• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tata Cara Pemeriksaan Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tata Cara Pemeriksaan Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK

PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BELAWAN O

L E H

NAMA : FAISHAL JANTAN NIM : 092600054

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PERSETUJUAN

LAPORAN PKLM INI DISETUJUI UNTUK DIPRESENTASIKAN OLEH :

Nama : Faishal Jantan NIM : 092600092

Program Studi : Diploma III Administrasi Perpajakan

Judul : Tata Cara Pemeriksaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

Ketua Program Studi Diploma III Dosen Pembimbing Supervisor Lapangan Administrasi Perpajakan

Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si Arlina SH, M.Hum

NIP. 195608311986011001 NIP. 195603041977102001 NIP. 198205112002121001 Iqbal Noerdin

Dekan

(3)

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa. Dengan rahmat dan ridho-Nya yang telah dilimpahkan kepada saya dalam bentuk rezeki, kenikmatan yang tak terhingga, dan juga kesempatan yang tiada tara sehingga saya dapat menyelesaikan perkuliahan pada program Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU dan saya juga dapat menyelesaikan penulisan Laporan Tugas Akhir Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) dengan judul “Tata Cara Pemeriksaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan”.

Laporan Tugas Akhir ini dapat diajukan guna untuk memenuhi salah satu syarat agar dapat menyelesaikan pendidikan Program Diploma III Administrasi Perpajakan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Saya menyadari bahwa tulisan ini belum sempurna baik dalam bahasa dan kata-kata, maupun dari segi susunan-susunannya. Oleh karena itu saya sangat mengharapkan adanya saran dan kritikan yang membangun dan dapat membuat tulisan ini menjadi lebih baik lagi.

Dalam Menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini, tidak terlepas dari bantuan dan perhatian dari berbagai pihak. Oleh sebab itu saya mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada:

(4)

2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si. selaku Ketua Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.

4. Bapak Drs. EdwardMSP selaku Dosen Penasehat Akademik.

5. Ibu Arlina SH, M.Humselaku Dosen Pembimbing yang telah banyak membantu dan membimbing serta memberikan arahan selama proses penulisan Laporan Tugas Akhir ini.

6. Seluruh Dosen Pengajar pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU, yang telah memberikan ilmu-ilmu pengetahuannya kepada saya. 7. Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan yang telah memberikan

izin, kesempatan bagi penulis untuk melaksanakan riset.

8. Yang selalu memberikan suport kepada saya, Mutia Marfuah dan teman seperjuangan, Gustian Cahyadi dan Ryan Teddy.

Pihak-pihak lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, saya mengucapkan ribuan terimakasih atas bantuan dan dukungannya sehingga laporan ini dapat selesai. Dan saya berharap kiranya Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini dapat bermanfaat dalam prakarya ilmu pendidikan.

Medan, Juli 2014

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 1

B.Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 4

C.Uraian Teoritis ... 5

D.Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 8

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 9

F. Metode Pengumpulan Data ... 10

G.Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 10

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK/LOKASI PKLM A.Sejarah Singkat Perpajakan Indonesia ... 12

B.Sejarah Singkat Berdirinya KPP Pratama Medan Belawan ... 13

C.Visi dan Misi KPP Pratama Medan Belawan...16

D.Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Belawan ... 18

E. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi KPP Pratama Medan Belawan... ... 20

F. Gambar Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Belawan.... ... 27

G.Gambaran Jumlah Pegawai KPP Pratama Medan Belawan.. ... 28

BAB III GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A.Pengerian Pajak ... 29

B.Dasar Hukum Pemeriksaan Pajak ... 30

(6)

D.Tujuan dan Jenis Pemeriksaan ... 34

E. Jangka Waktu Pemeriksaan ... 37

F. Standar Pemeriksaan ... 37

G.Kewajiban dan Kewenangan pemeriksaan Pajak ... 41

H.Hak dan Kewajiban Wajib Pajak ... 44

I. Produk Dari Hasil Pemeriksaan ... 46

BAB IV ANALISIS DATA DAN EVALUASI A.Peneyebab-Peneyebab Dilakukan Tindakan Pememriksaan Pajak ... 49

B.Prosedur dan Tata Cara Pelaksanaan Pemeirksaan Pajak ... 50

C.Kendala yang Dihadapi Fiskus dalam Pelaksanaan Pemeriksaan.. ... 50

D.Peningakatan Penerimaan Pajak Melalui Pelaksanaan Pemeriksaan ... 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 54

B.Saran ... 55 DAFTAR PUSTAKA

(7)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Peraktik Kerja Mandiri (PKLM)

Menurut Rochmat Soemitro, pajak merupakan gejala masyarakat, artinya pajak hanya ada didalam masyarakat. Masyarakat adalah kumpulan manusia yang ada pada suatu waktu berkumpul untuk tujuan tertentu. Masyarakat terdiri dari individu, individu mempunyai hidup sendiri dan kepentingan sendiri, yang dapat dibedakan dari hidup masyarakat dan kepentingan masyarakat. Namun individu tidak mungkin hidup tanpa adanya masyarakat. Negara adalah masyarkat yang mempunyai tujuan tertentu. Kelangsungan hidup negara juga berarti kelangsungan hidup masyarakat dan kepentingan masyarakat. Untuk kepentingan hidup masing-masing diperlukan biaya. Biaya hidup individu, menjadi beban bagi individu yang bersangkutan dan berasal dari penghasilannya sendiri. Biaya hidup negara adalah untuk kelangsungan alat-alat negara, lembaga negara, dan seterusnya dan dibiayai dari penghasilan negara (Suandy, 2005:7).

Menurut fungsi budgeter dari pajak, sumber penghasikan negara berasal dari pajak. Penghasilan itu untuk membiayai kepentingan umum, seperti kesehatan rakyat, pendidikan, kesejahteraan, dan sebagainya. Dimana ada kepentingan masyarakat, disana timbul pungutan pajak sehingga pajak adalah senyawa dengan kepentingan umum. Reformasi perpajakan nasional (Tax Reform) tahun 1983 bertujuan untuk meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak.

(8)

memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri pajak terutang, sedangkan fiskus hanya melayani dan mengawasi Wajib Pajak. Sistem ini telah dilaksanakan secara efektif pada tahun 1984.

Sistem pemungutan ini telah menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam hak dan kewajiban dalam bidang perpajakan. Dengan sistem self assesment yang dianut dalam sistem perpajakan Indonesia sekarang ini menuntut Direktorat Jenderal Pajak untuk selalu melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap Wajib Pajak. Pengawasan merupakan aktivitas penting dalam manajemen pemerintahan. Pengawasan bukan dimaksudkan untuk mencari kesalahan, tetapi untuk menemukan penyimpangan atas pelaksanaan suatu pekerjaan sehingga bisa dilakukan tindakan korektif, maka pekerjaan yang dilakukan akan sesuai dengan rencana. Salah satu bentuk pengawasan tersebut adalah melalui pemeriksaan.

(9)

ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (Mardiasmo, 2011:17). Di samping itu pemeriksaan juga dilakukan terhadap Wajib Pajak kriteria tertentu dan Wajib Pajak yang tingkat kepatuhannya dianggap rendah. Dengan kuasa Pasal 17C Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, sebagai mana telah diubah terkahir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009, pemeriksaan terhadap Wajib Pajak yang Surat Pemberitahuannya menyatakan lebih bayar akan dikurangi jumlahnya, sehingga pemeriksaan dapat lebih diarahkan kepada Wajib Pajak yang tingkat kepatuhannya rendah tersebut atau Wajib Pajak yang memenuhi kriteria tertentu.

Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah metode latihan profesional dimana penulis dilatih secara langsung untuk meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan etika pekerjaan, sikap, tugas, tanggung jawab serta kesempatan untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang diperbolehkan selama perkuliahan secara khusus selain itu penulis juga ingin mengetahui seberapa besar tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Kemudian penulis juga ingin mengetahui kinerja pada Kator Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan dalam melakukan pemeriksaan tersebut terhadap peningkatan kepatuhan Wajib Pajak dan penerimaan pajak. Dari permasalahan tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan Praktik Kerja Lapangan Mandiri dengan judul “Tata Cara Pemeriksaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan”.

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

(10)

kerja peraktis dilapangan yang secara langsung berhubungan dengan teori-teori yang telah diterima dari dosen.

1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

1.1 Untuk mengetahui tata cara pemeriksaan pajak dan jenis-jenis pemeriksaan pajak;

1.2 Untuk mengetahui kendala yang dihadapi saat melakukan pemeriksaan pajak; dan

1.3 Untuk mengetahui pengaruh pemeriksaan pajak terhadap peningkatan penerimaan pajak.

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 2.1 Bagi Mahasiswa

a. Untuk mengaplikasikan teori dan pengetahuan selama perkuliahan, khususnya mengenai perpajakan;

b. Menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa dalam pelaksanaan pemeriksaan pajak;

c. Meningkatkan keterampilan dan kemampuan berkomunikasi, serta mendapatkan pengalaman kerja;

d. Memotivasi mahasiswa untuk menghasilkan prestasi yang lebih baik. 2.2 Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

(11)

b. Sebagai sarana untuk mensosialisasikan citra Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan kepada Wajib Pajak; dan

c. Sebagai bahan masukan atau pertimbangan dalam pelaksanaan pemeriksaan terhadap Wajib Pajak.

2.3 Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

a. Membangun kerjasama yang baik antara Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat dengan Universitas Sumatera Utara, khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan;

b. Mendapat masukan dan saran untuk penyempurnaan kurikulum yang berlaku di Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan; dan c. Untuk memberikan tes secara nyata terhadap lulusan atas ilmu yang

diterapkan.

C. Uraian Teoristis

Definisi pajak dikemukakan oleh Dr. Soeparman Soemahamidjaja dalam Berdasarkan Asas Gotong Royong, Universitas Padjajaran, Bandung, 1964 : “Pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang, yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum”. (Suandy, 2005 : 10).

(12)

keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Di dalam Pasal 1 angka 25 Undang-Undang tersebut dijelaskan bahwa yang di maksud dengan pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksankan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Pelaksanaan pemeriksaan pajak yang dilakukan oleh pemeriksa pajak yang telah ditunjuk dan dibuktikan dengan suatu tanda pengenal pemeriksa pajak. Tidak semua pemeriksa pajak dapat melakukan pemeriksaan pajak. Mereka yang melakukan pemeriksaan pajak telah dibekali dengan pendidikan berkaitan dengan tata cara perpajakan dan pendidikan terkait dengan materi undang-undang pajak yang berkaitan dengan objek yang akan diperiksa.

Pemeriksaan dapat dilakukan di Kantor Direktorat Jenderal Pajak (Pemeriksaan Kantor) atau ditempat kedudukan, tempat kegiatan usaha, tempat tinggal Wajib Pajak atau tempat lain yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal Pajak (Pemeriksaan Lapangan) yang ruang lingkup pemeriksaanya dapat meliputi satu jenis pajak, beberapa jenis pajak, atau seluruh jenis pajak, baik untuk tahun lalu maupun tahun tahun berjalan. Pemeriksaan dapat dilakukan terhadap Wajib Pajak, termasuk terhadap instansi pemerintah dan badan lain sebagai pemungut pajak atau pemotong pajak.

(13)

1. Menyampaikan Surat Pemberitahuan yang menyatakan Lebih Bayar, termasuk yang telah diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak;

2. Menyampaikan Surat Pemberitahuan yang menyatakan rugi;

3. Tidak menyampaikan atau menyamapaikan Surat Pemberitahuan tetapi melampaui jangka waktu yang telah ditetapkan Surat Teguran;

4. Melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran, likuidasi, pembubaran, atau akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya;

5. Menyampaikan Surat Pemberitahuan yang memenuhi kriteria seleksi berdasarkan analisis resiko (risk based selection) mengindikasikan adanya kewajiban perpajakan Wajib Pajak yang tidak dipenuhi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Selain itu Direktur Jenderal Pajak juga berwenang melakukan pemeriksaan untuk tujuan lain (Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak SE-166/PJ/2009 tentang Kebijakan Pemeriksaan Untuk Tujuan Lain), dengan kriteria antara lain sebagai berikut :

1. Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan/atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP) secara jabatan;

2. Penghapusan Nomor pokok Wajib Pajak (NPWP) dan/atau pencabutan pengukuhan PKP;

3. Wajib Pajak mengajukan keberatan;

4. Pengumpulan bahan guna penyusunan Norma Penghitungan Penghasilan Neto; 5. Penentuan Wajib Pajak berlokasi di daerah terpencil;

(14)

8. Penentuan saat produksi dimulai atau memperpanjang jangka waktu kompensasi kerugian sehubungan dengan pemberian fasilitas perpajakan; dan

9. Memenuhi permintaan informasi dari negara mitra Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda.

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Pada Praktik Kerja Lapangan Mandiri yang dilaksanakan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan. Kegiatan yang diteliti pada Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah :

1. Tata cara pelaksanaan Pemeriksaan Pajak pada Wajib Pajak Orang Pribadi, Badan, dan Bendaharawan;

2. Jenis Pemeriksaan Pajak; dan

3. Kendala yang dihadapi dalam Pemeriksaan Pajak.

4. Pengaruh pemeriksaan pajak terhadap peningkatan penerimaan pajak.

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta perolehan informasi yang sesuai, maka metode yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

(15)

2. Studi Literatur

Pada tahap ini penulis mencari dan mengumpulkan berbagai sumber bacaan yang berhubungan dengan objek pembahasan untuk mendukung penulisan Laporan Tugas Akhir.

3. Observasi Lapangan

Pada tahap ini penulis melakukan pengamatan secara langsung dan pencatatan secara sistematis terhadap data yang ada pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.

4. Pengumpulan data

Pada tahap ini penulis melakukan pengumpulan data mengenai topik yang akan dibahas. Data tersebut di kelompokkan menjadi data primer dan data skunder. Data primer diproleh dari hasil wawancara dengan nara sumber yang berkompeten, sedangkaan data skunder diperoleh dari studi kepustakaan dan dokumentasi.

5. Analisis dan Evaluasi Data

Setelah penulis memperoleh data yang dibutuhkan, penulis akan melakukan analisis dan evaluasi sehingga diperoleh data yang saling mendukung dan akurat dalam bentuk tulisan yang bersifat deskriptif dan informatif.

F. Metode Pengumpulan Data

(16)

Yaitu mengadakan pembicaran langsung terhadap pegawai dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan langsung kepada pihak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.

2. Pengamatan (Observastion)

Yaitu dengan melakukan pengamatan langsung atas kegiatan yang dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.

3. Studi Dokumentasi

Yaitu dengan mengumpulakan catatan-catatan, data-data mengenai Pemeriksaan Pajak yang ada pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.

G. Sistematika Penulisan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Adapun yang menjadi sistematika dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir adalah sebagai berkut :

BAB I PENDAHULUAN

Pada BAB ini penulis menjelaskan mengenai Latar Belakang yang menjadi pemikiran dalam Laporan Tugas Akhir, tujuan dan manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Uraian Teoristis, Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Metode Pengumpulan Data, dan Sistemtika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri. BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA

MEDAN BELAWAN

(17)

BAB III GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI Dalam BAB ini penulis menguraikan pengertian-pengertian secara teoristis dan teori-teori yang berkaitan dengan Pemeriksaan Pajak.

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI DATA

Dalam BAB ini akan dibahas mengenai Penyebab-Penyebab Dilakukannya Tindakan Pemeriksaan Pajak, Prosedur dan Tata Cara Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak, Kendala-Kendala yang dihadapi Fiskus Dalam Pelaksanaan Pemeriksaan, Peningkatan Penerimaan Pajak Melalui Pelaksanaan Pemeriksaan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB ini berisikan tentang kesimpulan dari uraian sebelumnya, disamping untuk dikemukakan juga saran yang kiranya dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk memperbaiki kelemahan yang ada dibidang perpajakan. DAFTAR PUSTAKA

(18)

BAB II

GAMBARAN UMUM/LOKASI PRAKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI

A. Sejarah Singkat Perpajakan Indonesia

Negara Indonesia yang merupakan bekas jajahan pemerintah Hindia Belanda, undang-undang perpajakan merupakan warisan dari penjajahan tersebut. Sejarah Perpajakan Indonesia terdiri dari dua periode, yaitu :

1. Periode Sebelum Kemerdekaan

Periode sebelum kemerdekaan ini diawali sejak Indonesia dikuasai oleh pemerintah Hindia Belanda, peraturan perundang-undangan perpajakan dibuat semata-mata hanya menghimpun dana sebesar-besarnya bagi pemerintah dalam rangka mempertahankan dan memperbesar kekuasaannya ditanah air Indonesia.

2. Periode Sesudah Kemerdekaan Periode ini dibagi atas dua tahap, yaitu :

a. Dimulai tanggal 17 Agustus 1945 s.d 31 Desember 1983 b. Dimulai tanggal 01 Januari 1984 s.d sekarang

(19)

bernama Kantor Inpeksi Pajak (KIP). Hal ini berlangsung mulai bulan juni 1976 sampai dengan sekarang Kantor Inpeksi Pajak diubah menjadi Kantor Pelayanan Pajak.

B. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan berganti nama dari Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 443/KMK.01/2001 tanggal 23 Juli 2001 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Direktorat Jenderal Pajak Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang berada di lingkungan Kantor Wilayah I Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Bagian Utara dan berkedudukan di jalan Yos Sudarso Km 8,2 Tanjung Mulia, Medan.

KPP Medan Belawan meliputi kecamatan : 1. Kecamatan Medan Belawan

2. Kecamatan Medan Marelan 3. Kecamatan Medan Labuhan 4. Kecamatan Medan Deli

Keempat kecamatan diatas berbatasan dengan : a. Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Belawan b. Sebelah Timur berbatasan dengan Sungai Deli c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Medan Barat d. Sebelah Barat berbatasan dengan Sunggal

(20)

(empat) kecamatan yang meliputi 23 (dua puluh tiga) kelurahan.

Sebelum tahun 1967, Kantor Pelayanan Pajak bernama Kantor Inpeksi Pajak Medan dan oleh pemerintah dipecah menjadi dua bagian, yaitu:

1. Kantor Inpeksi Pajak Medan Utara yang berlokasi di Jalan Suka Mulia Nomor 17 A

2. Kantor Inpeksi Pajak Medan Selatan yang berlokasi di Jalan Diponegoro Nomor 30

Pada tahun 1978, Kantor Pelayanan Pajak masih disebut Kantor Inpeksi Pajak. Pada saat itu ada dua Kantor Inpeksi Pajak, yaitu:

1. Kantor Inpeksi Pajak Medan Pajak Selatan 2. Kantor Inpeksi Pajak Medan Kisaran

Pada tanggal 1 April 1979, Kantor Inpeksi Pajak diseluruh Indonesia diubah namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Untuk wilayah Medan, Kantor Pelayanan Pajak dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Utara yang berlokasi di Jalan Suka Mulia Nomor 17 A

2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan yang berlokasi di Jalan Diponegoro Nomor 30 A

Pada tahun 1989 tepatnya bulan April, Kantor Pelayanan Pajak dikembangkan menjadi tiga, yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara 2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan

(21)

tanggal 1 April Kantor Pelayanan Pajak di Medan dibagi menjadi empat, yaitu: 1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara

2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur 4. Kantor Pelayanan Pajak Binjai

Sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 443/KMK.01/2001 tanggal 23 Juli 2001 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak, Kantor Pelayanan Pajak, Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan, Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak dan Kantor Penyuluhan dan Pengamalan Potensi Perpajakan, sehingga Kantor Pelayanan Pajak di Medan dibagi menjadi enam Kantor Pelayanan Pajak, yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan yang berlokasi di Jalan Asrama Nomor 7 Medan

2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan yang berlokasi di Jalan Suka Mulia Nomor 17 A Medan

3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur yang berlokasi di Jalan Diponegoro Nomor 30 A Medan

4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai yang berlokasi di Jalan Asrama Nomor 7 A Medan

5. Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota yang berlokasi di Jalan Diponegoro Nomor 17 A Medan

6. Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia yang berlokasi di Jalan Diponegoro Nomor 30 A Medan.

(22)

Pajak Medan Utara yang telah berganti nama. Sesuai dengan surat edaran No.SE – 19/PJ/2007 tentang persiapan sistem administrasi perpajakan modern pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak dan pembentukan Kantor Pelayanan Pajak Pratama ,pada tahun 2007-2008 Kantor Pelayanan Pajak diubah menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama untuk seluruh Indonesia. KPP Pratama adalah jenis KPP yang sebagaimana terdapat pada Peraturan Menteri Keuangan No.132/PMK/2006. Berdasarkan surat – surat tersebut maka KPP Medan Belawan berubah menjadi KPP Pratama Medan Belawan.

C. Visi Dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan adalah instansi yang berada dibawah naungan Direktorat Jenderal Pajak sehingga dapat dikatakan bahwa visi misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan sama dengan visi dan misi Direktorat Jenderal Pajak.

Pada tahun 2013, DJP telah melakukan transformasi visi demi memenuhi kriteria visi yang S.M.A.R.T (Specific, Measurable, Achievable, Relevan, and Time-Based). DJP membutuhkan pedoman/visi baru yang lebih spesifik dan terukur daripada visi-visi sebelumnya.

Visi baru Direktorat Jenderal Pajak tahun 2013 tersebut adalah:

VISI

“Menjadi institusi pemerintah penghimpun pajak negara yang terbaik di wilayah Asia Tenggara”

(23)

tersebut telah final dirumuskan. Tugas DJP sekarang adalah melaksanakan eksekusinya dengan penuh komitmen, kesungguhan, dan tanggung jawab. Semoga transformasi visi ini akan menjadi resolusi awal tahun 2013 yang mampu membakar semangat kita selaku punggawa negeri untuk mewujudkan agar Direktorat Jenderal Pajak mampu menjadi instansi yang terbaik di kancah internasional, khususnya di kawasan Asia Tenggara.

MISI

“Menyelenggarakan fungsi administrasi perpajakan dengan menerapkan Undang-Undang Perpajakan secara adil dalam rangka membiayai penyelenggaraan negara demi kemakmuran rakyat”

D. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan

Setiap perusahaan memiliki struktur organisasi untuk menggambarkan secara jelas unsur-unsur yang membantu pimpinan dalam menjelaskan perusahaan. Dengan adanya struktur organisasi yang jelas dapat diketahui posisi, tugas dan wewenang setiap anggota. Tujuannya adala untuk pencapaian kerja dalam organisasi yang berdasarkan pada pola hubungan kerja serta lalu lintas wewenang dan tanggung jawab.

Jenis struktur organisasi yang digunakan oleh KPP Pratama Medan Belawan adalah menggunakan jenis struktur “line and staff organization” atau gabungan dari jenis struktur organisasi garis dan organisasi fungsional. Struktur organisasi KPP Pratama Medan Belawan berdasarkan fungsi bukan jenis pajak.

(24)

Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak pada lampiran II wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan terdiri dari 4 (empat) kecamatan, yaitu:

1. Kecamatan Medan Belawan 2. Kecamatan Medan Labuhan 3. Kecamatan Medan Marelan 4. Kecamatan Medan Deli

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan membawahi

seksi/sub.bagian umum, kelompok jabatan fungsional. KPP Pratama dipimpin oleh seorang kepala kantor sedangkan setiap seksi dipimpin oleh kepala seksi/kepala sub.bagian umum dan dibantu oleh Account Representative (AR) dan pelaksana.

Adapun seksi/sub.bagian umum dan kelompok fungsional tersebut sebagai berikut :

1. Sub Bagian Umum

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi Perpajakan 3. Seksi Pelayanan

4. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal 5. Seksi Penagihan

(25)

9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III 10.Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV 11.Kelompok Jabatan Fungsional

E. Uraian Tugas Pokok Dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

Uraian dan Fungsi KPP Pratama diatur didalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 62/PMK.01/2009 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak pada Paragraf 2 (dua) pasal 58 sampai dengan 61. Dalam melaksanakan tugasnya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan menyelenggarakan fungsi :

1. Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan, penyajian informasi perpajakan pendataan objek dan subjek pajak, serta penilaian Pajak Bumi dan Bangunan sektor pertanian, perkebunan dan perhutanan

2. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan

3. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya

4. Penyuluhan perpajakan

5. Pelaksanaan registrasi Wajib Pajak 6. Pelaksanaan ekstensifikasi

7. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak 8. Pelaksanaan pemeriksaan pajak

(26)

10.Pelaksanaan konsultasi perpajakan 11.Pelaksanaan intensifikasi

12.Pembetulan ketetapan pajak 13.Pelaksanaan administrasi kantor

Dalam melaksanakan fungsinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan menyelenggarakan tugas-tugas pokok sebagai berikut :

a. Kepala Kantor

KPP Pratama merupakan penggabungan dari KPP dan Karipka. Maka kepala KPP Pratama mempunyai tugas mengkoordinasikan pelaksanaan penyuluhan, pelayanan, pengawasan, wajib pajak dibidang PPh, PPN, PPnBM, Pajak Tidak Langsung lainnya dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Sub Bagian Umum

Sub bagian umum mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha dan rumah tangga kantor.

Tugas Kepala Sub Bagian Umum

1. Pelaksanaan tugas di bidang administrasi penerimaan pengiriman surat-surat serta pelaksanaan tugas bendaharawan

2. Mendistribusikan surat-surat masuk kepada seksi yang bersangkutan dan pengiriman surat-surat keluar kepada instansi yang terkait

3. Mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan tugas bendaharawan rutin 4. Memberi nasehat dan menegakkan kedisiplinan kepada pegawai

(27)

c. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)

1. Melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data perpajakan 2. Penyajian informasi perpajakan

3. Perekaman dokumen perpajakan

4. Urusan tata usaha penerimaan perpajakan 5. Pelayanan dukungan teknis komputer 6. Pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling

7. Pelaksanaan SI DJP serta penyiapan laporan kinerja d. Seksi Pelayanan

1. Menetapkan penerbitan produk hukum perpajakan 2. Mengadministrasikan dokumen dan berkas perpajakan

3. Menerima dan mengolah Surat Pemberitahuan (SPT) serta penerimaan surat lainnya

4. Memberikan penyuluhan perpajakan 5. Melaksanakan registrasi Wajib Pajak

6. Memungut fiskal luar negeri di pelabuhan Belawan e. Seksi Penagihan

1. Melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, memproses permohonan pengangsuran dan penundaan pembayaran pajak.

2. Melakukan penerbitan Surat Tagihan Pajak, Surat Paksa, Surat Perintah Melakukan Penyitaan

3. Melakukan penyitaan, urusan lelang dan penyitaan lainnya

(28)

Adapun tugas JSP adalah :

1. Melaksanakan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus (SPPSS) 2. Memberitahukan Surat Paksa (SP)

3. Melaksanakan penyitaan barang Penanggung Pajak berdasarkan Surat Perintah Melakukan Penyitaan (SPMP)

4. Melaksanakan penyanderaan berdasarkan surat perintah penyanderaan Juru Sita Pajak dalam melaksanakan tugas harus dilengkapi kartu tanda pengenal dan memperlihatkannya kepada Penanggung Pajak.

f. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal 1. Melakukan penyusunan rencana pemeriksaan

2. Melakukan pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan

3. Penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya

Dalam melaksanakan tugas pemeriksaan pajak, pemeriksa pajak memiliki kewenangan pemeriksaan pajak yang diatur dalam pasal 29 Undang - Undang Ketentuan Umum Perpajakan. Ketentuan yang mengatur pemeriksaan pajak adalah :

1. Tatacara Pemeriksaan Pajak terdapat pada Pasal 31 UU KUP, KMK No. 545/KMK.04/2000, PMK No. 123/PMK.03/2006

2. Tatacara Penyegelan terdapat pada Pasal 30 UU KUP, Keputusan DJP No. 343/PJ/2002

3. Tatacara Pemeriksaan Sederhana Kantor dan Lapangan terdapat pada Keputusan DJP No. 741/PJ/2001

(29)

5. Tatacara Pemeriksaan Bukti Permulaan terdapat pada Keputusan DJP No. 02/PJ.7/1990, Kep-272/PJ/2002

g. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan

1. Melakukan pengamatan dan penggalian potensi perpajakan 2. Pendataan objek dan subjek pajak

3. Penilaian objek pajak dan kegiatan ekstensifikasi perpajakan h. Seksi Pengawasan dan Konsultasi

1. Melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan dari wajib pajak terdaftar

2. Memberikan bimbingan/himbauan kepada wajib pajak dan konsultasi teknis perpajakan

3. Penyusunan profil wajib pajak 4. Menganalisis kinerja wajib pajak

5. Melakukan rekonsiliasi data wajib pajak dalam rangka melakukan intensifikasi dan melakukan evaluasi hasil keputusan banding

6. Penyelesaian permohonan izin prinsip pembebasan PPh Pasal 22 Impor

7. Melaksanakan proses penyelesaian permohonan Surat Keterangan Bebas Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Impor

Pada pelaksanaannya, wilayah kerja keempat seksi pengawasan dan konsultasi dibagi berdasarkan domisili /tempat tinggal/wilayah tempat wajib pajak terdaftar.

1. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I (Waskon I) a. Kelurahan Kampung Besar

(30)

c. Kelurahan Sei Mati d. Kelurahan Pekan Labuhan e. Kelurahan Tangkahan f. Kelurahan Nelayan Indah

2. Seksi Pengawasan Dan Konsultasi II (Waskon II) a. Kelurahan Labuhan Deli

b. Kelurahan Rengas Pulau c. Kelurahan Terjun

d. Kelurahan Tanah 600 e. Kelurahan Paya Pasir

3. Seksi Pengawasan Dan Konsultasi III (Waskon III) a. Kelurahan Tanjung Mulia

b. Kelurahan Tanjung Mulia Hilir c. Kelurahan Mabur

d. Kelurahan Kota Bangun e. Kelurahan Titi Papan f. Kelurahan Hilir

4. Seksi Pengawasan Dan Konsultasi IV (Waskon IV) a. Kelurahan Sicanang

b. Kelurahan Belawan Bahari c. Kelurahan Belawan Bahagia d. Kelurahan Belawan I

(31)

i. Kelompok Jabatan Fungsional

(32)

F. Gambar Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN

KEPALA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BELAWAN

SEKSI PENGOLAHAN

SEKSI PELAYANAN

SEKSI PENAGIHAN

SEKSI RIKI

SEKSI EKSTENSIFIKASI

SUB BAGIAN UMUM

SEKSI PENGAWASAN

SEKSI PENGAWASAN

SEKSI PENGAWASAN

SEKSI PENGAWASAN

KELOMPOK JABATAN

KANTORPELAYANAN,PENYULUH PETUGAS

AN,DAN KONSULTASI TATA

PERPAJAKAN USAHA

(33)

G. Gambaran Jumlah Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

Adapun jumlah wajib pajak terdaftar di KPP Pratama Medan Belawan periode Desember 2012 berjumlah sebanyak 60.710 Wajib Pajak. Jumlah sumber daya manusia di lingkungan KPP Pratama Medan Belawan berjumlah 78 orang yang terdiri dari pegawai 73 orang termasuk dengan kepala kantor dan pegawai honorer (petugas security yang dibiayai dana DIPA) sebanyak 4 orang.

Adapun perincian jumlah pegawai berdasarkan pegawai per seksi/bagian/kelompok adalah sebagai berikut :

No Seksi/Bagian Jumlah Pegawai

1 Sub Bagian Umum 8

2 Pengolahan Data dan Informasi (PDI) 9

3 Pelayanan 11

4 Penagihan 3

5 Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal 4

6 Ekstensifikasi Perpajakan 4

7 Pengawasan dan Konsultasi I 6

8 Pengawasan dan Konsultasi II 6

9 Pengawasan dan Konsultasi III 6 10 Pengawasan dan Konsultasi IV 6

11 Fungsional 10

(34)

BAB III

GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

A. Pengertian Pajak

Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. dalam bukunya Dasar-Dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan adalah sebagai berikut, “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa imbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum.”

Menurut Mr. Dr. N. J. Feldman dalam bukunya De overheidmiddelen van Indonesia, Leiden, 1949: “Belastingen zijn aan de Overheid (volgens algemene, door haar vastgestelde normen) verscculdigde afdwingbareprestties, waar geen

tegenprestatie tegenover staat en uitsluitend dienen tot dekking van pulieke uitgeven.”

Yang artinya adalah sebagai berikut: “Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran umum.”

Sedangkan definisi pajak yang dikemukakan oleh S.I, Djajadiningrat yaitu suatu kewajiban menyerahkan sebagian kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan, kehidupan, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah dan dapat dipaksakan,

(35)

tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan secara umum (Resmi, 2008: 1).

Dari beberapa definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaanya.

2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah.

3. Pajak dipungut oleh Negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. 4. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari

pemasukannya terdapat surplus, digunakan untuk membiayai investasi publik. B. Dasar Hukum Pemeriksaan Pajak

1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (Lembaga Negara Republik Indonesia Nomor 3262) sebagai mana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 (Lebaga Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 62, Tambahan Lembaga Negara Republik Indonesia Nomor 4999).

2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 199/PMK.03/2007 Tentang Tata Cara Pememriksaan, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 82/PMK.03/2011 tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak.

3. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-19/PJ/2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Lapangan.

(36)

5. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-9/PJ/2010 tentang Standar Pemeriksaan Untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan.

Dengan adanya peraturan dan Undang-Undang yang menjadi landasan hukum pemeriksaan pajak di Indonesia ini, maka pajak yang dipungut oleh pemerintah sudah mempunyai suatu pondasi yang kuat dan tegas bagi Wajib Pajak.

C. Pengertian Pemeriksaan Pajak

Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksankan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan Undang-Undang nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Pasal 1 angka 25).

Dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 199/PMK.03/2007 tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak, sebagaimana telah diubah dengan peraturan Menteri Keuangan Nomor 82/PMK.03/2011 Tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak, Pasal 1, yang dimaksud dengan:

(37)

2. Tanda Pengenal Pemeriksa Pajak adalah tanda pengenal yang diterbitkan Direktur Jenderal Pajak yang merupakan bukti bahwa orang yang namanya tercantum pada kartu tanda pengenal tersebut sebagai Pemeriksa Pajak.

3. Surat Perintah Pemeriksaan adalah surat perintah untuk melakukan Pemeriksaan dalam rangka menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

4. Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan biaya serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan, menyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi untuk periode Tahun Pajak.

5. Data yang dikelola secara elektronik adalah data yang bentuknya elekteronik, yang dihasilkan oleh komputer dan/atau pengolah data elektronik lainnya dan disimpan dalam disket, compact, disk, tape backup, hard disk, atau media penyimpanan elektronik lainnya.

(38)

7. Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan (Closing Conference) yang untuk selanjutnya disebut Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan adalah pembahasan antara Wajib Pajak dan Pemeriksa Pajak atas temuan Pemeriksaan yang hasilnya dituangkan dalam Berita Acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan yang ditandatangani oleh kedua belah pihak dan berisi koreksi baik yang disetujui maupun yang tidak disetujui.

8. Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan adalah surat yang berisi tentang hasil Pemeriksaan yang meliputi pos-pos yang dikoreksi, nilai koreksi, dasar koreksi, perhitungan sementara jumlah pokok pajak, dan pemberian hak kepada Wajib Pajak untuk hadir dalam Pembahsan Akhir Hasil Pemeriksaan.

9. Tim Quality Assurance Pemeriksaan adalah tim yang dibentuk oleh Direktur jendral Pajak dalam rangka membahas hasil Pemeriksaan yang belum disepakati antara Pemeriksa Pajak dan Wajib Pajak dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan guna menghasilkan Pemeriksaan yang berkualitas.

10. Kertas kerja Pemeriksaan adalah catatan secara rinci dan jelas yang dibuat oleh Pemeriksa Pajak mengenai prosedur Pemeriksaan yang ditempuh, data, keterangan, dan/atau bukti yang dikumpulkan, pengujian yang dilakukan dan simpulan yang diambil sehubungan dengan pelaksanaan Pemeriksaan.

(39)

12. Laporan Hasil Pemeriksaan adalah laporan yang berisi tentang pelaksanaan dan hasil Pemeriksaan yang disusun oleh Pemeriksa Pajak secara ringkas dan jelas serta sesuai dengan ruang lingkup tujuan Pemeriksaan.

13. Pemeriksaan Ulang adalah Pemeriksaan yang dilakukan terhadap Wajib Pajak yang telah diterbitkan Surat Ketetapan Pajak dari hasil Pemeriksaan Pajak sebelumnya untuk jenis pajak dan masa/tahun pajak.

14. Kuesioner Pemeriksaan adalah formulir yang berisikan sejumlah pertanyaan dan penilaian oleh Wajib Pajak yang terkait dengan pelaksanaan Pemeriksaan.

15. Pemeriksaan Bukti Permulaan adalah Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendapatkan bukti permulaan tentang adanya dugaan telah terjadi tindak pidana dibidang perpajakan.

D. Tujuan dan Jenis Pemeriksaan

(40)

Sedangkan pemeriksaan untuk tujuan lain diatur dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-116/PJ/2009 merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk melaksanakan ketentuan tertentu dalam peraturan perundang-undangan perpajakan dan bukan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak serta tidak dimaksudkan untuk menerbitkan Surat Ketetapan Pajak dan Surat Tagihan Pajak.

Jenis pemeriksaan dipengaruhi oleh bobot risiko ketidakpatuhan dari Wajib Pajak yang diperiksa serta ruang lingkup pemeriksaan. Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dapat dilaksanakan melalui 2 jenis pemeriksaan, yaitu:

1. Pemeriksaan Lapangan yaitu pemeriksaan yang dilakukan ditempat kedudukan, tempat usaha atau pekerjaan bebas, tempat tinggal Wajib Pajak atau tempat lain yang ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak.

2. Pemeriksaan Kantor yaitu pemeriksaan yang dilakukan dikantor Direktorat Jenderal Pajak.

Kriteria Pemeriksaan merupakan alasan atau dasar dilakukannya pemeriksaan terhadap Wajib Pajak. Terdapat 2 kriteria pemeriksaan yang mendasari dilakukannya pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan wajib Pajak, yaitu:

(41)

terhadap permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B Undang-Undang KUP.

2. Pemeriksaan berdasarkan risiko (risk based audit) yang selanjutnya disebut Pemeriksaan Khusus merupakan pemeriksaan yang dilakukan berdasarkan hasil analisis risiko terhadap ketidakpatuhan Wajib Pajak. Analisis risiko terhadap ketidakpatuhan Wajib Pajak dapat dilakukan secara komputerisasi atau secara manual.

Pemeriksaan khusus dibagi menjadi 2 kriteria, yaitu:

a. Pemeriksaan Khusus dengan analisis risiko bersifat bottom up (dari bawah ke atas) yaitu Pemeriksaan Khusus berdasarkan hasil analisis risiko terhadap profil Wajib Pajak yang dilakukan secara manual oleh Kantor Pelayanan Pajak dan disampaikan kepada Kepala Kantor Wilayah DJP untuk mendapatkan persetujuan.

b. Pemeriksaan Khusus dengan analisis risiko bersifat up down (dari atas ke bawah) yaitu Pemeriksaan Khusus yang dilakukan berdasarkan:

1. Hasil analisis dan pengembangan atas informasi, data, laporan dan pengaduan yang dilakukan oleh Kepala Kanwil DJP atau Direktur Intelijen dan Penyidikan.

2. Hasil analisis risiko secara komputerisasi (selama ini disebut kriteria seleksi) yang berupa skor risiko ketidakpatuhan dengan memperhatikan variabel-variabel tertentu serta adanya data dan informasi; atau

(42)

E. Jangka Waktu Pemeriksaan

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 82/PMK.03/2011 jangka waktu pemeriksaan pajak adalah sebagai berikut:

1. Pemeriksaan Kantor untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dilakukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan, dan dapat diperpanjang menjadi 6 (enam) bulan yang dihitung sejak tanggal Wajib Pajak atau wakil, kuasa, pegawai, atau anggota keluarga yang telah dewasa dari Wajib Pajak, datang memenuhi surat panggilan dalam rangka Pemeriksaan Kantor sampai dengan tanggal Laporan hasil pemeriksaan.

2. Pemeriksaan Lapangan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dilakukan dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) bulan, dan dapat diperpanjang menjadi 8 (delapan) bulan yang dihitung sejak tanggal surat pemberitahuan pemeriksaan disampaikan kepada Wajib Pajak atau wakil, kuasa, pegawai, atau anggota keluarga yang telah dewasa dari Wajib Pajak, sampai dengan tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan.

F. Standar pemeriksaan

(43)

1. Standar Umum Pemeriksaan

Standar Umum Pemeriksaan merupakan standar yang bersifat pribadi dan berkaitan dengan Persyaratan Pemeriksa Pajak dan mutu pekerjaannya. Pemeriksaan dilaksanakan oleh Pemeriksa Pajak yang:

a. Telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan teknis yang cukup serta memiliki keterampilan sebagai Pemeriksa Pajak, dan menggunakan keterampilannya secara cermat dan seksama.

b. Jujur dan bersih dari tindakan-tindakan tercela serta senantiasa mengutamakan kepentingan Negara.

c. Taat terhadap berabagai ketentuan peraturan perundang-undangan, termasuk taat terhadap batasan waktu yang ditetapkan.

Dalam hal ini diperlukan, pemeriksaan yang dilaksanakan oleh tenaga ahli dari luar Direktorat Jenderal Pajak yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak. 2. Standar Pelaksanaan Pemeriksaan

Pelaksanaan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan harus dilakukan sesuai standar pelaksanaan Pemeriksaan, yaitu:

a. Pelaksanaan Pemeriksaan harus didahului dengan persiapan yang baik, sesuai dengan tujuan pemeriksaan, dan mendapat pengawasan yang sama.

(44)

c. Temuan Pemeriksaan harus didasarkan pada bukti kompeten yang cukup dan berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan.

d. Pemeriksaan dilakukan oleh suatu tim Pemeriksa Pajak yang terdiri dari seorang supervisor, seorang ketua tim seorang atau lebih anggota tim.

e. Tim Pemeriksa Pajak dapat dibantu oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian tertentu yang bukan merupakan Pemeriksa Pajak baik yang berasal dari Direktorat Jenderal Pajak maupun yang berasal dari instansi diluar Direktorat Jenderal Pajak yang telah ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak sebagai tenaga ahli seperti penerjemah bahasa, ahli dibidang teknologi informasi, dan pengacara.

f. Apabila diperlukan, pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dapat dilakukan secara bersama-sama dengan tim pemeriksa pajak dari instansi lain.

g. Pemeriksaan dapat dilaksanakan di Kantor Direktorat Jenderal Pajak, tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas Wajib Pajak, tempat tinggal Wajib Pajak, atau tempat lain yang dianggap perlu oleh Pemeriksa Pajak.

h. Pemeriksaan dilaksanakan pada jam kerja dan apabila diperlukan dapat dilanjutkan diluar jam kerja.

i. Pelaksanaan pemeriksaan didokumentasikan dalam bentuk Kertas Kerja Pemeriksaan.

(45)

3. Standar Pelaporan Hasil Pemeriksaan

Kegiatan Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan harus dilaporkan dalam bentuk Laporan Hasil Pemeriksaan yang disusun sesuai standar Pelaporan Hasil Pemeriksaan, yaitu:

a. Laporan Pemeriksaan disusun secara ringkas dan jelas, memuat ruang lingkup atau pos-pos yang diperiksa sesuai dengan tujuan pemeriksaan, memuat simpulan Pemeriksa Pajak yang didukung temuan yang kuat tentang ada atau tidak adanya penyimpangan terhadap peraturan perundang-undangan perpajakan, dan memmuat pula pengungkapan informasi lain yang terkait dengan pemeriksaan.

b. Laporan Hasil Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan antara lain mengenai:

1. Penugasan Pemeriksaan 2. Identitas Wajib Pajak

3. Pembukuan atau pencatatan Wajib Pajak 4. Pemenuhan Kewajiban Perpajakan 5. Data/informasi yang tersedia 6. Buku dan dokumen yang dipinjam 7. Materi yang diperiksa

(46)

G. Kewajiban dan Kewenangan Pemeriksaan Pajak

Dalam hal Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dilaksanakan dengan jenis Pemeriksaan Lapangan dan Pemeriksaan Kantor (Peraturan Menteri Keuangan Nomor 82/PMK.03/2011, Pasal 11), Pemeriksa Pajak wajib:

1. Menyampaikan Surat Pemberitahuan pemeriksaan tentang akan dilakukan Pemeriksaan kepada Wajib Pajak.

2. Memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa Pajak dan Surat Perintah Pemeriksaan kepada Wajib Pajak pada waktu melakukan Pemeriksaan.

3. Melakukan pertemuan dengan Wajib Pajak dalam rangka memberikan penjelasan mengenai:

a. Alasan dan tujuan Pemeriksaan kepada Wajib Pajak.

b. Hak dan kewajiban Wajib Pajak selama dan setelah pelaksanaan Pemeriksaan. c. Hak Wajib Pajak mengajukan permohonan untuk dilakukan pembahasan

dengan Tim Quality Assurance Pemeriksaan dalam hal terdapat hasil Pemeriksaan yang belum disepakati antara Pemeriksa Pajak dengan Wajib Pajak dalam Pembahasan Hasil Akhir Pemeriksaan.

4. Menuangkan hasil pertemuan dengan Wajib Pajak dalam bentuk berita acara hasil pertemuan.

5. Menyampaikan Kuesioner Pemeriksaan kepada Wajib Pajak.

(47)

7. Menyampaikan Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan kepada Wajib pajak, sedangkan untuk Pemeriksaan Kantor pemeriksa wajib memberitahukan secara tertulis hasil Pemeriksaan kepada Wajib Pajak.

8. Memberikan hak hadir kepada Wajib Pajak dalam rangka Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dalam batas waktu yang telah ditentukan.

9. Memberi petunjuk kepada Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya agar pemenuhan kewajiban perpajakan dalam tahun-tahun selanjutnya dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. 10. Mengembalikan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau

pencatatan, dan dokumen lainnya yang yang dipinjam dari Wajib Pajak paling lama 7 (tujuh) hari sejak tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan.

11. Merahasiakan kepada pihak lain yang tidak berhak atas segala sesuatu yang diketahui atau diberitahukan kepadanya oleh Wajib Pajak dalam rangka Pemeriksaan.

Dalam hal Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dilaksanakan dengan jenis Pemeriksaan Lapangan dan Pemeriksaan Kantor (Peraturan Menteri Keuangan Nomor 82/PMK.03/2011, Pasal 12), Pemeriksa Pajak berwenang:

1. Melihat dan/atau meminjam buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang terutang pajak.

(48)

3. Memasuki dan memeriksa tempat atau ruang, barang bergerak dan/atau tidak bergerak yang diduga atau patut diduga digunakan untuk menyimpan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dokumen lain, uang dan/atau barang yang dapat memberi petunjuk tentang pengahsilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang terutang pajak, sedangkan pada Pemeriksaan Kantor pemeriksa berwenang memanggil Wajib Pajak untuk datang ke Kantor Direktorat Jenderal Pajak dengan menggunakan surat panggilan.

4. Meminta kepada Wajib Pajak untuk memberi bantuan guna kelancaran Pemeriksaan, antara lain berupa:

a. Menyedikan tenaga dan/atau peralatan atas biaya Wajib Pajak apabila dalam mengakses data yang dikelola secara elektornik memerlukan peralatan dan/atau keahlian khusus.

b. Memberi kesempatan kepada Pemeriksa Pajak untuk membuka barang bergerak dan/atau tidak bergerak.

c. Menyediakan ruangan khusus tempat dikukannya Pemeriksaan Lapangan dalam hal jumlah buku, catatan, dan dokumen sangat banyak sehingga sulit untuk dibawa ke kantor Direktorat Jenderal Pajak.

5. Melakukan penyegelan tempat atau ruang tertentu serta barang bergerak dan/atau tidak bergerak, sedangkan dalam Pemeriksaan Kantor Pemeriksa berwenang meminjamkan kertas kerja pemeriksaan yang dibuat oleh Akuntan Publik melalui Wajib Pajak.

(49)

7. Meminta keterangan dan/atau bukti yang perlukan dari pihak ke tiga yang mempunyai hubungan dengan Wajib Pajak yang diperiksa melalui kepala unit pelaksana Pemeriksaan.

H. Hak dan Kewajiban Wajib Pajak

Dalam pelaksanaan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dengan jenis Pemeriksaan Lapangan dan Pemeriksaan Kantor (Peraturan Menteri Keuangan Nomor 82/PMK.03/2011, Pasal 13), Wajib Pajak berhak: 1. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Tanda Pengenal

Pemeriksa Pajak dan Surat Perintah Pemeriksaan.

2. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan Surat Pemberitahuan Pemeriksaan sehubungan dengan pelaksanaan Pemeriksaan Lapangan.

3. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan penjelasan tentang alasan dan tujuan Pemeriksaan.

4. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan surat tugas apabila susunan tim Pemeriksa Pajak mengalami perubahan.

5. Meminta Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan.

6. Menghadiri Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dalam jangka waktu yang telah ditentukan.

(50)

8. Memberikan pendapat atau penilaian atas pelaksanaan Pemeriksaan oleh Pemeriksa Pajak melalui Kuesioner Pemeriksaan.

Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dengan jenis Pemeriksaan Lapangan dan Pemeriksaan kantor (Peraturan Menteri keuangan Nomor 82/PMK.03/2011, Pasal 14), Wajib Pajak wajib: 1. Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi

dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang terutang pajak.

2. Memberikan kesempatan untuk mengakses dan/atau mengunduh data yang dikelola secara elektronik.

3. Memberikan kesempatan untuk memasuki dan memeriksa tempat atau ruang, barang bergerak dan/atau tidak bergerak yang diduga atau patut diduga digunakan untuk menyimpan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau catatan, dokumen lain, uang, dan/atau barang yang dapat memberi petunjuk tentang penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang terutang pajak serta meminjamkannya kepada Pemeriksa Pajak. 4. Memberi bantuan guna kelancaran Pemeriksaan, antara lain berupa:

a. Menyediakan tenaga dan/atau perlatan atas biaya Wajib Pajak apabila dalam mengakses data yang dikelola secara elektronik memerlukan peralatan dan/atau keahlian khusus.

(51)

c. Menyediakan ruangan khusus tempat dilakukannya Pemeriksaan Lapangan dalam hal jumlah buku, catatan, dan dokumen sangat banyak sehingga sulit untuk dibawa ke kantor Direktorat Jenderal Pajak.

5. Menyampaikan tanggapan secara tertulis atas Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan.

6. Memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis yang diperlukan.

7. Memenuhi panggilan untuk datang menghadiri Pemeriksaan sesuai dengan waktu yang ditentukan.

8. Meminjamkan kertas kerja pemeriksaan yang dibuat oleh Akuntan Publik.

I. Produk dari Hasil Pemeriksaan

(52)

Produk dari hasil Pemeriksaan tersebut menyebabkan timbulnya produk hukum yang menerbitkan:

1. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar dan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan.

2. Surat Ketetapan Pajak Nihil.

3. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar.

(53)

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI DATA

Indonesia dalam pemungutan pajak menganut sistem self assesment. Sistem self assesment adalah suatu sistem pemungutan pajak dimana wewenang untuk menentukan pajak terutang oleh seseorang berada pada kedua belah pihak, yaitu Wajib Pajak dan Fiskus. Sebelum sistem ini berjalan, di Indonesia berlaku sistem offical assesment

namun tidak berjalan dengan efisien, dan menimbulkan kecendrungan masyarakat Wajib Pajak kurang bertanggung jawab, dan sering terjadi perlawanan pajak dengan cara menghindar dari kewajiban perpajakannya.

Dalam hal ini Direktorat Jendral Pajak melakukan pembinaan, pelayanan, pengadministrasian dan pengawasan. Dalam rangka Pengawasan keptuhan kewajiban perpajakan, maka Direktorat Jendral Pajak berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak, atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan peraturan perundang-udangan perpajakan.

(54)

Wajib Pajak tetap berada pada koridor ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Dari tabel diatas, kita dapat mengetahui bahwa hasil pemeriksaan pada tahun 2012 menurun karena kurangnya kesadaran wajib Pajak akan peningkatan kepatuhan kewajiban perpajakannya.

A. Penyebab-penyebab dilakukan Tindakan Pemeriksaan

Objek pajak adalah Surat Pemberitahuan (SPT) tahunan dan/atau Surat Pemberitahuan (SPT) Masa yang disampaikan oleh Wajib Pajak. Oleh sebab itu Wajib Pajak diperiksa apabila:

1. Surat Pemberitahuan menyatakan lebih bayar dan/atau rugi. 2. Surat Pemberitahuan tidak disampaikan atau terlambat.

3. Surat Pemberitahuan memenuhi kriteria tertentu yang ditentukan oleh Direktorat Jendral Pajak untuk diperiksa.

4. Ada indikasi tidak dipenuhi kewajiban-kewajiban selain hal diatas.

Pemeriksaan Pajak dapat juga dilakukan apabila terdapat indikasi-indikasi mengenai ketidakpatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan sistem self assesment, yang dapat dilihat atas dasar:

1. Kepatuhan Wajib Pajak dalam intern, yaitu dalam pembayaran atau pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa, atau Surat Pemberitahuan PPN setiap bulan. 2. Kepatuhan Wajib Pajak dalam kewajiban tahunan, yakni dalam menghitung pajak

(55)

3. Kepatuhan terhadap ketentuan materil dan yuridis formal perpajakan melalui pembukuan sebagaimana mestinya.

B. Prosedur Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak

Pemeriksaan dilakukan dengan berpedoman pada norma pemeriksaan yang berkaitan dengan Pemeriksa Pajak, Pemeriksaan, dan Wajib Pajak. Pemeriksaan dilaksanakan oleh Pemeriksa Pajak yang susunannya terdir dari beberapa supervisor, seorang ketua tim, dan beberapa pemeriksa/penilai yang tergabung dalam kelompok fungsional.

Adapun prosedur Pemeriksaan Pajak yang harus dilakukan oleh tim pemeriksa dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Mengevaluasi data-data yang dilaporkan Wajib Pajak.

2. Menganalisa angka-angka yang tercantum dalam laporan keuangan Wajib Pajak. 3. Meminta keterangan lisan dan/atau tertulis dari Wajib Pajak yang diperiksa.

4. Memasuki tempat atau ruangan yang diduga merupakan tempat penyimpanan dokumen, uang, barang yang dapat memberi petunjuk.

5. Melakukan penyegelan tempat atau ruangan tersebut pada nomor 4, apabila Wajib Pajak atau kuasanya tidak memberi kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan tersebut.

(56)

1. Dalam Pemeriksaan Lapangan terkadang Wajib Pajak sulit ditemui oleh Pemeriksa, Karena Wajib Pajak tidak ada tempat, disebabkan karena waktu pemeriksaan dilakukan pada saat jam kerja.

2. Tidak sesuainya lagi data yang dimiliki pihak kantor Pajak dengan data yang sebenarnya pada saat dilakukan Pemeriksaan. Misalnya saja dalam hal Wajib Pajak yang pindah alamat tanpa diketahui alamat barunya oleh Pemeriksa, dalam hal tidak melapor pada lurah setempat sehingga pemeriksaan terhambat.

3. Jumlah Pemeriksa yang terbatas di banding jumlah Wajib Pajak Badan yang terdaftar dan efektif memasukkan Surat Pemberitahuan (SPT) serta terbatasnya sarana penunjang dalam melaksanakan Pemeriksaan.

4. Wajib Pajak tidak memenuhi Surat Panggilan (dalam hal Pemeriksaan Kantor) yang dikirim oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak dalam rangka pelaksanaan Pameriksaan Pajak.

5. Wajib Pajak tidak kooperatif, misalnya saja Wajib Pajak tidak memberikan pinjaman berupa buku, catatan, dokumen-dokumen yang dibutuhkan oleh Tim Pemeriksa Pajak.

D. Peningkatan Pemeriksaan Pajak melalui Pelaksanaan Pemeriksaan

(57)

utama Pemeriksaan Pajak, Pemeriksaan atas kebenaran dan kelengkapan kewajiban perpajakan seorang Wajib Pajak yang seperti dinyatakan Surat Pemberitahuannya.

Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak merupakan upaya Direktorat Jendral Pajak dalam menerapkan pengawasan terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Sesuai dengan tujuannya masing-masing, kebijakan yang berkaitan dengan kegiatan Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak merupakan sarana pendukung tidak langsung bagi pelaksana kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi Wajib Pajak. Dalam rangka meningkatkan penerimaan negara dari sektor perpajakan. Tindakan pemeriksaan dan penyidikan pajak lebih lebih terkait dengan upaya Direktorat Jendral Pajak untuk memberikan deferent effect kepada Wajib Pajak lain sehingga dapat meningkatkan kesadaran untuk memenuhi seluruh kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Pemeriksaan Pajak selain untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak juga bertujuan mencegah ketidakadilan dalam perlakuan perpajakan diantara sesama Wajib Pajak. Meskipun demikian kebijakan prioritas pemeriksaan tetap dikukan dengan harapan dapat memberikan pengaruh positif kepada Wajib Pajak dalam memenuhi kewajibannya. Selain itu upaya meningkatkan kualitas pemeriksaan harus mendapat dukungan dari Wajib Pajak dengan kewajibannya menyelenggarakan pembukuan. Untuk maksud tersebut, Direktorat Jendral Pajak terus berupaya menyempurnakan kebijakan pemeriksaan dalam rangka penegakan hukum.

(58)

sosial ekonomi dipastikan akan mempengaruhi terhadap perkembangan usaha dan investasi, kesempatan kerja, produksi serta distribusi barang dan jasa yang pada akhirnya akan mempengaruhi penghasilan dan daya beli masyarakat secara keseluruhan.

Disisi lain penerimaan pajak sering kali merupakan mayoritas dari pendapatan pemerintah dan dipandang sebagai komponen yang penting dalam mengukur hasil keuangan pemerintah. Karenanya penerimaan pajak dipandang sebagai bagian dari efektivitas operasi pemerintah yang merupakan komponen pendapatan.

(59)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dilapangan dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, maka sebagai akhir penulisan ini, penulis mengambil beberapa kesimpulan dan saran sebagai berikut:

A. Kesimpulan

1. Pemeriksaan Pajak merupakan upaya Direkotrat Jendral Pajak dalam menerapkan penegakan hukum terhadap kepatuhan wajib pajak. Sesuai dengan tujuam pemeriksaan, kebijakan yang berkaitan dengan kegiatan pemeriksaan pajak dapat secara langsung dikaitkan dengan upaya Direktorat Jendral Pajak memberikan pengaruh (detteret effect) kepada Wajib Pajak lain sehingga dapat meningkatkan kesadarannya untuk memenuhi seluruh kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2. Dalam melaksanakan Pemeriksaan Pajak, pemeriksa yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak berpedoman pada Kebijaksanaan Pemerintah baik barupa Undang-Undang Keputusan Menteri Keuangan, maupun Surat Edaran Direktorat Jendral Pajak.

(60)

4. Tim Pemeriksa Pajak Pada kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan juga mendapati kendala-kendala saat melakukan tugasnya. Seperti Wajib Pajak yang tidak kooperatif, tidak dapat diajak bekerja sama, Wajib Pajak tidak memenuhi Surat Panggilan, atau Wajib Pajak yang sulit ditemui pada saat melakukan Pemeriksaan Lapangan.

B. Saran

1. Menjalin koordinasi antara Direktorat Jendral Pajak dengan instansi lain serta semua pihak yang terkait dalam melakukan pemeriksaan. Misalnya saja pada pihak kepolisian, kehakiman, Pemerintah Kota maupun Daerah.

2. Dalam melakukan Pemeriksaan Pajak, tim Pemeriksa hendaknya memperhatikan hak-hak Wajib Pajak dan bersikap sesuai dengan etika pemeriksa pajak, membina dan memberi pelayanan kepada Wajib Pajak dalam menjalankan hak dan kewajiban perpajakannya, sehingga untuk masa yang akan datang Wajib Pajak dapat lebih baik dalam menjalankan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3. Perlunya penyesuaian banyaknya pemeriksa dengan yang diperiksa, sehinnga

dalam pemeriksaan dapat berjalan dengan lancar dan menghasilkan data yang akurat dan benar sesuai dengan data yang benar-benar diperlukan dalam pemeriksaan.

(61)

DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo, 2011, Perpajakan, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Pardiat, 2008, Pemeriksaan Pajak, Edisi kedua, Penerbit Mitra Wicana Media,Jakarta.

Resmi, Siti, 2008, Perpajakan: Teori dan Kasus, Edisi Empat, Salemba Empat,Jakarta.

Suandy, Erly, 2005, Hukum Pajak, Edisi Ketiga, Salemba Empat, Jakarta. Tansuria, Billy Ivan, 2010, Pokok-Pokok ketentuan Umum perpajakan, Graha

Ilmu, Yogyakarta.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Sebagaimana Telah Diubah Dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara perpajakan.

Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 82/PMK.03/2011 Tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak.

Surat Edaran, Nomor SE-10/PJ.04/2008 Tentang Kebijakan Pemeriksaan Untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan.

Referensi

Dokumen terkait

Peserta diharapkan membawa alat tulis, pinsil 2B, karet penghapus, alas tulis, tanda pengenal yang masih berlaku, dokumen (kurikulum, buku, referensi, dan contoh

Dalam rangka memenuhi tuntutan tersebut perusahaan harus dapat mengatasi masalah yang berkaitan dengan perencanaan produksi plastic box DM 8010 BK dan persediaan bahan baku. Oleh

[r]

Sedangkan keseimbangan lini adalah merupakan suatu penyeimbangan penugasan elemen-elemen tugas dari suatu lintasan perakitan (assembly line) ke stasiun kerja (work stations)

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang

Liabilitas yang diakui di laporan posisi keuangan konsolidasian adalah nilai kini liabilitas imbalan pasti pada tanggal laporan posisi keuangan sesuai dengan UU

<sas:AlertMessageStructure ... This becomes necessary as messages that are forwarded by the SAS may use a different alert message structure. We will explain this using an

As the biggest contributor, Gatsby continues to invent new and renewal products, such as Gatsby Hairstyling Mist, New Gatsby Styling Wax and Gatsby Styling Pomade.. While