• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kecukupan Kalsium Pada Ibu Hamil Di Kabupaten Jember

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kecukupan Kalsium Pada Ibu Hamil Di Kabupaten Jember"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KECUKUPAN KALSIUM PADA IBU HAMIL

DI KABUPATEN JEMBER

GALIH PURNASARI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kecukupan Kalsium pada Ibu Hamil di Kabupaten Jember adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2016

(4)

RINGKASAN

GALIH PURNASARI. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kecukupan Kalsium pada Ibu Hamil di Kabupaten Jember. Dibimbing oleh DODIK BRIAWAN dan CESILIA METI DWIRIANI.

Kebutuhan kalsium meningkat selama hamil. Selain penting bagi kesehatan tulang ibu dan janin, asupan kalsium yang cukup dapat mengurangi risiko terjadinya hipertensi selama kehamilan termasuk preeklampsia. Hipertensi dalam kehamilan (HDK) merupakan salah satu dari tiga penyebab utama kematian ibu di Indonesia. World Health Organization (WHO) merekomendasikan suplementasi kalsium 1500-2000 mg/hari bagi ibu hamil sebagai bagian dari antenatal care (ANC) untuk pencegahan preeklampsia. Meskipun demikian, rekomendasi ini belum menjadi program wajib Kementrian Kesehatan RI. Beberapa daerah di Indonesia memiliki program suplementasi kalsium untuk ibu hamil, salah satunya adalah Kabupaten Jember. Belum banyak data mengenai pelaksanaan suplementasi kalsium. Selama ini informasi mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan konsumsi suplemen kalsium dan informasi mengenai tingkat kecukupan kalsium pada ibu hamil di Indonesia masih terbatas.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor–faktor yang berhubungan dengan kecukupan kalsium pada ibu hamil. Tujuan khusus penelitian ini adalah 1) menganalisis kepatuhan dan faktor yang berhubungan dengan kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi suplemen kalsium, 2) menganalisis asupan kalsium dari pangan dan faktor yang berhubungan dengan asupan kalsium dari pangan pada ibu hamil, 3) menganalisis tingkat kecukupan kalsium pada ibu hamil, 4) menganalisis kontribusi suplemen kalsium dan asupan kalsium pangan terhadap tingkat kecukupan kalsium pada ibu hamil, 5) menganalisis karakteristik petugas kesehatan, pengetahuan dan praktik petugas kesehatan dalam suplementasi kalsium pada ibu hamil.

Desain penelitian ini adalah cross sectional study. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari minggu kedua sampai Februari minggu kedua tahun 2016 di Puskesmas Sumbersari dan Puskesmas Ambulu, Kabupaten Jember. Subjek penelitian ini adalah ibu hamil dan petugas kesehatan. Sebanyak 96 ibu hamil yang melakukan pemeriksaan ANC dan 19 petugas kesehatan di kedua puskesmas tersebut menjadi subjek dalam penelitian ini. Kriteria inklusi yang ditetapkan untuk ibu hamil adalah pernah mendapatkan suplemen kalsium dari puskesmas. Data dikumpulkan dengan wawancara menggunakan kuesioner baik pada ibu hamil dan petugas kesehatan. Analisis statistik yang digunakan adalah analisis univariat, bivariat menggunakan uji Chi Square dan multivariat menggunakan Regresi Logistik.

(5)

menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh terhadap kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi suplemen kalsium adalah adanya dukungan keluarga dalam mengonsumsi suplemen kalsium (OR= 3.953, 95% CI: 1.522-10.265) dan manfaat suplemen kalsium yang dirasakan (OR= 3.020, 95% CI: 1.219-7.481).

Median asupan kalsium dari pangan yang dikonsumsi subjek dalam penelitian ini adalah 649.9 mg/hari. Median asupan kalsium suplemen sebesar 25.7 mg/hari. Suplemen kalsium yang dikonsumsi subjek berasal dari suplemen dari puskesmas dan suplemen yang dibeli secara mandiri. Asupan kalsium pangan memenuhi 67.6% estimated average requirement (EAR) kalsium dan tingkat kecukupan kalsium sebagian besar subjek (81.2%) tergolong defisit. Suplemen kalsium dari puskesmas hanya memenuhi 2.6% EAR kalsium. Median asupan kalsium total (yang berasal dari pangan dan suplemen) sebesar 711.2 mg/hari. Setelah total asupan kalsium dibandingkan dengan EAR, tingkat kecukupan kalsium sebagian besar subjek (76.1%) masih tergolong rendah (70.6% EAR). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar ibu hamil dalam penelitian ini memiliki tingkat kecukupan kalsium yang berada dalam kategori defisit dan kontribusi suplemen kalsium program tidak besar. Suplementasi kalsium merupakan hal yang penting untuk mencukupi kebutuhan kalsium.

Lebih dari setengah subjek petugas kesehatan (57.9%) memiliki pengetahuan mengenai kecukupan kalsium dan suplementasi kalsium dalam kategori kurang. Beberapa petugas (10.5%) tidak memberikan suplemen kalsium pada ibu hamil. Tablet kalsium yang diberikan kepada ibu hamil jumlahnya dapat berbeda-beda, minimal 6 tablet dan maksimal 30 tablet. Tablet kalsium dari puskesmas adalah kalsium laktat 500 mg yang hanya mengandung 77 mg kalsium elemental, jumlah ini masih jauh dari anjuran suplementasi kalsium WHO. Sementara itu sebagian besar subjek (80.2%) mengonsumsi suplemen kalsium program sebagai satu-satunya suplemen kalsium selama kehamilan. Hal ini menunjukkan bahwa suplemen kalsium program memegang peranan penting dalam memenuhi kebutuhan kalsium ibu hamil dan dalam upaya pencegahan HDK.

(6)

SUMMARY

GALIH PURNASARI. Factors Related to Calcium Adequacy among Pregnant Women in Jember Regency. Supervised by DODIK BRIAWAN and CESILIA METI DWIRIANI.

Calcium requirement increases during pregnancy. Besides it is important for the bone health of mother and her baby, adequate calcium intake can decrease the risk of hypertensive disorder in pregnancy including preeclampsia. Hypertensive disorder in pregnancy is one of the three main causes of maternal mortality in Indonesia. World Health Organization (WHO) recommended integrating 1500-2000 mg calcium supplements a day as a part of antenatal micronutrient supplementation program to prevent preeclampsia. Though, this recommendation hasn‟t been become mandatory program of Ministry of Health, Indonesia. Some areas in Indonesia have calcium supplementation program for pregnant woman, one of them is Jember Regency. Information about calcium supplementation implementation was still limited. There was not only limited information also about factors related to calcium supplements compliance, but also calcium adequacy in pregnant women in Indonesia.

The objective of this study was to analyze factors related to calcium adequacy level of pregnant women.The specific objectives of this study were: 1) to analyze calcium supplement compliance of pregnant women and factors related to calcium supplement compliance of pregnant women, 2) to analyze calcium intake and factors related to calcium intake of pregnant women, 3) to analyze calcium adequacy level of pregnant women, 4) to analyze the contribution of calcium intake and calcium supplements to calcium adequacy level of pregnant women, 5) to analyze health worker‟s characteristics, knowledge, and practices on calcium supplementation program.

The cross sectional study was conducted in Sumbersari and Ambulu Community Health Centre, Jember Regency, within the second week of January until the second week of February 2016. The subjects of the research were pregnant women and health workers. There were 96 purposively selected pregnant women who took antenatal care (ANC) at that two community health centre and 19 health workers of that two community health centre. Inclusive criteria for the pregnant women were those who had received calcium supplements from the community health centre. Data was collected by interviewing and using structured questionnaire. Data was analyzed by using univariate analysis, bivariate analysis (Chi Square test) and multivariate analysis (Logistic Regression).

(7)

The median of calcium intake from food was 649.9 mg/day. The median of calcium intake from supplements was 25.7 mg/day. Calcium supplements consumed by subjects consist of supplement from community health centre and self-bought supplements. Calcium intake from foods fulfilled 67.7% EAR, and most of the subjects (81.2%) have a low calcium adequacy level. The contribution of calcium intake from calcium supplements from community health centre was only 2.6% EAR. The median of total calcium intake from foods and supplements was 711.2 mg/day. After comparing total calcium intake with estimated average requirement (EAR), most of the subjects‟ calcium adequacy level (76.1%) was low (70.6% EAR). These results showed that most of the pregnant women in this research have low calcium adequacy level and the contribution calcium supplement in fulfilling the calcium requirement was low.

More than half health workers (57.9%) have low knowledge about calcium adequacy and calcium supplementation. Some of the health workers (10.5%) did not give calcium supplement to the pregnant women. The number of the given calcium supplements could be different from one to another, minimum 6 tablets and maximum 30 tablets. Calcium supplements from community health centre was 500 mg calcium lactate which has only 77 mg elemental calcium, this amount was still less than the amount of recommended calcium supplementation from WHO. On the other hand, most of the pregnant women (80.2%) consumed the government calcium supplements as the only calcium supplement during their pregnancy. These results indicated that government calcium supplements hold an important role to meet the requirement of calcium and calcium supplements were needed to prevent pregnant women from low calcium intake consequences such as hypertensive disorder of pregnancy.

This study implies that family support can improve compliance among the pregnant women, then it is necessary to bring their relative in ANC visit. There should be a calcium supplementation guidance from government and interventions to increase calcium intake to promote optimal nutrition in pregnant women. It is important to optimize calcium supplementation program in Indonesia through supports from government, health facilities, community, family, and pregnant women also.

(8)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(9)

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Gizi

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2016

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KECUKUPAN KALSIUM PADA IBU HAMIL

DI KABUPATEN JEMBER

(10)

Penguji Luar Komisi pada UjianTesis :

(11)

Judul Tesis : Faktor-faktor yang berhubungan dengan kecukupan kalsium pada ibu hamil di Kabupaten Jember

Nama : Galih Purnasari

NIM : I151140071

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Prof Dr Ir Dodik Briawan, MCN Ketua

Dr Ir Cesilia Meti Dwiriani, MSc Anggota

Diketahui oleh Ketua Program Studi

Ilmu Gizi

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof Dr Ir Dodik Briawan, MCN Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

(12)

PRAKATA

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas izin-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Dodik Briawan, MCN selaku ketua komisi pembimbing sekaligus ketua Program Studi Pascasarjana Ilmu Gizi.

2. Dr. Ir. Cesilia Meti Dwiriani, M.Sc selaku anggota komisi pembimbing. 3. Dr. Rr. Dhian Probhoyekti Dipo, SKM, MA selaku penguji tesis.

4. Kemdikbud Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh pendidikan melalui Beasiswa Pendidikan Indonesia Dalam Negeri (BPI-DN) Calon Dosen 2014.

5. Orang tua, Bapak H.M. Zamzami Rowi, Ibu Luh Putu Eka Martiningsih, dan Ibu Siti Mukarromatin, serta kakak dan adik-adik, Galuh Wijayanti, Gilang Febriani, dan Ghufroni Amali yang selalu memberikan doa dan dukungan. 6. Suami, Andhy Kusuma Wijaya yang telah memperkenankan penulis untuk

melanjutkan studi, senantiasa memberikan semangat, doa, serta dukungan selama studi dan penyelesaian tesis ini.

7. Teman–teman Pascasarjana Ilmu Gizi angkatan 2014 dan Kos Pondok Cemara atas persahabatan dan semangatnya.

8. Pihak–pihak lain yang telah memberikan masukan dan dukungan dalam penelitian ini

Diharapkan tesis ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang berkepentingan dan bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Bogor, September 2016

(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI iii

DAFTAR TABEL iv

DAFTAR GAMBAR v

DAFTAR LAMPIRAN v

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan 3

Manfaat Penelitian 4

2 TINJAUAN PUSTAKA 4

Asupan Kalsium dan Tekanan Darah Ibu Hamil 4

Program Suplementasi Kalsium untuk Ibu hamil 7

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kecukupan Kalsium 7

3 KERANGKA PEMIKIRAN 11

4 METODE PENELITIAN 13

Desain, Tempat dan Waktu Penelitian 13

Jumlah dan Teknik Penarikan Subjek 13

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 14

Pengolahan dan Analisis Data 14

Definisi Operasional 18

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 21

Gambaran Umum Kabupaten Jember 21

Karakteristik Ibu Hamil 22

Pengetahuan Mengenai Kecukupan Kalsium dan Suplementasi Kalsium 24 Konsumsi, Efek Samping dan Manfaat Suplemen Kalsium 26 Dukungan Keluarga dalam Mengonsumsi Tablet Kalsium 28 Kualitas Konseling Mengenai Kecukupan Kalsium dan Suplementasi

Kalsium 29

Kepatuhan Ibu Hamil dalam Mengonsumsi Suplemen Kalsium 32

Tingkat Kecukupan Kalsium pada Ibu Hamil 33

Asupan Kalsium dari Pangan 34

Asupan Kalsium dari Suplemen 36

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Ibu Hamil dalam

Mengonsumsi Suplemen Kalsium 36

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Asupan Kalsium dari Pangan 41 Kontribusi Asupan Kalsium Pangan dan Suplemen terhadap Tingkat

Kecukupan Kalsium pada Ibu Hamil 42

(14)

Pelaksanaan Program Suplementasi Kalsium pada Ibu Hamil di

Puskesmas Ambulu dan Sumbersari serta Kabupaten Jember 50

Keterbatasan Penelitian 51

6 SIMPULAN DAN SARAN 52

Simpulan 52

Saran 52

DAFTAR PUSTAKA 54

LAMPIRAN 59

RIWAYAT HIDUP 62

DAFTAR TABEL

1 AKG 2013 dan EAR kalsium pada ibu hamil berdasarkan kelompok usia 6

2 Jenis, cara pengumpulan, dan pengolahan data 14

3 Sebaran subjek berdasarkan karakteristik 24

4 Persentase subjek menjawab tepat pernyataan pengetahuan mengenai

kecukupan kalsium dan suplementasi kalsium pada ibu hamil 24 5 Rata-rata suplemen kalsium (butir) yang diterima dan dikonsumsi subjek 26 6 Sebaran subjek berdasarkan efek samping yang dirasakan 27 7 Sebaran subjek berdasarka manfaat yang dirasakan 28

8 Sebarab subjek berdasarkan dukungan keluarga 29

9 Sebaran subjek berdasarkan nasihat mengenai kecukupan kalsium dan

suplementasi kalsium yang diterima dari petugas kesehatan 29 10 Sebaran subjek berdasarkan jumlah dari jenis nasihat yang diterima dari

petugas kesehatan 30

11 Isi nasihat mengenai kecukupan kalsium dan suplementasi kalsium dari

petugas kesehatan 30

12 Sebaran subjek berdasarkan kategori kualitas konseling 31 13 Sebaran subjek berdasarkan jenis suplemen kasium yang dikonsumsi

selama kehamilan 32

14 Sebaran subjek berdasarkan alasan tidak patuh 33 15 Frekuensi dan berat pangan sumber kalsium yang dikonsumsi >50% subjek

per minggu 34

16 Hubungan antar variabel dengan kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi

suplemen kalsium 40

17 Hubungan antar variabel dengan asupan kalsium dari pangan 41 18 Sebaran petugas kesehatan berdasarkan karakteristik 44 19 Jawaban petugas kesehatan atas pertanyaan pengetahuan gizi mengenai

kecukupan kalsium dan suplementasi kalsium 46

(15)

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran penelitian 12

2 Sebaran subjek berdasarkan kategori pengetahuan mengenaikecukupan

kalsium dan suplementasi kalsium 26

3 Sebaran subjek berdasarkan dukungan keluarga yang didapat 28 4 Sebaran kepatuhan subjek dalam mengonsumsi suplemen kalsium 33 5 Kontribusi tiap kelompok pangan terhadap EAR kalsium 35 6 Sebaran subjek berdasarkan kategori asupan kalsium dari pangan 42 7 Kontribusi (%) kalsium pangan dan suplemen terhadap pemenuhan EAR

kalsium 43

8 Sebaran tingkat pengetahuan subjek petugas kesehatan mengenai

kecukupan kalsium dan suplementasi kalsium 48

DAFTAR LAMPIRAN

1 Ethical clearance 60

2 Hasil regresi logistik 61

3 Riwayat hidup 62

(16)
(17)

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) adalah meningkatkan kesehatan ibu hamil dengan menurunkan angka kematian ibu (AKI) hamil hingga tiga per empat di tahun 2015 dan tercapainya akses akan kesehatan reproduksi. Di seluruh dunia, sekitar 300 000 ibu meninggal di tahun 2013 sebagai akibat dari komplikasi kehamilan dan saat melahirkan (United Nations 2014). Hipertensi dalam kehamilan (HDK) termasuk di dalamnya preeklampsia merupakan penyebab utama nomor dua kematian ibu di seluruh dunia (Say et al. 2014).

Salah satu kegagalan pencapaian MDGs Indonesia adalah masih tingginya AKI. Pada tahun 2015 target MDGs untuk indikator AKI adalah 102 per 100 000 kelahiran, namun data terakhir di tahun 2012 AKI masih 359 (BKKBN 2013; Kemenkes RI 2014). Kematian ibu di Indonesia didominasi oleh tiga penyebab utama yaitu HDK, perdarahan dan infeksi. Hipertensi dalam kehamilan proporsinya semakin meningkat, dari 20% di tahun 2007 menjadi hampir 30% di tahun 2011 (Kemeskes RI 2010 dan Direktorat Bina Gizi dan KIA 2013). Hipertensi dalam kehamilan mengacu pada hipertensi (tekanan darah ≥140/90 mmHg) pada ibu hamil yang tidak memiliki riwayat hipertensi kronis atau penyakit ginjal dan tidak mengalami hipertensi maupun proteinuria sebelum kehamilan 20 minggu (American College of Obstetricians and Gynecologists 1990).

Kebutuhan kalsium meningkat selama kehamilan. Selain penting bagi kesehatan tulang ibu dan janin, diketahui pula asupan kalsium yang cukup dapat mengurangi kejadian HDK, suplementasi kalsium dapat mengurangi risiko preeklampsia dan mencegah kelahiran prematur (Camargo et al. 2013). Penelitian Belizan dan Villar (1980) menunjukkan bahwa rata–rata asupan kalsium ibu hamil di Kolombia tergolong rendah, yaitu sebesar 240 mg/hari dan kejadian preeklampsia tergolong tinggi yaitu sebanyak 1.59 dari 1000 kelahiran. Berbeda halnya dengan yang terjadi di Guatemala, dimana wanita hamil di pedesaan memiliki asupan energi, protein, dan vitamin yang rendah namun tinggi kalsium (1100 mg/hari) sehingga kejadian preeklampsia tergolong rendah (0.4 dari 1000 kelahiran).

(18)

Cochrane Database of Systematic Reviews tahun 2014 mengenai suplementasi kalsium untuk mencegah hipertensi pada ibu hamil menunjukkan bahwa ibu hamil yang menerima suplementasi kalsium mengalami risiko lebih rendah terhadap hipertensi (RR=0.65, 95% CI, 0.53-0.81) dan preeklampsia (RR=0.45, 95% CI, 0.31-0.65) dibandingkan dengan yang mendapat placebo. Efek positif ini terutama pada ibu hamil dengan asupan kalsium baseline yang rendah (RR=0.36, 95% CI, 0.20-0.65) (Hofmeyr et al. 2014). World Health Organization (WHO) telah merekomendasikan suplementasi kalsium 1500-2000 mg/hari pada populasi dengan asupan kalsium rendah sebagai bagian dari antenatal care (ANC) sebagai pencegahan preeklampsia pada ibu hamil, terutama pada ibu hamil yang memiliki risiko tinggi hipertensi (WHO 2013). Sesuai dengan rekomendasi WHO, di Indonesia telah ada anjuran suplementasi kalsium sebesar 1500-2000 mg/hari pada area dengan asupan kalsium rendah sebagai pencegahan preeklampsia sebagaimana tertuang dalam Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan (Kemenkes, WHO, POGI, IBI 2013). Meskipun demikian, anjuran ini belum menjadi program wajib Kementrian Kesehatan (Kemenkes) RI. Beberapa daerah di Indonesia memiliki program suplementasi kalsium untuk ibu hamil, salah satunya adalah Kabupaten Jember. Pelaksanaan suplementasi kalsium di puskesmas tidak selalu sama dalam hal waktu dan jumlah pemberian suplemen kalsium.

Kepatuhan ibu hamil mengonsumsi suplemen selama kehamilan menjadi salah satu tantangan yang paling sering ditemui dalam mencapai pelaksanaan program suplementasi mikronutrien yang efektif (Yip 2002; Sanghvi et al. 2010; Martin et al. 2016). Pendikan gizi dan konseling selama kehamilan digunakan secara luas untuk memperbaiki status gizi ibu hamil. Systematic review dan meta-analysis mengenai pengaruh pendidikan gizi dan konseling selama kehamilan menunjukkan adanya peningkatan outcome kesehatan ibu dan bayi, termasuk meningkatnya kepatuhan mengonsumsi suplemen yang dianjurkan dan peningkatan asupan gizi ibu hamil (Girard dan Olude 2012). Petugas kesehatan berperan dalam pendidikan gizi dan konseling ibu hamil kaitannya dalam meningkatkan pengetahuan ibu (Camargo et al. 2013, Agueh et al. 2015). Konseling mengenai suplementasi kalsium dan HDK yang dilakukan dengan baik oleh petugas diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi suplemen kalsium. Kemudian dapat memenuhi kebutuhan kalsium ibu hamil dan dapat mengurangi risiko terjadinya HDK.

(19)

Provinsi Jawa Timur 2013). Keberadaan data ini penting terutama sebagai bahan masukan bagi perencanaan kebijakan yang berkaitan dengan peningkatan gizi ibu hamil di Kabupaten Jember, mengingat gizi pada ibu hamil sangat menentukan kualitas generasi berikutnya.

Perumusan Masalah

Hipertensi dalam kehamilan sebagai penyebab kematian ibu proporsinya semakin meningkat, dari 20% di tahun 2007 menjadi hampir 30% di tahun 2011 (Kemeskes RI 2010 dan Direktorat Bina Gizi dan KIA 2013). Preeklampsia dan eklampsia adalah faktor dominan (34.9%) penyebab kematian ibu di Jawa Timur (Dinkes Provinsi Jawa Timur 2013).

Kebutuhan kalsium meningkat selama kehamilan. Selain penting bagi kesehatan tulang ibu dan janin, diketahui pula asupan kalsium yang cukup dapat menurunkan risiko HDK. Suplementasi kalsium dapat mengurangi risiko preeklampsia dan mencegah kelahiran prematur (Camargo et al. 2013).

Rekomendasi suplementasi kalsium 1500-2000 mg/hari dari WHO telah tertuang di dalam Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan (Kemenkes, WHO, POGI, IBI 2013). Meskipun demikian, rekomendasi ini belum menjadi program wajib Kemenkes RI. Beberapa daerah di Indonesia memiliki program suplementasi kalsium untuk ibu hamil, salah satunya adalah Kabupaten Jember. Pelaksanaan suplementasi kalsium di puskesmas di Jember tidak selalu sama dalam hal waktu dan jumlah pemberian suplemen kalsium. Selama ini belum ada data mengenai pelaksanaan suplementasi kalsium.

Suplemen kalsium dibagikan bersama suplemen besi dan vitamin C di puskesmas di Kabupaten Jember. Suplemen ini diberikan ketika ibu hamil melakukan ANC di puskesmas atau posyandu. Kabupaten Jember diketahui memiliki cakupan pemeriksaan kehamilan keempat (K4) tergolong rendah yaitu 69.9% dan AKI tertinggi ke-2 di Provinsi Jawa Timur (Dinkes Kabupaten Jember 2014; Dinkes Provinsi Jawa Timur 2013).

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, peneliti merasa penting untuk melakukan studi mengenai mengenai faktor–faktor yang berhubungan dengan kecukupan kalsium ibu hamil baik dari pangan maupun suplemen kalsium. Keberadaan data ini dapat menjadi informasi mengenai kecukupan kalsium pada ibu hamil dan pelaksanaan suplementasi kalsium pada ibu hamil di Kabupaten Jember.

Tujuan

Tujuan Umum

Secara umum, tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor–faktor yang berhubungan dengan kecukupan kalsium pada ibu hamil di Kabupaten Jember.

Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah:

(20)

2. Menganalisis asupan kalsium dari pangan dan faktor yang berhubungan dengan asupan kalsium dari pangan pada ibu hamil

3. Menganalisis tingkat kecukupan kalsium pada ibu hamil

4. Menganalisis kontribusi suplemen kalsium dan asupan kalsium pangan terhadap tingkat kecukupan kalsium pada ibu hamil

5. Menganalisis karakteristik petugas kesehatan, pengetahuan dan praktik petugas kesehatan dalam suplementasi kalsium pada ibu hamil.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan data mengenai faktor–faktor yang yang berhubungan dengan kecukupan kalsium ibu hamil baik dari pangan maupun suplemen dan data mengenai pelaksanaan suplementasi kalsium di Kabupaten Jember. Data ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pemerintah Kabupaten Jember dan bagi Kementrian Kesehatan untuk mendukung kebijakan dan pelaksanaan program gizi maupun kesehatan ibu dan anak di wilayah lain. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi rujukan bagi penelitian lebih lanjut.

Hipotesis

1. Terdapat hubungan antara karakterisitik ibu hamil; pengetahuan ibu hamil mengenai kecukupan kalsium dan suplementasi kalsium; kualitas konseling petugas kesehatan mengenai kecukupan kalsium dan suplementasi kalsium; dukungan keluarga; manfaat suplemen kalsium yang dirasakan, dengan kepatuhan konsumsi suplemen kalsium.

2. Terdapat hubungan antara karakterisitik ibu hamil; pengetahuan ibu hamil mengenai kecukupan kalsium dan suplementasi kalsium; kualitas konseling petugas kesehatan mengenai kecukupan kalsium dan suplementasi kalsium, dengan asupan kalsium dari pangan.

2 TINJAUAN PUSTAKA

Asupan Kalsium dan Tekanan Darah Ibu Hamil

Metabolisme kalsium dan hipertensi dalam kehamilan

(21)

bergantung dari asupan kalsium baseline dan faktor risiko yang ada (Ritchie dan King 2000; Imdad et al. 2011). Wanita yang mengalami hipertensi pertama kalinya saat hamil diduga sangat berkaitan dengan asupan kalsium (Ritchie dan King 2000).

Asupan kalsium yang rendah dihipotesiskan akan meningkatkan sekresi hormon paratiroid. Peningkatan hormon paratiroid menyebabkan peningkatan intracellular free calcium / free intracellular (cytosolic) ionized calcium. Peningkatan intracellular free calcium memicu kontraksi otot halus vaskular. Kontraksi muskular ini menyebabkan vasokontriksi dan peningkatan tekanan darah (Belizan et al. 1988). Ibu hamil dengan preeklampsia mengalami peningkatan konsentrasi intracellular free calcium di dalam eritrosit dan platelet jika dibandingkan dengan ibu hamil bertekanan darah normal, (Sowers et al. 1989; Haller et al. 1989). Suplementasi kalsium berperan mengurangi pelepasan hormon paratiroid dan konsentrasi intracellular free calcium, kemudian mengurangi kontraktilitas otot halus dan menghasilkan vasodilatasi. Selain itu, suplementasi kalsium dapat pula meringankan kontraktilitas otot halus rahim dan mencegah kelahiran prematur (Villar et al. 1990).

Hipertensi dalam kehamilan mengacu pada hipertensi pada ibu hamil yang tidak memiliki riwayat hipertensi kronis atau penyakit ginjal dan tidak mengalami hipertensi maupun proteinuria sebelum kehamilan 20 minggu. Hipertensi (baik atau tanpa disertai proteinuria) dalam kehamilan terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu, selama melahirkan, selama puerperium (masa nifas), dan setelah melahirkan. Secara spesifik, HDK meliputi hipertensi gestasional (hipertensi tanpa proteinuria), preeklampsia (hipertensi dengan proteinuria) dan eklampsia (preeklampsia dan kejang) (American College of Obstetricians and Gynecologists 1990).

Prevalensi ibu hamil dengan asupan kalsium defisit

Asupan kalsium pada wanita hamil di negara berkembang umumnya sangat rendah dikarenakan pola makan yang berbasis grains dan legumes (Cheng et al. 2009). Berbeda halnya dengan ibu hamil di negara maju yang umumnya memiliki asupan kalsium yang tinggi karena produksi dan konsumsi produk susu yang tinggi (Harville et al. 2004). Studi yang dilakukan oleh Hartini et al. (2003) di Indonesia menunjukkan rata–rata asupan kalsium ibu hamil sebesar 360±140 mg/hari dan 96% ibu hamil memiliki asupan kalsium inadekuat. Penelitian yang dilakukan oleh Cheng et al. 2009 di Cina menunjukkan bahwa asupan kalsium ibu hamil sekitar 453.7 mg/hari. Penelitian pada 176 ibu hamil di Benin, Kamerun, menunjukkan sebanyak 94.6% ibu hamil memiliki asupan kalsium yang inadekuat (Agueh et al. 2015). Penelitian di Iran menunjukkan rata-rata asupan kalsium harian ibu hamil sebesar 968.51±363.05 mg/hari dan hanya 46.4% ibu hamil mencapai asupan kalsium yang direkomendasikan yaitu 1000 mg/hari (Ebrahimi et al. 2013). Senada dengan beberapa hasil penelitian tadi, penelitian Sacco et al. (2003) menunjukkan bahwa prevalensi wanita hamil yang memiliki asupan kalsium inadekuat sebesar 86% pada usia kehamilan 10–24 minggu dan 82% pada kehamilan 28–30 minggu.

(22)

faktor risiko yang ada (Ritchie dan King 2000; Imdad et al. 2011). Penelitian mengenai hubungan kalsium dan kejadian hipertensi telah dilakukan sejak lebih dari tiga dekade yang lalu. Penelitian oleh Bellizan dan Villar et al. (1980) menunjukkan bahwa rata-rata asupan kalsium ibu hamil di Colombia tergolong rendah, yaitu sebesar 240 mg/hari dan kejadian preeklampsia tergolong tinggi (1.59 dari 1000 kelahiran). Berbeda halnya dengan yang terjadi di Guatemala, wanita hamil pedesaan di Guatemala memiliki asupan energi, protein, dan vitamin yang rendah namun tinggi kalsium (1100 mg/hari) sehingga kejadian preeklampsia tergolong rendah (0.4 dari 1000 kelahiran).

Asupan kalsium yang dianjurkan untuk ibu hamil

Kalsium ditransfer dari ibu ke janin sebanyak 30 g selama kehamilan. Turnover tulang dan absorpsi kalsium meningkat untuk mencukupi kebutuhan kalsium janin serta terjadi beberapa perubahan hormonal untuk menjaga homeostasis kalsium selama kehamilan (Kovacs CS 2011). Kebutuhan kalsium meningkat pada ibu hamil. Kebutuhan kalsium janin sekitar 240 mg/hari. Ekskresi kalsium ibu hamil melalui kencing dan insensible loss sekitar 180 mg. Absorpsi kalsium sebesar 420 mg diharapkan tersedia melalui asupan sebesar 940 mg (absorpsi kalsium meningkat terutama ketika hamil, melalui level calcitriol yang lebih tinggi) sehingga rekomendasi asupan kalsium pada ibu hamil adalah 1200 mg/hari (Heaney et al. 1971). Kebutuhan kalsium wanita dewasa di Indonesia sebelum hamil sesuai dengan kelompok umur adalah sebesar 1000–1200 mg/hari. Kemudian diperlukan tambahan asupan kalsium sebesar 200 mg/hari pada trimester I, II, dan III (Kemenkes RI 2014).

Murphy dan Poos (2002) menyebutkan penggunaan AKG untuk mengkalkulasi proporsi individu dalam populasi dengan asupan inadekuat akan mengakibatkan overestimasi proporsi yang berisiko. Engevaluasi asupan zat gizi suatu populasi lebih baik menggunakan Estimated Average Requirement (EAR). Nilai EAR belum tersedia di Indonesia, namun dapat diestimasikan dari rekomendasi gizi dengan beberapa cara. US Institute of Medicine (IOM) mengeluarkan faktor konversi untuk mengkalkulasikan EAR dari rekomendasi gizi (dalam hal ini AKG Indonesia). Angka kecukupan gizi adalah 2 SD (standard deviations) di atas EAR, sementara SD diestimasikan dengan mengasumsikan CV (coefficient of variation) tertentu. Institute of Medicine mengasumsikan CV sebesar 10%. Berdasarkan pertimbangan tersebut, RDA setara dengan 120 persen dari EAR atau 1.2 kali dari EAR (Institute of Medicine 2003). Berdasarkan hasil konversi, diketahui EAR kalsium untuk ibu hamil berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 1.

Diketahui RDA = EAR + (2SD)

CV = 10% dimana CV = SD/EAR

Sehingga RDA = 1.2 x EAR atau EAR = RDA / 1.2

Tabel 1 AKG 2013 dan EAR kalsium pada ibu hamil berdasarkan kelompok usia

Kelompok usia ibu hamil AKG (mg) EAR (mg)

16 – 18 tahun 1400 1166.67

19 – 29 tahun 1300 1083.3

(23)

Program Suplementasi Kalsium untuk Ibu hamil

Rekomendasi suplementasi kalsium 1500-2000 mg/hari dari WHO telah tertuang di dalam Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan (Kemenkes, WHO, POGI, IBI 2013). Meskipun demikian, rekomendasi ini belum menjadi program wajib Kemenkes RI. Beberapa daerah di Indonesia memiliki program suplementasi kalsium untuk ibu hamil, salah satunya adalah Kabupaten Jember. Tablet kalsium yang digunakan pada program suplementasi kalsium di Kabupaten Jember adalah Calcium lactate 500 mg.

Ibu hamil menerima suplemen kalsium, suplemen besi, dan vitamin C secara gratis saat melakukan ANC di puskesmas. Suplemen ini dianjurkan diminum 1 kali per hari untuk masing-masing tablet minimal sebanyak 90 tablet selama kehamilan. Aturan tertulis mengenai penjabaran atau prosedur program suplementasi kalsium belum tersedia sehingga jumlah tablet kalsium yang diberikan selama hamil mengikuti jumlah tablet besi. Pengamatan di beberapa puskesmas menunjukkan bahwa pemberian suplemen kalsium kepada ibu hamil tidak selalu sama dalam hal waktu pemberian dan jumlah yang diberikan si setiap ANC.

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kecukupan Kalsium

Karakteristik ibu hamil

Usia ibu Usia ibu kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun merupakan salah satu faktor risiko dalam kehamilan (Depkes RI 2005). Kehamilan pada usia remaja memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena beberapa komplikasi dan outcome yang tidak diharapkan, dibandingkan dengan di kehamilan usia dewasa. Risiko ini di antaranya melahirkan bayi dengan BBLR, kematian anak, persalinan caesar, preeklampsia dan anemia defisiensi besi. Kemungkinan ini berhubungan dengan belum matangnya kondisi biologis ibu tau dengan faktor gaya hidup seperti kurangnya asupan makan yang akan mempengaruhi status kesehatan (Brown 2011).

Ketika seseorang telah dewasa, orang tersebut akan bertanggung jawab terhadap hidupnya sendiri. Semakin matang seseorang, maka konsep dirinya akan berpindah dari tergantun pada orang lain ke arah pengendalian diri, dimana seseorang akan mengikuti alur pembelajaran yang menarik baginya. Pengalaman hidup yang bertambah merupakan sumber pembelajaran, sehingga seesorang akan menjadi siap untuk belajar ketika mereka membutuhkan solusi atas permasalahan yang benar–benar mereka hadapi (Talbot dan Verrinder 2005).

(24)

pengetahuan yang lebih baik mengenai suplemen tersebut. Pemberian suplemen kalsium bisa berbeda tiap masing-masing ibu hamil terutama dalam hal waktu pemberian dan jumlah suplemen kalsium yang diberikan. Ketika usia kehamilan ibu sudah memasuki trimester II dan III, ibu hamil diharapkan sudah melakukan pemeriksaan kehamilan dan mendapatkan suplemen kalsium dari fasilitas pelayanan kesehatan. Jumlah ANC yang lebih banyak memungkinkan ibu mendapatkan suplemen kalsium dan penjelasan dari petugas kesehatan (Fitri 2015).

Jumlah kehamilan Penelitian mengenai suplemen besi yang dilakukan oleh Lutsey et al. (2007) menyebutkan bahwa jumlah anak berhubungan negatif dengan kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi suplemen besi (p<0.05). Hal ini dimungkinkan karena berkurangnya kunjungan ibu ke fasilitas pelayanan kesehatan karena merasa sudah berpengalaman dengan anak yang sebelumnya sehingga mendapatkan pelayana kesehatan saat hamil dianggap sebagai hal yang tidak terlalu penting. Hal ini ditambah pula dengan lebih sulit dan lebih mahalnya biaya untuk mencapai fasilitas kesehatan seiring dengan bertambahnya jumlah anak yang dimiliki.

Tingkat Pendidikan Ibu yang berpendidikan akan menggunakan pengetahuan yang telah mereka dapatkan untuk meningkatkan kesehatan diri dan keluarganya. Pengetahuan mengenai resiko kesehatan akan memotivasi mereka untuk melindungi keluarganya dari penyakit dan lebih lanjut untuk mempromosikan perilaku pencarian pelayanan kesehatan yang baik. Pendidikan ibu berhubungan dengan kunjungan terhadap fasilitas pelayanan kesehatan (Talbot dan Verrinder 2005; Lutsey et al. 2007). Sesuai dengan hal ini, hasil penelitian Ebrahimi et al. (2013) menunjukkan bahwa lama (tahun) bersekolah secara positif berhubungan dengan intake kalsium ibu hamil (p<0.01).

Sedangkan penelitian mengenai suplementasi besi yang dilakukan Ordenes dan Bongga (2006) menunjukkan bahwa salah satu faktor yang berhubungan dengan kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi suplemen besi adalah pendidikan ibu (p=0.003). Mardiana (2004) menyebutkan bahwa responden yang berpendidikan tinggi cenderung lebih patuh mengonsumsi suplemen besi 5.969 kali dibandingkan responden yang berpendidikan rendah. Sehingga apabila ibu hamil memiliki pendidikan yang baik, diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi suplemen kalsium. Penelitian Agueh et al. (2015) menunjukkan ibu hamil dengan tingkat pendidikan menengah atau lebih tinggi memiliki asupan kalsium lebih tinggi dari nilai median dibandingkan dengan yang tidak bersekolah.

(25)

Pengetahuan ibu hamil mengenai kecukupan kalsium dan suplementasi kalsium

Pengetahuan merupakan salah satu hal yang mempengaruhi perilaku. Lebih spesifik, faktor biologis, pengalaman seseorang mengenai makanan dan faktor lingkungan dapat mempengaruhi pilihan makan dan praktik makan seseorang. Proses psikologis yang kuat yang meliputi persepsi, kepercayaan, nilai, dan sikap merupakan kunci dari apa yang orang lakukan. Sehingga, pendidikan gizi perlu dilakukan dengan mempertimbangkan faktor psikologis tersebut, bersama dengan dukungan lingkungan yang lain. Hal yang mempengaruhi apa yang seseorang lakukan biasa disebut determinan perilaku. Dalam konteks pendidikan gizi, hal ini berarti determinan yang dapat diubah seperti persepsi, sikap atau perasaan, meskipun ada beberapa faktor lingkungan yang tidak dapat diubah seperti status sosioekonomi atau tingkat pendidikan (Contento 2011).

Penelitian di Brazil oleh Camargo et al. (2013) menunjukkan bahwa sebagian besar ibu hamil (60%) tidak mengetahui alasan pemberian suplemen kalsium, dam hanya 18.8% ibu hamil yang diberi tahu kegunaan tablet ini untuk mencegah tekanan darah tinggi. Informasi dan pengetahuan mengenai preeklampsia merupakan hal yang sangat penting mengingat dampak preeklampsia tidak hanya mempengaruhi ibu hamil saja namun keluarga ibu hamil tersebut, bayi yang dilahirkan, dan kehamilan selanjutnya.

Praktik petugas kesehatan dalam suplementasi kalsium bagi ibu hamil

Petugas kesehatan termasuk kelompok penggarap program suplementasi besi maupun suplementasi kalsium, yaitu sebagai pelaksana pengelola program. Penelitian mengenai peran petugas kesehatan dalam pelaksanaan suplementasi kalsium belum banyak dilakukan. Suplemen kalsium umunya diberikan bersama dengan suplemen besi saat ibu hamil melakukan kunjungan kesehatan ke puskesmas sehingga dapat diasumsikan praktik petugas kesehatan dalam memberikan suplemen besi dan kalsium adalah sama di beberapa hal.

Penelitian mengenai suplementasi besi menunjukkan bahwa praktik petugas dalam memberikan suplemen besi dapat mempengaruhi kepatuhan ibu dalam mengonsumsi suplemen tersebut. Selama ini, informasi mengenai manfaat suplemen besi, efek samping yang mungkin dirasakan dan cara mengatasinya tidak sepenuhnya didapatkan oleh ibu hamil. Padahal, kepatuhan mengonsumsi suplemen besi dapat ditingkatkan dengan memberikan arahan yang jelas tentang asupan tablet dan mengedukasi ibu hamil mengenai manfaat kesehatan dari mengonsumsi tablet tersebut (Seck dan Jackson 2011).

(26)

seluruh ibu hamil dinasihatkan oleh petugas untuk mengonsumsi lebih banyak makanan sumber kalsium dan 75% di antaranya mengikuti anjuran tersebut. Ibu hamil mengikuti anjuran tersebut dengan mengonsumsi paling sedikit 2 gelas susu per harinya yang mengandung kurang lebih 500 mg kalsium yang merupakan dosis rekomendasi minimum untuk suplementasi kalsium. Kedua penelitian di Brazil ini menunjukkan bahwa petugas kesehetan tidak selalu membereikan suplemen kalsium kepada ibu hamil. Hal ini mengindikasikan perlunya pengukuran lebih lanjut mengenai pengetahuan dan praktik petugas di lapangan. Petugas kesehatan juga perlu diinformasikan bukti terbaru yang terdpat pada panduan maupun hasil systematic review.

Dengan kata lain, diketahui bahwa pemahaman dan penguasaan strategi operasional pelaksanaan program masih kurang memadai sehingga komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) belum dirumuskan secara tepat dan belum dilaksanakan secara efektif. Hal ini mempengaruhi rendahnya mutu pelayanan kesehatan yang dilakukan (Depkes RI 2005).

Konsumsi suplemen kalsium

Penelitian yang dilakukan oleh Hartini et al. (2003) menunjukkan suplemen kalsium berkontribusi 26% terhadap asupan kalsium ibu hamil yang mengonsumsi suplemen zat gizi. Penelitian Ebrahimi et al. (2013) menunjukkan bahwa sebesar 15.5% dari asupan kalsium total ibu hamil didapatkan dari suplemen kalsium. Hal ini mengindikasikan pentingnya suplementasi mikronutrien dalam memperbaiki diet ibu hamil di Indonesia maupun negara berkembang lainnya.

Pelaksanaan program suplementasi kalsium di Jember tidak selalu sama dalam hal waktu pemberian dan jumlah suplemen kalsium yang diberikan tiap ANC. Umumnya suplemen kalsium diberikan di kehamilan trimester I, namun beberapa puskesmas memberikan suplemen kalsium di trimester II. Jumlah suplemen kalsium yang diberikan antara lain 6, 10, 15, dan 30 tablet. Jumlah suplemen yang diterima oleh ibu hamil berhubungan dengan kepatuhan ibu mengonsumsi suplemen tersebut. Semakin banyak tablet yang diterima semakin besar kemungkinan ibu hamil merasa bosan untuk mengonsumsi tablet yang diterima sehingga berdampak negatif terhadap kepatuhan (Ingersoll dan Cohen 2008).

Penelitian di Mesir menunjukkan sebanyak 51% ibu hamil benar–benar patuh dalam mengonsumsi suplemen kalsium. Pada penelitian ini didapatkan sebanyak 91% subjek tidak mengetahui mengenai zat gizi yang dapat mengganggu absorpsi kalsium dan besi (Ahmed et al. 2015). Kalsium diketahui berinteraksi dengan besi, seng, magnesium dan fosfor, yang semuanya adalah mikronutrien penting bagi ibu hamil (Whiting dan Wood 1997). Pada hari yang sama, disarankan suplemen kalsium diminum pada waktu yang berbeda dengan suplemen besi (Palacios dan Pena-Rosas 2011)

Asupan kalsium dari pangan

(27)

vitamin D seseorang, umur, kehamilan, dan kondisi menyusui. Absorpsi aktif terjadi ketika asupan kalsium yang rendah atau sedang dan terutama diregulasi oleh 1.25-dihidroksivitamin D dan reseptor usus halus. Absorpsi pasif terjadi terutama pada asupan kalsium yang tinggi (Gibson 2005). Hanya sekitar 35% dari asupan kalsium dapat diabsorpsi pada asupan kalsium sebesar 400 mg/hari (Ford JA et al. 1972).

Beberapa faktor yang mempengaruhi absorpsi kalsium antara lain asupan fitat, oksalat, dan laktosa. Fitat dan oksalat diketahui dapat menghambat absorpsi kalsium dengan membentuk kompleks kalsium insoluble pada saluran cerna. Namun dampak fitat dan oksalat pada status kalsium tubuh tergolong kecil (Barger-Lux et al. 1995). Laktosa diketahui dapat meningkatkan absorpsi pasif kalsium dengan meningkatkan daya larut kalsium di ileum (Schuette and Linkswiler 1984)

Asupan kalsium pada wanita hamil di negara berkembang umumnya sangat rendah dikarenakan pola makan yang berbasis grains dan legumes (Cheng et al. 2009). Berbeda dengan negara maju yang umumnya memiliki asupan kalsium yang tinggi karena produksi dan konsumsi produk susu yang tinggi (Harville et al. 2004).

3 KERANGKA PEMIKIRAN

Studi epidemiologis terdahulu telah menunjukkan hubungan bertentangan antara asupan kalsium dan kejadian HDK setelah dilakukan penyesuaian terhadap beberapa faktor perancu. Penelitian Belizan dan Villar (1980) menunjukkan bahwa wanita hamil di Guatemala yang memiliki asupan tinggi kalsium (1100 mg/hari) sehingga kejadian HDK tergolong rendah (0.4 kejadian per 1000 kelahiran). Rendahnya asupan kalsium diduga mengakibatkan peningkatan sekresi hormon paratiroid, peningkatan kalsium intraseluler kemudian memicu kontraksi otot halus vaskular.

Cochrane Database of Systematic Reviews mengenai suplementasi kalsium untuk mencegah hipertensi pada ibu hamil menunjukkan bahwa ibu hamil yang menerima suplementasi kalsium mengalami risiko lebih rendah terhadap hipertensi (RR=0.65, 95% CI, 0.53-0.81) dan preeklampsia (RR=0.45, 95% CI, 0.31-0.65) dibandingkan dengan yang mendapat placebo. Efek positif ini terutama pada ibu hamil dengan asupan kalsium baseline yang rendah (RR=0.36, 95% CI, 0.20-0.65) (Hofmeyr et al. 2014).

Kebutuhan kalsium dapat dipenuhi oleh asupan kalsium dari pangan dan suplemen kalsium. Suplementasi kalsium bagi ibu hamil belum menjadi program wajib dari Kemenkes RI, namun beberapa daerah di Indonesia telah melaksanakan program ini. Pelaksanaan suplementasi kalsium di puskesmas yang ada Jember tidak selalu sama dalam hal waktu pemberian dan jumlah yang diberikan tiap ANC.

(28)

petugas dalam pemberian suplemen kalsium, dukungan keluarga, dan manfaat suplemen kalsium yang dirasakan. Pengetahuan ibu hamil dapat dipengaruhi oleh karakteristik ibu hamil yang meliputi usia, usia kehamilan, frekuensi ANC, jumlah kehamilan, pendidikan, dan pendapatan keluarga; serta kulitas konseling dari petugas dalam pemberian suplemen kalsium.

Penelitian di Brazil menunjukkan hanya 5.1% (40 orang) dari 788 ibu hamil mendapat suplemen kalsium oleh petugas kesehatan dan hanya 40% (16 orang) dari ibu hamil yang mendapat suplemen kalsium tersebut dijelaskan mengenai alasan suplementasi kalsium (Camargo et al. 2013). Salah satu hambatan efektifitas program suplementasi zat gizi adalah kurangnya konseling mengenai manfaat suplemen zat gizi dari petugas kesehatan. Selain itu, cara petugas memberikan suplemen kalsium dapat mempengaruhi kepatuhan ibu hamil mengonsumsi suplemen tersebut. Informasi mengenai manfaat kalsium, perlunya suplemen kalsium, cara mengonsumsi suplemen kalsium dan hubungan antara suplemen kalsium dan HDK tidak sepenuhnya didapatkan oleh ibu hamil. Kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian

(29)

4 METODE PENELITIAN

Desain, Tempat dan Waktu Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Penelitian dilakukan di Puskesmas Sumbersari dan Ambulu Kabupaten Jember. Kedua puskesmas tersebut merupakan puskesmas perawatan dan memiliki cakupan suplemen besi 30 tablet (Fe 1) dan cakupan suplemen besi 90 tablet (Fe 3) >80%. Angka cakupan suplemen besi ini sekaligus menggambarkan cakupan suplemen kalsium karena pelaporan suplementasi kalsium dijadikan satu dengan suplemen besi. Kabupaten Jember diketahui memiliki AKI tertinggi ke-2 di Jawa Timur yaitu 43 orang dari semua kelahiran di tahun 2012 dan secara keseluruhan cakupan pemeriksaan kehamilan keempat (K4) di Jember tergolong rendah 69.78% (Dinkes Provinsi Jawa Timur 2013; Dinkes Kabupaten Jember 2014). Penelitian dilaksanakan mulai minggu ke-2 bulan Januari sampai minggu ke-2 bulan Februari 2016.

Jumlah dan Teknik Penarikan Subjek

Populasi adalah ibu hamil yang berada di wilayah kerja Puskesmas Sumbersari dan Puskesmas Ambulu, Kabupaten Jember. Subjek adalah ibu hamil di wilayah kerja dua puskesmas tersebut. Jumlah subjek dihitung dengan menggunakan rumus Lemeshow et al. (1997) sebagai berikut

n = Z2α2 p (1 - p) N

d2(N-1)+Z2α2p(1-p)

n = 1.962 0.55 (1-0.55) 2678 0.12(2678-1)+1.962 0.55 (1-0.55) n = 91.92 ≈ 92 orang

Keterangan:

n = jumlah subjek minimal yang diperlukan α = tingkat signifikasi, sebesar 0,05

p = proporsi ibu hamil yang memiliki asupan kalsium inadekuat sebesar 55% (Sukchan et al. 2010)

N = jumlah ibu hamil di wilayah Kecamatan Sumbersari dan Ambulu Kabupaten Jember yaitu sebanyak 2768 (Dinkes Kabupaten Jember 2014)

d = presisi (10%)

(30)

suplemen kalsium dan bersedia diwawancarai. Setelah proses pengumpulan data selesai, didapatkan subjek ibu hamil yang mengikuti penelitian dengan data yang lengkap berjumlah 96 orang. Sebanyak 19 petugas dari kedua puskesmas bersedia diwawancarai dalam penelitan ini.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data jumlah ibu hamil per kecamatan, data ibu hamil (karakteristik ibu hamil yang meliputi usia ibu hamil, usia kehamilan, frekuensi ANC, jumlah kehamilan, pendidikan, pendapatan keluarga; pengetahuan mengenai kecukupan kalsium dan suplementasi kalsium; kualitas konseling petugas kesehatan dalam pemberian suplemen kalsium; dukungan keluarga; manfaat suplemen kalsium yang dirasakan; jumlah suplemen kalsium yang diterima; kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi suplemen kalsium; asupan kalsium dari suplemen; asupan kalsium dari pangan) dan data pelaksanaan program suplementasi kalsium yang didapat dari petugas kesehatan (karakteristik petugas, pengetahuan tentang kecukupan kalsium dan suplementasi kalsium, praktik dalam suplementasi kalsium) serta kepala bagian gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Jember (gambaran umum program suplementasi kalsium pada ibu hamil.

Data dikumpulkan dengan cara studi literatur (data sekunder) untuk jumlah ibu hamil dan wawancara langsung menggunakan kuesioner (data primer). Wawancara ibu hamil dibantu oleh 3 orang mahasiswa D4 gizi yang sebelumnya telah dilatih agar memiliki persepsi yang sama dalam mewawancarai ibu hamil.

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah diperoleh akan diperiksa kembali untuk memastikan data yang diperlukan telah terkumpul. Data kemudian diolah melalui tahapan coding, entry, cleaning, dan analisis data. Jenis, cara pengumpulan dan pengolahan data dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Jenis, cara pengumpulan, dan pengolahan data

No Variabel Cara pengumpulan dan

(31)

Tabel 2 Jenis, cara pengumpulan, dan pengolahan data (lanjutan)

No Variabel Cara pengumpulan dan

pengolahan data kalsium yang didapatkan dan

yang dikonsumsi dalam nasihat yang diberikan oleh petugas yang dikalikan petugas dikatakan baik bila

rata-rata skor yang

Tingkat pendidikan - <SMA

- ≥SMA

Frekuensi ANC - <5 kali

- ≥5 kali

Usia kehamilan - >24 minggu

- ≤24 minggu

Pendapatan keluarga - Kuintil 1

(32)

Tabel 2 Jenis, cara pengumpulan, dan pengolahan data (lanjutan)

No Variabel Cara pengumpulan dan

pengolahan data

(33)

Tabel 2 Jenis, cara pengumpulan, dan pengolahan data (lanjutan) No Variabel Cara pengumpulan dan

pengolahan data Bagian Gizi Dinas Kesehatan Kabupataen Jember. Wawancara mengenai pelaksanaan program suplementasi kalsium pada ibu hamil. Terdiri dari: tahap perencanaan, tahap pengadaan, tahap distribusi, monitoring kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi suplemen kalsium, pencatatan dan pelaporan, evaluasi program suplementasi kalsium

Data dianalisis menggunakan program Microsoft Excel 2010 dan SPSS for Windows versi 16.0. Analisis statistik yang digunakan adalah analisis univariat dengan melakukan deskripsi pada setiap variabel menggunakan tabel distribusi frekuensi. Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui adanya hubungan antara variabel bebas (independen) yang diteliti yaitu antara karakteristik ibu hamil (usia ibu, usia kehamilan, frekuensi ANC, jumlah kehamilan, tingkat pendidikan, pendapatan keluarga); pengetahuan ibu mengenai kecukupan kalsium dan suplementasi kalsium; kualitas konseling petugas kesehatan dalam pemberian suplemen kalsium; jumlah tablet kalsium yang didapat tap kali ANC; dukungan keluarga; dan manfaat suplemen kalsium yang dirasakan dengan variabel terikat (dependen) yang diteliti kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi suplemen kalsium.

Selain itu, digunakan untuk mengetahui adanya hubungan antara karakteristik ibu hamil (usia ibu, usia kehamilan, frekuensi ANC, jumlah kehamilan, tingkat pendidikan, pendapatan keluarga, pendidikan suami); pengetahuan ibu mengenai kecukupan kalsium dan suplementasi kalsium; kualitas konseling petugas kesehatan mengenai kecukupan dan suplementasi kalsium dengan asupan kalsium dari pangan.

Keterangan:

x2 = nilai chi-square hasil perhitungan O = frekuensi yang diamati

E = frekuensi yang diharapkan

Hasil uji ini menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna jika p value <0.05 dengan interpretasi tolak H0 bila p<0.05. Uji chi-square juga dapat dilakukan untuk mengetahui besar risiko (odds ratio atau OR) variabel bebas

n 2

(34)

dengan variabel terikat secara sendiri-sendiri, dengan interpretasi nilai OR sebagai berikut:

- Jika OR=1 berarti variabel yang diduga sebagai faktor risiko tidak ada pengaruhnya dalam terjadinya efek, atau dengan kata lain bersifat netral. - Jika OR>1 dan batas bawah interval kepercayaan 95% melewati nilai 1, maka

variabel yang diteliti merupakan faktor risiko.

- Jika OR<1 dan batas bawah interval kepercayaan 95% tidak mencapai nilai 1, maka variabel yang diteliti merupakan faktor protektif.

- Jika nilai interval kepercayaan 95% mencakup angka 1, belum dapat disimpulkan bahwa variabel yang diteliti merupakan faktor risiko atau faktor protektif (Dahlan 2011).

Analisis multivariat digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel karakteristik ibu hamil (usia ibu, usia kehamilan, frekuensi ANC, jumlah kehamilan, tingkat pendidikan); pengetahuan ibu mengenai kecukupan kalsium dan suplementasi kalsium; kualitas konseling petugas kesehatan dalam pemberian suplemen kalsium; jumlah tablet kalsium yang didapat saat ANC; dukungan keluarga; dan manfaat suplemen kalsium yang dirasakan terhadap kepatuhan mengonsumsi suplemen kalsium. Analisis yang digunakan adalah regresi logistik. Uji regresi logistik digunakan untuk mengetahui arah hubungan dan Odd ratio (OR) dengan tahapan sebagai berikut: 1) jika hasil uji bivariat antara variabel dependen dengan independen menghasilkan nilai p<0,25 maka variabel tersebut dimasukkan dalam uji regresi logistik; 2) analisis regresi logistik dilakukan dengan metode Backward Wald dengan tingkat kepercayaan 95% (Dahlan 2011). Model regresi logistik dengan persamaan:

Log

= Y = ß0 + ß1X1 + ß2X2 + … +ß10X10 Keterangan

Y = kepatuhan mengonsumsi suplemen kalsium (variabel dependen) ß = konstanta

X1 = usia ibu hamil

X2 = usia kehamilan

X3 = frekuensi ANC

X4 = jumlah kehamilan

X5 = tingkat pendidikan

X6 = pengetahuan ibu mengenai kecukupan kalsium dan suplementasi kalsium

X7 = kualitas konseling petugas kesehatan dalam pemberian suplemen kalsium

X8 =jumlah tablet kalsium yang didapat tiap kali ANC

X9 = dukungan keluarga

X10 = manfaat suplemen kalsium yang dirasakan

Definisi Operasional

(35)

Suplemen kalsium adalah tablet kalsium dari pemerintah yang diterima ibu hamil dari petugas kesehatan ketika ANC yang mengandung 500 mg kalsium laktat yang setara dengan 77 mg kalsium elemental dalam setiap tablet.

Kepatuhan konsumsi suplemen kalsium adalah ketepatan jumlah suplemen kalsium yang dikonsumsi dengan jumlah suplemen kalsium yang didapat oleh ibu hamil sejak menerima suplemen kalsium sampai saat dilakukan wawancara. Asupan kalsium dari pangan adalah konsumsi pangan sumber kalsium dalam 1 minggu atau 1 bulan terakhir, yang diukur menggunakan FFQ Semi Kuantitatif. Dalam penelitian ini, pangan sumber kalsium adalah pangan yang mengandung 100 mg kalsium per 100 g berat pangan.

Usia ibu adalah lamanya ibu hidup dihitung dengan cara mengurangi tanggal wawancara dengan tanggal lahir ibu, dinyatakan dalam tahun penuh.

Usia kehamilan adalah usia janin dalam kandungan ibu terhitung sejak konsepsi sampai dengan wawancara berlangsung, dinyatakan dalam minggu.

Jumlah kehamilan adalah banyaknya jumlah kehamilan yang dipunyai ibu

Frekuensi ANC yaitu frekuensi pemeriksaan kehamilan yang dilakukan ibu dengan mengunjungi penyedia layanan kesehatan seperti bidan, puskesmas, rumah sakit, dan sebagainya.

Tingkat pendidikan adalah tingkatan sekolah formal yang ditempuh oleh ibu hamil.

Pendapatan keluarga adalah jumlah penghasilan riil dari seluruh anggota rumah tangga yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan bersama maupun perseorangan dalam rumah tangga.

Jumlah tablet kalsium yang diterima adalah banyaknya suplemen/tablet kalsium yang diterima ibu hamil pada kunjungan ANC terakhir

1 = ≤15 tablet 2 = ≥15 tablet

Dukungan keluarga adalah usaha-usaha yang diberikankan oleh keluarga (suami, orang tua, mertua, atau anggota keluarga lain) untuk meningkatkan kepatuhan ibu dalam mengonsumsi suplemen kalsium.

(36)

Pengetahuan ibu adalah kemampuan ibu dalam menentukan benar atau salah dari pernyataan yang berkaitan dengan kecukupan kalsium dan suplementasi kalsium bagi ibu hamil. Skor pengetahuan dihitung berdasarkan persentase jawaban yang benar.

Petugas kesehatan adalah petugas kesehatan yang berperan dalam suplementasi kalsium, dalam penelitian ini adalah bidan di puskesmas.

Pengetahuan petugas kesehatan adalah kemampuan petugas kesehatan dalam menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan kecukupan kalsium dan suplementasi kalsium. Skor merupakan hasil penjumlahan nilai jawaban dari masing-masing pertanyaan dibagi dengan nilai maksimal masing-masing pertanyaan.

(37)

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Kabupaten Jember

Geografi dan Pemerintahan

Kabupaten Jember adalah salah satu kabupaten yang terdapat di Provinsi Jawa Timur. Secara astronomis, wilayah Kabupaten Jember terletak pada 8o 00‟-8o30‟ Lintang Selatan dan 112o30‟-113o45‟ Bujur Timur. Secara geografis, Kabupaten Jember berbatasan langsung dengan:

Sebelah utara : Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Bondowoso Sebelah timur : Kabupaten Banyuwangi

Sebelah selatan : Samudra Indonesia Sebelah barat : Kabupaten Lumajang

Kabupaten Jember memiliki luas wilayah sebesar 3 293.34 km2, dengan tinggi wilayah 0–3 300 m di atas permukaan laut. Wilayah pemerintahan Kabupaten Jember meliputi 31 kecamatan yang terdiri atas 28 kecamatan dengan 226 desa dan 3 kecamatan dengan 22 kelurahan. Puskesmas Sumbersari terletak di Kecamatan Sumbersari, wilayah kerjanya meliputi Kelurahan Sumbersari, Kebonsari, Karangrejo, Tegal Gede, Wirolegi, Antirogo, dan Keranjingan. Puskesmas Ambulu terletak di Kecamatan Ambulu, wilayah kerjanya meliputi Desa Ambulu, Karang Anyar, Andongsari, Pontang, Sabrang, Sumberejo dan Tegalsari.

Kependudukan

Penduduk Kabupaten Jember berjumlah 2 332 726 jiwa, dengan kepadatan penduduk 708 jiwa per km2. Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Jember sebesar 0.52%. Kecamatan Sumbersari adalah kecamatan dengan jumlah penduduk paling banyak (125 981 jiwa). Sedangkan kecamatan Ambulu diperkirakan jumlah pendudukanya adalah 99 796 jiwa (BPS Kabupaten Jember 2014).

Fasilitas Pelayanan Kesehatan

(38)

Karakteristik Ibu Hamil

Usia Ibu

Sebagian besar subjek ibu hamil (82.3%) berada pada kisaran usia 20 sampai 35 tahun. Rata-rata usia ibu hamil dalam penelitian ini adalah 27.0 tahun dengan standar deviasi 6.1 tahun. Usia minimum subjek adalah 16 tahun dan maksimum 45 tahun. Hasil ini menunjukkan bahwa sebagian besar subjek berada pada usia dengan faktor risiko rendah dalam kehamilan.

Usia yang menjadi faktor risiko dalam kehamilan adalah usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun (Depkes RI 2005). Penelitian Dairo & Lawoyin (2006) mengenai suplementasi besi pada ibu hamil menujukkan bahwa ibu hamil yang berusia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun memiliki kepatuhan konsumsi suplemen besi yang lebih rendah.

Usia kehamilan

Usia kehamilan subjek dibagi menjadi dua kategori yaitu trimester 1 dan 2 (awal kehamilan hingga usia kehamilan 24 minggu), serta trimester 3 (>24 minggu) (Kemenkes RI 2010). Lebih dari setengah subjek (67.7%) memiliki usia kehamilan di trimester 3. Rata-rata usia kehamilan subjek adalah 27.9 minggu dengan standar deviasi 7.3 minggu. Usia kehamilan terendah subjek adalah 8 minggu dan tertinggi 39 minggu. Dalam penelitian ini, rata-rata usia kehamilan subjek saat pertama kali ANC adalah 9.2 minggu atau berada pada di trimester 1 kehamilan. Usia kehamilan subjek paling rendah saat ANC pertama kali adalah pada saat 3 minggu kehamilan dan tertinggi pada saat 33 minggu kehamilan.

Ketika usia kehamilan ibu sudah memasuki trimester II dan III, ibu hamil diharapkan sudah beberapa kali melakukan pemeriksaan kehamilan dan mendapatkan suplemen kalsium dari fasilitas pelayanan kesehatan. Jumlah ANC yang lebih banyak memungkinkan ibu mendapatkan suplemen kalsium dan penjelasan dari petugas kesehatan (Fitri 2015).

Jumlah Kehamilan

Sebagian besar subjek (94.8%) subjek dalam penelitian ini memiliki jumlah kehamilan <4, dimana 34.4% nya merupakan kehamilan yang pertama. Rata-rata jumlah kehamilan subjek adalah 1.9 kali dengan standar deviasi 0.9. Jumlah kehamilan terbanyak yang dimiliki subjek adalah 6 kali. Semakin meningkatnya jumlah kehamilan akan meningkatkan jumlah anak yang dimiliki. Penelitian mengenai suplemen besi pada ibu hamil oleh Lutsey et al. (2007) menyebutkan bahwa jumlah anak berhubungan negatif dengan kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi suplemen besi (p<0.05). Namun, beberapa penelitian lain menunjukkan bahwa ibu yang menjalani kehamilan kedua atau lebih memiliki kepatuhan lebih tinggi dalam mengonsumsi suplemen besi dibandingkan dengan ibu yang pertama kali hamil (Zavaleta et al. 2014; Mithra et al. 2014).

(39)

kehamilan lebih banyak telah kontak dengan petugas kesehatan lebih sering dan mendapatkan nasihat mengenai anjuran makan yang baik untuk ibu hamil (Agueh et al. 2015). Selain itu, ibu dengan jumlah anak yang lebih banyak cenderung untuk memasak sendiri untuk keluarga besarnya ketimbang ibu dengan jumlah keluarga kecil yang cenderung untuk membeli makanan jadi (Harville et al. 2004)

Tingkat Pendidikan

Lebih dari setengah subjek ibu hamil (60.4%) memiliki pendidikan terakhir ≥SMA. Rata-rata lama sekolah subjek adalah 11.1 tahun dengan standar deviasi 3.1 tahun. Lama sekolah minimum subjek adalah 6 (tamat SD) tahun dan maksimum 16 tahun (tamat S1). Ibu yang memiliki pendidikan lebih tinggi diharapkan akan dapat menggunakan pengetahuan yang telah mereka dapatkan untuk meningkatkan kesehatan diri dan keluarganya. Pengetahuan ini akan meningkatkan perilaku pencarian pelayanan kesehatan yang baik.

Beberapa penelitian mengenai suplementasi besi menunjukkan bahwa salah satu faktor yang berhubungan dengan kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi suplemen besi adalah pendidikan ibu (Ordenes dan Bongga 2006; Mardiana 2004). Sesuai dengan hal ini, hasil penelitian Ebrahimi et al. (2013) menunjukkan bahwa lama (tahun) bersekolah secara positif berhubungan dengan intake kalsium ibu hamil (p<0.01). Penelitian Agueh et al. (2015) menunjukkan ibu hamil dengan tingkat pendidikan menengah atau lebih tinggi memiliki asupan kalsium lebih tinggi dari nilai median dibandingkan dengan yang tidak bersekolah.

Frekuensi ANC

Pelayanan antenatal atau biasa disebut antenatal care (ANC) diberikan kepada ibu hamil oleh tenaga kesehatan yang kompeten yaitu dokter, bidan dan perawat terlatih, sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pelayanan antenatal terpadu terdiri dari anamnesa, pemeriksaan, penanganan dan tindak lanjut kasus, pencatatan hasil pemeriksaan, serta komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) yang efektif (Kemenkes RI 2010). Untuk menghindari risiko komplikasi pada kehamilan dan persalinan, setiap ibu hamil dianjurkan untuk melakukan ANC minimal 4 kali, termasuk minimal 1 kali kunjungan yang diantar oleh suami atau anggota keluarga. Jumlah kunjungan minimal yang dianjurkan adalah 1 kali pada trimester 1, 1 kali pada trimester 2, serta 2 kali pada trimester 3 (Kemenkes RI 2013)

(40)

Sebaran subjek berdasarkan karakteristik subjek dalam penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3 Sebaran subjek berdasakan karakteristik

Karakteristik Rata-rata dan SD n %

Usia (tahun) 27.0±6.1

Risiko kehamilan tinggi (<20 tahun atau >35 tahun)

17 17.7

Risiko kehamilan rendah (20-35 tahun) 79 82.3 Usia kehamilan (minggu) 27.9±7.3

Tingkat pendidikan/lama bersekolah (tahun) 11.1 ±3.1

<SMA 38 39.6

≥SMA 58 60.4

Frekuensi ANC 5.9 ±2.9

<5 kali 33 34.4

≥5 kali 63 65.6

Pengetahuan Mengenai Kecukupan Kalsium dan Suplementasi Kalsium

Ibu hamil diminta untuk menilai benar atau salah pernyataan mengenai kecukupan kalsium dan suplementasi kalsium untuk menilai pengetahuan ibu hamil. Jawaban subjek atas setiap butir pernyataan pengetahuan mengenai kecukupan kalsium dan suplementasi kalsium disajikan pada Tabel 4

Tabel 4 Persentase subjek menjawab tepat pernyataan pengetahuan mengenai kecukupan kalsium dan suplementasi kalsium pada ibu hamil

No. Pernyataan Subjek menjawab

tepat (%) 1. Kebutuhan kalsium ibu selama hamil sama jumlahnya

dengan kebutuhan ibu saat tidak hamil

78.1

2. Kalsium berfungsi untuk meningkatkan sel darah merah ibu hamil

40.6

3. Keropos tulang pada ibu adalah salah satu akibat dari kurangnya asupan kalsium pada ibu hamil

90.6

4. Kalsium berperan untuk pertumbuhan dan pembentukan tulang janin

97.9

5. Ikan teri adalah contoh makanan sumber kalsium 80.2 6. Es krim bukan merupakan makanan sumber kalsium 57.3 7. Salah satu penyebab hipertensi dalam kehamilan adalah

rendahnya asupan kalsium

62.5

8. Tablet kalsium (kalk) dianjurkan dikonsumsi oleh ibu hamil untuk memenuhi kebutuhan kalsium dan mencegah

hipertensi

84.4

9. Tablet kalsium sebaiknya dikonsumsi bersamaan dengan tablet besi

36.5

Gambar

Tabel 1 AKG 2013 dan EAR kalsium pada ibu  hamil berdasarkan kelompok usia
Gambar 1.
Tabel 2  Jenis, cara pengumpulan, dan pengolahan data
Tabel 2  Jenis, cara pengumpulan, dan pengolahan data (lanjutan)
+7

Referensi

Dokumen terkait

• MOLEKUL LAKTOSA YANG TIDAK DAPAT DISERAP TUBUH KEMUDIAN MASUK KE DALAM USUS BESAR DAN. DIHIDROLISIS OLEH BAKTERI YANG MEMPRODUKSI

1) Kaji catatan pranatal, persalinan dan kelahiran, durasi persalinan, jenis kelahiran, penggunaan instrumen, gawat janin selama persalinan, demam maternal, durasi

Penurunan yang signifikan terjadi pada indikator-indikator stres akademik setelah diberi intervensi, meliputi: berpikir negatif, prestasi menurun, tidakbisa menentukan

Untuk mengetahui perbandingan dari hasil variasi skew angle , blade area ratio serta penambahan Kort Nozzle C Tipe Shushkin Nozzle terhadap pressure dan Streamline

0DVDODK GDODP SHQHOLWLDQ LQL \DLWX ³%DJDLPDQD SURVHGXU SHQ\XVXQDQ LQVWUXPHQ HYDOXDVL SHODWLKDQ \DQJ digunakan oleh widyaiswara untuk mengukur keberhasilan pelatihan di Balai

Pada proses verifikasi ketiga ini akan dibandingkan hasil perhitungan program ITS Shearwall v1.2 dan hasil perhitungan spColumn v4.60 dalam menghitung kapasitas shearwall

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan di TK UMMI ERNI menunjukkan dari 30 orang anak terdapat 15 anak yang masih kurang kecerdasan logika matematikanya,

Pada penelitian selanjutnya dapat dilakukan analisis terhadap market share yang lebih luas untuk menganalisis potensi Use-oriented Service, seperti konsumen