• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tata Cara Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tata Cara Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI

TENTANG

TATA CARA PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN KOTA

O L E H

NAMA : RASKEL OKTAVIA SITEPU NIM : 072600053

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma-III Administrasi Perpajakan

PROGRAM DIPLOMA III ADMINISTRASI PERPAJAKAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena hanya berkat dan Kasih Karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), yang berjudul : “Tata Cara Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota”

Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini merupakan salah satu syarat bagi mahasiswa/mahasiswi Program Studi Administrasi Perpajakan Universitas Sumatera Utara untuk menyelesaikan studi PRODIP III.

Pada penyelesaian Laporan Praktek Kerja Lapangan Mandiri ini, Penulis menyadari masih banyak kekurangan-kekurangan, selain karena keterbatasan penulis, juga dikarenakan perkembangan perpajakan di Indonesia yang semakin banyak mengalami modernisasi. Namun Penulis berharap kiranya Laporan PKLM ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan penulis sendiri khususnya.

Rasa hormat, cinta dan terima kasih yang dalam penulis persembahkan kepada Orangtua ku yang sangat aku kasihi, Ayahanda O.Sitepu dan R. Br Ginting yang telah memberikan banyak doa, kasih sayang, pengertian, dukungan dan kesabaran selama ini kepada penulis.

Selanjutnya tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Prof.Dr.M.Arif Nasution,MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial

(3)

2. Bapak Drs.M.Husni Thamrin Nasution.M,Si, selaku ketua jurusan PRODIP III Administrasi Perpajakan FISIP Universitas Sumatera Utara. 3. Ibu Dra. Dahlia Hafni Lubis selaku dosen pembimbing yang banyak

memberikan bimbingan, pengarahan dan penjelasan kepada penulis dalam menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).

4. Buat Pak Alfan Jamil SE, selaku Supervisor lapangan.

5. Seluruh staff dan pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota, khususnya Bang.Rudi Yanto Mangunsong, yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan laporan PKLM ini.

6. Seluruh Dosen dan staff Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Sumatera Utara.

7. Buat Kakak dan abangku, Rina Lya Anarol, Amd/ Hardi Sembiring, Andi Ramol Sitepu/ Ernawati Ginting, Rano Pranata Virgo, dan juga buat ponakan-ponakan ku yang kecil-kecil dan lucu-lucu… yang terkadang nyebelin tapi pemberi semangat juga, makasih yah semuanya,, buat kasih sayang, dukungan dan waktu yang boleh kita lalui bersama, Jesus Bless Us.

8. Buat KTB ku Adona’i Tzeva’oT featuring Rogate (k’Rita, Rika, Doni, Herbin) makasi buat kebersamaan dan doa-nya yah selama ini, semangat dan makin bertumbuh didalam Tuhan yah..

(4)

K’BuTet, Mutiara, Erma, makasii yah temen-temen buat dukungan dan doa nya selama ini, semangka….!!!!.

10. Teman Teman stambuk 07, khususnya buat Nitha yang cerewet, Lentaria, Santa, manto si meLee (built to last.. heheh), surya (temen seperjuangan, heheehe) dan teramat khusus buat Erny, and Icha,, makasii yah saiank buat bantuan dan persaudaraan yang indah antara kita (amsal 17 : 7) keep fight girl.

11. Dan semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan laporan PKLM ini.

Akhir kata penulis ucapkan banyak terima kasih, semoga Laporan PKLM ini dapat bermanfaaat bagi kita semua.

Syaloom…..

Medan, Juni 2010 Penulis

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR……….. i

DAFTAR ISI………. iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)………... …. 1

B. Tujuan dan Manfaat PKLM………... …. 4

C. Ruang Lingkup PKLM………. 6

D. Metodologi PKLM………. 6

E. Metode Pengumpulan Data………. …. 7

F. Sistematika Penulisan Laporan………... 8

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota……….. 10

B. Struktur Organisasi dan Deskripsi Tugas Kantor Pelayanan pajak (KPP) Pratama Medan Kota……… 17

(6)

Pratama Medan Kota……… 18

C. Kode Etik Pegawai Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota……… 21

D. Perbedaan Struktur Organisasi Lama dengan Struktur Organisasi Baru……….. 23

BAB III GAMBARAN DATA A. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21………. 24

1. Pengertian……… 24

2. Fungsi Pajak ………... 25

3. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)……… 26

4. Subjek Pajak……… 27

5. Objek Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21………….. 30

6. Surat Pemberitahuan (SPT)……… 34

7. Dasar Hukum Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21…. 37 8. Tarif dan Penerapannya……….. 38

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI A. Jumlah Wajib Pajak Terdaftar Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota ……….. 40 B. Tata Cara Pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21…. 41

(7)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan……… 45

B. Saran……….. 46

(8)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan

Praktek Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah suatu metode untuk mempraktekkan teori yang selama ini diperoleh di bangku perkuliahan. Praktek kerja lapangan ini memberikan pengalaman yang sesungguhnya, memberikan pengetahuan mengenai lingkungan kerja dan kegiatan-kegiatan suatu perkantoran khususnya di bidang perpajakan. Pengalaman ini merupakan guru yang baik dan sangat berharga karena semakin banyak praktek yang dilakukan akan semakin sempurna dan matang bidang yang ditekuni. Dalam melaksanakan PKLM ini, bahasan yang diambil tentu saja berhubungan dengan perpajakan.

Pajak merupakan iuran rakyat kepada Negara berdasarkan Undang Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditujukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. ( Mardiasmo, 2002 : 1). Dengan sifat yang dapat dipaksakan berarti dapat disimpulkan bahwa membayar pajak adalah kewajiban setiap warga Negara, dan bagi Negara pajak merupakan penerimaan yang strategis untuk membiayai pengeluaran pengeluaran Negara dan sekaligus sebagai kebersamaan sosial (asas gotong royong) untuk ikut bersama-sama memikul pembiayaan Negara.

(9)

pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada pemerintah untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak menjadi self assessment system yaitu system yang dalam pungutannya Negara memberikan kepercayaan kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar,dan melaporkan sendiri pajak yang terutang, sehingga melalui system ini pelaksanaan administrasi perpajakan diharapkan dapat dilaksanakan dengan rapi, terkendali, sederhana dan mudah untuk dipahami oleh anggota masyarakat.

Pajak menurut sifatnya dapat digolongkan menjadi dua yaitu Pajak Subjektif dan Pajak Objektif.

a. Pajak Subjektif, adalah pajak yang pengenaannya memerhatikan pada keadaan pribadi Wajib Pajak atau pengenaan pajak yang memerhatikan keadaan subjeknya. Contoh : Pajak Penghasilan.

b. Pajak Objektif, adalah pajak yang pengenaannya memerhatikan pada objeknya baik berupa benda, keadaan, perbuatan atau peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa memperhatikan keadaan pribadi Subjek Pajak (Wajib Pajak) maupun tempat tinggal. Contoh Pajak pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan.

Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam satu tahun pajak.

(10)

Penghasilan. Dengan berlakunya Undang Undang no. 7 tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang Undang Nomor 36 tahun 2008 tentang pajak Penghasilan, bahwa akan dikenakan Pajak Penghasilan apabila ,menerima atau memperoleh penghasilan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Jika Subjek Pajak telah memenuhi kewajiban pajak secara objektif maupun subjektif maka disebut Wajib Pajak.

Tetapi kenyataannya pelaksanaan pemenuhan kewajiban perpajakan oleh wajib pajak di Indonesia khususnya pajak penghasilan masih dirasakan kurang, hal ini terlihat nyata, kontribusi pajak di dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara terlihat naik turun dari tahun ke tahun. Bagi Wajib Pajak yang berbentuk perusahaan, pajak dapat dikategorikan sebagai beban yang akan mengurangi laba bersih. Begitu juga dengan orang pribadi akan mengurangi tingkat kesejahteraan, karena semakin tinggi pajak, berarti semakin kecil pula kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya yang bersifat privat. Selain itu, membayar pajak sering dianggap sangat menyusahkan dan merepotkan, banyak wajib pajak yang belum mengerti seperti apa proses ataupun cara pembayaran pajak yang benar, sehingga terkadang membuat mereka malas ataupun tidak mau merepotkan diri untuk membayar pajak.

(11)

B. Tujuan dan manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Adapun yang menjadi tujuan dari Praktek Kerja Lapangan Mandiri ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui tata cara pelaporan Pajak Penghasilan pasal 21.

b. Untuk mengetahui tingkat kepatuhan Wajib Pajak sesuai peraturan perundang-undangan yang ditetapkan pemerintah.

c. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dialami dalam Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21.

2. Manfaat Praktik Kerja Lapan\gan Mandiri (PKLM) 1. Bagi Mahasiswa

1. Menambah wawasan penulis tentang proses dan tata cara pelaporan PPh Pasal 21.

2. Dapat meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam melaksanakan tugas di bidang perpajakan.

3. Untuk mengetahui Praktek Kerja Lapangan yang sesungguhnya.

(12)

2. Bagi Kantor/ Instansi Pemerintah KPP Pratama Medan Kota

Sebagai sarana untuk meningkatkan hubungan antara instansi pemerintah dengan dunia pendidikan sehingga instansi tersebut dapat mengetahui sejauh mana tongkat perkembangan ilmu pengetahuan di lembaga pendidikan Program Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.

3. Bagi Universitas.

1. Membuka interaksi antara Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU dengan instansi yang bersangkutan.

2. Dapat meningkatkan kerja sama antara Universitas dengan instansi pemerintah.

3. Memperkenalkan sumber daya Universitas Sumatera Utara. 4. Mendorong kemajuan mahasiswa di masa mendatang.

5. Memberi uji nyata atas disiplin ilmu yang telah disampaikan.

4. Bagi Masyarakat

1. Sebagai sumber informasi bagi masyarakat.

2. Meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat umum dalam bidang perpajakan.

(13)

C. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Adapun yang menjadi ruang lingkup PKLM ini antara lain :

1. Tata cara pelaporan PPh Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.

2. Kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21. 3. Jumlah orang pribadi yang mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak di Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.

D. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Yang menjadi metode PKLM ada 5 yaitu :

1. Tahap Persiapan

Yaitu kegiatan yang harus dilakukan oeh mahasiswa sebelum melakukan PKLM ke objek lokasi PKLM yang meliputi kegiatan seperti : pemilihan lokasi PKLM, objek PKLM, Pengajuan proposal PKLM dan surat pengantar. 2. Studi Literatur (Kepustakaan)

(14)

3. Studi Observasi Lapangan

Yaitu kegiatan studi mencari data dan informasi dengan mengikuti PKLM di Kantor Pelayanan Pajak Medan kota, serta mempelajari laporan laporan yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas.

4. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan berdasarkan riset dari instansi yang bersangkutan.

5. Analisis dan Evaluasi

Yaitu kegiatan studi yang dilakukan dengan cara menganalisa permasalahan dan kendala yang dihadapi dan mencari tahu atau menanyakan solusi/jalan keluar yang terbaik untuk memecahkan masalah tersebut.

E. Metode Pengumpulan Data

Dalam melakukan pengumpulan data digunakan tiga metode yaitu :

1. Metode Interview (wawancara)

Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan melakukan wawancara dan mengajukan pertanyaan kepada pegawai instansi yang berkomponen dan menambah Objektif yang berkaitan dengan kebutuhan untuk melengkapi laporan PKLM.

2. Metode Observasi

(15)

dengan mengamati, mendengar dan bila perlu membantu mengerjakan tugas yang diberikan oleh pihak instansi dengan memberikan petunjuk atau arahan terlebih dahulu dengan berpedoman pada ketentuan yang berlaku pada instansi..

3. Dokumentasi

Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan membuat daftar dokumentasi yang telah diperoleh dari instansi.

F. Sistematika Penulisan Laporan PKLM

Adapun yang menjadi maksud yang membuat sistematika penulis laporan PKLM adalah untuk mempermudah pemahaman dan penulisan laporan PKLM. Sistematika penulisan laporan PKLM dibuat dalam 5 (lima) bab dan dilengkapi dengan sub bab dan diberi penjelasan yang terperinci :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai latar belakang yang menjadi pemikiran dalam menyusun laporan, tujuan dan manfaat PLKM, ruang lingkup PKLM, metode pengumpulan data PKLM, serta sistematika penulisan laporan PKLM.

BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM

(16)

berdirinya, struktur organisasinya, uraian tugas pokok dan fungsi KPP, gambaran pegawai/ karyawan atau anggotapersonil KPP tersebut.

BAB III : GAMBARAN DATA DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisikan tentang uraian ataupun penjelasan yang mengatur proses dan tata cara pelaporan serta undang undang yang berlaku, penjelasan tentang siapa saja subjek ataupun objek pajak yang telah ditentukan pemerintah, tentang ketentuan dasar hukumnya, serta tarif dasar pajak yang telah ditentukan.

BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI

Bab ini berisikan uraian uraian data yang telah dikumpulkan dan telah menguji kebenaran data secara sistematis.

BAB V : PENUTUP

(17)

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM

A. Sejarah Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Kota

Sejarah umum dari kantor pelayanan pajak dimulai pada massa penjajahan belanda, Kantor Pelayanan Pajak bernama Belasting, Yang kemudian setelah kemerdekaan berubah menjadi Kantor Inspeksi Keuangan. Kemudian berubah lagi menjadi Kantor Inspeksi Pajak dengan induk organisasinya Direktorat Jenderal Pajak Keuangan Republik Indonesia di Sumatera Utara pada tahun 1976 berdiri tiga Kamtor Inspeksi Pajak, yaitu :

a. Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan b. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara c. Kantor Inspeksi Pajak Pematang Siantar

(18)

Mencakup Reorganisasi Kantor Inspeksi Pajak yang diganti nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak, yang sekaligus dibentuknya Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan.

Berdasarkan pada keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. Kep.758/KMK01/1993, maka pada tanggal 1 april 1994 didirikanlah Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur.

Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur merupakan pecahan dari tiga Kantor Pelayanan pajak, yaitu :

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan 2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara

Dan Terhitung mulai tanggal 1 April 1994, Kantor Pelayanan Pajak berubah menjadi 4 wilayah kerja, yaitu :

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur 2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara 4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai

(19)

1. Kantor Pelayanan pajak Medan Timur dengan ruang lingkup meliputi wilayah : a. Kecamatan Medan Timur

b. Kecamatan Medan Area c. Kecamatan Medan Tembung d. Kecamatan Medan Perjuangan

2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat, dengan ruang lingkup meliputi wilayah : a. Kecamatan Medan Barat

b. Kecamatan Medan Sunggal c. Kecamatan Medan Petisah d. Kecamatan Medan Helvetia

3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota, meliputi wilayah : a. Kecamatan Medan Kota

b. Kecamatan Medan Denai c. Kecamatan Medan Johor d. Kecamatan Medan Amplas

4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia, dengan ruang lingkup meliputi wilayah : a. Kecamatan Medan Polonia

(20)

5. Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan, dengan ruang lingkup meliputi wilayah : a. Kecamatan Medan Belawan

b. Kecamatan Medan Marelan c. Kecamatan Medan Labuhan d. Kecamatan Medan Deli

6. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai

Kantor Pelayanan Pajak Kota adalah sebagai institusi pemerintah yang mempunyai tugas pokok dalam menyelenggarakan urusan perpajakan, karena pajak merupakan kontribusi wajib kepada Negara yang berhutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya untuk laporan rakyat. Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota berada di Gedung Keuangan Negara I lantai IV dan beralamatkan dijalan Diponegoro No.30A Medan. Adapun sejarah singkat dari Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota adalah sebagai berikut :

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota merupakan pecahan dari Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur yang berdasarkan kepada :

a. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 443/KMK.01/2001 tanggal 23 Juli 2001.

(21)

2). Yang mengepalai Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota saat ini adalah Bapak R. Benny Kisworo.

Berdasarkan penjelasan sejarah Kantor pelayanan pajak Medan Kota di atas, Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Kota berganti nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota pada tanggal 27 Mei 2008 sesuai dengan peraturan Menteri Keuangan Nomor 131/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan yang telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 54/PMK.01/2007 dan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 132/PMK.01/2006 tentang Organisai dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 67/PMK.01/2008.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor.132/PMK.01/2006 tentang Organisasi Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal, Kantor Pelayanan Pajak (KPP) diseluruh jajaran Direktorat Jenderal Pajak terdiri dari 3 (tiga) jenis, yaitu :

1). KPP Wajib Pajak Besar yang terdiri dari KPP Wajib Pajak Besar Dua, dan KPP Badan Usaha Milik Negara.

(22)

Pusat, KPP Madya Jakarta Barat, KPP Madya Jakarta Selatan, KPP Madya Jakarta Timur, KPP Madya Jakarta Utara, KPP Madya Bandung, KPP madya Semarang, KPP Madya Surabaya, KPP Madya Sidoarjo, KPP Mada Malang, KPP Madya Balikpapan, KPP Madya Denpasar, KPP Madya Makasar.

3). KPP Pratama

Beberapa Karakteristik untuk setiap jenis KPP, diantaranya dapat dijelaskan dalam tabel berikut :

No. Uraian KPP WP Besar KPP Madya KPP Pratama

Skala Wajib BUMN & WP Besar

WP Besar Kanwil

WP Menengah

1. Pajak Nasional (Regional) Badan

Badan & OP

2. Jenis Wajib Pajka

Badan ( Coeporate) (Corporate) dan Ekspariat

Badan dan OP

3. Jumlah Wajib Pajak

300-400 200-500 Ribuan

4. Jenis Pajak PPh, PPn, dan PTLL

PPh, PPN dan PPTL

(23)

5. PPN SEntralisasi Sentralisasi Desentralisasi 6. P2PPh Desentralisasi Desentralisasi Desentralisasi 7. AR Fungsi Sektor Industri Sektor

Industri

Wilayah

8. Ekstensifikasi Jumlah

Tidak ada Tidak Ada Jumlah

9. Eselon IV 9 (sembilan) 9 (sembilan) 10 (sepuluh) 10. Wilayah

Kerja

Nasional Regional Lokal

Pembentukan KPP Wajib Pajak Besar dan KPP Madya telah diselesaikan pada akhir tahun 2006, sedangkan KPP Pratama yang ada saat ini berjumlah 15 KPP Pratama, yaitu, KPP Pratama dilingkungan Kanwil JDP Jakarta Pusat dan Pembentukan KPP Pratama untuk seluruh Indonesia direncanakan akan diselesaikan akhir tahun 2008.

(24)

Fungsi keberatan (Psl.25 UU KUP dan Psl.16 UU PBB), pengurangan/ penghapusan sanksi administrasi dan pembatalan ketetapan pajak (Psl.36 UU KUP) dan penghapusan PBB (Psl.19 UU PBB) yang sebelumnya ada di KPP dan KPPBB, seluruhnya ada di Kanwil.

Fungsi pemeriksaan yang sebelumnya dilaksanakan oleh KPP, Karikpa dan Kanwil, dilaksanakan KPP Pratama oleh Pejabat Fungsional Pemeriksaan, sedangkan fungsi pemeriksaan bukti permulaan dan penyidikan semula dilaksanakan oleh Karikpa Kanwil.

B. Struktur Organisasi Dan Deskripsi Tugas KPP Pratama Medan Kota

1. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Kota

Struktur organisasi adalah suatu rangkaian yang mewujudkan pola tetap dari hubungan-hubungan diantara bidang kerja, namun orang mewujudkan kedudukan, wewenang dan tanggung jawab dalam system kerjasama.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota dikepalai oleh seorang Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang terdiri atas Sub Bagian Umum dan beberapa seksi yang dipimpin oleh masing-masing seorang kepala seksi.

(25)

kantor wilayah Direktorat Jendral Pajak Sumatera Utara , dimana seluruh pegawai adalah Pegawai Negeri Sipil dibawah naungan Departemen Keuangan Negara Replubik Indonesia. Struktur Organisasinya dapat digambarkan sebagai berikut:

2. Deskripsi Tugas KPP Pratama Medan Kota

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota membawahi 1 (satu) bagian dan 6 ( enam) seksi, ditambah kelompok jabatan fungsional. Adapun bidang-bidang yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota antara lain adalah sebagai berikut:

1). Sub Bagian Umum

2). Seksi Ekstensifikasi

3). Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)

4). Seksi Pelayanan

5). Seksi Pengawasan dan Konsultasi (WASKON I, II, III,IV )

6). Seksi Pemeriksaan

7). Seksi Penagihan

(26)

1. Kepala Kantor

Mengingat KPP Pratama merupakan penggabungan dari KPP, KPPBB, dan Karikpa maka kepala Kantor KPP Pratama mempunyai Tugas Mengkoordinasi Pelaksanaan penyuluhan, pelayanan dan pengawasan Wajib Pajak di bidang Pajak Penghasilan, pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, dan Pajak Tidak Langsung Lainnya dan Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah Bangunan dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang undangan yang berlaku.

2. Sub Bagian Umum

Membantu dan menunjang kelancaran tugas kantor dalam mengkoordinasikan tugas dan fungsi pelayanan kesekretarian terutama dalam hal pengaturan kegiatan tata usaha dan kepegawaian, keuangan, rumah tangga serta perlengkapan.

3. Seksi Ekstensifikasi

(27)

4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Membantu tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan pengumpulan, pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha angka penerimaan pajak, pengalokasian dan penatausahaan bagi hasil Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan hak atas Tanah dan Bangunan, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling dan penyiapan laporan kinerja.

5. Seksi Pelayanan

Membantu tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan dan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi WP, serta kerja sama perpajakan sesuai ketentuan yang berlaku.

6. Seksi Pengawasan dan Konsultan (WASKON I, II, III, IV)

(28)

kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil Wajb Pajak, analisis kinerja Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, dan melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku. Dalam satu KPP Pratama terdapat 4 (empat) Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi yang pembagian tugasnya didasarkan pada cakupan wilayah (territorial tertentu).

7. Seksi Pemeriksaan

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan penyusunan perencanaan pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

8. Seksi Penagihan

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan penatausahaan penagihan aktif, piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, dan usulan penghapusan pajak serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.

(29)

Pejabat Fungsional terdiri dari Pejabat Fungsional Pemeriksaan dan Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala KPP Pratama.Dalam melaksanakan pekerjaannya, Pejabat Fungsional Pemeriksaan berkoordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan simplifikasi dengan Seksi Ekstensifikasi. Selain itu, teknologi informatika dan sistem informasi dimanfaatkan secara optimal.

C. Kode Etik Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

Kewajiban Pegawai :

1. Menghormati agama, kepercayaan, budaya dan adat istiadat orang lain.

2. Bekerja secara profesional, transparan, dan akuntabel.

3. Mengamankan data dan atau informasi milik Direktorat Jenderal Pajak.

4. Memberikan Pelayanan kepadaWajib Pajak, sesama pegawai, atau pihak lain dalam pelaksanaan tugas dengan sebaik-baiknya.

5. Mentaati peerintah kedinasan.

6. Bertanggungjawab dalam penggunaan barang inventaris milik Direktorat Jenderal pajak.

(30)

8. Menjadi panutan yang baik bagi masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakan.

9. Bersikap, berpenampilan, dan bertutur kata secara sopan.

Larangan bagi pegawai :

1. Bersikap diskriminatif dalam melaksanakan tugas.

2. Menjadi anggota atau simpatisan aktif partai politik.

3. Menyalahgunakan kewenangan jabatan baik langsung maupun tidak langsung.

4. Menyalahgunakan fasilitas kantor.

5. Menerima segala pemberian dalam bentuk apapun, baik langsung maupun tidak langsung dari wajib pajak, sesama pegawai, atau pihak lain, yang menyebabkan pegawai yang menerima patut diduga memiliki kewajiban yang berkaitan dengan jabatan/pekerjaan.

(31)
(32)

BAB II

GAMBARAN DATA

A. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 1. Pengertian

Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH (dalam Mardiasmo 2002 :1) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditujukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

(33)

Menurut UU PPh No 36 Tahun 2008, yng dimaksud dengan Pajak Penghasilan adalah setiap tambahan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai unrtuk konsumsi atau menambah kekayaan Wajib pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun. Jadi Pajak Penghasilan adalah suatu pungutan resmi yang ditujukan kepada masyarakat yang berpenghasilan atau atas penghasilan yang diterima dan diperolehnya dalam tahun pajak untuk kepentingan Negara dan masyarakat dalam berbangsa dan bernegara.

2. Fungsi Pajak

Ada dua fungsi pajak : a. Fungsi Penerimaan (budgetair)

Pajak sebagai sumber dana penerimaan untuk membiayai pengeluarapengeluarannya. Contoh :

• Dana yang dikumpulkan dari hasil pajak digunakan pemerintah untuk membangun fasilitas- fasilitas umum.

b. Fungsi Mengatur (regulerend)

Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.

Contoh :

(34)

• Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang mewah untuk mengurangi gaya hidup konsumtif.

• Tarif pajak untuk ekspor sebesar 0% untuk mendorong ekspor produk Indonesia di pasaran dunia.

3. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) adalah sejumlah tertentu dari penghasilan netto Wajib Pajak orang pribadi yang tidak dikenakan pajak penghasilan Berdasarkan Undang Undang Pajak Penghasilan. Besarnya Penghasilan Tidak kena Pajak orang pribadi tidak sama. Hal ini dipengaruhi :

o Status Wajib Pajak, sudah kawin atau belum

o Keadaan istri, menerima penghasilan atau tidak o Banyaknya tanggungan keluarga

Penghasilan Tidak Kena Pajak per tahun diberikan paling sedikit sebesar:

a. Rp15.840.000,00 (lima belas juta delapan ratus empat puluh ribu rupiah) untuk diri Wajib Pajak orang pribadi;

(35)

c. Rp15.840.000,00 (lima belas juta delapan ratus empat puluh ribu rupiah) tambahan untuk seorang isteri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1); dan

d. Rp1.320.000,00 (satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah) tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga.

4. Subjek Pajak

Menurut Pasal 2 ayat (1) Undang Undang Nomor 36 Tahun 2008, Subjek Pajak adalah :

1. a. Orang Pribadi

b. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak;

(36)

d. Bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia, yang dapat berupa:

• tempat kedudukan manajemen;

• cabang perusahaan;

• kantor perwakilan; • gedung kantor;

• pabrik;

• bengkel; • gudang;

• ruang untuk promosi dan penjualan;

• pertambangan dan penggalian sumber alam; • wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi;

• perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan,atau kehutanan;

(37)

Sesuai azas azas yang berkaitan dengan subjek Pajak yaitu azas domisili, azas sumber, azas kebangsaaan, maka subjek pajak orang pribadi dan atau badan dapat merupakan subjek pajak dalam negeri dan subjek pajak luar negeri.

Subjek Pajak Dalam Negeri meliput i :

a. orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia;

b. badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria:

1. Pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan;

2. Pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

(38)

4. Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara; dan warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak.

Subjek Pajak Luar Negeri meliput i :

a. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan

b. Badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia; dan orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia tidak dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.

(39)

Yang dimaksud objek pajak dalam UU No.36 Tahun 2008 Pasal 4 ayat 1 dan 2 adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun.

Penghasilan Yang dipotong PPh Pasal 21 adalah :

Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai atau penerima pension secara teratur berupa gaji, uang pension bulanan, upah, honorarium, premi bulanan, uang lembur, uang sokongan, uang tunggu, uang ganti rugi, tunjangan istri dan penghasilan teratur lainnya dengan nama dan bentuk apapun.

1. Penghasilan yang dierima atau diperoleh pegawai, penerima pensiun, atau mantan pegawai secara tidak teratur berupa jasa produksi, tantiem, premi tahunan, dan penghasilan sejenis lainya yang sifatnya tidak tetap.

2. Upah harian, Upah mingguan, Upah Satuan, dan Upah Borongan :

a. Upah Harian dalah upah yang terutang atau dibayarkan atas dasar jumlah dari hari kerja.

(40)

c. Upah Borongan adalah upah terutang atau dibayarkan atas dasar penyelesaian pekerjaan tertentu.

d. Upah Borongan adalah upah terutang atau dibayarkan atas dasar penyelesaian pekerjaan tertentu.

2. Uang Tebusan pensiun, uang tabungan hari tua, atau Jaminan hari Tua, uang pesangon, dan pembayaran lain sejenisnya.

3. Honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan dengan nama dan adalam bentuk apapun, komisi, bea siswa, dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak Dalam Negeri, Terdiri dari :

• Tenaga ahli, yaitu pengacara, akuntan, arsitek,dokter, konsultan,

notaries, pemilik aktuaris.

• Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak dan seniman

lainnya. • Olahragawan

• Penasehat, pengajar, pelatih, penceramah, dan

moderator.

• Pengarang, peneliti, dan penterjemah.

(41)

• Pengawas, pengelola proyek, anggota, dan pemberi jasa dan

tenaga lepas lainnya dalam segala bidang.

• Pembawa pesanan atau yang menemukan langgaran.

• Peserta perlombaan.

• Petugas penjaja barang dagangan.

• Petugas dinas luar asuransi.

• Peserta pendidikan, pelatihan, dan pemagangan.

Distribusor perusahaan multilevel marketing atau direct selling

dan kegiatan sejenis lainnya.

4. Gaji-gaji kehormatan, tunjangan-tunjangan lain yang terkait dengan gaji dan honorarium atau imbalan lain yang bersifat tidak tetap diterima oleh pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil serta uang pensiun dan tunjangan-tunjangan lain yang sifatnya terkait dengan uang pensiun yag diterma oleh pensiunan termasuk janda atau duda dan atau anak anaknya.

Yang tidak termasuk penghasilan yang dipotong PPh pasal 21 adalah :

a. Pembayaran Asuransi dari perusahaan suransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna dan asuransi bea siswa.

(42)

dikenakan pajak penghasilan yang bersifat final dan yang dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan Norma Penghitungan khusus (deemed profit).

c. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan dan iuran Jaminan hari Tua kepada badan penyelenggara JAMSOSTEK yang dibayar oleh pemberi kerja.

d. Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau lembaga amil

zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah.

Penghasilan di bawah ini dapat dikenai pajak bersifat final:

a. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi;

b. Penghasilan berupa hadiah undian;

c. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura;

d. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau bangunan; dan penghasilan tertentu lainnya.

(43)

1. Pengertian

Di dalam Undang Undang No. 181/PMK.03/2007 Pasal 1 angka 1 tentang Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan menyebutkan bahwa pengertian Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melapor kan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan perpajakan.

2. Fungsi SPT

Fungsi SPT bagi Wajib Pajak Pajak Penghasilan :

a. Sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang.

b. Untuk melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan atau melalui pemotongan pajak atau pemungutan pajak lain dalam satu Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak.

c. Untuk melaporkan pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan atau pemungutan pajak orang pribadi atau badan lain dalam satu Masa Pajak, yang ditentukan peraturan perundang undangan

(44)

Sebagai sarana umtuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong atau dipungut dan disetorkan.

3. Jenis SPT

Secara garis besar SPT dibedakan menjadi dua yaitu :

1. SPT Masa adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak yang terutang dalam suatu masa pajka atau pada suatu saat.

2. SPT-Tahunan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan peenghitungan dan pembayaran pajak yang terutang dalam suatu Tahun Pajak.

Batas waktu penyampaian SPT :

- SPT masa, paling lambat dua puluh hari setelah akhir masa pajak - SPT Tahunan, paling lambat tuga bulan setelah akhir tahun pajak.

(45)

1. SPT Tahunan PPh orang pribadi RP. 100.000

2. SPT Tahunan PPh Badan Rp.1.000.000

3. SPT Massa PPN Rp. 500.000

4. SPT Masa Lainnya Rp. 100.000

7. Dasar Hukum Pajak Penghasilan Pasal 21

Setiap pemungutan atau pemotongan yang dilakukan oleh Negara tentunya harus mempunyai dasar hukum. Begitu juga dengan pemungutan pajak, yang dasar hukumnya termuat dalam pasal 23 ayat (2) UUD 45 yang menyatakan bahwa “ segala pajak untuk keperluan Negara harus berdasarkan Undang Undang’’.

Demikian juga halnya dengan pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21. Dalam melaksanakan pemotongan tersebut di PPh Pemotongan/ pemungutan dilakukan berdasarkan :

(46)

2. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 181/PMK.03/2007 tentang Bentuk dan Isi Surat Pemberitahuan, serta Tata Cara Pengambilan Pengisian, Penandatangan, dan Penyampaian Surat Pemberitahuan.

3. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor. 182/PMK/03/2007 tentang Tata Cara Pelaporan Surat Pemberitahuan Masa Bagi Wajib Pajak Dengan Ktiteria Tertentu Yang Dapat Melaporkan Beberapa Masa Pajak Dalam Satu Surat Pemberitahuan Masa.

4. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 184/PMK.03/2007 tentang Penentuan Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran dan Penyetoran Pajak, Penentuan Tempat Pembayaran Pajak, dan Tata Cara Pembayaran, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak, serta Tata Cara Pengangsuran dan Penundaan Pembayaran Pajak.

8. Tarif dan Penerapannya

Tarif pajak yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak adalah: Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak sampai dengan Rp50.000.000,00 (lima puluh

juta rupiah)

5% ( lima persen )

(47)

sampai di dengan Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)

persen )

di atas Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)

25% ( dua puluh lima persen)

di atas Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)

(48)

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI

Pada Bab ini penulis melakukan analisa dan evaluasi terhadap hasil-hasil penelitian yang diperoleh di KPP Medan Kota.

A. Jumlah Wajib Pajak Terdaftar Pada KPP Pratama Medan Kota

(49)

Pajak, maka tidak mempunyai kewajiban membayar Pajak Penghasilan meskipun menerima atau memperoleh penghasilan yang menjadi objek pajak. Untuk itu sebagai warga Negara yang baik, patutlah kita mendaftarkan diri kita sebagai WP, dan memenuhi kewajiban perpajakan kita.

Di Kantor pelayanan pajak pratama medan kota sendiri saat ini ada 94.366 wajib pajak terdaftar, terhitung dari tahun 2005-2009, barikut data nya :

Wajib Pajak s.d 2005 s.d 2006 s.d 2007 s.d 2008 s.d. 2009 Orang Pribadi 32.003 33.372 52.086 66.828 86.632

Badan 5.714 6.137 6.067 7.152 7.734

TOTAL 37.717 39.509 58.693 73.890 94.366

Dari data diatas dapat kita ketahui seberapa besarnya jumlah WP yang mengalami kenaikan tiap tahunnya, terhitung mulai dari tahun 2005, dan seterusnya, dan kenaikan yang paling tinggi terjadi pada tahun 2003 sampai dengan tahun 2007, dan terus bertambah, sampai dengan saat ini sudah ada 94.366 orang jumlah WP terdaftar yang terhitung sampai tahun 2009.

(50)

Adapun pelaksanaan prosedur pelaporan atas pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota adalah sebagai berikut :

1. Wajib Pajak/Pengusaha Kena Pajak menyampaikan SPT Masa baik langsung maupun melalui Pos/Ekspedisi ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.

2. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu menerima SPT Masa yang disampaikan langsung oleh Wajib Pajak dan SPT Masa yang disampaikan melalui Pos/Ekspedisi. Untuk SPT Masa Wajib Pajak yang terdaftar pada KPP lain yang diterima secara langsung, harus ditolak sedangkan yang melalui Pos/Ekspedisi diteruskan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar dengan Surat Pengantar.

3. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu mengecek kelengkapan SPT Masa berdasarkan ketentuan:

(51)

b. Untuk SPT Masa tidak lengkap yang diterima langsung harus ditolak sedangkan yang melalui Pos/Ekspedisi diteruskan ke Wajib Pajak dengan disertai Surat Penolakan SPT Tahunan

4. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu meneruskan konsep Surat Pengantar Penerusan SPT ke Kantor Pelayanan Pajak lain dan Surat Penolakan SPT ke Kepala Seksi Pelayanan, dan meneruskan SPT beserta batch header ke Pelaksana Seksi Pengolahan Data dan Informasi.

5. Kepala Seksi Pelayanan meneliti dan menandatangani konsep surat yang diterima. Proses atas surat yang telah ditandatangani dilanjutkan ke SOP Tata Cara Penatausahaan Dokumen WP dan SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen di KPP.

6. Pelaksana Seksi Pengolahan Data dan Informasi mengecek dan mencocokkan kebenaran fisik SPT Masa apakah telah sesuai dengan isi batch header, merekam SPT Masa lengkap, dan mengirimkan SPT Masa yang telah direkam ke Seksi Pelayanan.

(52)

Perbaikan Surat Pemberitahuan) sedangkan dalam hal terjadi keterlambatan penyampaian/pembayaran SPT dibuatkan STP (SOP tentang Tata Cara Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP)).

8. Pelaksana Seksi Pelayanan menerima SPT yang sudah direkam dari Pelaksana Seksi Pengolahan Data dan Informasi dan menatausahakan SPT Masa. SPT Masa LB (Lebih Bayar). yang meminta pengembalian dikirim ke Seksi Pemeriksaan dan ditindak lanjuti dengan SOP Tata Cara Pemeriksaan.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh penulis mengenai Tata cara Pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota, dapat dikatakan bahwa Prosedur Pelaporan tersebut belum dapat berjalan dengan baik, Hal ini dikarenakan masih terdapatnya kendala – kendala atau hambatan dalam pelaksanaannya. Dari hasil pengamatan di lapangan kendala kendala trsebut antara lain disebabkan oleh :

a. Masih terdapat Wajib Pajak yang tidak disiplin dalam pelaporan SPT Masa secara tepat waktu, yang dikarenakan kekurang tahuan mereka tentang bagaimana prosedur pelaporan atas Pajak Penghasilan yang semestinya harus dilakukan.

(53)

c. Kurangnya pengetahuan masyarakat dalam perkembangan peraturan perpajakan PPh pasal 21.

d. Masih kurangnya SDM yang dibutuhkan dalam menangani banyaknya volume pekerjaan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan pembahasan yang telah dikemukakan diatas serta pengalaman yang penulis dapatkan selama menjalani praktek Kerja Lapangan Mandiri maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Pajak Penghasilan Pasal 21 merupakan pajak penghasilan berupa gaji upah, honorarium,tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apa pun sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan yang dilakukan oleh Wajib pajak Orang Pribadi Dalam Negeri.

(54)

kegiatan usaha dilakukan. Pelaporan tersebut selambat-lambatnya tanggal 20 bulan berikutnya.

3. Tata cara pelaporan untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Pasal 21 dapat dilaporkan ke KPP tempat kedudukan atau usaha dilakukan. Pelaporan tersebut selambat lambatnya 31 Maret tahun takwim berikutnya. 4. Masih banyak kendala kendala yang dihadapi Wajib Pajak dalam hal

penyampain SPT Masa sehingga SPT masa tersebut sampai di KPP tidak tepat waktu.

B. Saran

Selain kesimpulan kesimpulan yang diutarakan diatas, disini penulis juga memberikan beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian, antara lain :

(55)

2. Kepada Kantor Pelayanan pajak Pratama Medan Kota hendaklah sering melakukan penyuluhan kepada masyarakat, agar masyarakat boleh mengerti seberapa pentingnya pajak dalam pembiayaan Negara ini.

3. Bagi aparat perpajakan diharapkan memberikan pelayanan perpajakan yang baik kepada Wajib Pajak, sehingga Wajib Pajak merasa bahwa aparat perpajakan bersahabat dan citra perpajakan baik dimata masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Bodieono, Perpajakan Indonesia, Diadit Media,2001, Jakarta

Mardiasmo. 2002. Perpajakan. Edisi Revisi. Yogyakarta : Penerbit Andi.

Resmi,Siti, 2005 Perpajakan: Teori dan Kasus, Edisi kedua. Jakarta : Penerbit Salemba Empat.

Rudy Suhartono, Wirawan B. Ilyas. 2007 Pajak Penghasilan. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Undang Undang Pajak No.36 Tahun 2008 , tentang Pajak Penghasilan.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 181/PMK.03/2007 “Bentuk dan Isi Surat Pemberitahuan, serta Tata Cara Pengambilan Pengisian

(56)

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 184/PMK.03/2007 ‘’Penentuan Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran dan Penyetoran Pajak, Penentuan Tempat

Pembayaran Pajak, dan Tata Cara Pembayaran, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak,

Referensi

Dokumen terkait

kemudahan dalam kepentingan pribadinya dengan memperoleh NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) tanpa menjalankan kewajibannya sebagai Wajib Pajak. Dari tabel IV.3 dapat dikatakan

Dengan sistem yang dirancang baik diharapkan masyarakat mendaftarkan dirinya menjadi wajib pajak dan untuk Pengusaha Kena pajak (PKP) atau Wajib Pajak Badan karena selama ini

Sebagai gambaran umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan semula bernama Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara didirikan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor

Jenderal Pajak”, maka Kantor Pelayanan Pajak di kota Medan menjadi enam wilayah... Kantor Pelayanan Pajak

Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang Bernaung di Lingkugan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I.. No Nama Kantor Kode Alamat Kantor

Dengan sistem yang dirancang baik diharapkan masyarakat mendaftarkan dirinya menjadi wajib pajak dan untuk Pengusaha Kena pajak (PKP) atau Wajib Pajak Badan karena selama ini

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat mempunyai tugas pokok yaitu9. melaksanakan kegiatan operasional pelayanan perpajakan di

KESIMPULAN Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya dan kegiatan yang telah bdilaksanakan sema PPKL di kantor pelayanan pajak medan belawan, penulis menyimpulkan bahwa wajib pajak