• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Darah Merah Ayam Petelur pada Awal Masa Produksi yang Dicekok dengan Ekstrak Etanol Daun Kemangi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Darah Merah Ayam Petelur pada Awal Masa Produksi yang Dicekok dengan Ekstrak Etanol Daun Kemangi"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

MOH. MIFTAHURROHMAN. Gambaran darah merah ayam petelur pada awal masa produksi yang dicekok dengan ekstrak etanol daun kemangi. Dibimbing oleh WASMEN MANALU dan ANDRIYANTO.

Ayam petelur mudah mengalami stress yang menyebabkan status fisiologis dan produksinya menurun. Ekstrak etanol daun kemangi secara empiris dapat menyembuhkan berbagai penyakit pada manusia. Penggunaan ekstrak etanol daun kemangi pada hewan belum banyak dilakukan. Penelitian ini dilakukan untuk mengamati status fisiologis ayam petelur yang diberi ekstrak etanol daun kemangi melalui pengamatan variabel gambaran darah merah, yaitu jumlah butir darah merah, hematokrit (PCV), dan kadar hemoglobin. Ayam petelur yang digunakan berjumlah 12 ekor yang dibagi ke dalam 4 kelompok perlakuan dan setiap kelompok terdiri atas 3 ekor ayam sebagai ulangan. Kelompok perlakuan pertama ialah ayam yang tidak dicekok sebagai kontrol (K), kelompok perlakuan kedua ialah ayam yang dicekok ekstrak etanol daun kemangi dengan dosis 1 mg/kg bb (P1), kelompok perlakuan ketiga ialah ayam yang dicekok ekstrak etanol daun kemangi dengan dosis 2 mg/kg bb (P2), dan kelompok perlakuan keempat ialah ayam yang dicekok ekstrak etanol daun kemangi dengan dosis 3 mg/kg bb (P3). Darah ayam penelitian mulai diambil pada minggu kedua penelitian saat ayam berumur 17 minggu sampai ayam berumur 20 minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol daun kemangi dengan dosis 1 mg/kg bb dapat meningkatkan status fisiologis ayam petelur pada minggu pertama perlakuan. Flavonoid, saponin, dan tannin yang terdapat pada ekstrak etanol daun kemangi dimungkinkan bekerja dalam memperbaiki kondisi fisiologis ayam petelur. Pemberian ekstrak etanol daun kemangi dengan dosis 2 mg/kg bb dan 3 mg/kg bb dapat mengganggu gambaran darah merah status and production. Empirically, ethanol extract of kemangi leaves can cure various diseases in humans. Uses of ethanol extract of kemangi leaves in animals have not been widely applied. This research was conducted to observe the physiological status of laying hens fed ethanol extract of kemangi leaves. Red blood profile variables observed were red blood cells, hematocrit (PCV), and hemoglobin. Twelve laying hens were divided into 4 groups and each treatment group consisted of 3 chickens as replication. The first treatment group was not given ethanol extract of kemangi leaves as a control(C), the second treatment group was given orally ethanol extract of kemangi leaves with the dose of 1 mg/kg bw(P1), the third treatment group was given orally ethanol extract of kemangi leaves with the dose of 2 mg/kg bw(P2), and the fourth treatment group was given orally ethanol extract of kemangi leaves with the dose of 3 mg/kg bw(P3). The results showed that administration of ethanol extract of kemangi leaves with the dose of 1 mg/kg body weight could improve the physiological status of laying hens during the first week of treatment. Flavonoids, saponins, and tannins contained in ethanol extract of kemangi leaves are possible to improve the physiological condition of laying hens. Meanwhile, ethanol extract of kemangi leaves a dose of 2 mg/kg body weight and 3 mg/kg body weight can decrease red blood parameters in chiken.

(2)

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2013

MOH. MIFTAHURROHMAN

GAMBARAN DARAH MERAH AYAM PETELUR PADA

AWAL MASA PRODUKSI YANG DICEKOK DENGAN

(3)
(4)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Gambaran Darah Merah Ayam Petelur pada Awal Masa Produksi yang Dicekok dengan Ekstrak Etanol Daun Kemangi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(5)

ABSTRAK

MOH. MIFTAHURROHMAN. Gambaran darah merah ayam petelur pada awal masa produksi yang dicekok dengan ekstrak etanol daun kemangi. Dibimbing oleh WASMEN MANALU dan ANDRIYANTO.

Ayam petelur mudah mengalami stress yang menyebabkan status fisiologis dan produksinya menurun. Ekstrak etanol daun kemangi secara empiris dapat menyembuhkan berbagai penyakit pada manusia. Penggunaan ekstrak etanol daun kemangi pada hewan belum banyak dilakukan. Penelitian ini dilakukan untuk mengamati status fisiologis ayam petelur yang diberi ekstrak etanol daun kemangi melalui pengamatan variabel gambaran darah merah, yaitu jumlah butir darah merah, hematokrit (PCV), dan kadar hemoglobin. Ayam petelur yang digunakan berjumlah 12 ekor yang dibagi ke dalam 4 kelompok perlakuan dan setiap kelompok terdiri atas 3 ekor ayam sebagai ulangan. Kelompok perlakuan pertama ialah ayam yang tidak dicekok sebagai kontrol (K), kelompok perlakuan kedua ialah ayam yang dicekok ekstrak etanol daun kemangi dengan dosis 1 mg/kg bb (P1), kelompok perlakuan ketiga ialah ayam yang dicekok ekstrak etanol daun kemangi dengan dosis 2 mg/kg bb (P2), dan kelompok perlakuan keempat ialah ayam yang dicekok ekstrak etanol daun kemangi dengan dosis 3 mg/kg bb (P3). Darah ayam penelitian mulai diambil pada minggu kedua penelitian saat ayam berumur 17 minggu sampai ayam berumur 20 minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol daun kemangi dengan dosis 1 mg/kg bb dapat meningkatkan status fisiologis ayam petelur pada minggu pertama perlakuan. Flavonoid, saponin, dan tannin yang terdapat pada ekstrak etanol daun kemangi dimungkinkan bekerja dalam memperbaiki kondisi fisiologis ayam petelur. Pemberian ekstrak etanol daun kemangi dengan dosis 2 mg/kg bb dan 3 mg/kg bb dapat mengganggu gambaran darah merah status and production. Empirically, ethanol extract of kemangi leaves can cure various diseases in humans. Uses of ethanol extract of kemangi leaves in animals have not been widely applied. This research was conducted to observe the physiological status of laying hens fed ethanol extract of kemangi leaves. Red blood profile variables observed were red blood cells, hematocrit (PCV), and hemoglobin. Twelve laying hens were divided into 4 groups and each treatment group consisted of 3 chickens as replication. The first treatment group was not given ethanol extract of kemangi leaves as a control(C), the second treatment group was given orally ethanol extract of kemangi leaves with the dose of 1 mg/kg bw(P1), the third treatment group was given orally ethanol extract of kemangi leaves with the dose of 2 mg/kg bw(P2), and the fourth treatment group was given orally ethanol extract of kemangi leaves with the dose of 3 mg/kg bw(P3). The results showed that administration of ethanol extract of kemangi leaves with the dose of 1 mg/kg body weight could improve the physiological status of laying hens during the first week of treatment. Flavonoids, saponins, and tannins contained in ethanol extract of kemangi leaves are possible to improve the physiological condition of laying hens. Meanwhile, ethanol extract of kemangi leaves a dose of 2 mg/kg body weight and 3 mg/kg body weight can decrease red blood parameters in chiken.

(6)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada

Fakultas Kedokteran Hewan

MOH. MIFTAHURROHMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2013

GAMBARAN DARAH MERAH AYAM PETELUR PADA

AWAL MASA PRODUKSI YANG DICEKOK DENGAN

(7)
(8)

Judul Skripsi : Gambaran Darah Merah Ayam Petelur pada Awal Masa Produksi yang Dicekok dengan Ekstrak Etanol Daun Kemangi

Nama : Moh. Miftahurrohman NIM : B04080139

Disetujui

Diketahui oleh

drh. H. Agus Setiyono, MS, PhD, APVet Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan

Tanggal Lulus:

Prof. Dr. Ir. Wasmen Manalu Dosen Pembimbing I

(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul

yang dipilih dalam skripsi ini ialah “Gambaran darah merah ayam petelur pada awal masa produksi yang dicekok dengan ekstrak etanol daun kemangi”.

Penelitian dilaksanakan dari bulan April sampai dengan Juni 2012 di kandang ayam Desa Tegalwaru, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang mendalam kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Wasmen Manalu sebagai dosen pembimbing pertama yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

2. drh. Andriyanto, M. Si sebagai dosen pembimbing kedua yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

3. Ayah dan Ibu tercinta atas do’a, dukungan, kasih sayang, pengertian, semangat, serta kepercayaannya kepada penulis.

4. Teman-teman satu kelompok PKM: Erli, Yayuk, Risna, dan Fifin 5. Pak Dikdik, Bu Sri, Bu Ida, dan Bu Anti yang telah banyak membantu

selama penelitian

6. Dosen pembimbing Akademik penulis Dr. drh. Sri Estuningsih M. Si, APVet, dosen pembimbing nonakademik penulis drh. Kurnia A, M.Sc, Dr. drh. Hera Maheshwari, Dr. drh. Ariyani Sismin S, Prof. Dr. Iis Arifiantini.

7. Teman-teman Avenzoar, penghuni Sylvasari, dan Villa Coklat yang telah memberikan dukungan dan semangatnya

Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan sumbangan terhadap ilmu pengetahuan. Akhirnya, semoga skripsi ini memberikan manfaat baik bagi penulis maupun bagi pembaca.

.

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

METODE 5

Bahan 5

Alat 5

Prosedur Analisis Data 7

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

SIMPULAN DAN SARAN 11

Simpulan 11

Saran 11

DAFTAR PUSTAKA 11

(11)

DAFTAR TABEL

1 Perhitungan butir darah merah (x106/mm3) ayam petelur yang dicekok

ekstrak etanol daun kemangi (mg/kg bb) 8

2 Perhitungan PCV (%) ayam petelur yang dicekok ekstrak etanol daun

kemangi (mg/kg bb) 9

3 Perhitungan Hb (g/dL) ayam petelur yang dicekok ekstrak etanol daun

kemangi (mg/kg bb) 10

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil analisis statistik jumlah butir darah merah perlakuan 16

2 Hasil analisis statistik PCV perlakuan 18

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ternak unggas yang banyak dikembangkan untuk memproduksi telur ialah ayam petelur. Ayam petelur merupakan penghasil telur terbesar di Indonesia. Ayam petelur mempunyai bobot badan antara 1.5-2.5 kg. Dalam satu tahun, ayam petelur mampu berproduksi antara 250-280 butir dengan bobot telur antara 50-60 g/butir (Sudarmono 2003).

Setiap hari, ayam petelur membutuhkan nutrisi yang cukup untuk menghasilkan telur yang mempunyai kualitas yang baik dan memiliki nilai gizi yang tinggi. Telur yang dihasilkan mempunyai bobot kurang lebih 3% dari bobot induknya. Oleh karena itu, kondisi tubuh dan nutrisi sesuai kebutuhan ayam petelur mutlak dipenuhi secara optimal. Pemenuhan nutrisi tubuh dapat diperoleh melalui feed supplement (pelengkap pakan) dan feed additive (imbuhan pakan) (Priyono 2009). Imbuhan pakan adalah suatu bahan yang dicampurkan di dalam pakan yang dapat memengaruhi kesehatan, produktivitas, dan keadaan gizi ternak, meskipun bahan tersebut bukan untuk mencukupi kebutuhan zat gizi (Adams 2000). Imbuhan pakan yang sudah umum digunakan dalam industri perunggasan ialah antibiotik, enzim, prebiotik, probiotik, asam organik, flavor, pewarna, dan antioksidan (Sinurat et al. 2009).

Saat ini, imbuhan pakan untuk hewan yang berasal dari bahan-bahan tradisional semakin banyak digunakan. Hal tersebut disebabkan oleh khasiat tanaman tradisional yang ampuh serta harganya lebih murah dan mudah didapat di berbagai daerah, khususnya untuk peternak yang berada di daerah pedesaan (Wafiatiningsih dan Bariroh 2010). Tanaman tradisional digunakan sebagai imbuhan pakan untuk meningkatkan performans dan kesehatan ayam sehingga dihasilkan produk yang berkualitas baik dan aman untuk dikonsumsi (Rahayu dan Budiman 2005). Imbuhan pakan diharapkan dapat memperbaiki fungsi fisiologis dan metabolisme tubuh ayam petelur.

(13)

2

oksidasi radikal bebas dan stress nitrative (Wang et al. 2010). Sementara itu, turunan flavonoid (flavonolignan) merupakan agen potensial antihepatotoksik (Ifeanyi 2012).

Mengingat laju metabolisme ayam petelur yang tinggi, maka ayam petelur perlu diberikan imbuhan pakan. Imbuhan pakan yang diberikan ke ayam petelur diharapkan dapat memperbaiki fungsi fisiologisnya. Penelitian ini dilakukan untuk mengamati status fisiologis ayam petelur yang diberi imbuhan pakan ekstrak etanol daun kemangi melalui pengamatan variabel gambaran darah merah.

Tujuan

Penelitian ini dilakukan untuk mengamati status fisiologis ayam petelur yang diberi ekstrak etanol daun kemangi melalui pengamatan variabel gambaran darah merah. Berbagai variabel penghitungan darah yang terangkum dalam penghitungan darah lengkap dapat memberikan informasi mengenai status kesehatan ayam yang dicekok ekstrak etanol daun kemangi.

Manfaat

Manfaat penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol daun kemangi terhadap status fisiologis ayam petelur yang tergambar melalui gambaran darah merah. Penelitian ini diharapkan menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya mengenai pemberian ekstrak etanol daun kemangi pada ayam petelur.

TINJAUAN PUSTAKA

Ayam Petelur

Ayam petelur merupakan ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk diambil telurnya. Ayam petelur mempunyai keunggulan, yaitu laju pertumbuhannya sangat pesat dibanding ayam kampung. Ayam petelur mampu memanfaatkan ransum pakan sangat baik (Sudarmono 2003). Peningkatan kandungan energi pakan ayam petelur dapat meningkatkan performans pada semua umur ayam petelur (Frikha et al. 2009).

Periode bertelur ayam petelur dapat berlangsung selama 13-14 bulan atau hingga ayam berumur 19-20 bulan. Ayam petelur mulai produksi telur pada umur 18 minggu atau 4.5 bulan. Ayam petelur mempunyai kemampuan berproduksi antara 250-280 butir/tahun dengan bobot telur antara 50-60 g/butir (Sudarmono 2003). Selama periode bertelur, ayam petelur mudah mengalami cekaman.

Perkembangan variasi ayam petelur terjadi sangat pesat. Beberapa tahun terakhir, ayam petelur organik telah dikembangkan. Ayam petelur organik untuk produksi telur organik harus dipelihara menggunakan pencahayaan alami (Gunnarson et al. 2008).

(14)

3 istirahat yang lebih tinggi daripada ayam yang dipelihara secara ekstensif. Ayam petelur yang dipelihara secara organik mempunyai status kesejahteraan yang lebih baik daripada ayam petelur yang dipelihara secara anorganik. Status kekebalan aktivitas bakterisidal menunjukkan nilai yang tinggi pada ayam organik dan nilai haptoglobin yang rendah pada ayam petelur organik. Limfosit pada ayam organik memiliki nilai yang tinggi sehingga mengurangi rasio heterofil per limfosit (H/L) dalam ayam organik (Mugnai et al. 2011).

Darah

Darah merupakan cairan yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Darah terdiri atas plasma dan sel-sel darah. Sel-sel darah terdiri atas butir darah merah atau eritrosit, butir darah putih atau leukosit, dan keping darah atau trombosit.

Perubahan fisiologis tubuh dapat mengakibatkan gambaran darah juga berubah. Perubahan fisiologis ini dapat disebabkan secara internal dan eksternal. Perubahan secara internal dapat berupa pertambahan umur, status gizi, kesehatan, stres, siklus estrus, dan suhu tubuh. Sementara itu, perubahan secara eksternal dapat disebabkan oleh infeksi dan perubahan suhu lingkungan (Mugi 2003).

Butir darah merah merupakan bagian dari darah yang mempunyai fungsi utama sebagai pembawa hemoglobin. Hemoglobin berfungsi mengangkut oksigen dari paru-paru menuju jaringan (Guyton & Hall 2006). Butir darah merah terdiri atas 61% air, 32% protein, 7% karbohidrat, dan 0.4% air (Weiss & Wardrop 2010).

Butir darah merah bangsa burung berbentuk oval dan memiliki inti. Butir darah merah dewasa yang berbentuk sel elips berukuran antara 12–6 µm banyak terdapat di pembuluh darah perifer. Eritropoiesis (pembentukan butir darah merah) unggas terjadi di intravaskular atau intrasinusoidal. Rubrisite (butir darah merah muda) terkadang dapat ditemukan pada darah perifer pada unggas sehat. Butir darah merah unggas mempunyai sitoplasma eosinofilik yang homogen dan inti sel dengan pola kromatin kental (Weiss & Wardrop 2010).

Hematokrit atau packed cell volume (PCV) adalah persentase butir darah merah yang ada dalam darah (Guyton & Hall 2006). Hal ini berarti apabila hewan memiliki nilai hematokrit 40 berarti jumlah butir darah merah pada hewan tersebut adalah 40% dan sisanya adalah plasma darah 60%. Darah yang diberi antikoagulan dan kemudian disentrifugasi akan memisahkan bagian darah berdasarkan bobotnya. Butir-butir darah akan mengendap sedangkan plasma darah akan berada di atasnya. Pada darah normal, butir-butir darah akan menempati 0.45 bagian dari volume keseluruhan yang disebut hematokrit.

Nilai hematokrit sangat bervariasi bergantung pada aktivitas tubuh, ketinggian tempat, dan anemia. Hematokrit termasuk dalam parameter yang digunakan untuk menilai keadaan anaemia suatu hewan. Meningkatnya persentase hematokrit dapat disebabkan oleh leukosis limfoid (Al-Sadi dan Hussein 2010).

(15)

4

Hemoglobin merupakan komponen butir darah merah yang berfungsi sebagai pengikat oksigen. Sintesis hemoglobin dimulai dalam proerythroblasts dan terus menerus dibentuk sampai ke tahap retikulosit dari proses pembentukan butir darah merah (Guyton & Hall 2006). Hemoglobin terdiri atas kompleks protein besi-porfirin. Kompleks protein besi–porfirin,termasuk mioglobin dan heme, mengandung enzim katalase, peroksidase, dan sitokrom (Weiss & Wardrop 2010).

Hemoglobin yang terkandung dalam butir darah merah tidak terpengaruh oleh penambahan arginin pada pakan ayam petelur (Al-Hassani dan Ali 2011). Sistem pemeliharaan organik mempunyai nilai jumlah butir darah merah tinggi, hemoglobin, dan nilai hematokrit (Mugnai et al. 2011).

Kemangi

Menurut Pitojo (1996), tanaman kemangi termasuk dalam divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Dicotyledonae, ordo Amaranthaceae, famili Labiatae, genus Ocimum, dan spesies Ocimum basilicum forma citratum. Kemangi merupakan jenis tanaman yang banyak terdapat di Indonesia. Menurut Deschamps dan Simon (2006), tanaman kemangi dapat tumbuh di daerah tropis maupun subtropis. Kemangi mempunyai tingkat kesesuaian lingkungan cukup tinggi, mampu tumbuh di daerah dengan curah hujan tinggi antara 1500–400 mm/tahun dan di berbagai macam jenis tanah pada ketinggian antara 5–1500 m dpl.

Tanaman kemangi memiliki rasa agak manis, bersifat dingin, berbau harum, dan menyegarkan (Hariana 2008). Tanaman kemangi mempunyai khasiat menghilangkan bau badan dan mulut, air susu ibu (ASI) kurang lancar (Rosadi 2007), penambah selera makan karena adanya aroma yang dihasilkan daun kemangi (Wahyuni dan Hadipoentyanti 2006), untuk menghangatkan badan dan menghilangkan batuk (Dasgupta et al. 2004).

Tanaman kemangi mengandung berbagai jenis senyawa yang bermanfaat bagi tubuh. Berdasarkan penelitian sebelumnya, tanaman kemangi mengandung komponen utama minyak atsiri, senyawa linalool, eugenol, metil khavikol, kardinen, 3-karen, a-humulen, sitral, dan trans-karofillen. Minyak atsiri yang terdapat pada daun dan buah kemangi inilah yang memberikan aroma khas dan memiliki banyak khasiat. Minyak atsiri yang terdapat pada daun kemangi berkhasiat sebagai antijamur (Gunardi dan Dewi 2010) dan aromaterapi (Muchtaridi 2008). Minyak atsiri daun kemangi juga memiliki aktivitas antibakteri (Maryati et al. 2007; Stanko et al. 2010). Selain itu, kemangi juga mengandung senyawa flavonoid (Vieira et al. 2003). Flavonoid bermanfaat sebagai antiradikal bebas (Wang et al. 2010).

METODE

Tempat dan Waktu

(16)

5 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini ialah kandang ayam, tempat pakan dan minum, blender, oven, spuit 3 mL, kapas, tabung reaksi, ice pack, alat sentrifugasi, pipet, pipet pengencer butir darah merah, aspirator, tisu, hemositometer, hand tally (penghitung jumlah sel darah merah), cawan, gunting, selotip, marker, kertas label, pipet mikrokapiler, alat penghitung, penyumbat tabung kapiler (crestaseal), international micro capillary reader, spektofotometer, dan mikroskop cahaya.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah darah ayam petelur, pakan ayam, ekstrak etanol daun kemangi, desinfektan, vitamin, air, gas formalin 10% v/v, larutan rees and ecker, alkohol 70%, antikoagulan Ethylenediaminetetraacetic acid(EDTA), dan reagen hemoglobin.

Tahap Persiapan

Persiapan Kandang Penelitian

Kandang ayam yang digunakan pada penelitian ini ialah kandang dengan sistem baterai. Setiap perlakuan, ayam penelitian ditempatkan pada satu kandang individu. Satu minggu sebelum penelitian, seluruh dinding dan lantai kandang penelitian didesinfeksi dengan desinfektan kelompok fenol sintetik dan difumigasi dengan gas formalin 10% v/v.

Hewan Percobaan

Penelitian ini menggunakan 12 ekor ayam petelur strain Brown Leghorn berumur 16 minggu yang dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan. Ayam petelur diberi makan sesuai kebutuhan nutrisi ayam tersebut. Sementara itu, minum yang diberikan ad libitum.

Aklimatisasi

(17)

6

Pembuatan ekstrak kemangi

Pembuatan ekstrak diawali dengan pembuatan simplisia. Simplisia dibuat dengan cara memasukkan daun kemangi ke dalam oven yang bersuhu 50°C selama 24 jam. Setelah itu, daun kemangi yang telah dioven dan telah kering digiling dengan blender sampai berbentuk serbuk halus (simplisia). Pembuatan ekstrak etanol daun kemangi dilakukan dengan cara maserasi, yaitu merendam simplisia daun kemangi ke dalam etanol 70%. Perbandingan simplisia dan etanol ialah 1 kg simplisia berbanding 10 L etanol. Masa perendaman simplisia selama 3 hari. Selama masa perendaman, campuran simplisia daun kemangi dan etanol diaduk secara berkelanjutan setiap jam sekali. Campuran yang telah direndam disaring dengan kain kasa untuk memperoleh filtrat hasil perendaman. Selanjutnya, filtrat dimasukan ke dalam rotary evaporator untuk mendapatkan ekstrak etanol daun kemangi dalam bentuk pasta.

Tahap Pelaksanaan

Rancangan percobaan

Metode percobaan yang digunakan dalam penelitian ini ialah rancangan acak lengkap dengan 4 kelompok perlakuan. Masing-masing perlakuan terdiri atas 3 kali ulangan. Perlakuan tersebut ialah ayam petelur yang dicekok akuades (Kontrol), ayam petelur dicekok ekstrak etanol daun kemangi dosis 1 mg/kg bb (P1), ayam petelur dicekok ekstrak etanol daun kemangi dosis 2 mg/kg bb (P2), ayam petelur dicekok ekstrak etanol daun kemangi dosis 3 mg/kg bb (P3).

Pengambilan sampel

Sampel darah diambil 10 hari sekali. Darah ayam penelitian mulai diambil pada minggu kedua penelitian saat ayam berumur 17 minggu sampai ayam berumur 20 minggu. Pengambilan darah dilakukan melalui vena axillaris menggunakan spuit 3 mL sebanyak 1-2 mL darah ayam petelur. Darah yang sudah terkoleksi langsung dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah dilapisi antikoagulan EDTA. Tabung tersebut ditutup menggunakan sumbat dan diberi label sesuai dengan perlakuan. Kemudian, tabung dimasukkan ke dalam kotak pendingin dan dibawa ke Laboratorium Fisiologi untuk pemeriksaan darah.

Perhitungan Butir darah merah, Hematokrit, dan Hemoglobin

(18)

7 homogen, cairan yang ada di dalam pipet dibuang sedikit. Selanjutnya, hasil pengenceran diteteskan ke dalam kamar hitung dengan cara menyentuhkan ujung pipet butir darah merah pada tepi kaca penutup hemositometer. Kemudian, hemositometer didiamkan beberapa detik agar sel-sel darah merah mengendap pada dasar kamar hitung. Kamar hitung yang telah terisi butir darah merah diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran 400 kali. Jumlah butir darah merah yang dihitung adalah butir darah merah yang berada pada kotak butir darah merah pojok kanan atas, pojok kanan bawah, pojok kiri atas, pojok kiri bawah, dan satu kotak yang tepat berada di tengah. Jumlah butir darah merah ialah jumlah dari penghitungan lima kotak tersebut dikalikan dengan 5000 per mm3.

Pembacaan nilai hematokrit atau pack cell volume (PCV) dilakukan menggunakan international micro capillary reader. Pembacaan nilai hematokrit dimulai dari pengambilan sampel darah dengan cara menempelkan bagian ujung dari tabung mikro ke dalam darah. Posisi ujung tabung mikro hampir mendatar dan bagian pangkal tabung dikosongkan kira-kira 1 cm. Setelah terisi darah, bagian ujung tabung disumbat dengan crestaseal. Tabung mikro yang telah berisi sampel darah disentrifuse selama 5 menit dengan kecepatan 12.000 rpm. Hasil sentrifugasi sampel darah dibaca menggunakan international micro capillary reader.

Pengukuran kadar hemoglobin dilakukan dengan metode Cyanmethemoglobin. Metode ini dilakukan dengan mencampurkan reagen hemoglobin 2.5 mL dengan sampel darah 10 µL di dalam tabung. Hasil campuran reagen hemoglobin dan darah dibaca pada fotometer dengan panjang gelombang 540 nm sehingga didapatkan absorban. Kadar hemoglobin diperoleh dengan cara absorban x 36.8 g Hb/100 mL. Kadar Hemoglobin (g%)= Absorban x 36.8 g Hb/100 mL.

Parameter yang Diamati

Parameter yang diamati dari penelitian ini ialah jumlah sel darah merah, nilai hematokrit, dan kadar hemoglobin.

Prosedur Analisis Data

Data hasil penelitian dianalisis menggunakan metode analisis of variance (Anova) dan dilanjutkan dengan uji Duncan untuk melihat perbedaan antarperlakuan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ayam petelur yang digunakan untuk penelitian diaklimatisasikan selama 1 minggu. Satu hari sebelum periode aklimatisasi berakhir, dilakukan pengambilan darah ayam petelur untuk perhitungan nilai jumlah butir darah merah, persentase hematokrit, dan nilai hemoglobin (Hb) sebagai acuan pertama penelitian. Hasil penelitian selama aklimatisasi menunjukkan bahwa rataan jumlah butir darah merah ayam petelur ialah sebesar 1.960.53 juta/mm3

(19)

8

Butir Darah Merah

Jumlah butir darah merah (BDM) pada penelitian ini menunjukkan hasil yang bervariasi. Secara keseluruhan, jumlah BDM ayam penelitian menunjukkan nilai yang cenderung menurun setiap minggu pada semua perlakuan yang dicekok kemangi. Jumlah BDM yang dihitung pada minggu pertama penelitian atau satu minggu sebelum bertelur menunjukkan hasil yang secara deskriptif menurun (P<0.05) pada perlakuan ayam petelur yang dicekok ekstrak etanol daun kemangi 3 mg/kg bb. Jumlah BDM pada perlakuan ayam petelur yang dicekok ekstrak etanol daun kemangi 1 mg/kg bb menunjukkan hasil yang lebih baik meskipun tidak berbeda nyata (P>0.05) dengan perlakuan ayam petelur yang dicekok ekstrak etanol daun kemangi 2 mg/kg bb. Jumlah BDM pada minggu kedua penelitian menunjukkan hasil yang lebih menurun (P<0.05) pada perlakuan ayam yang dicekok ekstrak etanol daun kemangi 1 mg/kg bb. Pada minggu terakhir penelitian, semua perlakuan menunjukkan hasil lebih menurun (P<0.05) dibandingkan kontrol. Kisaran normal Jumlah BDM pada ayam adalah 2.5-3.5 juta/mm3 (Weiss dan Wardrop 2010). Perhitungan rataan jumlah BDM ayam petelur selama penelitian disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Perhitungan butir darah merah (x106/mm3) ayam petelur yang dicekok ekstrak etanol daun kemangi (mg/kg bb)

Pengambilan darah ke-

Dosis pemberian ekstrak etanol daun kemangi (mg/kg bb)

K P1 P2 P3

1 2.620.16a 2.560.30a 2.270.5a 1.610.10b 2 2.010.35a 1. 890.24b 2.340.09a 2.570.29a 3 2.710.20a 1.790.29b 1.600.21b 1.740.16b Keterangan: Huruf superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang

nyata pada taraf p<0.05%

Pemberian ekstrak etanol daun kemangi 1 mg/kg bb pada minggu pertama penelitian atau satu minggu sebelum bertelur dapat mempertahankan jumlah butir darah merah dan meningkatkan produksi telur. Pemberian ekstrak etanol daun kemangi 1 mg/kg bb dapat mengurangi cekaman pada ayam petelur saat pertama kali bertelur sehingga butir darah merah ayam perlakuan tidak mengalami penurunan. Pemberian ekstrak etanol daun kemangi dengan dosis tinggi dan waktu yang lama dapat menurunkan jumlah butir darah merah ayam petelur.

(20)

9 termasuk air ekstraseluler (Podymow et al. 2010). Intoksikasi (keracunan) pada ayam petelur juga dapat memengaruhi perubahan parameter darah karena paparan racun yang memapar tubuh dapat memengaruhi fungsi hati dan ginjal sebagai organ hematopoiesis (Fernandez et al.1995).

Faktor yang dapat memengaruhi pembentukan butir darah merah adalah protein, vitamin B2, B12, dan folic acid. Protein berperan sebagai komponen sel darah merah. Vitamin B2 berperan dalam mengaktifkan asam folat menjadi koenzim. Vitamin B12 berperan dalam pematangan sel darah merah serta asam folat berperan dalam sintesis DNA (Deoxyribonucleatide acid) dan pematangan sel darah merah (Piliang dan Djojosoebagio 2006).

Sumsum tulang, hati, dan limpa berfungsi kooperatif sebagai hematopoiesis pada hewan dewasa (Weiss dan Wardrop 2010). Menurut Choudari dan Deshmukh (2007), perubahan pada parameter darah dapat disebabkan oleh perubahan pada integritas seluler, permeabilitas membran sel, dan paparan racun kimia.

Flavonoid yang terkandung dalam ekstrak etanol daun kemangi memengaruhi rendahnya jumlah butir darah merah yang teramati. Menurut Zhou et al. (2012), total flavonoid dapat menurunkan jumlah sel darah merah, hemoglobin, hematokrit, mean corpuscular hemoglobin (MCH), jangkauan pergerakan elektroporesis sel darah merah, indeks agregasi sel darah merah, viskositas plasma, jumlah viskositas darah, meningkatkan indeks perubahan bentuk sel darah merah, dan level eritropoietin di serum. Flavonoid juga meningkatkan pH, pO2, SpO2, pCO2 di arteri darah, Na, HCO3-, Cl-, tetapi flavonoid menurunkan konsentrasi K. Total flavonoid meningkatkan tekanan arteri rata-rata, tekanan sistolik ventrikel kiri, tekanan akhir diastolik, menurunkan denyut jantung, dan melindungi morfologi ventrikel kanan (Zhou et al. 2012).

Hematokrit

(21)

10

Tabel 2 Perhitungan PCV (%)ayam petelur yang dicekok ekstrak etanol daun kemangi (mg/kg bb)

Pengambilan darah ke-

Dosis pemberian ekstrak etanol daun kemangi (mg/kg bb)

K P1 P2 P3

1 28.334.06a 27.085.20a 28.172.02a 27.672.98a 2 24.174.62a 25.671.04a 23.831.26a 24.581.91a 3 24.080.88a 23.332.89a 23.421.38a 22.580.80a Keterangan: Huruf superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang

nyata pada taraf p<0.05%

Nilai hematokrit darah ayam petelur dapat dipengaruhi oleh pakan yang dikonsumsi. Penambahan probiotik pada pakan ayam petelur dapat meningkatkan bobot badan, PCV, konsentrasi hemoglobin, jumlah total leukosit, dan total absolut limfosit (Ezema et al. 2012). Zat aktif ekstrak etanol daun kemangi berupa flavonoid secara deskriptif tidak mengganggu nilai hematokrit ayam petelur. Nilai hematokrit hasil penelitian ini masih berada pada kisaran normal. Menurut Weiss dan Wardrop (2010), nilai hematokrit normal pada ayam berkisar antara 22-35%. Menurut Olanrewaju et al. (2011), kenaikan tekanan dan jumlah oksigen dalam darah tidak memengaruhi jumlah hematokrit darah.

Hemoglobin

Hemoglobin berkaitan erat dengan butir darah merah dan hematokrit. Hemoglobin merupakan protein sederhana, pemberi warna merah pada butir darah merah, dan berfungsi dalam mengikat oksigen. Rataan hemoglobin ayam petelur penelitian disajikan pada Tabel 3. Berdasarkan analisis ragam, cenderung tidak ada pengaruh nyata kadar hemoglobin antarperlakuan. Hal ini menunjukkan bahwa secara statistik penambahan ekstrak etanol daun kemangi cenderung tidak memengaruhi nilai hemoglobin ayam. Kadar hemoglobin ayam setiap perlakuan berkisar antara 8.971.13 sampai 15.472.85 g/dL. Menurut Weiss dan Wardrop (2010), kadar hemoglobin normal adalah 7-13 g/dL. Kadar hemoglobin ayam yang dicekok dengan ekstrak etanol daun kemangi 1 mg/kg bb di minggu pertama penelitian secara deskriptif terdapat nilai hemoglobin yang relatif tinggi pada pecobaan meski tidak berbeda secara statistik. Rataan kadar hemoglobin ayam penelitian disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Perhitungan Hb(g/dL)ayam petelur yang dicekok ekstrak etanol daun kemangi (mg/kgbb)

Pengambilan darah ke-

Dosis pemberian ekstrak etanol daun kemangi (mg/kg bb)

0 1 2 3

1 11.741.44a 15.472.85a 11.601.69a 15.153.79a 2 10.311.53a 10.500.87a 9.370.59a 9.940.45a 3 9.510.45a 8.971.13a 10.623.72a 9.561.34a

(22)

11 Penggunaan ekstrak etanol daun kemangi dosis 1 mg/kg bb tidak mampu mempertahankan kadar hemoglobin dalam kondisi normal, meskipun tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Pencekokan ekstrak etanol daun kemangi pada ayam penelitian mengganggu kadar hemoglobin karena kandungan flavonoid yang terkandung dalam ekstrak etanol daun kemangi. Pemberian ekstrak etanol daun kemangi 1 mg/kg bb menyebabkan jumlah butir darah merah yang tinggi sehingga hemoglobinnya juga tinggi. Ayam yang mempunyai butir darah merah dan hemoglobin tinggi mempunyai metabolisme dalam tubuh yang cepat dan meningkatkan suhu tubuh sehingga oksigen dalam darah dibutuhkan lebih banyak karena karbondioksida dalam jaringan hasil sisa metabolisme meningkat. Menurut Guyton dan Hall (2006), kondisi darah yang mengandung oksigen sedikit menyebabkan kenaikan produksi hemoglobin.

Menurut Piliang dan Djojosoebagio (2006) bahwa asam pantotenat berperan dalam mensintesis porphyrin untuk pembentukan hemoglobin. Hemoglobin yang tinggi diduga karena ekstrak daun kemangi mengandung saponin yang berada diatas batas toleransi. Saponin memiliki kemampuan berikatan dengan atom ion bervalensi 2, dalam hal ini ion Fe2+ membentuk senyawa kompleks (Francis et al. 2002). Saponin membentuk senyawa kompleks dengan Fe2+ menyebabkan ketersediaan Fe2+ menjadi berkurang sehingga mengakibatkan kadar Hb rendah. Selain itu, adanya tannin yang mampu berikatan dengan protein juga dapat mengganggu pembentukan hemoglobin.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pemberian ekstrak etanol daun kemangi (Ocimum basilicum) dosis 1 mg/kg bb dapat meningkatkan status fisiologis ayam petelur pada minggu pertama perlakuan. Jumlah butir darah merah, nilai hematokrit, dan kadar hemoglobin ayam yang diberi ekstrak kemangi 1 mg/kg bb tidak mengalami gangguan gambaran darah merahnya. Flavonoid yang terdapat pada ekstrak etanol daun kemangi dimungkinkan bekerja dalam memperbaiki kondisi fisiologis ayam petelur.

Saran

(23)

12

DAFTAR PUSTAKA

[BMKG] Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. 2013. Prakiraan cuaca Indonesia [Terhubung Berkala]. [diunduh 2013 Jan 25]. Tersedia pada: http://infobmkg.blogspot.com/

Adams CA. 2000. The role of nutricines in health and total nutrition. Proc. Aust. Poult. Sci. Sym. 12: 17-24.

Al-Hassani, Ali SA. 2011. Effect of dietary supplementation with different levels of arginine on some blood traits of laying hens. Int. J. Poult. Sci. 10(9): 705-709.

Al-Sadi HI, Hussein EY. 2010. Cytological evaluation of bone marrow in normal laying hens and those with lymphoid leukosis. Veterinary World. 3(11):497-499.

Andarwulan N, Kurniasih D, Apriady RA, Rahmat H, Roto AV, Bolling BW. 2012. Polyphenols, carotenoids, and ascorbic acid in underutilized medicinal vegetables. Journal of Functional Foods. 4: 339-347.

Choudari CV, Deshmukh PB. 2007. Acute and subchronic toxicity study of semecarpus anacardium on haemoglobin percent and RBC count of male albino rat. Herbal Medicine Toxicol. 1: 43-45.

Dasgupta T, Rao AR, Yadava PK. 2004. Chemomodulatory efficacy of basil leaf (Ocimum basilicum) on drug metabolizing and antioxidant enzymes, and on carcinogen-induced skin and forestomach papillomagenesis. Phytomedicine. 11: 139-151.

Deschamps C, Simon JE. 2006. Terpenoid essential oil metabolism in basil (Ocimum basilicum L.) following elicitation. Journal of Essential Oil Research. 18: 618-621.

Ezema C, Ihedioha O, Ihedioha J, Okorie-Kanu C, Kamalu T. 2012. Probiotic effect of yeast (Saccharomyces cerevisiae) on haematological parameters and growth performance of pullets fed palm kernel cake-based diet. Comparative Clinical Pathology. 6: 1145-1148.

Fernandez A, Verde MT, Gomez J, Gascon M, Ramos JJ. 1995. Changes in the prothrombin time, haematology and serum proteins during experimental aflatoxicosis in hens and broiler chickens. Research in Veterinary Science. 58: 119-122.

Francis G, Kerem Z, Makkar HPS, dan Beker K. 2002. The biological action of saponin in animal system: a review. J. Brit of Nut. 88: 587-605.

Frikha M, Safaa HM, Moreno EJ, Lázaro R, Mateos GG. 2009. Influence of energy concentration and feed form of the diet on growth performance and digestive traits of brown egg-laying pullets from 1 to 120 days of age. Animal Feed Science and Technology. 153: 292–302.

Gunardi, Dewi DP. 2010. Pemisahan minyak atsiri daun kemangi (Ocimum basilicum linn) secara kromatografi lapis tipis dan aktivitasnya terhadap malassezia furfur in vitro. Media Medika Muda. 4: 63-68.

(24)

13 Guyton AC, Hall JE. 2006. Textbook of Medical Physiology. Pennsylvania:

Elsevier Inc.

Hariana A. 2008. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Depok: Penebar Swadaya Ifeanyi M. 2012. Effect of Garcinia hydroxybiflavanonols on protein synthesis in

primary cultured rat hepatocytes. Comparative Clinical Pathology. 21(2): 137-142.

Kerr MG. 2002. Veterinary Laboratory Medicine Clinical Biochemistry and Haematology second edition. Osney Nead Oxford: Blackwell Science Ltd. Kusnadi E. 2008. Pengaruh temperatur kandang terhadap konsumsi ransum dan

komponen darah ayam broiler. J.Indon.Trop.Anim.Agric. 33 (3): 197-202. Maryati, Fauzia RS, Rahayu T. 2007. Uji aktivitas antibakteri minyak atsiri daun

kemangi (Ocimum basilicum L.) terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Jurnal Penelitian Sains & Teknologi. 8(1): 30-38.

Muchtaridi. 2008. Penelitian pengembangan minyak atsiri sebagai aromaterapi dan potensinya sebagai produk sediaan farmasi. J Tek. Ind Perl. 17(3): 80-88.

Mugi HM. 2003. Jumlah butir darah merah, kadar hemoglobin dan nilai hematokrit ayam broiler yang diberi probiotik B. mix. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Mugnai C, Bosco AD, Moscati L, Battistacci L, Castellini C. 2011. Effect of genotype and husbandry system on blood parameters, oxidative and native immune status: welfare and implications on performance of organic laying hens. The Open Veterinary Science Journal. 5(Suppl 1: M4): 12-18.

Olanrewaju HA, Collier SD, Branton SL. 2011. Effects of single and combined Mycoplasma gallisepticum vaccinations on blood electrolytes and acid-base balance in commercial egg-laying hens. Poultry Science. 90: 358-363. Piliang WG, Djojosoebagio S. 2006. Fisiologi Nutrisi Volume II. Bogor: IPB

Press.

Pitojo S. 1996. Kemangi dan Selasih. Ungaran: Trubus Agriwidya.

Podymow T, Phylis A, Ayub A. 2010. Management of renal disease in pregnancy. Obstet Gynecol Clin N Am. 37: 195-210.

Priyono. 2009. Zat Additive. [Terhubung Berkala]. [diunduh 2012 Des 29]. Tersedia pada: http://www.ilmupeternakan.com/2009/02/additive.html. Rahayu I, Budiman C. 2005. Pemanfaatan tanaman tradisional sebagai feed

additive dalam upaya menciptakan budidaya ayam lokal ramah lingkungan. Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal 2005. Rosadi A. 2007. Pembuatan Permen Tablet Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum

basilicum). [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Rosmalawati N. 2008. Pengaruh Penggunaan Tepung Daun Sembung (Blumea Balsamifera) Dalam Ransum Terhadap Profil Darah Ayam Broiler Periode Finisher. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Sinurat AP, Purwadaria T, Bintang IAK, Ketaren PP, Bermawie N, Raharjo M, Rizal M. 2009. The utilization of turmeric and curcuma xanthorrhizaas feed additive for broilers. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner. 14(2): 90-96.

(25)

14

Sudarmono AS. 2003. Pedoman Pemeliharaan Ayam Ras Petelur. Yogyakarta: Kanisius.

Tao G, Irie Y, Li DJ. 2005. Eugenol and its structural analogs inhibit monoamine oxidase A and exhibit antidepressant-like activity. National Institute of Health Journal. 13(15): 4777-4788.

Vieira RF, Grayer RJ, Paton AJ. Chemical profiling of Ocimum americanum using external flavonoids. Phytochemistry. 63: 555-567.

Wafiatiningsih, Bariroh NR. 2010. Pengaruh penggunaan tepung kencur sebagai feed suplemen terhadap karkas ayam petelur jantan. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010.

Wahyuni S, Hadipoentyanti E. 2006. Kemangi sebagai sumber minyak atsiri dan peluangnya sebagai bahan parfum. Jurnal Warta. 12(2): 15-16.

Wang Na, Dan Li, Nai-Hao Lu, Lian Yi, Xiao-Wei Huang and Zhong-Hong Gao. 2010. Peroxynitrite and hemoglobin-mediated nitrative/oxidative modification of human plasma protein: effects of some flavonoids. Journal of Asian Natural Products Research. 12(4): 257–264.

Weiss DJ, Wardrop KJ, editor. 2010. Schalm’s Veterinary Hematology Sixth Edition. Iowa USA: Wiley-Blackwell.

(26)

15

RIWAYAT HIDUP

Penulis laporan penelitian ini bernama lengkap Moh. Miftahurrohman yang lahir dari pasangan Bapak H. Muksan dan Ibu Hj. Hasanatin pada tanggal 06 Juni 1990 di Pati, Jawa Tengah. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara.

Penulis diterima di Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) pada tahun 2008. Sebelum kuliah di IPB, penulis menempuh pendidikan sekolah menengah di SMP N 1 Margoyoso pada tahun 2002-2005 dilanjutkan ke SMA N 1 Tayu tahun 2005-2008. Penulis menyelesaikan karya terakhir sebagai mahasiswa S-1 dengan membuat skripsi yang berjudul “Gambaran darah merah ayam petelur pada awal masa produksi yang dicekok dengan ekstrak etanol daun

kemangi”.

(27)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ternak unggas yang banyak dikembangkan untuk memproduksi telur ialah ayam petelur. Ayam petelur merupakan penghasil telur terbesar di Indonesia. Ayam petelur mempunyai bobot badan antara 1.5-2.5 kg. Dalam satu tahun, ayam petelur mampu berproduksi antara 250-280 butir dengan bobot telur antara 50-60 g/butir (Sudarmono 2003).

Setiap hari, ayam petelur membutuhkan nutrisi yang cukup untuk menghasilkan telur yang mempunyai kualitas yang baik dan memiliki nilai gizi yang tinggi. Telur yang dihasilkan mempunyai bobot kurang lebih 3% dari bobot induknya. Oleh karena itu, kondisi tubuh dan nutrisi sesuai kebutuhan ayam petelur mutlak dipenuhi secara optimal. Pemenuhan nutrisi tubuh dapat diperoleh melalui feed supplement (pelengkap pakan) dan feed additive (imbuhan pakan) (Priyono 2009). Imbuhan pakan adalah suatu bahan yang dicampurkan di dalam pakan yang dapat memengaruhi kesehatan, produktivitas, dan keadaan gizi ternak, meskipun bahan tersebut bukan untuk mencukupi kebutuhan zat gizi (Adams 2000). Imbuhan pakan yang sudah umum digunakan dalam industri perunggasan ialah antibiotik, enzim, prebiotik, probiotik, asam organik, flavor, pewarna, dan antioksidan (Sinurat et al. 2009).

Saat ini, imbuhan pakan untuk hewan yang berasal dari bahan-bahan tradisional semakin banyak digunakan. Hal tersebut disebabkan oleh khasiat tanaman tradisional yang ampuh serta harganya lebih murah dan mudah didapat di berbagai daerah, khususnya untuk peternak yang berada di daerah pedesaan (Wafiatiningsih dan Bariroh 2010). Tanaman tradisional digunakan sebagai imbuhan pakan untuk meningkatkan performans dan kesehatan ayam sehingga dihasilkan produk yang berkualitas baik dan aman untuk dikonsumsi (Rahayu dan Budiman 2005). Imbuhan pakan diharapkan dapat memperbaiki fungsi fisiologis dan metabolisme tubuh ayam petelur.

(28)

2

oksidasi radikal bebas dan stress nitrative (Wang et al. 2010). Sementara itu, turunan flavonoid (flavonolignan) merupakan agen potensial antihepatotoksik (Ifeanyi 2012).

Mengingat laju metabolisme ayam petelur yang tinggi, maka ayam petelur perlu diberikan imbuhan pakan. Imbuhan pakan yang diberikan ke ayam petelur diharapkan dapat memperbaiki fungsi fisiologisnya. Penelitian ini dilakukan untuk mengamati status fisiologis ayam petelur yang diberi imbuhan pakan ekstrak etanol daun kemangi melalui pengamatan variabel gambaran darah merah.

Tujuan

Penelitian ini dilakukan untuk mengamati status fisiologis ayam petelur yang diberi ekstrak etanol daun kemangi melalui pengamatan variabel gambaran darah merah. Berbagai variabel penghitungan darah yang terangkum dalam penghitungan darah lengkap dapat memberikan informasi mengenai status kesehatan ayam yang dicekok ekstrak etanol daun kemangi.

Manfaat

Manfaat penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol daun kemangi terhadap status fisiologis ayam petelur yang tergambar melalui gambaran darah merah. Penelitian ini diharapkan menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya mengenai pemberian ekstrak etanol daun kemangi pada ayam petelur.

TINJAUAN PUSTAKA

Ayam Petelur

Ayam petelur merupakan ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk diambil telurnya. Ayam petelur mempunyai keunggulan, yaitu laju pertumbuhannya sangat pesat dibanding ayam kampung. Ayam petelur mampu memanfaatkan ransum pakan sangat baik (Sudarmono 2003). Peningkatan kandungan energi pakan ayam petelur dapat meningkatkan performans pada semua umur ayam petelur (Frikha et al. 2009).

Periode bertelur ayam petelur dapat berlangsung selama 13-14 bulan atau hingga ayam berumur 19-20 bulan. Ayam petelur mulai produksi telur pada umur 18 minggu atau 4.5 bulan. Ayam petelur mempunyai kemampuan berproduksi antara 250-280 butir/tahun dengan bobot telur antara 50-60 g/butir (Sudarmono 2003). Selama periode bertelur, ayam petelur mudah mengalami cekaman.

Perkembangan variasi ayam petelur terjadi sangat pesat. Beberapa tahun terakhir, ayam petelur organik telah dikembangkan. Ayam petelur organik untuk produksi telur organik harus dipelihara menggunakan pencahayaan alami (Gunnarson et al. 2008).

(29)

2

oksidasi radikal bebas dan stress nitrative (Wang et al. 2010). Sementara itu, turunan flavonoid (flavonolignan) merupakan agen potensial antihepatotoksik (Ifeanyi 2012).

Mengingat laju metabolisme ayam petelur yang tinggi, maka ayam petelur perlu diberikan imbuhan pakan. Imbuhan pakan yang diberikan ke ayam petelur diharapkan dapat memperbaiki fungsi fisiologisnya. Penelitian ini dilakukan untuk mengamati status fisiologis ayam petelur yang diberi imbuhan pakan ekstrak etanol daun kemangi melalui pengamatan variabel gambaran darah merah.

Tujuan

Penelitian ini dilakukan untuk mengamati status fisiologis ayam petelur yang diberi ekstrak etanol daun kemangi melalui pengamatan variabel gambaran darah merah. Berbagai variabel penghitungan darah yang terangkum dalam penghitungan darah lengkap dapat memberikan informasi mengenai status kesehatan ayam yang dicekok ekstrak etanol daun kemangi.

Manfaat

Manfaat penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol daun kemangi terhadap status fisiologis ayam petelur yang tergambar melalui gambaran darah merah. Penelitian ini diharapkan menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya mengenai pemberian ekstrak etanol daun kemangi pada ayam petelur.

TINJAUAN PUSTAKA

Ayam Petelur

Ayam petelur merupakan ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk diambil telurnya. Ayam petelur mempunyai keunggulan, yaitu laju pertumbuhannya sangat pesat dibanding ayam kampung. Ayam petelur mampu memanfaatkan ransum pakan sangat baik (Sudarmono 2003). Peningkatan kandungan energi pakan ayam petelur dapat meningkatkan performans pada semua umur ayam petelur (Frikha et al. 2009).

Periode bertelur ayam petelur dapat berlangsung selama 13-14 bulan atau hingga ayam berumur 19-20 bulan. Ayam petelur mulai produksi telur pada umur 18 minggu atau 4.5 bulan. Ayam petelur mempunyai kemampuan berproduksi antara 250-280 butir/tahun dengan bobot telur antara 50-60 g/butir (Sudarmono 2003). Selama periode bertelur, ayam petelur mudah mengalami cekaman.

Perkembangan variasi ayam petelur terjadi sangat pesat. Beberapa tahun terakhir, ayam petelur organik telah dikembangkan. Ayam petelur organik untuk produksi telur organik harus dipelihara menggunakan pencahayaan alami (Gunnarson et al. 2008).

(30)

3 istirahat yang lebih tinggi daripada ayam yang dipelihara secara ekstensif. Ayam petelur yang dipelihara secara organik mempunyai status kesejahteraan yang lebih baik daripada ayam petelur yang dipelihara secara anorganik. Status kekebalan aktivitas bakterisidal menunjukkan nilai yang tinggi pada ayam organik dan nilai haptoglobin yang rendah pada ayam petelur organik. Limfosit pada ayam organik memiliki nilai yang tinggi sehingga mengurangi rasio heterofil per limfosit (H/L) dalam ayam organik (Mugnai et al. 2011).

Darah

Darah merupakan cairan yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Darah terdiri atas plasma dan sel-sel darah. Sel-sel darah terdiri atas butir darah merah atau eritrosit, butir darah putih atau leukosit, dan keping darah atau trombosit.

Perubahan fisiologis tubuh dapat mengakibatkan gambaran darah juga berubah. Perubahan fisiologis ini dapat disebabkan secara internal dan eksternal. Perubahan secara internal dapat berupa pertambahan umur, status gizi, kesehatan, stres, siklus estrus, dan suhu tubuh. Sementara itu, perubahan secara eksternal dapat disebabkan oleh infeksi dan perubahan suhu lingkungan (Mugi 2003).

Butir darah merah merupakan bagian dari darah yang mempunyai fungsi utama sebagai pembawa hemoglobin. Hemoglobin berfungsi mengangkut oksigen dari paru-paru menuju jaringan (Guyton & Hall 2006). Butir darah merah terdiri atas 61% air, 32% protein, 7% karbohidrat, dan 0.4% air (Weiss & Wardrop 2010).

Butir darah merah bangsa burung berbentuk oval dan memiliki inti. Butir darah merah dewasa yang berbentuk sel elips berukuran antara 12–6 µm banyak terdapat di pembuluh darah perifer. Eritropoiesis (pembentukan butir darah merah) unggas terjadi di intravaskular atau intrasinusoidal. Rubrisite (butir darah merah muda) terkadang dapat ditemukan pada darah perifer pada unggas sehat. Butir darah merah unggas mempunyai sitoplasma eosinofilik yang homogen dan inti sel dengan pola kromatin kental (Weiss & Wardrop 2010).

Hematokrit atau packed cell volume (PCV) adalah persentase butir darah merah yang ada dalam darah (Guyton & Hall 2006). Hal ini berarti apabila hewan memiliki nilai hematokrit 40 berarti jumlah butir darah merah pada hewan tersebut adalah 40% dan sisanya adalah plasma darah 60%. Darah yang diberi antikoagulan dan kemudian disentrifugasi akan memisahkan bagian darah berdasarkan bobotnya. Butir-butir darah akan mengendap sedangkan plasma darah akan berada di atasnya. Pada darah normal, butir-butir darah akan menempati 0.45 bagian dari volume keseluruhan yang disebut hematokrit.

Nilai hematokrit sangat bervariasi bergantung pada aktivitas tubuh, ketinggian tempat, dan anemia. Hematokrit termasuk dalam parameter yang digunakan untuk menilai keadaan anaemia suatu hewan. Meningkatnya persentase hematokrit dapat disebabkan oleh leukosis limfoid (Al-Sadi dan Hussein 2010).

(31)

4

Hemoglobin merupakan komponen butir darah merah yang berfungsi sebagai pengikat oksigen. Sintesis hemoglobin dimulai dalam proerythroblasts dan terus menerus dibentuk sampai ke tahap retikulosit dari proses pembentukan butir darah merah (Guyton & Hall 2006). Hemoglobin terdiri atas kompleks protein besi-porfirin. Kompleks protein besi–porfirin,termasuk mioglobin dan heme, mengandung enzim katalase, peroksidase, dan sitokrom (Weiss & Wardrop 2010).

Hemoglobin yang terkandung dalam butir darah merah tidak terpengaruh oleh penambahan arginin pada pakan ayam petelur (Al-Hassani dan Ali 2011). Sistem pemeliharaan organik mempunyai nilai jumlah butir darah merah tinggi, hemoglobin, dan nilai hematokrit (Mugnai et al. 2011).

Kemangi

Menurut Pitojo (1996), tanaman kemangi termasuk dalam divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Dicotyledonae, ordo Amaranthaceae, famili Labiatae, genus Ocimum, dan spesies Ocimum basilicum forma citratum. Kemangi merupakan jenis tanaman yang banyak terdapat di Indonesia. Menurut Deschamps dan Simon (2006), tanaman kemangi dapat tumbuh di daerah tropis maupun subtropis. Kemangi mempunyai tingkat kesesuaian lingkungan cukup tinggi, mampu tumbuh di daerah dengan curah hujan tinggi antara 1500–400 mm/tahun dan di berbagai macam jenis tanah pada ketinggian antara 5–1500 m dpl.

Tanaman kemangi memiliki rasa agak manis, bersifat dingin, berbau harum, dan menyegarkan (Hariana 2008). Tanaman kemangi mempunyai khasiat menghilangkan bau badan dan mulut, air susu ibu (ASI) kurang lancar (Rosadi 2007), penambah selera makan karena adanya aroma yang dihasilkan daun kemangi (Wahyuni dan Hadipoentyanti 2006), untuk menghangatkan badan dan menghilangkan batuk (Dasgupta et al. 2004).

Tanaman kemangi mengandung berbagai jenis senyawa yang bermanfaat bagi tubuh. Berdasarkan penelitian sebelumnya, tanaman kemangi mengandung komponen utama minyak atsiri, senyawa linalool, eugenol, metil khavikol, kardinen, 3-karen, a-humulen, sitral, dan trans-karofillen. Minyak atsiri yang terdapat pada daun dan buah kemangi inilah yang memberikan aroma khas dan memiliki banyak khasiat. Minyak atsiri yang terdapat pada daun kemangi berkhasiat sebagai antijamur (Gunardi dan Dewi 2010) dan aromaterapi (Muchtaridi 2008). Minyak atsiri daun kemangi juga memiliki aktivitas antibakteri (Maryati et al. 2007; Stanko et al. 2010). Selain itu, kemangi juga mengandung senyawa flavonoid (Vieira et al. 2003). Flavonoid bermanfaat sebagai antiradikal bebas (Wang et al. 2010).

METODE

Tempat dan Waktu

(32)

4

Hemoglobin merupakan komponen butir darah merah yang berfungsi sebagai pengikat oksigen. Sintesis hemoglobin dimulai dalam proerythroblasts dan terus menerus dibentuk sampai ke tahap retikulosit dari proses pembentukan butir darah merah (Guyton & Hall 2006). Hemoglobin terdiri atas kompleks protein besi-porfirin. Kompleks protein besi–porfirin,termasuk mioglobin dan heme, mengandung enzim katalase, peroksidase, dan sitokrom (Weiss & Wardrop 2010).

Hemoglobin yang terkandung dalam butir darah merah tidak terpengaruh oleh penambahan arginin pada pakan ayam petelur (Al-Hassani dan Ali 2011). Sistem pemeliharaan organik mempunyai nilai jumlah butir darah merah tinggi, hemoglobin, dan nilai hematokrit (Mugnai et al. 2011).

Kemangi

Menurut Pitojo (1996), tanaman kemangi termasuk dalam divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Dicotyledonae, ordo Amaranthaceae, famili Labiatae, genus Ocimum, dan spesies Ocimum basilicum forma citratum. Kemangi merupakan jenis tanaman yang banyak terdapat di Indonesia. Menurut Deschamps dan Simon (2006), tanaman kemangi dapat tumbuh di daerah tropis maupun subtropis. Kemangi mempunyai tingkat kesesuaian lingkungan cukup tinggi, mampu tumbuh di daerah dengan curah hujan tinggi antara 1500–400 mm/tahun dan di berbagai macam jenis tanah pada ketinggian antara 5–1500 m dpl.

Tanaman kemangi memiliki rasa agak manis, bersifat dingin, berbau harum, dan menyegarkan (Hariana 2008). Tanaman kemangi mempunyai khasiat menghilangkan bau badan dan mulut, air susu ibu (ASI) kurang lancar (Rosadi 2007), penambah selera makan karena adanya aroma yang dihasilkan daun kemangi (Wahyuni dan Hadipoentyanti 2006), untuk menghangatkan badan dan menghilangkan batuk (Dasgupta et al. 2004).

Tanaman kemangi mengandung berbagai jenis senyawa yang bermanfaat bagi tubuh. Berdasarkan penelitian sebelumnya, tanaman kemangi mengandung komponen utama minyak atsiri, senyawa linalool, eugenol, metil khavikol, kardinen, 3-karen, a-humulen, sitral, dan trans-karofillen. Minyak atsiri yang terdapat pada daun dan buah kemangi inilah yang memberikan aroma khas dan memiliki banyak khasiat. Minyak atsiri yang terdapat pada daun kemangi berkhasiat sebagai antijamur (Gunardi dan Dewi 2010) dan aromaterapi (Muchtaridi 2008). Minyak atsiri daun kemangi juga memiliki aktivitas antibakteri (Maryati et al. 2007; Stanko et al. 2010). Selain itu, kemangi juga mengandung senyawa flavonoid (Vieira et al. 2003). Flavonoid bermanfaat sebagai antiradikal bebas (Wang et al. 2010).

METODE

Tempat dan Waktu

(33)

5 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini ialah kandang ayam, tempat pakan dan minum, blender, oven, spuit 3 mL, kapas, tabung reaksi, ice pack, alat sentrifugasi, pipet, pipet pengencer butir darah merah, aspirator, tisu, hemositometer, hand tally (penghitung jumlah sel darah merah), cawan, gunting, selotip, marker, kertas label, pipet mikrokapiler, alat penghitung, penyumbat tabung kapiler (crestaseal), international micro capillary reader, spektofotometer, dan mikroskop cahaya.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah darah ayam petelur, pakan ayam, ekstrak etanol daun kemangi, desinfektan, vitamin, air, gas formalin 10% v/v, larutan rees and ecker, alkohol 70%, antikoagulan Ethylenediaminetetraacetic acid(EDTA), dan reagen hemoglobin.

Tahap Persiapan

Persiapan Kandang Penelitian

Kandang ayam yang digunakan pada penelitian ini ialah kandang dengan sistem baterai. Setiap perlakuan, ayam penelitian ditempatkan pada satu kandang individu. Satu minggu sebelum penelitian, seluruh dinding dan lantai kandang penelitian didesinfeksi dengan desinfektan kelompok fenol sintetik dan difumigasi dengan gas formalin 10% v/v.

Hewan Percobaan

Penelitian ini menggunakan 12 ekor ayam petelur strain Brown Leghorn berumur 16 minggu yang dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan. Ayam petelur diberi makan sesuai kebutuhan nutrisi ayam tersebut. Sementara itu, minum yang diberikan ad libitum.

Aklimatisasi

(34)

6

Pembuatan ekstrak kemangi

Pembuatan ekstrak diawali dengan pembuatan simplisia. Simplisia dibuat dengan cara memasukkan daun kemangi ke dalam oven yang bersuhu 50°C selama 24 jam. Setelah itu, daun kemangi yang telah dioven dan telah kering digiling dengan blender sampai berbentuk serbuk halus (simplisia). Pembuatan ekstrak etanol daun kemangi dilakukan dengan cara maserasi, yaitu merendam simplisia daun kemangi ke dalam etanol 70%. Perbandingan simplisia dan etanol ialah 1 kg simplisia berbanding 10 L etanol. Masa perendaman simplisia selama 3 hari. Selama masa perendaman, campuran simplisia daun kemangi dan etanol diaduk secara berkelanjutan setiap jam sekali. Campuran yang telah direndam disaring dengan kain kasa untuk memperoleh filtrat hasil perendaman. Selanjutnya, filtrat dimasukan ke dalam rotary evaporator untuk mendapatkan ekstrak etanol daun kemangi dalam bentuk pasta.

Tahap Pelaksanaan

Rancangan percobaan

Metode percobaan yang digunakan dalam penelitian ini ialah rancangan acak lengkap dengan 4 kelompok perlakuan. Masing-masing perlakuan terdiri atas 3 kali ulangan. Perlakuan tersebut ialah ayam petelur yang dicekok akuades (Kontrol), ayam petelur dicekok ekstrak etanol daun kemangi dosis 1 mg/kg bb (P1), ayam petelur dicekok ekstrak etanol daun kemangi dosis 2 mg/kg bb (P2), ayam petelur dicekok ekstrak etanol daun kemangi dosis 3 mg/kg bb (P3).

Pengambilan sampel

Sampel darah diambil 10 hari sekali. Darah ayam penelitian mulai diambil pada minggu kedua penelitian saat ayam berumur 17 minggu sampai ayam berumur 20 minggu. Pengambilan darah dilakukan melalui vena axillaris menggunakan spuit 3 mL sebanyak 1-2 mL darah ayam petelur. Darah yang sudah terkoleksi langsung dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah dilapisi antikoagulan EDTA. Tabung tersebut ditutup menggunakan sumbat dan diberi label sesuai dengan perlakuan. Kemudian, tabung dimasukkan ke dalam kotak pendingin dan dibawa ke Laboratorium Fisiologi untuk pemeriksaan darah.

Perhitungan Butir darah merah, Hematokrit, dan Hemoglobin

(35)

7 homogen, cairan yang ada di dalam pipet dibuang sedikit. Selanjutnya, hasil pengenceran diteteskan ke dalam kamar hitung dengan cara menyentuhkan ujung pipet butir darah merah pada tepi kaca penutup hemositometer. Kemudian, hemositometer didiamkan beberapa detik agar sel-sel darah merah mengendap pada dasar kamar hitung. Kamar hitung yang telah terisi butir darah merah diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran 400 kali. Jumlah butir darah merah yang dihitung adalah butir darah merah yang berada pada kotak butir darah merah pojok kanan atas, pojok kanan bawah, pojok kiri atas, pojok kiri bawah, dan satu kotak yang tepat berada di tengah. Jumlah butir darah merah ialah jumlah dari penghitungan lima kotak tersebut dikalikan dengan 5000 per mm3.

Pembacaan nilai hematokrit atau pack cell volume (PCV) dilakukan menggunakan international micro capillary reader. Pembacaan nilai hematokrit dimulai dari pengambilan sampel darah dengan cara menempelkan bagian ujung dari tabung mikro ke dalam darah. Posisi ujung tabung mikro hampir mendatar dan bagian pangkal tabung dikosongkan kira-kira 1 cm. Setelah terisi darah, bagian ujung tabung disumbat dengan crestaseal. Tabung mikro yang telah berisi sampel darah disentrifuse selama 5 menit dengan kecepatan 12.000 rpm. Hasil sentrifugasi sampel darah dibaca menggunakan international micro capillary reader.

Pengukuran kadar hemoglobin dilakukan dengan metode Cyanmethemoglobin. Metode ini dilakukan dengan mencampurkan reagen hemoglobin 2.5 mL dengan sampel darah 10 µL di dalam tabung. Hasil campuran reagen hemoglobin dan darah dibaca pada fotometer dengan panjang gelombang 540 nm sehingga didapatkan absorban. Kadar hemoglobin diperoleh dengan cara absorban x 36.8 g Hb/100 mL. Kadar Hemoglobin (g%)= Absorban x 36.8 g Hb/100 mL.

Parameter yang Diamati

Parameter yang diamati dari penelitian ini ialah jumlah sel darah merah, nilai hematokrit, dan kadar hemoglobin.

Prosedur Analisis Data

Data hasil penelitian dianalisis menggunakan metode analisis of variance (Anova) dan dilanjutkan dengan uji Duncan untuk melihat perbedaan antarperlakuan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ayam petelur yang digunakan untuk penelitian diaklimatisasikan selama 1 minggu. Satu hari sebelum periode aklimatisasi berakhir, dilakukan pengambilan darah ayam petelur untuk perhitungan nilai jumlah butir darah merah, persentase hematokrit, dan nilai hemoglobin (Hb) sebagai acuan pertama penelitian. Hasil penelitian selama aklimatisasi menunjukkan bahwa rataan jumlah butir darah merah ayam petelur ialah sebesar 1.960.53 juta/mm3

(36)

7 homogen, cairan yang ada di dalam pipet dibuang sedikit. Selanjutnya, hasil pengenceran diteteskan ke dalam kamar hitung dengan cara menyentuhkan ujung pipet butir darah merah pada tepi kaca penutup hemositometer. Kemudian, hemositometer didiamkan beberapa detik agar sel-sel darah merah mengendap pada dasar kamar hitung. Kamar hitung yang telah terisi butir darah merah diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran 400 kali. Jumlah butir darah merah yang dihitung adalah butir darah merah yang berada pada kotak butir darah merah pojok kanan atas, pojok kanan bawah, pojok kiri atas, pojok kiri bawah, dan satu kotak yang tepat berada di tengah. Jumlah butir darah merah ialah jumlah dari penghitungan lima kotak tersebut dikalikan dengan 5000 per mm3.

Pembacaan nilai hematokrit atau pack cell volume (PCV) dilakukan menggunakan international micro capillary reader. Pembacaan nilai hematokrit dimulai dari pengambilan sampel darah dengan cara menempelkan bagian ujung dari tabung mikro ke dalam darah. Posisi ujung tabung mikro hampir mendatar dan bagian pangkal tabung dikosongkan kira-kira 1 cm. Setelah terisi darah, bagian ujung tabung disumbat dengan crestaseal. Tabung mikro yang telah berisi sampel darah disentrifuse selama 5 menit dengan kecepatan 12.000 rpm. Hasil sentrifugasi sampel darah dibaca menggunakan international micro capillary reader.

Pengukuran kadar hemoglobin dilakukan dengan metode Cyanmethemoglobin. Metode ini dilakukan dengan mencampurkan reagen hemoglobin 2.5 mL dengan sampel darah 10 µL di dalam tabung. Hasil campuran reagen hemoglobin dan darah dibaca pada fotometer dengan panjang gelombang 540 nm sehingga didapatkan absorban. Kadar hemoglobin diperoleh dengan cara absorban x 36.8 g Hb/100 mL. Kadar Hemoglobin (g%)= Absorban x 36.8 g Hb/100 mL.

Parameter yang Diamati

Parameter yang diamati dari penelitian ini ialah jumlah sel darah merah, nilai hematokrit, dan kadar hemoglobin.

Prosedur Analisis Data

Data hasil penelitian dianalisis menggunakan metode analisis of variance (Anova) dan dilanjutkan dengan uji Duncan untuk melihat perbedaan antarperlakuan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ayam petelur yang digunakan untuk penelitian diaklimatisasikan selama 1 minggu. Satu hari sebelum periode aklimatisasi berakhir, dilakukan pengambilan darah ayam petelur untuk perhitungan nilai jumlah butir darah merah, persentase hematokrit, dan nilai hemoglobin (Hb) sebagai acuan pertama penelitian. Hasil penelitian selama aklimatisasi menunjukkan bahwa rataan jumlah butir darah merah ayam petelur ialah sebesar 1.960.53 juta/mm3

Referensi

Dokumen terkait

* Jika terdapat sedikitnya satu warna yang tepat 4 kaleng warna tersebut yang dicampur Kemungkinan perbandingannya adalah 4:4:5, 4:5:5... SELEKSI OLIMPIADE MATEMATIKA

Mengetahui besar nilai kebisingan yang terjadi akibat lalu lintas di kawasan pertokoan Coyudan Surakarta, usaha penanganan yang sesuai dengan permasalahan dan

Gerlach dan Ely mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh

Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara variabel upah, insentif, dan lingkungan kerja terhadap produktivitas kerja karyawan pada PT.. Ada pengaruh

Tidak adanya pengaruh nyata terhadap seluruh parameter yang diamati tersebut, hal ini menunjukkan bahwa interaksi pemberian bokashi eceng gondok dan berbagai jenis urin ternak

Hasil jawaban S05 pada soal nomor 1a menunjukkan bahwa S05 berada pada tingkat kemampuan berpikir kritis rendah. Hal ini dapat dilihat dari jawaban berikut:..

Dalam titah baginda semasa Majlis Berbuka Puasa bersama warga universiti ini pada 4 Oktober yang lalu, Kebawah Duli Yang Teramat Mulia Tuanku Canselor telah memberikan ingatan

Keragaman juga terjadi pada karakter kualitatif, yaitu: permukaan batang, bentuk percabangan, bentuk kanopi, warna daun, bentuk daun, kerapatan daun, posisi daun,