• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Geografis dan Ekonomi

Kecamatan Palolo merupakan salah satu kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Donggala, terbagi atas 19 desa yang berbatasan dengan:

Sebelah Utara : Kecamatan Biromaru Sebelah Selatan : Kecamatan Nokilalaki Sebelah Timur : Kabupaten Parigi Moutong Sebelah Barat : Kecamatan Biromaru

Luas wilayah Kecamatan Palolo adalah 303,87 km2, yang kesemuanya dapat dijangkau kendaraan roda empat dan roda dua, sehingga mempermudah transportasi antara satu desa dengan desa lainnya dan ke pusat kecamatan.

Kecamatan Palolo merupakan wilayah dengan masyarakat multietnik yang dibentuk oleh migrasi pendatang dari luar. Kecamatan Palolo sebelumnya bagian dari Kecamatan Sigi Biromaru dan sejak tanggal 8 Januari 1997 resmi berpisah dari kecamatan induknya. Wilayah Kecamatan Palolo merupakan suatu lembah dengan dasar lembah bertopografi datar yang disebut Lembah Palolo atau Lembah Sopu. Lembah ini merupakan bagian paling timur dari Lembah Palu yang merupakan lembah terpadat di Sulawesi Tengah dengan bentuk memanjang dari barat ke timur. Bagian barat yang merupakan bagian hilir berhadapan dengan Teluk Tomini dan bagian hulu adalah wilayah Kecamatan Palolo.

Lembah Palolo dikelilingi oleh daerah bukit dan pegunungan yang merupakan hutan negara, yaitu Hutan Produksi Terbatas (HPT) di bagian utara dan Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) di bagian selatan. Areal yang menjadi wilayah pertanian dan pemukiman hanyalah bagian datar yang berada di antara kedua wilayah hutan tersebut dengan patok batasnya berada langsung di sepanjang kaki-kaki bukit. Ketika masih bernama "Mainusi" (bahasa suku Kaili), daerah ini dulu dipercaya sebagai laut, dan penduduk saat itu tinggal di pegunungan di sekitarnya mulai dari pinggang sampai ke puncaknya.

Agroklimat kawasan Palolo tidak memiliki perbedaan musim yang ekstrim karena tidak tegasnya perbedaan musim kering dan penghujan. Rata-rata curah hujan selama sepuluh tahun terakhir tergolong tinggi yaitu 3283,95 mm per tahun,

bulan kering umumnya terjadi antara November dan awal Desember (BPP Palolo, 2007). Salah satu ciri khas iklim di daerah ini adalah perbedaan suhu yang ekstrim antara siang yang sangat terik dan malam yang dingin.

Dataran Palolo memiliki ketinggian 500 m dpl di bagian barat sampai dengan 700 m dpl di bagian timur. Jenis tanah adalah aluvial dan aluvial peralihan yang merupakan kelompok jenis tanah yang subur. Kawasan ini adakalanya disebut Lembah Sopu karena merupakan Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Sopu. Sungai ini diberi nama berbeda-beda di sepanjang alirannya. Di Desa Berdikari disebut Sungai Sopu, di bagian hilir orang Sintuwu menyebutnya Sungai Gumbasa, dan di muara penduduk kota Palu menamainya Sungai Palu. Kecamatan Palolo merupakan daerah tangkapan air atau bagian hulu dari sistem DAS Sopu di mana bagian DAS hilirnya adalah Kota Palu dan sebagian wilayah Kecamatan Sigi Biromaru.

Jumlah penduduk menurut hasil pencatatan registrasi penduduk pada akhir tahun 2007 sebanyak 25.392 jiwa. Jumlah penduduk di Kecamatan Palolo berkurang disebabkan adanya pemekaran kecamatan yaitu Kecamatan Nokilalaki. Kepadatan penduduk tahun 2007 mencapai 84 jiwa per km2. Mata pencaharian penduduk Kecamatan Palolo sebagai Petani 86,22%, pedagang 2,58%, bergerak di bidang jasa 2,26% , dan pegawai negeri 3,38% (BPP Kecamatan Palolo, 2008).

Kepadatan penduduk yang tinggi dan potensi sumberdaya agraria yang memungkinkan membuat seluruh wilayah desa saat ini menjadi daerah pertanian intensif. Cepatnya perluasan kawasan ini menjadi areal pertanian terjadi sejak tanaman kakao bernilai ekonomi tinggi padahal pemeliharaannya kurang intensif, sehingga kemampuan pengelolaan usahatani per tenaga kerja menjadi luas.

Tingginya tingkat kepadatan penduduk disebabkan oleh tingginya jumlah pendatang (migran masuk) ke wilayah ini, baik dari Sulawesi Tengah maupun dari Sulawesi Selatan. Faktor yang menyebabkan Kecamatan Palolo menjadi daerah tujuan migrasi di antaranya adalah ketersediaan infrastruktur yang lebih baik. Jarak dari Kecamatan Palolo ke Kota Palu adalah 54 km dan menjadi salah satu jalan poros yang menghubungkan kota Palu dengan daerah-daerah lain.

Penyebab migrasi penduduk Kecamatan Kulawi yang termasuk salah satu suku daerah Sulawesi Tengah yang paling banyak bermigrasi ke Kecamatan

Palolo adalah topografi di Kecamatan Kulawi yang berbukit sehingga sulit untuk pertanian dan aksesibilitas yang terbatas. Sampai saat ini jalan yang dapat dilalui kendaraan di wilayah Kulawi hanya sampai ke kota kecamatan, sementara setengah dari desa-desanya belum dapat dijangkau kendaraan.

Pendidikan sebagai upaya mencerdaskan kehidupan bangsa tidak dapat dilepaskan dari peningkatan sumberdaya manusia yang merupakan investasi bagi kepentingan pembangunan nasional. Kecamatan ini mempunyai beberapa infrastruktur sosial ekonomi. Fasilitas pendidikan yang tersedia adalah 9 buah TK, 24 buah SD, 4 buah SMP, 2 buah MTs, 1 buah SLTA dan 2 buah Madrasah Aliyah (Badan Pusat Statistik, 2008). Fasilitas kesehatan terdiri atas Puskesmas 2 buah, Pustu 6 buah, dan Polindes 13 buah.

Sektor pertanian merupakan tumpuan kehidupan perekonomian di Kecamatan Palolo. Pembangunan di sektor pertanian merupakan hal yang penting dalam mendukung pembangunan ekonomi pada sektor yang lain. Sektor pertanian terdiri atas sub sektor pertanian tanaman pangan, sub sektor perkebunan, sub sektor kehutanan, sub sektor peternakan dan sub sektor perikanan.

Tata guna lahan di Kecamatan Palolo disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2. Tabel 1. Luas Lahan Sawah dan Jenis Pengairannya, Tadah Hujan di Kecamatan

Palolo Tahun 2007 (ha)

Tahun Irigasi Tadah

Hujan Lainnya Jumlah

Teknis ½ Teknis Sederhana 2003 2004 2005 2006 2007 - - - - - 705 705 705 710 710 2.533,80 1.932,00 2.446,37 2.797,00 2.225,00 197 155 120 153 45 17,00 16,00 12,75 1,00 1,00 2.980,8 2.798,0 3.290,0 3.661,0 2.986,0 Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kecamatan Palolo.

Tabel 2. Luas Lahan Kering di Kecamatan Palolo Tahun 2007 (ha) Tahun Pekarangan Ladang Tegalan/kebun Padang

rumput diusahakanBelum 2003 2004 2005 2006 2007 720,25 720,25 720,25 683,00 551,50 3.714,0 3.751,0 4.014,0 4.275,0 3.785,5 4.274 4.486 6.786 7.675 6.680 - - - - - 5.945,90 5.943,49 5.423,00 5.423,90 4.987,45 Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kecamatan Palolo.

Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Palolo memiliki tenaga PPL 23 orang yang melayani 19 desa. Kelembagaan Koperasi Unit Desa, Balai Benih, lembaga keuangan, dan bank memegang peranan penting dalam memperlancar operasional penyuluhan pertanian. Institusi ini melayani kebutuhan petani dalam pemenuhan sarana produksi, permodalan dan pemasaran hasil pertanian. Jenis kelembagaan pelayanan yang ada adalah Koperasi Unit Desa 1 (satu) unit, Koperasi Pertanian 1 (satu) unit, Balai Benih 2 (dua) unit, Lembaga Keuangan Mikro LSPBM 10 unit dan BRI 1 (satu) unit (Badan Pusat Statistik, 2008).

Tanaman perkebunan yang menjadi tanaman ekonomi terpenting saat ini adalah coklat atau kakao (Theobroma cacao L) yang perkembangannya sangat cepat. Tahun 1998 luasnya 413,3 ha (Badan Pusat Statistik, 1999), sembilan tahun kemudian (tahun 2007) meningkat menjadi 7.513 ha dengan produksi rata-rata 0,63 ton/ha (Dinas Perkebunan Sulawesi Tengah, 2008). Tanaman perkebunan lainnya adalah kopi dan cengkeh, tanaman semusim adalah padi dan jagung.

Tanaman kakao dapat dianggap sebagai salah satu faktor penarik yang menjadi pintu pembuka wilayah ini. Kakao sudah dikenal sejak tahun 1970-an, mulai banyak ditanam pada pertengahan 1980-an dan semakin luas mulai awal 1990-an. Saat ini kakao mendominasi ekonomi penduduk. Tanaman kakao dapat dilihat di sepanjang jalan utama, ditanam sampai ke halaman rumah, sehingga tidak ada tanah kosong yang tidak ditanami kakao. Nilai jual kakao yang tinggi menyebabkan meningkatnya ekonomi penduduk, sekaligus memicu tingginya jual beli tanah. Secara tidak langsung, kakao menyebabkan gejala “lapar tanah” pada sebagian orang yang berakibat kepada penyerobotan areal hutan.

Hama yang menyerang kakao saat ini adalah serangga kepik penghisap buah kakao (Helopelthis) yang menyebabkan bintik-bintik hitam pada kulit dan memperburuk mutu buah. Hama yang sangat mengkhawatirkan adalah penggerek buah kakao (cocoa pod borer) yang disebabkan oleh Conopomorpha cramerella

snellen. Serangan hama tersebut menyebabkan buah kakao keras sehingga sulit

dikupas dan biji menjadi lengket yang dapat menurunkan harga jual, meskipun tingkat serangannya masih rendah. Jamur yang mulai banyak menyerang adalah serangan jamur Phythophtora palmivora yang disebut penyakit hitam pada kulit

Prasarana pemasaran di Kecamatan Palolo masih sangat kurang. Kondisi tersebut merupakan kendala bagi masyarakat karena sarana transportasi yang sulit antar desa sehingga menyulitkan pemasaran komoditi pertanian/perkebunan ke desa yang memiliki sarana pemasaran. Jumlah desa yang memiliki sarana pemasaran di Kecamatan Palolo hanya enam buah yaitu Desa Bahagia, Rahmat, Makmur, Bobo, Lembatongoa dan Uenuni. Hari pasar di desa tersebut masing-masing satu hari dalam seminggu, sehingga setiap hari ada satu hari pasar mulai hari Senin sampai dengan Sabtu. Jumlah toko, kios, dan warung pada tahun 2007 mengalami kenaikan dibanding tahun sebelumnya. Sebanyak 8 desa memiliki sarana toko, 12 desa memiliki warung dan semua desa sudah memiliki kios.

Arus perekonomian suatu tempat akan meningkat apabila tersedia sarana perhubungan antar daerah dan desa sehingga arus lalu lintas baik kendaraan bermotor maupun tidak bermotor dapat beroperasi dengan baik. Perkembangan sektor perhubungan khususnya kondisi jalan induk yang menghubungkan satu desa ke desa yang lain sudah cukup baik, kondisi jalan yang belum beraspal hanya terdapat di dua desa yaitu Desa Sintuwu dan Desa Lembatongoa.

Karakteristik Internal dan Eksternal Wanita Tani

Karakteristik petani adalah ciri-ciri atau sifat-sifat yang dimiliki oleh seseorang petani yang ditampilkan melalui pola pikir, pola sikap dan pola tindakan terhadap lingkungannya (Mislini, 2006). Peubah karakteristik petani yang dikaji terdiri atas 15 variabel yang digolongkan dalam dua bagian yaitu karakteristik internal dan karakteristik eksternal. Karakteristik internal wanita tani meliputi umur, tingkat pendidikan formal, besarnya jumlah keluarga, pengalaman berusahatani, motivasi berusahatani, aspirasi, sifat kekosmopolitan, pengambilan keputusan dan alokasi waktu (peran domestik dan produktif). Karakteristik eksternal wanita tani meliputi: budaya/sistem nilai, ketersediaan tenaga kerja, intensitas penyuluhan, iklim usaha, peluang pasar, dan peran/dorongan suami (kepala keluarga).

Pengkategorian responden dari masing-masing indikator dilakukan dengan teknik analisis deskriptif (Arikanto, 1998). Analisis deskriptif diharapkan dapat menggambarkan karakteristik wanita tani yang melaksanakan usahatani kakao di Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah.

Faktor Internal

Proporsi responden (wanita tani) berdasarkan distribusi karakteristik internal wanita tani yang berusahatani kakao di Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Deskripsi Faktor Internal Wanita Tani dalam Berusahatani Kakao di Kecamatan Palolo

Karakteristik Wanita Tani

Rataan Kisaran Kategori Jumlah

n %

Umur (Tahun) 37,8 20 - 52 Muda (< 30,67)

Sedang (30,67 – 41,33) Tua (>41,33) 11 21 13 24,4 46,7 28,9 Tingkat Pendidikan (tahun) 9,11 5 – 15 Rendah (< 8,33) Sedang (8,33 – 11,67) Tinggi (> 11,67) 15 14 16 33,3 31,1 35,6 Jumlah Tanggungan Keluarga (orang) 4,71 2 – 8 Rendah (< 4) Sedang (4 – 6) Tinggi (> 6 ) 7 35 3 15,5 77,8 6,7 Pengalaman Berusahatani (tahun) 10,73 5 – 26 Rendah (< 12 ) Sedang (12 – 19 ) Tinggi (> 19 ) 32 9 4 71,1 20,0 8,9 Motivasi Berusahatani 29,89 22 – 36 Rendah (< 26,67) Sedang (26,67 – 31,34) Tinggi (> 31,34) 8 19 18 17,8 42,2 40,0 Aspirasi 11,91 11 - 12 Rendah (< 11,33) Sedang (11,33 – 11,66) Tinggi (> 11,66) 4 0 41 8,9 0,0 91,1 Sifat Kekosmopolitan 10,0 6 -17 Rendah (< 9,67) Sedang (9,67 – 13,34) Tinggi (> 13,34) 25 12 8 55,5 26,7 17,8 Pengambilan Keputusan 32,47 13 - 39 Rendah (< 21,67) Sedang (21,67 – 30,34) Tinggi (> 30,34) 5 12 28 11,1 26,7 62,2 Peran Domestik 10,29 5 - 15 Rendah (< 8,33)

Sedang (8,33 – 11,66) Tinggi (> 11,66) 10 22 13 22,2 48,9 28,9 Peran Produktif 5,04 3 - 6 Rendah (< 4)

Sedang (4 - 5) Tinggi (> 5) 5 22 18 11,1 48,9 40,0 Jumlah 45 100,0

Umur

Tabel 3 menunjukkan bahwa umur responden dikategorikan sedang yaitu sebesar 46,7%. Umur wanita tani di Kecamatan Palolo bervariasi antara 20 sampai dengan 52 tahun dan rata-rata umur adalah 37,8 tahun. Berdasarkan kategori umur responden, kelompok ini dapat dikatakan sebagai kelompok usia produktif karena mampu melaksanakan pekerjaan terutama berusahatani kakao.

Pada umur ini wanita tani umumnya sudah mempunyai beberapa orang anak, dan sudah memiliki pengalaman hidup yang dapat dijadikan penuntun untuk mengarungi kehidupan. Wanita tani juga lebih bertanggung jawab terhadap kehidupan keluarganya. Sebagai wujud tanggung jawab ini mereka berperan serta aktif meningkatkan kesejahteraan keluarga dengan ikut berpartisipasi dalam pengelolaan usahatani kakao yang merupakan usahatani keluarga. Sebaran umur responden memperlihatkan bahwa wanita tani di Kecamatan Palolo mempunyai kemampuan untuk berpartisipasi aktif dalam pengelolaan usahatani kakao dan dapat mengembangkan potensi yang mereka miliki.

Tingkat Pendidikan

Pendidikan formal wanita tani di Kecamatan Palolo bervariasi mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Perguruan Tinggi, dengan kisaran 5 sampai dengan 15 tahun. Rata-rata tingkat pendidikan formal wanita tani di Kecamatan Palolo adalah selama 9,11 tahun. Artinya bahwa wanita tani di Kecamatan Palolo rata-rata menyelesaikan pendidikan selama 9 (sembilan) tahun atau rata-rata tamat Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Tingkat pendidikan formal yang dimiliki wanita tani di Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala dikategorikan tinggi (SMA), yaitu sebesar 35,6 %. Secara keseluruhan rata-rata tingkat pendidikan formal wanita tani dikategorikan sedang, dari 45 responden 15 orang berpendidikan di bawah SMP, 14 orang berpendidikan SMP dan 1 (satu) orang yang sedang duduk di bangku kuliah.

Pendidikan akan berpengaruh pada cara dan pola berpikir seseorang, sebab pendidikan merupakan suatu proses pengembangan pengetahuan, keterampilan dan sikap seseorang yang dilaksanakan secara terencana, sehingga memperoleh perubahan-perubahan bagi peningkatan hidup. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin berkembang pola berpikirnya dalam pengambilan keputusan

untuk melakukan sesuatu termasuk keputusan untuk berpartisipasi dalam kegiatan usahatani kakao.

Tingkat pendidikan berpengaruh juga terhadap adopsi inovasi teknologi, khususnya teknologi budidaya kakao. Wanita tani yang berpendidikan tinggi lebih bisa membudidayakan kakao ke arah agribisnis, bukan sekedar pemenuhan kebutuhan rumah tangga karena pendidikan dapat mendorong tumbuhnya kreativitas sehingga mampu menangkap peluang atau kesempatan berusaha.

Besarnya Jumlah Keluarga

Besarnya jumlah anggota keluarga dapat berdampak negatif terhadap kemajuan usahatani, apabila anggota keluarga tersebut tidak menyumbangkan tenaga. Anggota keluarga yang tidak bekerja akan menambah beban bagi keluarga akibat pengeluaran keluarga lebih banyak daripada pendapatan yang diperoleh dari usahatani termasuk usahatani kakao.

Besarnya jumlah keluarga wanita tani di Kecamatan Palolo bervariasi antara 2 sampai dengan 8 orang, dengan rata-rata jumlah anggota keluarga adalah 4,71 orang. Besarnya jumlah keluarga berada pada kategori sedang (4 – 6 orang) sebesar 77,8 %. Sebagian besar anggota keluarga masih berada pada bangku pendidikan Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama. Keterlibatan mereka dalam usahatani kakao sangat minim. Kontribusi anggota keluarga pada kegiatan usahatani kakao lebih pada kegiatan penyortiran dan pengepakan. Kegiatan ini melibatkan anggota keluarga karena mudah dilakukan dan berada di sekitar rumah/tempat tinggal. Kebanyakan anggota keluarga (anak-anak) membantu meringankan pekerjaan rumah tangga, seperti membersihkan rumah dan menyapu halaman. Keterlibatan dalam kegiatan produktif lainnya adalah membantu memberi makan ternak peliharaan mereka (ayam dan babi).

Pengalaman Berusahatani

Pengalaman berusahatani kakao yang dimiliki wanita tani di Kecamatan Palolo dikategorikan rendah yaitu sebesar 71,1% dengan kisaran 5 sampai dengan 26 tahun dan rata-rata pengalaman berusahatani selama 10,73 tahun.

Secara teoritis wanita tani yang lebih berpengalaman dalam menangani usahatani kakao cenderung lebih selektif dalam memilih dan menggunakan inovasi teknologi dibandingkan wanita tani dengan pengalaman rendah. Artinya,

pengalaman berusahatani kakao memegang peranan penting dalam upaya mengefisienkan faktor-faktor produksi yang akan digunakan oleh wanita tani dalam kegiatan usahatani kakao. Dari 45 responden, 4 (empat) orang (8,9 %) memiliki pengalaman berusahatani kakao di atas 19 tahun. Meskipun pengalaman berusahatani kakao dikategorikan rendah, wanita tani di Kecamatan Palolo sudah terbiasa dengan kegiatan berusahatani lainnya misalnya padi dan jagung, sehingga mereka tidak canggung dalam membudidayakan tanaman lainnya termasuk kakao.

Motivasi Berusahatani

Motivasi yang kuat dapat mendorong seseorang untuk melakukan tindakan nyata. Motivasi wanita tani untuk berpartisipasi dalam usahatani kakao yang dimaksud adalah faktor-faktor yang mendorong wanita tani melakukan kegiatan usahatani kakao. Motivasi tersebut meliputi dorongan untuk peningkatan pendapatan keluarga, pemenuhan kebutuhan keluarga, menambah pengetahuan dan pengalaman, ajakan dari anggota keluarga, ajakan orang lain, ajakan petugas lapangan (PPL) atau pihak lain, menjalin pergaulan antara sesama petani, agar dihargai sebagai isteri yang berhasil, karena harga jual kakao yang tinggi, memanfaatkan waktu luang dan ingin memperoleh uang tambahan.

Motivasi berusahatani yang dimiliki wanita tani di Kecamatan Palolo dikategorikan sedang yaitu sebesar 42,2%. Motivasi untuk meningkatkan pendapatan keluarga, pemenuhan kebutuhan keluarga, menambah pengetahuan dan pengalaman, memperoleh uang tambahan adalah faktor pendorong terbesar partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao. Motivasi lainnya adalah untuk membantu suami mencari nafkah dan menghemat biaya sewa tenaga kerja. Motivasi wanita tani untuk berpartisipasi dalam usahatani kakao lebih besar berasal dari motivasi intrinsik (dari dalam diri wanita tani).

Aspirasi

Aspirasi merupakan harapan tingkat perwujudan ataupun pencapaian sesuatu di masa mendatang yang menentukan dan mempolakan usaha-usaha seseorang untuk mencapai hal tersebut. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa aspirasi yang dimiliki oleh wanita tani di Kecamatan Palolo dikategorikan tinggi yaitu sebesar 91,1 %.

Aspirasi atau harapan yang dimiliki oleh wanita tani yang ada di Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala adalah memperoleh nilai jual (keuntungan) yang tinggi dengan penggunaan input (sarana produksi) yang sesuai, meningkatkan produksi tanaman, dapat mengembangkan usahatani kakao ke arah agribisnis yang lebih baik, dan pemenuhan kebutuhan rumah tangga melalui kegiatan usahatani kakao. Hasil wawancara diperoleh informasi bahwa selain ingin mengembangkan usahatani kakao, aspirasi wanita tani adalah dapat menunaikan ibadah haji.

Sifat Kekosmopolitan

Sifat kekosmopolitan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat keterbukaan wanita tani terhadap pergaulan dengan orang di dalam dan luar desanya, lembaga terkait, serta media massa untuk mendapatkan informasi dalam mengelola usahatani kakao. Kekosmopolitan responden berkaitan dengan frekuensi responden mengunjungi sumber informasi, dan frekuensi responden memanfaatkan media massa, frekuensi kunjungan ke luar daerah selama kurun waktu tertentu untuk mencari informasi tentang usahatani kakao.

Sifat kekosmopolitan wanita tani di Kecamatan Palolo dikategorikan rendah, yaitu sebesar 55,5%. Usaha responden untuk mengunjungi sumber informasi di dalam dan di luar desa, serta memanfaatkan media massa dengan tujuan mencari informasi tentang usahatani kakao masih sangat kurang.

Hal ini dapat memperkecil kemungkinan responden untuk lebih terbuka terhadap inovasi teknologi termasuk usahatani kakao. Frekuensi wanita tani menghubungi penyuluh atau petugas lapangan, pergi ke luar desa, membaca koran, majalah, brosur, mendengarkan radio dan televisi yang berisi informasi usahatani kakao masih rendah. Selain itu umumnya jenis informasi/topik yang dipilih wanita tani dalam memanfaatkan media massa adalah hiburan, bukan menambah pengetahuan tentang pertanian khususnya usahatani kakao. Padahal, Balai Penyuluhan Pertanian di Kecamatan Palolo, sejak tahun 2008 sudah mulai merintis radio pertanian yang menyiarkan berbagai informasi pertanian termasuk usahatani kakao. Kekosmopolitan wanita tani di Kecamatan Palolo perlu ditingkatkan dengan memberi peluang yang lebih besar kepada mereka agar dapat mengakses berbagai sumber informasi.

Informasi mengenai usahatani kakao perlu ditingkatkan baik dari segi kuantitas maupun kualitas, sehingga wanita tani lebih bergairah untuk memanfaatkan informasi tersebut. Informasi ini dapat diperoleh salah satunya melalui kegiatan penyuluhan. Selama ini, kegiatan penyuluhan pertanian yang diadakan oleh Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Palolo kebanyakan dihadiri oleh suami mereka yang sudah tergabung dalam kelompok tani. Informasi tentang usahatani kakao diperoleh wanita tani dari suami mereka.

Pengambilan Keputusan

Pola pengambilan keputusan yang dikaji berdasarkan lima pola peran, yaitu: suami sendiri, suami dominan, bersama setara, isteri dominan, dan isteri sendiri. Berdasarkan hasil penelitian, peranan wanita tani dalam pengambilan keputusan pada usahatani kakao sebesar 62,2 % dan dikategorikan tinggi.

Hampir semua tahap kegiatan dalam usahatani kakao mulai pembebasan atau pembersihan lahan sampai pemasaran hasil panen kakao, 62,2% responden menyatakan bahwa proses pengambilan keputusan dilakukan secara bersama-sama (setara suami dan isteri). Hal ini menunjukkan status wanita di Kecamatan Palolo sudah diperhitungkan.

Beberapa responden mengatakan bahwa proses pengambilan keputusan yang berlaku dalam rumah tangga masih didominasi oleh suami. Kegiatan yang lebih didominasi oleh suami, bahkan suami lebih banyak memutuskan sendiri jenis kegiatan dalam usahatani kakao adalah pengendalian hama penyakit tanaman (pemilihan jenis dan dosis pestisida), dan jumlah pupuk yang akan digunakan.

Alokasi Waktu

Pola pembagian kerja dalam keluarga sangat terkait dengan variasi diversifikasi sumber pendapatan yang dilakukan oleh sebuah keluarga. Curahan waktu yang tersedia pada wanita tani, merupakan faktor yang berhubungan dengan tingkat partisipasi wanita tani. Curahan waktu yang dikaji dalam penelitian ini adalah peran domestik dan peran produktif.

- Peran Domestik

Peran domestik biasa juga disebut dengan peran reproduktif adalah peran yang dijalankan oleh seseorang untuk kegiatan yang berkaitan dengan

pemeliharaan sumberdaya manusia dan pekerjaan urusan rumah tangga. Peran reproduktif disebut juga peran di sektor domestik.

Peran domestik dalam penelitian ini meliputi kegiatan mengasuh anak, memasak, membersihkan rumah, belanja di pasar, kesehatan keluarga, dan pendidikan anak. Peran domestik yang dilakukan wanita tani di Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala dikategorikan sedang, yaitu sebesar 48,9%. Angka ini menunjukkan bahwa terjadi pembagian peran antara suami-isteri dalam pekerjaan rumah tangga. Pembagian peran antara suami-isteri dapat terlihat terutama pada kegiatan kesehatan keluarga dan pendidikan anak. Meskipun peran domestik ini didominasi oleh wanita, hal ini masih berdampak positif bagi partisipasi wanita dalam berusahatani kakao karena mereka masih mempunyai luangan waktu untuk melakukan pekerjaan lainnya, termasuk berpartisipasi dalam usahatani kakao.

- Peran Produktif

Peran produktif adalah peran yang dilakukan oleh seseorang, menyangkut pekerjaan yang menghasilkan barang dan jasa, baik untuk dikonsumsi maupun untuk diperdagangkan. Kerja produktif yang dilakukan oleh wanita berkontribusi terhadap pendapatan keluarga. Peran produktif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kegiatan di lahan kakao dan kegiatan yang dilakukan oleh wanita tani selain usahatani kakao dalam upaya menambah pendapatan keluarga baik dari pertanian maupun non pertanian.

Tabel 3 menunjukkan bahwa peran produktif wanita tani dalam usahatani kakao di Kecamatan Palolo dikategorikan sedang, yaitu 48,9%. Hal ini berkaitan dengan curahan waktu yang dikeluarkan dalam kegiatan domestik. Peran produktif yang dilakukan oleh wanita tani di Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala selain kegiatan usahatani kakao adalah: petani padi, jagung, dan sayuran, guru (honorer), pedagang (warung/kios), buruh tani, usaha industri

Dokumen terkait