar juga mengikuti pola tersebut (rataan pH pada tiap taraf kedalaman pada lampiran 17). Terlihat bahwa pada kontrol dan sela tanaman pH tanah yang ditemukan mulai dari masan hingga sangat masam, maka kalsium tukar juga berada pada

taraf yang sangat rendah. Sedangkan pada rorak aplikasi terjadi kenaikan kalsium tukar pada tanah, dan juga kalsium tukar meningkat dalam tanah. Oleh Hanafiah (2004) menjelaskan keterkaitan pH dengan ketersediaan kalsium tukar ini, dia mengatakan ketersediaan unsur Ca tinggi pada pH 7,0-8,6, kemudian menurun pada pH di bawah 7,0 maupun di atas 8,5.

Tidak berbeda jauh dari kalsium, magnesium tukar dalam tanah lebih tinggi di rorak aplikasi dan sela tanaman dari pada kontrol. Penyebabnya juga diakibatkan oleh pH tanah pada lokasi penelitian. pH tanah di rorak berada pada taraf netral hingga kedalaman 100cm dan agak masam pada kedalaman 100-120cm. Sementara di sela dan kontrol berada antara sangat masam hingga masam. Maka sesuai penurunan atau kenaikan pH ini, terjadi penurunan dan peningkatan magnesium tukar pada tanah.

Di rorak aplikasi terlihat semakin menurunnya magnesium tukar tanah dengan semakin bertambahnya kedalaman. Akan tetapi pada sela tanaman tidak terlihat pola yang demikian. Hal ini disebabkan oleh tidak meratanya tiap horizon tanah melangsungkan mobilisasi magnesium tukar pada tanah. Dan diperkirakan tiap horizon tanah memiliki daya pegang terhadap magnesium tukar pada tanah

Kapasitas Tukar Kation

Ada beberapa penyebab tinggi rendahnya kapasitas tukar kation ini di dalam tanah. Oleh Hakim dkk (1986) mengatakan besarnya kapasitas tukar kation tanah dipengaruhi oleh sifat dan ciri tanah itu sendiri, antara lain adalah reaksi tanah atau pH, tekstur tanah atau jumlah liat, jenis mineral liat, bahan organik dan pengapuran dan pemupukan. Dalam penelitian yang dilakukan, pengaruh yang

paling dominan adalah pH tanah dan bahan organik yang dikandung oleh tanah. Dari lampiran 17 (data rataan pH) dapat dilihat bahwa pada lokasi penelitian terutama di sela dan kontrol memiliki pH yang sangat rendah (masam hingga sangat masam), maka kapasitas tukar kation pun terlihat sangat rendah. Sedangkan pH di rorak aplikasi menunjukkan pH yang agak masam hingga netral, namun tidak menunjukkan kenaikan kapasitas tukar kation yang cukup signifikan. Hal ini diakibatkan oleh kadar bahan organik tanah yang berada pada kriteria pada umumya rendah hingga sangat rendah.

Di rorak aplikasi, kapasitas tukar kation tanah meningkat hingga kedalaman 100cm dan menurun pada kedalaman 120cm. Di sela tanaman terjadi

Dokumen terkait