• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ayam petelur yang digunakan untuk penelitian diaklimatisasikan selama 1 minggu. Satu hari sebelum periode aklimatisasi berakhir, dilakukan pengambilan darah ayam petelur untuk perhitungan nilai jumlah butir darah merah, persentase hematokrit, dan nilai hemoglobin (Hb) sebagai acuan pertama penelitian. Hasil penelitian selama aklimatisasi menunjukkan bahwa rataan jumlah butir darah merah ayam petelur ialah sebesar 1.960.53 juta/mm3

, hematokrit sebesar 25.942.57%, dan Hb sebesar 7.800.95 g/dL.

7 homogen, cairan yang ada di dalam pipet dibuang sedikit. Selanjutnya, hasil pengenceran diteteskan ke dalam kamar hitung dengan cara menyentuhkan ujung pipet butir darah merah pada tepi kaca penutup hemositometer. Kemudian, hemositometer didiamkan beberapa detik agar sel-sel darah merah mengendap pada dasar kamar hitung. Kamar hitung yang telah terisi butir darah merah diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran 400 kali. Jumlah butir darah merah yang dihitung adalah butir darah merah yang berada pada kotak butir darah merah pojok kanan atas, pojok kanan bawah, pojok kiri atas, pojok kiri bawah, dan satu kotak yang tepat berada di tengah. Jumlah butir darah merah ialah jumlah dari penghitungan lima kotak tersebut dikalikan dengan 5000 per mm3.

Pembacaan nilai hematokrit atau pack cell volume (PCV) dilakukan menggunakan international micro capillary reader. Pembacaan nilai hematokrit dimulai dari pengambilan sampel darah dengan cara menempelkan bagian ujung dari tabung mikro ke dalam darah. Posisi ujung tabung mikro hampir mendatar dan bagian pangkal tabung dikosongkan kira-kira 1 cm. Setelah terisi darah, bagian ujung tabung disumbat dengan crestaseal. Tabung mikro yang telah berisi sampel darah disentrifuse selama 5 menit dengan kecepatan 12.000 rpm. Hasil sentrifugasi sampel darah dibaca menggunakan international micro capillary reader.

Pengukuran kadar hemoglobin dilakukan dengan metode Cyanmethemoglobin. Metode ini dilakukan dengan mencampurkan reagen hemoglobin 2.5 mL dengan sampel darah 10 µL di dalam tabung. Hasil campuran reagen hemoglobin dan darah dibaca pada fotometer dengan panjang gelombang 540 nm sehingga didapatkan absorban. Kadar hemoglobin diperoleh dengan cara absorban x 36.8 g Hb/100 mL. Kadar Hemoglobin (g%)= Absorban x 36.8 g Hb/100 mL.

Parameter yang Diamati

Parameter yang diamati dari penelitian ini ialah jumlah sel darah merah, nilai hematokrit, dan kadar hemoglobin.

Prosedur Analisis Data

Data hasil penelitian dianalisis menggunakan metode analisis of variance (Anova) dan dilanjutkan dengan uji Duncan untuk melihat perbedaan antarperlakuan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ayam petelur yang digunakan untuk penelitian diaklimatisasikan selama 1 minggu. Satu hari sebelum periode aklimatisasi berakhir, dilakukan pengambilan darah ayam petelur untuk perhitungan nilai jumlah butir darah merah, persentase hematokrit, dan nilai hemoglobin (Hb) sebagai acuan pertama penelitian. Hasil penelitian selama aklimatisasi menunjukkan bahwa rataan jumlah butir darah merah ayam petelur ialah sebesar 1.960.53 juta/mm3

, hematokrit sebesar 25.942.57%, dan Hb sebesar 7.800.95 g/dL.

8

Butir Darah Merah

Jumlah butir darah merah (BDM) pada penelitian ini menunjukkan hasil yang bervariasi. Secara keseluruhan, jumlah BDM ayam penelitian menunjukkan nilai yang cenderung menurun setiap minggu pada semua perlakuan yang dicekok kemangi. Jumlah BDM yang dihitung pada minggu pertama penelitian atau satu minggu sebelum bertelur menunjukkan hasil yang secara deskriptif menurun (P<0.05) pada perlakuan ayam petelur yang dicekok ekstrak etanol daun kemangi 3 mg/kg bb. Jumlah BDM pada perlakuan ayam petelur yang dicekok ekstrak etanol daun kemangi 1 mg/kg bb menunjukkan hasil yang lebih baik meskipun tidak berbeda nyata (P>0.05) dengan perlakuan ayam petelur yang dicekok ekstrak etanol daun kemangi 2 mg/kg bb. Jumlah BDM pada minggu kedua penelitian menunjukkan hasil yang lebih menurun (P<0.05) pada perlakuan ayam yang dicekok ekstrak etanol daun kemangi 1 mg/kg bb. Pada minggu terakhir penelitian, semua perlakuan menunjukkan hasil lebih menurun (P<0.05) dibandingkan kontrol. Kisaran normal Jumlah BDM pada ayam adalah 2.5-3.5 juta/mm3 (Weiss dan Wardrop 2010). Perhitungan rataan jumlah BDM ayam petelur selama penelitian disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Perhitungan butir darah merah (x106/mm3) ayam petelur yang dicekok ekstrak etanol daun kemangi (mg/kg bb)

Pengambilan darah ke-

Dosis pemberian ekstrak etanol daun kemangi (mg/kg bb)

K P1 P2 P3

1 2.620.16a 2.560.30a 2.270.5a 1.610.10b 2 2.010.35a 1. 890.24b 2.340.09a 2.570.29a 3 2.710.20a 1.790.29b 1.600.21b 1.740.16b Keterangan: Huruf superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang

nyata pada taraf p<0.05%

Pemberian ekstrak etanol daun kemangi 1 mg/kg bb pada minggu pertama penelitian atau satu minggu sebelum bertelur dapat mempertahankan jumlah butir darah merah dan meningkatkan produksi telur. Pemberian ekstrak etanol daun kemangi 1 mg/kg bb dapat mengurangi cekaman pada ayam petelur saat pertama kali bertelur sehingga butir darah merah ayam perlakuan tidak mengalami penurunan. Pemberian ekstrak etanol daun kemangi dengan dosis tinggi dan waktu yang lama dapat menurunkan jumlah butir darah merah ayam petelur.

Jumlah BDM yang rendah dapat terjadi karena beberapa faktor, diantaranya adalah adanya retensi cairan, intoksikasi, perubahan pada integritas seluler, permeabilitas membran sel, dan trauma saat pengambilan darah. Retensi cairan yang terjadi pada ayam bisa disebabkan karena kemampuan menyerap protein pada ayam yang dicekok dengan ekstrak kemangi berkurang. Adanya tannin dan saponin yang mempunyai kemampuan mengikat protein dalam ransum dapat memengaruhi jumlah butir darah merah sehingga jumlah butir darah merah menjadi rendah (Rosmalawati 2008). Retensi cairan dapat menyebabkan kenaikan volume plasma darah. Selain volume plasma darah, total air tubuh juga meningkat,

9 termasuk air ekstraseluler (Podymow et al. 2010). Intoksikasi (keracunan) pada ayam petelur juga dapat memengaruhi perubahan parameter darah karena paparan racun yang memapar tubuh dapat memengaruhi fungsi hati dan ginjal sebagai organ hematopoiesis (Fernandez et al.1995).

Faktor yang dapat memengaruhi pembentukan butir darah merah adalah protein, vitamin B2, B12, dan folic acid. Protein berperan sebagai komponen sel darah merah. Vitamin B2 berperan dalam mengaktifkan asam folat menjadi koenzim. Vitamin B12 berperan dalam pematangan sel darah merah serta asam folat berperan dalam sintesis DNA (Deoxyribonucleatide acid) dan pematangan sel darah merah (Piliang dan Djojosoebagio 2006).

Sumsum tulang, hati, dan limpa berfungsi kooperatif sebagai hematopoiesis pada hewan dewasa (Weiss dan Wardrop 2010). Menurut Choudari dan Deshmukh (2007), perubahan pada parameter darah dapat disebabkan oleh perubahan pada integritas seluler, permeabilitas membran sel, dan paparan racun kimia.

Flavonoid yang terkandung dalam ekstrak etanol daun kemangi memengaruhi rendahnya jumlah butir darah merah yang teramati. Menurut Zhou et al. (2012), total flavonoid dapat menurunkan jumlah sel darah merah, hemoglobin, hematokrit, mean corpuscular hemoglobin (MCH), jangkauan pergerakan elektroporesis sel darah merah, indeks agregasi sel darah merah, viskositas plasma, jumlah viskositas darah, meningkatkan indeks perubahan bentuk sel darah merah, dan level eritropoietin di serum. Flavonoid juga meningkatkan pH, pO2, SpO2, pCO2 di arteri darah, Na, HCO3-, Cl-, tetapi flavonoid menurunkan konsentrasi K. Total flavonoid meningkatkan tekanan arteri rata-rata, tekanan sistolik ventrikel kiri, tekanan akhir diastolik, menurunkan denyut jantung, dan melindungi morfologi ventrikel kanan (Zhou et al. 2012).

Hematokrit

Hematokrit merupakan persentase volume darah yang mengandung butir darah merah. Pengukuran primer butir darah merah yang memberikan penilaian dasar dari ukuran eritron yang beredar adalah hematokrit atau packed cell volume (PCV). Hal ini merupakan sebuah pengukuran fraksi dari volume darah yang ditempati oleh butir darah merah dan dinyatakan sebagai persentase (Kerr 2002). Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan ayam yang dicekok kemangi tidak dapat memengaruhi nilai hematokrit ayam petelur. Hal ini berarti pemberian ekstrak etanol daun kemangi relatif tidak mengganggu nilai hematokrit. Selanjutnya, nilai rataan hematokrit ayam petelur selama penelitian disajikan pada Tabel 2.

10

Tabel 2 Perhitungan PCV (%)ayam petelur yang dicekok ekstrak etanol daun kemangi (mg/kg bb)

Pengambilan darah ke-

Dosis pemberian ekstrak etanol daun kemangi (mg/kg bb)

K P1 P2 P3

1 28.334.06a 27.085.20a 28.172.02a 27.672.98a 2 24.174.62a 25.671.04a 23.831.26a 24.581.91a 3 24.080.88a 23.332.89a 23.421.38a 22.580.80a Keterangan: Huruf superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang

nyata pada taraf p<0.05%

Nilai hematokrit darah ayam petelur dapat dipengaruhi oleh pakan yang dikonsumsi. Penambahan probiotik pada pakan ayam petelur dapat meningkatkan bobot badan, PCV, konsentrasi hemoglobin, jumlah total leukosit, dan total absolut limfosit (Ezema et al. 2012). Zat aktif ekstrak etanol daun kemangi berupa flavonoid secara deskriptif tidak mengganggu nilai hematokrit ayam petelur. Nilai hematokrit hasil penelitian ini masih berada pada kisaran normal. Menurut Weiss dan Wardrop (2010), nilai hematokrit normal pada ayam berkisar antara 22-35%. Menurut Olanrewaju et al. (2011), kenaikan tekanan dan jumlah oksigen dalam darah tidak memengaruhi jumlah hematokrit darah.

Hemoglobin

Hemoglobin berkaitan erat dengan butir darah merah dan hematokrit. Hemoglobin merupakan protein sederhana, pemberi warna merah pada butir darah merah, dan berfungsi dalam mengikat oksigen. Rataan hemoglobin ayam petelur penelitian disajikan pada Tabel 3. Berdasarkan analisis ragam, cenderung tidak ada pengaruh nyata kadar hemoglobin antarperlakuan. Hal ini menunjukkan bahwa secara statistik penambahan ekstrak etanol daun kemangi cenderung tidak memengaruhi nilai hemoglobin ayam. Kadar hemoglobin ayam setiap perlakuan berkisar antara 8.971.13 sampai 15.472.85 g/dL. Menurut Weiss dan Wardrop (2010), kadar hemoglobin normal adalah 7-13 g/dL. Kadar hemoglobin ayam yang dicekok dengan ekstrak etanol daun kemangi 1 mg/kg bb di minggu pertama penelitian secara deskriptif terdapat nilai hemoglobin yang relatif tinggi pada pecobaan meski tidak berbeda secara statistik. Rataan kadar hemoglobin ayam penelitian disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Perhitungan Hb(g/dL)ayam petelur yang dicekok ekstrak etanol daun kemangi (mg/kgbb)

Pengambilan darah ke-

Dosis pemberian ekstrak etanol daun kemangi (mg/kg bb)

0 1 2 3

1 11.741.44a 15.472.85a 11.601.69a 15.153.79a 2 10.311.53a 10.500.87a 9.370.59a 9.940.45a 3 9.510.45a 8.971.13a 10.623.72a 9.561.34a Keterangan: Huruf superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaanyang

11 Penggunaan ekstrak etanol daun kemangi dosis 1 mg/kg bb tidak mampu mempertahankan kadar hemoglobin dalam kondisi normal, meskipun tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Pencekokan ekstrak etanol daun kemangi pada ayam penelitian mengganggu kadar hemoglobin karena kandungan flavonoid yang terkandung dalam ekstrak etanol daun kemangi. Pemberian ekstrak etanol daun kemangi 1 mg/kg bb menyebabkan jumlah butir darah merah yang tinggi sehingga hemoglobinnya juga tinggi. Ayam yang mempunyai butir darah merah dan hemoglobin tinggi mempunyai metabolisme dalam tubuh yang cepat dan meningkatkan suhu tubuh sehingga oksigen dalam darah dibutuhkan lebih banyak karena karbondioksida dalam jaringan hasil sisa metabolisme meningkat. Menurut Guyton dan Hall (2006), kondisi darah yang mengandung oksigen sedikit menyebabkan kenaikan produksi hemoglobin.

Menurut Piliang dan Djojosoebagio (2006) bahwa asam pantotenat berperan dalam mensintesis porphyrin untuk pembentukan hemoglobin. Hemoglobin yang tinggi diduga karena ekstrak daun kemangi mengandung saponin yang berada diatas batas toleransi. Saponin memiliki kemampuan berikatan dengan atom ion bervalensi 2, dalam hal ini ion Fe2+ membentuk senyawa kompleks (Francis et al. 2002). Saponin membentuk senyawa kompleks dengan Fe2+ menyebabkan ketersediaan Fe2+ menjadi berkurang sehingga mengakibatkan kadar Hb rendah. Selain itu, adanya tannin yang mampu berikatan dengan protein juga dapat mengganggu pembentukan hemoglobin.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pemberian ekstrak etanol daun kemangi (Ocimum basilicum) dosis 1 mg/kg bb dapat meningkatkan status fisiologis ayam petelur pada minggu pertama perlakuan. Jumlah butir darah merah, nilai hematokrit, dan kadar hemoglobin ayam yang diberi ekstrak kemangi 1 mg/kg bb tidak mengalami gangguan gambaran darah merahnya. Flavonoid yang terdapat pada ekstrak etanol daun kemangi dimungkinkan bekerja dalam memperbaiki kondisi fisiologis ayam petelur.

Saran

Penelitian ini merupakan penelitian dasar sehingga perlu lebih banyak lagi penelitian yang melanjutkan dari penemuan ini, yaitu penelitian yang lebih komprehensif dimulai dari DOC sampai akhir masa produksi dan analisis secara mendetail tentang kandungan ekstrak etanol kemangi yang dapat memengaruhi gambaran darah merah.

11 Penggunaan ekstrak etanol daun kemangi dosis 1 mg/kg bb tidak mampu mempertahankan kadar hemoglobin dalam kondisi normal, meskipun tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Pencekokan ekstrak etanol daun kemangi pada ayam penelitian mengganggu kadar hemoglobin karena kandungan flavonoid yang terkandung dalam ekstrak etanol daun kemangi. Pemberian ekstrak etanol daun kemangi 1 mg/kg bb menyebabkan jumlah butir darah merah yang tinggi sehingga hemoglobinnya juga tinggi. Ayam yang mempunyai butir darah merah dan hemoglobin tinggi mempunyai metabolisme dalam tubuh yang cepat dan meningkatkan suhu tubuh sehingga oksigen dalam darah dibutuhkan lebih banyak karena karbondioksida dalam jaringan hasil sisa metabolisme meningkat. Menurut Guyton dan Hall (2006), kondisi darah yang mengandung oksigen sedikit menyebabkan kenaikan produksi hemoglobin.

Menurut Piliang dan Djojosoebagio (2006) bahwa asam pantotenat berperan dalam mensintesis porphyrin untuk pembentukan hemoglobin. Hemoglobin yang tinggi diduga karena ekstrak daun kemangi mengandung saponin yang berada diatas batas toleransi. Saponin memiliki kemampuan berikatan dengan atom ion bervalensi 2, dalam hal ini ion Fe2+ membentuk senyawa kompleks (Francis et al. 2002). Saponin membentuk senyawa kompleks dengan Fe2+ menyebabkan ketersediaan Fe2+ menjadi berkurang sehingga mengakibatkan kadar Hb rendah. Selain itu, adanya tannin yang mampu berikatan dengan protein juga dapat mengganggu pembentukan hemoglobin.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pemberian ekstrak etanol daun kemangi (Ocimum basilicum) dosis 1 mg/kg bb dapat meningkatkan status fisiologis ayam petelur pada minggu pertama perlakuan. Jumlah butir darah merah, nilai hematokrit, dan kadar hemoglobin ayam yang diberi ekstrak kemangi 1 mg/kg bb tidak mengalami gangguan gambaran darah merahnya. Flavonoid yang terdapat pada ekstrak etanol daun kemangi dimungkinkan bekerja dalam memperbaiki kondisi fisiologis ayam petelur.

Saran

Penelitian ini merupakan penelitian dasar sehingga perlu lebih banyak lagi penelitian yang melanjutkan dari penemuan ini, yaitu penelitian yang lebih komprehensif dimulai dari DOC sampai akhir masa produksi dan analisis secara mendetail tentang kandungan ekstrak etanol kemangi yang dapat memengaruhi gambaran darah merah.

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2013

Dokumen terkait