• Tidak ada hasil yang ditemukan

Beberapa Faktor Sosial Ekonomi Yang Berpengaruh Terhadap Proporsi Bagi Hasil Nelayan Toke- Nelayan ABK

Dalam penelitian ini, beberapa faktor sosial ekonomi yang diuji adalah faktor sosial ekonomi nalayan sampel (nelayan Toke) untuk melihat pengaruhnya terhadap proporsi bagi hasil nelayan ABK (Anak Buah Kapal). Faktor sosial meliputi : umur, tingkat pendidikan, pengalaman melaut, dan ikut tidaknya nelayan Toke dalam suatu organisasi perikanan, dan faktor ekonomi meliputi biaya operasional, jumlah hasil tangkapan dan jumlah tanggungan.

Berdasarkan hasil analisis regresi berganda pada lampiran 14, dengan menggunakan metode Backward Elimination, menunjukkan bahwa ada 4 model regresi yang terjadi, yang hasilnya dapat dijelaskan sebagai berikut :

Dari hasil analisis regresi berganda pada Lampiran 14 a (Descriptive Statistics) dapat dijelaskan deskripsi semua variabel yang diregresikan. Yakni variabel Y (proporsi bagi hasil nelayan ABK) memiliki rata- rata 38,2391 %, Standar Deviasi 8,76576 dan jumlah kasus ada 46. Variabel X1 (umur) memiliki rata- rata 46,7609 tahun, Standar Deviasi 6,13618 dan jumlah kasus ada 46. Variabel X2 memiliki rata- rata 9,0000 tahun, Standard Deviasi 3,02581 dan jumlah kasus ada 46. Variabel X3 memiliki rata- rata 22,1087 tahun, Standard Deviasi 6,59032 dan jumlah kasus ada 46. Variabel X4 memiliki rata- rata Rp. 27.0099.993,04, Standard Deviasi 8.008.534,48 dan jumlah kasus ada 46. Variabel X5 memiliki rata- rata 17.426.3478 (kg), Standard Deviasi 8.815,53299 dan jumlah kasus ada 46. Variabel X6 memiliki rata- rata 4,2826 jiwa, Standard Deviasi 1,70832 dan ju,lah kasus ada 46. Variabel D (ikut/tidaknya nelayan Toke dalam organisasi perikanan) memiliki rata- rata 0,8478 (sebagian besar nelayan Toke mengikuti suatu organisasi perikanan), Standard Deviasi 0,36316 dan jumlah kasus ada 46.

Dari hasil analisis regresi berganda dengan menggunakan metode Backward Elimination, terdapat 4 model regresi yang dihasilkan, ehingga disimpulkan masalah multikolinearitas tidak terjadi lagi pada model regresi yang ke-4. model-model regresi dapat dijelaskan sebagai berikut :

Pada model 1, semua variabel bebas (X1, X2, X3, X4, X5, X6, D) masih dimasukkan dalam model regresi. Persamaan model regresi menjadi :

Y = 15,260 + 0,285X1 + 0,322X2 – 0,214X3 + 0,001X4 + 0,001X5 - 0,934X6 + 3,233D

Maka koefisien determinasi (R Square) yang diperoleh sebesar 0.594 yang berarti bahwa model regresi yang diperoleh dapat menjelaskan kergaman variabel terikat Y

Pada model regresi 2, variabel yang dikeluarkan dari persamaan regresi adalah variabel X4 (biaya operasional), sehingga persamaan model regresi menjadi :

Y = 16,106 + 0,291 X1+ 0,319 X2 – 0,229X3 + 0,001 X5 - 0,911X6 + 3,105D

Nilai koefisien determinasi (R Square) adalah sebesar 0,594 yang berarti bahwa model regresi yang diperoleh dapat menjelaskan keragaman variabel terikat Y (proporsi bagi hasil nelayan ABK) sebesar 59,40 % dan 40,60 % diterangkan oleh variabel bebas lain yang tidak terdapat dalam model regresi ini.

Pada model regresi 3, variabel yang dikeluarkan dari persamaan regrei adalah variabel X2 (tingkat pendidikan) dan variabel X4 (biaya operasional), sehingga persamaan regresi menjadi:

Y = 19,863 + 0,329X1 – 0,302X3 + 0,001X5 – 1,068 X6 + 3,164D

Nilai koefisien determinasi (R Square) yang diperoleh adalah sebesar 0,585 yang berarti bahwa model regresi yang diperoleh dapat menjelaskan keragaman varaibel terikat Y (proporsi bagi hasil nelayan ABK) sebesar 58,50 % dan 41,50% diterangkan oleh variabel bebas lain yang tidak terdapat dalam model regresi ini.

Pada model regresi 4, variabel yang dikeluarkan dari persamaan regresi adalah X2 (tingkat pendidikan), X4 (biaya operasional), dan D (ikut/ tidaknya nelayan Toke dalam suatu organisasi perikanan). Model regresi inilah yang dipakai karena merupakan metode yang sudah bebas dari masalah multikolinearitas. Untuk melihat pengujian variabel-variabel bebas ini yang berpengaruh terhadap variabel-variabel terikat Y (proporsi bagi hasil nelayan ABK) dapat dilihat pada Tabel 17 berikut :

Tabel 17. Beberapa Faktor Sosial Ekonomi Yang Berpengaruh Terhadap Proporsi Bagi Hasil Nelayan ABK (Anak Buah Kapal)

Variabel Koef. Regresi Std.

Error

X1 (Umur) 0,343 0,192 1,788 0,081 (Tn) X3 (Pengalaman Melaut) -0,335 0,173 -1,938 0,060 (Tn) X5 (Jumlah Tangkapan) 0,001 0,000 6,725 0,000 (*) X6 (Jumlah Tanggungan) -0,970 0,551 -1,761 0,086 (Tn) Constanta 21,670 7,534 2,876 R Square = 0,569 F-hitung = 13,540 F-α(0,05) = 2,26 t-α(0,05)=1,96

Sumber : Diolah dari Hasil Analisis Regresi Linier Berganda pada Lampiran 14

Keterangan :

Tn = Tidak nyata, jika > α (0,05) * = Nyata, jika < α (0,05)

Berdasarkan tabel di atas diperoleh sebuah persamaan : Y = 21,670 + 0,343X1– 0,335X3+ 0,001 X5 – 0,970X6

Keterangan :

Y = Proporsi bagi hasil Nelayan ABK (%) X1 = Umur (tahun)

X3 = Pengalaman Melaut (tahun) X5 = Jumlah Tangkapan (kg) X6 = Jumlah Tanggungan (jiwa)

Berdasarkan hasil regresi dapat diketahui :

1. Bahwa secara serempak beberapa faktor sosial ekonomi (umur, pengalaman melaut, jumlah tangkapan dan jumlah tanggungan) berpengaruh nyata terhadap proporsi bagi hasil. Hal ini disimpulkan berdasarkan nilai F-hitung yaitu 13,540 > F α(0,05) yaitu 2.26 yang berarti Ho ditolak/H1 diterima.

a. Pada variabel umur (X1), nilai t- hitung (1,788) < dari nilai t-α yaitu 1,96 pada taraf kepercayaan 95 % yang berarti umur tidak berpengaruh nyata terhadap proporsi bagi hasil nelayan ABK (Anak

Buah Kapal).

b. Pada variabel pengalaman melaut (X3), nilai t-hitung (-1,053) < dari nilai t-α yaitu I,96 pada taraf kepercayaan 95 %, yang berarti pengalaman melaut tidak berpengaruh nyata terhadap proporsi bagi hasil nelayan ABK (Anak Buah Kapal).

c.Pada variabel jumlah tangkapan (X5), nilai t-hitung (6,725) > dari nilai t-α yaitu I,96 pada taraf kepercayan 95 % yang berarti jumlah tangkapan berpengaruh nyata terhadap proporsi bagi hasil nelayan ABK (Anak Buah Kapal).

d. Pada variabel jumlah tanggungan keluarga (X6), nilai t-hitung (-1,573) lebih kecil dari nilai t-α yaitu I,96 pada taraf kepercayan 95 % yang berarti jumlah tanggungan keluarga tidak berpengaruh nyata terhadap proporsi bagi hasil nelayan ABK.

3. Nilai koefisien determinasi (RSquare) yang diperoleh sebesar 0.569 yang berarti bahwa model regresi yang diperoleh dapat menjelaskan keragaman variabel terikat (proporsi bagi hasil nelayan ABK) sebesar 56,90%, sedangkan sisanya sebesar 43.10 % diterangkan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam model ini, misalnya ukuran GT kapal, pengaruh musim, jumlah trip per bulannya, faktor sosial frekuensi nelayan Toke megikuti seminar Kelautan dan Perikanan dan faktor sumber daya ekologi yang terdapat di perairan Kota Sibolga dan lain-lain.

Proporsi Bagi Hasil Rata-Rata Nelayan Toke–Nelayan ABK pada Tiap Jenis Kapal Tangkap

Untuk mengetahui rata - rata proporsi bagi hasil nelayan Toke-nelayan ABK pada tiap jenis kapal dapat dilihat pada Tabel 18 di bawah ini :

Tabel 18. Rata-rata Proporsi Bagi Hasil Nelayan Toke–Nelayan ABK pada Tiap Jenis Kapal

Rata- rata Proporsi Bagi Hasil (%)

Pukat Cincin Pukat Ikan Bagan Apung

Nelayan Toke Nelayan ABK Nelayan Toke Nelayan ABK Nelayan Toke Nelayan ABK 69,99 % 30,01 % 59,99 % 40,01 % 19,82 % dari Penerimaan + 50,10 % dari Bagi Hasil 49,90 %

Sumber : Data Diolah dari Lampiran 11

Rata - rata proporsi bagi hasil pada jenis kapal pukat cincin (purse seine) adalah sebesar 69,99 % untuk nelayan Toke dan sebesar 30,01 % untuk nelayan ABK (Anak Buah Kapal).

Rata - rata proporsi bagi hasil pada jenis kapal pukat ikan (fish net) adalah sebesar 59,99 % untuk nelayan Toke dan sebesar 40,01 % untuk nelayan ABK (Anak Buah Kapal).

Rata - rata proporsi bagi hasil pada jenis kapal bagan apung/ bagan perahu adalah sebesar 19,82 % dari penerimaan + 50,10 % dari proporsi bagi hasil untuk nelayan Toke dan 49,90 % dari proporsi bagi hasil untuk nelayan ABK (Anak Buah Kapal). Untuk nelayan Toke, proporsi dianggap paling besar, karena nelayan Toke memperoleh 2 kali proporsi, yaitu dari penerimaan (hasil tangkapan yang telah dijual belum dikurangi biaya

Pendapatan Bersih Rata-rata per Trip Nelayan Sampel

Untuk mengetahui pendapatan bersih per trip nelayan sampel untuk tiap jenis kapal pada masing-masing strata dapat dilihat pada Tabel 19 di bawah ini:

Tabel 19. Pendapatan Bersih Rata-rata per Trip Nelayan Sampel

Strata Rata- rata Pendapatan Bersih (Rp)

P.Cincin P.Ikan B.Apung

Strata I 4.378.598,55 10.539.245,94 3.578.954,73 Strata II 6.293.853,89 12.120.706,85 5.078.789,07 Strata III 11.432.097,19 16.996.302,49 6.982.805,56

Rata- rata 9.017.959,64 14.242.186,65 4.333.486,81 Sumber : Data Diolah dari Lampiran 11

Pendapatan bersih rata-rata per trip untuk jenis kapal pukat cincin (purse seine) adalah sebesar Rp. 9.017.959,64 dimana untuk masing-masing strata pendapatan bersih rata-ratanya : strata I (30 GT–50 GT) adalah sebesar Rp 4,378,598.55; untuk strata II (>50 GT–80 GT) adalah sebesar Rp. 6,293,853.89, sedangkan untuk strata III (>80 GT–110 GT) adalah sebesar Rp. 11,432,097.19.

Pendapatan bersih rata-rata per trip untuk jenis kapal pukat ikan (fish net) adalah sebesar Rp. 14.242.186,65 dimana untuk masing-masing strata pendapatan bersih rata - ratanya : strata I (30 GT–50 GT) adalah sebesar Rp 10,539,245.94; untuk strata II (>50 GT–80 GT) adalah sebesar Rp 12,120,706.85 sedangkan untuk strata III (>80 GT–110 GT) adalah sebesar Rp. 16,996,302.49.

Pendapatan bersih rata-rata per trip untuk jenis kapal bagan apung/ bagan perahu adalah sebesar Rp. 4.333.486,81 dimana untuk masing-masing strata pendapatan bersih

rata-ratanya : strata I (30 GT–50 GT) adalah sebesar Rp. 3,578,954.73; untuk strata II (>50 GT –80 GT) adalah sebesar Rp.

5,078,789.07; sedangkan untuk strata III (>80 GT–110 GT) adalah sebesar Rp. 6,982,805.56.

Masalah–Masalah yang Dihadapi Nelayan dalam Proporsi Bagi Hasil dalam Usaha Penangkapan Ikan

Pada umumnya nelayan tidak menghadapi banyak masalah dalam proporsi bagi hasil yang mereka lakukan dalam usaha penangkapan ikannya. Masalah utama yang dihadapi nelayan dalam proporsi bagi hasil dalam usaha penangkapan ikan di daerah penelitian adalah :

1. Proporsi bagi hasil tidak dapat diberlakukan secara konstan/tetap

Para nelayan tidak dapat langsung melakukan proporsi bagi hasil dalam membagi penerimaan setiap tripnya, hal ini dapat disebabkan adanya pertimbangan bahwa hasil tangkapan yang diperoleh sedikit untuk dibagi atau bahkan pada kenyataan kemungkinan hasil penjualan dari hasil tangkapan tidak dapat menutupi biaya yang dikeluarkan. Maka proporsi bagi hasil dilakukan dengan frekuensi yang berubah-ubah sesuai kesepakatan antara nelayan Toke dan nelayan ABK (Anak Buah Kapal), misalnya per trip, per beberapa trip, per bulan, atau pun per beberapa bulan. Dan tentu saja hal ini menyebabkan masalah bagi para nelayan khususnya nelayan ABK (Anak Buah Kapal) karena dengan pendapatan yang tidak menetap maka kemungkinan mereka akan kesulitan memenuhi kebutuhannya dan keluarganya sehari-hari.

Upaya-Upaya yang Dilakukan untuk Mengatasi Masalah-Masalah yang Dihadapi Nelayan dalam Proporsi Bagi Hasil dalam Usaha Penangkapan Ikan

Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang dihadapi nelayan dalam proporsi bagi hasil dalam usaha penangkapan ikan adalah

sebagai berikut :

1. Untuk mengatasi masalah tidak dapat diberlakukannya proporsi bagi hasil secara konstan/tetap, beberapa nelayan Toke di daerah penelitian mulai memberlakukan sistem upah bulanan untuk nelayan ABK (Anak Buah Kapal). Hal ini dilakukan agar para nelayan ABK (Anak Buah Kapal) tetap memperoleh pendapatan tiap bulannya untuk dapat memenuhi kebutuhannya dan keluarganya. Upah bulanan ini diperoleh dari penjualan hasil tangkapan yang kemudian dilakukan bagi hasil yang tidak diberikan keseluruhannya kepada nelayan ABK (Anak Buah Kapal), melainkan bertahap tiap bulannya.

Dokumen terkait