• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Fenomena Rent Seeking Economy Activity dan Korupsi di Kabupaten Kuningan

Program otonomi daerah secara umum telah mengakibatkan adanya perubahan terhadap sistem pemerintahan di Indonesia baik secara administratif maupun secara struktural. Akibat dari adanya perubahan tersebut kemudian menyebabkan pula adanya perubahan dalam pola perilaku aktivitas ekonomi perburuan rente dan korupsi yang terjadi karena pada fakta yang terjadi, modus korupsi berkembang mengikuti perubahan perundang-undangan, penganggaran, dan aturan tender proyek pemerintah56. Berikut akan dijelaskan mengenai pengaruh otonomi daerah terhadap fenomena aktivitas ekonomi perburuan rente dan korupsi.

Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Fenomena Rent Seeking Economy Activity di Kabupaten Kuningan.

Program Otonomi Daerah telah merubah pola perilaku aktivitas ekonomi perburuan rente (rent seeking economy activity) di Kabupaten Kuningan. Secara umum, otonomi daerah telah mengurangi perilaku aktivitas ekonomi perburuan rente di Kabupaten Kuningan. Menanggapi masalah aktivitas ekonomi perburuan rente di Kabupaten Kuningan ini, salah satu informan memberi tanggapan sebagai berikut.

“Kondisi persaingan usaha pada saat sebelum periode Pak Aang sebetulnya lebih parah karena persaingan pada waktu itu dilakukan

dengan cara yang kurang fair.” H.O. Furqon57

.

Pernyataan informan tersebut sesuai dengan kondisi nasional yang terjadi pada saat Orde Baru dimana terjadi budaya birokrasi patrimonial yang berdasarkan pada tiga unsur yaitu klientisme, kaburnya wilayah publik dengan wilayah pribadi, dan kultur nonrasional. Dalam birokrasi klientisme, loyalitas ada pada diri penguasa sehingga penguasa bebas untuk mengintervensi wewenang legislatif dan yudikatif. Selain klientisme, tidak adanya batas wilayah publik dengan pribadi (privat) juga menjadi sumber banyaknya kasus aktivitas ekonomi perburuan rente yang berujung pada kasus korupsi. Kultur nonrasionalpun terbentuk dimana elit birokrasi menempatkan dirinya lebih tinggi dari masyarakat sehingga mereka perlu dihormati dan dihargai karena merupakan figur yang berkuasa, yang dapat menentukan nasib orang lain.58

Melalui birokrasi patrimonial, banyak ditemui ada pengusaha yang

“dipelihara” oleh penguasa. Pengusaha ini diberi perlindungan politik serta

56

IAM/K09, “Pemberantasan Korupsi: Tak Cukup Penegakan Hukum”, Kompas, 4 Juli 2013, hlm.

5. 57

Penasihat Fraksi Reformasi DPRD Kab. Kuningan, Politisi Partai Bulan Bintang, Pengusaha.

58

mendapat fasilitas kemudahan dalam mengembangkan jejaring rentenya. Sebagai imbalannya mereka menyetor dana dalam jumlah yang sangat besar bagi kas politik penguasa untuk menjalankan politik patrimonialnya.59

Adanya pengusaha yang “dipelihara” oleh penguasa tersebut dikenal pula di Kabupaten Kuningan dengan nama “Pemborong Kukutan”60

. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara berikut.

“Waktu dulu itu pemerintah bebas untuk menunjuk secara langsung pemborong yang ditugaskan untuk mengerjakan proyek. Hanya pemborong yang memiliki kedekatanlah yang kemudian biasanya mendapatkan proyek tersebut. Oleh karena itu, pemborong-

pemborong tersebut dijuluki sebagai Pemborong Kukutan.” H.O.

Furqon.

Pola aktivitas ekonomi perburuan rente di Kabupaten Kuningan kemudian mengalami perubahan setelah adanya otonomi daerah. Adanya sistem pemilihan kepala daerah secara langsung yang terjadi secara nasional juga membawa dampak terhadap berubahnya pola aktivitas ekonomi perburuan rente di Kabupaten Kuningan. Jika sebelum otonomi daerah para pengusaha berusaha mencari rente dengan cara mendekati kekuasaan setelah kekuasaan itu berjalan (melaui sistem kekeluargaan) maka setelah otonomi daerah, para pengusaha mendekati kekuasaan sebelum kekuasaan itu berjalan atau ketika dalam proses pemilihan. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara sebagai berikut.

“Sebagai seorang pengusaha, Pak Haji dituntut untuk juga ikut

berpolitik supaya usaha Pak Haji tetap bisa berjalan. Pada zaman pemilihan kepala daerah secara langsung seperti sekarang, Pak Haji

harus menentukan sikap untuk mendukung salah satu bakal calon…

Keputusan Pak Haji untuk mendukung salah satu bakal calon tersebut ditentukan melalui sebuah analisis mengenai bakal calon yang memiliki kemungkinan besar untuk menang. Maka dari itu, Pak Haji biasanya menentukan sikap di akhir-akhir rangkaian Pemilukada.” H.O. Furqon.

Jika bakal calon yang diusung oleh pengusaha tersebut menang maka ada semacam tanda terima kasih (balas budi) dari pemerintah terpilih terhadap pengusaha yang mendukungnya. Adanya politik balas budi ini terjadi secara nasional sebagai konsekuensi dari adanya pemilihan umum secara langsung dimana nantinya kandidat yang terpilih melakukan balas budi terhadap pengusaha atau partai politik yang mendukungnya pada saat kampanye61. Adanya contoh salah satu keberadaan kasus politik balas budi di Kabupaten Kuningan terungkap dari hasil wawancara berikut.

59Ibid,

hlm. 78. 60

Pemborong Kukutan adalah suatu istilah panggilan terhadap pengusaha yang sering mengerjakan proyek-proyek pemerintah daerah karena memiliki kedekatan dengan unsur penguasa.

61

“… Seperti misalnya pada Pemilukada tahun 2008, Pak Haji mendukung Pak Aang Hamid Sugandha sebagai bupati. Setelah Pak Aang menjabat, Pak Haji sering mendapat proyek yang ditunjuk secara langsung. Seperti misalnya proyek penerangan listrik di taman

yang ada di depan SMAN 3 Kuningan.” H.O. Furqon.

Faktor lain yang memengaruhi adanya perubahan pola aktivitas ekonomi perburuan rente di Kabupaten Kuningan adalah dengan adanya Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE). Melalui LPSE ini maka proses pengadaan barang yang diselenggarakan oleh pemerintah dilakukan secara transparan dan terbuka untuk umum. Meskipun pada realisasinya masih banyak kritik terhadap adanya dugaan kecurangan di dalam tubuh LPSE, namun setidaknya telah mengurangi peluang untuk terjadinya kecurangan yang pada akhirnya akan menimbulkan kerugian masyarakat.

Secara sederhana, pengaruh otonomi daerah terhadap fenomena rent seeking economy activity di Kabupaten Kuningan dapat dijelaskan oleh tabel 20.

Tabel 20. Pengaruh otonomi daerah terhadap fenomena rent seeking economy activity di Kabupaten Kuningan.

Sebelum Otonomi Daerah Setelah Otonomi Daerah Rent seeking economy activity

dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kedekatan keluarga.

Rent seeking economy activity banyak dilakukan atas dasar balas budi dari pemerintah kepada pengusaha yang membantunya dalam proses pemilu. Sumber: Diolah dari berbagai sumber (2013).

Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Fenomena Korupsi di Kabupaten Kuningan.

Otonomi daerah berpengaruh terhadap perubahan pola korupsi di Kabupaten Kuningan. Adanya fenomena korupsi di Kabupaten Kuningan secara sekilas dapat dilihat dari perkembangan pembangunan dari tahun ke tahun yang kurang signifikan. Keberadaan korupsi ini diakui oleh Kasubag Pembinaan Kejari Kabupaten Kuningan, Indra Hervianto, sebagai berikut.

“Yang melakukan korupsi itu adalah orang-orang pintar, sehingga sulit untuk melakukan pembuktian. Korupsi sudah mengakar dan membudaya, sehingga kita hanya bisa mengurangi, bukan

menghapus.”

Gejala korupsi di Kabupaten Kuningan bisa terlihat namun keberadaannya sulit untuk dibuktikan karena baik sebelum maupun sesudah otonomi daerah selalu terjadi kondisi monopoli kekuasaan. Hal itu dapat dilihat dari fakta bahwa baik sebelum maupun sesudah otonomi daerah, wilayah kekuasaan selalu ditempati oleh orang-orang yang memiliki kedekatan dengan pemerintah. Meskipun alasannya berbeda, yaitu alasan kekeluargaan ketika sebelum otonomi

daerah dan alasan balas budi pada saat adanya otonomi daerah. Kondisi inilah yang menyebabkan terjadinya korupsi secara berjamaah di Kabupaten Kuningan62.

Adanya otonomi daerah memberikan peluang terhadap berbagai bentuk kecurangan yang dilakukan oleh pemerintah daerah karena kewenangannya yang semakin bertambah. Oleh karena itu diperlukan keseriusan dari pihak penegak hukum seperti Kejari, Kepolisian, dan KPK. Data mengenai keberadaan kasus korupsi di Kabupaten Kuningan baik sebelum maupun setelah otonomi daerah sulit untuk didapat sehingga kemudian dilihat perbedaan perkembangannya, namun secara umum, dapat dilihat bahwa setelah adanya otonomi daerah, trend kasus tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh penegak hukum semakin banyak yang terungkap63. Adanya sistem Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) juga berdampak kepada berkurangnya peluang tindak pidana korupsi yang biasanya diawali oleh perilaku aktivitas ekonomi perburuan rente, terutama pada bidang pencegahannya. Meskipun masih terindikasi banyak kecurangan di dalam LPSE tersebut64.

Meskipun tidak ada data yang pasti mengenai perbandingan besaran jumlah keuangan yang dikorupsi antara sebelum dan sesudah otonomi daerah namun hal ini bisa dilihat dari berjalannya pembangunan yang ada di Kabupaten Kuningan yang dinilai kurang signifikan dan terkesan lambat. Adanya fakta seperti itu tentu salah satunya adalah karena adanya aktivitas korupsi di dalam pengelolaan pemerintahan. Keterbatasan data yang tersedia di Kabupaten Kuningan menyebabkan sulit untuk mengukur indikator kinerja pembangunan ekonomi sebagai pendekatan untuk mengetahui pengaruh otonomi daerah terhadap kemajuan pembangunannya. Namun demikian, secara nasional dapat dilihat bahwa kinerja ekonomi pada saat orde reformasi masih lebih rendah jika dibandingkan dengan pada saat Orde Baru. Berikut adalah datanya pada table 21.

Tabel 21. Indikator Kinerja Perekonomian Indonesia dari Era Orde Baru sampai Era Reformasi65

Era Tahun Pertumbuhan

Ekonomi (%) Angka Kemiskinan (%) Tingkat Pengangguran Persen Jumlah Orang Orde Baru 1976 6.89 40.08 - - 1980 9.88 28.56 - - 1990 7.24 15.08 2.51 1 951 702 1996 7.82 11.34 4.89 4 407 769 1997 4.78 17.18 4.68 4 275 155 1998 -13.10 26.87 5.46 5 062 483 Era Reformasi 1999 0.85 23.43 6.36 6 030 319 2003 4.35 17.42 9.50 9 531 090 2004 7.16 16.60 9.86 10 251 300 2005 5.00 15.97 11.24 11 899 266 2006 6.11 17.75 10.28 10 932 000 2007 6.19 - - -

Sumber: BPS, beberapa tahun penerbitan66

62

Wawancara Masuri, April 2013, Jubaedi, April 2013, Dani Nuryadin, April 2013, dan Deki Zainal Muttaqin, Juni 2013.

63

Bisa dilihat pada tabel 21.

64

Wawancara H.O. Furqon, April 2013, Lais Abid, Juni 2013.

65

Riyanto, op. cit. hlm. 104.

66

Berdasarkan data Kabupaten Kuningan yang didapat, pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Kuningan pada tahun 2004 (3.97%), 2005 (3.55%), 2006 (4.13%), 2007 (4.22%). Angka kemiskinan tahun2007 sebesar 13.35%. Dan tingkat pengangguran pada tahun 2007 sebesar 10.14%. Berdasarkan data-data Kabupaten Kuningan tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan

Data pada tabel 21 tidak berpretensi untuk menyimpulkan bahwa korupsi pada era Orde Baru lebih baik daripada korupsi pada Era Reformasi. Apa yang ingin disampaikan adalah bahwa korupsi yang terjadi saat ini mempunyai konsekuensi yang sangat serius terhadap buruknya kinerja pembangunan ekonomi. Jika hal tersebut terus terjadi dan ketimpangan terus membesar sebagai akibat dari korupsi yang merajalela di kalangan elit pejabat-pengusaha, menurut Riyanto, bukan tidak mungkin akan terjadi revolusi sosial67.

Secara sederhana, pegaruh otonomi daerah terhadap korupsi dapat dilihat melalui tabel 22.

Tabel 22. Pengaruh otonomi daerah terhadap fenomena korupsi di Kabupaten Kuningan.

Sebelum Otonomi Daerah Setelah Otonomi Daerah Banyak kasus korupsi yang tidak

terungkap karena sistem kekeluargaan yang kental di dalam pemerintahan.

Lebih banyak kasus korupsi yang terungkap karena kewenangan daerah yang semakin bertambah dan sistem pengawasan yang kurang efektif. Sumber: Diolah dari berbagai sumber (2013).

Keberadaan Aktor yang Melakukan Perilaku Rent Seeking Economy Activity

dan Korupsi di Kabupaten Kuningan.

Keberadaan aktor dalam aktivitas ekonomi perburuan rente dan korupsi sangat penting untuk diketahui. Hal ini berguna sebagai informasi awal untuk mengetahui latar belakang aktor, motivasi, dan saling keterkaitan (hubungan) aktor yang satu dengan aktor yang lainnya. Berikut akan dijelaskan mengenai keberadaan aktor dalam fenomena aktivitas ekonomi perburuan rente dan korupsi di Kabupaten Kuningan.

Keberadaan Aktor yang Melakukan Perilaku Korupsi.

Otonomi Daerah di Indonesia dalam praktiknya banyak disalahgunakan oleh banyak kepala daerah, mulai dari gubernur sampai wali kota untuk kepentingan pribadi. Indonesia Corruption Watch (ICW) mencatat bahwa sampai tahun 2013 ada 149 kepala daerah yang terjerat kasus korupsi. Kepala daerah tersebut terdiri dari 20 gubernur, 1 wakil gubernur, 17 wali kota, 8 wakil wali kota, 84 bupati, dan 19 wakil bupati.68 Kelompok perkara menurut jenis tindak pidana korupsinya adalah: 1) pengadaan barang/jasa yang dibiayai APBN/APBD, 2) penyalahgunaan anggaran, 3) perizinan Sumberdaya alam yang tidak sesuai ketentuan, 4) penggelapan dalam jabatan, 5) pemerasan dalam jabatan, 6) penerimaan suap, 7)

ekonomi masih rendah dibandingkan dengan nasional. Namun demikian, tingkat kemiskinan dan pengangguran berada di bawah rata-rata nasional. Hal ini dipicu karena banyak masyarakat Kabupaten Kuningan yang merantau ke luar daerah.

67

Riyanto, op. cit., hlm. 108.

gratifikasi, dan 8) penerimaan uang dan barang yang berhubungan dengan jabatan.69

Pola korupsi yang terjadi di berbagai daerah berbeda-beda. Daerah yang kaya Sumberdaya alam lebih banyak terjadi pada masalah perizinan tambang dan alih fungsi lahan. Sedangkan daerah yang miskin Sumberdaya alam lebih banyak terjadi pada belanja daerah dalam pengadaan barang dan jasa.70 Kabupaten Kuningan sebagai daerah yang termasuk miskin Sumberdaya alam71 memiliki pola korupsi yang berkaitan dengan belanja daerah dalam pengadaan barang dan jasa. Hal ini dibuktikan dengan data dari Kejaksaan Negeri Kuningan dan Kepolisian Resort Kuningan yang diperlihatkan pada tabel 23.

69K06/RYO, “Pilkada Picu Korupsi: Perlu Ada Efisiensi Biaya Politik”, Kompas 13 Juli 2013,

hlm. 4.

70

Ibid, hlm. 4.

71

Hal ini dapat dilihat dari proporsi PAD terhadap APBD dari tahun 2007 – 2013 yang hanya

Tabel 23. Data korupsi dari Kejaksaan Negeri (Kejari) tahun 2011-2012 N

o Deskripsi

Nama Pelaku

Jabatan Aktor yang Melakukan Korupsi Tahun Terjadi Tahun Terungkap Lembaga Tahapan Penanganan Hukum – Hukum Lembaga yang Menangani Kasus Jumlah Kerugian Negara 1

Kasus tindak pidana korupsi (Tipikor) dana penunjang DAK (Dana Alokasi Khusus) bidang pendidikan tahun 2007

Dra. Hj. Yuaningsih

(Alm.)

Kepala Bidang Bina Program pada Kantor Disdik-pora Kabupaten Kuningan

2007 2009 Dinas Pendidikan Putus Kejaksaan Rp 126.155.000,-

Wiratno (Wt) bendahara UPTD Pendidikan Kec. Pasawahan Kabupaten Kuningan 2006 –

2010 2010 Dinas Pendidikan Putus Kejaksaan Rp 1.600.000.000,-

2

Kasus korupsi penggelapan dana kas desa tahun 2007- 2011 Desa Manis Kidul

ES Kepala Desa Manis Kidul

Kabupaten Karawang 2007 2012 Kelurahan Penyidikan Kepolisian Rp 167.000.000,-

3

Penyalahgunaan dana dalam pengadaan internet VPN MPLS dan VPN Over internet sarana prasarana pendukung untuk Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) online TA 2010 pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kabupaten Kuningan MH Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Kadisdukcapil) Kabupaten Kuningan 2010 2011 Dinas Kependudukan

dan Catatan Sipil Penyidikan Kejaksaan Rp 150.000.000,-

4

Perkara tipikor atas dugaan penyalahgunaan dana bantuan program pembiayaan perumahan dan pemukiman dengan dukungan fasilitas subsidi perumahan KSU Karya Nugraha Kel. Cipari, Kec. Cigugur, Kab. Kuningan

Saud Gunawan

dan Ajat Sudrajat

Ketua Koperasi 2008 2008 Koperasi Karya

Nugraha Putus Kejaksaan Rp 1.400.000.000,-

4

5

Kasus tindak pidana korupsi pembangunan sarana dan prasarana olahraga di Desa Sindang Gempang Kab. Kuningan

RH Ketua LPMP Kamuning

Sari 2010 2011 Yayasan Penyidikan Kepolisian Rp 174.000.000,-

6

Kasus tindak pidana korupsi dana Jamkesmas Rumah Sakit Umum Daerah 45 Kuningan

YM

Bendahara BUD (Badan Usaha Daerah) RS 45 Kuningan

2012 2013 RSU Daerah 45 Penyidikan Kepolisian Rp 500.000.000,-

7

Kasus penyelewengan dana pemeliharaan taman taman di depan SMA 3 Kuningan dan Taman Dahlia di depan pendopo

Yoyo Sunaryo

(Alm.)

Kepala Dinas Lingkungan

Hidup 2005 2006

Dinas Lingkungan

Hidup Putus Bebas Kejaksaan Rp 100.000.000,-

8

Kasus dugaan korupsi dana bantuan sosial dari Provinsi Jawa Barat kepada kelompok peternak sapi perah Ciputri Desa Cisantana Kecamatan Cigugur

Amon Amat

Ketua Kelompok Ternak

Sapi di Cisantana 2008 2009

Kelompok Tani Desa

Cisantana Putus Kejaksaan Rp 125.000.000,-

9

Kasus penyimpangan DAK bidang pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah Guppi Cipondok

Ali Murtadho

Kepala Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Guppi Cipondok

2007 2009 MTS Guppi Putus Kejaksaan Rp 112.000.000,-

Berdasarkan data pada tabel 23 terlihat bahwa semua kasus korupsi yang diproses di Kabupaten Kuningan terjadi pada sektor pengadaan barang dan jasa yang dibiayai APBN/APBD dengan para pelakunya tersebar pada berbagai bidang struktur di pemerintahan daerah di Kabupaten Kuningan mulai dari tingkat kelurahan sampai tingkat kabupaten. Hanya saja pada setiap kasus korupsi yang terjadi seolah kasus tunggal. Seperti contoh pada Kasus tindak pidana korupsi (Tipikor) dana penunjang DAK (Dana Alokasi Khusus) bidang pendidikan tahun 2007 dengan terdakwa Wiratno72. Dalam keterangannya Wiratno menyebutkan bahwa kasus yang menimpanya tersebut melibatkan hampir 31 orang guru, pimpinan UPTD Dinas Pendidikan Kecamatan Pasawahan, dan beberapa pengawas keuangan di Pemda Kabupaten Kuningan. Tetapi karena wiratno tidak mengerti permasalahan hukum maka kasusnya tersebut menjadi kasus tunggal. Menurut Keterangan Wiratno, sebelum adanya vonis, ada beberapa kepala dinas yang berniat untuk menjamin keluarganya ketika ia melaksanakan hukuman. Namun janji-janji tersebut tidak ada yang terealisasi, bahkan tidak ada seorangpun yang mau menjenguknya di penjara sampai sekarang. Wiratno mengaku bahwa dalam kasusnya ini ia sengaja tidak melibatkan rekan-rekannya atas dasar perasaan tidak tega dan perasaan bersalahnya karena telah melakukan perbuatan korupsi selama empat tahun (2006 – 2010). Dalam kasusnya ini Wiratno mendapat vonis selama 6 tahun dengan subsider 2 bulan dan denda selama 3 tahun.

Terungkapnya kasus-kasus korupsi di Kabupaten Kuningan tersebut semuanya berasal dari informasi yang berasal dari masyarakat73. Hal inilah yang mengindikasikan masih belum maksimalnya Badan Pengawas Daerah (Bawasda) Kabupaten Kuningan sehingga kasus korupsi yang melibatkan instansi pemerintahan tidak bisa terungkap lebih awal.

Uji Beda Pengaruh Korupsi Terhadap APBD di Kabupaten Kuningan

Terjadinya kasus korupsi yang ada di Kabupaten Kuningan akan berdampak pada berkurangnya APBD sehingga menyebabkan pembangunan yang kurang signifikan. Dalam mengukur dampak korupsi terhadap APBD Kabupaten Kuningan dapat menggunakan uji beda dengan model regresi linear sederhana dimana korupsi (X) bertindak sebagai veriabel independent dan APBD (Y) bertindak sebagai variabel dependent. Model dari persamaan ini kemudian akan mengikuti model Yi = α + βXi + εi. Rentang waktu yang akan digunakan adalah antara tahun 2009 sampai 2013

sehingga data jumlah korupsi adalah kasus yang ada diantara tahun 2009 – 2013 (lihat pada tabel 23) yang kemudian berdampak kepada APBD antara tahun 2009 – 2013. Berikut di tabel 24 adalah data-datanya.

72

Wawancara dilakukan pada tanggal 4 Juli 2013 di Lembaga Pemasyarakatan Kabupaten Kuningan.

73

Tabel 24. Data yang diperlukan untuk perhitungan uji beda dengan model regresi linear sederhana. Tahun Jml. APBD Kuningan (Y) Y Besaran Korupsi Per Tahun (X) X 2009 913909173717.00 1283403569600.42 363155000 590831000 2010 1137779624077.11 1600000000 2011 1305726048986.00 324000000 2012 1451109067403.00 167000000 2013 1608493933819.00 500000000

Sumber: Peraturan daerah pemerintah Kabupaten Kuningan tahun 2009 – 2013 dan data korupsi dari Kejari dan Kepolisian Resort Kuningan antara tahun 2009

– 2013.

Data pada tabel 24 diolah dengan menggunakan rumus sebagai berikut74:

Berdasarkan hasil perhitungan maka dapat dilihat bahwa nilai β (koefisien) sebesar –127,43 dan nilai α (konstanta) sebesar 1358 693163930,42 sehingga hasil dari uji beda dengan model regresi linear sederhana adalah:

Model tersebut dapa dinterpretasikan bahwa jika terjadi korupsi sebesar Rp 1 (satu rupiah) maka akan menyebabkan pengurangan terhadap APBD sebesar Rp 127,43 (seratus dua puluh tujuh point empat tiga rupiah). Hal ini membuktikan bahwa korupsi akan menyebabkan pembangunan yang kurang signifikan karena memiiki efek multiplier terhadap proses pembangunan.

Keberadaan Aktor yang Melakukan Perilaku Rent Seeking Economy Activity.

Adanya fenomena aktivitas ekonomi perburuan rente yang terjadi di Kabupaten Kuningan diakui oleh beberapa informan75. Aktivitas ekonomi perburuan rente yang terjadi di Kabupaten Kuningan banyak terjadi pada sektor pengadaan barang dan jasa. Fakta adanya keberadaan aktivitas ekonomi perburuan rente di Kabupaten Kuningan

74

Juanda, op.cit., hlm. 23.

75

Wawancara H.O. Furqon, April 2013, Masuri, April 2013, Jubaedi, April 2013, Dani Nuryadin, April 2013.

bisa ditelusuri melalui data tender dalam proses pengadaan barang dan jasa. Seperti halnya melalui data Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE)76 antara tahun 2012-2013 dimana dari 319 proyek, ada 59 proyek yang nilai pagu paketnya di atas Rp 500.000.000,-. yang dikerjakan oleh sebanyak 25 badan usaha dimana masing- masing badan usaha pernah mengerjakan lebih dari satu kali tender (lihat pada lampiran 1). Hal ini menjadi menarik karena ada beberapa badan usaha yang ditenggarai adanya aktivitas ekonomi perburuan rente yang disebabkan karena pemiliknya memiliki jabatan strategis di Kabupaten Kuningan dan memiliki kedekatan dengan penguasa melalui hubungan struktural. Seperti halnya pengusaha rekanan yang mendapatkan tender pengadaan barang antara tahun 2012 – 2013 yang berasal dari organisasi kepemudaan dimana pada organisasi ini, Bupati Aang Hamid Suganda bertindak sebagai Ketua Majelis Pertimbangan Kabupaten Kuningan Tahun 2011 – 2015. Hal ini dapat dilihat dari tabel 25.

Tabel 25. Daftar nama badan usaha yang ditenggarai terjadi aktivitas ekonomi perburuan rente. No Nama Badan Usaha Nama Pengusaha Rekanan

Total Nilai Pagu Proyek yang Didapat Antara Tahun 2012-2013

Organisasi/Jabatan yang Sedang Diemban Oleh

Pengusaha Rekanan Sampai Tahun 2013

1 CV Guna Mekar H. Maman Kusna

Indra Kusumah Rp 3.407.576.400

Ketua Kadin Kabupaten Kuningan

2 CV Tiga Saudara H. Uba Subari,

AK Rp 2.388.297.000

- Ketua Gapensi

Kuningan Periode 2011-2016.

- Ketua Amil Zakat

Nasional (Baznas) Kabupaten Kuningan.

- Ketua Bidang Informasi

dan Komunikasi pada Pemuda Pancasila.

3 Sejati Yudi Iskandar Rp 2.697.946.750

Departemen Hukum dan HAM pada organisasi Pemuda Pancasila.

4 Deansika Udin Kusnedi Rp 2.127.066.000

Departemen Dana pada organisasi Pemuda Pancasila.

5 Sancita Ir. Hilwan Arif Rp 2.732.652.400

Bidang Ekonomi dan Pengembangan Usaha pada organisasi Pemuda Pancasila.

6 Manunggal Ir. Agus

Stefhanus Rp 3.868.463.400

Bidang Ekonomi dan Pengembangan Usaha pada organisasi Pemuda Pancasila.

Sumber: LPSE Kabupaten Kuningan (diolah)

76

Aktivitas ekonomi perburuan rente pada sektor pengadaan barang dan jasa akan semakin berkembang jika LPSE tidak bekerja secara independen dan fair. Sikap independen LPSE sangat diperlukan terutama untuk meyakinkan keraguan beberapa kalangan baik dari kalangan pengusaha maupun birokrat yang masih meragukan efektivitas LPSE. Sikap independen LPSE ini sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 yang merupakan salah satu strategi percepatan pemberantasan korupsi. Berdasarkan perhitungan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menyebutkan bahwa keberhasilan penerapan LPSE dapat menghilangkan inefisiensi rata-rata 30-35 persen dari nilai yang dianggarkan.77

Jenis – Jenis Korupsi dan Rent Seeking Economy Activity di Kabupaten Kuningan Sebelum dan Sesudah Otonomi Daerah.

Kabupaten Kuningan merupakan salah-satu daerah dari enam daerah78 di Jawa

Barat yang dinilai rawan dari “kehancuran” ekonomi pada era otonomi daerah yang

dimulai pada 1 Januari 200179. Hal itu dikarenakan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Kuningan yang belum sampai 15 milyar per tahun80. Nilai PAD yang rendah ini menyebabkan sektor pengadaan barang menjadi tempat yang menarik bagi

Dokumen terkait