• Tidak ada hasil yang ditemukan

Statistik Deskriptif Variabel-Variabel

Sektor perbankan merupakan sektor yang sangat penting bagi kestabilan sistem finansial dan ekonomi suatu negara karena menjadi sumber utama pembiayaan untuk investasi maupun konsumsi. Peran perbankan yang sangat krusial tersebut mengharuskan perbankan menjaga dan meningkatkan kinerjanya. Efisiensi menjadi salah satu indikator untuk mengukur kinerja suatu lembaga atau perusahaan termasuk bank (Ana 2012). Pada subbab ini akan dianalisis efisiensi untuk setiap negara di kawasan ASEAN-5 berdasarkan fungsi biaya (cost function) di masing-masing bank dengan pendekatan time-invariant model dan

time-varying decay model meggunakan metode SFA.

- 5 10 15 20 25 30 35 40 - 2 4 6 8 To tal B iaya (R p. M ) Aset Tetap (Rp. T) BRI BNI Mandiri BCA Danamon Permata - 1 2 3 4 5 6 7 - 1 2 3 To tal B iaya (S $ M ) Aset Tetap (S$ M) UOB OCBC DBS - 2 4 6 8 10 12 14 16 - 1 2 To tal B iaya (R M M ) Aset Tetap (RM M) CIMB Public RHB Affin HLB - 10 20 30 40 50 60 70 80 90 - 20 40 60 To tal B iaya (B aht M )

Aset Tetap (Baht M)

Bangkok Krungthai Siam Ayudhya Kasikorn - 10 20 30 40 50 60 70 - 10 20 30 T o ta l B ia y a ( PH P M ) Aset Tetap (PHP M) BDO BPI PNB LandBank

Sumber: Laporan Keuangan Publikasi Bank (2012) diolah Gambar 15 Hubungan total biaya dengan aset tetap tahun 2012

Tabel 2 merupakan statistik deskriptif variabel-variabel output, input, dan

fixed netput yang digunakan dalam penelitian ini. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian diukur dalam satuan milyar rupiah dengan mengkonversi mata uang masing-masing negara ke dalam mata uang negara Indonesia selama periode 2005 sampai 2012. Hal ini bertujuan untuk melihat kondisi secara umum perbankan di kawasan ASEAN-5 berdasarkan nilai variabel- variabel yang digunakan sehingga dapat dilakukan perbandingan kondisi perbankan antar negara di kawasan ASEAN-5.

Tabel 2 Statistik veskriptif variabel output ,input, dan fix netputs

Variabel Unit Indonesia Singapura Malaysia Thailand Filipina C Rp. Milyar 16,083.16 34,376.19 14,419.19 15,225.43 6,214.55 y1 Rp. Milyar 127,020.20 774,579.90 233,657.40 283,751.70 58,314.87 y2 Rp. Milyar 48,667.47 227,725.30 65,124.92 55,815.14 28,959.65 y3 Rp. Milyar 22,420.43 134,680.10 9,227.42 38,204.18 17,571.36 w1 % 5.03 2.12 2.66 2.07 2.55 w2 % 1.92 0.56 0.73 0.96 1.28 w3 % 177.92 87.81 150.40 41.07 65.87 z Rp. Milyar 2,887.51 11,131.09 2,105.83 13,226.23 3,830.17 Keterangan : y1= total biaya; y2= total kredit; y3= penerimaan aset lainnya; w1=biaya pendanaan

(price of fund); w2= biaya tenaga kerja (price of labour); w3= biaya modal (price of capital); z=

aset tetap

Sumber : Hasil Pengolahan

Tabel 2 merupakan nilai rata-rata dari setiap variabel yang digunakan. Bank-bank di Singapura menjadi memiliki rata-rata total biaya (C) tertinggi sebesar Rp. 34,376.19 milyar diiukuti dengan Indonesia, Thailand, dan Filipina dengan total biaya terendah sebesar Rp. 6,214.55 milyar. Hal ini menunjukkan adanya gap yang cukup tinggi antara bank-bank di Singapura dan bank-bank di negara lainnya.

Bank-bank di Singapura juga memiliki nilai rata-rata tertinggi untuk setiap variabel output yang digunakan dalam penelitian ini. Rata-rata total kredit (y1)

yang disalurkan oleh bank-bank di Singapura sebesar Rp. 774,579.90 milyar. Lain halnya dengan total biaya, Thailand menjadi negara yang mampu menyalurkan kredit tertinggi kedua dengan nilai rata-rata sebesar Rp. 283,751.7 milyar diiukuti oleh Malaysia, Indonesia dan Filipina. Nilai rata-rata sekuritas yang dimiliki bank-bank Singapura sebesar Rp. 227,725.3 milyar diikuti oleh Malaysia, Thailand, Indonesia, dan Filipina. Sementara itu, nilai rata-rata penerimaan aset lainnya yang dimiliki oleh bank-bank Singapura sebesar Rp. 134,680.10 milyar. Indonesia hanya memiliki total penerimaan aset lainnya sebesar Rp. 22,420.43 milyar atau berada di bawah Thailand dan di atas Filipina dan Malaysia. Kondisi tersebut menunjukkan masih adanya gap yang cukup tinggi antara bank di suatu negara dengan bank di negara lainnya yang berada di kawasan ASEAN-5. Perbedaan yang cukup tinggi tersebut disebabkan oleh perbedaan aset yang cukup besar antara bank-bank di negara-negara tersebut. Bank-bank di Singapura diketahui memiliki total aset yang lebih tinggi dibandingkan bank-bank di Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Filipina.

Lain halnya dengan variabel input price (w), Indonesia memiliki rasio biaya-biaya yang lebih tinggi dibandingkan dengan negara lainnya. Rata-rata rasio total dana (w1) yang dimiliki bank-bank Indonesia dalam penelitian ini sebesar

5.03%, sedangkan, rata-rata rasio total dana terendah dimiliki oleh Thailand yaitu sebesar 2.07%. Besarnya rasio tersebut menunjukkan bahwa. bank-bank di Indonesia masih menerapkan tingkat suku bunga yang cukup tinggi dibandingkan dengan negara lainnya.

Sementara itu, rata-rata rasio biaya tenaga kerja (w2) Indonesia sebesar

1.92% sedangkan Singapura memiliki rasio biaya tenaga kerja terendah yaitu sebesar 0.56%. Rasio biaya modal (w3) yang dimiliki bank-bank di Indonesia rata-

rata sebesar 177.92% sedangkan Thailand sebesar 41.07 % yang memiliki rasio terendah. Sementara itu, dari sisi aset tetap (z) Thailand memiliki nilai rata-rata tertinggi yaitu sebesar Rp. 13,226.23 milyar. Nilai rata-rata aset tetap terendah dimiliki oleh Malaysia yaitu sebesar Rp. 2,105.83 milyar. Hal ini menunjukkan adanya gap yang cukup tinggi.

Pengukuran efisiensi biaya perbankan lintas negara tidak cukup mengandalkan informasi dari kinerja bank itu sendiri. Perbedaan kondisi masing- masing negara seperti kebijakan dari otoritas terkait, kepemilikan bank, bahkan nasabah bank dapat menyebabkan perbedaan efisiensi bank-bank tersebut (Kosak dan Zoric 2009). Selain itu, penggunaan variabel-variabel tersebut mampu meningkatkan nilai efisiensi yang diperoleh pada hasil estimasi. Oleh karena itu, penelitian ini akan menganalisis efisiensi bank-bank di kawasan ASEAN dengan menggunakan variabel eksogen. Deskripsi statistik variabel eksogen dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Statistik deskriptif variabel eksogen

Variabel Unit Indonesia Singapura Malaysia Thailand Filipina ETA % 10.61 9.31 7.15 9.58 10.23 ROE % 22.29 11.84 16.40 13.40 12.15

INT % 2.65 3.49 1.67 3.01 3.81

GDPCap US$ 1,422.38 30,878.26 5,963.88 2,914.50 1,300.41 Sumber : Hasil Pengolahan

Tingkat Efisiensi Bank dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Hasil estimasi fungsi biaya untuk sampel bank di kawasan ASEAN-5 selama periode 2005-2012 tersaji pada tabel 4. Hasil estimasi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan time-invariant dan time-varying decay. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini dalam bentuk logaritma natural sehingga dapat di intepretasi sebagai elastisitas biaya (Kosak dan Zoric 2009).

Secara umum hasil estimasi dari model SFA menunjukkan hasil yang cukup baik, terlihat dari tingkat signifikan koefisien parameter yang sebagian besar signifkan pada taraf nyata 5% dan 10% (berdasarkan nilai statistik uji-t). Secara keseluruhan nilai statistik uji Wald (Wald Chi-sq) di atas menunjukkan bahwa model tersebut sudah baik.

Tabel 4 Hasil estimasi fungsi biaya menggunakan metode SFA Variabel Dependen : lnC (Total Cost)

Variabel Independen Time-Invariant Model

Time-Varying Decay Model

Coef. Prob. Coef. Prob.

lny1 0.429 0.000** 0.512 0.000** lny2 0.133 0.000** 0.096 0.001** lny3 0.063 0.000** 0.053 0.000** w1 0.131 0.000** 0.137 0.000** w2 0.062 0.071* 0.060 0.104 w3 0.002 0.000** 0.002 0.000** lnz 0.198 0.000** 0.195 0.000** eta 0.004 0.536 0.005 0.391 roe 0.003 0.173 0.004 0.048** lngdpcap 0.035 0.181 0.012 0.771 int 0.005 0.089* 0.005 0.060* dum_cris 0.083 0.001** 0.073 0.002** constant 3.097 0.000** 2.062 0.084* Wald Chi-sq 2540.18 1829.34 Prob. 0.0000 0.0000 Loglikelihood 145.0198 147.5556 η 0.058

Keterngan : **signifikan pada taraf 5%; *signifikan pada taraf 10% Sumber : Hasil Pengolahan

Pada model time-invariant terlihat bahwa hampir semua variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini berpengaruh secara signifikan, kecuali variabel ROE, ETA, dan GDP per capita. Variabel-variabel output memiliki tanda koefisien yang positif. Koefisien total kredit (y1) yang diperoleh dari hasil

estimasi sebesar 0.4291, artinya jika terjadi kenaikan kredit yang disalurkan oleh bank sebesar 1% diduga akan meningkatkan total biaya sebesar 0.429%, cateris paribus. Dengan kata lain peningkatan pada kredit yang disalurkan oleh bank akan menurunkan tingkat efisiensinya. Variabel total kredit memiliki koefisien estimasi yang lebih tinggi dibandingkan variabel output lainnya, sehingga variabel ini diduga lebih mempengaruhi dibandingkan variabel lainnya.

Sementara itu, dari sisi variabel input juga menunjukkan hal yang sama. Variabel rasio biaya bunga terhadap total aset (w1) memiliki koefisien estimasi

tertinggi yaitu 0.131, artinya apabila terjadi kenaikan rasio biaya bunga sebesar 1% diduga akan meningkatkan total biaya yang harus dikeluarkan oleh bank sebesar 0.1295%, cateris paribus. Peningkatan pada masing-masing biaya input ini tentunya akan meningkat total biaya yang dikeluarkan sehingga peningkatan pada total biaya akan menurunkan tingkat efisiensi biayanya, cateris paribus.

Variabel fixed netput yang digunakan dalam penelitian ini yaitu aset tetap berpengaruh secara signifikan terhadap total biaya. Hasil estimasi menunjukkan koefisien aset tetap (lnz) memiliki tanda positif, artinya kenaikan aset tetap sebesar 1% diduga akan meningkatkan total biaya sebesar 0.198%, cateris paribus. Dengan kata lain, jika terjadi peningkatan aset tetap akan menurunkan

tingkat efisiensinya. Hal ini disebabkan karena peningkatan aset tetap suatu bank akan meningkatkan biaya operasional seperti biaya perawatan atau biaya tetap sehingga akan meningkatkan total biaya yang harus ditanggung oleh bank sehingga efisiensi biaya akan menurun.

Variabel makroekonomi yang digunakan dalam penilitian ini yaitu tingkat suku bunga riil (INT) berpengaruh signifikan dan positif terhadap total biaya, sedangkan variabel GDP per capita tidak berpengaruh signifikan. Koefisien tingkat suku bunga sebesar 0.005, artinya jika terjadi kenaikan tingkat suku bunga sebesar 1% diduga akan meningkatkan biaya 0.005%, cateris paribus. Peningkatan tingkat suku bunga bank sentral diiukuti oleh peningkatan tingkat suku bunga masing-masing bank terutama tingkat suku bunga kredit dan suku bunga bond. Kenaikan suku bunga akan meningkatkan biaya yang dikeluarkan oleh bank terutama biaya bunga sehingga akan meningkatkan total biaya yang dikeluarkan. Dengan kata lain, efisiensi biaya bank tersebut akan menurun. Hasil ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan Fries dan Taci (2004). Sementara itu, variabel-variabel karakteristik bank yaitu rasio ekuitas terhadap total biaya (ETA) dan return on equity (ROE) tidak berpengaruh signifikan terhadap total biaya. Artinya perubahan pada variabel-variabel tersebut tidak mampu meningkatkan/menurunkan tingkat efisiensi biayanya.

Hasil estimasi terhadap variabel output, input, dan fixed netput dengan pendekatan time-varying decay memiliki sedikit perbedaan dengan pendekatan

time-invariant. Variabel-variabel estimasi memiliki koefisien yang lebih tinggi dibanding koefisien yang diperoleh dari pendekatan time-invariant. Perbedaan hasil estimasi lainnya dari kedua pendekatan tersebut terletak pada variabel eksogen yaitu variabel makroekonomi dan variabel karakteristik bank. Pada tabel 4 variabel ROE tidak berpengaruh secara signifikan dengan total biaya pada pendekatan time-invariant, sedangkan pada pendekatan time-varying decay

variabel ROE memiliki pengaruh signifikan terhadap total biaya pada taraf nyata 5%. Variabel ROE berpengaruh positif dengan koefisien yang diperoleh sebesar 0.048, artinya jika terjadi kenaikan ROE sebesar 1% akan meningkatkan total biaya sebesar 0.048%, cateris paribus. Return on equity yang lebih tinggi menunjukkan profitabilitas yang lebih tinggi. Profitabilitas yang lebih tinggi mengindikasikan efisiensi biaya yang lebih rendah. Sementara itu, variabel input yaitu rasio biaya tenaga kerja, GDP per capita, dan ETA tidak berpengaruh signifikan terhadap total biaya pada pendeketan time-varying decay. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan pada kedua variabel tersebut tidak mampu meningkatkan/menurnunkan efisiensi biayanya. Hasil estimasi ini memiliki kesamaan dengan estimasi yang dilakukan Fries dan Taci (2004). Selain itu, penelitian ini juga menggunakan variabel dummy untuk melihat pengaruh krisis global yang terjadi pada tahun 2008. Hasil estimasi pada tabel 2 menunjukkan bahwa variabel dummy berpengaruh signifikan dan memiliki hubungan positif dengan total biaya baik pendekatan time-invariant maupun pendekatan time- varying decay.

Hasil estimasi dengan pendekatan time-varying decay menghasilkan variabel η (dibaca: eta). Variabel tersebut dapat memberikan gambaran efisiensi dari bank-bank tersebut apakah mengalami peningkatan atau penurunan selama kurun waktu periode penelitian (Battese dan Coelli 1992). Pada Tabel 4 parameter estimasi η pada fungsi biaya bernilai 0.058 (positif) artinya dalam penelitian ini

terjadi peningkatan efisiensi biaya selama periode penelitian. Dari hasil estimasi tersebut dijelaskan bahwa telah terjadi perubahan tingkat efisiensi pada bank-bank di kawasan ASEAN-5 yaitu cenderung meingkat. Dengan kata lain, bahwa selama periode amatan variabel-variabel input yang signifikan yaitu tingkat suku bunga riil dan ROE terhadap biaya dan akan meningkatkan biaya yang harus ditanggung oleh suatu bank, sehingga akan menurunkan tingkat efisiensi biayanya.

Hasil estimasi tersebut selanjutnya dapat dihitung besaran efisiensi dari nilai residualnya. Nilai efiisensi berkisar antara 0 dan 1. Efisiensi bernilai 1 menunjukkan bank yang paling efisien dalam sampel pada periode tertentu dan efisiensi bernilai 0 atau mendekati 0 menunjukkan bank yang kurang efisien atau tidak efisien dalam sampel pada periode tertentu. Tabel 4 menyajikan nilai dari efisiensi yang dihitung berdasarkan masing-masing bank berdasarkan hasil estimasi dengan pendekatan time-invariant model dan time-varying decay model. Semakin tinggi nilai efisiensi suatu bank menunjukkan bahwa semakin efisien bank tersebut mengelola faktor input yang digunakan.

Tabel 5 Perbandingan nilai efisiensi bank-bank di kawasan ASEAN-5 menggunakan pendekatan time-invariant dan time-varying decay model

Kode Bank Nama Bank Time-invariant Kode Bank Nama Bank Time-varying decay 15 Danamon 0.840 15 Danamon 0.846 41 Bangkok 0.781 42 Krungthai 0.790 22 OCBC 0.781 41 Bangkok 0.789 21 UOB 0.771 43 Siam 0.781 42 Krungthai 0.764 45 Kasikorn 0.766 16 Permata 0.762 16 Permata 0.759 43 Siam 0.761 44 Ayudhya 0.758 45 Kasikorn 0.751 22 OCBC 0.758 34 Affin 0.749 21 UOB 0.757 44 Ayudhya 0.744 34 Affin 0.725 35 HLB 0.718 11 BRI 0.701 54 Landbank 0.714 23 DBS 0.693 23 DBS 0.711 32 Public 0.689 52 PNB 0.699 35 HLB 0.685 33 RHB 0.688 33 RHB 0.684 11 BRI 0.683 52 PNB 0.661 51 BDO 0.682 51 BDO 0.654 32 Public 0.674 54 Landbank 0.647 12 BNI 0.587 13 Mandiri 0.579 13 Mandiri 0.579 12 BNI 0.575 31 CIMB 0.557 31 CIMB 0.559 53 BPI 0.536 14 BCA 0.519 14 BCA 0.531 53 BPI 0.514

Sumber: Hasil Pengolahan

Berdasarkan Tabel 5 terlihat bahwa dari kedua pendekatan yaitu time- varying decay dan time-invariant menghasilkan perhitungan yang tidak jauh

berbeda. Dalam penelitian ini bank Danamon memiliki nilai efisiensi tertinggi pada kedua pendekatan yaitu masing-masing 0.840 dan 0.846. Bank BCA memiliki nilai efisiensi terendah pada pendekatan time-invariant yaitu 0.531 sedangkan bank BPI memiliki nilai efisiensi terendah dengan pendekatan time- varying yaitu sebesar 0.514.

Pengelompokan nilai efisiensi biaya dapat dikelompokkan menjadi empat kategori dengan menggunakan persentil kuartil lebih kurang standar deviasi, berdasarkan pendekatan time-varying decay yaitu:

1. Nilai efisiensi biaya kurang dari 0.651 adalah bank dengan kategori tidak efisien.

2. Nilai efisiensi biaya antara 0.651 hingga 0.693 adalah bank dengan kategori kurang efisien.

3. Nilai efisiensi biaya antara 0.693 hingga 0.759 adalah bank dengan kategori cukup efisien.

4. Nilai efisiensi biaya lebih dari atau sama dengan 0.759 adalah bank dengan kategori efisien

Untuk melihat sebaran nilai efisiensi dalam sampel penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Distribusi nilai efisiensi dengan pendekatan time-varying decay model

Nilai Efisiensi Frekuensi Persentase

NE < 0.651 6 26.1

0.651 < NE < 0.693 5 21.7 0.693 < NE < 0.759 6 26.1

NE > 0.759 6 26.1

Sumber: Hasil Pengolahan

Bank dengan tingkat efisiensi biaya kurang dari 0.6653 berjumlah 6 bank atau sekitar 26%. Jumlah yang sama juga dimiliki oleh bank yang telah mencapai tingkat cukup efisien dan efisien. Diantara bank-bank yang masuk ke dalam kategori tidak efisien sebagian besar berasal dari Filipina, sedangkan bank-bank yang telah mencapai kategori efisien berasal dari Thailand.

Sedangkan untuk pengelompokan nilai efisiensi biaya dengan menggunakan persentil kuartil lebih kurang standar deviasi berdasarkan pendekatan time- invariant yaitu:

1. Nilai efisiensi biaya kurang dari 0.678 adalah bank dengan kategori tidak efisien.

2. Nilai efisiensi biaya antara 0.678 hingga 0.716 adalah bank dengan kategori kurang efisien.

3. Nilai efisiensi biaya antara 0.716 hingga 0.762 adalah bank dengan kategori cukup efisien.

4. Nilai efisiensi biaya lebih dari atau sama dengan 0.762 adalah bank dengan kategori efisien

Tabel 7 Distribusi nilai efisiensi dengan pendekatan time- invariant model

Nilai Efisiensi Frekuensi Persentase

NE < 0.678 6 26.1

0.678 < NE < 0.716 6 26.1 0.716 < NE < 0.762 4 17.4

NE > 0.762 7 30.4

Sumber: Hasil Pengolahan

Distribusi nilai efisiensi dengan menggunakan pendekatan time-invariant

menunjukkan hasil yang berbeda dengan hasil yang diperoleh menggunakan pendekatan sebelumnya. Berdasrkan Tabel 7 bank dengan tingkat efisiensi biaya kurang dari 0.678 berjumlah 6 bank atau sekitar 26% bank-bank di kawasan ASEAN-5 belum beroperasi secara efisien. Sedangkan bank yang telah mencapai tingkat efisien berjumlah 7 atau sekitar 30%.

Berdasarkan hasil perhitungan nilai efisiensi masing-masing bank, kemudian dihitung nilai efisiensi berdasarkan masing-masing negara sehingga diharapkan mampu menggambarkan kondisi efisiensi perbankan di masing- masing negara. Nilai efisiensi yang dihasilkan merupakan nilai rata-rata dari nilai efisiensi bank-bank yang beroperasi di masing-masing negaranya. Tabel 8 menyajikan perbandingan nilai efisiensi biaya perbankan di masing-masing negara.

Tabel 8 Perbandingan nilai efisiensi perbankan ASEAN-5 dengan pendekatan time-varying decay model

Negara Time-varying decay Time-invariant

Indonesia 0.663 0.664

Singapura 0.736 0.754

Malaysia 0.669 0.677

Thailand 0.777 0.760

Filipina 0.619 0.658

Sumber: Hasil Pengolahan

Nilai efisiensi biaya bank tertinggi dimiliki oleh perbankan Thailand dengan rata-rata nilai efisiensi sebesar 0.777 pada pendektan time-varying decay. Besarnya nilai tersebut menunjukkan bahwa perbankan Thailand beroperasi secara efisien sebesar 77.7% atau terdapat 22.3% efisiensi biaya yang masih bisa dimanfaatkan oleh perbankan Thailand. Sementara itu, perbankan Indonesia memiliki rata-rata efisiensi biaya sebesar 0.663, artinya perbankan Indonesia hanya mampu beroperasi secara efisien sebesar 66.3% atau terdapat 33.7% efisiensi biaya yang masih bisa dimanfaatkan oleh perbankan di Indonesia. Perbankan Filipina memiliki efisiensi biaya terendah di kawasan ASEAN-5 dengan rata-rata sebesar 0.619, artinya perbankan Filipina beroperasi secara efisien sebesar 61.9% atau terdapat 38.1% efisiensi biaya yang masih bisa dimanfaatkan oleh perbankan Filipina.

Pada tabel 7 menunjukkan perbedaan nilai efisiensi yang tidak terlalu signifikan antara pendekatan time-invariant dan time varying decay. Perbankan

Thailand juga memiliki nilai efisiensi tertinggi baik pada pendekatan time- invariant yaitu 0.760, sedangkan nilai efisiensi terendah dimiliki oleh perbankan Filipina dengan nilai efisiensi sebesar 0.658.

Penyebab rendahnya nilai efisiensi yang dimiliki oleh bank-bank di Indonesia karena masih tingginya tingkat suku bunga baik suku bunga tabungan maupun suku bunga kredit. Pada tahun 2012 suku bunga tabungan di Indonesia sebesar 5.95% dan suku bunga kredit mencapai 11.8%. Sebagai perbandingan suku bunga tabungan dan kredit di Malaysia masing-masing sebesar 3% dan 5%, Singapura 0.14% dan 5.38%, Thailand sebesar 2.8% dan 7.1%, bahkan Filipina sebesar 3.16% dan 5.68% (World Bank 2012). Tingkat suku bunga tersebut terutama tingkat suku bunga deposito akan mempengaruhi kepada beban bunga yang ditanggung oleh bank. Dalam hal ini, semakin tinggi tingkat suku bunga deposito atau tabungan, biaya bunga yang ditanggung bank akan semakin tinggi pula sehingga total biaya yang ditanggung menjadi lebih besar. Dengan demikian, tingkat efisiensi biaya bank akan semakin rendah.

Faktor lainnya yang menyebabkan nilai efisiensi bank-bank Indonesia rendah yaitu besarnya biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. Besarnya biaya tenaga kerja tersebut disebabkan beberapa bank di Indonesia memiliki tenga kerja yang lebih banyak. Seperti diketahui Indonesia merupakan salah satu negara dengan penduduk terbesar dan tersebar di pulau-pulau. Untuk menjangkau penduduk yang berada di desa terpencil umumnya bank akan membuka cabang/unit usaha di daerah tersebut dan tentunya akan menambah biaya operasional bank. Sehingga biaya operasional baik untuk merekrut karyawan maupun biaya operasional lainnya. Selain itu, menurut Khakim (2012) biaya operasional bank-bank di Indonesia juga terbilang cukup tinggi. Salah satu komponen biaya operasional yang memiliki proporsi cukup besar yaitu dari biaya promosi. Besarnya biaya promosi tersebut mampu meningkatkan rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) bank semakin tinggi yang menunjukkan bank beroperasi semakin tidak efisien.

Selain itu, perbankan Indonesia memiliki kantor cabang yang cukup banyak sekitar 18,000, namun hanya mampu menjangkau 20% penduduk produktifnya. Sementara itu, perbankan Malaysia memiliki jumlah kantor cabang yang lebih sedikit dari Indonesia yaitu sekitar 15,000, namun telah mampu menjangkau 66% masyrakat produktifnya. Perbankan Thailand bahkan memiliki jumlah kantor cabang yang lebih banyak dari Indonesia yaitu sekitar 56,000, namun telah mampu menjangkau sekitar 77% penduduknya. Hal ini mengindikasikan bahwa perbankan di Indonesia masih belum beroperasi secara efisien.

Dokumen terkait