• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada penelitian ini, konsumen (petani) di Kecamatan Bangsalsari yang diambil menjadi responden adalah sebanyak 50 orang petani. Petani yang menjadi responden adalah Petani yang bersedia diwawancarai dengan pengisian kuesioner dan memenuhi persyaratan pernah menggunakan benih kedelai penangkar Dewi Ratih dan Jalinan benih antar lapang yang aktif menggunakan atau tidak aktif menggunakan.Telah disinggung bahwa data penelitian di dalam proses pengumpulannya seringkali membutuhkan biaya waktu, dan tenaga yang besar, akan tetapi menurut Umar (2003) data itu menjadi tidak berguna bila alat pengukur yang digunakan tidak memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi. Karena itu agar hasil penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka diperlukan pengujian validitas dan reliabilitas yang sudah dilakukan pada sejumlah responden. Responden diminta untuk menyatakan apakah mereka setuju atau tidak setuju pada faktor yang mempengaruhi atau tidak mempengaruhi pada skala likert. Responden yang digunakan sejumlah 30 orang di luar responden penelitian. Menurut Umar (2003) dengan jumlah minimal 30 orang, distribusi skor nilai akan mendekati kurve normal. Pengujian validitas pada penelitian ini dilakukan menggunakan korelasi

spearman. Nilai korelasi yang dipersyaratkan dalam uji validitas ini apabila lebih besar atau sama dengan 0.30 (rxy ≥ 0.30) atau nilai signifikansinya ≤ α (α = 0.05), maka indikator tersebut dianggap valid.

Sedangkan reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsiten apabila alat ukur digunakan berulang kali (Umar 2003). Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui tingkat ketepatan alat ukur. Pengujian reliabilitas dilakukan menggunakan nilai Cronbach Alpha (α). Kriteria alpha (α) secara umum dinyatakan reliabel jika α ≥ 0.6. Penelitian ini menggunakan teknik pengukuran reliabilitas Cronbach karena skala yang digunakan adalah skala Likert (1-5). Skala Likert merupakan skala yang dapat memperlihatkan tanggapan konsumen terhadap karakteristik suatu produk. Hasil dari pengujian pada penelitian ini sudah dapat dibilang reliabel karena memiliki nilai Cronbach Alpha (α)≥ 0.6 yaitu sebesar 0.730. Hasil output uji validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada Lampiran 7 dan Lampiran 8.

Karakteristik Umum Petani

Dengan mempelajari informasi mengenai karakteristik petani dapat bermanfaat bagi pihak produsen terutama manajemen produksi dalam hal penetapan segmentasi, target pasar, dan positioning yang tepat. Segmentasi memberikan peluang bagi suatu usaha untuk menyesuaikan produk atau jasanya dengan permintaan konsumen secara efektif.

Umur

Berdasarkan hasil penelitian usia petani di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember didominasi oleh petani yang memiliki umur antara 46–65 dan di atas 65 tahun sebanyak 30 orang atau sebesar 60 persen. Hal ini menunjukan mayoritas petani di Kecamatan Bangsalsari merupakan yang sudah tua yang cenderung memiliki karakteristik sulit dipengaruhi. Pada umumnya petani yang

lebih tua memiliki karakteristik dalam usahataninya dengan menggunakan persepsi sendiri secara turun menurun sesuai dengan budayanya, sehingga sulit untuk menerima teknologi atau budaya baru dari luar.

Tabel 11 Karakteristik umur petani di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jemer pada Bulan Maret – April 2014

No Kategori Umur Jumlah Presentase (%)

1 20–45 Tahun 20 40 2 46–56 Tahun 17 34 2 57–65 Tahun 11 22 4 > 65 Tahun 2 4 Jumlah 50 100 Pendidikan

Berdasarkan pada karakteristik pendidikan mayoritas petani di kecamatan Bangsalsari telah mengikuti pendidikan secara formal. Akan tetapi, tingkat pendidikan formal didominasi oleh lulusan Sekolah Dasar sekitar 21 orang atau 46 persen. Semakin banyak rendahnya pendidikan akan berpengaruh pada rendahnya tingkat pengetahuan petani. Dibutuhkan tingkat pengetahuan dan tingkat pengalaman yang tinggi agar petani dapat memilih benih unggul secara selektif. Tingkat pendidikan petani berhubungan pada kecepatan dan tingkat pemahaman informasi petani pada saat penyuluhan lapang dengan baik. Hal ini berdampak pada kinerja dari pelaksanaan kegiatan usahatani.

Tabel 12 Karakteristik pendidikan petani di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember pada Bulan Maret – April 2014

No Kategori Pendidikan Jumlah Presentase (%)

1 Tidak Sekolah 3 6 2 SD / Sederajat 21 42 3 SMP / Sederajat 10 20 4 SMA / Sederajat 12 24 5 Perguruan Tinggi 4 8 Jumlah 50 100 Pendapatan

Karakteristik pendapatan merupakan suatu patokan bagi petani dalam menjalankan kegiatan usahataninya. Tingkat pendapatan usahatani sangat berhubungan dengan pengadaan input yang digunakan baik kualitas dan kuantitas. Luas tanam dan produktivitas usahatani juga mempengaruhi tingkat pendapatan petani. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian di Kecamatan Bangsalsari dapat diketahui bahwa tingkat pendapatan usahatani pada tingkat pendapatan antara 5 Juta-10 Juta Rupiah yaitu sebanyak 19 orang atau 38 persen. Tingkat pendapatan di bawah 5 Juta Rupiah sebanyak 11 orang atau 22 persen. Pada tingkat pendapatan 10 Juta–15 Juta rupiah dan pendapatan lebih dari 15 juta Rupiah sebanyak 20 orang atau 40 persen. Petani dengan pendapatan di bawah 5 Juta Rupiah memiliki luas lahan rata–rata 0.35 Ha dengan produktivitas 1.743 ton/ha. Petani dengan pendapatan 5 Juta–10 Juta Rupiah memiliki rata–rata luas lahan 0.56 Ha dengan

produktivitas 1.772 ton/ha. Petani dengan pendapatan 10 Juta–15 Juta Rupiah memiliki rata–rata luas lahan 0.93 Ha dan produktivitas 1.976 ton/ha. Sedangkan pada tingkat pendapatan lebih dari 15 Juta Rupiah memiliki rata–rata luas lahan 1.78 Ha dengan produktivitas 1.595 ton/ha. Data informasi luas lahan dan produktivitas yang dimiliki petani menunjukkan bahwa adanya manfaat penggunaan benih kedelai berkualitas. Petani dengan luas lahan yang luas belum tentu memiliki produktivitas yang tinggi juga. Sebaliknya, petani dengan luas lahan yang kecil juga memiliki pendapatan dan produktivitas yang tinggi.

Tabel 13 Karakteristik pendapatan petani di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember pada Bulan Maret–April 2014

No Kategori Pendapatan Usahatani Jumlah Presentase (%)

1 < 5 Juta Rupiah 11 22

2 5 – 10 Juta Rupiah 19 38

3 10 – 15 Juta Rupiah 10 20

4 >15 Juta Rupiah 10 20

Jumlah 50 100

Status Kepemilikan Lahan

Karakteristik kepemilikan lahan merupakan suatu identitas lahan yang dimiliki seseorang. Adanya status kepemilikan lahan ini akan berpengaruh pada kegiatan pengelolaan lahan usahatani seperti persiapan pengadaan input pertanian salah satunya yaitu dalam pemilihan benih unggul yang akan digunakan pada masing–masing pemilik lahan. Dari hasil penelitian mayoritas petani di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember yaitu sebanyak 38 orang atau 76 persen merupakan pemilik lahan sendiri sekaligus penggarap. Petani yang memiliki lahan sendiri sekaligus penggarap akan mempermudah dalam kegiatan usahataninya terutama dalam pemilihan benih unggul. Petani akan lebih mengerti kondisi dan keadaan lahan yang dimilikinya, sehingga saat memilih benih akan disesuaikan dengan kondisi eksternal lahan seperti kadar tanah, suhu, cuaca, dan lain sebagainya. Sedangkan sebanyak 5 orang atau 10 persen adalah menyewa dan sebanyak 4 orang atau 8 persen ialah lahan milik sendiri sekaligus menggarap serta menyewa lahan orang lain. Status kepemilikan lahan milik sendiri tanpa menggarap paling sedikit yaitu 3 orang atau 6 persen.

Tabel 14 Karakteristik status kepemilikan lahan petani di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember pada Bulan Maret–April 2014

No Kategori Status Kepemilikan Lahan Jumlah Presentase (%)

1 Milik Sendiri Sekaligus Penggarap 38 76

2 Milik Sendiri Tanpa Menggarap 3 6

3 Sewa 5 10

4 Milik Sendiri,Sekaligus menggarap dan Sewa

4 8

Proses Keputusan Pembelian dan Pemilihan Benih Unggul Kedelai Setelah mengetahui karakteristik konsumen (petani) yang memiliki keberagaman juga diperlukan pengetahuan produsen terhadap petani saat menjalani proses pengambilan keputusan dalam memilih benih unggul. Proses pengambilan keputusan memiliki beberapa tahap yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan pasca pembelian. Produsen benih harus mengetahui proses keputusan pembelian agar dapat mengetahui tujuan dan motivasi konsumen (petani) untuk membeli benih kedelai. Produsen dapat mengetahui kriteria utama apa yang dipilih, mengetahui sumber informasi utama yang paling mempengaruhi, mengetahui sikap petani jika terdapat perubahan dari produsen baik harga maupun ketersediaan, serta perilaku dan sikap petani setelah melakukan pembelian dan penggunaan. Hal–hal seperti ini akan membantu produsen benih baik penangkar maupun pemerintah dalam menyusun strategi pemasaran dan kebijakan dalam memenuhi kebutuhan benih kedelai. Hasil dan pembahasan pada proses pengambilan keputusan dapat dilihat dari uraian berikut. Pengenalan Kebutuhan

Proses pengenalan kebutuhan perlu diketahui oleh pemerintah maupun penangkar benih untuk mengetahui hal yang memicu dan yang paling mempengaruhi petani dalam meningkatkan minat beli mereka. Proses pengambilan keputusan tersebut juga dapat digunakan sebagai rencana strategi pemasaran untuk pihak penangkar benih maupun pemertintah dalam memasarkan benih maupun memenuhi kebutuhan benih petani yang sesuai dengan keinginannya.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa motivasi tertinggi petani dalam melakukan usahatani kedelai di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember ialah untuk memperoleh keuntungan (Tabel 15) sejumlah 39 orang atau 78 persen. Walaupun alasan petani melakukan kegiatan usahataninya untuk memperoleh keuntungan akan tetapi petani juga memperhitungkan sebagian keuntungan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga pribadinya. Motivasi utama petani dalam mencari keuntungan karena pada dasarnya petani melakukan usaha dengan mencari keuntungan yang maksimal.

Tabel 15 Motivasi petani dalam melakukan usahatani kedelai di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember pada Bulan Maret – April 2014

No Alasan atau Motivasi Jumlah Presentase (%)

1 Memperoleh Keuntungan 39 78

2 TurunMenurun 10 20

3 Memenuhi Kebutuhan Sendiri 1 2

Jumlah 50 100

Selain mendapatkan keuntungan, secara tidak langsung hasil dari kegiatan usahatani digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup petani beserta keluarganya dalam mencukupi kebutuhan pribadi. Kebutuhan pribadi sangat banyak, baik untuk kebutuhan pendidikan, kebutuhan sandang, pangan, papan serta kebutuhan biaya dalam berusahatani. Semakin besar keuntungan yang diperoleh petani, semakin baik bagi kehidupan petani. Keputusan petani dalam memilih varietas unggul dan

bersertifikat pun menjadi hal yang penting bagi petani untuk memilih varietas benih unggul yang bersertifikat dengan harapan memberikan hasil panen yang tinggi (Tabel 16). Jika hasil panen tinggi kemungkinan besar pendapatanpun tinggi. Tabel 16 Motivasi petani berdasarkan alasan menggunakan benih unggul kedelai

di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember pada Bulan Maret–April 2014

No Alasan Menggunakan Benih Kedelai Bersertifikat

Jumlah Presentase (%)

1 Hasil panen yang lebih tinggi 45 90

2 Waktu Panen lebih cepat 5 10

Jumlah 50 100

Pencarian Informasi

Setelah konsumen (petani) telah memahami kebutuhannya, konsumen akan terpicu untuk mencari informasi lebih mendalam mengenai suatu produk. Informasi yang didapatkan petani dapat melalui produsen, toko sarana produksi, keluarga, ataupun teman sesama petani. Informasi yang didapatkan oleh petani akan mempengaruhi psikologi petani dalam memilih benih kedelai. Hal tersebut juga harus diketahui oleh produsen maupun pemerintah sebagai pengetahuan mereka dalam pemilihan strategi pemasaran. Salah satu strategi pemasaran pada analisis tersebut yaitu citra dari merek benih unggul yang dihasilkan produsen. Produsen benih harus dapat mengkomunikasikan produk benih kepada sumber informasi agar memiliki citra positif yang baik untuk digunakan melalui strategi promosi.

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 17 beberapa sumber informasi yang didapatkan oleh petani dalam memilih benih unggul kedelai. Dari data yang didapat terlihat bahwa 44 petani atau 88 persen petani mendapatkan sumber informasi dari teman sesama petani maupun PPL (Pembina Penyuluh Lapang). PPL dan teman sesama petani sangat mempengaruhi petani dalam memilih varietas benih unggul. Petani akan memilih benih unggul baik dari mutu, fitur dan kualitas, terlebih lagi benih memiliki sertifikasi sehingga meyakinkan petani dalam memilih benih unggul. PPL dan teman sesama petani memiliki peran utama dalam memberikan informasi terhadap petani untuk dijadikan pertimbangan dalam memilih dan membeli merek benih unggul.

Tabel 17 Sebaran presentase petani berdasarkan sumber mendapatkan informasi benih unggul kedelai di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember pada BulanMaret- April 2014

No Sumber Informasi Jumlah Presentase (%)

1 Produsen benih 2 4 2 Toko/ Kios 2 4 3 PPL 22 44 4 Kelompok Tani 22 44 5 Teman 2 4 6 Keluarga 0 0 Jumlah 50 100

Evaluasi Alternatif

Setelah mendapatkan dan mengolah informasi mengenai produk benih unggul yang didapat, tahap selanjutnya ialah melakukan proses penilaian dan evaluasi. Proses penilaian dilakukan dengan melakukan pertimbangan dari sikap petani yang telah mempengaruhinya. Petani akan menilai atribut produk dari masing–masing beberapa atribut dari produk yang ada berdasarkan kriteria yang dianggap relevan dengan kebutuhan yang diperlukan.

Petani yang memiliki pengalaman lebih banyak maka dia akan mudah untuk menilai tahapan evaluasi alternatif. Salah satu penyebab mudahnya petani untuk memilih karena pengaruh petani yang memiliki pengalam sebelumnya dan sampai merekomendasikan benih yang dipakai untuk teman sesama petani yang baru pemula. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat dilihat pada tabel 18 bahwa, kriteria utama yang dilakukan oleh semua petani dalam memilih benih unggul ialah mutu benih. Variabel pada mutu benih sangat mempengaruhi petani dalam melakukan evaluasi alternatif. Mutu benih menjadi evaluasi pertimbangan utama karena dalam penggunaan benih bermutu akan membuat hasil panen dan pendapatan lebih tinggi. Sebanyak 44 petani atau 88 persen petani mengutamakan kriteria benih bermutu dalam memilih. Sedangkan pada kriteria kedua yang dijadikan pertimbangan oleh petani ialah untuk memilih benih unggul kedelai Ketahanan hama penyakit sebesar 30 persen, Harga benih sebesar 9 orang atau 18 persen, serta kemudahan dalam mendapatkan benih sebesar 6 orang atau 12 persen, sedangkan sisanya yaitu 5 petani atau 10 persen masih ada yang memilih benih mutu benih kedelai sebagai kriteria kedua.

Tabel 18 Kriteria petani dalam mempertimbangkan pemilihan benih unggul kedelai di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember pada Bulan Maret–April 2014 No Kriteria Pertama Jumlah Presentase (%) Kriteria Kedua Jumlah Presentase

1 Mutu benih 44 88 Mutu Benih 5 10

2 Tahan hama 3 6 Tahan hama 30 60

3 Mudah didapat 0 0 Mudah didapat 6 12 4 Harga 2 4 Harga 9 18 5 Produsen 1 2 Produsen 0 Jumlah 50 100 Jumlah 50 100 Keputusan Pembelian

Setelah melakukan tahap evaluasi terhadap produk benih yang telah dicari, konsumen (petani) akan membangun niatan untuk memilih merek atau produk dan memutuskan untuk melakukan pembelian terhadap produk yang disukai. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa petani yang memilih produsen benih bersertifikat yaitu 28 petani atau 56 persen memilih produsen benih unggul bersertifikat penangkar lokal merek Dewi Ratih dengan binaan pemerintah daerah. Terdapat 2 petani atau 4 persen petani memilih produsen benih unggul bersertifikat Sang Hyang Sri milik BUMN. Sedangkan sisanya, sejumlah 20 petani atau 40 persen memilih benihunggul tetapi tidak berserifikat atau yang disebut Jabal (Jalinan Benih Antar Lapang)

Tabel 19 Presentase penggunaan produsen benih oleh petani di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember pada Bulan Maret–April 2014

No Produsen benih Jumlah Presentase (%)

1 Dewi Ratih 28 56

2 Sang Hyang Sri 2 4

3 Jabal 20 40

Jumlah 50 100

Pola tanam yang dilakukan oleh petani kedelai di Kecamatan Bangsalsari hanya pada musim tanam ketiga dan pada saat kemarau dua. Sehingga pada saat musim tanam banyak sekali para penangkar yang datang untuk menawarkan benihnya. Baik benih unggul bersertifikat dari penangkar lokal maupun benih unggul dari sesama petani, dan penangkar – penangkar benih lainnya. Dari hasil penelitian (Tabel 20) yang telah dilakukan bahwa sejumlah 34 petani atau 69 persen melakukan pembelianbenih unggul secara perorangan dan sekitar 15 petani atau 31 persen melakukan pembelian benih kedelai secara kolektif.

Tabel 20 Cara melakukan pembelian benih kedelai di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember pada Bulan Maret–April 2014

No Cara Pembelian Jumlah Presentase (%)

1 Secara Kolektif 15 31

2 Perorangan 34 69

Jumlah 50 100

Petani yang melakukan pembelian secara kolektif ialah petani yang memutuskan pembelian secara bersama-sama melalui kelompok tani. Petani yang membeli secara kolektif melakukan pembelian yang dikoordinir oleh ketua kelompok tani dan langsung membeli kepada penangkar. Biasanya petani telah melakukan pemesanan terlebih dahulu sebelum musim tanam. Hal tersebut dilakukan karena banyaknya pemesanan benih pada saat musim tanam, terkadang beberapa petani tidak kebagian dan harus membeli pilihan lainnya. Petani yang lebih memilih melakukan pembelian secara perorangan dikarenakan terkadang pilihan tiap petani tidak sama dengan pilihan kelompok tani, karena beberapa petani tidak kebagian benih unggul yang bermutu dan bersertifikat. Akan tetapi beberapa petani melakukan pembelian secara perorangan karena petani lebih mempercayai pada benih pilihan sendiri. Petani memilih membeli sendiri pada benih unggul yang dapat di kualifikasi sendiri, selain itu petani juga lebih memilih membeli sendiri karena ingin membeli benih di toko terdekat atau membeli kepada sesama petani. Selain menghemat biaya transportasi, petani lebih percaya terhadap pilihan benihnya sendiri.

Hasil Setelah Pembelian

Tahap proses keputusan petani dalam memilih benih unggul tidak hanya berakhir pada proses keputusan pembelian. Setelah melakukan pembelian, petani akan mengevaluasi hasil pembelian yang dilakukan. Petani akan mengalami level kepuasan ataupun tidak puas kepada produk benih yang telah diputuskan untuk dibeli. Pada saat inilah produsen benih seperti penangkar benih harus mengerti bagaimana perilaku pembeli pasca pembelian. Apabila terjadi sesutu pada produk kedelai apakah keadaan pasar akan konsisten. Kekonsistenan petani akan membeli lagi juga dapat dipengaruhi oleh harga yang meningkat ataupun ketersediaan benih yang tidak dapat dipenuhi. Harga dari suatu benih unggul kedelai yang bersertifikat dan memiliki bukti fisik yang bermutu dan baik akan mempertahankan petani untuk tetap membeli. Oleh karena itu jika ada kenaikan harga pada benih unggul kedelai yang bersertifikat maupun tidak jika menghasilkan produksi yang tinggi dan baik, akan membuat petani untuk melakukan pembelian ulang. Apabila benih kedelai unggul yang digunakan tidak memberikan kepuasan baik dari segi produksi maupun ketahanan, petani akan mencoba produk lain dan akan berpindah produsen. Dari hasil peneliatan dapat dilihat pada Tabel 21 bahwa dengan kondisi kenaikan harga atas benih yang di pilih oleh petani sebanyak 29 orang atau 58 persen tetap membeli benih. Sedangkan pada 21 orang atau sebesar 42 persen petani lebih memilih produsen lain. Petani yang memilih produsen lain biasanya memiliki rasa kurang puas atas benih unggul yang telah digunakan sebagai bahan input usahataninya.

Tabel 21 Tindakan petani terhadap kondisi kenaikan harga atas benih di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember pada Bulan Maret–April 2014

No Tindakan Jumlah Presentase (%)

1 Tetap Membeli 29 58

2 Mencari Alternatif ProdusenLain 21 42

Jumlah 50 100

Tidak hanya pengaruh harga pada benih unggul, Pemerintah maupun produsen benih juga harus mengetahui pengaruh jika persediaan dari benih unggul susah didapatkan untuk memenuhi kebutuhan benih yang diinginkan oleh konsumen. Petani bisa saja mencari benih unggul di tempat lain dengan produsen benih unggul yang sama, atau lebih membeli benih dari produsen lain, karena benih sangat dibutuhkan petani sebelum peralihan musim tanam kedelai. Dari hasil penelitian pada tabel 22 dapat dilihat bahwa sejumlah 28 petani atau 56 persen petani jika produsen benih unggul tidak dapat menyediakan benih unggul maka petani akan membeli benih kepada produsen lain. Sedangkan sisanya yaitu 22 petani atau sebesar 44 persen petani akan tetap mencari produk benih yang biasanya dibeli di tempat lain. Hal ini menjelaskan bahwa ketersediaan benih juga mempengaruhi petani dalam memilih benih unggul. Petani yang membeli di produsen lain kebanyakan petani yang ingin cepat mulai menanam kedelai pada musim tanamnya, sehingga cepat panen tanpa melihat prediksi hasil produksi. Sedangkan petani yang masih mencari produk benih yang biasa ditanam ialah petani yang ingin hasil produknya sama dengan hasil panennya yang sebelumnya, karena petani tahu bahwa kualitas benihnya akan menghasilkan produksi yang

tinggi dan mutu yang baik. Sehingga meskipun tidak cepat panen akan tetapi produksi kedelai yang dihasilkan sesuai dengan keinginannya.

Tabel 22 Tindakan petani terhadap kondisi ketersedian benih kedelai yang digunakan di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember pada Bulan Maret–April 2014

No Tindakan Jumlah Presentase (%)

1 Mencari di Tempat Lain 22 44

2 Membeli Produsen Lain 28 56

Jumlah 50 100

Setelah melakukam proses pembelian, petani akan memberikan sikap terhadap produk benih yang digunakan dengan harapan yang diinginkan petani, dengan kinerja dari suatu produk. Kinerja suatu produk dan harapan dari petani akan membentuk suatu sikap yang akan merangsang petani untuk membeli lagi atau tidak.

Tabel 23 Sikap petani terhadap produk benih kedelai yang digunakan di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember pada Bulan Maret–April 2014

No Sikap Jumlah Presentase (%)

1 Puas 45 90

2 Tidak Puas 5 10

Jumlah 50 100

Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 23 menunjukkan bahwa sekitar 45 petani atau sebesar 90 persen telah puas menggunakan benih unggul terutama dari penangkaran binaan Pemerintah Daerah yaitu Dewi Ratih. Kepuasan yang dirasakan beberapa petani masih hanya sekedar kepuasan dari produk itu sendiri, karena produk dari benih unggul dapat menghasilkan produksi yang baik. Tetapi kepuasan belum tentu menentukan konsumen akan membeli kembali. Hal ini dikarenakan ketersediaan benih dari penangkar yang masih kurang dan membuat petani merasa kurang puas terhadap kinerja produsen benih. Ketersediaan benih yang kurang membuat petani membeli dan mencoba produk lain, sehingga saat konsumen mencoba dan dirasakan sesuai dengan harapan maka dia akan merasa puas.

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Keputusan Petani dalam Memilih Benih Unggul Kedelai

Setelah mengetahui proses keputusan petani dalam memilih dan membeli benih unggul kedelai, produsen harus mengetahui, faktor–faktor apa saja yang mempengaruhi dalam proses pembelian. Perilaku petani dalam memilih benih unggul ketika melakukan pembelian dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Engel et al.(1994), terdapat tiga faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian yaitu faktor pengaruh lingkungan, perbedaan individu, dan proses psikologis. Untuk itu dilaksanakan analisis faktor yang mempengaruhi petani dalam memilih varietas benih unggul kedelai terutama yang membeli dan menggunakan benih

unggul kedelai milik penangkar atau produsen Dewi Ratih. Analisis ini digunakan dengan tujuan untuk mengetahui urutan dari faktor yang paling mendasari pemilihan petani terhadap benih unggul kedelai hingga faktor yang kurang

Dokumen terkait