• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tata Cara Pemeriksaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tata Cara Pemeriksaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK

PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN PETISAH O

L E H

NAMA : FITRAH HAYATI HRP NIM : 082600062

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur saya ucapkan kepada sang khalik, Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa. Dengan rahmat dan ridho-Nya yang telah dilimpahkan kepada saya dalam bentuk rezeki, kenikmatan yang tak terhingga, dan juga kesempatan yang tiada tara sehingga saya dapat menyelesaikan perkuliahan pada program Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU dan saya juga dapat menyelesaikan penulisan Laporan Tugas Akhir Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) dengan judul “Tata Cara Pemeriksaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah”.

Laporan Tugas Akhir ini diajukan guna untuk memenuhi salah satu syarat agar dapat menyelesaikan pendidikan Program Diploma III Administrasi Perpajakan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Saya Menyadari bahwa tulisan ini masih sangat belum sempurna baik dalam khazanah bahasa dan kata-kata, maupun dari segi susunan-susunannya. Oleh karena itulah saya sangat mengharapkan adanya saran-saran dan kritikan yang membangun yang dapat membuat tulisan ini menjadi lebih baik lagi.

Dalam menyelesaikan Laporan PKLM ini, saya tidak terlepas dari bantuan dan perhatian dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, saya mengucapkan terimakasih yang setulus-tulusnya dan sedalm-dalamnya kepada :

(3)

2. Bapak Prof . Dr. Badaruddin, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Alwi Hasyim Batubara, M. Si. Selaku Ketua Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.

4. Bapak Prof. Dr. Marlon Sihombing, M.A. selaku Dosen Penasehat Akademik.

5. Bapak Sony Emanuel selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak membantu dan membimbing serta memberikan arahan selama proses penulisan Laporan Tugas Akhir ini. 6. Seluruh Dosen Pengajar pada Program Studi DiplomaIII Administrasi Perpajakan FISIP

USU, yang telah mentransformasikan ilmu-ilmu pengetahuannya kepada saya.

7. Ibu Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah yang telah memberikan izin, kesempatan bagi penulis dalam melaksanakan riset.

8. Bapak Ammaruddin Arif Zakaria yang telah membimbing saya dalam riset di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah.

9. Kak Unik, Bang Iroel, Kak iwa, saudara tersayang yang tiada duanya dan juga merupakan salah satu inspirator untuk aku mencapai dan menatap masa depan.

10.Ungkapan terimakasih yang spesial kepada kakanda Alfath Andrie, yang telah berjuang bersama-sama, saling mengisi kehidupan dan menjadi sumber spirit selama ini di kampus tercinta, kapanpun dan dimanapun.

(4)

Pihak-pihak lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, saya mengucapkan ribuan terimakasih atas bantuan dan dukungannya sehingga laporan ini dapat selesai. Dan saya berharap kiranya Laporan PKLM ini dapat bermanfaat dalam memperkaya ilmu pendidikan.

Medan, Juni 2011 Penulis

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...i

DAFTAR ISI ………..…………iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ……….1

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri ……….4

C. Uraian Teoritis ………...6

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri………..………...8

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri………...9

F. Metode Pengumpulan Data………...10

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri……...11

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK/ LOKASI PKLM A.Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Petisah………...13

B.Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Petisah………..………...16

C.Bidang Kerja dan Fungsi Organisasi Instansi………...21

BAB III GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A.Pengertian Pajak………...25

B.Dasar Hukum Pemeriksaan Pajak………...26

C.Pengertian Pemeriksaan Pajak……….………..27

D.Tujuan dan Jenis Pemeriksaan………...31

E. Jangka Waktu Pemeriksaan……….……...33

(6)

G.Kewajiban dan Kewenangan Pemeriksa Pajak………...38 H.Kewajiban dan Kewenangan Pemeriksa Pajak……….……..42 BAB IV ANALISIS DATA DAN EVALUASI

A.Penyebab-Penyebab Dilakukan Tindakan Pemeriksaan Pajak………..…..46 B.Prosedur dan Tata Cara Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak………...47 C.Kendala-Kendala yang Dihadapi Fiskus dalam Pelaksanaan

Pemeriksaan………..48 D.Upaya-Upaya yang Dilakukan untuk Menanggulangi Masalah Wajib Pajak yang

Tidak dan Kurang Patuh………...49 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan………...52

B.Saran……….………...53

(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Pajak yang didefenisikan oleh Rochmat Soemitro adalah gejala masyarakat, artinya pajak hanya ada di dalam masyarakat. Masyarakat adalah kumpulan manusia yang ada pada suatu waktu berkumpul untuk tujuan tertentu. Masyarakat terdiri dari individu, individu mempunyai hidup sendiri dan kepentingan sendiri, yang dapat dibedakan dari hidup masyarakat dan kepentingan masyarakat. Namun individu tidak mungkin hidup tanpa adanya masyarakat. Negara adalah masyarakat yang mempunyai tujuan tertentu. Kelangsungan hidup negara juga berarti kelangsungan hidup masyarakat dan kepentingan masyarakat. Untuk kelangsungan hidup masing-masing diperlukan biaya. Biaya hidup individu, menjadi beban dari individu yang bersangkutan dan berasal dari penghasilannya sendiri. Biaya hidup negara adalah untuk kelangsungan alat-alat negara, administrasi negara, lembaga negara, dan seterusnya dan harus di biayai dari penghasilan Negara (Suandy, 2005: 7).

Salah satu penghasilan negara adalah berasal dari rakyatnya melalui pungutan pajak, disamping minyak dan gas bumi yang merupakan hasil kekayaan alam. Penghasilan itu untuk membiayai kepentingan umum, seperti kesehatan rakyat, pendidikan, kesejahteraan, dan sebagainya. Jadi, di mana ada kepentingan masyarakat, di sana timbul pungutan pajak sehingga pajak adalah senyawa dengan kepentingan umum.

(8)

Pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri pajak terutang, sedangkan fiskus hanya melayani dan mengawasi wajib pajak. Sistem ini telah dilaksanakan secara efektif pada tahun 1984 (atas dasar perombakan perundang-undagan perpajakan tahun 1983).

Dengan mengubah sistem pemungutan tersebut diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk melunasi kewajiban membayar pajak.Dengan sistem self assessment yang dianut dalam sistem perpajakan Indonesia sekarang ini menuntut Direktorat Jendral Pajak untuk selalu melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap Wajib Pajak. Pengawasan merupakan aktivitas penting dalam manajemen pemerintahan. Pengawasan bukan dimaksudkan untuk mencari kesalahan, tetapi untuk menemukan penyimpangan atas pelaksanaan suatu pekerjaan, sehingga bisa dilakukan tindakan korektif. Dengan tindakan korektif, maka pekerjaan yang dilakukan akan sesuai dengan rencana. Salah satu bentuk pengawasan tersebut adalah melalui pemeriksaan. Di dalam pasal 29 Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, sebagaimana telah diubah terakhir dengan

Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009, telah diatur kewenangan kepada Direktorat Jendral Pajak untuk

melakukan pemeriksaan pajak yang merupakan instrument untuk menentukan kepatuhan baik

formal maupun material yang tujuan utamanaya adalah untuk menguji kepatuhan dan

meningkatkan pemenuhan perpajakan (Tax Complience). Walaupun Direktorat Jendral Pajak

diberikan kewenangan untuk melaksanakan pemeriksaan, undang-undang tersebut juga mengatur

batasan agar pemeriksaan tidak dilakukan secara sewenang-wenang. Dalam sitem self

assessment, pemeriksaan pajak tidak dilakukan terhadap semua Surat Pemberitahuan (SPT).

Kriteria Surat Pemberitahuan (SPT) yang dilakukan pemeriksaan pajak adalah terhadap Wajib

(9)

surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak

yang terutang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (Mardiasmo,

2003:17). Disamping itu pemeriksaan juga dilakukan terhadap Wajib Pajak kriteria tertentu dan

Wajib Pajak yang tingkat kepatuhannya dianggap rendah. Dengan kuasa pasal 17C

Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, sebagaimana

telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009, pemeriksaan terhadap

Wajib Pajak yang Surat Pemberitahuannya menyatakan lebih bayar akan dikurangi jumlahnya,

sehingga pemeriksaan dapat lebih diarahkan kepada Wajib Pajak yang tingkat kepatuhannya

rendah tersebut atau Wajib Pajak yang memenuhi kriteria tertentu.

Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah metode latihan operasional dimana

penulis dilatih secara langsung untuk meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan

keterampilan etika pekerjaan, sikap, tugas, tanggung jawab serta kesempatan utuk menerapkan

ilmu pengetahuan yang diperoleh selama perkuliahan secara khusus, selain itu penulis juga ingin

mengetahui seberapa besar tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban

perpajakannya. Kemudian penulis ingin mengetahui kinerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Medan Petisah dalam melakukan pemeriksaan dan pengaruh pemeriksaan tersebut terhadap

peningkatan kepatuhan wajib pajak dan penerimaan pajak. Dari permasalahan tersebut penulis

tertarik untuk melakukan Praktik Kerja Lapangan Mandiri dengan judul “TATA CARA

PEMERIKSAAN PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN

PETISAH”.

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri

(10)

Di dalam suatu kegiatan yang dilakukan selalu memiliki tujuan yang sesuai dengan yang

diharapkan. Demikian halnya dengan Praktik Kerja Lapangan Mandiri yang dilaksanakan oleh

mahasiswa administrasi perpajakan memiliki tujuan tersendiri. Adapun tujuannya adalah:

a. Untuk mengetahui tata cara pemeriksaan pajak dan jenis-jenis pemeriksaan pajak.

b. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi saat melakukan pemeriksaan pajak.

c. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pemeriksaan pajak terhadap tingkat

kepatuhan wajib pajak dalam hal pemenuhan kewajiban perpajakan dan penerimaan

pajak.

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Bagi Mahasiswa

a. Untuk mengaplikasikan teori dan pengetahuan selama perkuliahan, khususnya mengenai

perpajakan.

b. Menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa dalam pelaksanaan pemeriksaan pajak.

c. Meningkatkan keterampilan dan kemampuan berkomunikasi, serta mendapatkan

pengalaman kerja.

d. Memotivasi mahasiswa untuk menghasilkan prestasi yang lebih baik lagi.

Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah

a. Sebagai sarana untuk menjalin hubungan baik antara Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Medan Petisah dengan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara (FISIP USU).

b. Sebagai sarana untuk mensosialisasikan citra Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan

(11)

c. Sebagai bahan masukan atau pertimbangan dalam pelaksanaan pemeriksaan terhadap

Wajib Pajak.

Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

a. Membangun kerja sama yang baik antara Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah

dengan Universitas Sumatera Utara, khususnya Program Studi Diploma III Administrasi

Perpajakan.

b. Mendapat masukan dan saran untuk penyempurnaan kurikulum yang berlaku di Program

Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.

c. Untuk memberikan tes secara nyata terhadap lulusan atas ilmu yang diterapkan.

C. Uraian Teoritis

Defenisi pajak yang dikemukakan oleh Dr. Soeparman Soemahamidjaja dalam

disertasinya yang berjudul Pajak Berdasarkan Asas Gotong Royong, Universitas Padjadjaran,

Bandung, 1964: “Pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang, yang dipungut oleh

penguasa berdasarkan norma-norma hokum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan

jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum.” (Suandy, 2005: 10)

Menurut Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009,

pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang

bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara

langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dan

di dalam pasal 1 angka 25 Undang-Undang tersebut dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan

(12)

bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan

untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam

rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Pelaksanaan pemeriksaan pajak dilakukan oleh pemeriksa pajak yang telah ditunjuk dan

dibuktikan dengan suatu tanda pengenal pemeriksa pajak. Tidak semua pemeriksa pajak dapat

melakukan pemeriksaan pajak. Mereka yang melakukan pemeriksaan pajak telah dibekali

dengan pendidikan berkaitan dengan tata cara perpajakan dan pendidikan terkait dengan materi

undang-undang pajak yang berkaitan dengan objek yang akan diperiksa.

Pemeriksaan dapat dilakukan di Kantor Jendral Pajak (Pemeriksaan Kantor) atau di

tempat kedudukan, tempat kegiatan usaha, tempat tinggal Wajib Pajak atau tempat lain yang

ditentukan oleh Direktur Jendral Pajak (Pemeriksaan Lapangan) yang ruang lingkup

pemeriksaannya dapat meliputi satu jenis pajak, beberapa jenis pajak, atau seluruh jenis pajak,

baik untuk tahun lalu maupun tahun berjalan. Pemeriksaan dapat dilakukan terhadap Wajib

Pajak, termasuk terhadap instansi pemerintah dan badan lain sebagai pemungut pajak atau

pemotong pajak.

Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak

dapat dilakukan dalam hal Wajib Pajak (Peraturan Menteri Keuangan Nomor 82/PMK.03/2011, Pasal 3 ayat 3):

1. Menyampaikan Surat Pemberitahuan yang menyatakan lebih bayar, termasuk yang telah diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak;

2. Menyampaikan Surat Pemberitahuan yang menyatakan rugi;

(13)

4 Melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran, likuidasi, pembubaran, atau akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya;

5. Menyampaikan Surat Pemberitahuan yang memenuhi kriteria seleksi berdasarkan hasil analisis risiko (risk based selection) mengindikasikan adanya kewajiban perpajakan Wajib Pajak yang tidak dipenuhi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Selain itu Direktur Jendral Pajak juga berwenang melakukan pemeriksaan untuk tujuan

lain (Surat Edaran Direktur Jendral Pajak SE – 116/PJ/2009 tentang Kebijakan Pemeriksaan

Untuk Tujuan Lain), dengan kriteria antara lain sebagai berikut:

1. Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan/atau pengukuhan Pengusaha Kena

Pajak (PKP) secara jabatan;

2. Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan/atau pencabutan pengukuhan PKP;

3. Wajib Pajak mengajukan keberatan;

4. Pengumpulan bahan guna penyusunan Norma Penghitungan Penghasilan Neto;

5. Penentuan Wajib Pajak berlokasi di daerah terpencil;

6. Penetuan satu atau lebih tempat terutang Pajak Pertambahan Nilai;

7. Pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak;

8. Penentuan saat produksi dimulai atau memperpanjang jangka waktu kompensasi kerugian sehubungan dengan pemberian fasilitas perpajakan; dan/atau

(14)

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Pada Praktik Kerja Lapangan Mandiri dilaksanakan pada Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Medan Petisah. Kegiatan yang akan diteliti pada Praktik Kerja Lapangan Mandiri

adalah:

1. Prosedur dan tata cara pelaksanaan pemeriksaan pajak.

2. Jenis dan ruang lingkup pemeriksaan perpajakan.

3. Kendala yang dihadapi dalam pemeriksaan pajak.

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta perolehan informasi yang sesuai,

maka metode yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Tahap persiapan

Pada tahap ini penulis melakukan beberapa persiapan, mulai dari penentuan topik yang

akan diangkat, pengajuan judul, penentuan judul proposal, penentuan tempat pelaksanaan

praktik, pengurusan administrasi dan ijin serta konsultasi dengan pihak dosen.

2. Studi Literatur

Pada tahap ini penulis mencari dan mengumpulkan berbagai sumber bacaan yang

berhubungan dengan objek pembahasan untuk mendukung penulisaan laporan tugas akhir.

3. Observasi Lapangan

Pada tahap ini penulis melakukan pengamatan secara langsung dan pencatatan secara

sistematis terhadap data yang ada pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah.

4. Pengumpulan Data

Pada tahap ini penulis melakukan pengumpulan data mengenai topik yang akan dibahas.

(15)

hasil wawancara dengan nara sumber yang berkompeten, sedangkan data sekunder diperoleh dari

studi kepustakaan dan dokumentasi.

5. Analisis Data dan Evaluasi

Setelah penulis memperoleh data yang dibutuhkan, penulis akan melakukan analisis dan

evaluasi sehingga diperoleh data yang saling mendukung dan akurat dalam bentuk tulisan yang

bersifat deskriptif dan informatif.

F. Metode Pengumpulan Data

Adapun cara pengumpulan sumber-sumber data di atas adalah sebagai berikut:

1. Wawancara (Interview)

Yaitu dengan mengadakan pembicaraan langsung terhadap pegawai dan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan langsung kepada pihak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah.

2. Pengamatan (Observation)

Yaitu dengan melakukan pengamatan langsung atas kegiatan yang dilakukan di Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah.

3. Studi Dokumentasi

Yaitu dengan mengumpulkan catatan-catatan, data-data mengenai pemeriksaan pajak

yang ada pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah.

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Adapun yang menjadi sistematika dalam penyusunan laporan akhir adalah sebagai

berikut:

BAB I : Pendahuluan

Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai Latar Belakang yang menjadi

(16)

Lapangan Mandiri, Uraian Teoritis, Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan

Mandiri, Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Metode Pengumpulan Data,

dan Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

BAB II : Gambaran Umum Objek/Lokasi Praktik Kerja Lapangan

Mandiri

Bab ini terdiri dari Sejarah Singkat berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Medan Petisah, Struktur Organisasi, Bidang Kerja dan Fungsi Organisasi

Instansi.

BAB III : Gambaran Data Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Dalam bab ini penulis menguraikan pengertian-pengertian secara teoritis dan

teori-teori yang berkaitan dengan pemeriksaan pajak.

BAB IV : Analisis dan Evaluasi Data

Dalam bab ini akan dibahas mengenai Penyebab-Penyebab Dilakukannya

Tindakan Pemeriksaan Pajak, Prosedur dan Tata Cara Pelaksanaan Pemeriksaan

Pajak, Kendala-Kendala yang Dihadapi Fiskus dalam Pelaksanaan Pemeriksaan,

Upaya-Upaya yang Dilakukan untuk Menanggulangi Maslah Wajib Pajak yang

Tidak atau Kurang Patuh.

BAB V : Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisikan kesimpulan dari uraian sebelumnya, di samping untuk

dikemukakan juga saran yang kiranya dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk

memperbaiki kelemahan yang ada dibidang perpajakan.

DAFTAR PUSTAKA

(17)

BAB II

GAMBARAN UMUM OBJEK/ LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah

Pada tahun 1987, Kantor Pelayanan Pajak masih disebut Kantor Inspeksi Pajak. Pada saat itu ada dua kantor Inspeksi Pajak yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Kisaran. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi penduduk yang semakin cepat, maka pemerintah merasa perlu adanya penambahan Kantor Inspeksi Pajak guna memaksimalkan penerimaan Negara dari sektor pajak.

Pada tahun 1988, Kantor Inspeksi Pajak dipecah menjadi dua, yaitu:

1. Kantor Inspeksi Pajak Medan yang wilayah kerjanya meliputu Kotamadya Medan, Kabupaten Langkat, Kabupaten Asahan, dan Kabupaten Labuhan Batu. Kantor Inspeksi Pajak Medan tersebut beralamat di Jalan Suka Mulia Nomor 17-A Medan.

2. Kantor Inspeksi Pajak Pematang Siantar, dengan adanya Kantor Inspeksi Pajak Pematang Siantar, Wajib Pajak yang terdaftar di wilayah tersebut dimudahkan dalam mengurus keperluan pajak. Sehingga apa yang menjadi tujuan pemerintah yaitu menetapkan pelayanan yang memberikan kemudahan kepada masyarakat umum khususnya Wajib Pajak tercapai.

Kantor Inspeksi Pajak Medan oleh Pemerintah dibagi menjadi tiga bagian yaitu:

(18)

2. Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan yang beralamat di Jalan Diponegoro Nomor 30-A Medan.

3. Kantor Inspeksi Pajak Medan Barat yang saat itu beralamat di Jalan Binjai Nomor 1 Medan.

Berdasarkan Keputusan Menteri Nomor Kep.785/KMK.01./1993 mengenai Kantor Pelayanan Pajak, jajaran Kantor Wilayah I Sumatera Bagian Utara terhitung Agustus 1993, terdiri dari:

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara yang beralamat di Jalan Kejaksaan Nomor 2 Medan.

2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat yang beralamat di Jalan Suka Mulia Nomor 17-A Medan.

3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur yang beralamat di Jalan Binjai KM. 7 Medan. Setelah itu Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat dipecah menjadi dua sesuai dengan reorganisasi mengenai pemekaran kantor terhitung tanggal 1 Maret 2002 terbagi menjadi dua yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat. 2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Petisah.

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Petisah didirikan pada tanggal 26 Mei 2008. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Petisah beralamat di Jalan Asrama Nomor 7-A Medan dengan membawahi tiga kecamatan yaitu Kecamatan Medan Petisah, Kecamatan Medan Helvetia, dan Kecamatan Medan Sunggal.

(19)

1. Kelurahan Petisah Tengah 2. Kelurahan Sei Putih Tengah 3. Kelurahan Sei Putih Timur 4. Keluraha Sei Putih Barat 5. Kelurahan Sekip

6. Kelurahan Cinta Damai 7. Kelurahan Simpang Tanjung 8. Kelurahan Sei Sikambing 9. Kelurahan Tanjung Rejo 10.Kelurahan Tanjung Gusta 11.Kelurahan Helvetia Tengah 12.Kelurahan Helvetia Timur 13.Kelurahan Babura Sunggal 14.Kelurahan Lalang

15.Kelurahan Sunggal 16.Kelurahan Dwikora

Adapun visi dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah adalah menghimpun penerimaan dalam negeri dari sektor pajak, yang mampu menunjang kemandirian pembiayaan pemerintah berdasarkan Undang-Undang Perpajakan dengan tingkat efektifitas dan efisiensi yang tinggi.

(20)

B. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Petisah

Struktur organisasi adalah bagan yang menggambarkan secara sistematis mengenai penetapan tugas-tugas, fungsi dan wewenang serta tanggung jawab masing–masing dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Tujuan struktur tersebut juga untuk membina keharmonisan kerja agar pekerjaan dapat dilaksanakan dengan teratur dan baik untuk mencapai tujuan secara maksimal.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah di pimpin oleh seorang Kepala Kantor yang secara operasional bertanggung jawab kepada Kepala Kantor wilayah Direktorat Jenderal Pajak.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah terdiri dari sebelas seksi yang masing-masing seksi dipimpin oleh seorang kepala seksi. Struktur organisasi yang ada di Kantor Pelayanan Pajak pratama Medan Petisah dapat digambarkan sebagai berikut :

1. Sub Bagian Umum

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi 3. Seksi Pelayanan

4. Seksi Penagihan 5. Seksi Pemeriksaan

(21)

Di bawah ini merupakan gambaran struktur organisasi di Kantor Pelayanan Pratama Pajak Medan Petisah beserta dengan nama-nama pegawai yang menjabati bidangnya masing-masing:

STRUKTUR ORGANISASI

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN PETISAH 1. Kepala Kantor : Esther Pranawati J.P. SH. MH

2. Fungsional Penilai PBB : Togar Ambarita

3. Fungsional Pemeriksa Pajak : Mulister Silaban AJ. AK Andi Wicaksoni

VJ. Harry M. Ismail Y. M. Basith

Rinne Juliana SE. AK Didi Irwanto

Hardiansyah Heru S Sangap S Harjiman Cut ASP

4. Kepala Sub. Bagian Umum : Lenawati Ginting Pelaksana Sub. Bagian Umum: Misriani DEE

Daanyar AR

(22)

Pagarudi Naibaho

Isa Dirgantara

Fahrizal N. Marpaung

5. Kepala Seksi PDI : Arnaldo Purba Pelaksana Seksi PDI : Rosida Siregar

Kastria Pinem

Dionisius CH

Azmiati

Adinata Prastio

Fretno A Gultom

Agustinus

6. Kepala Seksi Pelayanan : Heriman Pelaksana Seksi Pelayanan : Unik Friska

Rommel Sihotang Fuad W

Rosniati

Bahtera Tarigan L. Susanti Hotmaida S Budiman Arif

(23)

Elvi Suraya 7. Kepala Seksi Pemeriksaan : Ammaruddin

Pelaksana Seksi Pemeriksaan : M. Ridhona S

Yenni Rachmad

8. Kepala Seksi Penagihan :

Pelaksana Seksi Penagihan : Eliebet P

Hery Ramadhani

Gunawan

Johan Marlon

9. Kepala Seksi Ekstensifikasi : Toni Rizal M Pelaksana Seksi Ekstensifikasi: Julius

Deny A. Putra Zulfahmi Beringin Raja Diyarto Ahmad P 10.Kepala Seksi Waskon I : Anto Sibarani

(24)

11.Kepala Seksi Waskon II : Nazariati Hafni Account Representative : Dana Syahputra

Veronica Astuti SS Andreas Bobola Mas Udin Nur N Rianto Julius S Pelaksana Seksi Waskon II : Noto Susanto

12.Kepala Seksi Waskon III : Dra. Laksimiwati AK. Account Representative : Riduan Saragih SE.

Petrus Garuda Iskandar Hutajulu Darmawan Pelaksana Seksi Waskon III :

13.Kepala Seksi Waskon IV : Gintar Ginting SE. M.SI. Account Representative : Roland Julius P

Chandra P Zulkarnaen P

Amran Telaumbanua SH. Alfrida SM

Pelaksana Seksi Waskon IV : Yuna

C. Bidang Kerja dan Fungsi Organisasi Instansi

(25)

Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Tidak Langsung Lainnya, Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dalam wilayah wewenang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Beberapa tugas dan fungsi organisasi pelaksana Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah adalah sebagai berikut:

1. Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan, penyajian informasi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, serta penilaian objek Pajak Bumi dan Bangunan.

2. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan.

3. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pembritahuan, serta penerimaan surat lainnnya.

4. Penyuluhan perpajakan.

5. Pelaksanaan registrasi Wajib Pajak. 6. Pelaksanaan ekstensifikasi.

7. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak. 8. Pelaksanaan pemeriksaan pajak.

9. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak. 10. Pelaksanaan konsultasi perpajakan.

11. Pelaksanaan intensifikai. 12. Pembetulan ketetapan pajak.

13. Pengurangan pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/ atau Bangunan.

(26)

Adapun gambaran tugas dari masing-masing bagian kerja yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah adalah sebagai berikut :

1. Sub Bagian Umum

Mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha, dan perlengkapan rumah tangga.

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)

Mempunyai tugas melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha penerimaan perpajakan, pengalokasian Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Felling, pelaksanaan i-SISMOP dan SIG, serta penyiapan laporan kinerja.

3. Seksi Pelayanan

Mempunyai tugas melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan serta surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi perpajakan Wajib Pajak, serta melakukan kerjasama Perpajakan.

4. Seksi Penagihan

(27)

5. Seksi Pemeriksaan

Mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

6. Seksi Ekstenfikasi Perpajakan

Mempunyai tugas melakukan tugas pengamatan potensi perpajakan, pendataan objek pajak dan subjek pajak, pembentukan dan pemuktakhiran basis data nilai objek pajak dalam menunjang ekstensifikasi.

7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, Seksi Pengawasan dan Konsultasi II, Seksi Pengawasan dan Konsultasi III, Seksi dan Pengamatan IV.

Masing-masing mempunyai tugas melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak, bimbingan/himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil Wajib Pajak, analisis kerja Wajib Pajak, melakukan rekonsilasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, usulan pembetulan ketetapan pajak, usulan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan dan melakukan evaluasi hasil banding.

8. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undang yang berlaku:

(28)

b. Setiap kelompok tersebut dikoordinasikan oleh pejabat fungsional senior yang ditunjuk oleh Kepala Kantor wilyah dan Kepala Kantor Pelayanan Pajak yang bersangkutan.

c. Jumlah jabatan Fungsional tersebut ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja.

d. Jenis dan jenjang jabatan diatur sesuai dengan peraturan perundang-undang yang berlaku.

(29)

BAB III

GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

A. Pengertian Pajak

Sebagai perbandingan, berikut ini disajikan defenisi dari beberapa sarjana (Suandy, 2005: 8). Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. dalam bukunya Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan adalah sebagai berikut, “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa imbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.”

Menurut Mr. Dr. N. J. Feldmann dalam bukunya De overheidsmiddelen van Indonesia, Leiden, 1949: “Belastingen zijn aan de Overheid (volgens algemene, door haar vastgestelde normen) verschuldigde afdwingbareprestties, waar geen tegenprestatie tegenover staat en

uitsluitend dienen tot dekking van publieke uitgaven.” yang artinya adalah sebagai berikut: “Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum.”

Sedangkan defenisi pajak yang dikemukakan oleh S.I. Djajadiningrat yaitu suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan secara umum (Resmi, 2008: 1).

(30)

1. Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaanya.

2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah.

3. Pajak dipungut oleh Negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

4. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari pemasukannya terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai investasi publik.

B. Dasar Hukum Pemeriksaan Pajak

1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4999).

2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 199/PMK.03/2007 tentang Tata Cara Pemeriksaan, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 82/PMK.03/2011 tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak.

3. Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor PER-19/PJ/2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Lapangan.

4. Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor PER-20/PJ/2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kantor.

(31)

Dengan adanya peraturan dan Undang-Undang yang menjadi landasan hukum pemeriksaan pajak di Indonesia ini, maka pajak yang dipungut oleh pemerintah sudah mempunyai suatu pondasi yang kuat dan tegas sehingga tidak perlu lagi adanya keragu-raguan ataupun alas an bagi Wajib Pajak.

C. Pengertian Pemeriksaan Pajak

Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/ atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/ atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tat Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Pasal 1 angka 25).

Dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 199/PMK.03/2007 tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 82/PMK.03/2011 tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak, Pasal 1, yang dimaksud dengan:

1. Pemeriksa Pajak adalah Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Direktorat Jendral Pajak atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Direktur Jendral Pajak, yang diberi tugas, wewenang dan tanggung jawab untuk melaksanakan pemeriksaan.

(32)

3. Surat Perintah Pemeriksaan adalah surat perintah untuk melakukan Pemeriksaan dalam rangka menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

4. Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi untuk periode Tahun Pajak.

5. Data yang dikelola secara elektronik adalah data yang bentuknya elektronik, yang dihasilkan oleh komputer dan/atau pengolah data elektronik lainnya dan disimpan dalam disket, compact disk, tape backup, hard disk, atau media penyimpanan elektronik lainnya. 6. Penyegelan adalah tindakan menempelkan kertas segel dalam rangka Pemeriksaan pada

tempat atau ruangan tertentu serta barang bergerak dan/atau tidak bergerak yang digunakan atau patut diduga digunakan sebagai tempat atau alat untuk menyimpan buku, catatan, dokumen termasuk data yang dikelola secara elektronik dan benda-benda lain, yang dapat memberi petunjuk tentang kegiatan usaha atau pekerjaan bebas, atau sumber penghasilan Wajib Pajak yang diperiksa.

(33)

8. Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan adalah surat yang berisi tentang hasil Pemeriksaan yang meliputi pos-pos yang dikoreksi, nilai koreksi, dasar koreksi, perhitungan sementara jumlah pokok pajak, dan pemberian hak kepada Wajib Pajak untuk hadir dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan.

9. Tim Quality Assurance Pemeriksaan adalah tim yang dibentuk oleh Direktur Jenderal Pajak dalam rangka membahas hasil Pemeriksaan yang belum disepakati antara Pemeriksa Pajak dan Wajib Pajak dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan guna menghasilkan Pemeriksaan yang berkualitas.

10. Kertas Kerja Pemeriksaan adalah catatan secara rinci dan jelas yang dibuat oleh Pemeriksa Pajak mengenai prosedur Pemeriksaan yang ditempuh, data, keterangan, dan/atau bukti yang dikumpulkan, pengujian yang dilakukan dan simpulan yang diambil sehubungan dengan pelaksanaan Pemeriksaan.

11. Penghasilan Kena Pajak Yang Tidak Dapat Dihitung adalah Pemeriksa Pajak tidak dapat melakukan pengujian dalam rangka penghitungan besarnya penghasilan kena pajak dengan prosedur sesuai dengan standar pelaksanaan Pemeriksaan.

12. Laporan Hasil Pemeriksaan adalah laporan yang berisi tentang pelaksanaan dan hasil Pemeriksaan yang disusun oleh Pemeriksa Pajak secara ringkas dan jelas serta sesuai dengan ruang lingkup dan tujuan Pemeriksaan.

13. Pemeriksaan Ulang adalah Pemeriksaan yang dilakukan terhadap Wajib Pajak yang telah diterbitkan surat ketetapan pajak dari hasil Pemeriksaan sebelumnya untuk jenis pajak dan masa/tahun pajak.

(34)

15. Pemeriksaan Bukti Permulaan adalah Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendapatkan bukti permulaan tentang adanya dugaan telah terjadi tindak pidana di bidang perpajakan.

D. Tujuan dan Jenis Pemeriksaan

Tujuan pemeriksaan yang diatur dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE–10/PJ.04/2008 hanya meliputi tujuan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan. Pemeriksaan dalam rangka menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak dilakukan dengan menguji kebenaran Surat Pemberitahuan, pembukuan atau pencatatan, dan/atau pemenuhan kewajiban perpajakan lainnya dibandingkan dengan kegiatan usaha, pekerjaan bebas, dan/atau keadaan, yang sebenarnya dari Wajib Pajak. Pelaksanaan dan hasil pemeriksaan dalam rangka menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak dituangkan dalam bentuk Laporan Hasil Pemeriksaan yang diikuti dengan penerbitan surat ketetapan pajak dan Surat Tagihan Pajak.

Sedangkan pemeriksaan untuk tujuan lain diatur dalam Surat Edaran Direktur Jendral Pajak Nomor SE–116/PJ/2009 merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk melaksanakan ketentuan tertentu dalam peraturan perundang-undangan perpajakan dan bukan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak serta tidak dimaksudkan untuk menerbitkan surat ketetapan pajak atau Surat Tagihan Pajak.

(35)

1. Pemeriksaan Lapangan yaitu pemeriksaan yang dilakukan di tempat kedudukan, tempat usaha atau pekerjaan bebas, tempat tinggal Wajib Pajak atau tempat lain yang ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak.

2. Pemeriksaan Kantor yaitu pemeriksaan yang dilakukan di kantor Direktorat Jenderal Pajak.

Kriteria Pemeriksaan merupakan alasan atau dasar dilakukannya pemeriksaan terhadap Wajib Pajak. Terdapat 2 kriteria pemeriksaan yang mendasari dilakukannya pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak, yaitu:

1. Pemeriksaan Rutin merupakan pemeriksaan yang dilakukan terhadap Wajib Pajak sehubungan dengan pemenuhan hak dan/atau pelaksanaan kewajiban perpajakannya atau karena diwajibkan oleh Undang-Undang KUP. Pemeriksaan rutin yang pelaksanaannya diprioritaskan merupakan pemeriksaan yang dilakukan terhadap permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B Undang-Undang KUP.

2. Pemeriksaan berdasarkan risiko (risk based audit) yang selanjutnya disebut dengan Pemeriksaan Khusus merupakan pemeriksaan yang dilakukan berdasarkan hasil analisis risiko terhadap ketidakpatuhan Wajib Pajak. Analisis risiko terhadap ketidakpatuhan Wajib Pajak dapat dilakukan secara Komputerisasi atau secara manual.

Pemeriksaan Khusus dibagi menjadi 2 kriteria, yaitu:

(36)

b. Pemeriksaan Khusus dengan analisis risiko bersifat top down (dari atas kebawah) yaitu Pemeriksaan Khusus yang dilakukan berdasarkan:

1. Hasil analisis dan pengembangan atas informasi, data, laporan dan pengaduan yang dilakukan oleh Kepala kanwil DJP atau Direktur Intelijen dan Penyidikan.

2. Hasil analisis risiko secara komputerisasi (selama ini disebut Kriteria Seleksi) yang berupa skor risiko ketidakpatuhan dengan memperhatikan variabel-variabel tertentu serta adanya data dan informasi; atau

3. Pertimbangan Direktur Jenderal Pajak. E. Jangka Waktu Pemeriksaan

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 82/PMK.03/2011 jangka waktu pemeriksaan pajak adalah sebagai berikut:

1. Pemeriksaan Kantor untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dilakukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan, dan dapat diperpanjang menjadi 6 (enam) bulan yang dihitung sejak tanggal Wajib Pajak atau wakil, kuasa, pegawai, atau anggota keluarga yang telah dewasa dari Wajib Pajak, datang memenuhi surat panggilan dalam rangka Pemeriksaan Kantor sampai dengan tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan.

(37)

3. Apabila dalam Pemeriksaan Lapangan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan ditemukan indikasi terjadinya transaksi yang terkait dengan transfer pricing dan/atau transaksi khusus lain yang berindikasi adanya rekayasa transaksi keuangan, yang memerlukan pengujian lebih mendalam serta memerlukan waktu yang lebih lama, perpanjangan jangka waktu Pemeriksaan Lapangan dapat diperpanjang paling banyak 5 (lima) kali sesuai dengan kebutuhan waktu untuk melakukan pengujian.

4. Apabila perpanjangan jangka waktu untuk Pemeriksaan Kantor atau perpanjangan jangka waktu untuk Pemeriksaan Lapangan, Pemeriksaan Kantor atau Pemeriksaan Lapangan harus diselesaikan.

5. Dalam hal Pemeriksaan dilakukan karena Wajib Pajak mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B Undang-Undang KUP, jangka waktu Pemeriksaan Kantor dan/atau perpanjangan jangka waktu Pemeriksaan Kantor, atau jangka waktu Pemeriksaan Lapangan dan/atau perpanjangan jangka waktu Pemeriksaan Lapangan, harus memperhatikan jangka waktu penyelesaian permohonan pengembalian kelebihan pajak tersebut.

6. Dalam hal dilakukan perpanjangan jangka waktu Pemeriksaan Kantor atau Pemeriksa Lapangan, Pemeriksa Pajak harus menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada Wajib Pajak.

F. Standar Pemeriksaan

(38)

Menteri Keuangan Nomor 82/PMK.03/2011 tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak, sebagai berikut:

1. Standar Umum Pemeriksaan

Standar umum Pemeriksaan merupakan standar yang bersifat pribadi dan berkaitan dengan persyaratan Pemeriksa Pajak dan mutu pekerjaannya. Pemeriksaan dilaksanakan oleh Pemeriksa Pajak yang:

a. Telah mendapat pendidikan dan pelatihan teknis yang cukup serta memiliki keterampilan sebagai Pemeriksa Pajak, dan menggunakan keterampilannya secara cermat dan seksama; b. Jujur dan bersih dari tindakan-tindakan tercela serta senantiasa mengutamakan

kepentingan Negara;

c. Taat terhadap berbagai ketentuan peraturan perundang-undangan, termasuk taat terhadap batasan waktu yang ditetapkan;

Dalam hal diperlukan, Pemeriksaan dapat dilaksanakan oleh tenaga ahli dari luar Direktorat Jenderal Pajak yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak.

2. Standar Pelaksanaan Pemeriksaan

Pelaksanaan Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan harus dilakukan sesuai standar pelaksanaan Pemeriksaan, yaitu:

a. Pelaksanaan Pemeriksaan harus didahului dengan persiapan yang baik, sesuai dengan tujuan Pemeriksaan, dan mendapat pengawasan yang seksama;

(39)

c. Temuan Pemeriksaan harus didasarkan pada bukti kompeten yang cukup dan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan;

d. Pemeriksaan dilakukan oleh suatu tim Pemeriksa Pajak yang terdiri dari seorang supervisor, seorang ketua tim seorang atau lebih anggota tim;

e. Tim Pemeriksa Pajak dapat dibantu oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian tertentu yang bukan merupakan Pemeriksa Pajak baik yang berasal dari Direktorat Jenderal Pajak maupun yang berasal dari instansi di luar Direktorat Jenderal Pajak yang telah ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak sebagai tenaga ahli seperti peterjemah bahasa, ahli di bidang teknologi informasi, dan pengacara;

f. Apabila diperlukan, Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dapat dilakukan secara bersama-sama dengan tim pemeriksa dari instansi lain; g. Pemeriksaan dapat dilaksanakan di kantor Direktorat Jenderal Pajak, tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas Wajib Pajak, tempat tinggal Wajib Pajak, atau ditempat lain yang dianggap perlu oleh pemeriksa Pajak;

h. Pemeriksaan dilaksanakan pada jam kerja dan apabila diperlukan dapat dilanjutkan di luar jam kerja;

i. Pelaksanaan Pemeriksaan didokumentasikan dalam bentuk Kertas Kerja Pemeriksaan; j. Laporan Hasil Pemeriksaan digunakan sebagai dasar penerbitan surat ketetapan pajak

dan/atau Surat Tagihan Pajak.

3. Standar Pelaporan Hasil Pemeriksaan

(40)

a. Laporan Hasil Pemeriksaan disusun secara ringkas dan jelas, memuat ruang lingkup atau pos-pos yang diperiksa sesuai dengan tujuan Pemeriksaan, memuat simpulan Pemeriksa Pajak yang didukung temuan yang kuat tentang ada atau tidak adanya penyimpangan terhadap peraturan perundang-undangan perpajakan, dan memuat pula pengungkapan informasi lain yang terkait dengan Pemeriksaan;

b. Laporan Hasil Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan antara lain mengenai:

1. Penugasan Pemeriksaan; 2. Identitas Wajib Pajak;

3. Pembukuan atau pencatatan Wajib Pajak; 4. Pemenuhan kewajiban perpajakan; 5. Data/informasi yang tersedia; 6. Buku dan dokumen yang dipinjam; 7. Materi yang diperiksa;

8. Uraian hasil Pemeriksaan; 9. Ikhtisar hasil Pemeriksaan; 10. Penghitungan pajak terutang;

11. Simpulan dan usul Pemeriksa Pajak.

G. Kewajiban dan Kewenangan Pemeriksa Pajak.

(41)

1. Menyampaikan surat pemberitahuan pemeriksaan tentang akan dilakukan Pemeriksaan kepada Wajib Pajak;

2. Memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa Pajak dan Surat Perintah Pemeriksaan kepada Wajib Pajak pada waktu melakukan Pemeriksaan;

3. Melakukan pertemuan dengan Wajib Pajak dalam rangka memberikan penjelasan mengenai:

a. Alasan dan tujuan Pemeriksaan kepada Wajib Pajak;

b. Hak dan kewajiban Wajib Pajak selama dan setelah pelaksanaan Pemeriksaan;

c. Hak Wajib Pajak mengajukan permohonan untuk dilakukan pembahasan dengan Tim Quality Assurance Pemeriksaan dalam hal terdapat hasil Pemeriksaan yang belum disepakati antara Pemeriksa Pajak dengan Wajib Pajak dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan;

4. Menuangkan hasil pertemuan dengan Wajib Pajak dalam bentuk berita acara hasil pertemuan;

5. Menyampaikan Kuesioner Pemeriksaan kepada Wajib Pajak;

6. Memperlihatkan surat tugas kepada Wajib Pajak apabila susunan tim Pemeriksa Pajak mengalami perubahan;

7. Menyampaikan Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan kepada Wajib Pajak, sedangkan untuk Pemeriksaan Kantor pemeriksa wajib memberitahukan secara tertulis hasil Pemeriksaan kepada Wajib Pajak;

(42)

9. Memberi petunjuk kepada Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya agar pemenuhan kewajiban perpajakan dalam tahun-tahun selanjutnya dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan;

10. Mengembalikan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lainnya yang dipinjam dari Wajib Pajak paling lama 7 (tujuh) hari sejak tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan;

11. Merahasiakan kepada pihak lain yang tidak berhak atas segala sesuatu yang diketahui atau diberitahukan kepadanya oleh Wajib Pajak dalam rangka Pemeriksaan.

Dalam hal Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dilaksanakan dengan jenis Pemeriksaan Lapangan dan Pemeriksaan Kantor (Peraturan Menteri Keuangan Nomor 82/PMK.03/2011, Pasal 12), Pemeriksa Pajak berwenang:

1. Melihat dan/atau meminjam buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatanusaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang terutang pajak; 2. Mengakses dan/atau mengunduh data yang dikelola secara elektronik;

(43)

4. Meminta kepada Wajib Pajak untuk memberi bantuan guna kelancaran Pemeriksaan, antara lain berupa:

a. Menyediakan tenaga dan/atau peralatan atas biaya Wajib Pajak apabila dalam mengakses data yang dikelola secara elektronik memerlukan peralatan dan/atau keahlian khusus;

b. Memberi kesempatan kepada Pemeriksa Pajak untuk membuka barang bergerak dan/atau tidak bergerak;dan/atau

c. Menyediakan ruangan khusus tempat dilakukannya Pemeriksaan Lapangan dalam hal jumlah buku, catatan, dan dokumen sangat banyak sehingga sulit untuk dibawa ke kantor Direktorat Jenderal Pajak;

5. Melakukan penyegelan tempat atau ruang tertentu serta barang bergerak dan/atau tidakbergerak, sedangkan dalam Pemriksaan Kantor pemeriksa berwenang meminjam kertas kerja pemeriksaan yang dibuat oleh Akuntan Publik melalui Wajib Pajak;

6. Meminta keterangan lisan dan/atau tertulis dari Wajib Pajak;

7. Meminta keterangan dan/atau bukti yang diperlukan dari pihak ketiga yang mempunyai hubungan dengan Wajib Pajak yang diperiksa melalui kepala unit pelaksana Pemeriksaan.

H. Hak dan Kewajiban Wajib Pajak

Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dengan jenis Pemeriksaan Lapangan dan Pemeriksaan Kantor (Peraturan Menteri Keuangan Nomor 82/PMK.03/2011, Pasal 13), Wajib Pajak berhak:

(44)

2. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan surat pemberitahuan pemeriksaan sehubungan dengan pelaksanaan Pemeriksaan Lapangan;

3. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan penjelasan tentang alasan dan tujuan Pemeriksaan;

4. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan surat tugas apabila susunan tim Pemeriksa Pajak mengalami perubahan;

5. Menerima Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan;

6. Menghadiri Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dalam jangka waktu yang telah ditentukan;

7. Mengajukan permohonan untuk dilakukan pembahasan dengan Tim Quality Assurance Pemeriksaan, sehubungan dengan masih terdapat hasil Pemeriksaan yang belum disepakati antara Pemeriksa Pajak dengan Wajib Pajak dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan;

8. Memberikan pendapat atau penilaian atas pelaksanaan Pemeriksaan oleh Pemeriksa Pajak melalui pengisian Kuesioner Pemeriksaan.

Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dengan jenis Pemeriksaan Lapangan dan Pemeriksaan Kantor (Peraturan Menteri Keuangan Nomor 82/PMK.03/2011, Pasal 14), Wajib Pajak wajib:

(45)

2. Memberikan kesempatan untuk mengakses dan/atau mengunduh data yang dikelola secara elektronik;

3. Memberikan kesempatan untuk memasuki dan memeriksa tempat atau ruang, barang bergerak dan/atau tidak bergerak yang diduga atau patut diduga digunakan untuk menyimpan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dokumen lain, uang, dan/atau barang yang dapat memberi petunjuk tentang penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang terutang pajak serta meminjamkannya kepada Pemeriksa Pajak;

4. Memberi bantuan guna kelancaran Pemeriksaan, antara lain berupa:

a. Menyediakan tenaga dan/atau peralatan atas biaya Wajib Pajak apabila dalam mengakses data yang dikelola secara elektronik memerlukan peralatan dan/atau keahlian khusus;

b. Memberi kesempatan kepada Pemeriksa Pajak untuk membuka barang bergerak dan/atau tidak bergerak;

c. Menyediakan ruangan khusus tempat dilakukannya Pemeriksaan Lapangan dalam hal jumlah buku, catatan, dan dokumen sangat banyak sehingga sulit untuk dibawa ke kantor Direktorat Jenderal Pajak.

5. Menyampaikan tanggapan secara tertulis atas Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan; 6. Memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis yang diperlukan.

7. Memenuhi panggilan untuk datang menghadiri Pemeriksaan sesuai dengan waktu yang ditentukan;

(46)

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI DATA

Sistem sellf assessment adalah suatu sistem pemungutan pajak dimana wewenang untuk menentukan pajak terhutang oleh seseorang berada pada kedua belah pihak, yaitu Wajib Pajak dan Fiskus. Sebelum sistem ini berjalan, di Indonesia diberlakukan sistem official assesment namun tidak berjalan dengan efisien, dan menimbulkan kecenderungan masyarakat Wajib Pajak kurang bertanggung jawab, dan sering terjadi perlawanan pajak dengan cara menghindar dari kewajiban perpajakannya. Dengan menyadari kelemahan-kelemahan yang ditimbulkan oleh sitem-sistem tersebut, maka kita sekarang menggunakan sistem self assessment.

Dalam hal ini fungsi Direktorat Jendral Pajak melakukan pembinaan, pelayanan, pengadministrasian dan pengawasan. Dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan, maka Direktorat Jenderal Pajak berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak, atau tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Selain itu fiskus berkewajiban pula malaksanakan penegakan hukum dalam perpajakan (tax law enforcement) dalam rangka upaya untuk memelihara agar proses dan pelaksanaan self assessment system dapat berjalan dengan efektif dan tetap berada pada jalurnya. Salah satunya melalui pemeriksaan pajak yang merupakan instrumen untuk menentukan tingkat kepatuhan formal dan material yang tujuan utamanya adalah untuk menguji dan menigkatkan kepatuhan Wajib Pajak dalam Perpajakan (tax compliance). Dengan demikian, pemeriksaan pajak merupakan pagar penjaga agar Wajib Pajak tetap berada pada koridor ketentuan

(47)

Tindakan pemeriksaan yang dilaksanakan oleh Kantor Pelayanan pajak Pratama Medan Petisah dari pertengahan tahun 2008 sampai dengan akhir tahun 2010 adalah sebagai berikut:

Kriteria Wajib Pajak

Tahun Pemeriksaan

2008 2009 2010

Orang Pribadi 34 166 181

Badan 2 29 151

Bendaharawan - 1 3

Total 36 196 335

Sumber : Seksi Pemeriksaan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah A. Penyebab-Penyebab Dilakukan Tindakan Pemeriksaan Pajak

Objek pemeriksaan pajak adalah Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan dan atau Surat Pemeberitahuan (SPT) Masa yang disampaikan oleh Wajib Pajak. Oleh sebab itu, Wajib Pajak akan diperiksa apabila:

1. Surat Pemberitahuan menyatakan lebih bayar dan/atau rugi. 2. Surat Pemeberitahuan tidak disampaikan atau terlambat.

3. Surat Pemberitahuan memenuhi kriteria tertentu yang ditentukan oleh Direktorat Jendral Pajak untuk diperiksa.

4. Ada indikasi tidak dipenuhi kewajiban-kewajiban selain hal diatas.

Pemeriksaan pajak dapt juga dilakukan apabila terdapat indikasi-indikasi mengenai ketidakpatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan system self assessment, yang dapat dilihat atas dasar:

(48)

2. Kepatuhan Wajib Pajak dalam kewajiban tahunan, yakni dalam menghitung pajak atas dasar self assessment, melaporkan perhitungan pajak dalam Surat Pemberitahuan (SPT) pada akhir tahun pajak, serta melunasi pajak yang terhutang.

3. Kepatuhan terhadap ketentuan materil dan yuridis formal perpajakan melalui pembukuan sebagaimana mestinya.

B. Prosedur dan Tata Cara Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak

Pemeriksaan dilakukan dengan berpedoman pada norma pemeriksaan yang berkaitan dengan Pemeriksa Pajak, Pemeriksaan, dan Wajib Pajak. Pemeriksaan dilaksanakan oleh Pemeriksa Pajak yang tergabung dalam tim Pemeriksa Pajak yang susunanya terdiri dari beberapa supervisor, seorang ketua tim, dan beberapa pemeriksa / penilai yang tergabung dalam kelompok fungsional.

Adapun prosedur pemeriksaan Pajak yang harus dilakukan oleh tim pemeriksa dapat di gambarkan sebagai berikut:

1. Mengevaluasi data-data yang dilaporkan Wajib Pajak.

2. Menganalisa angka-angka yang tercantum dalam laporan keuangan Wajib Pajak. 3. Meminta keterangan lisan dan/atau tertulis dari Wajib Pajak yang diperiksa.

4. Memasuki tempat atau ruangan yang diduga merupakan tempat penyimpanan dokumen, uang, barang, yang dapat memberi petunjuk.

(49)

C. Kendala-Kendala yang Dihadapi Fiskus dalam Pelaksanaan Pemeriksaan

Masalah yang sering timbul saat pelaksanaan pemeriksaan yang berhubumgan dengan penerimaan pajak adalah sebagai berikut:

1. Dalam Pemeriksaan Lapangan terkadang Wajib Pajak sulit ditemui oleh Pemeriksa, karena Wajib Pajak tidak ada ditempat, disebabkan karena waktu pemeriksaan dilakukan pada saat jam kerja.

2. Tidak sesuainya lagi data yang dimiliki pihak kantor pajak dengan data yang sebenanya pada saat akan dilakukan pemeriksaan. Misalnya saja dalam hal Wajib Pajak yang pindah alamat tanpa diketahui alamat barunya oleh pemeriksa, dalam hal tidak melapor pada lurah setempat sehingga pemeriksaan terhambat.

3. Jumlah Pemeriksa yang terbatas dibanding jumlah Wajib Pajak Badan yang terdaftar dan efektif memasukkan Surat Pemberitahuan (SPT) serta terbatasnya sarana penunjang dalam melaksanakan pemeriksaan.

4. Wajib Pajak tidak memenuhi surat panggilan (dalam hal Pemeriksaan Kantor) yang dikirmkan oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak dalam rangka pelaksanaan Pemeriksaan Pajak.

5. Wajib Pajak tidak kooperatif, misalnya saja Wajib Pajak tidak memberikan pinjaman berupa buku, catatan, dokumen-dokumen yang dibutuhkan oleh Tim Pemeriksa Pajak. D. Upaya-Upaya yang Dilakukan untuk Menanggulangi Masalah Wajib Pajak yang

Tidak dan Kurang Patuh

(50)

ketergantungan pemerintah yang semakin tinggi terhadap sektor pajak sebagai kontributor utama penerimaan Negara dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Namun sebagian besar masyarakat Indonesia tidak mengerti sistem self assessment yang dipakai untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya, jadi sampai saat ini masih banyak penyelewengan-penyelewengan pajak yang terjadi, baik disengaja maupun karena ketidaksengajaan Wajib Pajak. Masyarakat awam pada umumnya masih banyak yang terbawa-bawa dengan sistem kolonial Belanda, dimana semua pajak atau upeti yang diberikan ditetapkan bentuk dan jumlahnya oleh Pemerintah Belanda, pada masa itu. Padahal pada jaman sekarang, semuanya diserahkan kepada Wajib Pajak itu sendiri untuk menghitung, memungut, membayar, dan melaporkan pajaknya.

Sistem self assement sendiri sudah mulai digunakan dan diperkenalkan kepada masyarakat sejak tahun 1983, tapi baru beberapa tahun belakangan ini penyuluhan tentang pembayaran pajak mulai diinformasikan lebih menyeluruh, baik yang diinformasikan melalui media elektronik maupun media cetak lainnya. Selain itu, Direktorat Jendral Pajak telah membuat website khusus untuk perpajakan Indonesia. Dimana masyarakat umum dapat mengetahui lebih jauh tentang Ketentun Umum dan Tata Cara Perpajakan, serta Peraturan Perundang-undangan Perpajakan di Indonesia dengan masuk ke situs Direktorat Jendral Pajak membuat situs ini mengingat begitu maraknya penggunaan internet sebagai media informasi disemua kalangan masyarakat. Media ini juga dipercaya dapat menyampaikan informasi dengan cepat, tepat, akurat, sehingga dapat membantu masyarakat dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya dengan optimal.

(51)

berkesinambungan kepada masyarakat, guna meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan kemauan anggota masyarakat untuk memperoleh hak dan melakukan kewajiban perpajakannya. Penyuluhan Pajak dilaksanakan oleh penyuluh perpajakan yang telah mempunyai pengetahuan, pengalaman, keahlian, dan keterampilan dibidang perpajakan. Penyuluhan perpajakan setidaknya dapat memberikan pengetahuhan dasar mengenai:

1. Cara menghitung, memungut, membayar dan melaporkan pajak sendiri.

2. Sanksi-sanksi dalam perundang-undangan perpajakan, baik sanksi administrasi maupun sanksi tindak pidana.

(52)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, maka sebagai akhir penulisan ini, penulis mengambil beberapa kesimpulan dan saran sebagai berikut:

A.Kesimpulan

1. Pemeriksaan Pajak merupakan upaya Direktorat Jenderal Pajak dalam menerapkan penegakan hukum terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Sesuai dengan tujuannya, kebijakan yang berkaitan dengan kegiatan pemeriksaan pajak dapat secara langsung dikaitkan dengan upaya Direktorat Jenderal Pajak untuk memberikan pengaruh (detterent effect) kepada Wajib Pajak lain sehingga dapat meningkatkan kesadarannya untuk memenuhi seluruh kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 2. Dalam hal kesadaran Wajib Pajak menghitung, memungut, membayar dan melaporkan

pajak terhutangnya, harus dengan data yang sebenar-benarnya dan harus membayar serta melaporkan tepat waktu, sehingga tidak terkena sanksi serta denda administrasi dan sanksi pidana yang telah diterapkan dalam peraturan perundang-undangan perpajakan sehingga dapat merugikan Wajib Pajak.

(53)

B.Saran

1. Menjalin koordinasi antara Direktorat Jendral Pajak dengan instansi lain serta semua pihak yang terkait. Misalnya saja pihak Kepolisian, Kehakiman, Pemerintah Kota maupun Daerah.

2. Dalam melakukan pemeriksaan pajak, tim Pemeriksa hendaknya memperhatikan hak-hak Wajib Pajak dan bersikap sesuai dengan etika pemeriksa pajak, membina dan member pelayanan kepada Wajib Pajak dalam menjalankan hak dan kewajiban perpajakannya, sehingga untuk masa yang akan datang Wajib Pajak dapat lebih baik dalam menjalankan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Perlunya penyesuaian banyaknya pemeriksa dengan yang diperiksa, sehingga dalam pemeriksaan dapat berjalan dengan lancar dan menghasilkan data yang akurat dan benar sesuai dengan data yang benar-benar diperlukan dalam pemeriksaan.

(54)

DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo, 2002, Perpajakan, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Pardiat, 2008, Pemeriksaan Pajak, Edisi Kedua, Penerbit Mitra Wacana Media, Jakarta. Resmi, Siti, 2008, Perpajakan: Teori dan Kasus, Edisi Empat, Salemba Empat, Jakarta. Suandy, Erly, 2005, Hukum Pajak, Edisi Ketiga, Salemba Empat, Jakarta.

Tansuria, Billy Ivan, 2010, Pokok-pokok Ketentuan Umum Perpajakan, Graha Ilmu, Yogyakarta. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Sebagaimana Telah Diubah Dalam Undng-Undang

Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 82/PMK.03/2011 Tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak.

Surat Edaran, Nomor: SE – 10/PJ.04/2008 Tentang Kebijakan Pemeriksaan untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan.

Referensi

Dokumen terkait

PERANAN PEMERIKSAAN LAPANGAN DALAM PENERIMAAN PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA

Pada umumnya kepatuhan memenuhi kewajiban perpajakan adalah hasil dari sistem perpajakan yang adil.Tanpa dapat menyakinkan Wajib Pajak bahwa adanya keadilan dalam sistem perpajak

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan karunia kesehatan dan kesempatan, serta berkat yang tak terhingga setiap hari kepada penulis untuk

Dari permasalahan tersebut penulis tertarik untuk melakukan Praktik Kerja Lapangan Mandiri dengan mengangkat judul “Pemeriksaan Untuk Menguji Kepatuhan Wajib Pajak Dalam

Kegiatan Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan harus dilaporkan dalam bentuk LHP yang disusun sesuai standar pelaporan

(12) Jangka waktu Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan baik dalam Pemeriksaan Kantor maupun Pemeriksaan Lapangan harus

(12) Jangka waktu Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan baik dalam Pemeriksaan Kantor maupun Pemeriksaan Lapangan harus

wajib pajak dan tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, Pemeriksaan untuk tujuan menguji kepatuhan wajib pajak,