• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani dalam Memilih Benih Unggul Kedelai di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani dalam Memilih Benih Unggul Kedelai di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN

PETANI DALAM MEMILIH BENIH UNGGUL KEDELAI DI

KECAMATAN BANGSALSARI KABUPATEN JEMBER

FAIRUS MAULIDA

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani dalam Memilih Benih Unggul Kedelai di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skrispsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2014

Fairus Maulida

(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

FAIRUS MAULIDA. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani dalam Memilih Benih Unggul Kedelai di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember. Dibimbing oleh ANDRIYONO KILAT ADHI.

Kedelai merupakan tanaman palawija yang kaya sumber protein dengan berbagai produksi turunan yang dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Benih merupakan biji tumbuhan yang berasal dari bakal biji yang dibuahi dan digunakan sebagai tujuan pertanaman untuk mencapai produksiyang maksimum. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi karakteristik petani, menganalisis proses keputusan pembelian, dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam memilih benih unggul kedelai di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis faktor. Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan karakteristik konsumen dan proses keputusan pembelian. Analisis faktor digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Terdapat empat faktor utama yang mempengaruhi keputusan petani dalam memilih benih unggul kedelai, yaitu faktor pengaruh lingkungan, faktor proses psikologis, faktor pembelajaran, dan faktor produk. Faktor pengaruh lingkungan adalah faktor utama yang mempengaruhi keputusan pembelian.

Kata kunci: Analisis faktor, keputusan pembelian, benih unggul

ABSTRACT

FAIRUS MAULIDA. The Factors that Influence Farmers Decision in Choosing Superior Soybean Seed in District Bangsalsari Jember. Supervised by ANDRIYONO KILAT ADHI.

Soybean is a rich source of protein with various derivatives of the soybean product which consumed by the Indonesian society. Seed is the part of the plant which from fertilized ovule is used for the purpose of cultivation, reaching maximum production. This study aim to identify the characteristics of consumers, analyze the purchase decision process, and analyze the factors that influence farmers' decisions in choosing seed in Bangsalsari distric, Jember. The method of this research is descriptive analysis and factor analysis. Descriptive analysis was used to describe the characteristics of consumer and the process of purchasing decision. Factor analysis was used to analyze the factors that influence the consumers purchasing decision. There were four major factors that influence the consumers purchasing that influence farmers decision in choosing superior soybean seed they were the influence of environment factor, the psychological process factor, learning factor and the product factor. Influence of environment factor was the main factor influencing the purchasing decision.

(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

FAKTOR

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN

PETANI DALAM MEMILIH BENIH UNGGUL KEDELAI DI

KECAMATAN BANGSALSARI KABUPATEN JEMBER

FAIRUS MAULIDA

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani dalam Memilih Benih Unggul Kedelai di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember

Nama : Fairus Maulida NIM : H34100076

Disetujui oleh

Dr Ir Andriyono Kilat Adhi Pembimbing Skripsi

Diketahui oleh

Dr Ir Dwi Rachmina, MSi Ketua Departemen

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 ini ialah perilaku konsumen, dengan judul Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani dalam Memilih Benih Unggul Kedelai di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Andriyono Kilat selaku dosen pembimbing skripsi dan Ibu Ratna Winandi selakudosen pembimbing akademik, atas segala bimbingan, nasihat, dorongan, kritik, dan saran yang telah diberikan selama penelitian dan penulisan skripsi ini. Penulis ucapkan terimakasih kepada Yayasan Karya Salemba Empat atas beasiswa dari Indofood Sukses Makmur. Penulis sampaikan kepada Bapak Luhur selaku Ketua UPTD, Bapak Pur selaku penyuluh lapang, Bapak Gatot Selaku Ketua Gapoktan Kecamatan Bangsalsari, Mbak Dian, Ibu Ida, dan Ibu Yoyok atas bantuan, dorongan, masukan selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasihdisampaikan kepada Abah Taufiqurrahman, Bunda Husnawiyah, Mas Jaka, Mbak Ibanah, Dek Shabrina, Mas Yusuf Jafar serta seluruh keluarga atas segala doa, dukungan, dan kasih sayang yang diberikan selama ini. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada sahabat-sahabat, teman-teman sebimbingan, teman seorganisasi Omda Jember, Pengurus KSE, BEM TPB, BEM FEM maupun Hipma, teman–teman Wisma Melati, kelompok Kajian Islam, dan teman-teman Agribisnis 47 lainnya, atas segala semangat, bantuan, dan masukan yang telah diberikan dalam penulisan skripsi ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2014

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN x

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 6

Manfaat Penelitian 6

Ruang Lingkup Penelitian 7

TINJAUAN PUSTAKA 7

Benih unggul yang bermutu 7

Varietas unggul 8

Mutu Kedelai 8

Perbandingan dengan penelitian terdahulu 9

KERANGKA PEMIKIRAN 13 Kerangka Pemikiran Teoritis 13 Perilaku Konsumen 13

Karakteristik Konsumen 13

Petani Sebagai Konsumen Industri 13

Proses Keputusan Pembelian Konsumen 14

Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen 15

Kerangka Pemikiran Operasional 19

Definisi operasional 22

METODE PENELITIAN 23

Lokasi dan Waktu Penelitian 23

Jenis dan Sumber Data 23

Metode Penentuan Sampel 23

Metode Pengumpulan data dan informasi 24

Metode Pengolahan dan Analisis Data 24

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 28 Desa Sukorejo Kecamatan Bangsalsari 28

(12)

Keadaan Tanah 31

Keadaan Pertanian 31

HASIL DAN PEMBAHASAN 32 Karakteristik Umum Konsumen 32 Umur 32 Pendidikan 33 Pendapatan 33 Status kepemilikan lahan 34 Proses Keputusan Pembelian dan Pemilihan Benih Unggul 35

Pengenalan Kebutuhan 35

Pencarian Informasi 36

Evaluasi Alternatif 37

Keputusan Pembelian 37

Hasil setelah Pembelian 39

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Keputusan Petani dalam Memilih Benih Unggul 40

Faktor Pengaruh Lingkungan 44

Faktor Proses Psikologi 45

Faktor Pembelajaran 46

Faktor Produk 46

SIMPULAN DAN SARAN 47

Simpulan 47

Saran 48

DAFTAR PUSTAKA 49

LAMPIRAN 51

(13)

DAFTAR TABEL

1 Luas panen, produksi, dan produktivitas kedelai di Indonesia pada

2008-2013 1

2 Lima provinsi Indonesia penghasil rata-rata produksi kedelai pada

tahun 2008-2013 3

3 Lima Kecamatan di Kabupaten Jember, Jawa Timur penghasil

produksi kedelai terbesar pada tahun 2008 – 2012 4

4 Ringkasan penelitian terdahulu 12

5 Keadaan Penduduk Menurut Golongan Usia Desa Sukorejo

Kecamatan Bangasalsari 2012 29

6 Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Sukorejo 29

7 Nama dan Jumlah Anggota Kelompok Tani Desa Sukorejo

Kecamatan Bangsalsari Tahun 2012 30

8 Keadaan Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian di

Desa Sukorejo Kecamatan Bangsalsari Tahun 2012 30 9 Luas Wilayah Desa Sukorejo menurut Penggunaan Tahun 2012 31 10 Jenis dan Produktivitas Tanaman Pangan di Desa Sukorejo

Kecamatan Bangsalsari Tahun 2012 31

11 Karakteristik umur petani di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten

Jember pada Bulan Maret – April 2014 33

12 Karakteristik pendidikan petani di Kecamatan Bangsalsari

Kabupaten Jember pada Bulan Maret – April 2014 33 13 Karakteristik pendapatan petani Kecamatan Bangsalsari Kabupaten

Jember pada Bulan Maret – April 2014 34

14 Karakteristik status kepemilikan lahan petani di Kecamatan

Bangsalsari Kabupaten Jember pada Bulan Maret – April 2014 34 15 Motivasi petani dalam melakukan usahatani kedelai di Kecamatan

Bangsalsari Kabupaten Jember pada Bulan Maret – April 2014 35 16 Motivasi petani berdasarkan alasan menggunakan benih unggul

bersertifikat di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember

pada bulan Maret – April 2014 36

17 Sebaran presentase petani berdasarkan sumber mendapatkan informasi benih kedelai bersertifikat di Kecamatan Bangsalsari

Kabupaten Jember pada bulanMaret- April 2014 36 18 Kriteria petani dalam mempertimbangkan pemilihan benih

bersertifikat di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember

pada Bulan Maret – April 2014 37

19 Presentase penggunaan produsen benih oleh petani di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember pada Bulan Maret – April 2014 38 20 Cara melakukan pembelian benih kedelai di Kecamatan

Bangsalsari Kabupaten Jember pada Bulan Maret – April 2014 38 21 Tindakan petani terhadap kondisi kenaikan harga atas benih di

Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember pada Maret – April 2014 39 22 Tindakan petani terhadap kondisi ketersedian benih kedelai yang

digunakan di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember pada

(14)

23 Sikap petani terhadap produk benih kedelai yang digunakan di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember pada Maret-April 2014 40 24 Ringkasan Nilai Measure of Sampling Adequacy (MSA) 42 25 Ringkasan nilai Communalities 43 26 Hasil analisis faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam memilih

benih unggul kedelai pada produsen atau penangkaran Dewi Ratih 44

DAFTAR GAMBAR

1 Tahap-tahap proses keputusan pembelian 14

2 Model perilaku pengambilan keputusan konsumen dan faktor-faktor yang

mempengaruhinya 16

3 Kerangka pemikiran operasional 21

DAFTAR LAMPIRAN

1 Nilai Kaiser-Meyer-Olkin (KMO) berdasarkan output SPSS 17

analisis faktor Penangkar Benih Dewi Ratih 51

2 Tabel Anti Image Matrices berdasarkan output SPSS 17

analisis faktor Penangkar Benih Dewi Ratih 51

3 Tabel Communalities berdasarkan output SPSS 17

analisis faktor Penangkar benih Dewi Ratih 53

4 Tabel Total Variance Explained berdasarkan output SPSS 17

analisis faktor Penangkar Benih Dewi Ratih 53

5 Tabel Component Matrixa berdasarkan output SPSS 17

analisis faktor Penangkar Benih Dewi Ratih 54

6 Tabel Rotated Component Matrixa berdasarkan output SPSS 17

analisis faktor Penangkar Benih Dewi Ratih 54

7 Uji Reliabilitas 55

8 Uji Validitas 56

(15)
(16)
(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Komoditas kedelai mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah dalam kebijakan pangan nasional, karena sifatnya yang strategis di dunia perindustrian. Kedelai merupakan tanaman palawija yang kaya sumber protein dengan berbagai produksi turunan yang dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Beberapa produk turunan kedelai terdiri dari olahan makanan (tempe, kecap, tauco, tahu dan makanan ringanlainnya), minuman (susu kedelai), pupuk hijau dan pakan ternak serta diambil minyaknya yang sering dikonsumsi oleh masyarakat di Indonesia.

Menurut Badan Pusat Statistika (2013), tingkat konsumsi kedelai rata-rata 8.12 kg/kapita/tahun dan total kebutuhan kedelai nasional mencapai 2.5-3 juta ton pada september 2013. Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan meningkatnya industri pangan dan pakan. Namun, pada kenyataannya produksi dan produktivitas Indonesia belum mampu mencukupi. Dapat dilihat pada Tabel 1 mengenai perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas kedelai di bawah ini:

Data Tabel 1 memberikan informasi mengenai luas panen, produksi, dan produktivitas kedelai yang berfluktuatif. Produksi kedelai dari tahun 2010 mengalami kecenderungan menurun. Laju produksi kedelai domestik yang sangat kecil sebesar 0.01 persen per tahun tidak sebanding dengan kebutuhan nasional yang sebesar 2.5 juta ton. Kondisi tersebut membuktikan bahwa produksi kedelai di Indonesia belum dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri, sehingga pemerintah Indonesia terus tergantung pada impor yang mencapai 2.12 juta ton pada 2011 untuk memenuhi kebutuhan kedelai dan menghindari kerawanan pangan Indonesia.

Produksi dapat dipenuhi tidak hanya melalui impor, yaitu melalui kebijakan dari pemerintah. Salah satu kebijakan pemerintah dalam peningkatan produksi dan produktivitas adalah merencanakan swasembada kedelai 2010-2014. Upaya pemerintah dalam pencapaian rencana ini melalui pembenahan bagian sistem hulu dalam pemenuhan input. Hal ini berdasarkan ilmu usahatani pada buku Soekartawi

et al. (1986) yang menyatakan faktor input seperti, benih, tanah, pupuk, tenaga kerja dan sebagainya mempengaruhi besar kecilnya produksi dan produktivitas yang akan diperoleh. Menurut Sumarno (1999), beberapa penyebab rendahnya produktivitas kedelai meliputi, alokasi modal dan tenaga umumnya minimal,

Tabel 1 Luas panen, produksi, dan produktivitas kedelai di Indonesia pada 2008-2013

Tahun Luas Panen(Ha) Produksi(ton) Produktivitas(Kw/Ha)

2008 590 956 775 710 13.13

(18)

pengelolaan tanaman sub-optimal atau kurang intensif, gangguan hama yang masih belum dapat dikendalikan dengan baik dan penyediaan benih bermutu dari varietas unggul jarang terpenuhi akibat dari langkanya penangkar benih kedelai di daerah.

Menurut Badan Penelitian Pengembangan Pertanian (Balitkabi) 2014, saat ini kebutuhan benih unggul sulit dipenuhi dikarenakan ketersediaan benih varietas unggul masih sangat terbatas yang mengakibatkan produktivitas hasil kedelai masih rendah. Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam perbenihan kedelai saat ini adalah belum semua varietas unggul yang dilepas dapat diadopsi petani atau pengguna benih, ketersediaan benih sumber dan benih sebar yang tepat dalam varietasnya, mutu, jumlah, waktu, lokasi, dan harga, belum optimalnya kinerja lembaga produksi dan pengawasan mutu benih, dan belum semua petani menggunakan benih unggul bermutu/ bersertifikat.

Benih bermutu varietas unggul merupakan salah satu faktor yang menentukan produktivitas pertanaman kedelai (Balitkabi, 2014). Dalam mendukung penyediaan benih bermutu, industri benih untuk komoditas kedelai belum berkembang dengan baik. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2011) menyatakan, benih bermutu adalah benih dengan tingkat kemurnian dan daya tumbuh yang tinggi (>85 persen). Pada umumnya benih bermutu dapat diperoleh dari benih berlabel yang sudah lulus proses sertifikasi. Benih bermutu akan menghasilkan bibit yang sehat dengan akar yang banyak. Benih bermutu akan menghasilkan tanaman yang sehat, pertumbuhan lebih cepat dan seragam, sehingga meningkatkan produksi.

Beberapa kebijakan pokok pemerintah dalam pembangunan pertanian yang terkait langsung dengan benih meliputi, peningkatan produksi untuk mencapai swasembada dan substitusi impor (termasuk kedelai), pengembangan agroindustri, dan penerapan kewajiban sertifikasi untuk semua benih varietas unggul yang diperdagangkan. Menurut Nugraha (1996), dengan melihat keberhasilan peningkatan produksi tanaman lain (diantaranya padi dan jagung), penggunaan varietas benih unggul merupakan komponen utama dalam meningkatkan suatu produksi. Varietas unggul yang berdaya hasil tinggi dengan tambahan beberapa sifat unggul lainnya dikembangkan melalui program pemuliaan tanaman.

Salah satu misi kebijakan pemerintah yang telah diteliti Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi (Balitkabi) adalah meningkatkan kualitas dan kuantitas sistem pembenihan kedelai melalui program Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) pada 2007. Namun, Wakil Menteri Pertanian dalam Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman yang bersumber dari Balitkabi (2014) menyatakan sistem BLBU masih menemui banyak kelemahan, sehingga harus dibenahi karena kualitas benih yang diberikan kepada petani mengalami kemerosotan. Hal ini disebabkan benih yang disalurkan sering mangalami keterlambatan waktunya. Kelambatan distribusi benih kacang-kacangan terutama kedelai akan menyebabkan penurunan viabilitas (daya kecambah) benih hingga 80 persen, karena biji kedelai tidak tahan lama dalam penyimpanan (hanya 3 bulan) terutama kondisi alat simpan yang kurang baik.

(19)

benih sebar yang dapat didistribusikan ke daerah sentra produksi secara langsung tanpa adanya keterlambatan penyaluran.

Penangkar benih unggul lokal sangat membantu petani dalam menyebarkan varietas benih unggul yang sesuai dengan karakteristik daerah produksi. Perbanyakan benih kedelai diawali dari penyediaan benih penjenis (BS) oleh Balai Penelitian Bidang Komoditas, sebagai sumber untuk perbanyakan benih sebar yang sangat berpengaruh terhadap ketersediaan benih sumber yang sesuai dengan kebutuhan produsen/ penangkar benih dalam menentukan proses produksi benih sebar. Kelancaran perbanyakan benih juga menentukan kecepatan penyebaran varieteas benih unggul kepada petani. Hal ini menyebabkan petani harus tepat dalam memilih varietas benih unggul yang sesuai dengan karakteristik daerah yang dijadikan tempat usahataninya.

Hasil penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen yang dikaitan oleh petani dalam memilih varietas benih kedelai. Faktor yang mempengaruhi ditentukan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang dimaksud adalah umur, luas usahatani, jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan, pengalaman usahatani dan tujuan berusahatani. Sedangkan faktor eksternal meliputi pasar, kelembagaan, kebijakan dan lingkungan.

Keselektifan petani dalam pemilihan benih unggul sangat mempengaruhi hasil produksi kedelai. Keputusan petani dalam memilih benih unggul dari sentra-sentra penangkaran lokal sangat berpengaruh terhadap keterjaminan produksi kedelai yang baik. Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam peningkatan produksi, produktivitas, dan mutu benih kedelai yang sesuai dengan kebutuhan pengguna. Oleh karena itu dibutuhkan penelitian untuk mengetahui faktor–faktor keputusan apa saja yang mempengaruhi petani dalam memilih varietas benih unggul yang nantinya sangat membantu dalam peningkatan kemampuan penangkar untuk memproduksi dan mengembangkan benih yang bermutu.

Perumusan Masalah

Secara nasional produksi kedelai terbesar ada di 5 provinsi, yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, Aceh, dan Jawa Barat. Tabel 2 merupakan data perkembangan perkedelaian pada 5 provinsi sentra kedelai dalam kurun waktu 2008-2013 di Indonesia.

(20)

Tabel 2 memberikan informasi bahwa Provinsi Jawa Timur merupakan provinsi yang memiliki rata-rata luas panen (ha) dan produksi (ton) kedelai terbesar nasional pada kurun waktu 2008-2013. Rata-rata luas panen kedelai terluas adalah di Provinsi Jawa Timur, yaitu 235 581.83 ha dengan rata-rata produksi terbesar juga, yaitu 339 716 ton. Namun, rata-rata produktivitas kedelai terbesar berada di Provinsi Jawa Tengah sebesar 1 555.03 (kg/ha) yang hanya memiliki rata-rata luas panen 97 274 ha. Produktivitas tertinggi bukan pada luas areal tanaman kedelai di Provinsi Jawa Timur. Hal ini membuktikan bahwa luas areal tanam tidak memberikan keterjaminan terhadap hasil produktivitas. Beberapa penyebabnya adalah faktor iklim dan topografi yang tidak sesuai, sosial budaya, serta pemilihan input seperti, benih unggul yang digunakan tidak tepat dan tidak berkualitas.

Kebutuhan benih kedelai bermutu di Jawa Timur sekitar 34.000 ton/tahun masih sulit dipenuhi (Ismail et al. 2002). Hal tersebut disebabkan antara lain pertanaman perbenihan harus ditanam pada saat musim tanam yang tidak optimal, resiko kegagalan besar, petani kedelai pada umumnya petani kecil yang enggan membeli benih, benih yang tidak terjual dalam waktu 4 bulan akan rusak, tidak dapat dijual lagi sebagai benih, harga benih kedelai umumnya kurang menarik (Sumarno dan Widiati 1985).

Penyediaan benih unggul yang bermutu hendaknya memenuhi kriteria enam tepat yaitu tepat varietas, tepat mutu, tepat waktu, tepat jumlah, tepat tempat, dan tepat harga (Hadi dan Baran 1995).Pemenuhan kebutuhan benih kedelai bermutu dalam upaya peningkatan produksi perlu dibina usaha penangkaran benih terutama di sentra produksi kedelai. Kemampuan industri benih untuk memasok benih bermutu sampai ke pedesaaan merupakan prasyarat dalam mempercepat pengembangan varietas unggul.

Upaya pengembangan pemanfaatan benih bermutu ditempuh melalui, peningkataan kemampuan petugas/penangkar untuk memproduksi benih sumber, peningkatan pembinaan penangkar benih di daerah sentra produksi kedelai, dan peningkatan produksi benih sumber dan penyebaran varietas-varietas unggul baru kedelai di daerah sentra produksi.

Kabupaten Jember merupakan sentra produksi kedelai utama di Jawa Timur, selain Banyuwangi dan Bojonegoro. Total produksinya 16 185 ton dan tingkat produktivitasnya 12.75 kw/ha, tersebar di Kecamatan Bangsalsari, Umbulsari, Balung, Ambulu, Rambipuji (Disperta Kabupaten Jember 2010). Dapat dilihat pada Tabel 3 mengenai lima besar kecamatan sentra produksi kedelai di Kabupaten Jember.

Tabel 3 Lima Kecamatan di Kabupaten Jember, Jawa Timur penghasil produksi kedelai terbesar pada tahun 2008 – 2012

Kecamatan Produksi (ton) Rata- rata

(21)

Data Tabel 3 dapat disimpulkan bahwa dari lima kecamatan di Kabupaten Jember, Kecamatan Bangsalsari menjadi penghasil produksi terbesar komoditas kedelai dan mengalami peningkatan terus menerus dengan mencapai rata–rata produksi 5040.6 ton/thn. Kecamatan Bangsalsari merupakan kecamatan yang memiliki pertanaman kedelai cukup luas di antara kecamatan yang lain di Kabupaten Jember.

Munculnya varietas-varietas unggul baru yang dikeluarkan pemerintah dalam upaya meningkatkan produksi kedelai tentunya berdampak terhadap perilaku petani dalam penggunaan varietas-varietas unggul baru mengingat perbedaan preferensi petani kedelai terhadap varietas di masing-masing wilayah tidak sama. Sedangkan pemerintah berupaya mendorong petani kedelai untuk menggunakan benih unggul dalam upaya meningkatkan produksi kedelai. Peningkatan produktivitas kedelai di wilayah-wilayah sentra produksi dapat dilakukan dengan (a) penyediaan benih bermutu, varietas unggul, (b) pemupukan dilakukan sesuai dengan status hara tanah, (c) ketersediaan pestisida sesuai target hama, (d) bimbingan dan pembinaan langsung di lapang secara terus menerus, dan (e) penyediaan jatah air irigasi secara terencana untuk tanaman kedelai musim kemarau (Ernawanto et al.2010).

Beberapa usaha yang dilakukan oleh petani kedelai di Kecamatan Bangsalsari dalam penyediaan benih bermutu ialah dengan menggunakan benih dari produsen Dewi Ratih sebagai penangkar lokal benih kedelai yang dibina oleh pemerintah daerah. Peran penangkar benih Dewi Ratih sebagai satu–satunya penangkar yang dibina langsung oleh pemerintah daerah, memiliki peranan dalam menjaga konsistensi dan kontinyuitas untuk memproduksi kedelai unggul yang berkualitas dan bersertifikat. Produsen Penangkar Kedelai Dewi Ratih memiliki peranan yang berpengaruh atas benih kedelai yang bermutu, karena mendapat binaan dari pemerintah dan pengawasan dari Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan Hortikultura. Namun berdasarkan hasil survey lapang, tidak sepenuhnya petani memilih benih Dewi Ratih binaan pemerintah. Hal tersebut dikarenakan benih yang dipilih petani pada produsen Dewi Ratih dengan Jalinan Benih Antar Lapang (Jabal) tidak jauh berbeda. Hal ini menjadi tantangan bagi Dewi Ratih untuk terus meningkatkan daya saing dan mempertahankan eksistensi ditengah ketatnya persaingan penangkar benih kedelai yang bersertifikat maupun tak bersertifikat. Produksi benih kedelai Dewi Ratih sejumlah 5 ton masih belum mampu mencukupi kebutuhan benih di Kabupaten Jember dengan total kebutuhan benih 578.960 ton (Dispertan, 2010). Langkah yang dapat dilakukan oleh Dewi Ratih ialah dengan mengetahui proses pengambilan keputusan dan faktor–faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam memilih benih unggul yang digunakan. Hal ini sangat erat kaitannya dengan kegiatan peningkatan swasembada kedelai terutama di daerah sentra produksi untuk merepresentatifkan penelitian ini. Hal tersebut dapat membantu pemerintah maupun pihak terkait dalam menerapkan strategi yang tepat guna untuk mewujudkan strategi dalam pengadaan benih berkualitas baik dan berkuantitas tinggi.

(22)

petani dapat bermanfaat bagi pihak produsen terutama manajemen produksi dalam hal penetapan segmentasi, target pasar, dan positioning yang tepat. Segmentasi memberikan peluang bagi suatu usaha untuk menyesuaikan produk atau jasanya dengan permintaan konsumen secara efektif. Sedangkan informasi mengenai proses keputusan pembelian konsumen dan faktor-faktor yang mempengaruhinya dapat bermanfaat sebagai rekomendasi bauran pemasaran agar kinerja dapat ditingkatkan, maka perusahaan (Penangkar Dewi Ratih) akan mendapatkan masukan dan informasi untuk pengembangan produknya dan berimplikasi dengan keuntungan.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.Bagaimana karakteristik petani kedelai yang memilih varietas benih unggul? 2.Bagaimana proses keputusan pembelian petani kedelai terhadap pemilihan

varietas benih unggul?

3.Faktor–faktor apa saja yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan petani kedelai terhadap pemilihan varietas benih unggul?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Menganalisis karakteristik petani kedelai yang memilih varietas benih kedelai di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember

2. Menganalisis proses pengambilan keputusan petani kedelai terhadap varietas benih unggul di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember

3. Menganalisis faktor–faktor yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan petani terhadap pemilihan varetas benih unggul kedelaidi Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember yang dapat digunakan sebagai strategi kebijakan untuk produsen benih ataupun pemerintah.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Sebagai acuhan perbaikan bagi pemerintah, penangkar benih, dan pihak terkait

lainnya mengenai faktor–faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam memilih benih varietas unggul guna menunjang program pemerintah.

2. Melatih kemampuan penulis dalam menganalisis dan mengidentifikasi masalah berdasarkan fakta dan data yang tersedia yang disesuaikan dengan pengetahuan yang diperoleh selama kuliah.

(23)

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini hanya terbatas pada varietas benih unggul kedelai kuning. Petani yang menjadi objek penelitian adalah petani kedelai yang pernah, aktif maupun tidak aktif dalam melakukan keputusan pembelian dan menggunakan varietas benih kedelai bersertifikat (Dewi Ratih binaan pemerintah), dan Jalinan Benih Antar Lapang. Data yang diperoleh merupakan usahatani kedelai pada Musim Kemarau II (MK II) tahun 2013. Penelitian ini hanya difokuskan pada analisis karakteristik konsumen, analisis proses keputusan konsumen (petani), dan faktor pengambilan keputusan petani terhadap atribut Benih unggul dan dianalisis berdasarkan teori perilaku konsumen.

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka merupakan salah satu cara untuk mengkaji penelitian terdahulu yang dapat dijadikan referensi, suatu acuan, atau dasar perbandingan dalam melakukan penelitian ini. Dengan mengkaji penelitian terdahulu dapat memberikan informasi dan gambaran untuk melakukan suatu penelitian dengan konsep yang serupa.

Benih Unggul yang Bermutu

Benih adalah biji tumbuhan yang berasal dari bakal biji yang dibuahi, digunakan manusia untuk tujuan pertanaman, sebagai sarana untuk mencapai produksi maksimum dan lestari melalui pertanaman yang jelas identitas genetiknya dan homogen kinerja staminanya (Sadjad, 1993). Benih memiliki multifungsi yaitu sebagai pelestari spesies sekaligus sebagai pembawa sifat karakteristik spesiesnya dan dapat diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu baik untuk produksi maupun kualitas hasilnya. Benih unggul adalah benih yang murni, sehat dan kering, bebas dari penularan penyakit, bebas dari biji-biji rerumputan dan lainnya (Siregar 1981) dalam Saheda (2008). Benih unggul yang bermutu harus memenuhi kriteria 6 tepat yaitu tepat varietas, tepat mutu, tepat jumlah, tepat waktu, tepat tempat, tepat harga, dan tepat pelayanan (Sadjad, 1993).

Untuk menjaga kelangsungan dan keamanan hayati melalui SK Menteri Pertanian No. 460/KPTS/II/1971, pemerintah membagi benih dalam empat kelas benih (Sadjad,1993), yaitu:

1. Benih Penjenis atau Breeder Seed (BS)

Merupakan benih yang dihasilkan oleh instansi yang ditunjuk atau dibawah pengawasan pemuliaan tanaman dan Lembaga Penelitian dan Perguruan Tinggi. Benih ini jumlahnya sedikit dan merupakan sumber untuk perbanyakan benih dasar. Khusus untuk benih penjenis tidak dilakukan sertifikasi. Benih ini masih murni dan diberi label putih

2. Benih dasar atau Foundation Seed (FS)

(24)

sub Direktorat Pembinaan Mutu Benih Direktorat Tanaman Pangan dan diberi label putih.

3. Benih Pokok atau Stock Seed (SS)

Benih pokok adalah benih yang diperbanyak dari benih dasar atau benih penjenis. Perbanyakan ini dilakukan dengan memperhatikan tingkat kemurnian varietas, memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan dan disertifikasi oleh instansi yang berwenang dan diberi label ungu.

4. Benih Sebar atau Ekstension Seed (ES)

Benih sebar adalah hasil perbanyakan dari benih penjenis, benih dasar atau benih pokok yang akan disebarkan kepada petani dengan menjaga tingkat kemurnian varietas yang memenuhi standar mutu benih yang telah ditetapkan dan telah disertifikasi sebagai benih sebar. Benih ini diberi label biru.

Varietas Unggul

Dalam upaya meningkatkan produktivitas usaha kedelai di Indonesia sangat diperlukan ketersediaan varietas unggul dan benihnya yang bermutu tinggi. Menurut Arsyad (2000) ketersediaan varietas unggul yang berpotensi hasil tinggi dan responsif terhadap perbaikan dan sesuai dengan kondisi lingkungan, serta memiliki sifat-sifat unggul lainnya sangat diperlukan. Sifat unggul itu dapat dilihat dari benih yang memiliki daya hasil yang lebih tinggi, umur yang lebih pendek, ketahanan terhadap gangguan hama dan penyakit. Biji dikendalikan secara genetik, sehingga tergantung pada varietasnya. Berdasarkan umurnya, varietas unggul yang ada dibedakan menjadi varietas berumur pendek (genjah) berumur kurang dari 80 hari, varietas sedang berumur 81-89 hari, dan varietas dalam berumur lebih dari 90 hari. Semua varietas kedelai unggul yang ada umumnya sesuai untuk ditanah di lahan kering atau tegal. Namun, untuk lahan sawah hanya tepat ditanami kedelai berumur genjah dan beberapa varietas yang berumur sedang (Adisarwanto2002). Mutu Kedelai

(25)

Perbandingan dengan Penelitian terdahulu

Ramadhan (2013) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor–faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Petani dalam Memilih Benih Padi Bersertifikat PT SHS (Sang Hyang Seri) di Kabupaten Bogor. Berdasarkan penelitian, pada tahap pengenalan kebutuhan, dimana alasan utama petani melakukan penggunaan benih padi bersertifikat adalah hasil panen yang tinggi. Tahap selanjutnya adalah pencarian informasi, dimana sumber informasi utama petani diperoleh dari kios saprotan. Pada tahap evaluasi alternatif petani memiliki kriteria utama yang terletak pada mutu benih. Tahap berikutnya adalah keputusan pembelian, dimana petani lebih banyak melakukan pembelian secara perorangan di kios/ toko saprotan terdekat, petani lebih banyak membeli benih padi dari perusahaan SHS. Sedangkan Pada tahap terakhir yaitu evaluasi pembelian, petani sudah merasa puas dan mau untuk melakukan pembelian ulang atas produk benih padi yang petani gunakan.

Alat Analisis yang digunakan dalam penelitian ini ialah Analisis faktor teknik tabulasis top two boxes dan Analisis Korespondensi. Top two boxes

digunakan untuk mengetahui perbandingan jumlah top option. Analisis Korespondensi merupakan alat analisis multivariate yang mempelajari hubungan antara dua atau lebih variabel dengan memperagakan baris dan kolom secara serempak dari tabel kontingengsi. Hasil dari analisis korespondensi biasanya mengikutkan dua dimensi terbaik untukmempresentasikan data. Pada penelitian ini terdapat faktor–faktor yang paling mempengaruhi pemilihan benih padi bersertifikat merek PT SHS oleh petani. Pada faktor pertama, atribut yang paling berpengaruh adalah mutu benih. Pada faktor kedua adalah promosi. Pada faktor ketiga adalah penampakan benih dalam kemasan. Pada faktor keempat adalah resisten terhadap hama dan penyakit. Pada faktor yang ke lima adalah desain kemasan benih dan faktor yang terakhir atauyang keenam adalah tanggal kadaluarsa benih.

Persamaan penelitian yang dilakukan Ramadhan adalah topik dan judul yang hampir sama pada topik penelitian yaitu faktor–faktor yangmempengaruhi keputusan petani, Variabel yang digunakan dalam atribut secara general sama mengenai variabel atribut benih. Sedangkan perbedaanya terletak pada responden yang diteliti oleh peneliti ialah petani kedelai yang menggunakan varetas benih unggul, lokasi penelitian dan industri penangkaran benih yang diteliti serta alat nalisis yang digunakan.

(26)

indikator dapat berguna menentukan dimensi dari variabel. Faktor dalam hal ini merupakan hasil pengelompokkan indikator berdasarkan teori yang ada seperti faktor pengaruh lingkungan, faktor perbedaan individu, faktor psikologis serta beberapa faktor pendukung lainnya. Beberapa atribut yang digunakan pada penelitian Mujahidah diperoleh berdasarkan teori yang ada, penelitian terdahulu, dan informasi yang diperoleh dari lokasi penelitian yaitu di Bogor Junction. Alat analisis yang dilakukan dalam menguji Validitas dan Reliabilitasnya menggunakan alat analisis faktor konfirmatory untuk melakukan konfirmasi berdasarkan konsep dan teori yang sudah ada terhadap keakuratan instrumen yang peneliti buat. Peneliti melakukan proses ekstraksi variabel hingga menjadi beberapa faktor yang disebut komponen utama dengan menggunakan metode principal Component Analysis

(PCA) dan skala likert.

Persamaan dengan penelitian ini dengan penelitian Mujahidah ialah sama– sama menggunakan alat analisis deskriptif dalam mencari karakteristik responden serta proses pembelian dan teknik analisis faktor dalam mencari faktor – faktor yang mempengaruhi keputusan Perbedaan penelitian ini terlihat dari komoditi dan tempat penelitian

Melaty (2008) yang berjudul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Oleh Konsumen Restoran Imah Hejo Kota Bogor menggunakan analisis faktor dengan metode Principal Component Analysis (PCA). Hasil yang diperoleh adalah terdapat enam faktor penyusun. Faktor pertama disebut faktor daya tarik produk yang tersusun atas variabel kekhasan rasa menu, kenyamanan, live music, jenis menu, dan kebersihan. Faktor kedua disebut daya tarik pelayanan yang terdiri atas pramusaji, kecepatan penyajian pesanan, harga, promosi, dan fasilitas. Faktor ketiga disebut kelas sosial yaitu pendapatan, pekerjaan, dan gaya hidup. Faktor keempat disebut pengaruh lingkungan, yaitu nama besar selebriti (Pasha), lokasi, dan budaya. Faktor kelima disebut pengaruh kerabat, yaitu saudara/teman dan keluarga. Faktor keenam disebut kondisi individu, yaitu waktu luang dan hobi.

Miranti (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Faktor dan Proses Keputusan Pembelian Produk Perawatan Tubuh Kendedes Princess Ritual di Marta Tilaar Salon Day Spa Bogor. Berdasarkan penelitian pada tahap proses pengambilan keputusan pembelian, dimulai dengan tahapan yaitu pengenalan kebutuhan karena responden salon ingin mencoba untuk perawatan tubuh dan memiliki manfaat yang dirasakan yaitu untuk kebersihan dan kecantikan tubuh. Pada tahap pencarian informasi di dapatkan dari terapis. Pada tahap evaluasi alternatif yang menjadi pertimbangan pengunjung ialah pelayanan yang cepat dan tepat. Pada tahap keputusan pembelian 69 persen pengunjung datang secara sengaja dan sudah direncanakan. Pada tahap yang terakhir yaitu perilaku pasca pembelian sekitar 56 persen pengunjung melakukan perawatan tubuh kembali sebanyak 2-4 kali dalam sebulan.

(27)

dan produk kecantikan, sedangkan pada penelitian ini atribut disesuaikan pada peroduk benih varietas unggul.

Sari (2013) Dalam skripsinya yang berjudul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen dalam Membeli Produk Industri Garment menggunakan teknik analisis faktor dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian produk industri garment. Hasil yang diperoleh terdapat 8 faktor yang tersusun atas variabel bebas pada setiap faktornya. Faktor-faktor tersebut adalah produk, harga, promosi, saluran distribusi, budaya, sosial, pribadi, dan psikologi. Alat analisis yang digunakan pada penelitian Sari dan penelitian tersebut sama–sama menggunakan alat analisis deskriptif dan analisis faktor. Perbedaan dari penelitian terdahulu ialah responden yang dipakai ialah responden dengan produk antara bukan responden akhir seperti konsumen yang mengkonsumsi makanan.

(28)

Tabel 4 Ringkasan penelitian terdahulu

Nama Peneliti Tahun Judul Penelitian Alat Analisis Miranti 2011 Analisis Faktor dan

Proses Keputusan Pembelian Produk Perawatan Tubuh

Kendedes Princess Ritual

di Marta Tilaar Salon Day Spa Bogor

Mujahidah 2013 Analisis Faktor dan Proses Pengambilan

Melaty 2008 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sari 2013 Analisis Faktor-faktor

(29)

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari penelusuran teori yang relevan dengan permasalahan dalam penelitian ini yaitu berkaitan dengan model perilaku pengambilan keputusan pembelian konsumen, karakteristik, serta faktor–faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen, dimana konsumen pada penelitian tersebut ialah petani sebagai konsumen produk antara yaitu benih unggul kedelai.

Perilaku konsumen

Perilaku konsumen didefinisikan oleh Engel et al. (1994) sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakannya. Motivasi dan perilaku konsumen dapat dipengaruhi melalui kegiatan persuasif yang menanggapi konsumen secara serius sebagai pihak yang berkuasa dan dengan maksud tertentu. Sedangkan menurut Schiffman dan Kanuk (1994)

dalam Sumarwan (2004) perilaku konsumen sebagai perilaku yang diperlihatkan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka. Perilaku konsumen adalah studi tentang bagaimana individu , kelompok, dan organisasi, memilih, membeli, menggunakan, dan bagaimana barang, jasa, ide, atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka. Perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh faktor budaya, sosial dan pribadi (Kotler 2008).

Karakteristik konsumen

Menurut Sumarwan (2004) Karakteristik konsumen meliputi pengetahuan dan pengalaman konsumen, kepribadian konsumen, dan karakteristik demografi konsumen. Konsumen yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang banyak mengenai produk mungkin tidak termotivasi untuk mencari informasi, karena ia merasa cukup dengan pengetahuannya untuk mengambil keputusan. Karakteristik demografi konsumen dapat dapat dilihat dari faktor–faktor seperti usia, agama, suku bangsa, pendapatan, jenis kelamin, status pernikahan, jenis keluarga, pendidikan, pekerjaan, lokasi geografi, jenis rumah tangga, dan kelas sosial. Pendidikan adalah salah satu karakteristik demografi yang penting. Sumarwan (2004) juga menjelaskan karakteristik demografi sangat terkait dengan konsep yang tumbuh dari adanya kelompok–kelompok di dalam suatu masyarakat. Pengelompokkan masyarakat biasanya berdasarkan usia, jenis kelamin, lokasi tinggal,pekerjaan, dan sebagainya. Perbedaan kelompok tersebut berdasarkan kepada perbedaan karakteristik sosial, ekonomi, dan demografi konsumen.

Petani sebagai konsumen industri

(30)

untuk penggunaan pribadi mereka sendiri. Petani membeli produk yang dibutuhkan untuk mengoperasikan kegiatan bisnisnya. Sebagai konsumen industri, pemilihan suatu input tertentu akan dilakukan oleh petani apabila akan memberikan nilai yang tinggi untuk arus penerimaan, karna dalam setiap kegiatannya petani akan selalu berusaha untuk memaksimalkan laba.

Perilaku pembelian bisnis hanya memiliki sedikit perbedaan dengan praktek-praktek pembelian konsumen akhir lainnya. Adapun beberapa perbedaan pembuat keputusan serta hubungan antara pembeli dan penjual (Griffin dan Ebert, 2003).

1. Perbedaan permintaan

Dua perbedaan besar permintaan antara produk konsumen dan produk bisnis adalah permintaan turunan (derived demand) dan inelastisistas permintaan. Istilah permintaan turunan merujuk ke fakta bahwa permintaan akan produk bisnis seringkali berasal dari permintaan akan produk konsumen yang terkait.

2. Perbedaan pembeli

Tidak seperti kebanyakan konsumen, pembeli bisnis merupakan para profesional, spesialis, dan ahli (yang memiliki informasi lebih)

3. Perbedaan pembuatan keputusan

Proses keputusan organisasi berbeda dalam tiga hal penting, yaitu pengembangan spesifikasi produk, pengevaluasian alternatif yang ada, dan pembuatan evaluasi pasca pembelian.

Proses keputusan pembelian konsumen

Menurut Kotler (2008) proses keputusan pembeli terdiri dari lima tahap yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan perilaku pasca pembelian. Model proses pembelian dapat di lihat pada Gambar 1

Gambar 1 Tahap–tahapan proses keputusan pembeliana a

Sumber : Kotler (2008 )

1. Pengenalan kebutuhan

Pengenalan kebutuhan merupakan proses pertama timbulnya pemintaan, karena adanya kebutuhan dan keinginan konsumen yang belum terpenuhi atau terpuaskan. Menurut Engel et al. (1994), pengenalan kebutuhan disebabkan karena konsumen mempersepsikan perbedaaan antara keadaan yang diinginkan dan situasi aktual yang memadai untuk membangkitkan dan mengaktifkan proses keputusan. Hal senada dinyatakan oleh Kotler (2008) kebutuhan dapat dipicu oleh rangsangan internal ketika salah satu kebutuhan normal seseorang seperti, rasa lapar, haus timbul pada tingkat yang cukup tinggi, sehingga menjadi dorongan. Kebutuhan juga dapat dipicu dari rangsangan eksternal. Contohnya suatu iklan atau diskusi dengan teman. Pada tahap ini pemasar harus meneliti dengan konsumen untuk menemukan jenis kebutuhan atau masalah apa

(31)

yang timbul, apa yang menyebabkan, dan bagaimana masalah itu bisa mengarah konsumen pada produk tertentu.

2. Pencarian informasi

Pencarian informasi merupakan tahap proses keputusan pemilih dimana konsumen ingin mencari informasi lebih banyak dan hanya memperbesar perhatian atau melakukan pencarian informasi secara aktif. Menurut Engel et al. (1994) konsumen mencari informasi yang disimpan di dalam ingatan (pencarian internal) atau mendapatkan informasi yang relevan dengan keputusan dari lingkungan (pencarian eksternal). Sejalan dengan itu Kotler (2008) menyatakan konsumen dapat mencari informasi dari berbagai sumber. Sumber-sumber ini meliputi sumber pribadi (keluarga, teman, tetangga, rekan), sumber komersial (iklan, wiraniaga, situs, web, penyalur, kemasan, tampilan), sumber publik (media massa, organisasi, pemeringkat konsumen, pencarian internet), dan sumber pengalaman (penanganan, pemeriksaan, pemakaian produk).

3. Evaluasi Alternatif

Setelah melihat cara konsumen menggunakan informasi untuk sampai pada sejumlah pilihan merek akhir maka konsumen butuh memilih diantara merek alternatif. Menurut Engel et al. (1994) evaluasi alternatif didefinisikan sebagai proses dimana suatu alternatif pilihan dievaluasi dan dipilih untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Kriteria evaluasi tidak lebih daripada dimensi atau atribut tertentu yang digunakan dalam menilai alternatif-alternatif pilihan. Evaluasi alternatif yaitu bagaimana konsumen memproses informasi untuk sampai pada pilihan merek (Kotler 2008).

4. Keputusan Pembelian

Konsumen menentukan peringkat merek dan membentuk niat pembelian dalam tahap evaluasi. Kotler (2008) menyatakan keputusan pembelian konsumen adalah membeli merek yang paling baik. Terdapat dua faktor yang berada antara niat pembelian dan keputusan pembelian. Faktor pertama sikap orang lain sejauh mana sikap orang lain mengurangi alternatif seseorang. Faktor kedua yaitu faktor situasi yang tidak dapat terantisipasi yang dapat muncul dan mengubah niat pembeli. Konsumen memperoleh alternatif yang dipilih atau pengganti yang dapat diterima bila perlu.

5. Perilaku Pasca pembelian

Setelah terjadi pembelian, konsumen akan mengevaluasi hasli pembelian yang telah dilakukan. Perilaku pasca pembelian merupakan tahap proses keputusan pembeli di mana konsumen mengambil tindakan selanjutnya setelah pembelian, berdasarkan kepuasan atau ketidakpuasan mereka. Konsumen mengevaluasi apakah alternatif yang dipilih memenuhi kebutuhan dan harapan segera sesudah digunakan. Jika mereka puas maka keyakinan dan sikap yang terbentuk akan berpengaruh positif terhadap pembelian selanjutnya.

Faktor – faktor yangmempengaruhi perilaku Konsumen

(32)

pengolahan informasi, pembelajaran, perubahan dan sikap atau perilaku. Pengolahan informasi manusia, pembelajaran, dan perubahan sikap semua merupakan minat utama dari penelitian konsumen.

Gambar 2 Model perilaku pengambilan keputusan konsumen dan faktor faktor yang mempengaruhinyaa

a

Sumber: Engel et al. (1994)

1. Pengaruh Lingkungan

Lingkungan mempengaruhi proses keputusan konsumen. Menurut Engel et al. (1994), konsumen hidup dalam lingkungan yang komplek. Terdapat lima faktor yang mempengaruhi proses keputusan konsumen, yaitu:

a. Budaya

Faktor lingkungan yang mempunyai pengaruh paling luas dan paling dalam terhadap perilaku ialah budaya. Budaya adalah penyebab keinginan dan perilaku seseorang yang paling dasar Kotler (2008). Budaya mengacu pada kumpulan nilai dasar, persepsi, keinginan, dan perilaku yang dipelajari oleh anggota masyarakat dari keluarga dan institusi penting lainnya. Sedangkan menurut Engel et al. (1994) budaya mengacu pada nilai gagasan, artefak, dan simbol–simbol lain yang bermakna yang membantu individu untuk berkomunikasi, melakukan penafsiran dan evaluasi bagi masyarakat.

b. Kelas Sosial

Kelas sosial tidak hanya ditentukan oleh pendapatan, tetapi juga ditentukan oleh pekerjaan, prestasi, interaksi, pemilikan, orientasi, nilai, dan sebagainya. Menurut Engel et al. (1994) kelas sosial mengacu pada pengelompokkan orang yang sama dalam perilaku mereka beredasarkan posisi ekonomi mereka di dalam pasar. Status kelas sosial kerap mengahasilkan bentuk–bentuk perilaku konsumen yang berbeda. Mereka dibedakan oleh perbedaan status sosioekonomi yang berjajar dari yang rendah hingga yang tinggi.

c. Pengaruh Pribadi

(33)

(1994), kelompok acuhan adalah jenis apa saja yang dapat mempengaruhi sikap dan perilaku.

d. Keluarga

Anggota keluarga bisa sangat mempengaruhi perilaku pembeli. Menurut Kotler (2008) keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat, dan telah diteliti secara ekstensif. Berbeda dengan Engel et al. (1994) yang menyatakan bahawa keluarga adalah kelompok yang terdiri dari dua atau lebih orang yang berhubungan melalui darah, perkawinan, atau adopsi dan tinggal bersama.

e. Pengaruh Situasi

Pengaruh situasi dapat dipandang sebagai pengaruh yang timbul dari faktor yang khusus untuk waktu dan tempat yang spesifik yang lepas dari karakteristik konsumen dan karakteristik objek. Engel et al. (1994) mengusulkan bahwa situasi konsumen dapat didefinisikan sebagai lima karakteristik umum yaitu; lingkungan fisik yang merupakan sifat nyata dari situasi konsumen, lingkungan sosial menyangkut ada tidaknya orang lain dalam situasi yang ada, waktu yaitu sifat sementara dari situasi seperti moment tertentu ketika perilaku terjadi, tugas yaitu tujuan atau sasaran tertentu yang dimiliki konsumen di dalam suatu situasi, dan keadaan yang merupakan suasana hati atau kondisi sementara yang dibawa oleh konsumen ke situasi tersebut.

2. Faktor Perbedaan Individu

Perbedaan individu merupakan faktor intenal yang menggerakan dan mempengaruhi perilaku. Engel et al. (1994) memasukkan lima cara penting dalam melihat perbedaan individu yaitu sumberdaya konsumen, motivasi dan keterlibatan, pengetahuan, sikap, dan kepribadian seperti gaya hidup dan demografi.

a. Sumberdaya konsumen

Setiap konsumen membawa tiga sumberdaya ke dalam setiap situasi pengambilan keputusan yaitu Sumberdaya Ekonomi (pendapatan dan kekayaan), sumberdaya temporal (waktu) dan sumberdaya kognitif (kapasitas mental yang tersedia untuk menjalankan berbagai kegitan pengolahan industri). Konsumen memiliki keterbatasan pada setiap sumberdaya yang dimilikinya sehingga konsumen harus mampu mengalokasikannya secara bijaksana.

b. Motivasi dan Keterlibatan

Perilaku yang termotivasi diprakarsai oleh pengaktifan kebutuhan atau pengenalan kebutuhan. Kebutuhan atau motif diaktifkan ketika ada ketidakcocokan yang menandai antara keadaan aktual dan keadaan yang diinginkan atau disukai. Menurut Engel et al. (1994) kebutuhan didefinisikan sebagai perbedaan yang disadari antara keadaan ideal dengan keadaan yang sebenarnya sehingga dapat mengaktifkan perilaku. Motivasi merupakan suatu dorongan dari dalam diri seseorang untuk memenuhi kebutuhannya dan memperoleh kepuasan dari pemenuhan kebutuhan tersebut.

c. Pengetahuan

(34)

mencakupi susunan informasi, seperti ketersediaan dan karakteristik produk dan jasa. Menurut Engel et al. (1994) pengetahuan dapat didefinisikan sebagai informasi yang disimpan di dalam ingatan serta membagi pengetahuan konsumen di dalam tiga bidang umum yaitu, (1) pengetahuan produk mencakup atribut produki dan kepercayaan, (2) pengetahuan pembeli yaitu dimana dan kapan membeli, (3) pengetahuan pemakaian dilihat dari pengetahuan konsumen dan iklan.

d. Sikap

Sikap (attitude) sebagai suatu evaluasi menyeluruh yang memungkinkan orang berespons dengan cara menguntungkan atau tidak menguntungkan secara konsisten berkenaan dengan objek atau alternatif yang diberikan. Sikap di konseptualisasikan sebagi perasaan positif atau negatif terhadap merek dan dipandang sebagai hasil dari penilaian merek bersama dengan kriteria atau atribut evaluasi yang penting.

e. Kepribadian, Gaya Hidup dan Demografi

Kepribadian, nilai, dan gaya hidup merupakan sistem yang penting untuk mengerti mengapa orang memperlihatkan perbedaan dalam konsumsi produk dan preferensi merek. Menurut Engel et al. (1994) mendefinisikan kepribadian sebagai respons yang konsisten terhadap stimulus lingkungan. Gaya hidup adalah pola dimana seseorang hidup dan menghabiskan waktu serta uang yang diekspresikan dalam aktifitas, minat, dan opini seseorang. Faktor demografi akan menggambarkan karakteristik dari seseorang konsumen.

3. Faktor Psikologis

Faktor keputusan yang terakhir ialah proses psikologis. Menurut Engel et al. (1995) terdapat tiga proses prikologis sentral yang membentuk semua aspek motivasi dan perilaku konsumen yaitu, pemrosesan informasi, pembelajaran, dan perubahan sikap dan perilaku. Sedangkan menurut Kotler (2008) menyebutkan bahwa pembelian yang dilakukan dipengaruhi oleh empat faktor psikologis utama yaitu motivasi, persepsi, pembelajaran, serta keyakinan dan sikap.

a. Pemrosesan Informasi

Pemrosesan informasi mengacu pada proses suatu stimulus diterima, ditafsirkan, di simpan di dalam ingatan, dan belakangan di ambil kembali. Pemrosesan Informasi dapat dirinci menjadi lima tahap dasar yaitu (1) pemaparan (exposure) pencapaian kedekatan terhadap suatu stimulus sedemikian rupa sehingga muncul peluang diaktifkannya satu atau lebih dari kelima indra manusia, (2) Perhatian sebagai alokasi kapasitas pemrosesan untuk stimulus yang baru masuk, (3) pemahaman yang berarti tafsiran atau stimulus, (4) penerimaan untuk mengukur tingkat sejauh mana stimulus mempengaruhi pengetahuan dan atau sikap orang yang bersangkutan, (5) retensi sebagai peminadahan tafsiran stimulus ke dalam ingatan jangka panjang (Engel et al. 1995).

b. Pembelajaran

Pembelajaran menggambarkan perubahan dalam perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman. Pembelajaran terjadi melalui interaksi dorongan, rangsangan, pertanda, respons, dan penguatan (Kotler 2008). Menurut Engel

(35)

informasi, pengkondisian klasik yang berfokus pada pembelajaran melalui asosiasi,pengkondisian operant yang mempertimbangkan bagaimana perilaku dimodifikasi oleh pengukuh dan penghukum, pembelajaran

vicarious menyangkut pembelajaran melalui observasi. c. Perubahan Sikap dan Perilaku

Perubahan dalam sikap dan perilaku adalah sasaran pemasaran yang lazim. Proses ini mencerminkan pengaruh psikologis dasar yang menjadi subjek dari beberapa dasawarsa penelitian yang intensif.

Kerangka Pemikiran Operasional

Kebutuhan benih kedelai bermutu di Jawa Timur masih sulit dipenuhi. Hal tersebut disebabkan antara lain, pertanaman perbenihan harus ditanam pada saat musim tanam yang tidak optimal, resiko kegagalan besar, benih yang tidak terjual dalam waktu 4 bulan akan rusak, tidak dapat dijual lagi sebagai benih, harga benih kedelai umumnya kurang menarik (Sumarno dan Widiati1985).

Benih bersertifikat merupakan jaminan pemerintah untuk menyediakan benih bermutu. Upaya pengembangan pemanfaatan benih bermutu ditempuh melalui, peningkataan kemampuan petugas/penangkar untuk memproduksi benih sumber, peningkatan pembinaan penangkar benih di daerah sentra produksi kedelai, dan peningkatan produksi benih sumber dan penyebaran varietas-varietas unggul baru kedelai di daerah sentra produksi. Kebutuhan benih varietas unggul yang semakin meningkat membuat para penangkar benih lokal berlomba–lomba penjadi produsen benih dan meningkatkan produksi benih terutama benih sebar yang dapat didistribusikan ke daerah sentra produksi.

Beberapa usaha yang dilakukan oleh petani kedelai di Kecamatan Bangsalsari dalam penyediaan benih bermutu ialah dengan menggunakan benih unggul kedelai produsen pada penangkaran Dewi Ratih sebagai penangkar lokal benih kedelai dan dibina oleh pemerintah daerah. Peran penangkar benih Dewi Ratih sebagai satu-satunya penangkar yang dibina langsung oleh pemerintah daerah, memiliki peranan dalam menjaga konsistensi dan kontinyuitas untuk memproduksi kedelai unggul. Salah satu strategi pencapaian swasembada kedelai yaitu melalui pembenihan. Dengan pemilihan benih yang tepat akan membantu dalam menunjang peningkatan produksi kedelai, sehingga peningkatan produksi kedelai dalam negeri mencukupi kebutuhan kedelai nasional. Proses dan faktor–faktor pengambilan keputusan petani kedelai terhadap benih unggul, terutama di daerah sentra produksi kedelai sangat diperlukan untuk keterjaminan produksi yang berkualitas baik dan berkuantitas tinggi. Proses pengambilan keputusan dan faktor–faktor yang mempengaruhi alasan pembelian petani terhadap benih yang digunakan, sangat erat kaitannya dengan kegiatan peningkatan swasembada kedelai. Hal tersebut dapat membantu pemerintah maupun pihak terkait dalam menerapkan strategi yang tepat guna untuk mewujudkan strategi dalam pengadaan benih.

(36)

sehingga dalam proses pengambilan keputusan pembelian terhadap suatu produk, petani akan dipengaruhi oleh beberapa faktor baik faktor internal maupun eksternal. Faktor-faktor yang mempengaruhi petani dalam memilih benih akan berbeda dengan faktor-faktor yang umumnya mempengaruhi konsumen untuk pembelian produk akhir/pembelian konsumen akhir. Hal ini dikarenakan benih merupakan produk antara (pembeli bisnis) yang digunakan kembali oleh petani sebagai input produksi dalam kegiatan usahataninya.

Pada penelitian ini diketahui bagaimana karakteristik petani dan proses pengambilan keputusan petani kedelai dalam memilih varietas benih unggul milik penangkar Dewi Ratih. Setelah itu diidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani kedelai. Penelitian ini menggunakan dua alat analisis yaitu analisis deskriptif dan analisis faktor. Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis karakteristik konsumen dan proses keputusan pembelian petani dalam memilih benih unggul kedelai. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian akan dianalisis menggunakan analisis faktor sehingga akan terbentuk faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi pembelian konsumen sesuai urutan kepentingannya. Hasil dari penelitian ini akan digunakan oleh pihak penangkar / produsen benih untuk meningkatkan kinerja dari faktor-faktor yang terbentuk serta sebagai pertimbangan dalam perancangan atau perumusan strategi pemasarannya.

Masih berhubungan mengenai teori yang diberikanoleh Engel et al. (1994) dan Kotler (2008), Faktor internal yang diduga mempengaruhi proses pengambilan keputusan petani kedelai terdiri dari Faktor perbedaan individu yang diwakili oleh Motivasi dalam memperoleh pendapatan, karena pengeluaran rumah. Sumberdaya Konsumen yang diwakili oleh variabel pendidikan terakhir, pendapatan, dan pengeluaran. Faktor Demografi yang diwakili oleh variabel usia. Faktor pemrosesan Informasi yang diwakili oleh volume benih dalam kemasan, harga benih, promosi, desain dan warna kemasan, serta tanggal kadaluarsa. Faktor pembelajaran yang berhubungan dengan pengetahuan petani tehadap benih yang tahan terhadap hama dan penyakit , mutu benih, penampakan benih dalam kemasan, warna kulit, umur panen, bentuk biji, dan daya tumbuh.

(37)

Gambar 3 Kerangka pemikiran operasional

 Produksi kedelai di Indonesia belum dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri

 Upaya peningkatan produksi kedelai Pemerintah mencanangkan penanaman kedelai dengan benih unggul dan bersertifikat agar produksi meningkat

 Bantuan Langsung Benih Unggul masih banyak kekurangan mulai dari kualitas dan ketersediaan

 Dewi Ratih merupakan satu-satunya produsen / penangkar benih unggul kedelai bersertifikat yang dibina oleh pemerintah daerah.

 Banyak penangkar lokal mulai bermunculan dan bersaing dalam penyediaan benih unggul yang belum tentu berkualitas.

 Kebutuhan akan penilaian konsumen terhadap atribut-atribut pemilihan benih unggul kedelai melalui perilaku konsumen

(38)

Definisi operasional

1. Benih adalah dasar dari proses bertani (foundation of farming), sebab pengaruh dari penggunaan benih akan terlihat langsung dari produktivitas.

2. Benih penelitian benih yang digunakan pada penelitian tersebut ialah benih kuning yang pernah digunakan petani di Kecamatan Bangsalsari terhadap benih Penangkar Dewi Ratih dan Benih Jalinan Benih Antar Lapang.

3. Pendapatan usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor (output) dan biaya produksi (input) yang dihitung dalam per bulan, per tahun, per musim tanam. Pendapatan luar usahatani adalah pendapatan yang diperoleh sebagai akibat melakukan kegiatan diluar usahatani seperti berdagang, mengojek, dll. 4. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga

dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

5. Tokoh yang disegani dan berpengaruh adalah tokoh yang dapat mempengaruhi keputusan secara bijaksana.

6. Pengeluaran rumah tangga pribadi pengeluaran yang dikeluarkan untuk keperluan diri sendiri, bukan untuk keperluan pekerjaan atau instansi.

7. Teman sesama adalah teman yang memiliki karakteristik (usia, pendidikan, pekerjaan) maupun tujuan yang sama.

7. Mutu dan kualitas benih adalah tingkat baik buruknya atau taraf atau derajat dari suatu benih.

8. Harga adalah suatu nilai tukar dari produk barang maupun jasa yang dinyatakan dalam satuan moneter, nilai tukar uang Indonesia ialah rupiah. 9. Promosi adalah upaya untuk memberitahukan atau menawarkan produk atau

jasa pada dengan tujuan menarik calon konsumen untuk membeli atau mengkonsumsinya.

10. Kemasan Menarik terdiri dari warna kemasan dan desainkemasan dapat diartikan sebagai suatu benda yang berfungsi untuk melindungi, mengamankan produk tertentu yang berada di dalamnya serta dapat memberikan citra tertentu pula untuk membujuk penggunanya atau konsumen agar membeli produk walau hanya melihat dengan kemasannya.

11. Tanggal Kadaluarsa bagi produk makanan bisa melindungi kesehatan konsumen, tetapi tanggal kadaluarsa itu lebih mengenai kualitas makanan tersebut daripada soal keamanan untuk dikonsumsi, dan jika tidak dipahami secara layak, tanggal itu bisa membuat para konsumen membuang makanan yang sebenarnya masih aman untuk dimakan.

12. Penampakan benih dalam kemasan adalah kondisi benih yang terlihat walau dalam kemasan yang tertutup.

13. Warna kulit biji adalah warna bisa berarti pantulan tertentu dari cahaya yang dipengaruhi oleh pigmen yang terdapat di permukaan benda. Setiap warna mampu memberikan kesan dan identitas tertentu sesuai kondisi sosial pengamatnya.

14. Umur panen adalah masa tumbuhan ditanam sampai di panen.

15. Bentuk biji Rupa atau wujud yang ditampilkan macam rupa atau wujud sesuatu, seperti bundar elips, bulat segi empat dan lain sebagainya.

(39)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur. Lokasi ini dipilih secara purpossive dengan mempertimbangkan bahwa Kabupaten Jember merupakan salah satu daerah yang memproduksi kedelai di Jawa Timur dan memiliki konsumen produk benih varietas unggul. Penelitian dilakukan pada pada lokasi sentra produksi kedelai Kabupaten Jember yaitu Kecamatan Bangsalsari. Desa yang menjadi penelitian adalah Desa Sukorejo yang menjadi sentra produksi di Kecamatan Bangsalsari dengan responden kelompok tani yang pernah, aktif maupun tidak aktif dalam melakukan keputusan pembelian dan menggunakan varietas benih kedelai bersertifikat (Dewi Ratih), dan Jalinan Benih Antar Lapang yang dapat dijadikan responden untuk mengetahui bagaimana perilakunya terhadap merek benih kedelai varietas unggul milik penangkar Dewi Ratih sesuai dengan tujuan dari penelitian ini. Pengumpulan data di lokasi penelitian dilakukan pada bulan Maret-April 2014.

Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer adalah materi informasi yang diperoleh secara langsung di tempat penelitian. Pengumpulan data primer pada penelitian faktor–faktor yang mempengaruhi keputusan diperoleh melalui pemberian kuisoner, yang dilakukan dengan mewawancarai secara langsung para petani kedelai di Desa Sukorejo Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember yang menjadi responden. Data Sekunder adalah data yang dikumpulkan secara tidak langsung. Data sekunder diperoleh dari studi literatur yang berhubungan dengan topik penelitian, yang bersumber pada buku-buku (buku mengenai benih kedelai dan perilaku konsumen), hasil-hasil penelitian (jurnal dan skripsi), website, serta lembaga-lembaga atau instansi pemerintah yang terkait.

Metode Penentuan Sampel

Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Purpossive, Sampel diambil secara sengaja dari petani di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember yang pernah, aktif maupun tidak aktif dalam melakukan keputusan pembelian dan menggunakan varietas benih kedelai bersertifikat (Dewi Ratih binaan pemerintah), dan Jalinan Benih Antar Lapang. Teknik sampling yang digunakan dari metode non-probability sampling ini adalah metode convenience sampling, yaitu elemen populasi dipilih berdasarkan kemudahan dan kesediaan untuk menjadi sampel (Simamora 2005). Kelebihan dari convenience sampling

adalah biayanya lebih murah, kemudahan dalam mendapatkan responden, dan waktu yang relatif lebih cepat. Kekurangan dari metode ini adalah dalam jumlah yang besar bisa saja terjadi bias dan seringkali terjadi under-representation atau

(40)

melakukan screening kepada calon responden dan melihat apakah responden sudah sesuai dengan persyaratan yang ditentukan peneliti.

Dalam penelitian ini, responden yang diambil berjumlah 50 orang petani dari empat kelompok gabungan kelompok tani di Kecamatan Bangsalsari. Nazir (2011) mengemukakan bahwa 30 sampel responden dari populasi sudah dapat mewakili karakteristik responden. Jumlah tersebut diambil melebihi jumlah minimal untuk mengantisipasi adanya data yang tidak valid dan lebih menggambarkan populasi. Jumlah responden sejumlah 50 orang petani pada penelitian tersebut dianggap telah mewakili atau telah memenuhi syarat minimal yang telah di tentukan.

Metode Pengumpulan Data dan Informasi

Data dan informasi yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer sebagai data utama dan data sekunder sebagai data penunjang. Data primer diperoleh melalui wawancara dan pengisian kuesioner kepada pihak petani. Sampel yang dipilih adalah anggota kelompok tani yang menggunakan benih kedelai kuning yang pernah, aktif maupun tidak aktif dalam melakukan keputusan pembelian dan menggunakan varietas benih kedelai bersertifikat (Dewi Ratih binaan pemerintah), dan Jalinan Benih Antar Lapang Kecamatan Bangsalsari, Desa Sukorejo. Responden diberi pertanyaan tertutup berupa pertanyaan yang alternatif jawabannya sudah tersedia, sehingga responden hanya memilih satu dari beberapa alternatif jawaban yang sudah ada. Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan selain memberikan pilihan juga menyediakan tempat untuk menjawab secara bebas apabila jawaban responden ada di luar alternatif pilihan yang ada. Data Sekunder diperoleh dari data perusahaan serta laporan dari beberapa pihak terkait.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Metode analisis data menjelaskan bagaimana cara menganalisis atau teknik dalam mengolah data untuk menarik simpulan dari hasil penelitian. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif disajikan dalam uraian atau deskriptif, sedangkan untuk data kuantitatif disajikan dalam bentuk tabulasi. Metode pengolahan data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis faktor yang diolah dengan menggunakan Software SPSS 17.

Uji Validitas dan Reliabilitas

Pengujian kuisoner dilakkukan dengan melakukan uji validitas dan reliabilitas. Pengujian ini perlu dilakukan karena kuisoner merupakan instrument penting dalam penelitian sehingga kuisoner penelitian harus dapat dipercaya. Menurut Umar (2003), validitas dimaksudkan untuk menyatakan sejauh mana data yang ditampung pada suatu kuisoner akan mengukur apa yang ingin diukur. Oleh karena itu, uji validitas digunakan untuk mengukur dan mengetahui tingkat kebenaran alat ukur. Pengujian validitas dilakukan menggunakan korelasi

Gambar

Tabel 2  Lima provinsi Indonesia penghasil rata-rata produksi kedelai terbesar pada tahun 2008-2013
Tabel 4 Ringkasan penelitian terdahulu
Gambar 2 Model perilaku pengambilan keputusan konsumen dan faktor
Gambar 3 Kerangka pemikiran operasional
+6

Referensi

Dokumen terkait

investor berani mengambil risiko semakin tinggi maka return saham yang akan. didapatkan juga akan

Pada Percobaan katak ini kita dapat melihat warna ventrikel pada saat sistol dan diastole.Pada waktu sistol ,ventrikel akan berwarna putih dan pada saat diastole akan

laporan keuangan disajikan wajar sesuai PABU. c) Tidak menyatakan pendapat (disclaimer) yang menyatakan bahwa auditor.. tidak menyatakan pendapat terhadap

Peneliti melakukan wawancara mengenai pelayanan pengurus di dalam komunitas “X” dengan pembina yang sudah mengikuti komunitas ini dari awal berdirinya tahun 1999

Perkembangan dan Kemajuan teknologi komunikasi sangat mempengaruhi gaya hidup masyarakat Kota Manado yang sangat senang dengan penampilan yang glamour agar

Dokumen ini dan informasi yang dimilikinya adalah milik Prodi Magister Teknik Informatika-UAJY dan bersifat rahasia. Dilarang untuk mereproduksi dokumen.. ini tanpa diketahui

pengalaman belajar, pengemasan materi ajar, pengembangan evaluasi yang

teknis perpajakan. Melakukan penyusunan profil Wajib Pajak. Menganalisis kinerja Wajib Pajak. Memberikan konsultasi kepada wajib pajak tentang ketentuan peraturan