• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jenis Tanah

Jenis tanah merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan terutama bagi tanaman. Dimana tanah inceptisol memiliki tingkat kesuburan rendah seperti kandungan unsur hara.Hal ini sesuai dengan pernyataanNoor (1996) yang menyatakan bahwa salah satu tanah yang tergolong rendah tanah marginal adalah tanah inceptisol sebagian besar tanah podsolik mempunyai kendala berupa tingkat kesuburan yang rendah dan sifat fisika tanah yang kurang mendukung pertumbuhan tanaman.

Tekstur Tanah

Tekstur tanah adalah keadaan tingkat kehalusan tanah yang terjadi karena terdapatnya perbedaan komposisi kandungan antara pasir, debu dan liat yang berada di dalam tanah.Hasil pengukuran tekstur tanah dapat dilihat dari Tabel 6.

Tabel 6. Hasil Analisa Tekstur Tanah

Perlakuan Fraksi Keterangan: (KL= Kapasitas Lapang)

Dari Tabel 6 diketahui bahwa tekstur tanah inceptisol adalah lempung berpasir dilihat dari perbandingan fraksi (pasir, debu, dan liat) dimana fraksi pasir lebih dominan pada tanah inceptisol ini dan ditentukan dengan menggunakan segitiga USDA Lampiran 2. Tanah yang mempunyai kandungan pasir lebih banyak akan lebih mudah meloloskan air dan mempunyai kemampuan menahan

air yang lebih sedikit dibandingkan dengan tanah yang mempunyai kandungan liat yang lebihbanyak. Tanah yang memiliki ruang pori yang kecil sehingga akar sulit menembus sampai kedalam tanah. Hal ini sesuai dengan pernyataanSoedarmo dan Prayoto (1985)yang menyatakan bahwa tanah yang bertekstur pasir mempunyai luas permukaan yang kecil, sehingga sulit menahan air dan unsur hara, sedangkan tanah-tanah yang bertekstur liat mempunyai luas permukaan yang luas, sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara lebih besar.

Bahan Organik Tanah

Bahan organik tanah merupakan salah satu bahan pembentuk agregat tanah, yang mempunyai peran sebagai bahan perekat antar partikel tanah untuk bersatu menjadi agregat tanah, sehingga bahan organik penting dalam pembentukan struktur tanah.Hasil pengukuran bahan organik tanah dapat dilihat dari Tabel 7.

Tabel 7. Hasil Analisa Kandungan Bahan Organik Tanah Perlakuan Kadar C-Organik

(%)

Kandungan Bahan

Organik (%) Kriteria

Pemberian air 100 % KL 3,22 5,54 Tinggi

Pemberian air 80 % KL 3,48 6,00 Tinggi

Pemberian air 60 % KL 3,45 5,95 Tinggi

Rata-rata 3,38 5,83 Tinggi

Keterangan: (KL= Kapasitas Lapang)

Dari Tabel 7 didapat hasil pengukuran kandungan bahan organik dari tiga perlakuan, dimana perlakuan pemberian air 80% KL memiliki kandungan bahan organik terbesar yaitu 6,00% dengan kriteria tinggi, tidak jauh berbeda dengan pemberian air 100% KL dan pemberian air 60% KL serta rata-rata bahan organik tanah yakni 5,83%, karena komposisi perbandingan tanah dan kompos yang digunakan untuk setiap perlakuan yaitu sama yakni 7 kg tanah dan 3 kg kompos.

Kerapatan Massa Tanah (Bulk Density), Kerapatan Partikel Tanah (Particle Density), dan Porositas

Hasil pengukuran kerapatan massa tanah, kerapatan partikel tanah, dan porositas dapat dilihat dari Tabel 8.

Tabel 8. Kerapatan Massa Tanah, Kerapatan Partikel Tanah, dan Porositas Perlakuan Kerapatan Massa

Tanah (g/cm3

Keterangan: (KL= Kapasitas Lapang)

Dari Tabel 8 didapat hasil pengukuran kerapatan massa tanah yang terbesar terdapat pada pemberian air 60 % KL dan terendah pada pemberian air 100 % KL. Nilai kerapatan massa pada tanah inceptisol ini berkisar 0,80-0,85 g/cm3. Nilai bulk density(kerapatan massa) tersebut tergolong rendah dibandingkan pada tanah inceptisol pada umumnya, hal ini karena penggunaan bahan organik yakni pemberian kompos pada tanah dapat menurunkan nilai bulk density tanah, serta adanya pengolahan tanah seperti penggerusan dan pengayakan

tanah yang berbeda dengan kondisi tanah di lapangan. Secara umum tanah mineral memiliki kerapatan massa berkisar 1,0-2,0 g/cm3

Nilai kerapatan massa untuk pemberian air 100 % KL sebanyak 515,15 ml

< pemberian air 80 % KL sebanyak 412,12 ml < pemberian air 60 % KL sebanyak 309,09 ml. Hal ini disebabkan karena kadar air pada pemberian air 100 %

(Hossainet al., 2005).

Martin et al., (2016)menyatakan bahwafaktor seperti kedalaman, kandungan bahan organik atau pemadatan memberikan pengaruh terhadap nilai-nilai bulk density. Variasi dalam nilai bulk density dikaitkan dengan faktor-faktor struktural lainnya seperti bahan organik.

KL>pemberian air 80 % KL> pemberian air 60 % KL, sehingga mempengaruhi terhadap massa tanah. Dimana semakin tinggi kadar air, maka semakin kecil perbandingan massa padatan tanah dengan volume total (air dan udara) setelah kering oven, karena lebih banyak air yang menguap. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hossain et al., (2015) yang menyatakan bahwa kerapatan massa tanah merupakan ukuran dari berat (massa) tanah per satuan volume daerah tanah, biasanya diukur secara kering oven pada suhu 105-110oC dan dinyatakan dalam g/cm3

Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa perlakuan pemberian air 100 % KL memiliki kerapatan partikel tanah yang rendah dibandingkan dengan perlakuan pemberian air 80 % KL dan pemberian air 60 % KL, hal ini disebabkan semakin tinggi kadar air maka semakin kecil perbandingan massa padatan dengan volume padatannya sehingga nilai kerapatan partikel tanah perlakuan pemberian air 100 % KL lebih kecil dibandingkan dengan pemberian air 80 % dan 60 % KL. Perlakuan pemberianoleh adanya kandungan bahan organik di dalam tanah sangat mempengaruhi kerapatan butir tanah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Foth (1984) yang menyatakan bahwa kerapatan partikel merupakan perbandingan antara massa tanah kering (padatan) dengan volumenya (volume padatan).

.

Dari Tabel 8 didapat hasil porositas tanah tertinggi adalah perlakuan pemberian air 100 % KL yaitu 53,04% dan terendah pada perlakuan pemberian air 60 % KL yaitu 51,53 %. Porositas pada perlakuan pemberian air 100 % KL lebih tinggi daripada pemberian air 80 % KL dan pemberian air 60 % KL. Hal tersebut karena perlakuan pemberian air 100 % KL memiliki perbandingan nilai kerapatan massa dan kerapatan partikel yang lebih rendah dibandingkan pemberian air 80 %

KL dan pemberian air 60 % KL. Pada perlakuan pemberian air 100 % KL yakni pemberian air 100% kapasitas lapang, air yang terisi pada volume pori tanah lebih banyak daripada perlakuan pemberian air 80 % KL dan pemberian air 60 % KL, sehingga nilai porositas pemberian air 100 % KL lebih besar daripada perlakuan pemberian air 80 % KL dan pemberian air 60 % KL.

Nilai bulk density yang semakin besar menunjukkan nilai porositas yang semakin kecil, begitu pula sebaliknya apabila nilai bulk density semakin kecil maka nilai porositasnya semakin besar. Nilai bulk density pada perlakuan pemberian air 100 % KL< pemberian air 80 % KL< pemberian air 60 % KL mempengaruhi nilai porositasnya dimana perlakuanpemberian air 100 % KL>

pemberian air 80 % KL> pemberian air 60 % KL. Pada perlakuan pemberian air 100 % KL, jumlah air yang diberikan lebih besar dari perlakuan pemberian air 80

% KL, dan perlakuan pemberian air 80 % KL lebih besar dari pada pemberian air 60 % KL, dimana semakin banyak air yang terkandung dalam tanah maka volume ruang pori tanah akan semakin terisi oleh air. Hal ini menyebabkan nilai bulk density semakin rendah apabila jumlah air yang terkandung dalam tanah semakin

besar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Abdelbaki (2016) yang menyatakan bahwa kerapatan massa tanah (bulk density) memiliki pengaruh langsung pada sifat-sifat tanah seperti porositas dan kadar air tersedia.

Suhu Tanah

Suhu merupakan salah satu faktor pertumbuhan yang penting bagi tanaman, sebagaimana layaknya air, udara, atau zat-zat hara mineral.Hasil pengukuran suhu tanah dapat dilihat dari Tabel 9.

Tabel 9. Hasil Pengukuran Suhu Tanah

Perlakuan Suhu Tanah Suhu Udara

Pemberian air 100 % KL 28,5oC Pemberian air 80 % KL 28oC Pemberian air 60 % KL 29oC

Rata-rata 28,5oC 28oC

Keterangan: (KL= Kapasitas Lapang)

Tabel 9menunjukkan bahwa hasil pengukuran suhu tanah didapat hasil pada perlakuan pemberian 100 % KL, pemberian air 80 % KL dan pemberian air 60 % KL, memiliki suhu rata-rata yaitu 28,5oC yang artinya yaitu antara suhu tanah dengan suhu udara tidak jauh berbeda. Adapun hal tersebut dipengaruhi oleh adanya perlakuan dari setiap tanah memiliki nilai yang hampir seragam dikarenakan bahan organik dan tekstur tanahnya yangrelatif sama. Suhu tanah merupakan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan akar pada masa pertumbuhan tanaman. Pada suhu tanah denganrata-rata 28,5o

Permeabilitas Tanah

C tanaman sawi putih masih dapat tumbuh dengan baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sutarya dan Grubben (1995) yang menyatakan bahwa tanaman sawi putih dapat tumbuh dengan mudah di dataran rendah sampai dengan dataran tinggi. Tanaman ini juga tahan terhadap kekeringan.

Permeabilitas adalah salah satu bagian tanah yang paling penting yang memungkinkan air untuk mengalir melalui tanah dalam waktu tertentu, dimana setiap lapisan tanah memiliki nilai permeabilitas (k) masing-masing tergantung pada arah mengalir air.Hasil pengukuran permeabilitas tanah dapat dilihat dari Tabel 10.

Tabel 10. Permeabilitas Tanah

Perlakuan Permeabilitas (cm/jam) Kriteria

Pemberian air 100 % KL 17,76 Cepat

Pemberian air 80 % KL 17,61 Cepat

Pemberian air 60 % KL 17,18 Cepat

Pada pengukuran permeabilitas tanah menunjukkan bahwa laju permeabilitas pada perlakuan pemberian air 100 % KL, pemberian air 80 % KL dan pemberian air 60 % KLyaitu kriteria cepat. Dalam penelitian ini juga laju permeabilitas yang paling besar ditunjukkan pada perlakuan pemberian air 100 % KL yaitu 17,76 cm/jam. Hal ini disebabkan oleh porositas (Tabel 7) yang memiliki nilai paling tinggi ditunjukkan oleh tanah dengan perlakuan pemberian air 100% kapasitas lapang. Dimana nilai porositas tanah berbanding lurus dengan permeabilitas tanah. Hal ini sesuai dengan pernyataanRohmat dan Soekarno(2006) yang menyatakan bahwapermeabilitas merupakan kemampuan media porous dalam hal ini adalah tanah untuk meloloskan zat cair (air hujan) baik secara lateral maupun vertikal. Tingkat permeabilitas tanah (cm/jam) merupakan fungsi dari berbagai sifat fisika tanah. Upaya yang dapat dilakukan untuk memperbesar permeabilitas tanah, antara lain memperbaiki struktur tanahdapat dilakukan melalui pemberian bahan organik, pemberian bahan pemantap tanah, perbaikan porositas dan aerasi permukaan dan bawah permukaan tanah, serta penanaman vegetasi penutup lahan, memperbaiki drainase tanah mencakup perbaikan drainase permukaan tanah dan bawah permukaan tanah.

Kadar AirBasis Kering Tanah

Hasilnya dinyatakan dalam presentase air dalam tanah, yang dapat dilihat dalam persentase terhadap berat kering, berat basah atau terhadap volume.Hasil pengukuran kadar airbasis kering tanah dapat dilihat dari Tabel 11.

Tabel 11. Hasil Pengukuran Kadar Air Basis Kering Tanah Keterangan: (KL= Kapasitas Lapang)

Dari Tabel 11 diketahui bahwa pada perlakuan pemberian air 100 % KL nilai kadar airbasis kering tanah merupakan nilai tertinggi yaitu 48,05% dan terendah pada pemberian air 60 % KL yaitu 46,59%, hal ini sesuai dengan perlakuan yang diberikan dimana persentase volume air yang diberikan padaperlakuan pemberian air 100 % KL, pemberian air 80% KL, dan pemberian air 60% KL.

Evapotranspirasi

Evapotranspirasi adalah penguapan dari seluruh air, tanah, salju, es dan tumbuh-tumbuhan.Hasil pengukuran suhu harian, evaporasi dan evapotranspirasi dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Hasil Pengukuran Suhu Harian Ruangan, Evaporasi, dan Evapotranspirasi Fase

Tabel 12menunjukkan nilai evapotranspirasi pada fase tengah pertumbuhan tanaman menunjukkan nilai 0,67 mm/hari sedangkan fase pertumbuhan akhir pada tanaman menunjukkan nilai 0,55 mm/hari, atau fase tengah (16-30 hari) lebih besar daripada fase akhir (31-45) dikarenakanadanya pertumbuhan pada fase tengah tanaman yang membentuk daun-daun baru, hal ini juga diikuti dengan semakin banyak daun-daun yang terbentuk maka akan

semakin banyaknya air yang akan diuapkan ke udara dikarenakan luas media transpirasi semakin besar. Sedangkan fase akhir tanaman kebanyakan aktivitas sel-sel daun sudah berhenti. Dimana tanaman sawi putih memiliki pertumbuhan vegetatif maksimal 45 hari, apabila melewati pertumbuhan maksimal pada tanaman sawi putih tersebut akan mempengaruhi kondisi vegetatifnya dan tidak layak untuk dikonsumsi.

Bobot Basah dan Bobot Kering Tanaman Sawi putih (Brassica pekinensia L.) Hasil pengukuran bobot basah tanaman sawi putih(Brassica pekinensia L.) dapat dilihat dari Lampiran 11 dan 12, dan rata-rata bobot basah tanaman sawi putih (Brassica pekinensia L.) dapat dilihat dari Tabel 13.

Tabel 13. Rata-rata Bobot Basah Batang dan daun Tanaman

Perlakuan Rata-rata Bobot Basah Tanaman (g)

Batang dan Daun Akar

Pemberian air 100 % KL 215 3,435

Pemberian air 80 % KL 195 4,570

Pemberian air 60 % KL 123 3,750

Keterangan: (KL= Kapasitas Lapang)

Dari hasil pengukuran yang didapat pada bobot basah batang, daun, dan akar tanaman untuk setiap perlakuan dimana perlakuan pemberian air 100% KL, pemberian air 80% KL, dan pemberian air 60% KL, memberikan hasil yang berbeda tidak nyata untuk setiap perlakuannya, sehingga tidak di lakukan uji lanjut pada uji Duncan Multiple Range Test.

Bobot kering tanaman dihitung untuk mengetahui produktivitas tanaman.

Hasil pengukuran bobot kering tanaman sawi putih (Brassica pekinensia L.)dapat

dilihat dari Lampiran 14, dan rata-rata bobot kering tanaman sawi putih (Brassica pekinensia L.) dapat dilihat dari Tabel 14.

Tabel 14. Rata-rata Bobot Kering Batang dan Daun Tanaman

Perlakuan Rata-rata BobotKering Tanaman (g)

Batang dan Daun Akar

Pemberian air 100 % KL 14,15 0,56

Pemberian air 80 % KL 15,13 0,65

Pemberian air 60 % KL 12,16 0,45

Keterangan: (KL= Kapasitas Lapang)

Hasil pengukuran bobot kering tanaman dapat dilihat pada Tabel 14.Pada analisis sidik ragam Tabel 16 dapat dilihat bahwa jumlah pemberian air berbeda pada tanah inceptisol menunjukkan pengaruh berbeda tidak nyata terhadap bobot kering tanaman, sehingga tidak di lakukan uji lanjut pada uji Duncan Multiple Range Test.

Dari Tabel 13 dapat dilihat rata-rata bobot tanaman 123-215g. Menurut KEPMENTAN No. 253/kpt/TP.240/5/2000 pada kemasan benih jenis Tosakan bobot per tanaman dapat mencapai berat 250-300 g. Bobot tanaman sawi putih yang dihasilkan masih jauh dari kondisi ideal, karena suhu lingkungan yang mencapai 31oC tidak sesuai dengan suhu lingkungan untuk syarat tumbuh tanaman, dimana suhu udara yang terlalu tinggi akan berpengaruh besar pada pertumbuhan sawi putih dan tidak akan tumbuh dengan sempurna seperti kualitas daun yang tidak baik, adapun suhu lingkungan pada sawi putih berkisar 19°C - 21°C. Cahyono (2003) menyatakan bahwa pertumbuhan sawi putih yang baik membutuhkan suhu udara yang berkisar antara 19°C - 21°C. Keadaan suhu suatu daerah atau wilayah berkaitan erat dengan ketinggian tempat dari permukaan laut (dpl).Suhu yang ditanam melebihi 21°C dapat menyebabkan tanaman sawi tidak dapat tumbuh dengan baik, hal ini dikarenakan suhu udara sangat mempengaruhinya.

Pada penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian sebelumnya.

Kondisi suhu di rumah kaca yang rata-rata hampir sama saat penelitian dengan saat penelitian sebelumnya. Tetapi jenis tanah dan jenis tanaman berbeda, dengan perlakuan yang sama yakni pemberian air 60% KL, 80% KL dan 100% KL,

memberikan bobot tanaman tertinggi dan terendah yang berbeda dengan penelitiansebelumnya.

Dokumen terkait