• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum Kabupaten Jember Geografi dan Pemerintahan

Kabupaten Jember adalah salah satu kabupaten yang terdapat di Provinsi Jawa Timur. Secara astronomis, wilayah Kabupaten Jember terletak pada 8o 00‟-8o30‟ Lintang Selatan dan 112o30‟-113o45‟ Bujur Timur. Secara geografis, Kabupaten Jember berbatasan langsung dengan:

Sebelah utara : Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Bondowoso Sebelah timur : Kabupaten Banyuwangi

Sebelah selatan : Samudra Indonesia Sebelah barat : Kabupaten Lumajang

Kabupaten Jember memiliki luas wilayah sebesar 3 293.34 km2, dengan tinggi wilayah 0–3 300 m di atas permukaan laut. Wilayah pemerintahan Kabupaten Jember meliputi 31 kecamatan yang terdiri atas 28 kecamatan dengan 226 desa dan 3 kecamatan dengan 22 kelurahan. Puskesmas Sumbersari terletak di Kecamatan Sumbersari, wilayah kerjanya meliputi Kelurahan Sumbersari, Kebonsari, Karangrejo, Tegal Gede, Wirolegi, Antirogo, dan Keranjingan. Puskesmas Ambulu terletak di Kecamatan Ambulu, wilayah kerjanya meliputi Desa Ambulu, Karang Anyar, Andongsari, Pontang, Sabrang, Sumberejo dan Tegalsari.

Kependudukan

Penduduk Kabupaten Jember berjumlah 2 332 726 jiwa, dengan kepadatan penduduk 708 jiwa per km2. Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Jember sebesar 0.52%. Kecamatan Sumbersari adalah kecamatan dengan jumlah penduduk paling banyak (125 981 jiwa). Sedangkan kecamatan Ambulu diperkirakan jumlah pendudukanya adalah 99 796 jiwa (BPS Kabupaten Jember 2014).

Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Fasilitas kesehatan yang terdapat di Kabupaten Jember meliputi 9 rumah sakit dan 49 puskesmas. Terdapat posyandu sebanyak 2 830 buah dan jumlah bidan tercatat ada 1 162 orang. Puskesmas Sumbersari dan Ambulu secara berurutan memiliki tenaga kesehatan sebagai berikut 2 dan 1 orang dokter umum, 3 dan 1 orang dokter gigi, 16 dan 30 orang bidan, 21 dan 27 orang perawat, 1 dan 1 orang sanitarian, 1 dan 1 orang tenaga pelaksana gizi, serta 1 dan 1 orang tenaga farmasi. Di Wilayah kerja Puskesmas Sumbersari terdapat sarana kesehatan dasar sebanyak 95 posyandu, 3 pustu dan 1 polindes. Sedangkan di Puskesmas Ambulu terdapat 50 posyandu, 1 pustu, dan 3 polindes (Dinkes Kabupaten Jember 2014).

Karakteristik Ibu Hamil Usia Ibu

Sebagian besar subjek ibu hamil (82.3%) berada pada kisaran usia 20 sampai 35 tahun. Rata-rata usia ibu hamil dalam penelitian ini adalah 27.0 tahun dengan standar deviasi 6.1 tahun. Usia minimum subjek adalah 16 tahun dan maksimum 45 tahun. Hasil ini menunjukkan bahwa sebagian besar subjek berada pada usia dengan faktor risiko rendah dalam kehamilan.

Usia yang menjadi faktor risiko dalam kehamilan adalah usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun (Depkes RI 2005). Penelitian Dairo & Lawoyin (2006) mengenai suplementasi besi pada ibu hamil menujukkan bahwa ibu hamil yang berusia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun memiliki kepatuhan konsumsi suplemen besi yang lebih rendah.

Usia kehamilan

Usia kehamilan subjek dibagi menjadi dua kategori yaitu trimester 1 dan 2 (awal kehamilan hingga usia kehamilan 24 minggu), serta trimester 3 (>24 minggu) (Kemenkes RI 2010). Lebih dari setengah subjek (67.7%) memiliki usia kehamilan di trimester 3. Rata-rata usia kehamilan subjek adalah 27.9 minggu dengan standar deviasi 7.3 minggu. Usia kehamilan terendah subjek adalah 8 minggu dan tertinggi 39 minggu. Dalam penelitian ini, rata-rata usia kehamilan subjek saat pertama kali ANC adalah 9.2 minggu atau berada pada di trimester 1 kehamilan. Usia kehamilan subjek paling rendah saat ANC pertama kali adalah pada saat 3 minggu kehamilan dan tertinggi pada saat 33 minggu kehamilan.

Ketika usia kehamilan ibu sudah memasuki trimester II dan III, ibu hamil diharapkan sudah beberapa kali melakukan pemeriksaan kehamilan dan mendapatkan suplemen kalsium dari fasilitas pelayanan kesehatan. Jumlah ANC yang lebih banyak memungkinkan ibu mendapatkan suplemen kalsium dan penjelasan dari petugas kesehatan (Fitri 2015).

Jumlah Kehamilan

Sebagian besar subjek (94.8%) subjek dalam penelitian ini memiliki jumlah kehamilan <4, dimana 34.4% nya merupakan kehamilan yang pertama. Rata-rata jumlah kehamilan subjek adalah 1.9 kali dengan standar deviasi 0.9. Jumlah kehamilan terbanyak yang dimiliki subjek adalah 6 kali. Semakin meningkatnya jumlah kehamilan akan meningkatkan jumlah anak yang dimiliki. Penelitian mengenai suplemen besi pada ibu hamil oleh Lutsey et al. (2007) menyebutkan bahwa jumlah anak berhubungan negatif dengan kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi suplemen besi (p<0.05). Namun, beberapa penelitian lain menunjukkan bahwa ibu yang menjalani kehamilan kedua atau lebih memiliki kepatuhan lebih tinggi dalam mengonsumsi suplemen besi dibandingkan dengan ibu yang pertama kali hamil (Zavaleta et al. 2014; Mithra et al. 2014).

Penelitian mengenai asupan kalsium harian ibu hamil di Kamerun menunjukkan bahwa ibu yang telah melahirkan >4 kali memiliki asupan kalsium lebih tinggi dari median (p<0.001). Hal ini dapat disebabkan ibu dengan jumlah

kehamilan lebih banyak telah kontak dengan petugas kesehatan lebih sering dan mendapatkan nasihat mengenai anjuran makan yang baik untuk ibu hamil (Agueh et al. 2015). Selain itu, ibu dengan jumlah anak yang lebih banyak cenderung untuk memasak sendiri untuk keluarga besarnya ketimbang ibu dengan jumlah keluarga kecil yang cenderung untuk membeli makanan jadi (Harville et al. 2004)

Tingkat Pendidikan

Lebih dari setengah subjek ibu hamil (60.4%) memiliki pendidikan terakhir ≥SMA. Rata-rata lama sekolah subjek adalah 11.1 tahun dengan standar deviasi 3.1 tahun. Lama sekolah minimum subjek adalah 6 (tamat SD) tahun dan maksimum 16 tahun (tamat S1). Ibu yang memiliki pendidikan lebih tinggi diharapkan akan dapat menggunakan pengetahuan yang telah mereka dapatkan untuk meningkatkan kesehatan diri dan keluarganya. Pengetahuan ini akan meningkatkan perilaku pencarian pelayanan kesehatan yang baik.

Beberapa penelitian mengenai suplementasi besi menunjukkan bahwa salah satu faktor yang berhubungan dengan kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi suplemen besi adalah pendidikan ibu (Ordenes dan Bongga 2006; Mardiana 2004). Sesuai dengan hal ini, hasil penelitian Ebrahimi et al. (2013) menunjukkan bahwa lama (tahun) bersekolah secara positif berhubungan dengan intake kalsium ibu hamil (p<0.01). Penelitian Agueh et al. (2015) menunjukkan ibu hamil dengan tingkat pendidikan menengah atau lebih tinggi memiliki asupan kalsium lebih tinggi dari nilai median dibandingkan dengan yang tidak bersekolah.

Frekuensi ANC

Pelayanan antenatal atau biasa disebut antenatal care (ANC) diberikan kepada ibu hamil oleh tenaga kesehatan yang kompeten yaitu dokter, bidan dan perawat terlatih, sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pelayanan antenatal terpadu terdiri dari anamnesa, pemeriksaan, penanganan dan tindak lanjut kasus, pencatatan hasil pemeriksaan, serta komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) yang efektif (Kemenkes RI 2010). Untuk menghindari risiko komplikasi pada kehamilan dan persalinan, setiap ibu hamil dianjurkan untuk melakukan ANC minimal 4 kali, termasuk minimal 1 kali kunjungan yang diantar oleh suami atau anggota keluarga. Jumlah kunjungan minimal yang dianjurkan adalah 1 kali pada trimester 1, 1 kali pada trimester 2, serta 2 kali pada trimester 3 (Kemenkes RI 2013)

Penelitian ini dilakukan di puskesmas sehingga ibu hamil yang menjadi subjek adalah mereka yang umumnya rutin melakukan ANC setiap bulannya di puskesmas tersebut. Sebagian besar subjek (95.8%) telah memenuhi frekuensi ANC yang dianjurkan dan lebih dari separuh subjek (69.8%) melakukan ANC ≥1 setiap bulannya. Lebih dari setengah subjek (65.6%) memiliki frekuensi ANC ≥5. Rata-rata frekuensi ANC subjek adalah sebanyak 5.9 kali dengan standar deviasi 2.9 kali. Frekuensi ANC minimum yang dilakukan subjek paling sedikit adalah 1 kali dan paling banyak adalah 16 kali. Dengan frekuensi ANC lebih tinggi diharapkan ibu hamil mendapatan lebih banyak informasi mengenai kehamilannya dari petugas kesehatan.

Sebaran subjek berdasarkan karakteristik subjek dalam penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3 Sebaran subjek berdasakan karakteristik

Karakteristik Rata-rata dan SD n %

Usia (tahun) 27.0±6.1

Risiko kehamilan tinggi (<20 tahun atau >35 tahun)

17 17.7 Risiko kehamilan rendah (20-35 tahun) 79 82.3 Usia kehamilan (minggu) 27.9±7.3

≤24 minggu 31 32.3

>24 mingu 65 67.7

Jumlah kehamilan 1.9±0.9

≥2 kali 63 65.6

1 kali 33 34.4

Tingkat pendidikan/lama bersekolah (tahun) 11.1 ±3.1

<SMA 38 39.6

≥SMA 58 60.4

Frekuensi ANC 5.9 ±2.9

<5 kali 33 34.4

≥5 kali 63 65.6

Pengetahuan Mengenai Kecukupan Kalsium dan Suplementasi Kalsium Ibu hamil diminta untuk menilai benar atau salah pernyataan mengenai kecukupan kalsium dan suplementasi kalsium untuk menilai pengetahuan ibu hamil. Jawaban subjek atas setiap butir pernyataan pengetahuan mengenai kecukupan kalsium dan suplementasi kalsium disajikan pada Tabel 4

Tabel 4 Persentase subjek menjawab tepat pernyataan pengetahuan mengenai kecukupan kalsium dan suplementasi kalsium pada ibu hamil

No. Pernyataan Subjek menjawab

tepat (%) 1. Kebutuhan kalsium ibu selama hamil sama jumlahnya

dengan kebutuhan ibu saat tidak hamil

78.1 2. Kalsium berfungsi untuk meningkatkan sel darah merah ibu

hamil

40.6 3. Keropos tulang pada ibu adalah salah satu akibat dari

kurangnya asupan kalsium pada ibu hamil

90.6 4. Kalsium berperan untuk pertumbuhan dan pembentukan

tulang janin

97.9 5. Ikan teri adalah contoh makanan sumber kalsium 80.2 6. Es krim bukan merupakan makanan sumber kalsium 57.3 7. Salah satu penyebab hipertensi dalam kehamilan adalah

rendahnya asupan kalsium

62.5 8. Tablet kalsium (kalk) dianjurkan dikonsumsi oleh ibu hamil

untuk memenuhi kebutuhan kalsium dan mencegah hipertensi

84.4

9. Tablet kalsium sebaiknya dikonsumsi bersamaan dengan tablet besi

36.5 10. Tablet kalsium dapat dikonsumsi sesudah makan 95.8

Berdasarkan jawaban subjek, pernyataan pengetahuan mengenai kalsium yang masih banyak dijawab tidak tepat antara lain pernyataan mengenai cara mengonsumsi tablet kalsium, hanya 36.5% subjek berpendapat bahwa tablet kalsium sebaiknya dikonsumsi terpisah dengan tablet besi. Kemudian pernyataan mengenai fungsi kalsium, hanya 40.6% subjek setuju bahwa kalsium tidak berfungsi untuk meningkatkan sel darah merah ibu hamil. Mengenai makanan sumber kalsium, 57.3% subjek berpendapat bahwa es krim merupakan makanan sumber kalsium. Pernyataan lain yang cukup banyak dijawab tidak tepat oleh subjek adalah mengenai hubungan HDK dan asupan kalsium. Sebanyak 62.5% subjek menjawab benar bahwa rendahnya asupan kalsium merupakan salah satu penyebab HDK. Jumlah ini meningkat ketika disodorkan pernyataan mengenai suplemen kalsium dan HDK. Sebagian besar subjek (84.4%) menjawab dengan benar yaitu bahwa suplementasi kalsium dianjurkan dikonsumsi oleh ibu hamil untuk memenuhi kebutuhan kalsium dan mencegah hipertensi.

Jawaban-jawaban subjek menunjukkan bahwa masih adanya kesalahan persepsi mengenai cara mengonsumsi tablet kalsium dan tablet besi, fungsi kalsium, makanan sumber kalsium dan peranan kalsium dalam pencegahan HDK. Mengenai cara mengonsumsi suplemen kalsium, sejalan dengan hasil penelitian Ahmed et al. (2015) di Mesir, didapatkan 91% subjek tidak mengetahui mengenai zat gizi yang dapat mengganggu absorpsi kalsium dan besi. Kalsium diketahui berinteraksi dengan besi, seng, magnesium dan fosfor, yang semuanya adalah mikronutrien penting bagi ibu hamil (Whiting dan Wood 1997). Pada hari yang sama, disarankan suplemen kalsium diminum pada waktu yang berbeda dengan suplemen besi (Palacios dan Pena-Rosas 2011; WHO 2013).

Pada penelitian ini sebagian besar subjek merasa tidak pernah mendapat informasi mengenai kalsium dari petugas kesehatan dan lebih sering mendapatakan informasi mengenai tablet besi untuk penambah darah. Hal ini tampak dari kesalahan persepsi subjek mengenai fungsi kalsium dan makanan sumber kalsium (59.4% subjek menjawab kalsium berperan dalam meningkatkan sel darah merah ibu hamil dan 42.7% subjek tidak tahu bahwa es krim adalah sumber kalsium). Dalam hal peranan kalsium dalam pencegahan hipertensi, 37.5% subjek menyatakan kurangnya asupan kalsium bukan salah satu penyebab hipertensi. Namun pada pernyataan selanjutnya, sebagian besar (84.4%) subjek setuju bahwa suplementasi kalsium dianjurkan dikonsumsi oleh ibu hamil untuk memenuhi kebutuhan kalsium dan mencegah hipertensi. Tidak konsistennya jawaban subjek ini menunjukkan bahwa sebenarnya pemahaman subjek akan peranan kalsium dalam mencegah HDK masih kurang. Kurangnya informasi mengenai kalsium mengakibatkan banyak dari subjek tidak memahami zat kalsium, fungsi kalsium dan suplemen kalsium. Sebagian besar subjek memiliki persepsi suplemen yang diberikan oleh petugas kesehatan adalah „obat‟ yang bermanfaat untuk kesehatan dan mencegah sakit. Hal ini serupa dengan penelitian di Brazil yang menunjukkan hanya 5.1% (40 orang) dari 788 ibu hamil mendapat suplemen kalsium oleh petugas kesehatan dan hanya 40% (16 orang) dari ibu hamil yang mendapat suplemen kalsium tersebut dijelaskan mengenai alasan suplementasi kalsium (Camargo et al. 2013).

Setelah dilakukan skoring terhadap jawaban subjek, median skor pengetahuan adalah 70 dengan skor minimum dan maksimum 20 dan 100 secara berurutan. Lebih dari separuh (56.2%) subjek memiliki pengetahuan yang kurang

mengenai kecukupan kalsium dan suplementasi kalsium dan 43.8% subjek memiliki tingkat pengetahuan cukup. Sebaran subjek berdasarkan kategori pengetahuan mengenai kecukupan kalsium dan suplementasi kalsium ditampilkan pada gambar berikut.

Gambar 2 Sebaran subjek berdasarkan kategori pengetahuan mengenai kecukupan kalsium dan suplementasi kalsium

Hasil ini mengindikasikan ibu hamil tidak familiar akan perlunya kalsium selama kehamilan dan kaitan kalsium dengan HDK. Perlunya edukasi yang baik terhadap ibu hamil mengenai pentingnya kalsium selama kehamilan dan pencegahan HDK yang bisa dilakukan pada saat kunjungan ANC ibu hamil oleh oleh petugas kesehatan.

Konsumsi, Efek Samping dan Manfaat Suplemen Kalsium Konsumsi Tablet Kalsium

Pada penelitian ini suplemen kalsium diberikan saat ibu melakukan ANC ke puskesmas bersamaan dengan pemberian tablet besi dan vitamin C, jika melakukan ANC ke posyandu suplemen yang diberikan adalah suplemen kalsium dan besi. Minimal jumlah tablet kalsium yang diberikan selama kehamilan mengikuti jumlah tablet besi, yaitu ditetapkan sebanyak 90 tablet. Rata-rata jumlah jumlah suplemen kalsium yang diterima dan dikonsumsi oleh subjek berdasarkan trimester kehamilannya dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Rata-rata suplemen kalsium (butir) yang diterima dan dikonsumsi subjek Trimester 1 Trimester 2 Trimester 3 Jumlah total tablet kalsium yang diterima 27.6±18.9 41.8±39.7 61.5±33.4 Jumlah tablet kalsium yang diterima pada

ANC terakhir

20.4±10.5 18.4±10.2 17.4±7.9 Jumlah tablet kalsium yang dikonsumsi

pada 30 hari terakhir

12.7±9.5 14.6±9.9 8.9±7.5 Jumlah tablet kalsium yang dikonsumsi dari

awal kehamilan

20.9±17.6 34.4±34.7 51.9±26.7

Rata-rata jumlah suplemen kalsium yang diterima subjek dengan kehamilan trimester 3 adalah 61.5 tablet dengan standar deviasi 33.4 tablet. Jumlah ini belum mencapai jumlah minimal suplemen yang ditentukan yaitu 90 tablet. Selain itu tampak adanya standar deviasi yang besar. Hal ini dapat

56.2% 43.8%

Kurang Cukup

disebabkan oleh beragamnya jumlah tablet kalsium yang diterima tiap ANC, diketahui jumlah minimal suplemen kalsium yang diterima tiap ANC adalah 6 tablet dan maksimal 30 tablet.

Ketelitian petugas dalam memberikan suplemen dalam jumlah yang tepat dapat menjadi salah satu faktor beragamnya jumlah tablet yang diterima ibu hamil. Diperlukan ketelitian petugas dalam memberikan jumlah suplemen sesuai anjuran jumlah minimal tablet kalsium. Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan program suplementasi kalsium yang ada masih belum memenuhi prosedur program di Kabupaten Jember maupun rekomendasi program WHO. Perlu adanya dukungan pemerintah dalam penyediaan tablet kalsium sesuai anjuran WHO dan pemahaman yang baik mengenai fungsi kalsium dan HDK oleh petugas kesehatan sehingga dapat memberikan suplemen kalsium sesuai prosedur program.

Efek samping dan manfaat yang dirasakan setelah mengonsumsi tablet kalsium

Pada penelitian ini sebagian besar subjek tidak merasakan adanya efek samping setelah mengonsumsi suplemen kalsium (77.1%). Hanya 22.9% subjek yang merasakan adanya efek samping. Efek samping yang paling banyak dirasakan yaitu mual (16.7%). Efek samping lain berupa sembelit, mengantuk, dan feses berwarna hitam sebanyak 5.2%. Sebaran subjek berdasarkan efek samping yang dirasakan setelah mengonsumsi tablet kalsium dalam penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 6.

Tabel 6 Sebaran subjek berdasarkan efek samping yang dirasakan

Efek samping tablet kalsium n %

Mual, muntah 16 16.7

Sembelit 2 2.1

Mengantuk 2 2.1

Feses berwarna hitam 1 1.0

Mual, muntah dan pusing 1 1.0

Tidak merasakan efek samping 74 77.1

Jumlah 96 100.0

Dalam hal manfaat yang dirasakan setelah mengonsumsi tablet kalsium, sebanyak 50% subjek merasakan manfaat setelah mengonsumsi tablet kalsium. Manfaat yang paling banyak dirasakan (36.5%) yaitu „merasa badan lebih sehat dan segar‟. Sebanyak 4% subjek merasakan manfaat terkait fungsi kalsium seperti nyeri punggung dan kram berkurang serta gigi anak tumbuh lebih cepat. Manfaat yang dirasakan subjek setelah mengonsumsi tablet kalsium dapat dilihat pada Tabel 7.

Efek samping dan manfaat yang dirasakan ini dapat disebabkan karena selain mengonsumsi tablet kalsium, subjek juga mengonsumsi tablet besi. Berdasarkan wawancara untuk mengukur pengetahuan subjek, dapat diketahui cara subjek mengonsumsi tablet kalsium dan besi. Didapatkan 63.54% subjek mengonsumsi tablet kalsium bersamaan dengan tablet besi sehingga beberapa efek samping seperti mual, sembelit, mengantuk, feses berwarna hitam diduga merupakan efek samping yang ditimbulkan saat atau setelah mengonsumsi tablet besi.

Tabel 7 Sebaran subjek berdasaarkan manfaat yang dirasakan

Manfaat tablet kalsium n %

Merasa badan lebih sehat, segar 35 36.5

Mengurangi nyeri punggung 2 2.0

Anak pertama tumbuh gigi lebih cepat 1 1.0

Meningkatkan nafsu makan 4 4.2

Mengurangi kram 1 1.0

Lebih dari 1 jenis manfaat di atas 5 5.2

Tidak merasakan manfaat 48 50.0

Jumlah 96 100.0

Penelitian Ahmed et al. (2015) mengenai kepatuhan suplemen kalsium pada ibu hamil yang menunjukkan adanya efek samping tablet kalsium berupa mual atau pun kelainan gastrointestinal lainnya. Hal ini dapat disebabkan karena subjek dalam penelitian tersebut mengonsumsi suplemen besi dan kalsium pada waktu yang bersamaan. Selain itu Lutsey et al. (2007) menyatakan beberapa ibu tidak dapat membedakan adanya mual dan rasa tidak nyaman lain sebagai efek samping suplemen atau gejala wajar dari kehamilan. Dokter maupun petugas kesehatan perlu memberikan penjelasan dengan baik perbedaan antara rasa tidak nyaman karena kehamilan dengan efek samping suplemen yang umumnya ringan dan akan reda seiring waktu.

Dukungan Keluarga dalam Mengonsumsi Tablet Kalsium

Keluarga merupakan salah satu komunitas terdekat dalam kehidupan seseorang (Talbot & Verrinder 2005). Pelayanan antenatal terpadu dan berkualitas adalah melibatkan ibu dan keluarganya terutama suami dalam menjaga kesehatan dan gizi ibu hamil, menyiapkan persalinan dan kesiagaan bila terjadi penyulit atau komplikasi. Ibu hamil perlu diantar memeriksakan kehamilan minimal dalam 1 kali kunjungan diantar oleh suami atau anggota keluarga lain untuk mendapatkan pelayanan yang komprehensif dan menghindari risiko komplikasi pada kehamilan dan persalinan (Kemenkes RI 2010). Lebih dari separuh subjek (63.5%) pada penelitian ini merasa mendapat dukungan keluarga dalam mengonsumsi tablet kalsium (Gambar 3).

Gambar 3 Sebaran subjek berdasarkan dukungan keluarga yang didapat Sebagian besar (59.4%) dukungan keluarga yang didapatkan oleh subjek dalam penelitian ini berasal dari suami. Dukungan dalam mengonsumsi suplemen

63.5% 36.5%

Ya Tidak

kalsium berupa membantu mengingatkan subjek dan membelikan suplemen. Sumber dukungan dan jenis dukungan yang didapatkan subjek dari keluarga ditunjukkan pada Tabel 8.

Tabel 8 Sebaran subjek berdasarkan dukungan keluarga

Dukungan keluarga n %

Sumber dukungan dukungan dalam mengonsumsi tablet kalsium

Suami 57 59.4

Ibu 3 3.1

Suami dan ibu 1 1.0

Tidak ada 35 36.5

Jenis dukungan

Mengingatkan 53 86.9

Membelikan 2 3.3

Mengingatkan dan membelikan 6 9.8

Pada penelitian mengenai suplementasi besi, diketahui dukungan keluarga secara positif mempengaruhi kepatuhan mengonsumsi suplemen besi (Galloway et al. 2002). Anggota keluarga tidak hanya mendukung namun juga membantu mengingatkan ibu hamil untuk mengonsumsi suplemen besi. Tantangan yang sering ditemui dalam kepatuhan ibu hamil mengonsumsi suplemen besi adalah „lupa‟, sehingga perlu adanya strategi yang dapat membantu ibu hamil agar ingat untuk mengonsumsi suplemen secara teratur (Zavaleta et al. 2014). Anggota keluarga dapat memberikan dukungan dan membantu mengingatkan sehingga dapat meningkatkan kepatuhan mengonsumsi suplemen besi maupun kalsium (Martin et al. 2016).

Kualitas Konseling Mengenai Kecukupan Kalsium dan Suplementasi Kalsium

Kurangnya kualitas konseling mengenai suplemen besi kepada ibu hamil merupakan hambatan terhadap kepatuhan konsumsi suplemen besi di negara berkembang. Konseling mengenai manfaat dan aturan minum dapat meningkatkan kepatuhan terhadap suplemen mikronutrien (Galloway et al. 2002). Pada penelitian ini jenis nasihat yang diukur adalah fungsi kalsium, perlunya tablet kalsium, dosis suplemen kalsium, cara mengonsumsi suplemen kalsium, serta hubungan suplemen kalsium dan HDK. Sebaran subjek berdasarkan nasihat mengenai kecukupan kalsium dan suplementasi kalsium yang diterima dari petugas kesehatan saat melakukan ANC tersaji dalam Tabel 9 berikut.

Tabel 9 Sebaran subjek berdasarkan nasihat mengenai kecukupan kalsium dan suplementasi kalsium yang diterima dari petugas kesehatan

Jenis nasihat yang diterima n %

1. Fungsi kalsium 24 25

2. Perlunya tablet kalsium 25 26

3. Dosis suplemen kalsium 94 97.9

4. Cara mengonsumsi suplemen kalsium 57 59.4 5. Hubungan suplemen kalsium dan HDK 0 100

Dalam penelitian ini nasihat yang paling banyak diterima oleh subjek adalah mengenai dosis suplemen kalsium (97.9% subjek merasa pernah menerima) dan tidak seorang pun subjek merasa pernah mendapat nasihat mengenai hubungan suplemen kalsium dan HDK. Martin et al. (2016) menyebutkan bahwa sama halnya dengan program suplementasi besi, anjuran suplementasi kalsium ini akan efektif apabila ibu hami menerima jumlah suplemen yang cukup serta konseling yang baik mengenai manfaat suplemen kalsium dalam mencegah HDK. Sedangkan sebaran subjek bedasarkan jumlah dari jenis nasihat yang diterima disajikan dalam Tabel 10 Proporsi terbesar subjek (33.3%) mendapatkan 1 jenis nasihat saja dan ada 1 % subjek yang merasa tidak mendapat nasihat apapun saat menerima suplemen kalsium dari petugas.

Tabel 10 Sebaran subjek berdasarkan jumlah dari jenis nasihat yang diterima dari petugas kesehatan

Jumlah nasihat yang diterima n %

Menerima 4 jenis nasihat 11 11.5

Menerima 3 jenis nasihat 21 21.9

Menerima 2 jenis nasihat 31 32.3

Menerima 1 jenis nasihat 32 33.3

Tidak menerima nasihat apapun 1 1.0

Jumlah 96 100

Nasihat yang diterima dari petugas kesehatan sangat tergantung dari pemahaman dan daya ingat ibu hamil. Ada subjek yang mengatakan bahwa petugas kesehatan menyampaikan fungsi kalsium adalah untuk penumbuh rambut janin. Ada pula subjek merasa bahwa petugas menyampaikan jika perlunya tablet kalsium adalah untuk mengurangi mual. Nasihat mengenai cara mengonsumsi yang diterima paling banyak oleh subjek ialah „mengonsumsi suplemen kalsium sebelum tidur‟. Hal ini perlu dicermati lebih lanjut karena umumnya suplemen besi juga dianjurkan oleh petugas kesehatan untuk dikonsumsi sebelum tidur. Padahal suplemen kalsium dan besi dianjurkan untuk tidak dikonsumsi bersama (Palacios dan Pena-Rosas 2011; WHO 2013). Subjek ibu hamil perlu ditanya kembali kepada mengenai pemahamannya tentang kecukupan kalsium dan suplementasi kalsium sehingga apabila ada pemahaman subjek yang kurang tepat dapat diluruskan oleh tenaga kesehatan. Hal ini dapat dilakukan terutama saat ibu hamil melakukan kunjungan ANC. Isi dari masing-masing jenis nasihat yang disampaikan oleh petugas kesehatan yang disampaikan oleh subjek diuraikan dalam Tabel 11.

Tabel 11 Isi nasihat mengenai kecukupan kalsium dan suplementasi kalsium dari

Dokumen terkait