• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tata Cara Pemeriksaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tata Cara Pemeriksaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN TUGAS AKHIR

TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN PETISAH

OLEH

NAMA : M. FARIZ ILHAM RITONGA NIM : 122600019

Untuk Memenuhi Salah Satu SyaratMenyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma IIIAdministrasPerpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan karunia kesehatan dan kesempatan, serta berkat yang tak terhingga setiap hari kepada penulis untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini, sehingga Tugas Akhir ini dapat diselesaikan dengan baik.

Tugas Akhir ini merupakan syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya (Amd) Administrasi Perpajakan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dengan judul “ Tata Cara Pemeriksaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah”.

Penulis menyadari bahwa dalam meneyelesaikan Tugas Akhir ini tidak terlepas dari dukungan, bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak sehingga penulisan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini pula, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si , selaku ketua Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

3. Ibu Arlina, SH, M.Hum, Selaku Sekretaris, Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

(3)

4. Bapak Drs. Zakaria, M.SP , selaku Dosen Pembimbing penulis yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

5. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si , selaku Dosen Penguji Seminar yang telah meluangkan waktu dan pemikiran untuk menguji Seminar Proposal PKLM penulis.

6. Seluruh Staf Pengajar dan Pegawai di Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan yang telah memberikan ilmu dan membantu penulis selama mengikuti perkuliahan.

7. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda (Drs. Sahnuran Ritonga) dan Ibunda (Irdani Rizka Nasution) yang selalu memberikan dukungan dan arahan, baik secara moril, materil dan doa yang tak pernah putus untuk penulis, dan rasa syukur yang tak terhingga karena telah dibesarkan dan dibimbing oleh kedua orang tua yang luar biasa.

8. Bapak Supervisor Lapangan yang bersedia meluangakan waktunya memberikan data-data yang diperlukan dalam menyelsaikan Laporan Tugas Akhir ini.

9. Kepada semua keluarga penulis.

10. Seluruh mahasiswa-mahasiswi Diploma III Administrasi Perpajakan Stambuk 2012 yang selama ini berjuang bersama dalam menuntut ilmu.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ijni masih dari sempurna Oleh karena itu penulis

(4)

Sangant mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari Bapak dan Ibu Staf Pengajar serta rekan-rekan mahasiswa demi penyempurnaan Tugas Akhir ini.

Akhir kata, penulis berharap Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kita semua.Amin.

Medan, Agustus 2015

Penulis

122600019 M. Fariz Ilham Ritonga

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Tujuan dan Manfaat Laporan Tugas Akhir ... 4

C. Uraian Teoritis ... 5

D. Ruang Lingkup Laporan Tugas Akhir ... 12

E. Metode Pengumpulan Data ... 12

F. Sistematika Penulisan Laporan ... 13

BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MEDAN PETISAH A. Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Petisah... 15

B. Visi dan Misi KPP Pratama Petisah ... 19

C. Tugas dan Fungsi KPP Pratama Medan Petisah ... 20

D. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Petisah... 21

E. Gambaran Pegawai KPP Pratama Medan Petisah... 28

BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Kendala-Kendala yang Dihadapi Fiskus dalam Pelaksanaan Pemeriksaan ... 32

B. Peningkatan Penerimaan Pajak Melalui Pelaksanaan Pemeriksaan .. 32 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

(6)

A. Kesimpulan ... 37 B. Saran ... 38

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(7)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pajak adalah iuran wajib rakyat kepada Negara yang dipungut berdasarkan peraturan perundang-undangan tanpa imbalan jasa secara langsung untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan nasional.Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terus-menerus untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik materil maupun spiritual.Salah satu penerimaan Negara yang sangat penting untuk membiyai pembangunan itu adalah pajak, disamping minyak dan gas bumi karena penerimaan negara dari sektor pajak tiap tahun terus meningkat.Dinegara-negara maju seperti Amerika pajak merupakan penerimaan yang paling utama namun di Indonesia hal tersebut sulit diwujudkan karena masih banyak rakyat Indonesia yang hidup dibawah garis kesadaran untuk membayar pajaknya.

Reformasi perpajakan nasional (tax reform) Tahun 1984 bertujuan untuk meningkatkan penerimaan negara dari sector pajak.Undang-undang pajak baru menganut self assessment system yaitu suatu sistem pemungutan pajak dengan memberikan kepercayaan kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan membayar dan melaporkan sendiri pajak terutang, sedangkan fiskus hanya mengawasi dan melayani wajib pajak.Dengan mengubah sistem pemungutan tersebut diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk melunasi kewajiban membayar pajak.

(8)

Dalam rangka mewujudkan self assessment itu sendiri agar berjalan efektif, perlu dilakukan pemeriksaan pada tahap awal pemberlakuan self assessment system karena tidak semua wajib pajak patuh akan kewajiban perpajakannya.

Mungkin setelah wajib pajak semuanya patuh, pemeriksaan tidak diperlukan lagi tetapi entah kapan dan kemungkinan besar tak pernah terjadi karena kecenderungan wajib pajak adalah selalu meminimalisir beban pajak dan memperlambat pembayaran pajak.

(9)

Di dalam pasal 29 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009, telah diatur kewenangan kepada Direktorat Jendral Pajak untuk melakukan pemeriksaan pajak yang merupakan instrument untuk menentukan kepatuhan baik formal maupun materil yang tujuan utamanya adalah untuk menguji kepatuhan dan meningkatkan pemenuhan perpajakan (Tax Complience). Dalam system self assessment, pemeriksaan pajak tidak dilakukan terhadap semua Surat Pemberitahuan (SPT). Kriteria Surat Pemberitahuan (SPT) yang dilakukan pemeriksaan pajak adalah terhadap Wajib Pajak yang Surat Pemberitahuannya menyatakan lebih bayar. Surat Pemberitahuan (SPT) adalah Surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak yang terutang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (Mardiasmo,2003:17). Disamping itu pemeriksaan juga dilakukan terhadap Wajib Pajak kriteria tertentu dan Wajib Pajak yang tingkat kepatuhannya dianggap rendah. Dengan kuasa pasal 17C Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009, pemeriksaan terhadap Wajib Pajak yang surat pemberitahuannya menyatakan lebih bayar akan dikurangi jumlahnya, sehingga pemeriksaan dapat lebih diarahkan kepada Wajib Pajak yang tingkat kepatuhannya rendah tersebut atau Wajib Pajak yang memenuhi kriteria tertentu.

(10)

mengembangkan keterampilan etika perpajakan, sikap, tugas, tanggung jawab serta

kesempatan untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama perkuliahan secara khusus. Selain itu, penulis juga ingin mengetahui seberapa besar kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.Kemudian itu, penulis ingin mengetahui kinerja Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Petisah dalam melakukan pemeriksaan pajak.Dari semua permasalahan tersebut penulis tertarik untuk melakukan Penelitian dengan judul “TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA MEDAN PETISAH”.

B. Tujuan dan Manfaat Laporan Tugas Akhir B.1. Tujuan Penelitian

Di dalam suatu kegiatan yang dilakukan selalu memiliki tujuan yang sesuai dengan yang diharapkan.Demikian halnya dengan Praktik Kerja Lapangan Mandiri yang dilaksanakan oleh mahasiswa administrasi perpajakan memiliki tujuan tersendiri. Adapun tujuannya adalah:

a. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi saat melakukan pemeriksaan pajak.

b. Untuk mengetahui pengaruh pemeriksaan pajak terhadap penerimaan pajak.

B.2. Manfaat Hasil Penelitian B.2.1. Bagi Pengembangan Ilmu

(11)

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan wawasan, khususnya mengenai upaya hukum wajib pajak terhadap hasil pemeriksaan pajak.

b. Manfaat Praktis

Manfaat penelitian yang bersifat praktis hasil penetian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan masukan bagi kalangan akademisi, praktisi maupun masyarakat umumnya serta dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang ingin melakukan penelitian di bidang yang sama.

B.2.2. Bagi Lembaga, Khusus Pada Kantor Pelayanan Pajak Dan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.

a. Membangun kerja sama yang baik antara Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah dengan Universitas Sumatera Utara, khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.

b. Mendapat masukan dan saran untuk penyempurnaan kurikulum yang berlaku di Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.

c. Membuka interaksi antar mahasiswa, dosen dan instansi pemerintah di bangku perkuliahan.

d. Guna meningkatkan profesionalisme, memperluas wawasan serta menetapkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam menerapkan ilmu, khususnya dibidang perpajakan.

B.2.3. Bagi Masyarakat

(12)

C. Uraian Teoritis

C.1. Pajak Secara Umum

C.1.1. Pengertian Pajak Berdasarkan UU

Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 yang merupakan perubahan keempat Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan atau dikenal dengan istilah UU KUP. Menurut UU tersebut, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

C.1.2. Pengertian Pajak Menurut Pendapat Ahli

Beberapa para ahli perpajakan mengemukakan pendapat yang berbeda mengenai pajak, tetapi pada dasarnya pendapat yang dikemukakan tersebut mempunyai maksud dan tujuan yang sama. Diantaranya pengertian pajak dikemukakan oleh:

1) Prof. DR Rochmat Soemitro,S.H berpendapat bahwa”pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum”.(Mardiasmo,2008:2)

(13)

kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum” (Resmi,2008:2).

3) P.J.A Andriani berpendapat bahwa”pajak adalah iuran masyarakat kepada Negara (yang dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk mebiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintah” (Waluyo,2009:2).

C.2. Fungsi Pajak

Pajak merupakan sumber penerimaan Negara yang mempunyai dua fungsi, yaitu :

1. Fungsi Anggran (Budgetair) sebagai sumber dana bagi pemerintah, untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.

2. Fungsi Mengatur (Regulerend) sebagai alat pengatur atau melaksanakan pemerintah dalam bidang social ekonomi.

C.3. Macam dan Jenis Pajak C.3.1. Macam-macam Pajak

Ada seribu satu macam pajak yang berlaku di dunia.Berikut adalah macam-macam pajak yang terdapat di Indonesia, baik yang sudah berlaku lagi, maupun yang sedang berlaku saat ini.

C.3.1.1. Berdasarkan UU

(14)

2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

3. Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) 4. Pajak Bumi Dan Bangunan (PBB)

5. Bea Materai; berdasarkan UU No 13 Tahun 1985 tentang Bea Materai (UU Bea Materai)

6. Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan (BPHTB-Mulai Berlaku Tgl 9 Juli 1998)

7. Bea Masuk; berdasarkan UU No 10 Tahun 1995 tentang kepabean (UU Kepabesan)

8. Cukai Tembakau dan Ethil Alkohol beserta Hasil Olahannya; berdasarkan UU No 11 Tahun 1995 tentang Cukai (UU Cukai) C.3.1.2. Pajak Daerah

Dasar hokum pajak daerah adalah UU No 19 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah dengan UU No 34 Tahun 2000. Berdasarkan UU No 19 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah dengan UU No 34 Tahun 2000 tersebut pajak daerah terdiri dari.

a. Pajak Daerah Propinsi (wewenang pemajakannya berada di tangan pemerintah Daerah propinsi):

1. Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Kendraan di Atas Air; 2. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB),

(15)

4. Pajak Pengambilan dan Pemanaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan.

b. Pajak Daerah Kabupaten/Kota (wewenang pemajakannya berada di tangan pemerintahan daerah kabupaten/kota);

5. Pajak Hotel dan Restoran (PHR); 6. Pajak Restoran

7. Pajak Hiburan 8. Pajak Reklame

9. Pajak Penerangan Jalan;

10. Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian Golongan C; 11. Pajak Parkir (dikenakan pada perusahaan pengelolah parker). C.3.2. Jenis-jenis Pajak

1. Pajak Langsung

Pajak langsung adalah pajak yang dibebankan harus ditanggung oleh wajib pajak sendiri dan tidak dapat dilimpahkan kepada pihak lain atau orang lain. Contohnya, Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Pajak Perseroan (PPs), Pajak Kekayaan, Pajak Deviden, Pajak Bunga Deposito, Pajak Kendaran Bermotor (PKB), Bea Balik Nama (BBN) dan sebagainya.

2. Pajak Tidak Langsung

(16)

yang membiayai pajak sebenarnya adalah pemakai atau konsumen.Pajak tidak langsung lainnya adalah cukai tembakau atau pita rokok, dan cukai untuk minuman keras.

C.3.3. Pemeriksaan Pajak

C.3.3.1. Pengertian Pemeriksaan Pajak PPh 21

(17)

berhak mendapatkan Bukti Potong PPh Pasal 21 dari Pemotong Pajak PPh Pasal 21. Sebelum melakukan Pemotongan Pajak PPh Pasal 21, maka Pemotong Pajak harus terdaftar terlebih dahulu sebagai Pemotong Pajak PPh 21 di Kantor Pelayanan Pajak. Untuk mengetahui apakah Wajib Pajak mempunyai kewajiban sebagai Pemotong Pajak PPh Pasal 21 dapat dilihat pada Surat Keterangan Terdaftar (SKT) yang diterima dari Kantor Pelayanan Pajak pada saat pendaftaran NPWP.

C.3.3.2. Tujuan dan Jenis Pemeriksaan a. Tujuan Pemeriksaan

Tujuan pemeriksaan yang diatur dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE – 10/PJ.04/2008 hanya meliputi tujuan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan. Pemeriksaan dalam rangka menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak dilakukan dengna menguji kebenaran Surat Pemberitahuan, pembukuan atau pencatatan, dan/atau pemenuhan kewajiban perpajakan lainnya dibandingkan dengan kegiatan usaha, pekerjaan bebas, dan/atau keadaan, yang sebenarnya dari Wajib Pajak. Pelaksanaan dan hasil pemeriksaan dalam rangka menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak dituangkan dalam bentuk Laporan Hasil Pemeriksaan yang diikuti dengan penerbitan surat ketetapan pajak dan Surat Tagihan Pajak.

(18)

dilakukan untuk melaksanakan ketentuan tertentu dalam peraturan perundang-undangan perpajakan dan bukan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpjakan Wajib Pajak serta tidak dimaksudkan untuk menerbitkan surat ketetapan pajak atau Surat Tagihan Pajak.

b. Jenis Pemeriksaan

Jenis pemeriksaan dipengaruhi oleh bobot risiko ketidakpatuhan dari Wajib Pajak yang diperiksa serta ruang lingkup pemeriksaan. Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dapat dilaksanakan melalui 2 jenis pemeriksaan, yaitu:

1. Pemeriksaan Lapangan yaitu pemeriksaan yang dilakukan di tempat kedudukan, tempat usaha atau pekerjaan bebas, tempat tinggal Wajib Pajak atau tempat lain yang ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak.

2. Pemeriksaan Kantor yaitu pemeriksaan yang dilakukan di kantor Direktorat Jenderal Pajak.

D. Ruang Lingkup Laporan Tugas Akhir

Adapun yang menjadi ruang lingkup dalam penelitian ini adalah:

1. Prosedur dan tata cara pelaksanaan pemeriksaan pajak pada Wajib Pajak Orang Pribadi, Badan, dan Bendaharawan.

2. Jenis dan ruang lingkup pemeriksaan pajak.

(19)

E. Metode Pengumpulan Data E.1. Observasi

Yaitu dilakukan dengan langsung atas keinginan yang dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah.

E.2. Wawancara

Yaitu dengan mengadakan pembicaraan langsung terhadap pegawai dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan langsung kepada pihak-pihak KPP Pratama Medan Petisah.

E.3. Daftar Dokumentasi

Yaitu dengan mengumpulkan catatan-catatan, data-data mengenai pemeriksaan pajak.

E.4. Analisis

Setelah seluruh data dikumpulkan maka dilaksanakan analisis dan evaluasi data, teknik analisis data yang digunakan adalah dengan menghitung dan menganalisis data yang diperoleh di KPP Medan Petisah.

F. Sistematika Penulisan Laporan

Adapun sistematika dalam penyususnan laporan akhir adalah sebagai berikut: BAB I: PENDAHULUAN

(20)

BAB II: GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MEDAN PETISAH

Bab ini terdiri dari sejarah singkat berdirinya KPP Pratama Medan Petisah, struktur organisasi.Uraian tugas pokok dan fungsi Kantor Pelayanan PajakPratama Medan Petisah.

BAB III : PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

Pada bab ini penulis mengemukakakn tenang analisa dan evaluasi terhadap data-data yang berhubungan dengan judul laporan.

BAB IV: KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini mengemukakan tentang kesimpulan dan saran-saran yangmerupakan inti dari pokok permasalahan yang dibahas dalam laporan ini

(21)

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM

A. Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Petisah

Sebagai gambaran umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah semula bernama Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara didirikan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 94/KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994 yang kemudian diubah namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak Medan Petisah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 443/KMK.01/2001 tanggal 23 Juli 2001 dan dengan adanya modernisasi di lingkungan DJP, maka sejak tanggal 27 Mei 2008 berubah nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 191/KMK.01/2008 yang merupakan gabungan dari Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan serta Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak, yang akan melayani Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), serta melakukan pemeriksaan tetapi bukan lembaga yang memutuskan keberatan.

Seiring dengan perubahan kinerja di lingkungan DJP untuk menuju yang lebih baik, maka dilakukan reorganisasi di lingkungan DJP melalui sistem modernisasi.Dengan adanya reorganisasi tersebut, maka unit kerja yang dulu dikenal KPP diganti dengan KPP Pratama dan KPP Madya. Unit kerja tersebut adalah :

(22)

1. KPP Madya Medan

2. KPP Pratama Medan Barat 3. KPP Pratama Medan Petisah 4. KPP Pratama Binjai

5. KPP Pratama Medan Belawan 6. KPP Pratama Medan Kota 7. KPP Pratama Medan Timur 8. KPP Pratama Medan Polonia 9. KPP Pratama Lubuk Pakam

Adapun ruang lingkup wilayah kerja dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah meliputi :

1. Waskon I yang wilayah kerjanya meliputi : a. Sekip.

b. Sei Sikambing C II. c. Sei Sikambing D. d. Sei Putih Tengah. e. Sei Putih Timur. f. Helvetia Timur.

2. Waskon II yang wilayah kerjanya meliputi : a. Petisah Tengah.

3. Waskon III yang wilayah kerjanya meliputi : a. Sunggal.

(23)

c. Helvetia Tengah. d. Tajung Gusta. e. Babura Sunggal. f. Kampung Lalang.

4. Waskon IV yang wilayah kerjanya meliputi : a. Sei Putih Tengah.

b. Sei Putih Timur II. c. Cinta Damai d. Dwi Kora. e. Helvetia.

f. Sei Sikambing B. g. Simpang Tanjung.

[image:23.595.126.371.523.656.2]

Adapun jumlah Wajib Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Medan Petisah periode 31 Desember 2014 berjumlah yang terdiri dari:

Tabel 1 Jumlah Wajib Pajak KPP Pratama Medan Petisah

No Jenis Wajib Pajak Jumlah 1 Orang Pribadi 88.932

2 Badan 11.424

3 Bendaharawan 217

Sumber: KPP Pratama Medan Petisah

(24)

pelayanan pajak di bidang Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM), dan Pajak Bumi dan Bangunan dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan per Undang-Undangan yang berlaku.

Makna Logo Direktorat Jenderal pajak

Dalam menentukan logo, tentu saja instansi yang bersangkutan memiliki pertimbangan-pertimbangan khusus, apalagi instansi kepemerintahan seperti Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah yang berada di bawah naungan Menteri Keuangan (MenKeu) Republik Indonesia. Setiap logo tentunya memiliki makna-makna tersendiri begitu juga dengan Departemen Keuangan Republik Indonesia

Keterangan :

1) Tulisan yang berbunyi “Nagara Dana Rakca” artinya penghimpunan negara.

2) Bentuk padi melambangkan kemakmuran. 3) Bentuk kapas melambangkan bersih.

(25)

Jadi, dapat disimpulkan bahwa lambang Menteri Keuangan memiliki makna, yaitu: “Menteri keuangan yang bertugas sebagai penghimpun dana negara yang bersih demi kemakmuran rakyat Indonesia”.

B. Visi dan Misi KPP Pratama Medan Petisah

Keberhasilan program modernisasi di lingkungan DJP, tidak hanya dapat membawa perubahan paradigma dan perubahan perilaku pegawai DJP, tetapi lebih jauh juga dapat memberikan dampak positif terhadap percepatan penerapan praktek-praktek good governancepada institusi pemerintah secara keseluruhan.Untuk mencapai tujuan tersebut, Direktorat Jenderal Pajak telah mencanangkan visi dan misi sebagai pedoman dalam melakukan setiap kegiatan.

Adapun Visi dan Misi tersebut adalah sebagai berikut :

Visi Menjadi institusi pemerintahan yang menyelenggarakansistem administrasi perpajakan modern yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan integritas dan profesionalisme yang tinggi Misi Misi Fiskal : Menghimpun penerimaan dalam negeri dari sektor

pajak yang mampu menunjang kemandirian pembiayaan pemerintah berdasarkan Undang-Undang Perpajakan dengan tingkat efektifitas dan efisiensi yang tinggi.

Misi Ekonomi : Mendukung kebijaksanaan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ekonomi bangsa dengan kebijakan perpajakan dengan meminimalkan distorsi.

(26)

Misi Kelembagaan : Senantiasa memperbaharui diri, selaras dengan aspirasi masyarakat dan teknologi perpajakan serta admistrasi perpajakan mutakhir.

Moto Pelayanan Kantor Pelanyanan Pajak (KPP) Pratama Medan Petisah

Profesional

Amanah

Sederhana

Transparan

Inovatif

C. Tugas dan Fungsi KPP Pratama Medan Petisah

Dalam melaksanakan tugasnya, KPP Pratama Medan Petisah menyelenggarakan fungsi:

a. Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan, penyajian informasi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, serta penilaian objek Pajak Bumi dan Bangunan.

b. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan.

c. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya.

d. Penyuluhan perpajakan.

e. Pelaksanaan registrasi Wajib Pajak. f. Pelaksanaan ekstensifikasi.

(27)

i. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak. j. Pelaksanaan konsultasi perpajakan

k. Pelaksanaan intensifikasi l. Pembetulan ketetapan pajak

m. Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/ atau Bangunan.

n. Pelaksanaan administrasi kantor.

D. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Petisah

Struktur Organisasi adalah suatu bagan yang menggambarkan secara sistematis mengenai penetapan tugas-tugas, fungsi dan wewenang serta tanggung jawab pegawai masing-masing telah ditentukan sebelumnya.Tujuannya adalah untuk membina keharmonisan kerja agar pekerjaan dapat dilaksanakan dengan baik, teratur dan efisien.Jenis struktur organisasi yang digunakan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah adalah jenis struktur line and staff organization atau gabungan dari jenis struktur organisasi garis dan organisasi

fungsional.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah dipimpin oleh seorang Kepala Kantor yang secara operasional bertanggung jawab kepada Kepala Kantor wilayah Ditjen Pajak. Adapun organisasi yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah, antara lain :

1. Sub Bagian Umum

(28)

4. Seksi Pemeriksaan 5. Seksi Penagihan 6. Seksi Ekstensifikasi

7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I 8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II 9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III 10. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV

11. Kelompok Fungsional Pemeriksa Pajak dan Penilai PBB

Tugas dan fungsi masing-masing akan di uraikan dalam setiap seksi, untuk dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. Masing-masing seksi dipimpin oleh seorang kepala seksi. Untuk dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsi sesuai Keputusan Menteri Keuangan Nomor 94/KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994, maka pembagian tugas dan wewenang masing-masing seksi dalam struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah adalah :

1. Kepala KPP (Kepala Kantor)

Tugas dan fungsi nya adalah sebagai berikut :

a. Mengkoordinasi penyusunan rencana kerja kantor sebagai bahan penyusunan rencana strategi kantor wilayah.

b. Mengkoordinasi penyusunan rencana pengamanan penerimaan pajak berdasarkan potensi pajak, perkembangan kegiatan ekonomi keuangan dan realisasi peerimaan tahun lalu.

(29)

d. Mengkoordinasi rencana pencarian data strategis dan potensial dalam rangka intensifikasi/ ekstensifikasi perpajakan.

e. Mengkoordinasi pelaksanaan rencana pencarian data strategis dan potensial dalam rangka intensifikasi/ ekstensifikasi perpajakan

f. Mengkoordinasi pengolahan data yang sumber datanya strategis dan potensial dalam rangka intensifikasi/ ekstensifikasi perpajakan.

g. Mengkoordinasi pembuatan risalah perincian dasar pengenaan pemotongan atau pemungutan pajak atas permintaan wajib pajak berdasarkan hasil perhitungan ketetapan pajak.

h. Mengkoordinasi pengolahan data guna menyajikan informasi perpajakan. i. Mengkoordinasi penyusunan monografi perpajakan.

j. Mengkoordinasi pemantauan pelaporan dan pembayaran masa dan tahunan PPh dan pembayaran masa PPN/PPnBM serta pembayaran BPHTB dan PBB untuk mengetahui tingkat kepatuhan wajib pajak serta mengendalikan pelaksanaan pemeriksaan pajak.

2. Sub Bagian Umum

Tugas dan fungsi nya adalah sebagai berikut:

a. Pelaksanaan Tata Usaha dan Kepegawaian yang bertugas membantu menangani Tata Usaha dan Kepegawaian.

b. Pelaksanaan Keuangan yang bertugas menangani urusan Keuangan. c. Pelaksanaan Rumah Tangga yang bertugas menangani urusan

(30)

Tugas dan fungsi nya adalah sebagai berikut:

a. Melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan.

b. Perekaman dokumen perpajakan. c. Merekam SSP lembar 3.

d. Merekam SPT Masa PPN 1107, 1107A dan 1107B. e. Merekam PPh Pasal 21.

f. Merekam PPh Pasal 23/26.

g. Merekam PPh Final Pasal 4 ayat 3

h. Melakukan urusan tata usaha penerimaan perpajakan.

i. Melakukan pengalokasian Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

j. Memberikan pelayanan dukungan teknis komputer. k. Pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filing.

l. Pelaksanaan i-SISMIOP dan SIG. m. Penyiapan laporan kinerja. 4. Seksi Pelayanan

Tugas dan fungsi nya adalah sebagai berikut:

a. Melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan. b. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan.

c. Melakukan Penyuluhan Perpajakan.

(31)

e. Melakukan penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan Wajib Pajak dan surat lainnya.

f. Melakukan penatausahaan pendaftaran, pemindahan data, dan pencabutan identitas Waib Pajak.

g. Melakukan urusan kearsipan Wajib Pajak h. Melakukan Kerjasama Perpajakan 5. Seksi Penagihan

Tugas dan fungsi nya adalah sebagai berikut:

a. Pelaksanaan Pemrosesan dan Penatausahaan Dokumen masuk di Seksi Penagihan.

b. Pelaksanaan penagihan, yang bertugas membantu penyiapan surat tagihan, surat paksa, surat perintah, melaksanakan penyitaan, usulan lelang, dan penagihan lainnya.

c. Pelaksanaan penatausahaan Surat Ketetapan Pajak dan Surat Tagihan Pajak beserta bukti pembayarannya.

d. Pelaksanaan penatausahaan Surat Keputusan Pembetulan/ Keberatan/Putusan Banding/ Pengurangan atau Pembatalan ketetapan Pajak dan Surat Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi pada Seksi Penagihan.

6. Seksi Pemeriksaan

(32)

c. Penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

7. Seksi Ekstensifikasi

Tugas dan fungsi nya adalah sebagai berikut:

a. Pelaksanaan Pemprosesan dan Penatausahaan Dokumen Masuk di Seksi Ektensifikasi Perpajakan.

b. Melakukan pengamatan potensi perpajakan. c. Pendataan objek dan subjek pajak.

d. Pembentukan dan pemutakhiran basis data nilai objek pajak dalam menunjang ekstensifikasi.

8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi

Tugas dan fungsi nya adalah sebagai berikut:

a. Melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak. b. Membimbingan/menghimbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi

teknis perpajakan.

c. Melakukan penyusunan profil Wajib Pajak. d. Menganalisis kinerja Wajib Pajak.

e. Memberikan konsultasi kepada wajib pajak tentang ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

(33)

g. Pelaksanaan penyelesaian permohonan keberatan, pembetulan, pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah di KPP.

h. Melakukan evaluasi hasil banding.

i. Melakukan rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya.

j. Penyuluhan perpajakan. 9. Fungsional Pemeriksa dan Penilai

Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perUndang-Undangan yang berlaku.Kelompok jabatan fungsional terdiri dari sejumlah jabatan fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang keahliannya.

a) Pejabat fungsional pemeriksa koordinasi dengan seksi pemeriksaan sedangkan pejabat fungsional penilai berkoordinasi dengan seksi ekstensifikasi.

(34)

c) Jumlah jabatan fungsional ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja.

d) Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur sesuai dengan peraturan perUndang-Undangan yang berlaku.

STRUKTUR ORGANISASI

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN PETISAH

E. Gambaran Pegawai KPP Pratama Medan Petisah

Telah dijelaskan di atas bahwa wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah adalah Kecamatan Medan Petisah, Kecamatan Medan

KEPALA KANTOR

KASUBBAG UMUM

SEKSI PDI SEKSI PELAYANAN

SEKSI PEMERIKSAAN SEKSI

PENAGIHAN

SEKSI PENGAWASAN DAN KONSULTASI

SEKSI

EKSTENSIFIKASI

PERPAJAKAN

(35)

Sunggal, dan Kecamatan Medan Helvetia.Kantor Pelayanan Pajak Medan Petisah ini dikepalai oleh seorang Kepala Kantor yang membawahi 10 seksi dan 1 kelompok jabatan Fungsional. Dan berdasarkan data hingga Januari 2013, jumlah pegawai KPP Medan Petisah adalah sebanyak 90 orang, dengan perincian sebagai berikut :

1. Berdasarkan Pendidikan Master (S2) 8 orang Sarjana 32 orang D-IV 5 orang

D-III/Sarjana Muda 20 orang D-I 17 orang

SLTA 8 orang

2. Berdasarkan Pangkat Golongan IV 1 orang Golongan III 52 orang Golongan II 37 orang

3.Berdasarkan Esselon  Eselon III 1 orang Eselon IV 9 orang Fungsional 12 orang

Account representative (AR) 20 orang

(36)

BAB III

PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

Sistem self assessment adalah suatu sistem pemungutan pajak dimana wewenang untuk menentukan pajak terutang oleh seorang berada pada kedua belah pihak, yaitu Wajib Pajak dan Fiskus. Sebelum sistem ini berjalan, di Indonesia diberlakukan sistem official assessment namun tidak berjalan dengan efisien, dan menimbulkan kecenderungan masyarakat Wajib Pajak kurang bertanggung jawab, dan sering terjadi perlawanan pajak dengan cara menghindar dari kewajiban perpajakannya. Dengan menyadari kelemahan-kelemahan yang ditimbulkan oleh sistem-sistem tersebut, maka kita sekarang menggunakan sistem self assessment.

Dalam hal ini fungsi Direktorat Jendral Pajak melakukan pembinaan, pelayanan, pengadministrasian dan pengawasan. Dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan, maka Direktorat Jendral Pajak berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak, atau tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Selain itu fiskus berkewajiban pula melaksanakan penegakan hokum dalam perpajakan (tax law enforcement) dalam rangka upaya untuk memelihara agar proses dan pelaksanaan self assessment system dapat berjalan dengan efektif fan tetap berada pada jalurnya. Salah satunya melalui pemeriksaan pajak yang merupakan instrument untuk menentukan tingkat kepatuhan formal dan material yang tujuan utamannya adalah untuk menguji dan meningkatkan kepatuhan Wajib

(37)

Pajak dalam Perpajakan (tax compliance).Dengan demikian, pemeriksaan pajak merupakan pagar penjaga agar Wajib Pajak tetap berada pada koridor ketentuan perundang-undangan perpajakan.

Tindakan pemeriksaan yang dilaksanakan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah dari pertengahan tahun 2010 sampai dengan akhir tahun 2014 adalah sebagai berikut:

Jumlah Wajib Pajak Terdaftar, Wajib Lapor dan Lapor SPT Tahunan

Tahun

Terdaftar Wajib Lapor

OP Badan OP Badan OP Badan

2010 58,530 7,830 25,983 5,470 19,952 2,228 2011 66,752 8,576 29,845 5,880 20,696 2,411 2012 73,085 9,349 36,020 9,349 20,336 2,454 2013 79,870 10,107 42,698 7,295 21,053 2,617 2014 83,963 10,750 46,753 7,890 20,266 2,567

Status SPT 2010 2011 2012 2013 2014

Nihil 16,170 16,868 16,632 17,370 16,901

Lebih Bayar 26 33 22 10 68

Kurang Bayar 3,756 3,795 3,682 3,673 3,297

Jumlah 19,952 20,696 20,336 21,053 20,266

(38)

A. Kendala-Kendala yang Dihadapi Fiskus dalam Pelaksanaan Pemeriksaan

Masalah yang sering timbul saat pelaksanaan pemeriksaan yang berhubungan dengan penerimaan dengna penerimaan pajak adalah sebagai berikut:

1. Dalam Pemeriksaan Lapangan terkadang Wajib Pajak sulit ditemui oleh Pemeriksa, karena Wajib Pajak tidak ada ditempat, disebabkan karena waktu pemeriksaan dilakukan pada saat jam kerja.

2. Tidak sesuainya lagi data yang dimiliki pihak kantor pajak dengan data yang sebenarnya pada saat akan dilakukan pemeriksaan. Misalnya saja dalam hal Wajib Pajak yang pindah alamat tanpa diketahui alamat barunya oleh pemeriksa, dalam hal ini tidak melapor pada lurah setempat sehingga pemeriksa terhambat.

3. Jumlah Pemeriksa yang terbatas dibanding jumlah Wajib Pajak Badan yang terdaftar dan efektif memasukkan Surat Pemberitahuan (SPT) serta terbatasnya sarana penunjang dalam melaksanakan pemeriksaan.

4. Wajib Pajak tidak memenuhi surat panggilan (dalam hal ini Pemeriksaan Kantor) yang dikirimkan oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak dalam rangka pelaksanaan Pemeriksaan Pajak.

(39)

B. Peningkatan Penerimaan Pajak Melalui Pelaksanaan Pemeriksaan Objek pemeriksaan pada umumnya adalah Surat Pemberitahuan Tahunan dan/atau Surat Pemberitahuan Masa beserta lampiran-lampirannya.Lampiran-lampiran Surat Pemberitahuan meliputi Laporan Keuangan, Surat-Surat Pajak, dan lain-lain.Surat Pemberitahuan dan lampiran-lampirannya menjadi tolak ukur kepatuhan wajib pajak.Sebagaimana Surat Pemberitahuan dan lampiran-lampirannya menjadi objek utama dari Pemeriksaan Pajak, Pemeriksaan atas kebenaran dan kelengkapan kewajiban perpajakan seorang Wajib Pajak yang seperti dinyatakan pada Surat Pemberitahuannya.

Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak merupakan uapaya Direktorat Jenderal Pajak dalam menerapkan pengawasan terhadap kepatuhan Wajib Pajak.Sesuai dengan tujuannya masing-masing, kebijakan yang berkaitan dengan kegiatan Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak merupakan sarana pendukung tidak langsung bagi pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi pajak.Dalam rangka meningkatkan penerimaan negara dari sektor perjakan. Tindakan pemeriksaan dan penyidikan pajak lebih terkait dengan upaya Direktorat Jenderal Pajak untuk memberikan deferent effect kepada wajib pajak lain sehingga dapat meningkatkan kesadaran untuk memenuhi seluruh kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan berlaku.

(40)

Pajak dalam memenuhi kewajibannya.Selain itu upaya meningkatkan kualitas pemeriksaan harus mendapat dukungan dari Wajib Pajak dengan kewajibannya menyelenggarakan pembukuan.Untuk maksud tersebut, Direktorat Jenderal Pajak terus berupaya menyempurnakan kebijakan pemeriksaan dalam rangka penegakan hukum.

Peran penerimaan pajak dalam beberapa tahun kedepan akan semakin berat, mengingat krisis ekonomi yang masih dalam proses pemulihan dan masih rentannya stabilitas social ekonomi. Belum pulihnya perekonomian dan masih rentannya stabilitas social dipastikan akan mempengaruhi terhadap perkembangan usaha dan investasi, kesempatan kerja, produksi serta distribusi barang dan jasa yang pada akhirnya akan mempengaruhi penghasilan dan daya beli masyarakat secara keseluruhan.

Disisi lain penerimaan pajak sering kali merupakan mayoritas dari pendapatan pemerintah dan dipandang sebagai komponen yang penting dalam mengukur hasil keuangan pemerintah. Karenanya penerimaaan pajak dipandang sebagai bagian dari efektivitas operasi pemerintah yang merupakan komponen pendapatan.

(41)

memberikan gambaran mengenai hal tersebut ditunjukkan oleh besaran Tax Coerage Ratio, yaitu indicator untuk menilai tingkat keberhasilan pemungutan pajak.Besaran itu merupakan perbandingan antara besaran pajak yang telah dipungut dibandingkan dengan besarnya potensi pajak yang seharusnya dapat dipungut.Untuk menjaga dan meningkatkan kepatuhan wajib pajak dapat dilakukan tindakan penegakan hokum.Salah satu bentuk penegakan hokum, dengan dilakukannya pemeriksaan pajak.

Objek pemeriksaan pajak adalah Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan dan atau Surat Pemberitahuan (SPT) Masa yang disampaikan oleh Wajib Pajak. Oleh sebab itu, Wajib Pajak akan diperiksa apabila:

1. Surat Pemberitahuan menyatakan lebih bayar dan/atau rugi. 2. Surat Pemberitahuan tidak disampaikan atau terlambat.

3. Surat Pemberitahuan memenuhi kreiteria tertentu yang ditentukan oleh Direktorat Jendral Pajak untuk diperiksa.

4. Ada indikasi tidak dipenuhi kewajiban-kewajiban selain hal di atas.

Pemeriksaan pajak dapat juga dilakukan apabila terdapat indikasi-indikasi mengenai ketidakpatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan system self assessment, yang dapat dilihat atas dasar:

1. Kepatuhan Wajib Pajak dalam intern, yaitu dalam pembayaran atau pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa, dan Surat Pemberitahuan PPN setiap bulan.

(42)

pajak dalam Surat Pemberitahuan (SPT) pada akhir tahun pajak, serta melunasi pajak yang terutang.

3. Kepatuhan terhadap ketentuan materil dan yuridis formal perpajakan melalui pembukuan sebagaimana mestinya.

Pemeriksaan dilakukan dengan berpedoman pada norma pemeriksaan yang berkaitan dengan Pemeriksa Pajak, Pemeriksaan, dan Wajib Pajak. Pemeriksaan dilaksanakan oleh Pemeriksa Pajak yang tergabung dalam tim Pemeriksa Pajak yang susunannya terdiri dari beberapa supervisor, seorang ketua tim, dan beberapa pemeriksa/ penilai yang tergabung dalam kelompok fungsional.

Adapun prosedur pemeriksaan pajak yang harus dilakukan oleh tim pemeriksa dapat di gambarkan sebagai berikut:

1. Mengevaluasi data-data yang dilaporkan Wajib Pajak.

2. Menganalisa angka-angka yang tercantum dalam laporan keuangan Wajib Pajak.

3. Meminta keterangan lisan dan/atau tertulis dari Wajib Pajak yang diperiksa.

4. Memasuki tempat atau ruangan yang diduga merupakan tempat penyimpanan dokumen, uang, barang, yang dapat member petunjuk.

(43)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, maka sebagai akhir penulisan ini, penulis mengambil beberapa kesimpulan dan saran sebagai berikut:

A. Kesimpulan

1. Pemeriksaan Pajak merupakan upaya Direktorat Jenderal Pajak dalam menerapkan penegakan hukum terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Sesuai dengan tujuannya, kebijakan yang berkaitan dengan kegiatan pemeriksaan pajak dapat secara langsung dikaitkan dengan upaya Direktorat Jenderal Pajak untuk memberikan pengaruh (detterent effect) kepada Wajib Pajak lain sehingga dapat meningkatkan kesadarannya untuk memenuhi seluruh kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan berlaku.

2. Dalam melaksanakan Pemeriksaan Pajak, pemeriksa yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak berpedoman pada Kebijaksanaan Pemerintah baik berupa Undang-Undang Keputusan Menteri Keuangan, maupun Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak.

3. Dalam hal kesadaran Wajib Pajak menghitung, memungut, membayar dan melaporkan pajak terutangnya, harus dengan data yang sebenar-benarnya dan harus membayar serta melaporkan tepat waktu, sehingga tidak terkena sanksi serta denda administrasi dan sanksi pidana yang telah diterapkan

(44)

dalam peraturan perundang-undangan perpajakan sehingga dapat merugikan Wajib Pajak.

4. Tindakan pemeriksaan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah sudah berjalan dengan baik sebagaimana mestinya, hal ini dapat dilihat dari data tindakan pemeriksaan yang diperoleh dari seksi pemeriksaan. Data tersebut menunjukkan adanya peningkatan tindakan pemeriksaan terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi, Badan, maupun Bendaharawan dalam jangka waktu 3 tahun.

5. Tim Pemeriksa Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah juga mendapati kendala-kendala saat melakukan tugasnya. Seperti Wajib Pajak yang tidak kooperatif, tidak dapat diajak berkeja sama, Wajib Pajak yang tidak memenuhi Surat Panggilan, atau Wajib Pajak yang sulit ditemui pada saat melakukan Pemeriksaan Lapangan.

B. Saran

1. Menjalin koordinasi antara Direktorat Jenderal Pajak dengan instansi lain serta semua pihak yang terkait. Misalnya saja pihak Kepolisian, Kehakiman, Pemerintah Kota maupun Daerah.

(45)

3. Perlunya penyesuaian banyaknya pemeriksa dengna yang diperiksa, sehingga dalam pemeriksaan dapat berjalan dengan lancar dan menghasilkan data yang akurat dan benar sesuai dengan data yang benar-benar diperlukan dalam pemeriksaan.

(46)

DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo, 2008, Perpajakan, PenerbitAndi, Yogyakarta.

Resmi,Siti, 2008, Perpajakan: Teori dan Kasus, Edisi Empat, Salemba Empat, Jakarta.

Waluyo, 2009, Perpajakan Indonesia, Edisi Delapan, Salemba Empat, Jakarta.

Kurnia, 2010, Perpajakan Indonesia: Konsep dan Aspek Formal, Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta.

Undang – undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pasal 1 ayat (11)

Gambar

Tabel 1 Jumlah Wajib Pajak KPP Pratama Medan Petisah

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, dalam rangka memperoleh kembali pajak yang terutang tersebut, dalam hal Wajib Pajak dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan atau tindak

TATA CARA PENDAFTARAN DAN PEROLEHAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN PETISAH.. O L E

Menerima surat pernyataan pindah dan formulir Permohonan Pendaftaran dan Perubahan Data Wajib Pajak, Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak, Surat Keterangan Terdaftar dan atau

Kantor Pelayanan Pajak Kota adalah sebagai institusi pemerintah yang mempunyai tugas pokok dalam menyelenggarakan urusan perpajakan, karena pajak merupakan kontribusi wajib

restitusi (Pasal 17B) dilakukan dengan jenis pemeriksaan kantor dengan syarat:.. 1) Laporan keuangan Wajib Pajak untuk Tahun Pajak yang diperiksa diaudit. oleh akuntan publik

Menurut H.Moeljo Hadi,SH Penagihan pajak adalah serangkaian tindakan dari aparatur DirektoratJenderal Pajak, berhubung Wajib Pajak tidak melunasi sebagian/seluruh kewajiban

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan karunia kesehatan dan kesempatan, serta berkat yang tak terhingga setiap hari kepada penulis untuk

Membantu tugas kepala kantor mengkordinasikan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak, bimbingan atau himbauan kepada wajib pajak dan konsultasi teknis