• Tidak ada hasil yang ditemukan

Posisi Daya Saing Hasil Olahan Rumput Laut Indonesia

Analisis posisi daya saing hasil olahan rumput laut Indonesia di pasar internasional menggunakan pendekatan Revealed Comparative Advantage (RCA). Metode ini didasarkan pada suatu konsep bahwa perdagangan antar wilayah sebenarnya menunjukkan keunggulan komparatif yang dimiliki oleh suatu wilayah. Variabel yang diukur adalah kinerja ekspor hasil olahan rumput laut Indonesia

22

(dalam hal ini yang diteliti adalah agar-agar dan karaginan) terhadap total ekspor Indonesia yang kemudian dibandingkan dengan pangsa nilai produk dalam perdagangan dunia.

RCA dapat didefinisikan bahwa jika pangsa ekspor hasil olahan rumput laut di dalam total ekspor komoditi dari suatu negara lebih besar dibandingkan pangsa pasar ekspor komoditi hasil olahan rumput laut di dalam total ekspor komoditi dunia, diharapkan negara tersebut memiliki keunggulan komparatif dalam produksi dan ekspor hasil olahan rumput laut. Apabila nilai RCA lebih dari satu berarti negara itu mempunyai keunggulan komparatif (di atas rata-rata dunia) untuk hasil olahan rumput laut dalam hal ini berdaya saing kuat. Sebaliknya jika nilai lebih kecil dari satu berarti keunggulan komparatif untuk komoditas hasil olahan rumput laut berdaya saing lemah (di bawah rata-rata dunia). Berikut adalah hasil perhitungan RCA untuk hasil olahan rumput laut berupa agar-agar dan karaginan ke enam negara tujuan ekspor.

Tabel 6 Tabel RCA hasil olahan rumput laut Indonesia ke Denmark, Jepang, USA, Italia, Jerman dan UK tahun 2001-2011

Tahun

Negara

Denmark Jepang USA Italia Jerman UK

2001 10.92 0.36 0.98 2.23 6.08 4.06 2002 14.58 0.37 0.69 14.49 9.38 12.57 2003 17.39 0.18 0.85 7.99 9.70 12.45 2004 21.43 0.47 0.87 11.04 5.49 12.26 2005 43.76 1.68 1.44 20.15 7.49 9.77 2006 39.38 1.34 2.96 48.60 5.21 11.23 2007 63.22 1.33 2.87 34.58 4.14 22.47 2008 68.59 1.84 2.34 20.40 3.57 14.73 2009 37.32 2.01 2.42 9.40 4.20 9.40 2010 40.04 1.22 3.52 8.07 1.80 12.44 2011 40.88 1.95 4.32 14.89 5.61 6.84

Sumber : UNComtrade 2012 (diolah)

Berdasarkan hasil perhitungan RCA pada Tabel 6, hasil olahan rumput laut ke enam negara tujuan ekspor utama secara keseluruhan memiliki daya saing yang kuat, terlihat dari nilai RCA yang lebih besar dari satu. Khususnya pada negara Denmark, Italia, Jerman dan United Kingdom. Daya saing hasil olahan rumput laut Indonesia pada keempat negara tersebut memiliki posisi daya saing yang kuat dengan nilai RCA yang lebih besar dari satu selama sebelas rentang tahun penelitian yang digunakan. Meskipun Indonesia memiliki posisi daya saing yang kuat dengan nilai RCA yang selalu lebih besar dari satu di negara Denmark, Jerman dan United Kingdom, namun nilai RCA yang dihasilkan terbilang cukup berfluktuasi. Berdasarkan data yang terlampir fluktuasi nilai RCA ini disebabkan oleh nilai ekspor yang mengalami tren fluktuatif.

Sedangkan daya saing hasil olahan rumput laut di negara Jepang dan USA memilki posisi daya saing yang lemah. Hal ini disebabkan daya saing hasil olahan rumput laut Indonesia di beberapa rentang tahun penelitian menghasilkan nilai RCA yang lebih kecil dari satu. Daya saing hasil olahan rumput laut menempati posisi yang lemah di negara Jepang pada tahun 2001 hingga tahun 2004 dengan

23 nilai RCA masing-masing 0.36 dan 0.47. Posisi daya saing hasil olahan rumput laut Indonesia di negara Jepang mulai menguat pada tahun 2005 hingga tahun 2011 dengan nilai RCA masing-masing 1.68 dan 1.95. Posisi daya saing hasil olahan rumput laut Indonesia di negara USA menempati posisi yang lemah pada tahun 2001 hingga tahun 2004 dengan nilai RCA masing-masing 0.98, dan 0.87. Pada tahun-tahun selanjutnya daya saing hasil olahan rumput laut menempati posisi yang kuat dengan nilai RCA yang lebih besar dari satu. Tabel 8 menunjukkan bahwa daya saing hasil olahan rumput laut Indonesia di negara Jepang dan USA yang terbilang cukup lemah pada tahun 2001 hingga tahun 2004 disebabkan oleh nilai ekspor hasil olahan rumput laut Indonesia ke kedua negara tersebut yang cukup rendah dibandingkan pada tahun selanjutnya. Selain itu pada rentang tahun tersebut

share ekspor hasil olahan rumput laut Indonesia terhadap total ekspor seluruh produk Indonesia baik ke negara Jepang maupun USA sangat rendah dengan nilai

share ekspor sebesar 0.00464 persen pada tahun 2001 dan 0.00514 persen pada tahun 2004 di negara Jepang. Sementara share ekspor hasil olahan rumput laut Indonesia di negara USA sebesar 0.00568 persen pada tahun 2001 dan 0.00481 persen pada tahun 2004.

Tabel 7 Share ekspor hasil olahan rumput laut Indonesia terhadap total ekspor seluruh produk Indonesia ke Jepang dan USA tahun 2001-2004

Sumber: UNComtrade 2012 (diolah)

Pada saat terjadinya krisis global tahun 2008 daya saing hasil olahan rumput laut Indonesia mengalami penurunan terutama pada negara USA, Italia, Jerman dan

United Kingdom dengan nilai RCA masing-masing sebesar 2.34, 20.40, 3.57 dan

14.73. Sementara krisis 2008 tidak berpengaruh terhadap daya saing hasil olahan rumput laut Indonesia di negara Denmark dan Jepang dengan nilai RCA masing-masing sebesar 68.59 dan 1.84 yang meningkat pada tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan permintaan yang tinggi akan hasil olahan rumput laut di negara Denmark dan Jepang.

Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Daya Saing Hasil Olahan Rumput Laut Indonesia

Hasil uji Chow pada model faktor-faktor yang memengaruhi daya saing hasil olahan rumput laut Indonesia diperoleh bahwa nilai probability dari Chow (0.00) <

Negara Tahun Nilai Ekspor (US$) Nilai Ekspor Total (US$) Share Nilai Ekspor (%) RCA Jepang 2001 604 250 13 010 175 403 0.0046 0.3613 Jepang 2002 556 665 12 045 115 461 0.0046 0.3767 Jepang 2003 260 493 13 603 494 172 0.0019 0.1815 Jepang 2004 821 590 15 962 109 263 0.0051 0.4798 USA 2001 432 180 7 761 327 774 0.0056 0.9868 USA 2002 303 150 7 570 467 254 0.0040 0.6981 USA 2003 365 287 7 386 381 444 0.0049 0.8582 USA 2004 422 774 8 787 069 944 0.0048 0.8757

24

taraf nyata 5 persen, maka tolak H0 (Lampiran 4). Artinya, model Fixed Effect

adalah model yang digunakan.

Salah satu asumsi dari model regresi adalah tidak ada hubungan linear sempurna antar peubah bebas dalam model tersebut. Adanya multikolinearitas dapat disebabkan oleh nilai R- squared yang tinggi tetapi variabel independennya banyak yang tidak signifikan. Uji multikolinearitas dapat dilihat dari probabilitas dan matriks korelasi antar variabel (Lampiran 5). Pada model daya saing hasil olahan rumput laut Indonesia menghasilkan nilai R-squared yang tinggi yaitu 0.877145 dan ada lima variabel bebas yang signifikan dan satu variabel yang tidak signifikan, menunjukkan bahwa model terbebas dari multikolinearitas. Nilai

R-squared ini menunjukkan bahwa 87.71 persen keragaman variabel dependen yang

terdapat dalam model dapat dijelaskan oleh variabel independen yang terdapat dalam model, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel independen di luar model. Berdasarkan hasil estimasi pada model daya saing hasil olahan rumput laut Indonesia menunjukkan bahwa gambar plot residual tidak membentuk suatu pola tertentu. Dapat disimpulkan ragam residual telah menyebar homogen (lampiran 7).

Uji autokorelasi dilakukan dengan uji Durbin-Watson. Berdasarkan hasil uji statistik Durbin-Watson (DW) diperoleh nilai DW hitung pada weights statistics

dengan nilai mendekati dua yaitu sebesar 1.770. Hasil ini menandakan tidak ada autokorelasi pada model tersebut. Selain itu model ini telah menggunakan GLS Weights Cross-Section SUR. Metode ini mengoreksi masalah autokorelasi dan masalah heteroskedastisitas, sehingga masalah-masalah tersebut dapat diabaikan. Dengan demikian, model estimasi regresi data panel ini telah terbebas dari masalah autokorelasi.

Pada data panel, normal atau tidaknya error terms dapat dilihat dari nilai probabilitas yang terdapat pada histogram-normality test. Jika nilai probabilitas >

α, maka error terms menyebar normal. Dari pengujian model didapatkan hasil bahwa probabilitas Jarque-Bera lebih besar dari pada α (2.299993 > 0.05) dan nilai probabilitas juga lebih besar dari pada α (0.316638 > 0.05). Dengan demikian, model daya saing hasil olahan rumput laut Indonesia ini sudah memiliki error terms

yang menyebar normal (Lampiran 6).

Uji statistik dalam penelitian ini dilakukan melalui uji F yang bertujuan untuk melihat pengaruh variabel independen secara keseluruhan terhadap variabel dependennya. Berdasarkan tabel dapat terlihat bahwa probabilitas (f-statistic) atau sering disebut p-value adalah sebesar 0.000000 yang lebih kecil dari taraf nyata ( α

= 5 persen). Nilai ini menandakan bahwa persamaan tersebut mendukung keabsahan model atau dapat disimpulkan bahwa pengaruh yang ditimbulkan oleh keseluruhan variabel penjelas terhadap variabel terikat atau dependennya adalah baik.

Uji t-statistik akan diuji setelah uji F dilakukan, dari hasil estimasi yang ditunjukkan ada lima variabel independen yang berpengaruh signifikan terhadap variabel dependennya pada taraf nyata (α = 5 persen). Variabel-variabel tersebut adalah produksi rumput laut, produktivitas industri pengolahan rumput laut, harga ekspor hasil olahan rumput laut, nilai ekspor hasil olahan rumput laut negara pesaing Filipina dan dummy krisis. Sedangkan variabel lainnya yakni nilai tukar riil tidak signifikan mempengaruhi variabel tidak bebasnya (daya saing) pada taraf nyata lima persen (α = 5 persen). Tetapi walaupun sebagian variabel tidak

25 signifikan, secara keseluruhan pengaruh semua variabel bebasnya memengaruhi daya saing hasil olahan rumput laut Indonesia.

Dugaan persamaan regresi untuk model daya saing hasil olahan rumput laut Indonesia yang dihasilkan berdasarkan output E-views dapat dilihat pada tabel, pada persamaan tersebut memiliki nilai �2 sebesar 0.877145 artinya bahwa variasi variabel endogennya (daya saing) dapat dijelaskan secara linear oleh variabel bebasnya di dalam persamaan sebesar 87.71 peren dan sisanya dijelaskan oleh faktor-faktor lain di luar persamaan.

Tabel 8 Hasil Estimasi Faktor-Faktor yang Memengaruhi Daya Saing Hasil Olahan Rumput Laut Indonesia dengan metode fixed effect

Variabel Coefficient Prob

C -119.1868 0.0024 LNPRODUKSI 6.185791 0.0000 PRODUKTIVITAS 0.195224 0.0003 LNHE -1.993816 0.0113 LNNEP -1.070304 0.0373 LNER -0.129207 0.9693 DKRISIS -13.27335 0.0000

Fixed Effect (Cross) Denmark 24.28153 Jepang -12.6001 USA -10.2180 Italia 3.562124 Jerman -5.63558 United Kingdom 0.610195 Weighted Statistics

R-square 0.877145 Sum square resid 57.99456

Prob (F-statistic) 0.0000000 Durbin-Watson stat 1.770634 Unweighted Statistics

R-square 0.709283 Durbin-Watson stat 1.146534

Sum square resid 4692.649

Keterangan pada taraf nyata (α = 5 persen)

Berdasarkan hasil estimasi dapat diketahui bahwa produksi rumput laut berpengaruh positif terhadap daya saing seperti yang ditunjukkan oleh hasil regresi panel data. Produksi rumput laut berpengaruh positif terhadap daya saing hasil olahan rumput laut dengan koefisien sebesar 6.185. Artinya, setiap peningkatan produksi rumput laut sebesar satu persen akan meningkatkan daya saing hasil olahan rumput laut sebesar 6.185 persen, ceteris paribus. Pengaruh variabel produksi rumput laut signifikan pada taraf nyata satu persen, temuan empiris ini sesuai dengan hipotesis bahwa produksi rumput laut berhubungan positif terhadap daya saing hasil olahan rumput laut Indonesia, semakin tinggi produksi rumput laut maka semakin tinggi daya saing hasil olahan rumput laut Indonesia. Produksi rumput laut merupakan bahan baku dari hasil olahan rumput laut berupa agar-agar dan karaginan yang harus diprioritaskan. Di sisi lain kekontinyuan bahan baku merupakan kebutuhan utama industri pengolahan rumput laut sebagai suatu bagian

26

yang terintegrasi dari sistem agribisnis hulu ke produk hilir. Industri pengolahan rumput laut domestik akan menyerap bahan baku dari pembudidaya rumput laut di tingkat petani yang pada akhirnya akan diolah lebih lanjut menjadi hasil olahan rumput laut berupa agar-agar dan karaginan sehingga produk olahan rumput laut Indonesia dapat bersaing di pasar internasional.

Produktivitas industri pengolahan rumput laut berpengaruh positif terhadap daya saing hasil olahan rumput laut dengan koefisien sebesar 0.195. Artinya, setiap peningkatan produktivitas industri pengolahan sebesar satu persen akan meningkatkan daya saing hasil olahan rumput laut sebesar 0.195 persen, ceteris paribus. Pengaruh variabel produktivitas industri pengolahan rumput laut signifikan pada taraf nyata satu persen, temuan empiris ini sesuai dengan hipotesis bahwa produktivitas industri pengolahan rumput laut berhubungan positif terhadap daya saing hasil olahan rumput laut Indonesia, semakin tinggi produktivitas industri pengolahan rumput laut maka semakin tinggi daya saing hasil olahan rumput laut Indonesia. Produktivitas yang meningkat menunjukkan kinerja dari industri pengolahan rumput laut. Dengan meningkatnya kinerja mengartikan bahwa pabrik pengolahan rumput laut baik karaginan maupun agar-agar mampu berproduksi dan meningkatkan ekspor hasil olahan rumput laut secara optimal, sehingga mampu memenuhi permintaan domestik maupun pasar internasional yang pada akhirnya akan meningkatkan daya saing hasil olahan rumput laut.

Harga ekspor berpengaruh negatif terhadap daya saing hasil olahan rumput laut dengan koefisien sebesar 1.993. Artinya, setiap peningkatan harga ekspor sebesar satu persen akan menurunkan daya saing hasil olahan rumput laut sebesar 1.993 persen, ceteris paribus. Pengaruh variabel harga ekspor hasil olahan rumput laut Indonesia signifikan pada taraf nyata lima persen, temuan empiris ini sesuai dengan hipotesis bahwa harga ekspor hasil olahan rumput laut berhubungan negatif terhadap daya saing hasil olahan rumput laut Indonesia, semakin tinggi harga ekspor hasil olahan rumput laut Indonesia maka akan menurunkan permintaan dunia terhadap hasil olahan rumput laut Indonesia. Negara-negara pengimpor hasil olahan rumput laut akan beralih ke negara-negara pesaing yang mengekspor hasil olahan rumput laut dengan harga yang lebih murah dan efisien.

Nilai ekspor hasil olahan rumput laut negara pesaing yaitu Filipina berpengaruh negatif terhadap daya saing hasil olahan rumput laut dengan koefisien sebesar 1.070. Artinya, setiap peningkatan nilai ekspor hasil olahan rumput laut negara pesaing sebesar satu persen akan menurunkan daya saing hasil olahan rumput laut sebesar 1.070 persen, ceteris paribus. Pengaruh variabel nilai ekspor hasil olahan rumput laut negara pesaing signifikan pada taraf nyata lima persen, temuan empiris ini sesuai dengan hipotesis bahwa nilai ekspor hasil olahan rumput laut negara pesaing berhubungan negatif terhadap daya saing hasil olahan rumput laut Indonesia, semakin tinggi nilai ekspor hasil olahan rumput laut negara pesaing, maka akan menurunkan daya saing hasil olahan rumput laut Indonesia. Nilai ekspor menunjukkan permintaan dunia terhadap hasil olahan rumput laut, jika nilai ekspor negara pesaing hasil olahan rumput laut Indonesia yaitu Filipina meningkat mengartikan bahwa negara-negara pengimpor cenderung mengekspor dari Filipina dibandingkan Indonesia, ditambah meningkatnya nilai ekspor hasil olahan rumput laut negara pesaing akan menciptakan surplus neraca perdagangan negara pesaing. Pada akhirnya hal ini akan menurunkan daya saing hasil olahan rumput laut Indonesia

27 Berdasarkan hasil estimasi yang terdapat dalam Tabel 8 dapat ditunjukkan bahwa dummy krisis yaitu sebelum tahun 2008 dan sesudah tahun 2008 memiliki pengaruh yang nyata terhadap daya saing hasil olahan rumput laut Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari probabilitas dummy krisis yaitu sebesar 0.0000 lebih kecil dari taraf nyata 5 persen, sehingga setelah krisis pada tahun 2008 memiliki pengaruh yang signifikan terhadap daya saing hasil olahan rumput laut Indonesia. Koefisien sebesar 13.27 memiliki arti adanya rata-rata perbedaan daya saing hasil olahan rumput laut Indonesia antara sebelum dan sesudah krisis lebih rendah 13.27 x rata-rata daya saing hasil olahan rumput laut Indonesia sebelum krisis, ceteris paribus.

Nilai tukar riil pada hasil estimasi model faktor-faktor yang memengaruhi daya saing hasil olahan rumput laut tidak berpengaruh signifikan terhadap daya saing hasil olahan rumput laut Indonesia dengan nilai probabilitas lebih besar dari lima persen.

Pada Tabel 8 juga menunjukkan jika tanpa pengaruh dari variabel-variabel independen (produksi rumput laut kering, produktivitas industri pengolahan rumput laut, harga ekspor hasil olahan rumput laut, nilai ekspor negara pesaing Filipina, nilai tukar riil dan dummy krisis global tahun 2008) maka daya saing hasil olahan rumput laut Indonesia hanya dipengaruhi oleh efek individu. Efek individu pada data cross section dengan nilai paling tinggi adalah Denmark sebesar 24.281, Italia sebesar 3.562 dan United Kingdom sebesar 0.610. Data tersebut menjelaskan bahwa Denmark, Italia dan United Kingdom adalah negara-negara yang paling memengaruhi daya saing hasil olahan rumput laut Indonesia. Hal tersebut menjelaskan Indonesia akan mengalami penurunan daya saing hasil olahan rumput laut yang besar jika tidak mengekspor ke negara Denmark, Italia dan United Kingdom.

Analisis Strategi Peningkatan Daya Saing Hasil Olahan Rumput Laut Indonesia

Berdasarkan kedua alat analisis yang telah diuraikan yaitu analisis keunggulan komparatif dengan Revealed Comparative Advantage dan analisis faktor-faktor yang memengaruhi daya saing hasil olahan rumput laut Indonesia dengan metode panel data statis maka dapat ditentukan strategi yang dapat digunakan agar daya saing hasil olahan rumput laut Indonesia mengalami peningkatan. Menurut hasil analisis regresi faktor-faktor yang memengaruhi daya saing hasil olahan rumput laut Indonesia dapat diketahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap daya saing hasil olahan rumput laut Indonesia adalah produktivitas industri pengolahan rumput laut, produksi rumput laut, harga ekspor hasil olahan rumput laut Indonesia, nilai ekspor hasil olahan rumput laut negara pesaing dan krisis ekonomi. Dengan hasil ini dapat dikembangkan beberapa strategi untuk meningkatkan hasil olahan rumput laut Indonesia, diantaranya :

1. Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Rumput Laut

Pengembangan klaster industri pengolahan rumput laut akan memperkuat keterkaitan pada semua tingkatan rantai nilai (value chain) serta menciptakan sistem agribisnis dari hulu ke produk hilir yang terpadu dan terintegrasi. Permasalahan yang dihadapi industri pengolahan rumput laut saat ini adalah

28

kesulitan dalam memperoleh bahan baku berupa rumput laut dari pihak pembudidaya. Selama ini sekitar tujuh puluh persen produk rumput laut terserap oleh pasar dunia. Pihak petani di tingkat hulu cenderung menjual rumput laut ke pasar dunia dikarenakan harga yang ditawarkan pasar dunia lebih tinggi dibandingkan jika dijual pada pasar domestik, ditambah jumlah industri pengolahan rumput laut yang relatif minim khusunya pabrik pengolahan karaginan. Oleh sebab itu meskipun produksi rumput laut Indonesia terbilang mengalami peningkatan namun hanya sebagian kecil bahan baku rumput laut yang terserap oleh industri pengolahan rumput laut domestik. Pengembangan klaster ini juga dibutuhkan perencanaan dan pembinaan dari instansi pemerintah terkait khususnya Kementerian Kelautan dan Perikanan serta Kementerian Perindustrian sehingga memperkuat struktur industri pengolahan di tingkat hilir yang pada akhirnya meningkatkan daya saing hasil olahan rumput laut.

Terkait dengan permasalahan di tingkat off farm, pengaruh produktivitas industri pengolahan yang signifikan terhadap peningkatan daya saing hasil olahan rumput laut, merupakan salah satu strategi yang ikut mendukung salah satu rekomendasi kebijakan yang baru direncanakan Kementerian Kelautan dan Perikanan yaitu menambah jumlah dan kapasitas unit pabrik karaginan dalam negeri atau mensubstitusi impor karaginan dan mempertimbangkan kebijakan penggunaan karaginan dalam negeri. Selain itu pengembangan industri pengolahan karaginan juga diharapkan dapat mendukung implikasi kebijakan yang direncanakan Kementerian Kelautan dan Perikanan yaitu dapat memenuhi kebutuhan industri dalam negeri serta mendorong atau meningkatkan diversifikasi produk olahan industri rumah tangga berupa produk makanan atau minuman. 2. Meningkatkan Produksi Rumput Laut

Strategi peningkatan produksi rumput laut dapat dilakukan melalui penyuluhan dan pendampingan oleh instansi pemerintah terkait mengenai teknik cara budidaya yang baik bagi pembudidaya petani rumput laut sehingga menghasilkan rumput laut yang memiliki mutu dan kualitas yang baik. Hal ini merupakan salah satu strategi berupa salah satu implikasi kebijakan yang dicanangkan Kementerian Kelautan dan Perikan untuk fokus pada proses budidaya rumput laut serta menjamin ketersediaan pasokan bahan baku industri melalui peningkatan standarisasi sumber daya manusia serta transformasi teknologi budidaya, dari pra panen hingga pasca panen, perluasan segmen pasar dan pengembangan pola distribusi pengembangan pemasaran. Sementara dalam memanfaatkan potensi sumber daya alam yang dimiliki Indonesia, peningkatan produksi rumput laut juga dapat dilakukan melalui memanfaatkan sebagian besar luas area budidaya rumput laut potensial yang belum dimanfaatkan. Mengingat selama ini hanya sekitar dua puluh persen dari luas area budidaya potensial yang baru dimanfaatkan. Terkait dengan permasalahan di tingkat on farm, pengaruh produksi rumput laut yang signifikan terhadap peningkatan daya saing hasil olahan rumput laut, merupakan salah satu strategi yang turut mendukung salah satu rekomendasi kebijakan yang direncanakan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan meningkatkan produksi bahan baku untuk menjamin kontinuitas bahan baku rumput laut.

29

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Berdasarkan analisis keunggulan komparatif (Revealed Comparative Advantage) daya saing hasil olahan rumput laut di enam besar negara tujuan ekspor, Indonesia memiliki posisi daya saing yang kuat dengan nilai RCA yang lebih dari satu pada negara Denmark, Italia, Jerman dan United Kingdom. Sementara pada negara Jepang dan USA hasil olahan rumput laut Indonesia baru memiliki daya saing yang kuat dengan nilai RCA yang lebih besar dari satu pada beberapa tahun tertentu.

2. Faktor-faktor yang memengaruhi daya saing hasil olahan rumput laut Indonesia adalah harga ekspor hasil olahan rumput laut Indonesia, produktivitas industri pengolahan rumput laut, produksi rumput laut Indonesia, nilai ekspor negara pesaing Filipina dan dummy krisis, sedangkan faktor yang tidak berpengaruh terhadap daya saing hasil olahan rumput laut Indonesia adalah nilai tukar riil. 3. Strategi peningkatan daya saing hasil olahan rumput laut berupa

mengembangkan klaster industri pengolahan rumput laut dan meningkatkan produksi rumput laut nasional sehingga dapat meningkatkan ekspor hasil olahan rumput laut.

Saran

Peningkatan daya saing hasil olahan rumput laut Indonesia dapat dilakukan dengan beberapa cara. Terutama pada penelitian ini terdapat dua variabel yang dapat diintervensi oleh pemerintah Indonesia diantaranya produksi rumput laut nasional dan produktivitas industri pengolahan. Sebagai salah satu sistem agribisnis yang reintegrasi dari hulu ke hilir maka diperlukan kerja sama pemerintah terkait seperti Kementerian Kelautan dan Perikanan serta Kementerian Perindustrian untuk mengembangkan roadmap (perencanaan) sistem rantai nilai yang terintegrasi mulai dari produksi rumput laut di tingkat pembudidaya hingga pendistribusiannya ke tingkat industri pengolahan rumput laut agar tercipta kekontinyuan pemenuhan

Dokumen terkait