• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah para pemilik IKM Produk Roti dan Kue yang beroperasi di wilayah Kota Bogor. Jumlah responden yang datanya diolah sebanyak 37 responden. Dalam penelitian ini karakteristik responden dibagi menjadi beberapa karakter, yaitu: Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan, Usia, Agama. Berdasarkan data yang diperoleh, berikut karakteristik para IKM Produk Roti dan Kue di Kota Bogor (Tabel 5).

18

Tabel 5 Karakteristik Responden

Jenis Kelamin

Dari total 37 responden, sebanyak 9 responden berjenis kelamin laki-laki sedangkan sisanya atau sekitar 76.68% berjenis kelamin perempuan. Mayoritas dari 28 responden perempuan itu ialah para wanita yang menjalankan usaha roti dan kue sebagai tambahan penghasilan, sedangkan mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki menjalakan usaha sebagai penghasilan utama.

Pendidikan

Tingkat pendidikan para pemilik IKM Produk Roti dan Kue di Kota Bogor didominasi oleh lulusan perguruan tinggi dengan total sebanyak 22 orang. Stratanya mulai dari lulusan Diploma hingga yang bergelar Master. Disusul oleh lulusan SMA sederajat dengan jumlah 10 orang, dan sisanya hanya menyelesaikan pendidikan pada tingkat SD dan SMP. Tidak ada responden yang tidak tamat SD, serta tidak ada responden yang memilki sertifikat halal yang hanya lulus SD.

Usia

Interval usia pemilik IKM ini cukup lebar dengan yang termuda ialah usia 21 tahun, dan tertua 66 tahun. Para responden dengan usia 21 menjalankan usaha sambil menyelesaikan studi di perguruan tinggi, sedangkan responden dengan usia 66 tahun menjalankan usaha sebagai tambahan dana di masa pensiun. Mayoritas usia pemilik usaha ada di rentang usia 33-44 tahun dengan rata-rata usia 40,42 tahun. Rata-rata usia pemilik IKM yang bersertifikat halal ialah 43,4 tahun, sedangkan yang tidak bersertifikat 36 tahun. Hasil tersebut akan dijelaskan lebih lanjut di sub-bab selanjutnya.

Variabel Sub-variabel Memiliki Sertifikat Halal Tidak Bersertifikat Halal Total Persentase (%) Jenis Kelamin Laki-laki 7 2 9 24.32 Perempuan 15 13 28 76.68 Pendidikan SD 0 1 1 2.70 SMP 3 1 4 10.81 SMA 6 4 10 27.03 Perguruan Tinggi 13 9 22 59.46 Usia (tahun) 21-32 2 4 6 16.22 33-44 9 8 17 25.95 45-56 7 2 9 24.32 56> 4 1 5 13.51 Agama Islam 21 14 35 94.59 Non-Islam 1 1 2 5.41

19

Agama

Data yang diperoleh dari BPS menunjukkan bahwa 91.96% warga Bogor beragama Islam, hal ini selaras dengan hasil penelitian. Agama yang dianut oleh para pemilik IKM Produk Roti dan Kue di Bogor tidak beragam. Kepemilikan IKM Produk Roti dan Kue di Kota Bogor didominasi oleh para muslim, dari 37 hanya dua orang atau sekitar 5% yang menganut agama selain Islam. Satu dari responden non muslim tersebut ternyata sudah mendapatkan sertifikat halal MUI, salah satu motivasinya adalah menjaga kerukunan umat beragama lantaran banyaknya konsumen muslim yang memesan produknya.

Karakteristik Usaha

Karakteristik usaha adalah sifat atau karakter yang mencerminkan usaha atau yang dioperasikan. Semua pemilik IKM yang diwawancarai memiliki kesamaan dalam skala usaha serta jenis produk yang dikomersialkan. Dalam penelitian ini karakteristik usaha dibagi menjadi enam karakter, yaitu: status sertifikat, usia sertifikat, sumber pembiayaan, lama usaha, alasan mengajukan sertifikasi, alasan tidak/belum mengajukan sertifikasi dan sumber informasi terkait sertifikasi halal.

Tabel 6 Karakteristik Usaha

Status Sertifikat Halal

Jumlah responden yang memiliki sertifikat halal MUI ialah sebanyak 22 IKM, sedangkan yang tidak memiliki sebanyak 15 IKM. Dari 15 IKM yang tidak

Variabel Sub-variabel Memiliki Sertifikat Halal Tidak Bersertifikat Halal Total Persentase (%) Status Sertifikat Memiliki 22 - 22 59.45 Dalam Proses - 2 2 5.41 Belum mengajukan - 9 9 24.32 Pernah memiliki - 1 1 2.20 Enggan mengajukan - 3 3 8.10 Sumber Pembiaya an Sertifikasi Disperindag 21 - 21 95.45 Mandiri 1 - 1 4.54 Usia Sertifikat (bulan) 1-12 16 - 16 72.72 13-24 1 - 1 4.54 25-36 2 - 2 9.09 37> 3 - 3 13.63 Lama Usaha (tahun) <5 13 11 24 64.86 6-11 3 2 5 13.51 12-17 4 0 4 10.81 18> 2 2 4 10.81

20

memiliki Sertifikat Halal, terbagi menjadi tiga kelompok: 9 IKM belum bersertifikat, 1 IKM pernah memiliki, 3 IKM merasa enggan mengajukan, dan 2 lainnya dalam proses sertifikasi.

Usia Sertifikat

Rata-rata usia sertifikat halal IKM adalah 1 tahun 2 bulan. Usia sertifikat termuda dimiliki oleh 6 IKM, dengan usia 1 bulan. Usia sertifikat halal tertua adalah 6 tahun 6 bulan, atau telah berjalan selama 4 periode.

Sumber Pembiayaan Sertifikasi

Sumber pembiayaan untuk sertifikasi halal IKM kurang beragam. Hampir seluruh IKM yang diwawancarai, atau sekitar 95.45% mendapatkan bantuan pembiayaan sertifikasi dari Disperindag Kota Bogor. Bantuan pembiayaan yang diberi Disperindag berbeda-beda pada setiap IKM, berdasarkan status sertifikat serta jumlah varian produknya. Alasan IKM menerima pembiayaan karena biaya sertifkasi yang cukup mahal apabila tidak melalui Disperindag, yakni sekitar Rp 2 000 000 untuk biaya administrasinya. Hanya satu IKM yang melakukan sertifikasi dengan biaya sendiri.

Lama Usaha

Usia IKM menunjukkan dalam satuan tahun seberapa lama pengusaha tersebut menjalankan IKM. Rentangnya juga cukup beragam, mulai dari yang baru 2 bulan menjalankan usaha, hingga yang telah mencapai tahun ke-23, dan dengan rata-rata sekitar 6.02 tahun. Mayoritas usaha baru berjalan selama kurang dari 5 tahun. Rata-rata usia IKM yang bersertifikasi halal ialah 6.9 tahun.

Hasil tersebut sesuai dengan teori siklus produksi, yang mengklasifikasikan IKM tersebut pada fase perkenalan (introduction). Pada fase ini, industri harus mengeluarkan pengeluaran yang lebih untuk pengembangan serta proses modifikasi produk untuk mencari jati diri produk (Jaya 2001). Pengembangan produk haruslah sesuai pasar yang ada. Pengeluaran yang dimaksud adalah pengeluaran untuk sertifikasi halal, dengan menyesuaikan pasar, yang mayoritas konsumen muslim.

21

Alasan Memiliki Sertifikat Halal

Gambar 2 Alasan IKM memiliki sertifikat halal

Penyebab pemilik IKM mau mengajukan sertifikasi halal beragam. Diantara IKM yang sudah bersertifikat, mayoritas beralasan ingin mendapatkan kepercayaan dari konsumem muslim, dengan jumlah sekitar 29%. Alasan-alasan lainnya adalah ingin memberi jaminan kepada konsumen, sebagai bentuk ketaatan pada Allah SWT, berharap peningkatan profit, serta memanfaatkan fasilitas pembiayaan sertifikasi dari Disperindag.

Alasan Tidak/Belum Memiliki Sertifikat Halal

Gambar 3 Alasan IKM tidak/belum memiliki sertifikat halal

Alasan para pemilik IKM tidak memiliki sertifikat halal pun beragam. Sebanyak 25% dari seluruh jawaban ialah terkendala biaya sertifikasi yang terlalu tinggi. Masing-masing sebanyak 20% berpendapat bahwa produknya sudah halal

Mendapat kepercayaan konsumen 29% Jaminan untuk konsumen 15% Peningkatan Profit 12% Karena Allah 10% Memanfaatkan pembiayaan 12% Meningkatkan kualitas 7% Regulasi 5% Loyalitas 7% Dakwah 3% Perubahan prosedur 5% Tidak mengetahui prosedur 10% Merasa produknya sudah halal 20% Tidak percaya pada LPPOM MUI [PERCENTAGE] Tidak memiliki waktu 20% Skala usaha masih

kecil 25% Dalam proses

22

tanpa perlu sertifikasi, dan tidak memiliki waktu untuk mengajukan karena prosedur yang relatif rumit.

Khusus untuk IKM yang pernah bersertifikat halal, adanya perubahan prosedur untuk mendapatkan sertifikat halal yang lebih rumit dari sebelumnya. Perubahan prosedur tersebut ialah keharusan membuat bagan Sistem Jaminan Halal yang terjadi di tahun 2012. Perubahan tersebut menjadikan alasan bagi IKM tersebut enggan memperpanjang sertifikatnya.

Sumber Informasi

Gambar 4 Sumber informasi tentang sertifikat halal

Sebagian besar, atau sekitar 28% para pemilik IKM Produk Roti dan Kue di Kota Bogor mengaku mendapat informasi tentang Sertifikat Halal MUI dari lembaga formal yang terkait dengan proses sertifikasi halal. Lembaga tersebut ialah Disperindag, Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor, Dinas Kesehatan Kota Bogor (Dinkes), maupun LPPOM MUI itu sendiri. Sumber informasi paling banyak kedua disusul oleh kerabat dari para pemilik IKM dengan persentase sebesar 27%.

Selain dari kerabat dan lembaga terkait, informasi diperoleh melalui media elektronik, media cetak, media sosial, namun jumlahnya masih minim, bahkan ada 2% responden yang tidak mengetahui sama sekali mengenai sertifikasi halal. Hal ini membuktikan bahwa sosialisasi yang dilakukan LPPOM MUI melalui perantara media masih minim dan tidak efektif.

Faktor-faktor yang Memengaruhi IKM Produk Roti dan Kue di Kota Bogor untuk Memiliki Sertifikat Halal

Hasil uji regresi logistik terdiri atas tabel variabel-variabel yang berpengaruh pada model. Tabel tersebut merupakan hasil olahan dari perangkat lunak SPSS 20. Hanya variabel yang dapat membuat model menjadi baik saja yang diinput ke dalam SPSS 20.

Hasil uji R Square model menunjukkan angka R Square 0.543. Hasil ini menunjukkan bahwa model menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi IKM

Televisi 14% Surat Kabar 6% Internet 13% Media Sosial 9% Kerabat 27% Lembaga Terkait 29% Tidak tahu 2%

23 Produk Roti dan Kue dalam mendapatkan sertifikat halal sebesar 54.3%, sedangkan sisanya dapat dijelaskan di luar model. Menurut Greene (2003) R Square 0.543 sudah cukup tinggi dan bisa digunakan sebagai model, karena nilainya sudah lebih dari 0.5 .Hasil uji Chi Square Hosmer dan Lemeshow Test menunjukkan nilai Chi Square sebesar 5.555 dengan p-value 0.59 > 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa model logit secara keseluruhan dapat digunakan dalam penelitian ini.

Tabel 7 Hasil Uji Regresi Logistik

Variabel Parameter P-Value Odds Ratio

Usia 0.14 0.039* 1.15 Pengetahuan -0.609 0.048* 0.544 Citra Lembaga 0.829 0.120 2.290 Aksesibilitas 1.134 0.042* 3.108 Loyalitas 0.203 0.424 1.225 Jenis Kelamin 2.789 0.184 16.267 Pendidikan 0.393 0.665 1.481 Kualitas Pelayanan -0.304 0.319 0.738

*) Signifikan pada taraf nyata 5%

Berdasarkan Tabel 7 dapat disimpulkan bahwa, pada taraf nyata 5% ada tiga variabel yang signifikan dalam penelitian ini. Variabel tersebut ialah Usia, Pengetahuan, dan Aksesibilitas.

Variabel usia memiliki Odds Ratio sebesar 1.15 dengan parameter positif. Bertambahnya usia pemilik IKM sebanyak 1 tahun, akan meningkatkan peluang melakukan sertifikasi halal sebanyak 1.15 kali.

Variabel aksesibilitas memiliki Odds Ratio sebesar 3.108 dan parameter positif. Hal ini menandakan bahwa semakin meningkatnya kemudahan untuk memiliki sertifikat halal sebesar satu satuan, akan meningkatkan peluang memiliki sertifikat halal sebesar 3.108 kali. Pada kuesioner, variabel ini terdiri atas dua pernyataan, yaitu biaya sertifikasi dan prosedur sertifikasi (lampiran 1). Hasil tersebut selaras dengan hasil analisis deskriptif, pada variabel sumber pembiayaan dan grafik alasan pemilik IKM tidak mengajukan sertifikasi halal (Gambar 3). Variabel sumber pembiayaan menunjukkan bahwa 95% IKM diberikan bantuan pembiayaan sertifikasi melalui bantuan Disperindag Kota Bogor, karena biaya yang relatif mahal. Gambar 3 menunjukkan alasan-alasan IKM tidak mengajukan sertifikasi halal, dengan jumlah tertinggi ada pada alasan skala usaha yang kecil, dan jumlah terbanyak kedua adalah alasan tidak punya waktu. Skala usaha yang kecil menyebabkan pemilik IKM memandang biaya sertifikasi adalah tinggi, sedangkan alasan tidak memiliki waktu berarti pemilik IKM tersebut merasa prosedur sertifkasi halal itu rumit, sehingga tidak mau menyisihkan waktunya untuk melakukan sertifikasi.

Selain itu, hasil ini sesuai dengan penelitian Fuad (2010) yang menyatakan bahwa faktor ekonomi merupakan salah satu faktor yang memengaruhi pengusaha untuk memiliki sertifikat halal. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa kemudahan prosedur serta rendahnya biaya sertifikasi akan semakin memotivasi IKM untuk mengajukan sertifikat halal.

24

Sebaliknya, variabel pengetahuan memiliki parameter negatif. Dalam penelitian ini, pengetahuan yang dimaksud ialah pengetahuan tentang kriteria halal-haram pada roti dan kue (lampiran 1). Artinya semakin besar tingkat pengetahuan seseorang tentang kriteria halal-haram, semakin rendah keinginan untuk mendapatkan sertifikat halal. Hasil yang di luar hipotesa tersebut menandakan bahwa tidak semua orang yang mengetahui kriteria halal-haram roti dan kue mau untuk mendapatkan sertifikat halal. Alasan yang menyebabkan para pemilik IKM yang berpengetahuan tinggi tetapi tidak atau belum memiliki sertifikat halal telah dijelaskan pada Gambar 3.

Dokumen terkait